Trikonomika
Volume 9, No. 1, Juni 2010, Hal. 37–47 ISSN 1411-514X
Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal pada Pelaksanaan Good Corporate Governance Atang Hermawan Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Financial performances can show the ficture of successful form of enterprise value for both present and future time. Financial performance can be achieved optimally by the implementation of good corporate governance. Reformation of integrated information systems covering budgeting system, information system, auditing and institutional reformation will yield clean governance. And accountancy will consequently show its maximum role. The purposes of this research is to analyze and learn (1) Correlation of the external and internal auditor, (2) the influence of the external and internal auditor to the implementation of good corporate governance. Research method was descriptive and verificative analyses. The conclusions of the research are as follow (1) a significant correlation of the external and internal auditor, (2) external and internal auditor can influence to implementation of good corporate governance. Keywords: external auditor, internal auditor, good corporate governance.
PENDAHULUAN
yang prima kepada pelanggan menjadi fokus utama manajemen (Gaspersz, 2006). Ketika krisis ekonomi mulai melanda Indonesia kinerja perekonomian dan kinerja keuangan sektor swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan kinerja yang kurang memuaskan bagi pemerintah maupun masyarakat. Data berikut ini dapat memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan seluruh BUMN yang ada di Indonesia yang meliputi rata-rata return on asset (ROA) sebesar 2.20%–5.51% dan return on equity (ROE) sebesar 6.10%–14%. Tampak solvabilitas perusahaan melalui indikator Debt Ratio, yaitu 83,75% (2001); 70,81% (2002); 65,44% (2003), dan 59,08% (2004). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang melalui modal pemilik adalah sangat rendah karena menunjukan angka diatas 50%. Demikian pula profitabilitas perusahaan melalui
Pencapaian tujuan perusahaan dapat digambar kan dalam kinerja bisnis yang diukur dengan dua aspek yaitu aspek keuangan dan aspek non-keuangan (Suwarsono, 2004:9). Manajemen masa kini dalam era informasi banyak memberikan perhatian pada aspek non keuangan yang dapat mendorong dan membangun keberhasilan aspek keuangan, terlebih dalam situasi bisnis yang semakin kompetitif saat ini maupun masa depan. Keberhasilan kinerja tidak saja diukur dari aspek keuangan, namun lebih dari itu faktor-faktor non keuangan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan kinerja perusahaan, seperti peningkatan kualitas produk dan jasa, peningkatan efesiensi usaha, keterlibatan karyawan dengan berbagai kemampuan dan inovasinya, yang akhirnya bermuara pada bagaimana memberikan pelayanan
37
indikator ROE dan ROA menunjukan angka di bawah target yang ditetapkan pemerintah, yaitu untuk ROE berkisar diantara 15%–30%, dan ROA ditargetkan oleh pemerintah berkisar diantara 5%–20% (Master Plan BUMN 2002-2006). Data tersebut memberikan makna bahwa perusahaan BUMN belum dapat berfungsi dalam menghadapi dan mengatasi berbagai macam bentuk ancaman dan resiko. Lebih jauh berarti bahwa pengelolaan perusahaan belum memiliki dasar untuk bertahan, yaitu apakah lemahnya manajemen dalam mengendalikan perusahaan, peran strategis auditor eksternal dan auditor internal belum optimal, atau dewan komisaris yang berfungsi memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap manajemen. Data lain menunjukan bahwa dari 139 BUMN yang ada saat ini hanya 76 perusahaan yang dapat menyetorkan dividen kepada Negara. Selain kinerja keuangan aspek non keuangan yang tampak menurun dari BUMN adalah market share masing-masing produk BUMN yang diakibatkan oleh rendahnya daya saing, sehingga BUMN menampilkan citra lebih sebagai lembaga birokrasi dari pada suatu unit usaha yang wajib memperoleh keuntungan. Data kementerian Negara BUMN menunjukkan bahwa nilai asset keseluruhan BUMN tahun 2006 sebesar Rp. 1.361,80 triliun yang terdiri dari Rp 452,50 triliun merupakan ekuitas dan Rp. 909,30 triliun berasal dari utang. Sebagian besar atau sekitar 90% dari total asset BUMN dan 80% laba bersihnya berasal dari 22 BUMN yang terbesar (Kompas, Senin 10 Desember, 2007) Hasil analisis yang dilakukan oleh berbagai organisasi internasional dan regulator pemerintah di banyak negara, menemukan bahwa sebab utama terjadinya krisis ekonomi adalah lemahnya Good Corporate Governance (Prasetyantoko, 2008). Iskandar dan Chamlou (2000) menyatakan dengan tegas bahwa krisis ekonomi yang terjadi di kawasan Asia Tenggara disebabkan karena lemahnya Good Corporate Governance yang ada pada negara tersebut, seperti lemahnya aspek hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pasar modal yang masih under-regulated, lemahnya pengawasan. Survey yang dilakukan oleh Political & Economic Risk Consultansy Ltd. (PERC) terhadap lebih kurang ekspatriat/pebisnis yang bekerja penuh di negaranegara Asia dalam tahun-tahun yang disurvey. Menunjukan bahwa korupsi di Asia mengalami kecendrungan menurun dalam 3 tahun terakhir. Tiga
38
Trikonomika
