PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Randi Radityo Putra NIM: 1112082000030
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Randi Radityo Putra NIM: 1112082000030
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M ii
PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Randi Radityo Putra NIM: 1112082000030
Di Bawah Bimbingan Pembimbing
Yulianti, SE.,M.Si. NIP.19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Rabu, 10 Mei 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1
Nama
: Randi Radityo Putra Pangestu
2
NIM
: 1112082000030
3
Jurusan
: Akuntansi
4
Judul Skripsi
: Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 Mei 2016
1.
Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA. NIP.19760924 200604 2 002 Penguji 1
2.
Yulianti, SE.,M.Si. NIP.19820318 201101 2 011 Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Senin, 19 September 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1
Nama
: Randi Radityo Putra Pangestu
2
NIM
: 1112082000030
3
Jurusan
: Akuntansi
4
Judul Skripsi
: Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 September 2016 1.
Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak., CA NIP.19720516 200901 1 006 Ketua
2.
Yulianti, SE.,M.Si. NIP.19820318 201101 2 011 Sekretaris
3.
Yusro Rahmah, SE.,M.Si. NIP.19800506 200801 2 016
4.
Yulianti, SE.,M.Si. NIP.19820318 201101 2 011 Pembimbing I
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Randi Radityo Putra Pangestu
NIM
: 1112082000030
Jurusan
: Akuntansi
Fakultas
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta,
September 2016
Yang Menyatakan,
(Randi Radityo Putra Pangestu) vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Randi Radityo Putra Pangestu
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 08 Januari 1994
3. Alamat
: Jl. Benda Barat 8 B, Blok D 15 No.10 RT 04 RW 07 Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan
II.
4. Telepon
: 085310050569
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN
1. SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang
Tahun 2000-2006
2. SMP Negeri 1 Pamulang
Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009-2012
4. S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Tahun 2012-2016
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III.
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan periode 2010-2011 2. Staff Divisi Keuangan ATK KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014
vii
IV.
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Tri Suwarto
2. Ibu
: Pangestuti
3. Anak ke-
: Ke-2 dari 2 bersaudara
viii
THE INFLUENCE OF ACCRUAL, OPERATING CASH FLOW, CORPORATE GOVERNANCE, DEBT, AND FIRM SIZE ON EARNING PERSISTENCE
ABSTRACT
The purpose of this research was found an evidences regarding the influence of accrual, operating cash flow, corporate governance, debt, and firm size on earning persistence. This research based on purposive sampling method. The populations of this research used property and real estate companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) of 49 companies. Through the defined criteria and screening data, selected a sample of 23 companies with 3 years observation. Hypothesis in this research were tested by multiple regression analysis. The results of this research indicated that accrual and operating cash flow gave influence on earning persistence. While board independent, audit comitte, debt, and firm size did not influence on earning persistence.
Keywords:
earning persistence, accrual, operating cash flow, board independent, audit comitte, debt, firm size
ix
PENGARUH AKRUAL, ARUS KAS OPERASI, CORPORATE GOVERNANCE, TINGKAT HUTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh akrual, arus kas operasi, corporate governance, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan terhadap persistensi laba. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebagai metode pemilihan sampel. Populasi penelitian adalah perusahaan properti dan real estate sebanyak 49 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan kriteria dan screening data, terpilih sampel berjumlah 23 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menemukan bahwa akrual dan arus kas operasi berpengaruh terhadap persistensi laba. Sedangkan dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap persistensi laba.
Kata Kunci:
Persistensi laba, akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, ukuran perusahaan
x
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1.
Kedua orang tua saya, Tri Suwarto dan Pangestuti yang telah memberikan semangat, motivasi dan pelajaran hidup yang sangat berharga serta doa dan dukungan yang tidak pernah putus kepada penulis.
2.
Kakak saya yang telah menyemangati dan memberikan banyak dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Ibu Rahmawati, SE.,MM. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama menimba ilmu di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Ibu Yulianti, SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan waktu dan nasihatnya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.
8.
Semua guru, dosen, dan pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmu serta nasihat-nasihat kepada penulis sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. xi
9.
Sahabat-sahabat Akuntansi B 2012, Hery, Mayeda, Fadil, Ilman, Rifai, Galih, Farid, Revan, Fajar, Yudhi, Rita, Latul, Vivi, Farida, Fitri, Annisa, Dina, Dita, Seren, Kia, Dara, Jian, Dwi, Nindy, Intan, terimakasih atas kekompakan dan solidaritasnya selama ini.
10. Keluarga besar Akuntansi 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih karena telah menjadi sahabat-sahabat yang menyenangkan selama ini. 11. Sahabat-sahabat KKN BATIK 2015, Labib, Farhan, Ardi, Safri, Fauzi, Deden, Endang, Putri, Lolita, Aisa, Ayu, Emi, Aliyah, Stephi, Diah, Luthfia terimakasih untuk kebersamaan dan pengalaman hidup yang berharga. 12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, September 2016
Randi Radityo Putra Pangestu
xii
DAFTAR ISI COVER COVER DALAM ............................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iv LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................... v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii ABSTRACT........................................................................................................ ix ABSTRAK.......................................................................................................... x KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 12 A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ........................ 12 1. Teori Keagenan (Agency Theory) .................................................. 12 2. Persistensi Laba ............................................................................. 13 3. Akrual .......................................................................................... 15 4. Arus Kas ....................................................................................... 18 xiii
5. Corporate Governance .................................................................. 20 a. Dewan Komisaris Independen ................................................... 22 b. Komite Audit ............................................................................ 23 6. Tingkat Hutang.............................................................................. 25 7. Ukuran Perusahaan ........................................................................ 26 B. Penelitian Sebelumnya ....................................................................... 28 C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 35 D. Perumusan Hipotesis .......................................................................... 36 1. Pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba ......................... 36 2. Pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba ....................... 37 3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap persistensi laba ... 38 4. Pengaruh komite audit terhadap persistensi laba ............................ 40 5. Pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba ......................... 41 6. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba ................... 42 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 44 A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 44 B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 44 C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 45 D. Metode Analisis Data ......................................................................... 46 1. Statistik Deskriptif ......................................................................... 46 2. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 46 a. Uji Normalitas Data .................................................................. 46 b. Uji Multikolinearitas ................................................................. 48 c. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 49 d. Uji Autokorelasi ....................................................................... 50 xiv
3. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 51 4. Analisis Regresi Berganda ............................................................. 52 5. Uji Hipotesis ................................................................................. 53 a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................................. 53 b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............... 53 E. Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 54 1. Variabel Independen (X). .............................................................. 54 2. Variabel Dependen (Y). ................................................................. 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 60 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 60 B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ...................................................... 63 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................................... 63 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 67 3. Hasil Koefisien Determinasi .......................................................... 75 4. Uji Hipotesis ................................................................................. 76 a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ........................ 76 b. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ...... 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 90 A. Kesimpulan ........................................................................................ 90 B. Saran.................................................................................................. 91 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 97
xv
DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 28 Tabel 3. 1 Tabel Operasional Variabel ............................................................... 59 Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian ...................................................................... 60 Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) 96 sampel........... 61 Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) 72 Sampel ........... 62 Tabel 4. 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 64 Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) ............................ 70 Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................ 71 Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Glejser ................................................ 73 Tabel 4. 8 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test ....................................................... 74 Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi .............................................................. 75 Tabel 4. 10 Hasil Uji Signifikansi Simultan : Uji Statistik F ............................... 77 Tabel 4. 11 Hasil Uji Signifikansi Individual : Uji Statistik t .............................. 78
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 35 Gambar 4. 1 Grafik Histogram .......................................................................... 68 Gambar 4. 2 Grafik Normal Probability Plot .................................................... 69 Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Scatterplot...................................... 72
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Perusahaan Properti dan Real Estate yang Menjadi Sampel ............. 98 Lampiran 2 Data Perusahaan .............................................................................. 99 Lampiran 3 Hasil Perhitungan .......................................................................... 103 Lampiran 4 Hasil Output SPSS ........................................................................ 106
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan seperti investor, kreditur, Pemerintah, dan masyarakat secara umum. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan memuat berbagai informasi penting yang menjadi dasar bagi pengguna untuk menilai perusahaan. Namun, dari seluruh informasi yang disajikan, para investor cenderung hanya terfokus pada informasi tingkat laba yang dihasilkan suatu perusahaan, hal tersebut juga diungkapkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sloan (1996), yang menjelaskan bahwa investor bersifat naif, yaitu investor hanya berpatokan pada laba agregat saja. Selain itu baik kreditor maupun investor, laba digunakan untuk mengevaluasi manajemen, memperkirakan earnings power dan memprediksi laba yang akan datang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Kekuatan laba (earnings power) terlihat pada tingkat laba perusahaan yang diharapkan akan terjadi di masa depan, kekuatan laba diakui sebagai faktor utama dalam
1
penilaian perusahaan. Konsep kekuatan laba melihat stabilitas dan daya tahan laba beserta komponennya (Subramanyam dan Wild, 2011). Schipper dan Vincent (2003) menjelaskan bahwa kualitas laba digunakan oleh investor dan kreditur sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pembuatan kontrak (contracting decision), keputusan investasi (investment decision) dan digunakan sebagai salah satu indikator kualitas laba yang dihasilkan para pembuat standar (standard setters). Keputusan melakukan kontrak yang didasarkan pada kualitas laba yang rendah menyebabkan terjadinya transfer kesejahteraan yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Kualitas laba mengacu pada relevansi laba dalam mengukur tingkat kinerja perusahaan. Penentu kualitas laba mencakup lingkungan usaha perusahaan
dan
prinsip
akuntansi
yang
dipilih
oleh
perusahaan
(Subramanyam dan Wild, 2010). Persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value (Jonas dan Blanchet, 2000). Masalah agensi (perbedaan kepentingan) antara pihak investor dan kreditor menjadi penyebab timbulnya keraguan pihak investor dan lenders mengenai kemampuan laba untuk bertahan dimasa depan (persistensi laba) sebagai ukuran pembuatan keputusan, monitoring, penghargaan kinerja, dan pembuatan kontrak (Junawatiningsih dan Harto, 2014). Menurut Fanani (2010), para pengguna laporan keuangan akan memusatkan perhatian mereka 2
terhadap persistensi laba. Jika laba tahun berjalan suatu perusahaan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan di masa yang akan datang, maka laba perusahaan tersebut merupakan laba yang persisten. Laba yang semakin persisten menunjukkan laba semakin informatif, sebaliknya jika laba kurang persisten, maka laba menjadi kurang informatif (Tucker dan Zarowin, 2006). Standar akuntansi memberikan kelonggaran dalam metode akuntansi memberikan celah kepada pihak manajemen untuk berperilaku curang dalam menyediakan informasi akuntansi yang tidak handal dan relevan bagi para pemangku kepentingan (Boediono, 2005). Salah satu contoh kasus terkait adanya penyimpangan akuntansi oleh pihak manajemen terjadi pada tahun 2015 yang melanda salah satu perusahaan besar dunia. Toshiba Corporation didera skandal akuntansi senilai US$1,2 miliar. Temuan tersebut menyebabkan pengunduran diri pemimpin perusahaan Hisao Tanaka dan dua eksekutif lainnya yaitu wakil presiden Norio Sasaki dan mantan presiden Atsutoshi Nishida yang berperan sebagai penasihat. Pengunduran diri terjadi setelah laporan pihak ketiga menunjukkan eksekutif puncak perusahaan menetapkan target keuntungan realistis yang secara sistematis menyebabkan akuntansi cacat. Toshiba juga mengumumkan Masashi
Muromachi
akan
menjadi
presiden
sementara,
dan
akan
mengumumkan tim manajemen baru pada pertengahan Agustus dan akan mengajukan laporan laba tahun fiskal 2014 pada 31 Agustus.