Vol. 9, No. 1, Juni 2010
tahun berturut-turut, Indonesia masih tetap dianggap sebagai negara terkorup di Asia, sedangkan tahun 2007 kita naik keperingkat kedua. Oleh karena itu faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai Clean Governance dibutuhkan reformasi seperangkat sistem informasi yang terpadu meliputi reformasi sistem anggaran, sistem informasi, audit, dan reformasi kelembagaan, sehingga bidang akuntansi dapat lebih berperan dengan optimal. Melalui pelaksanaan sistem informasi yang memadai diharapkan dapat menghasilkan informasi keuangan yang berkualitas dan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Melalui peran auditor diharapkan dapat memabantu manajemen dalam melaksanakan tugas pokoknya di masa lalu dan rencana kegiatan diwaktu yang akan datang. Auditor eksternal dan auditor internal sering dikatakan merupakan ”mata-telinga” dari pimpinan unit di mana auditor internal tersebut berada. Untuk itu, auditor perlu meningkatkan kemampuan kerjanya agar dapat bekerja dan menghasilkan informasi pengawasan yang berguna untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya perbuatan yang tidak terpuji, sehingga diharapkan dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan tersebut. Hasil survey yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance yang dilakukan pada 28 perusahaan BUMN dan perusahaan lain di luar kategori BUMN, hanya 12 BUMN yang menunjukan predikat terpercaya. Predikat masing-masing BUMN dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut. Tabel 1. Penerapan Good Corporate Governance Skor
Predikat
1 PT. Bank Mandiri, Tbk.
Nama Perusahaan
89,86
Sangat Terpercaya
2 PT. Bank Niaga, Tbk.
88,30
Sangat Terpercaya
3 PT. Aneka Tambang, Tbk.
83,41
Terpercaya
4 PT. Adhi Karya (Persero), Tbk.
82,07
Terpercaya
5 PT. Tambang Batubara BA, Tbk.
81,23
Terpercaya
6 PT. Krakatau Steel, Tbk.
80,70
Terpercaya
7 PT. Indosat, Tbk.
80,24
Terpercaya
8 PT. Wijaya Karya, Tbk.
78,55
Terpercaya
9 PT. Angkasa Pura II (Persero)
72,47
Terpercaya
10 PT. Jamsostek (Persero)
72,43
Terpercaya
11 PT. Kawasan Berikat Nusantara
71,11
Terpercaya
12 PT. Pertamina, Tbk.
69,27
Cukup Terpercaya
Sumber: The Indonesian Institute for Corporate Govenance (2008)
Semakin besarnya skala perusahaan dan semakin kompleksnya usaha menyebabkan manajer tidak lagi
Atang Hermawan
bisa secara langsung menangani dan mengawasi seluruh aktifitas perusahaan. Kondisi ini menuntut manajer untuk mendelegasikan sebagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dipikulnya kepada pihak lain. Untuk itu manajemen dituntut menerapkan pengendalian yang memadai sehingga seluruh kegiatan usaha tetap terkontrol, berjalan sesuai dengan kebijakan pimpinan, terjaganya aset perusahaan, sehingga tujuan utama perusahaan dapat tercapai. Agar pengendalian dapat berjalan dengan efektif, maka salah satu pihak yang ikut memantau pelaksanaan pengendalian adalah auditor internal. Peranan auditor internal dalam perusahaan sudah tidak diragukan lagi, karena auditor internal adalah pihak yang membantu manajemen yang berkaitan dengan monitoring (pemantauan). Pemantauan perlu dilakukan secara periodik dan terus menerus, karena hal tersebut merupakan salah satu tugas atau fungsi audit internal. Agar fungsi audit internal menjadi efektif maka auditor internal harus independen dan melapor langsung pada tingkat yang memiliki kewenangan yang tinggi dalam organisasi (Arens, et. al., 2000,301). Audit internal mencakup audit efisiensi, dan program audit tentang efesiensi ditujukan untuk suatu entitas yang telah memperoleh, melindungi dan menggunakan sumberdayanya secara efesien dan efektif; penyebab timbulnya tidak efesien dan tidak efektif; kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku (IIA, 1995; Sawyer, 2003). Dalam kegiatan pemeriksaan, baik auditor internal maupun auditor eksternal tidak dapat ter pisahkan. Terdapat beberapa kesamaan antara auditor internal dan auditor eksternal khususnya dalam bidang akuntansi, yaitu: a) dua-duanya memiliki sifat pekerjaan yang sama-sama berkepentingan dengan pengujian atas efektivitas struktur pengendalian internal untuk tujuan yang berbeda; b) memiliki sifat pekerjaan yang sama dalam mengaudit catatan akuntansi dan melaksanakan verifikasi atas harta dan kewajiban perusahaan; dan c) mengaudit dokumen akuntansi yang sama dan sama-sama melakukan pengujian fisik dan kegiatan verifikasi lainnya. Adanya berbagai kesamaan antara auditor internal dan auditor eksternal sehingga memungkin kan keduanya untuk menjalin hubungan yang erat. Kegiatan kerjasama auditor internal dan auditor eksternal dalam pelaksanaan audit, meliputi tukar menukar dokumen pemeriksaan, pertukaran informasi secara tatap muka, penggunaan metodologi bersama, kerjasama dalam melaksanakan pemeriksaan, kerjasama dalam pelatihan personil, dukungan
terhadap tindak lanjut temuan pemeriksaan, kerjasama dalam penyusunan rencana, pembagian kegiatan pemeriksaan, penyatuan catatan pemeriksaan, penyampaian laporan bersama kepada tingkatan organisasi yang lebih tinggi, penilaian silang. Pekerjaan audit internal dan audit eksternal, oleh auditor eksternal harus dikoordinasikan untuk memastikan kecukupan dari lingkup pemeriksaan yang dilakukan dan mengurangi pelaksanaan pekerjaan rangkap (Tugiman, 1997; BPK RI, 1994) Dengan adanya berbagai kesamaan tersebut antara auditor internal dan auditor eksternal memungkinkan keduanya untuk menjalin hubungan yang erat. Auditor internal memungkinkan tidak perlu lagi mengulang beberapa prosedur audit yang telah dilakukan oleh auditor eksternal. Begitu juga sebaliknya, auditor eksternal bisa mengulangi prosedur auditnya apabila ia menilai bahwa auditor internal telah berfungsi secara efektif. Auditor eksternal juga dapat meminta auditor internal membantu selama melaksanakan audit. Auditor eksternal dan auditor internal memiliki posisi yang sangat strategis untuk membantu perusahaan dalam menegakkan Good governance dan sekaligus mendorong peningkatan pelayanan terhadap publik, salah satunya yaitu meneliti dan mengevaluasi bekerjanya sistem akuntansi, di samping menilai seberapa jauh kebijakan dan program kerja manajemen yang dijalankan memiliki peran yang penting dalam perusahaan. Auditor eksternal dan auditor internal sering dikatakan merupakan “mata-telinga” dari pimpinan unit dimana auditor internal tersebut berada. Untuk itu, auditor perlu meningkatkan kemampuan kerjanya agar dapat bekerja dan menghasilkan informasi pengawasan yang berguna untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya perbuatan yang tidak terpuji, sehingga diharapkan dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan tersebut. Auditor sebagai salah satu profesi yang menunjang terwujudnya tata kelola perusahaan yang saat ini telah berkembang menjadi komponen utama dalam mewujudkan pengelolaan perusahaan secara sehat. Auditor internal dalam menjalankan kegiatannya pada tiga aspek yaitu membantu pemerintah dalam pemberantasan KKN, meningkatkan optimalisasi penerimaan negara, dan mendorong terciptanya akun tabilitas pemerintah dan Good Corporate Governance pada BUMN (Ulum MD, 2004). Dalam proses pelaksanaan audit internal, memerlukan pedoman dalam tugasnya. �������� Semakin banyak jumlah staf audit internal maka semakin sempurna pembagian tugas pemeriksaan. Peran
Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal pada Pelaksanaan Good Corporate Governance
39
audit internal menjadi sangat penting bagi tata kelola perusahaan yang efektif dan bagi keberhasilan organisasi besar (Hamilton, 1982; Messier et. al., 2008). Menurut survey Asian Development Bank (Zhuang, 2001), kelemahan dalam penerapan corporate governance dan finance di negara-negara asia yang ekonominya paling parah terkena imbas krisis tahun 1997 khususnya untuk Indonesia disebabkan beberapa faktor, yaitu; (a) k����������������������� onsentrasi kepemilikan perusahaan yang masih tinggi. (b) tidak efesiennya fungsi pengawasan dewan komisaris, (c)� ������������ inefisiensi dan rendahnya tranparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan, (d) terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal, dan (d) ketidakmemadainya pengawasan oleh investor. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka keterkaitan antar variabel penelitian dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Auditor Eksternal
Auditor Internal
Penerapan Standar Umum
Independence
Penerapan Standar Pekerjaan Lapangan
Kemampuan profesional Lingkup Pekerjaan
Penerapan Standar Pelaporan
Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Manajemen Bagian Audit Internal
Pelaksanaan Good Corporate Governance Transparansi Kemandirian Akuntabilitas Pertanggung jawaban Kewajaran
Gambar 1. Kerangka Pikir
40
Trikonomika
Vol. 9, No. 1, Juni 2010
METODE ������������������������������������������������ Berdasarkan tujuannya, penelitian ini dimaksud kan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai pengaruh auditor eksternal dan auditor internal terhadap pelaksanaan good corporate governance. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka digunakan dua jenis penelitian yaitu deskriptif dan verifikatif.�� Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dibedakan kedalam dua variabel yaitu variabel penyebab (variabel eksogenous) dan variabel akibat (endogenus).Variabel eksogenous dalam penelitian ini adalah peran eksternal auditor dan internal auditor. Dan variabel endogenous adalah pelaksanaan good corporate governance Auditor eksternal (X1), adalah berhubungan dengan kemampuan auditor dalam melakukan fungsinya yang dilandasi dengan mutu profesional yang disyaratkan. Auditor internal (X2), adalah berhubungan dengan kemampuan auditor dalam melakukan kegiatan asurance dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Auditor internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui pendekatan yang sistimatik dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance. Pelaksanaan good corporate governance (Y), adalah pelaksanaan dari seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola, kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eketernal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Operasionalisasi variabel penelitian yang meliputi variabel penelitian, sub variabel penelitian, indikator penelitian dan skala pengukuran yang akan digunakan, seperti dalam Tabel 2. berikut.