3
Perusahaan Toshiba terjerembab dalam skandal akuntansi terbesar di negara itu sejak 2011. Laporan itu juga menyebutkan bahwa Tanaka dan Sasaki, yang total masa kepemimpinan keduanya mencapai enam tahun, berusaha untuk menunda pembukuan kerugian dan karyawan tidak mampu untuk melawan perintah manajemen (Basari, 2015). Contoh lain dapat dilihat dari sektor perbankan di Indonesia. PT Bank Lippo Tbk, terindikasi melakukan pelaporan keuangan ganda tahun 2002 dan PT Bank Century yang terindikasi memanipulasi berbagai transaksi fiktif tahun 2008, yang mengakibatkan laba/rugi PT Bank Century Tbk mengalami penurunan sangat drastis. Terjadinya berbagai kasus penyajian laporan keuangan yang tidak semestinya ini mengakibatkan laba yang dilaporkan perusahaan menjadi tidak persisten (Nurochman dan Solikhah, 2015). Naik turunnya laba suatu perusahaan dengan tingkat perubahan signifikan bahkan curam menyebabkan persistensi laba mulai dipertanyakan (Fachrurrozie dan Kasiono, 2016). Ditambah lagi laba dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor, sehingga laba tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen untuk mempengaruhi keputusan investor (Fanani, 2010). Kasus penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya, menunjukkan terjadinya kegagalan dalam menyampaikan informasi laporan keuangan. Informasi laba yang merupakan bagian dari laporan keuangan tidak dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laba yang diharapkan dapat memberikan informasi 4
untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan (Khafid, 2012). Dapat dijabarkan, jika investor menaksir laba terlalu tinggi maka akan mengakibatkan kompensasi yang berlebihan kepada manajer. Jika laba yang ditaksir terlalu tinggi dapat menutupi kemampuan melunasi hutang yang sesungguhnya serta dapat memberikan informasi yang menyesatkan bagi para kreditor untuk melanjutkan pemberian pinjaman dana atau melakukan penyitaan (Hayati, 2014). Proses penyusunan laporan keuangan melibatkan pihak pengelola dalam pengelolaan perusahaan, diantaranya adalah pihak manajemen, dewan komisaris, dan pemegang saham. Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh mereka dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan terutama laba akan menentukan kualitas laba (Khafid, 2012). Agar proses penyusunan laporan keuangan menghasilkan informasi yang sesuai, maka diperlukan sistem pengendalian untuk mencegah adanya perekayasaan laporan. Pengendalian tersebut dewasa ini dikenal luas sebagai corporate governance (tata kelola perusahaan) sebagai solusi mengatasi masalah keagenan. Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan, corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). 5
Contoh kasus pada sektor properti di Indonesia yang dengan sengaja melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan good corporate governance yaitu terungkapnya kasus “mafia pailit”. Istilah “mafia pailit” terkait dengan kesengajaan perusahaan properti memailitkan dirinya, kemudian memperoleh kembali perusahaan tersebut berikut proyeknya dengan harga murah lewat perusahaan rekanan atau partner. Indonesia Property Watch (IPW) mencatat, hingga akhir Februari 2014, konsumen properti telah mengadukan 43 kasus kepada IPW. Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda menyatakan, kasus terbanyak melibatkan "mafia pailit" atau oknum yang sengaja memailitkan perusahaan pengembang. Contoh kasus "mafia pailit" adalah kasus Apartemen Central at Kemanggisan atau yang sebelumnya disebut dengan Rusunami Kemanggisan Residence pada tahun 2014. Kasus tersebut berawal dari putusan pailit atas pengembang Rusunami Kemanggisan Residence, PT Mitra Safir Sejahtera (PT. MSS), pada Februari 2012 lalu. PT MSS tidak membayarkan kembali unit rusun yang telah dibeli secara lunas. Bahkan, ketika masalah ini belum terselesaikan, pengembang baru bernama PT Berlian Makmur Properti (PT. BMP) menjual unit yang telah dibeli calon penghuni. Selain itu, Apartemen tersebut belum mengantongi izin perubahan peruntukan dari rusunami menjadi apartemen (Diela, 2014). Selain kasus tersebut, terungkapnya kasus kecurangan oleh perusahaan publik di luar negeri seperti kasus Enron Corporation, Woldcom, Xerox, Adelphia, Parmalat, dan di dalam negeri seperti Kimia Farma, Ades Alfindo, 6
Indofarma, merupakan contoh lain kasus tata kelola perusahaan. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, mekanisme internal dan eksternal corporate governance harus diterapkan dengan baik pada perusahaanperusahaan publik khususnya di Indonesia (Junawatiningsih dan Harto, 2014). Dengan melihat beberapa kasus tersebut, sangat relevan bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporate governance terkait persistensi laba. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Hal tersebut juga didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh Mc Kinsey dan Co. (2002) dalam Windah dan Andono (2013) mengatakan bahwa para investor cenderung menghindari perusahaan-perusahaan dengan predikat buruk dalam corporate governance. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai persistensi laba sebagai variabel dependen telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Khafid (2012), Arfan dkk. (2014), Kusuma dan Sadjiarto (2014), dan Nurochman dan Solikhah (2015). Penelitian ini menggunakan enam variabel independen, yaitu besaran akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan. Variabel komponen akrual sebelumnya diteliti oleh Fanani (2010), dengan hasil besaran akrual berpengaruh negatif terhadap persistensi laba, 7
sementara hasil yang dihasilkan oleh Fachrurrozie dan Kasiono (2016) ialah akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Namun hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) yang berkesimpulan akrual tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Kemudian variabel arus kas sebelumnya diteliti oleh Dewi dan Putri (2015), dengan hasil arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil tersebut juga didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Arfan dkk. (2014). Namun hasil berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Chowijaya dkk. (2014), yang menyatakan bahwa aliran kas operasi tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Variabel dewan komisaris independen dan komite audit diteliti sebelumnya oleh Khafid (2012) dan Kusuma dan Sadjiarto (2014) dengan hasil yaitu komposisi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap persistensi laba dan komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil yang sama diperoleh oleh Nurochman dan Solikhah (2015), namun hasil berbeda pada variabel dewan komisaris independen, yaitu tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Variabel tingkat hutang sebelumnya diteliti oleh Kusuma dan Sadjiarto (2014) dan Nurochman dan Solikhah (2015) dengan hasil tingkat hutang tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Namun hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian Junawatiningsih dan Harto (2014) dan Arfan, dkk. (2014) yang berkesimpulan tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Sedangkan variabel ukuran perusahaan sebelumnya diteliti 8
oleh Junawatiningsih dan Harto (2014), kemudian Dewi dan Putri (2015) yang memperoleh hasil ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Namun penelitian oleh Nurochman dan Solikhah (2015) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian sebelumnya yang masih menunjukkan hasil yang berbeda sehingga menarik untuk dilakukan penelitian yang serupa, penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) dengan Kusuma dan Sadjiarto (2014) dengan perbedaan yaitu penelitian ini tidak menggunakan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, volatilitas penjualan, dan penelitian ini menggunakan jenis sampel perusahaan sektor properti dan real estate. Penelitian dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi persistensi laba, dengan mengambil judul “Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah besaran akrual berpengaruh terhadap persistensi laba?
2.
Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap persistensi laba?
3.
Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap persistensi laba? 9
4.
Apakah komite audit berpengaruh terhadap persistensi laba?
5.
Apakah tingkat hutang berpengaruh terhadap persistensi laba?
6.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap persistensi laba?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis: a.
Menganalisis pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba
b.
Menganalisis pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba
c.
Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap persistensi laba
2.
d.
Menganalisis pengaruh komite audit terhadap persistensi laba
e.
Menganalisis pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba
f.
Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik bersifat praktis maupun teoritis, yaitu: a.
Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat memberikan pertimbangan tambahan untuk membantu para manajer dalam mengelola arus kas dan kebijakan akrual perusahaan agar menghasilkan laba yang berkualitas.
b.
Bagi Pengguna Eksternal Laporan Keuangan Penelitian ini dapat memberi pertimbangan dalam mengambil keputusan, seperti bagi investor atau calon investor dalam 10
mengambil keputusan investasi. Bagi kreditur, hasil penelitian ini dapat
digunakan
sebagai
pertimbangan
dalam
pengambilan
keputusan pemberian kredit. c.
Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau referensi dalam penelitian selanjutnya dan diharapkan akan memberikan kontribusi ilmu pengetahuan dibidang akuntansi.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori ini menjelaskan adanya pemisahan antara kepemilikan (ownership) dan pengendalian (control) dalam suatu perusahaan. Hubungan agensi ini didefinisikan sebagai kontrak antara satu atau lebih orang, dimana principal mengikat orang lain (agent) untuk melakukan pelayanan sesuai kepentingan principal yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas untuk membuat keputusan bagi agent. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara agent dengan principal. Jika kedua kelompok (agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agent tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Menurut Jensen dan Meckling (1976), biaya keagenan (agency cost) terdiri dari: a) Monitoring expenditures by the principle. Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen, termasuk juga usaha untuk mengendalikan (control) perilaku agen melalui budget restriction, dan compensation policies 12
b) Bonding expenditures by the agent. The bonding cost Dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau untuk menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mangambil banyak tindakan. c) Residual loss Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen setelah adanya agency relationship. Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen perusahaan ini merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari dari sebuah hubungan keagenan. Menurut Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Menurut Ikhsan (2012), agency problem terjadi karena adanya kesenjangan informasi antara agent dengan principal. Agent sebagai pihak internal perusahaan mempunyai lebih
banyak
informasi
mengenai
keadaan
perusahaan
yang
sesungguhnya dibandingkan principal. 2. Persistensi Laba Penman dan Zhang (2002) mendefinisikan persistensi laba sebagai revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang 13
(expected future earnings) yang disebabkan oleh inovasi laba tahun berjalan (current earnings). Tingkat persistensi laba ditunjukkan oleh besarnya revisi laba tersebut. Laba yang berkualitas dapat menunjukkan kesinambungan laba, sehingga laba yang persisten cenderung tidak berfluktuatif disetiap periode (Suwandika dan Astika, 2013). Penman (2003) membedakan laba ke dalam dua kelompok yaitu sustainable earning (earning persistence atau core earning) dan unusual earning atau transitory earning. Persistensi laba merupakan laba yang mempunyai kemampuan sebagai indikator laba periode mendatang (future earning) yang dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka panjang (sustainable). Sedangkan unusual earning atau transitory earning merupakan laba yang tidak dapat dihasilkan secara berulang-ulang (non-repeating), sehingga tidak dapat digunakan sebagai indikator laba periode mendatang. Chandrarin (2003) dalam Wijayanti (2006) mengungkapkan bahwa laba yang persisten adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan (noise), dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Persistensi laba terkait juga dengan kinerja harga saham perusahaan di pasar modal yang diwujudkan dalam imbalan hasil. Persistensi laba yang tinggi dapat ditunjukkan melalui hubungan kuat yang tercipta antara laba perusahaan dengan imbalan hasil bagi investor. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan laba
14
dengan investor dapat mencerminkan persistensi laba perusahaan (Kusuma dan Sadjiarto, 2014). Persistensi laba memfokuskan pada koefisien dari regresi laba sekarang terhadap laba mendatang. Hubungan tersebut dapat dilihat dari koefisien slope regresi antara laba sekarang dengan laba mendatang. Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya menunjukkan persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai koefisiennya mendekati nol, persistensi labanya rendah atau laba transitorinya tinggi. Jika nilai koefisiennya bernilai negatif, pengertiannya terbalik, yaitu nilai koefisien yang lebih tinggi menunjukkan kurang persisten, dan nilai koefisien yang lebih rendah menunjukkan lebih persisten (Fanani, 2010). 3. Akrual Dalam akuntansi dikenal istilah basis akrual (accrual basis) dan basis kas (cash basis). Menurut PSAK No.1 mengharuskan laporan keuangan disusun berdasarkan dasar akrual kecuali laporan arus kas. Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang yang diserahkan tersebut (Dechow dan Dichev, 2002). Menurut Subramanyam dan Wild (2010), akuntansi akrual bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan mengenai konsekuensi aktivitas usaha terhadap arus kas perusahaan di 15
masa depan secepat mungkin dengan tingkat kepastian yang layak. Akuntansi akrual dapat mengurangi masalah ketepatan waktu dan pengaitan yang terdapat pada akuntansi kas. Masalah ketepatan waktu (timing) mengacu pada arus kas yang tidak selalu terjadi bersamaan dengan aktivitas yang menghasilkan kas tersebut. Masalah penandingan atau pengaitan (matching) mengacu pada arus kas masuk dan keluar yang disebabkan oleh aktivitas usaha tetapi tidak dapat dikaitkan dengan waktu terjadinya. Laba akrual didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni pengakuan pendapatan dan prinsip penandingan. Prinsip pengakuan pendapatan meminta
perusahaan
untuk
mengakui
pendapatan
ketika
telah
melaksanakan semua atau satu bagian subtansial dari jasa-jasa yang harus diberikan dan penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip penandingan meminta perusahaan untuk mengakui semua biaya yang terkait dengan pendapatan dalam periode yang sama dimana pendapatan diakui (Dahler dan Febrianto, 2006). Menurut Subramanyam dan Wild (2010), keunggulan akrual dalam menyajikan informasi yang relevan dibandingkan dengan arus kas dapat dijelasakan sebagai berikut: 1. Kinerja keuangan (Financial Performance). Pengakuan pendapatan dan pengaitan biaya pada akuntansi berbasis akrual menghasilkan angka laba yang lebih unggul dibandingkan arus kas untuk mengevaluasi kinerja keuangan. Dengan memastikan semua 16
pendapatan yang dihasilkan dalam suatu periode telah diakui, dan beban yang dicatat pada satu periode hanya beban yang terkait dengan pendapatan tersebut. 2. Kondisi
keuangan
(Financial
Condition).
Akuntansi
akrual
menghasilkan neraca yang lebih merefleksikan secara akurat sumber daya yang tersedia bagi perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa depan. 3. Memprediksi arus kas masa depan (future cash flows). Laba akrual lebih unggul dalam memprediksi arus kas masa depan dibandingkan memprediksi arus kas sekarang. Dengan pengakuan pendapatan, laba akrual mencerminkan konsekuensi arus kas masa depan. Sebagai contoh, penjualan kredit hari ini meramalkan kas yang akan diterima dari pelanggan di masa depan. Akuntansi akrual mengaitkan arus kas masuk dan keluar dengan lebih baik sepanjang waktu melalui proses pengaitan. Artinya laba lebih stabil dan merupakan alat prediksi arus kas yang lebih dapat diandalkan. Akrual yang menjadi dasar pengukuran transaksi akuntansi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: non discretionary accrual (akrual tidak bebas), dan discretionary accrual (akrual bebas) (Suranggane, 2007). 1) Non discretionary accrual adalah dasar akrual yang tidak bebas dan untuk memberikan indikasi pengukuran yang memenuhi konsep matching cost with revenue dalam laporan keuangan karena transaksi dan peristiwa keuangan diakui pada saat kejadian. 17
2) Discretionary accrual adalah akrual bebas dapat berupa suatu cara untuk mengurangi atau meningkatkan pelaporan laba yang sulit dideteksi karena sifatnya yang kontekstual dan subjektif. 4. Arus Kas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk mengunakan arus kas tersebut. Menurut Kieso, et al. (2015), informasi dalam laporan arus kas sebuah perusahaan dapat membantu para investor, kreditor, dan pihak lainnya guna menilai hal-hal berikut: 1) Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa depan. Dengan menganalisa hubungan antara beberapa komponen yang mempengaruhi arus kas seperti penjualan dengan arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi. 2) Kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan tidak mempunyai kas yang cukup, maka gaji karyawan tidak dapat dibayar begitu juga dengan hutang dan deviden. 18
3) Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari kegiatan operasi. Ini dibutuhkan karena net income mengandung accrual basis, para investor ingin mengetahui penerimaan dan pengeluaran kas riil perusahaan, karena itu net income dapat kita bandingkan dengan net cash flow dari aktivitas operasi. 4) Transaksi-transaksi pendanaan dan investasi kas dan non-kas selama suatu periode tertentu. Dengan menganalisis kegiatan investasi dan pendanaan perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat mengerti kenapa aset dan hutang mengalami penurunan dan kenaikan. Menurut Subramanyam dan Wild (2011), laporan arus kas melaporkan arus kas melalui tiga jenis transaksi yaitu: 1) Aktivitas operasi, merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Selain pendapatan dan beban, aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait, seperti pemberian kredit pada pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok. 2) Aktivitas investasi, merupakan cara untuk memperoleh dan menghapuskan aset non-kas. Meliputi pembelian dan penjualan aset tetap dan investasi pada efek. Aset ini juga meliputi pemberian dan penagihan pinjaman. 3) Aktivitas pendanaan, merupakan cara untuk mendistribusikan, menarik, dan mendapatkan dana untuk mendukung aktivitas usaha. Meliputi perolehan pinjaman dan pelunasan dana dengan obligasi 19
dan pinjaman lainnya, kontribusi dan penarikan oleh pemilik serta dividen. Terdapat dua metode pelaporan arus kas dari aktivitas operasi, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung melaporkan total arus kas masuk dan keluar dari aktivitas operasi. Sementara metode tidak langsung, menyesuaikan laba bersih dengan pos penghasilan (beban) non-kas dan dengan akrual, untuk menghasilan arus kas aktivitas operasi. 5. Corporate Governance Menurut The Organization for Economic Corporation and Development (OECD, 2004) mengartikan Corporate Governance adalah sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatankegiatan perusahaan. Corporate governance berfungsi untuk mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berperan terhadap kehidupan perusahaan termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer dan semua anggota, stakeholder non-pemegang saham. Menurut pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia yang diterbitkan oleh KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) pada tahun 2006, memaparkan azas-azas GCG sebagai berikut: 1) Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak 20
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2) Akuntabilitas (Accountability) Harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai
dengan
kepentingan
perusahaan
dengan
tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lain.
Akuntabilitas
merupakan
prasyarat
yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3) Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4) Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara
independen
sehingga
masing-masing
organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
21
5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Dalam penelitian ini, pengukuran tata kelola perusahaan (Corporate Governance) yang digunakan adalah ukuran jumlah dewan komisaris independen dan komite audit. a.
Dewan Komisaris Independen Menurut UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Lebih lanjut terdapat persyaratan wajib sebagai komisaris independen yaitu bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan emiten atau perusahaan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir, tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan, 22
anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham utama perusahaan tersebut, serta tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung. Setiap perusahaan tercatat wajib memiliki dewan komisaris paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris dengan salah satu diantaranya adalah komisaris independen. Dalam hal dewan komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris, jumlah komisaris independen wajib paling kurang 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Salah
satu
dari
komisaris
independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan (KNKG, 2006). b. Komite Audit Menurut
Peraturan
Otoritas
Jasa
Keuangan
Nomor
55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Emiten atau perusahaan publik wajib memiliki piagam Komite Audit (audit committee charter) paling kurang memuat: 1) tugas dan tanggung jawab serta wewenang; 23
2) komposisi, struktur, dan persyaratan keanggotaan; 3) tata cara dan prosedur kerja; 4) kebijakan penyelenggaraan rapat; 5) sistem pelaporan kegiatan; 6) ketentuan mengenai penanganan pengaduan atau pelaporan sehubungan dugaan pelanggaran terkait pelaporan keuangan; 7) masa tugas komite audit. Berdasarkan peraturan tersebut, juga dijelaskan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit yang berjumlah sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Komite audit diketuai oleh komisaris independen serta diwajibkan salah seorang dari anggota komite audit tersebut memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan/atau keuangan. Beberapa tugas komite audit diantaranya melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan emiten atau perusahaan publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan emiten atau perusahaan publik, melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan akuntan atas jasa yang diberikannya. Komite audit 24
wajib membuat laporan tahunan pelaksanaan kegiatan komite audit yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan publik. 6. Tingkat Hutang Salah
satu
informasi
pada
laporan
keuangan
yang
dapat
mempengaruhi persepsi investor adalah tingkat hutang. Investor cenderung akan lebih berhati-hati dan lebih waspada ketika berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi (Kusuma dan Sadjiarto, 2014). Tingkat hutang merupakan besaran hutang yang dimiliki oleh perusahaan (Nurochman dan Solikhah, 2015). Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi: 1) pemberi kredit menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, 2) dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan 3) dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan (Nelvirita dan Delvira, 2013). Menurut Tarjo (2008) kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal, akan tetapi keberadaan hutang justru bisa menjadi cerminan bahwa kinerja saham perusahaan kurang bagus. Tingkat hutang yang tinggi menunjukkan peningkatan risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan membayar hutang. Tingkat hutang yang tinggi juga akan
25
mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi dan akhirnya akan berdampak pada tingkat pengembalian pada investor (Hayati, 2014). Besarnya tingkat hutang akan berelevansi pada arus masuk dari sumber daya eksternal yang mengandung manfaat ekonomi di masa yang akan datang. Namun di sisi lain, perusahaan memiliki kewajiban untuk melunasi hutang pada saat jatuh tempo. Tingkat hutang akan menjadi besar apabila lebih banyak hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu seberapa besar tingkat hutang yang diinginkan, sangat tergantung pada stabilitas perusahaan (Fachrurrozie dan Kasiono, 2016). Semakin besarnya tingkat hutang mendorong perusahaan untuk selalu
menjaga
keberlangsungan
labanya
dengan
tujuan
untuk
mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan kreditor (Arfan dkk., 2014). 7. Ukuran Perusahaan Pada umumnya ukuran perusahaan dapat terbagi dalam perusahaan besar (large firm) dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran perusahaan merupakan suatu penetapan besar kecilnya perusahaan. Semakin tinggi total aset yang dimiliki perusahaan, mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tergolong perusahaan besar. Dan sebaliknya, semakin rendah total aset
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tergolong
perusahaan kecil (Rifai, dkk., 2015). Besarnya aktiva yang dimiliki, maka semakin banyak modal yang ditanam, dan semakin banyak penjualan yang dilakukan maka semakin 26
banyak perputaran uang, serta semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Perusahaan yang berukuran besar lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat, sehingga laporan keuangan mereka akan dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (Anggit dan Shodiq, 2014). Dan investor lebih memiliki kepercayaan pada perusahaan besar, karena perusahaan besar dianggap mampu untuk terus meningkatkan kinerja perusahaannya dengan berupaya meningkatkan kualitas labanya (Nurochman dan Solikhah, 2015). Perusahaan-perusahaan
besar
cenderung
lebih
mudah
untuk
memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aktiva yang bernilai lebih besar dibandingkan perusahaan kecil (Susanto, 2011). Selain itu, Nuryaman (2009) menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan lebih luas sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil, semakin besar perusahaan maka perusahaan akan menghadapi tuntutan yang lebih besar dari para stakeholder.