Atang Hermawan
Tabel 2. Operasionalisasi Variabel Variabel Auditor Eksternal (X1) • IAI (2001) • Whitington & Pany (2001) • Arrens (2006)
Auditor Internal (X2) • Chamber (1984) • ICAA (1994) • Ratliff (1998) • Picket (2000) • Intos (2000) • SPAP (2001) • Sawyer (2003) • IIA (2004) • SPIA (2004) • Sukrisno Agus (2005)
Pelaksanaan good corporate governance (Y) • UNDP (2003) • Word Bank (2003) • OECD (2004) • KM BUMN (2002)
Sub Variabel
Indikator
Skala
Penerapan Standar Umum
1. Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai 2. Independensi dalam sikap mental 3. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama
Ordinal
Penerapan Standar Pekerjaan Lapangan
1. Perencanaan dan supervisi audit 2. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern 3. Bukti audit kompeten yang cukup
Ordinal
Penerapan Standar Pelaporan
1. Pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang diterima umum 2. Pernyataan mengenai ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum 3. Pengungkapan informatif dalam lapoaran keuangan 4. Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan
Ordinal
Independen
1. Status organisasi 2. Objektifitas
Ordinal
Kemampuan Profesional
1. Kesesuaian dengan standar profesi 2. Pengetahuan dan Kecakapan 3. Hubungan antar manusia dan Komunikasi 4. Pendidikan berkelanjutan 5. Ketelitian Profesional
Ordinal
Lingkup Pekerjaan
1. Keandalan Informasi Ordinal 2. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan 3. Perlindungan terhadap harta 4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien 5. Pencapaian tujuan
Pelaksanaan Kegiatan pemeriksaan
1. Perencanaan pemeriksaan 2. Pengujian dan pengevaluasian informasi 3. Penyampaian hasil pemeriksaan 4. Tindak Lanjut hasil pemeriksaan
Ordinal
Manajemen bagian audit 1. Tujuan, kewenangan dan tanggngjawab internal 2. Perencanaan 3. Berbagai kebijakan dan prosedur 4. Manajemen personel 5. Pengendalian mutu
Ordinal
Transparansi
1. Keterbukaan, yaitu mengeluarkan informasi yang Ordinal dapat diakses oleh publik 2. Hak informasi, yaitu hak public untuk mengakses informasi dan kewajiban pemerintah untuk mempasilitasi akses informasi
Kemandirian
1. Kemandirian Eksternal 2. Kemandirian Internal
Ordinal
Akuntabilitas
1. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan 2. Pertanggungjawab proses manajerial
Ordinal
Pertanggungjawaban
1. Saluran bagi Pemegang saham untuk mendapatkan haknya 2. Kewajiban pengungkapan
Ordinal
Kewajaran
1. Budaya Perusahaan 2. Struktur Organisasi 3. Pelaksanaan tanggung jawab dan tugas
Ordinal
Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal pada Pelaksanaan Good Corporate Governance
41
Populasi dan Sampel Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah BUMN yang telah tercatat di Direktori BUMN. Teknik simple random sampling pada dasarnya merupakan metode penentuan ukuran sampel di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (AlRasyid, 1994: 17). Z a / 22 no n o = Dengan ketentuan: n= n (2.BE ) 2 1+ o N Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi BE = Bound of Error Berdasarkan data per-Desember 2007 dari 139 BUMN hanya terdapat 12 BUMN yang telah go public dan selebihnya belum go public Dengan demikian bila mengacu pada pendapat sebelumnya, maka diperoleh sampel penelitian n = 56 perusahaan. Agar setiap responden dari masing-masing BUMN memiliki peluang yang sama, maka digunakan ukuran proposional (proportional to size) dengan rumus: Ni xn N Keterangan: ni = Ukuran Sampel tiap BUMN Ni = Ukuran Populasi tiap BUMN N = Ukuran Populasi n = Ukuran Sampel ni =
Sampel penelitian tersebut meliputi perusahaan BUMN di Indonesia. Responden dari penelitian ini adalah bagian satuan pengawas intern, dan sekretaris perusahaan. Pengujian Data Mengingat pengumpulan data melalui kuesioner, maka faktor kesungguhan responden menjawab pertanyaan merupakan suatu hal yang penting. Validitas suatu penelitian ilmu-ilmu sosial sangat ditentukan oleh alat ukur yang dipergunakan, apabila alat ukurnya tidak valid dan tidak dapat dipercaya maka hasil penelitian akan bias atau diragukan kebenarannya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan dua macam pengujian yaitu: (1) test of validity dengan menggunakan korelasi Rank
42
Trikonomika
Vol. 9, No. 1, Juni 2010
Spearman, dan (2) test of reliability (uji keandalan) dengan menggunakan uji Sperman Brown. Transformasi Data Untuk menganalisis diperlukan data dengan ukuran paling tidak interval sebagai persyaratan dalam menggunakan alat analisis jalur (Path Analysis). Oleh karena itu seluruh variabel yang berskala ordinal terlebih dahulu dinaikkan atau ditransformasikan tingkat kepengukurannya ke tingkat interval melalui Method Of Successive Interval. Scale Value = Density at lower limit - Density at upper limit Area under upper limit - Area under lower limit di mana: Density at lower limit = Kepadatan batas bawah Density at upper limit = Kepadatan batas atas Area at below upper limit = Daerah dibawah batas atas Area at below lower limit = Daerah dibawah batas bawah Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang dihasilkan dari kuesioner penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis). Analisis jalur ini menganalisis hubungan kausal dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung suatu variabel penyebab terhadap variabel akibat, dengan hipotesis sebagai berikut. Hipotesis pertama yang akan diuji adalah hubungan antara auditor eksternal (X1) dan auditor internal (X2) melalui uji-t. Pada pengujian sub-struktur pertama mengenai pengaruh auditor eksternal dan auditor internal terhadap pelaksanaan good corporate governance. Selanjutnya sub-struktur pertama mengenai pengaruh X1, X2 terhadap Y dapat dinyatakan kedalam model hubungan persamaan struktural ketiga variabel adalah sebagai berikut: Y = ρX3X1 X1 + ρX3X2 X2 + ε
HASIL Variabel Auditor Eksternal Tabel 3. menunjukkan hasil kategorisasi terhadap skor tanggapan responden pada masing-masing sub variabel peran auditor eksternal.�
Atang Hermawan
Tabel 3. Hasil Kategorisasi Jumlah Skor Jawaban Responden Pada Variabel Auditor Eksternal Sub Variabel
Kriteria
Penerapan standar umum
Sangat Memadai
Penerapan standar pekerjaan lapangan
Memadai
Penerapan standar pelaporan
Sangat Memadai
Variabel Peran Auditor Eksternal
Tinggi (Memadai)
Variabel Auditor Internal Tabel 4. menunjukkan hasil kategorisasi terhadap skor tanggapan responden pada masing-masing sub variabel peran auditor internal yang diukur melalui lima sub variabel dan duapuluh satu indikator. Tabel 4. Hasil Kategorisasi Jumlah Skor Jawaban Responden Pada Variabel Auditor Internal Sub Variabel
Kriteria
Independensi
Sangat Independen
Kemampuan profesional
Sangat Profesional
Lingkup pekerjaan
Sangat Eefektif dan Efesien
Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
Sangat Memadai
Manajemen bagian audit internal
Sangat baik
Variabel Peran Auditor Internal
Sangat Tinggi (Sangat Memadai)
Variabel Good Corporate Governance Tabel 5. menunjukkan hasil kategorisasi terhadap skor tanggapan responden pada masing-masing sub variabel pelaksanaan good corporate governance yang diukur melalui lima sub variabel dan sebelas indikator. Tabel 5. Hasil Kategorisasi Jumlah Skor Jawaban Responden Pada Variabel Pelaksanaan Good Corporate Governance Sub Variabel
Kriteria
Transparansi
Sangat transparan
Kemandirian
Mandiri
Akuntabilitas
Sangat baik
Pertanggungjawaban
Sangat baik
Kewajaran
Baik
Variabel Pelaksanaan Good Corporate Governance
Baik
Pengujian Hipotesis Hubungan Auditor Eksternal dan Auditor Internal Hipotesis pertama yang akan diuji adalah hubungan antara auditor eksternal (X1) dan auditor internal (X2) melalui uji-t. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel auditor eksternal dengan variabel auditor internal sebesar 0,3398 (rX1X2 = 0,3398) dengan nilai statistik t sebesar 2,1341. Karena thitung (2,1341) lebih besar dari ttabel (2,014) maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa auditor eksternal memiliki hubungan yang signifikan dengan auditor internal. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan bahwa peran auditor eksternal yang makin besar diikuti dengan peran auditor internal yang makin besar juga. Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal Secara Parsial dan Simultan Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada struktur variabel auditor eksternal dan auditor internal berfungsi sebagai variabel independen, kemudian pelaksanaan good corporate governance sebagai variabel dependen. Selanjutnya untuk menguji pengaruh auditor eksternal dan auditor internal terhadap pelaksanaan good corporate governance terlebih dahulu dihitung koefisien jalur dari masing-masing variabel independen dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar 2. berikut. 1
X1 0,2580 (t = 2,0757)
0,6013 Y
0,3398
X2
0,4953 (t = 3,9847)
Gambar 2. Diagram Jalur
Melalui nilai-nilai yang terdapat pada diagram jalur tersebut selanjutnya dihitung besar pengaruh peran auditor eksternal dan peran auditor internal terhadap pelaksanaan good corporate governance, tampak dalam Tabel 6.
Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal pada Pelaksanaan Good Corporate Governance
43
Tabel 6. Pengaruh Auditor Eksternal (X1) dan Auditor Internal (X2) Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (Y). Variabel Independen
Koefisien Jalur
Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak Langsung
Total
X1
0,2580
6,66%
4,34%
11,00%
X2
0,4953
24,53%
4,34%
28,87%
Koefisien Determinasi =
39,87%
Melalui koefisien determinasi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama auditor eksternal dan auditor internal mampu menjelaskan perubahan yang terjadi pada pelaksanaan good corporate governance sebesar 39,87%. Sisanya sebesar 60,13% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Diantara kedua variabel independen, peran auditor internal memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan BUMN di Indonesia.
PEMBAHASAN Pengaruh Auditor Eksternal Secara Parsial Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance Dugaan asumsi sementara peran auditor eksternal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan BUMN di Indonesia, dugaan tersebut akan diuji melalui hipotesis statistik sebagai berikut. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien jalur dari variabel auditor eksternal terhadap pelaksanaan good corporate governance sebesar 0,2580 (PYX1 = 0,2580) dengan nilai statistik t sebesar 2,0757. Karena thitung (2,0757) lebih besar dari ttabel (2,015) maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan auditor eksternal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan BUMN di Indonesia. Koefisien jalur bertanda positif menunjukkan bahwa auditor eksternal yang makin besar akan diikuti dengan pelaksanaan good corporate governance yang makin baik.�� Pengaruh Auditor Internal Secara Parsial Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance Dugaan sementara peran auditor internal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan BUMN di Indonesia.
44
Trikonomika
Vol. 9, No. 1, Juni 2010
Bedasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai koefisien jalur variabel peran auditor internal terhadap pelaksanaan good corporate governance sebesar 0,4953 (PYX2 = 0,4953) dengan nilai statistik t sebesar 3,9847. Karena thitung (3,9847) lebih besar dari ttabel (2,015) maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan peran auditor internal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan BUMN di Indonesia. Koefisien jalur bertanda positif menunjukkan bahwa peran auditor internal yang makin besar akan diikuti dengan pelaksanaan good corporate governance yang makin baik. Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal Secara Simultan Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance Dugaan sementara peran auditor eksternal dan auditor internal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan BUMN di Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien determinasi diperoleh nilai statistik uji F sebesar 14,587. Pada tabel F untuk tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas (2 ; 44) diperoleh nilai F-tabel sebesar 3,209. Karena Fhitung (14,587) lebih besar dari Ftabel (3,209) maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan peran auditor eksternal dan peran auditor internal secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan BUMN di Indonesia. Hasil penelitian tersebut ditunjang dengan data empiris berdasarkan tanggapan responden, yaitu: pertama peran auditor eksternal dalam melakukan tugasnya sudah memadai, artinya auditor eksternal yang mengaudit perusahaan-perusahaan BUMN pada umumnya sudah memenuhi kualifikasi seperti pendidikan formal, pendidikan lanjutan, pelatihan teknis, sikap independensi dan profesionalisme. Standar pekerjaan lapangan sudah memadai, artinya auditor eksternal yang mengaudit perusahaanperusahaan BUMN sudah melakukan perencanaan, penetapan materialitas, pemahaman terhadap aktivitas bisnis perusahaan klien sampai pada pengumpulan bukti-bukti yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Standar pelaporan sangat memadai, artinya tim audit selalu membuat pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip
Atang Hermawan
akuntansi yang diterima umum. Kedua, peran auditor internal dalam melaksanakan tugasnya sudah sangat memadai. Mengenai independensinya auditor internal pada perusahaan BUMN di Indonesia sudah termasuk sangat independen, ditunjukkan oleh kedudukan departemen audit internal hanya bertanggungjawab kepada pimpinan puncak, dan hubungan departemen audit internal dengan departemen yang diperiksa hanya sebatas pemeriksaan. Kemampuan auditor internal pada perusahaan BUMN di Indonesia sudah sangat profesional, ditunjukan dari pelaksanaan pekerjaan audit yang didasarkan pada standar profesi yang ditetapkan. Lingkup pekerjaan audit internal sangat efektif dan efesien. Auditor internal bertugas meninjau keandalan berbagai catatan, laporan keuangan dan operasional, dan melakukan pengawasan yang cukup dan efektif atas penyimpanan, serta melakukan evaluasi terhadap pencapaian tujuan perusahaan, membuat perencanaan pemeriksaan, melakukan survey terhadap bagian yang akan diperiksa. Hasil penelitian tersebut selaras dengan penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa auditor eksternal dan auditor internal berperan dalam terciptanya pelaksanaan good corporate governance, seperti yang dikemukakan oleh Mahbub Zaman (2001) menyatakan bahwa auditor eksternal adalah peran kunci dalam menerapkan tata kelola Perusahaan. Demikian juga hasil penelitian dari Peter Dey, (2000) menyatakan bahwa kualitas dari tata kelola dapat melalui dua cara: (1) sistem perusahaan dalam trading in the market, (2) kualitas informasi dalam perusahaan (auditeed). Peneliti lain Giselle Bou-Rad (2000) menyatakan bahwa dalam organisasi yang menunjukan baik, bahwa auditor internal dapat memberikan jasa terbaik bagi manajemen dalam meningkatkan praktek bisnis. Dipertegas oleh hasil penelitian Chen Weizhong dan Sun Shourong (1997) menyatakan bahwa auditor internal dapat meberikan kontribusi terhadap seluruh wilayah bisnis. Faktor yang signifikan meliputi Interrelationship of independence, Authoritativness, and efficiency. Penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Sawyer (2003) yang menyatakan bahwa, fungsi audit internal adalah melakukan analisis, rekomendasi, konsultasi, dan informasi yang berhubungan dengan aktivitas yang dinilai, adalah untuk direksi dan dewan komisaris, dan dimaksudkan untuk menjaga pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan.