27
B. Penelitian Sebelumnya Berikut ini adalah tabel penelitian sebelumnya beserta dengan hasil penelitan. Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya Dengan Akrual (X1), Arus Kas Operasi (X2), Dewan Komisaris Independen (X3), Komite Audit (X4), Tingkat Hutang (X5), Ukuran Perusahaan (X6), dan Persistensi Laba (Y)
No 1
Judul/Peneliti (tahun) Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dan Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba Khafid (2012)
Metodologi Penelitian Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2005-2010 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah sebanyak 242 perusahaan yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
X1
X2
Variabel Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain √ √ √ Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
Hasil Penelitian Komposisi dewan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan manajerial, berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap persistensi laba
28
No 2
Judul/Peneliti (tahun) Analisa Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata Kelola Perusahaan terhadap Persistensi Laba Kusuma, dan Sadjiarto (2014)
3
Analisis Pengaruh Mekanisme Internal dan Eksternal Corporate Governance terhadap Persistensi Laba
Metodologi Penelitian Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010-2013 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah sebanyak 114 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2012-2013 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
X1
X2 √
Variabel Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain √ √ √ √ Volatilitas penjualan, dan book tax gap (large negative book-tax differences (LNBTD) dan large positive book-tax differences (LPBTD))
√
√
√
√
Konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, audit tenure, dan spesialisasi industri auditor
Hasil Penelitian Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, dan book tax gap berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Komposisi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba, sementara tingkat hutang tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba
Konsentrasi kepemilikan, komite audit, leverage, spesialisasi industri auditor, size berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba, dan audit tenure tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba 29
No
Judul/Peneliti (tahun) Junawatiningsih, dan Harto (2014)
4
Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Besaran Akrual, dan Financial Leverage terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Arfan dkk. (2014)
Metodologi Penelitian sebanyak 98 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2009-2012 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah sebanyak 76 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
X1
X2
√
√
Variabel Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
√
√
Volatilitas penjualan
Hasil Penelitian
Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, besaran akrual, dan financial leverage secara bersamasama memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap persistensi laba. Volatilitas arus kas, dan volatilitas penjualan berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Besaran akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba, dan financial leverage berpengaruh positif terhadap persistensi laba
30
No 5
Judul/Peneliti (tahun) Pengaruh Good Corporate Governance, Tingkat Hutang dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba Nurochman, dan Solikhah (2015)
6
Pengaruh BookTax Difference, Arus Kas Operasi, Arus Kas Akrual, Dan Ukuran Perusahaan pada Persistensi Laba
Metodologi Penelitian Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2008-2013 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah sebanyak 26 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2009-2011 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
X1
√
X2
√
Variabel Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain √ √ √ √ √ Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
√
√
Perbedaan temporer dan perbedaan permanen
Hasil Penelitian Komite audit berpengaruh positif terhadap persitensi laba. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba
Perbedaan temporer dan permanen berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Arus kas operasi dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba Akrual tidak berpengaruh terhadap persistensi laba 31
No
Judul/Peneliti (tahun) Dewi dan Putri (2015)
7
The Relationship between Accruals Quality, Earnings Persistence and Accruals Anomaly in the Canadian Context Boubakri (2012)
Metodologi Penelitian sebanyak 41 perusahaan perhotelan dan pariwisata yang terdaftar di BEI. Menggunakan metode analisis regresi berganda Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2002-2005 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah sebanyak 803 firmyear observations yang terdaftar di Toronto Stock Exchange, Kanada. Menggunakan metode analisis regresi berganda
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
X1
X2
√
√
Variabel Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain
√
Menjabarkan komponen akrual berdasarkan tingkat keandalannya (perubahan aset keuangan/ ΔFIN, modal kerja/ ΔWC, dan aset tidak lancar/ ΔNCO)
Hasil Penelitian
Non-current operating accruals memiliki reliabilitas rendah dan finansial akrual memiliki reliabilitas tinggi, reliabilitas yang rendah menunjukkan persistensi laba yang rendah. Investor Kanada menilai persistensi komponen akrual (ΔNCO and ΔFIN) memiliki persistensi lebih rendah dibandingkan ΔWC Perubahan modal kerja, aset keuangan dan aset operasi tidak lancar memiliki pengaruh yang negatif terhadap persistensi laba
32
No 8
Judul/Peneliti (tahun)
Metodologi Penelitian
Examining the Earnings Persistence and Its Components in Explaining the Future Profitability
Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2006-2011 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah sebanyak 114 perusahaan di Bursa Efek Tehran, Iran. Menggunakan metode analisis regresi berganda Jenis penelitian kuantitatif, data sekunder berupa laporan keuangan kuartal 2002 Q42013 Q3 dengan metode purposive sampling, sampel berjumlah sebanyak 21.232
Moienadin, dan Tabatabaenasab (2014)
9
Earnings Persistence Over The acroeconomic Cycle: Evidence From Korea Shin dan Park (2015)
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
X1 √
X2
√
√
Variabel Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain √ Akrual dibagi menjadi non discretionary accrual dan discretionary accrual. Free cash flow
√
Business cycle dengan fase (expansion, transition, recession, transition). Variabel akrual dibagi menjadi
Hasil Penelitian Laba tahun berjalan berasosiasi dengan laba masa depan. Akrual (current operating accruals and non-current operating accruals) mampu menjelaskan laba masa depan. Current operating dan non-current operating accruals memiliki kemampuan dalam memprediksi laba masa depan. Arus kas bebas (free cash flow) berpengaruh positif terhadap laba masa depan
Akrual lebih persisten dibandingkan dengan arus kas pada fase expansion. Arus kas lebih persisten dibandingkan dengan akrual pada fase recession Non-discretionary accrual lebih persisten dibandingkan dengan arus kas 33
No
Judul/Peneliti (tahun)
Metodologi Penelitian kuartal pengamatan Menggunakan metode analisis regresi berganda
X1
X2
Variabel Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian X3 X4 X5 X6 Y Variabel Lain Non dan discretionary accrual pada discretionary fase expansion dan recession accrual dan discretionary accrual
Sumber : Data yang diolah tahun 2016
34
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran pada penelitian “Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba” dapat digambarkan seperti: Pengaruh Akrual, Arus Kas Operasi, Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba
Fenomena-Fenomena Persistensi Laba Teori Pendukung : Teori Keagenan
Akrual Arus Kas Operasi Dewan Komisaris Independen
Persistensi Laba
Jumlah Komite Audit Tingkat Hutang Ukuran Perusahaan
Analisis Data: 1. 2. 3. 4.
Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik Koefisien Determinasi Uji Hipotesis Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran 35
D. Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba Angka akuntansi akrual dapat menyebabkan distorsi akuntansi, seperti adanya metode akuntansi yang memiliki banyak alternatif serta praktik
manajemen
laba
yang
dapat
mengurangi
sifat
“dapat
dibandingkan” dan “konsistensi”. Distorsi akuntansi juga disebabkan oleh aturan akuntansi yang berubah-ubah serta adanya kesalahan estimasi (Subramanyam dan Wild, 2010). Menurut Schick (2007), jika akrual tinggi maka ketepatan prediksi terhadap laba masa depan menjadi rendah, dan jika unsur akrual dalam laba rendah maka laba yang dilaporkan saat ini lebih tepat digunakan untuk memprediksi laba masa depan. Laba yang disusun atas dasar akrual mengandung unsur kepentingan manajer dalam pelaporan tersebut sehingga informasi arus kas operasi diperlukan sebagai salah satu pertimbangan dalam memprediksi kinerja perusahaan di masa depan (Nuraina, 2011). Hayn (1995) dalam Fanani (2010) menjelaskan bahwa gangguan dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory events) atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi. Semakin besar akrual, maka semakin rendah persistensi laba. Walaupun terjadinya peristiwa transitory, namun dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh manajer untuk mengatur angka-angka dalam laporan keuangan, maka persistensi laba tetap meningkat (Arfan, dkk., 2014).
36
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh besaran akrual terhadap persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2010) yang menghasilkan kesimpulan bahwa besaran akrual berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persistensi laba, serta besar kecilnya komponen akrual yang terjadi di perusahaan akan menyebabkan gangguan (noise) yang dapat mengurangi persistensi laba. Penelitian Arfan, dkk. (2014) berkesimpulan bahwa akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba, hal tersebut dikuatkan penelitian lain, yaitu oleh Moienadin dan Tabatabaenasab (2014) yang berkesimpulan bahwa current operating accruals dan non-current operating accruals memiliki kemampuan dalam memprediksi laba masa depan. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: Ha.1 :
Besaran akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba
2. Pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba Nuraina (2011) memaparkan komponen arus kas dari aktivitas operasi
sebagai
ukuran
kinerja
cenderung
tidak
menyimpang
dibandingkan jumlah yang dinyatakan pada laba. Arus kas operasi sering digunakan sebagai cek atas kualitas laba dengan pandangan bahwa semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap laba maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut. Nilai di dalam arus kas pada suatu periode mencerminkan nilai laba dalam cash basis.