Rekomendasi, konsultasi, dan informasi yang diberikan oleh auditor internal, pelaksanaan atas tindak lanjutnya tidak dapat dilaksanakan atau dipaksakan oleh Auditor Internal, tetapi keputusan pelaksanaannya ada pada manajemen dan dewan komisaris. Besarnya epsilon sebesar 60,13% mengisyarat kan bahwa masih ada pengaruh faktor-faktor lain di luar yang diteliti, diantaranya adalah (1) peran pemilik (dewan komisaris), (2) penerapan pengendalian internal perusahaan, (3) dukungan internal organisasi, dan (4) shareholders. Penelitian Dedi Supardi (2005) menyatakan bahwa dewan komisaris sangat berperan dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan, dengan adanya peran dewan komisaris diharapkan pelaksanaan tata kelola perusahaan dapat berjalan dengan baik. Beasley (1996) menyarankan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan Murmahadi (2005) mengatakan bahwa untuk mencapai tata kelola perusahaan dan kinerja yang baik di BUMN perlu mensinergikan pelaksanaan konsep-konsep pengendalian internal, peran komite audit, dan faktor internal organisasi. Dukungan internal organisasi meliputi system informasi, sistem anggaran, sistem birokrasi. Penelitian Majidah (2004) menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dukungan internal organisasi terhadap penegakan tata kelola yang baik. Neil (2004:6) menyatakan bahwa dalam konteks corporate governance, ada tujuh pilar kunci. Ketiadaan salah satu pilar atau lebih, dapat menyebabkan gagalnya seluruh struktur tata kelola. Pilar-pilar tersebut antara lain: Executive Directors, Non- executive Directors, Board Committees, Senior Management, Internal Auditing, Exsternal Auditing, dan Shareholders.
KESIMPULAN
Auditor eksternal memiliki hubungan yang nyata dengan auditor internal, dimana hubungan auditor eksternal dan auditor internal menunjukan hubungan yang searah, dengan kata lain jika auditor eksternal semakin baik, maka akan diikuti oleh auditor internal yang semakin baik, demikian juga sebaliknya jika auditor eksternal semakin jelek, maka akan diikuti oleh auditor internal yang semakin jelek juga.
Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal pada Pelaksanaan Good Corporate Governance
45
Auditor eksternal dan auditor internal secara ber sama-sama berpengaruh terhadap pelaksanaan good corporate governance. Di antara auditor eksternal dan auditor internal, menunjukan bahwa auditor internal memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pelaksanaan good corporate governance. Secara parsial bahwa baik auditor eksternal maupun auditor internal berpengaruh nyata terhadap pelaksanaan good corporate governance. Dengan kata lain jika auditor eksternal dan auditor internal semakin baik maka akan diikuti dengan pelaksanaan good corporate governance yang semakin baik. Upaya untuk lebih meningkatkan pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan perlu ditunjang oleh peran dan komposisi dewan komisaris, disamping perwakilan pemerintah dan investor, perlu keberadaan komisaris independen sebagai pihak yang berupaya untuk melindungi kepentingan pemegang saham, dan upaya yang lebih independen dalam mengarahkan dan mengawasai manajemen. Anggota komisaris diupayakan yang memiliki visi, pengalaman, dan pemahaman terhadap arah bisnis sehingga BUMN sebagai agent of development dapat tercapai. Di samping itu perlu adanya kejelasan dari agenda kerja anggota dewan komisaris dengan manajemen, yang lebih difokuskan pada pengarahan dan penetapan visi perusahaan, dan pemanfaatan sumder daya manusia perusahaan. Dengan kata lain perlu mensinergikan secara terintegrasi dari pelaksanaan konsep-konsep pengendalian internal, peran komite audit, dan faktor internal organisasi, seperti sistem informasi, sistem anggaran, dan sistem birokrasi. Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja auditor internal BUMN maka perlu adanya kerjasama yang lebih nyata dengan pihak eksternal auditor mengingat diantara keduanya terdapat beberapa kesamaan khususnya dalam bidang akuntansi, yaitu: (a) dua-duanya memiliki sifat pekerjaan yang sama-sama berkepentingan dengan pengujian atas efektivitas struktur pengendalian intern untuk tujuan yang berbeda, (b) memiliki sifat pekerjaan yang sama dalam mengaudit catatan akuntansi dan melaksanakan verifikasi atas harta dan kewajiban perusahaan, (c) mengaudit dokumen akuntansi yang sama dan sama-sama melakukan pengujian fisik dan kegiatan verifikasi lainnya. Adanya berbagai kesamaan antara auditor internal dan auditor eksternal memungkinkan keduanya untuk menjalin hubungan yang erat. Auditor internal memungkinkan tidak perlu lagi mengulang beberapa prosedur audit yang telah dilakukan oleh auditor
46
Trikonomika
Vol. 9, No. 1, Juni 2010
eksternal. Begitu juga sebaliknya, auditor eksternal tidak perlu mengulangi prosedur auditnya apabila ia menilai bahwa auditor internal telah berfungsi secara efektif. Auditor eksternal juga dapat meminta auditor internal membantu selama melaksanakan audit, sehingga diharapkan informasi keuangan yang disajikan BUMN memenuhi karakteritik kualitatif pelaporan keuangan yang pada akhirnya menumbuhkan kepercayaan pengguna.