37
Wijayanti (2006) mengatakan beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten dibanding komponen akrual. Arfan, dkk (2014) menyatakan arus kas yang berfluktuasi tajam dapat menyebabkan laba perusahaan menjadi tidak stabil atau terganggu sehingga
kemampuan
perusahaan
untuk
mempertahankan
keberlangsungan labanya juga menjadi rendah. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh arus kas operasi terhadap persistensi laba oleh Dewi dan Putri (2015) menemukan kesimpulan bahwa aliran kas memiliki pengaruh positif terhadap persistensi laba. Hal yang sama juga dihasilkan oleh Nuraina (2011), mengisyaratkan bahwa semakin tinggi aliran kas operasi suatu perusahaan akan meningkatkan persistensi laba perusahaan tersebut. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: Ha.2 :
Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba
3. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap persistensi laba Berdasarkan
aturan
Otoritas
Jasa
Keuangan
Nomor
33/POJK.04/2014, komisaris independen harus dimiliki oleh emiten atau perusahaan publik minimal 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan komisaris dapat mempengaruhi pihak manajemen 38
dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi di antara para manajer internal dan mengawasi kebijakan menajemen serta memberikan nasihat kepada menajemen. Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (KNKG, 2006). Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dewan komisaris independen terhadap persistensi laba diantaranya penelitian Khafid (2012) dan Kusuma dan Sadjiarto (2014) yang berkesimpulan bahwa komposisi dewan komisaris independen dalam perusahaan terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap persistensi laba. Sedangkan kesimpulan yang berbeda diperoleh dari penelitian Nurochman dan Solikhah (2015) yang berkesimpulan komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: Ha.3 :
Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap persistensi laba
39
4. Pengaruh komite audit terhadap persistensi laba Dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya, dewan komisaris dapat membentuk komite yaitu komite audit (Khafid, 2012). Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015, setiap emiten atau perusahaan publik harus memiliki minimal 3 orang komite audit. Komite audit yang anggotanya terdiri dari pihak eksternal perusahaan diyakini memiliki independensi dalam pengawasan dan pengendalian proses laporan keuangan. Selain itu, salah satu anggota komite audit diharuskan memiliki latar belakang pengetahuan akuntansi dan atau keuangan, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pelaporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang telah ditetapkan (Junawatiningsih dan Harto, 2014). Mc Mullen (1996) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa investor, analis, dan regulator menganggap komite audit memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan. Karena masalah dalam proses pelaporan keuangan lebih mungkin ditemukan dan diselesaikan apabila terdapat komite audit yang lebih besar (Naimi et al., 2010). Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh komite audit terhadap persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Khafid (2012), dalam penelitiannya tersebut ditarik kesimpulan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil yang sama juga didapat dari Kusuma dan Sadjiarto (2014), Junawatiningsih dan Harto 40
(2014) serta penelitian Nurochman dan Solikhah (2015). Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: Ha.4 :
Komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba
5. Pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba Investor cenderung akan lebih berhati-hati dan lebih waspada ketika berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi. Investor cenderung akan memiliki pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi bila ada perusahaan tersebut persisten atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan berkelanjutan (Kusuma dan Sadjiarto, 2014). Menurut Supadmi dan Putri (2016), tingkat hutang didefinisikan sebagai rasio total hutang dibagi total aktiva untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, kebijakan utang merupakan salah satu alternatif untuk pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal (modal ekuitas). Besarnya tingkat hutang perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik di mata kreditor dan auditor. Dengan kinerja yang baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran (Junawatiningsih dan Harto, 2014).
41
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2010) dan Junawatiningsih dan Harto (2014) dengan hasil tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Sementara hasil yang disimpulkan oleh Fachrurrozie dan Kasiono (2016) yang memberikan hasil bahwa tingkat hutang berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Sedangkan hasil penelitian Suwandika dan Astika (2013), Nurochman dan Solikhah (2015) serta Kusuma dan Sadjiarto (2014) berkesimpulan tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: Ha.5 :
Tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba
6. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Menurut Indriani (2005) dalam Daniati dan Suhairi (2006), perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan positif dan dianggap memilki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil.
42
Semakin tinggi total aset perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tergolong perusahaan besar. Dan sebaliknya, semakin rendah total aset mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tergolong perusahaan kecil (Rifai dkk., 2015). Semakin besarnya suatu perusahaan,
maka
diharapkan
pertumbuhan
laba
yang
tinggi.
Pertumbuhan laba yang tinggi juga akan mempengaruhi persistensi laba dan kesinambungan perusahaan dalam menarik calon investor yang akan dicurigai sebagai praktik modifikasi laba (Dewi dan Putri, 2015). Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap persistensi laba diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Junawatiningsih dan Harto (2014) yang memberikan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil tersebut juga didapat oleh Dewi dan Putri (2015). Namun hasil yang berbeda didapat dari penelitian Nurochman dan Solikhah (2015), yang berkesimpulan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba. Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: Ha.6 :
Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba
43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabelvariabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji pengaruh dari variabel independen yang terdiri dari besaran akrual, arus kas operasi, komposisi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini ialah persistensi laba. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan keuangan tahunan periode 2012-2015. B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Penentuan sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling method dari seluruh perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Purposive sampling method merupakan pengambilan sampel dengan kritera tertentu. Penelitian ini menentukan sampel dengan kriteria sebagai berikut :
44
1.
Perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015
2.
Perusahaan yang terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2012
3.
Perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 2012-2015 yang berakhir pada tanggal 31 Desember, dan memiliki data laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian
4.
Perusahaan yang memiliki laba positif secara berturut-turut pada tahun 2012-2015
5.
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam metode dokumentasi ini, peneliti mempelajari dan mengambil data berupa dokumen-dokumen dari beberapa sumber seperti internet, buku, jurnal, dan sumber lainnya baik dalam format kertas hasil cetakan maupun dalam format elektronik yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Pengumpulan data ini juga bertujuan untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian ini yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id dan dari perusahaan sampel melalui website resmi masing-masing perusahaan sampel. 45
D. Metode Analisis Data Metode analisis data penelitian ini menggunakan perhitungan statistik dengan penerapan SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows 22. Setelah data yang dibutuhkan penelitian ini telah diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data penelitian, terdiri dari metode analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, koefisien determinasi dan uji hipotesis. Penjelasan mengenai metode analisis data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum,
minimum,
sum,
range,
kurtosis,
skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013). 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
46
1) Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan data distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013). 2) Analisis Statistik Uji normalitas dengan grafik akan menyesatkan apabila tidak berhati-hati secara visual terlihat normal, namun secara statistik bisa sebaliknya. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis (Ghozali, 2013), yaitu: H0: Data residual berdistribusi normal HA: Data residual tidak berdistribusi normal 47
Jika signifikansi < 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal atau H0 ditolak. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel – variabel disebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013). Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas. Dalam penelitian ini, multikolinearitas dideteksi dengan cara melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah 48
nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat multikolinearitas yang masih dapat ditolerir. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar analisis uji heteroskedastisitas ialah jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan, karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin
sedikit
jumlah
pengamatan
semakin
sulit 49
menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil (Ghozali, 2013). Ada beberapa uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini digunakan uji glejser untuk menguji heteroskedastisitas secara statistik. Dasar analisis uji glejser ialah jika variabel independen secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini, pendeteksian uji autokorelasi yang digunakan ialah Run Test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari signifikansi 0,05. Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika 50
antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random (Ghozali, 2013). 3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan 1 atau (0 < x < 1). Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum, koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013). Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka
pasti meningkat,
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Maka banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted model regresi terbaik. Nilai adjusted
pada saat mengevaluasi mana dapat naik atau turun apabila
satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2013).
51
4. Analisis Regresi Berganda Metode analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2013). Pembuatan persamaan regresi berganda menggunakan output SPSS dengan menginterpretasikan angka-angka yang termuat di dalam Unstandardized Coefficients B (Ghozali, 2013). Variabel-variabel independen dalam penelitian ini adalah besaran akrual, arus kas operasi, komposisi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persistensi laba. Untuk menguji hipotesis variabelvariabel tersebut digunakan rumus persamaan regresi sebagai berikut: α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + e
Y =
keterangan: Y
: Persistensi Laba
α
: Konstanta
β1,2,3,4,5,6 : Koefisien Regresi X1
: Besaran akrual
X2
: Arus kas operasi
X3
: Dewan Komisaris Independen
X4
: Komite Audit
X5
: Tingkat Hutang 52
X6
: Ukuran Perusahaan
e
: Kesalahan regresi (regression error)
5. Uji Hipotesis Dasar pengambilan keputusan dalam analisa regresi berganda adalah dengan menggunakan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) dan uji signifikansi simultan (uji statistik F). Berikut penjelasan dari uji statistik F dan uji statistik t : a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2013). Menurut Ghozali (2013) penentuan nilai statistik F yaitu dengan menentukan level of significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika sig. F > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sig. F < 0,05 maka Ha diterima dan berarti bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013). b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Menurut Ghozali (2013) penentuan nilai statistik t yaitu dengan 53
menentukan level of significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika sig. t > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sig. t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2013). E. Operasional Variabel Penelitian Bagian ini akan menjelaskan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan dan pengukuran dari variabel yang digunakan penelitian. Terdiri dari enam variabel independen dan satu variabel dependen. 1.
Variabel Independen (X). Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah: a. Akrual Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang yang diserahkan tersebut (Dechow dan Dichev, 2002). Dalam penelitian ini besaran akrual diukur dengan laba akuntansi sebelum pajak dan pendapatan komprehensif periode sekarang (PTBI) dikurangi oleh aliran kas operasi sebelum pajak (PTCF), kemudian dibagi rata-rata total aset. PTBIt - PTCFt Rata-rata total aset (Hanlon, 2005)
54
b. Arus Kas Operasi Nuraina (2011) memaparkan komponen arus kas dari aktivitas operasi sebagai ukuran kinerja cenderung tidak menyimpang dibandingkan jumlah yang dinyatakan pada laba, arus kas operasi sering digunakan sebagai cek atas kualitas laba dengan pandangan bahwa semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap laba maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut. Dalam penelitian ini arus kas operasi diukur dengan total aliran kas operasi dikurangi aliran kas terkait pendapatan komprehensif dan ditambah pajak secara kas, kemudian dibagi rata-rata total aset. Arus kas operasi-kas pend.komprehensif+pajak secara kas Rata-rata total aset (Hanlon, 2005)
c. Dewan Komisaris Independen Dewan komisaris independen merupakan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan yang tidak terafiliasi dengan perusahaan. Dengan semakin besarnya jumlah dewan komisaris, maka semakin kecil kemungkinan dilakukan modifikasi penyajian laporan keuangan, yang berarti akan membuat laba perusahaan persisten (Kusuma dan Sadjiarto, 2014). Komposisi dewan komisaris merupakan jumlah keanggotaan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan (Khafid, 2012). Dalam penelitian ini dewan
55
komisaris independen diukur dengan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh anggota dewan komisaris. Jml Anggota Dewan Komisaris Independen x 100% Jml Anggota Dewan Komisarsis (Khafid, 2012) d. Komite Audit Mc Mullen (1996) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa investor, analis, dan regulator menganggap komite audit memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan. Karena masalah dalam proses pelaporan keuangan lebih mungkin ditemukan dan diselesaikan apabila terdapat komite audit yang lebih besar (Naimi et al., 2010). Dalam penelitian ini komite audit diukur dengan jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan. Jumlah komite audit (Khafid, 2012) e. Tingkat Hutang Menurut Tarjo (2008) kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Tingkat hutang didefinisikan sebagai rasio total hutang dibagi total aktiva untuk membayar kewajiban jangka panjangnya (Supadmi dan Putri, 2016). Tingkat hutang yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan
56
perusahaan membayar hutang (Hayati, 2014). Dalam penelitian ini tingkat hutang diukur dengan total hutang dibagi total aset. Total Hutangt Total Asett (Supadmi dan Putri, 2016)
f. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan yang diukur dengan aset perusahaan menunjukkan seberapa besar harta yang dimiliki perusahaan, dengan aset yang besar maka akan menghasilkan keuntungan usaha yang lebih besar dan perusahaan dengan aset yang kecil tentunya juga menghasilkan keuntungan sesuai dengan aset yang dimilikinya yang relatif kecil (Rifai dkk., 2015). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural (ln) total aset. Ln Total Aset (Nurochman dan Solikhah, 2015)
2. Variabel Dependen (Y). Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah persistensi laba. Persistensi laba merupakan suatu ukuran yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai satu periode masa depan (Sloan, 1996). Laba yang berkualitas dapat menunjukkan kesinambungan laba, sehingga laba yang persisten cenderung tidak berfluktuatif disetiap periode (Suwandika 57
dan Astika, 2013). Dalam penelitian ini persistensi laba diukur dengan laba akuntansi sebelum pajak dan pendapatan komprehensif masa depan (PTBIt+1) dibagi dengan rata-rata total aset. PTBIt+1 Rata-rata total aset (Hanlon, 2005)
58
No 1
Tabel 3. 1 Tabel Operasional Variabel Indikator
Variabel Akrual (X1) (Hanlon, 2005)
ket: PTBIt PTCFt 2
Arus Kas Operasi (X2)
3
(Hanlon, 2005) Komposisi Dewan Komisaris (X3)
4
(Khafid, 2012) Komite Audit (X4)
5
(Khafid, 2012) Tingkat Hutang (X5)
6
(Supadmi dan Putri, 2016) Ukuran Perusahaan (X6)
Rasio
BDIND = Jml Anggota Dewan Komisaris Independen x 100% Jml Anggota Dewan Komisarsis
Rasio
AUDCOM = Jumlah Komite Audit
Nominal
TH = Total Hutang Total Aset
Rasio
UP = Ln Total Aset
Rasio
Persistensi Laba (Y) (Hanlon, 2005)
Rasio
PTCF = Arus kas operasi – kas pend.komprehensif + pajak terkait kas Rata-rata total asset
(Nurochman dan Solikhah, 2015) 7
PTACC = PTBIt – PTCFt Rata-rata total aset = laba akuntansi sebelum pajak dan pendapatan komprehensif periode sekarang = arus kas operasi sebelum pajak
Skala
ket: PTBIt+1
Sumber : Data yang diolah tahun 2016
PTBIt+1 Rata-rata total aset = laba akuntansi sebelum pajak dan pendapatan komprehensif tahun depan dibagi rata-rata total aset
Rasio
59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan pada sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Berdasarkan kriteria, diperoleh sampel sebanyak 32 perusahaan per tahun, periode pengamatan yang digunakan adalah 3 periode yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Sehingga total keseluruhan sampel awal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 sampel. Berikut sampel perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian. Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian No
Kriteria
Jumlah
1
Perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
49
2
(-) Perusahaan yang IPO di BEI setelah 1 Januari 2012
3
4 5
(-) Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangannya secara berturut-turut dari tahun 20122015 dan tidak memiliki kelengkapan data yang diperlukan dalam penelitian (-) Perusahaan yang tidak memiliki laba positif secara berturut-turut selama tahun 2012-2015 (-) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dengan mata uang selain Rupiah Jumlah total sampel (32 perusahaan selama 3 tahun)
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
60
(8)
(1)
(8) (0) 96
Pada saat pengujian normalitas, diperoleh hasil bahwa data penelitian tidak normal. Pengujian dengan Kolmogorov Smirnov (K-S) menghasilkan nilai sebesar 0,001 dengan total sampel sebanyak 96 data, artinya data tidak lolos uji normalitas karena nilai signifikansi dibawah 0,05 (0,001 < 0,05). Berikut hasil dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov (K-S) dengan 96 sampel yang disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) 96 sampel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 96 a,b Normal Parameters Mean ,0000000 Std. ,05911485 Deviation Most Extreme Absolute ,126 Differences Positive ,126 Negative -,079 Test Statistic ,126 Asymp. Sig. (2-tailed) ,001c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Salah satu cara agar data penelitian menjadi normal adalah dengan melakukan screening data untuk mendeteksi apakah data dari masing-masing variabel penelitian memiliki data ekstrim (outlier) yang berpotensi mengganggu hasil analisis. Screening data penelitian ini menggunakan nilai z-score, jika terdapat nilai z-score yang bernilai lebih besar dari +2,5 atau bernilai lebih kecil dari -2,5 dari masing-masing variabel maka data tersebut 61
adalah data ekstrim (outlier). Variabel komite audit dikecualikan dari screening data menggunakan z-score, dikarenakan tidak terdapat variasi data setelah screening data. Setelah screening data dengan z-score, hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov (K-S) menghasilkan nilai sebesar 0,012 dengan total sampel sebanyak 72 data, artinya data tidak lolos uji normalitas karena nilai signifikansi dibawah 0,05 (0,012 < 0,05). Berikut hasil dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov (K-S) dengan 72 sampel yang disajikan dalam tabel 4.3. Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) 72 Sampel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 72 a,b Normal Parameters Mean ,0000000 Std. ,03538445 Deviation Most Extreme Absolute ,120 Differences Positive ,120 Negative -,058 Test Statistic ,120 Asymp. Sig. (2-tailed) ,012c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Setelah data penelitian masih tidak normal, maka dilakukan screening data dengan melihat grafik histogram salah satu variabel. Variabel tersebut ialah variabel dependen penelitian, data terbesar dari variabel dependen tersebut dihilangkan sehingga data penelitian dapat lolos uji normalitas. 62
Hasil screening data menunjukan bahwa terdapat 9 perusahaan yang memiliki data ekstrim (outlier), sehingga perusahaan-perusahaan tersebut harus dikeluarkan dari sampel. Jumlah sampel akhir yang diobservasi adalah 23 perusahaan dalam jangka waktu 3 periode, sehingga total sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 69 sampel. B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013). Variabel yang digunakan didalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persistensi laba. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari akrual, arus kas operasi, komposisi dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan. Hasil dari uji statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4.4. Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa jumlah data (Valid N) yang ada didalam penelitian ini adalah sebanyak 69 sampel yang berasal dari 23 perusahaan-perusahaan properti dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 periode, yaitu tahun 2012-2014.
63
Tabel 4. 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum 69 ,00413 69 -,16907 69 -,14524 69 ,33000 69 2,00000 69 ,17750 69 26,55680
Maximum ,22485 ,22048 ,23751 ,57000 5,00000 ,64941 30,97059
Mean ,0831819 ,0103765 ,0651016 ,3768116 3,0000000 ,4240454 29,1163181
PTBIplus1 PTACC PTCF BDIND AUDCOM TH UP Valid N 69 (listwise) Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
Std. Deviation ,04692367 ,07543418 ,06718800 ,06704899 ,34299717 ,12722018 1,12286591
Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah persistensi laba (PTBIplus1). Perhitungan persistensi laba dengan proksi laba tahun depan diperoleh dari laba sebelum pajak dan pendapatan komprehensif tahun depan (t+1) dibagi dengan rata-rata total aset tahun 2012-2015. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 0,0831819 dan nilai standar deviasi dari persistensi laba adalah sebesar 0,04692367. Nilai terendah (minimum) dari persistensi laba adalah sebesar 0,00413, tingkat persistensi laba paling rendah diperoleh dari Sentul City Tbk pada tahun 2013. Nilai tertinggi (maximum) dari persistensi laba adalah sebesar 0,22485, perusahaan yang menunjukkan tingkat persistensi laba paling tinggi diperoleh dari Lippo Cikarang Tbk pada tahun 2014. Variabel independen pertama dalam penelitian ini adalah akrual sebelum pajak (PTACC). Perhitungan akrual diperoleh dari laba sebelum 64
pajak dan pendapatan komprehensif tahun sekarang dikurangi arus kas operasi sebelum pajak kemudian dibagi dengan rata-rata total aset tahun 2012-2015. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (ratarata) sebesar 0,0103765 dan nilai standar deviasi dari akrual adalah sebesar 0,07543418. Nilai terendah (minimum) dari variabel akrual yaitu sebesar -0,16907, tingkat akrual paling rendah diperoleh dari Bumi Citra Permai Tbk pada tahun 2013. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari variabel akrual sebesar 0,22048 yang diperoleh dari Pikko Land Development Tbk pada tahun 2014. Variabel independen kedua dalam penelitian ini adalah arus kas operasi sebelum pajak (PTCF). Perhitungan arus kas operasi diperoleh dari nilai arus kas operasi ditambah pajak secara kas dikurangi kas terkait pos luar biasa kemudian dibagi dengan rata-rata total aset tahun 20122015. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 0,0651016 dan nilai standar deviasi dari arus kas operasi adalah sebesar 0,06718800. Nilai terendah (minimum) dari variabel arus kas operasi sebesar -0,14524, tingkat arus kas operasi paling rendah diperoleh dari Bumi Citra Permai Tbk pada tahun 2014. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari variabel arus kas operasi sebesar 0,23751 yang diperoleh dari Bumi Citra Permai Tbk pada tahun 2013. Variabel independen ketiga dalam penelitian ini adalah dewan komisaris
independen
(BDIND).
Perhitungan
dewan
komisaris
independen diperoleh dari jumlah anggota komisaris independen dibagi 65
dengan jumlah seluruh anggota dewan komisaris kemudian dikalikan 100%. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 0,3768116 dan nilai standar deviasi dari dewan komisaris independen adalah sebesar 0,06704899. Nilai terendah (minimum) dari variabel dewan komisaris independen sebesar 0,33. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari variabel dewan komisaris independen sebesar 0,57 yang diperoleh dari Lippo Cikarang Tbk pada tahun 2013. Variabel independen keempat dalam penelitian ini adalah komite audit (AUDCOM). Perhitungan komite audit diperoleh dari jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 3,00 dan nilai standar deviasi dari komite audit adalah sebesar 0,34299717. Nilai terendah (minimum) dari variabel komite audit sebesar 2,00 yang diperoleh dari Megapolitan Developments Tbk pada tahun 2012 serta dari Perdana Gapura Prima Tbk pada tahun 2012 dan 2013. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari variabel komite audit sebesar 5,00 yang diperoleh dari Alam Sutera Reality Tbk pada tahun 2012. Variabel independen kelima dalam penelitian ini adalah tingkat hutang (TH). Perhitungan tingkat hutang diperoleh dari hasil pembagian antara total liabilitas dengan total aset. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 0,4240454 dan nilai standar deviasi dari tingkat hutang adalah sebesar 0,12722018. Nilai terendah (minimum) dari variabel tingkat hutang sebesar 0,17750, tingkat hutang 66
paling rendah diperoleh dari Roda Vivatex Tbk pada tahun 2014. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari variabel tingkat hutang sebesar 0,64941 yang diperoleh dari Summarecon Agung Tbk pada tahun 2013. Variabel independen keenam dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (UP). Perhitungan ukuran perusahaan diperoleh dari logaritma natural (ln) total aset. Dari hasil uji statistik deskriptif diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar 29,1163181 dan nilai standar deviasi dari ukuran perusahaan adalah sebesar 1,12286591. Nilai terendah (minimum) dari variabel perusahaan sebesar 26,55680, ukuran perusahaan paling rendah diperoleh dari Bumi Citra Permai Tbk pada tahun 2012. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari variabel ukuran perusahaan sebesar 30,97059 yang diperoleh dari Bumi Serpong Damai pada tahun 2014. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik Sebelum pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa penggunaan model regresi dalam penelitian layak untuk digunakan. Uji asumsi klasik yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
uji
normalitas,
uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi 67
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013). Uji normalitas dengan analisis grafik dalam penelitian ini menggunakan grafik histogram dan grafik normal probability plot. Hasil pengujian normalitas menggunakan grafik dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 yang menunjukkan hasil uji normalitas menggunakan grafik histogram dan gambar 4.2 yang menunjukkan hasil uji normalitas menggunakan grafik normal probability plot.