DAFTAR PUSTAKA Aik, Leng, & Allan, Chang. 2004. The Impact of Corporate Governance Practices on Firms’ Financial Performance: Evidence from Malaysian Companies. ASEAN Economic Bulletin. Akhmad, Syakhroza. 2002. Mekanisme Pengendalian Internal Dalam Melakukan Assesment Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance. Majalah Usahawan, 31 (8). Alan, R., et al. 1994. The External Auditor’s Consideration of The Internal Audit Function. Managerial Auditing Journal, 9 (7). Arens, Alvin A., et al. 2008. Auditing and Assurance Services and ACL Software (12th edition). New Jersey : Prentice Hall. Beasley, Mark S. 1996. An Empirical Analysis of The Relation Between The Board of Director Composition and Financial Statement Fraud, The Accounting Review, 71(4) October: 443-465. Binhadi, 2005. Good Corporate Governance di Bank BUMN, Antara Kebijakan dan Praktek. Makalah dalam Seminar Good Corporate Governance dan Peranan Bank BUMN Dalam Perekonomian Nasional, Jakarta. Burgess, D. 2005. Corporate Governance and The Market Impact of The Financial Services Modernization Act of 1999 on Bank Returns and Trading Volume. Journal of Economics and Finance. Chen, W., et al. 2006. Unification of Indefendence, Authoritativeness and efficiency-Organizational Form of Internal Audit, Managerial Auditing Journal. Chewning, E. G.,Jr. 2001. The Effect of Internal Audit Outsourcing on Financial Analysts’ Perceptions of External Auditor Independence. Auditing : A Journal of Practice & Theory. Epstein, M., and Adriana, Rejc. 2006. Organizational Risk Reporting for Internal and External Decision Making. CMA Management Journal.
Atang Hermawan
Gallegos, F. 2004. Safeguarding Auditor Objectivity: Corporate Governance Practices must not Compromise Auditor Independence. Internal Auditor. Halla, Ilona P. 1999. A View of Corporate Governance and Control In Finland. Managerial Auditing Journal. 14(3): 146-149. Harrington, Cynthia. 2004. Internal Audits New Role: Put Together a Top Notch Department. Journal of Accountancy. Ihyaul, Ulum MD. 2004. Akuntansi Sektor Publik (Edisi ke-1). Malang: UMM Press Universitas Muhamadiyah. Jensen, K. L. 2003. Mangement Trade-offs of Internal Control and External Auditor Expertise. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Jensen, Michael and William, Meckling. 1976. Theory of the Firms: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economic, 3(October): 305-360.
Konrath, L. F. 2002. Auditing Concept and Application, A Risk Analysis Approach. 5th Edition. West Publishing Company. McCollum, Tim. 2006. On the Road to Good Governance: Internal Auditor Need to Make Sure They’re Moving in the Right Direction when Reviewing Corporate Practices and Behaviors. Internal Auditor. Meisser, W. F. 2008. Auditing and Assurance Service A Systematic Approach (5th edition). International Edition McGraw-Hill Higher Education Tugiman�������� . 2003. Standar Profesional Audit Internal (Edisi ke-6). Yogakarta: Kanisius Warfield, T. D. 2003. Audits as a Corporate Governance Mechanism: Evidence from The German Market. Journal of International Accounting Research. Yan, Jin’e. 1997. Performance Audit in The Service of Internal Audit. Managerial Auditing Journal. Ziegenfuss, E. D. 2000. Developing an Internal Auditing Department Balanced Score Card. Managerial Auditing Journal.
Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal pada Pelaksanaan Good Corporate Governance
47