Gambar 4. 1 Grafik Histogram Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
68
Gambar 4. 2 Grafik Normal Probability Plot Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016 Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan hasil berupa pola distribusi yang normal, sedangkan grafik normal probability plot pada gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan uji normalitas menggunakan analisis grafik, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas. Selain melalui analisis grafik, penelitian ini juga menggunakan uji normalitas melalui uji statistik. Dalam penelitian ini, digunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk memperkuat hasil normalitas data. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) memiliki tingkat signifikansi diatas α > 0,05 maka model 69
regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013). Hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 69 a,b Normal Parameters Mean ,0000000 Std. ,02925230 Deviation Most Extreme Absolute ,058 Differences Positive ,051 Negative -,058 Test Statistic ,058 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.5, hasil uji normalitas menunjukkan besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,058 dan tingkat signifikansinya berada pada 0,200. Hasil ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena tingkat signifikansinya lebih dari 0,05. b. Hasil Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (idependen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara 70
variabel independen. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang dipakai ada atau tidaknya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Hasil dari uji multikolinearitas pada penelitian ini disajikan pada tabel 4.6. Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model 1 (Constant) PTACC PTCF BDIND AUDCOM TH
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,281 ,277 ,677 ,902 ,729
UP ,720 a. Dependent Variable: PTBIplus1 Sumber: Data Sekunder yang diolah tahun 2016
3,554 3,609 1,476 1,109 1,371 1,390
Berdasarkan tabel 4.6, hasil perhitungan pada kolom tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Sementara hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi pada penelitian ini. 71
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot dan uji glejser. Pada grafik scatterplot, jika tidak ada pola yang jelas serta titiktitik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik plot disajikan dalam gambar 4.3.
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Scatterplot Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan grafik scatterplot yang ditunjukkan pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat 72
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Selain melalui grafik scatterplot, penelitian ini melakukan uji glejser untuk memperkuat bukti bahwa dalam model regresi penelitian tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil dari uji glejser dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Glejser
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016 Berdasarkan hasil uji glejser yang ditunjukkan pada tabel 4.7, menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya yang bernilai diatas tingkat kepercayaan 5% (0,05). Dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Hasil ini sesuai dengan uji heteroskedastisitas menggunakan grafik scatterplot.
73
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini, pengujian uji autokorelasi menggunakan Run Test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari signifikansi 0,05. Hasil dari uji autokorelasi dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.8. Tabel 4. 8 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,00239 34 35 69 32 -,847 ,397
a. Median Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.8 nilai test adalah sebesar 0,00239 dengan probabilitas 0,397 yang bernilai lebih besar dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai residual acak atau random, sehingga dapat 74
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model regresi yang digunakan didalam penelitian ini. 3. Hasil Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dilihat dari nilai adjusted R2. Nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2013). Hasil dari uji koefisien determinasi dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.9. Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model 1
R ,782a
R Square
Adjusted R Square
,611
,574
Std. Error of the Estimate ,03063506
a. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND, PTACC b. Dependent Variable: PTBIplus1 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016 Dari tabel 4.9 yang telah disajikan di atas, nilai adjusted R2 sebesar 0,574 yang berarti bahwa variabel-variabel independen yang ada dalam penelitian ini dapat menjelaskan 57,4% variabel dependen dalam penelitian ini yaitu persistensi laba. Hasil ini menunjukkan bahwa model memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya sebesar 42,6% dijelaskan oleh varibel-variabel lain di 75
luar penelitian ini. Beberapa contoh variabel lain tersebut ialah siklus operasi (Fanani, 2010), book tax gap dan volatilitas penjualan (Kusuma dan Sadjiarto, 2014), kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial (Nurochman dan Solikhah, 2015). 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk memberikan gambaran antara hubungan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi simultan (uji statistik F) dan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t). a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini, variabel independen yang terdiri dari akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen yaitu persistensi laba. Hasil dari uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang disajikan dalam tabel 4.10, diperoleh nilai F adalah sebesar 16,256 dengan nilai signifikansi 0,000.
76
Tabel 4. 10 Hasil Uji Signifikansi Simultan: Uji Statistik F ANOVAa Model 1 Regression
Sum of Squares ,092
Mean Square
df 6
,015
F 16,256
Sig. ,000b
Residual ,058 62 ,001 Total ,150 68 a. Dependent Variable: PTBIplus1 b. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND, PTACC Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016 Dari hasil tersebut, nilai signifikansi lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian yaitu sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang terdiri dari akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan secara bersamasama atau secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu persistensi laba. b. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini, apakah variabel independen yang terdiri dari akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan secara individual mempengaruhi variabel dependen yaitu persistensi laba. Hasil dari 77
uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) disajikan dalam tabel 4.11. Tabel 4. 11 Hasil Uji Signifikansi Individual : Uji Statistik t Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant) PTACC PTCF BDIND AUDCOM TH UP
Std. Error
,123 ,833 ,933 ,114 -,009 -,018 -,004
Standardized Coefficients Beta
,102 ,093 ,105 ,067 ,011 ,034 ,004
1,339 1,335 ,163 -,067 -,049 -,096
t
Sig.
1,212 8,972 8,878 1,692 -,806 -,530 -1,030
,230 ,000 ,000 ,096 ,423 ,598 ,307
a. Dependent Variable: PTBIpuls1
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2016 Berdasarkan pada hasil uji signifikansi individual (uji statistik t) yang disajikan pada tabel 4.11 diatas, maka didapat persamaan regresi seperti: PTBIt+1 = 0,123 + 0,833 PTACC + 0,933 PTCF + 0,144 BDIND – 0,009 AUDCOM – 0,018 TH – 0,004 UP + e Berikut penjelasan dari variabel yang berpengaruh terhadap persistensi laba: 1) Nilai konstanta sebesar 0,123 artinya jika variabel akrual (PTACC),
arus
kas
operasi (PTCF),
dewan komisaris
independen (BDIND), komite audit (AUDCOM), tingkat hutang (TH), dan ukuran perusahaan (UP) bernilai nol, maka variabel
78
dependen atau persistensi laba (PTBIt+1) akan bernilai 0,123 satuan. 2) Koefisien regresi akrual (PTACC) sebesar 0,833 yang berarti jika variabel akrual (PTACC) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel dependen yaitu persistensi laba (PTBIt+1) akan meningkat sebesar 0,833 satuan. 3) Koefisien regresi arus kas operasi (PTCF) sebesar 0,933 yang berarti jika variabel arus kas operasi (PTCF) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel dependen yaitu persistensi laba (PTBIt+1) akan meningkat sebesar 0,933 satuan. Berikut hasil uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) dari variabel independen yang terdiri dari akrual (PTACC), arus kas operasi (PTCF), dewan komisaris independen (BDIND), komite audit (AUDCOM), tingkat hutang (TH), dan ukuran perusahaan (UP) terhadap variabel dependen yaitu persistensi laba (PTBIt+1). Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1) Akrual (PTACC) Pengujian hipotesis mengenai pengaruh akrual (PTACC) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar 0,833 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang ditunjukkan variabel akrual lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05). Artinya 79
akrual memiliki pengaruh terhadap persistensi laba. Dan dengan demikian maka Ha1 yang menyatakan bahwa besaran akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba diterima. Koefisien regresi yang bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai akrual maka semakin tinggi juga nilai dari persistensi laba. Secara teoritis selain dapat memprediksi arus kas masa depan, akrual juga dapat digunakan untuk memprediksi laba masa depan, namun tidak mampunya akrual secara signifikan mempengaruhi persistensi laba dapat dikarenakan nilai akrual yang terlalu rendah (Dewi dan Putri, 2015). Namun, hasil dalam penelitian ini tidak mendukung pernyataan tersebut, pada penelitian ini nilai akrual tinggi sehingga hasil menunjukkan bahwa akrual berpengaruh terhadap persistensi laba. Hal ini memperkuat pernyataan Moienadin dan Tabatabaenasab (2014) yang menyatakan bahwa akrual memiliki kemampuan dalam memprediksi laba masa depan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fachrurrozie dan Kasiono (2016) yang berkesimpulan bahwa akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arfan, dkk. (2014) yang memperoleh hasil besaran akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Sementara hasil dari penelitian Fanani (2010) berkesimpulan besaran akrual 80
berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) yang memperoleh hasil akrual tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. 2) Arus kas operasi Pengujian hipotesis mengenai pengaruh arus kas operasi (PTCF) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar 0,933 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang ditunjukkan variabel arus kas operasi lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05). Artinya arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap persistensi laba. Dan dengan demikian maka Ha2 yang menyatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba diterima. Koefisien regresi yang bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai arus kas operasi maka semakin tinggi juga nilai dari persistensi laba. Hal ini disebabkan karena selama tahun penelitian perusahaan sampel lebih banyak mendapatkan kas dibandingkan mengeluarkannya, dengan kata lain perusahaan memiliki kas untuk
melakukan
operasionalnya
kembali
tanpa
harus
meminjam atau mencari modal kepada pihak lain, apabila operasional perusahaan baik maka akan menghasilkan laba yang baik pula (Nurbaiti dkk., 2016). Pada dasarnya, arus kas operasi 81
yang dijadikan patokan dalam bertindak selain laba, semakin tinggi nilai aliras kas operasi pada perusahaan, maka kualitas laba atau persistensi laba akan meningkat, begitu pula sebaliknya (Dewi dan Putri, 2015). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Putri (2015) dan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti dkk. (2016) yang menyatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Sementara hasil penelitian Arfan dkk. (2014) yang menggunakan volatilitas arus kas berkesimpulan bahwa volatilitas arus kas berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil serupa juga disimpulkan oleh Kusuma dan Sadjiarto (2014) berkesimpulan bahwa volatilitas arus kas berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Namun, hasil ini berlawanan dengan Chowijaya dkk. (2014) yang menyatakan bahwa aliran kas operasi tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. 3) Dewan Komisaris Independen Pengujian hipotesis mengenai pengaruh dewan komisaris independen (BDIND) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar 0,114 dengan nilai signifikansi sebesar 0,096. Nilai signifikansi yang ditunjukkan variabel arus kas operasi lebih besar daripada 0,05 (0,096 > 0,05). Artinya dewan komisaris independen tidak 82
berpengaruh terhadap persistensi laba. Dan dengan demikian maka
Ha3
yang
menyatakan
bahwa
dewan
komisaris
independen berpengaruh positif terhadap persistensi laba ditolak. Komisaris independen dapat memilih dan memutuskan secara bebas ketika kinerja manajemen menurun secara signifikan, hal ini rasional karena para dewan komisaris independen tidak memiliki hambatan-hambatan psikologis dalam
melakukan
fungsi
monitoring
terhadap
kinerja
manajemen (Khafid, 2012). Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hal tersebut, penjelasan atas hal tersebut menurut Siregar dan Utama (2005) adalah bahwa pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi tapi tidak dimaksudkan untuk penegakkan Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan. Kedua, ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk menyebabkan komisaris independen tersebut dapat mendominasi
kebijakan
yang diambil oleh
dewan komisaris. Jika komisaris independen merupakan pihak mayoritas (>50%) maka mungkin dapat lebih efektif dalam menjalakan peran monitoring dalam perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nurochman dan Solikhah (2015) yang berkesimpulan 83
bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Kusuma dan Sadjiarto (2014) yang berkesimpulan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap persistensi laba, hasil tersebut juga didapat dari penelitian Khafid (2012) yang memiliki hasil dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap persistensi laba. 4) Komite Audit Pengujian hipotesis mengenai pengaruh komite audit (AUDCOM) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -0,009 dengan nilai signifikansi sebesar 0,423. Nilai signifikansi yang ditunjukkan variabel arus kas operasi lebih besar daripada 0,05 (0,423 > 0,05). Artinya komite audit tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Dan dengan demikian maka Ha4 yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba ditolak. Dengan adanya pengawasan oleh komite audit membuat manajer lebih cenderung meningkatkan kinerjanya dari pada harus melakukan manipulasi laba. Akibatnya pengawasan yang dilakukan komite audit akan meningkatkan kinerja manajer untuk menghasilkan laba yang persisten (Nurochman dan Solikhah, 2015). Namun hasil penelitian ini tidak mendukung 84
pernyataan tersebut, tidak adanya pengaruh mengindikasikan bahwa besar kecilnya ukuran komite audit tidak berdampak pada manipulasi laba yang dilakukan manajemen perusahaan. Hasil tersebut tidak menjamin ukuran komite audit dapat memonitor untuk mendeteksi gangguan dalam informasi laba, akan tetapi lebih kepada integritas dari anggota komite audit itu sendiri
untuk
melaksanakan
tugasnya
sebagai
fungsi
pengawasan secara efektif, hal tersebut diduga jumlah anggota komite audit yang diisyaratkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal oleh perusahaan (Prabowo, 2014). Hasil serupa diperoleh dari Siregar dan Utama (2005) yang berkesimpulan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh negatif terhadap pengelolaan laba (sebagai proksi yang digunakan untuk menilai kualitas laba). Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Khafid (2012) yang berkesimpulan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba, hasil tersebut juga didapat dari penelitian Kusuma dan Sadjiarto (2014) serta Junawatinigsih dan Harto (2014) yang memperoleh hasil komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil penelitian Nurochman dan Solikhah (2015) juga berkesimpulan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
85
5) Tingkat Hutang Pengujian hipotesis mengenai pengaruh tingkat hutang (TH) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -0,018 dengan nilai signifikansi sebesar 0,598. Nilai signifikansi yang ditunjukkan variabel tingkat hutang lebih besar daripada 0,05 (0,598 > 0,05). Artinya tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Dan dengan demikian maka Ha5 yang menyatakan bahwa tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba ditolak. Tingkat hutang memiliki hubungan yang berlawanan atau negatif terhadap persistensi laba karena hutang mengandung konsekuensi perusahaan harus membayar bunga dan pokok pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan tidak mampu membayar maka akan menimbulkan resiko kegagalan sehingga laba yang diperoleh perusahaan akan lebih diutamakan untuk membayar hutang dan bunganya daripada untuk memelihara penghasilan perusahaan dan membiayai kegiatan operasional perusahaan, sehingga akan memungkinkan berdampak pada penurunan laba perusahaan di masa depan (Rica dan Barus, 2014). Menurut Zuhri (2016), tingkat hutang tidak mempunyai pengaruh
terhadap
persistensi
laba
dikarenakan
ada
kemungkinan perusahaan cenderung menggunakan pendanaan 86
dari hutang untuk berinvestasi pada aset jangka panjang seperti PPE
(property,
plant,
and
equipment)
dibandingkan
menggunakan hutang untuk kegiatan operasional perusahaan. Penggunaan pendanaan dari hutang untuk investasi pada aset jangka panjang yang return atau dampaknya terhadap laba lebih lama jika dibandingkan dengan penggunaan pendanaan utang untuk keperluan operasional perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rica dan Barus (2014) dan penelitian Kusuma dan Sadjiarto (2014) yang memperoleh hasil tingkat hutang tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba, hasil tersebut juga didukung oleh Nurochman dan Solikhah (2015). Sementara penelitian yang dilakukan oleh Suwandika dan Astika (2013) dan penelitian oleh Hayati (2014) berkesimpulan bahwa tingkat hutang tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Namun penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2010), yang memperoleh hasil tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil serupa juga didapat dari penelitian Junawatiningsih dan Harto (2014) serta penelitian yang dilakukan oleh Arfan, dkk. (2014) yang berkesimpulan bahwa tingkat hutang berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
Sementara
Fachrurrozie
dan
Kasiono
(2016) 87
berkesimpulan bahwa tingkat hutang berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. 6) Ukuran Perusahaan Pengujian hipotesis mengenai pengaruh ukuran perusahaan (UP) terhadap persistensi laba (PTBIt+1) yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -0,004 dengan nilai signifikansi sebesar 0,307. Nilai signifikansi yang ditunjukkan variabel ukuran perusahaan lebih besar daripada 0,05 (0,307 > 0,05). Artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap persistensi laba. Dan dengan demikian maka Ha6 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba ditolak. Hasil ini mendukung teori stewardship. Dalam teori stewardship, manajer akan berperilaku sesuai kepentingan bersama. Sehingga besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak akan
menpengaruhi
penurunan
ataupun
kenaikan
laba
perusahaan (Nurochman dan Solikhah, 2015). Hasil ini juga berlawanan dengan pernyataan Gu
et. al (2002) dalam
Nurochman dan Solikhah (2015) yang menyatakan bahwa perusahaan besar akan mengurangi biaya politis dengan menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi laba, dengan begitu laba yang dihasilkan cenderung kecil dan tidak
88
persisten serta tidak mencerminkan kualitas
laba yang
sesungguhnya yang dihasilkan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nurochman dan Solikhah (2015) yang memperoleh hasil ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
negatif
terhadap
persistensi laba. Namun penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang
berbeda
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Junawatiningsih dan Harto (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Hasil serupa juga diperoleh dari penelitian Dewi dan Putri (2015)
yang
berkesimpulan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh positif terhadap persistensi laba.
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang pengaruh akrual, arus kas operasi, dewan komisaris independen, komite audit, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan terhadap persistensi laba pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan pada bab pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Akrual berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arfan dkk. (2014), dan Fachrurrozie dan Kasiono (2016). 2. Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arfan dkk. (2014), Dewi dan Putri (2015), dan Nurbaiti dkk. (2016). 3. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap persistensi laba. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurochman dan Solikhah (2015). 4. Komite audit tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2005).
90
5. Tingkat hutang tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rica dan Barus (2014), Kusuma dan Sadjiarto (2014), dan Nurochman dan Solikhah (2015). 6. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap persistensi laba. Kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurochman dan Solikhah (2015). B. Saran Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini, maka beberapa saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya terkait dengan persistensi
laba
perusahaan
sehingga diharapkan penelitian
selanjutnya dapat memberikan hasil penelitian yang lebih maksimal dengan mempertimbangkan saran dibawah ini: 1. Peneliti
menyarankan
agar
pada
penelitian
selanjutnya
untuk
menambahkan atau mengganti variabel-variabel lain selain variabel yang telah dimasukkan di dalam penelitian ini seperti book tax-gap dan volatilitas penjualan (Kusuma dan Sadjiarto, 2014), spesialisasi industri auditor (Junawatiningsih dan Harto, 2014), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional (Nurochman dan Solikhah, 2015). 2. Peneliti
menyarankan
agar
pada
penelitian
selanjutnya
untuk
memperpanjang rentang waktu periode penelitian agar hasil yang didapat lebih baik dan juga memperluas sampel penelitian yang digunakan sehingga tidak terbatas pada satu jenis industri saja. 91
DAFTAR PUSTAKA Anggit, Domas Titis dan M. Ja’far Shodiq. 2014. Hubungan Antara Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi XVII, Mataram. Arfan, M., Hasan Basri dan Nina. 2014. Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Besaran Akrual, dan Financial Leverage terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Administrasi Akuntansi, Vol.3, No. 2, hal. 1-12. Basari, M. Taufikul. 2015. Toshiba Diguncang Skandal Akuntansi Senilai US$ 1,2 Miliar. Artikel diakses pada 18 Juni 2016 dari http://finansial.bisnis.com/read/20150721/9/455185/toshiba-diguncangskandal-akuntansi-senilai-us12-miliar. Boediono, G. S. 2005. Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Boubakri, Fatma. 2012. The Relationship between Accruals Quality, Earnings Persistence and Accruals Anomaly in the Canadian Context. International Journal of Economics and Finance, Vol. 4, No. 6. Chowijaya, Andriansyah. Rizal Effendi dan Cherrya Dhia Wenny. 2014 pengaruh Laba Akuntansi, Laba Fiskal, dan Arus Kas Operasi terhadap Persistensi Laba. STIE Multi Data Palembang. Dahler, Yolanda dan Febrianto. 2006. Kemampuan Prediktif Earnings dan Arus Kas Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus. Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham (Survey pada Industri Textile dan Automotive yang terdaftar di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Dechow, P. dan Dichev. 2002. The Quality of Accruals and Earnings : The Role of Accrual Estimation Errors. The Accounting Review, 77, pp. 35-59. Dewi, Ni Putu Lestari dan Asri Dwija Putri. 2015. Pengaruh Book-Tax Difference, Arus Kas Operasi, Arus Kas Akrual, dan Ukuran Perusahaan pada Persistensi Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1 : 244-260. Diela, Tabita. 2014. Awas Mafia Jangan Tertipu Pengembang yang Mengaku Pailit. Artikel diakses pada 01 Juni 2016 dari http://properti.kompas.com/read/2014/04/22/1056555/Awas.Mafia.Jangan. Tertipu.Pengembang.yang.Mengaku.Pailit. 92
Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review, 14, 57-74. Fachrurrozie, dan Kasiono. 2016. Determinan Persistensi Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Accounting Analysis Journal, Vol. 5. Fanani, Zaenal. 2010. Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 7, No. 1, hal. 109-123. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Jakarta. Hanlon, M. 2005. The Persistense and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash Flow When Firms Have Large Book-tax Difference. The Accounting Review 80. pp 137-166. Hayati, Okta Sabridal. 2014. Pengaruh Volatilitas Arus Kas dan Tingkat Hutang terhadap Persistensi Laba. Artikel. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Ikhsan, Taufikal. 2012. Pengaruh Kualitas Penerapan Corporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan terhadap Persistensi Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.11 No. 2. Jensen, M. C. Dan W. H. Meckling. 1976. Theory of Frim : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol.3, pp.305-560. Jonas, Gregory J. dan Jeannot Blanchet. 2000. Assessing Quality of Financial Reporting. Accounting Horizons, 14 (3), pp: 353-363. Junawatiningsih, Tri dan Puji Harto. 2014. Analisis Pengaruh Mekanisme Internal dan Eksternal Corporate Governance terhadap Persistensi Laba. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 3, No. 4, hal. 1-11. Khafid, M. 2012. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dan Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba. Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 4(2), hal. 139 - 148. Kieso, Donald E., Weygandt dan Warfield. 2015. Intermediate Accounting. John Wiley & Sons, USA. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Kusuma, Briliana dan R. Arja Sadjiarto. 2014. Analisa Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata Kelola Perusahaan terhadap Persistensi Laba. Tax and Accounting Review, Vol. 4, No.1. 93
Moienadin, Mahmoud dan Zohre Tabatabaenasab. 2014. Examining the Earnings Persistence and Its Components in Explaining the Future Profitability. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business, Vol.5 No.10. Naimi, Mohammad. Rohami Shafie dan Wan Nordin Wan-Hussin. 2010. Corporate Governance and Audit Report Lag in Malaysia. Asian Academy of Management journal of Accounting and Finance, Vol 6, 57-84. Nelvirita, dan Maisil Delvira. 2013. Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage, dan Persistensi Laba terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). E-Jurnal Universitas Negeri Padang, Vol. 1, No. 1. Nuraina, Elva. 2011. Laba, Arus Kas Operasi dan Akrual Sebagai Penentu Laba Operasi Masa Depan. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 2 (1), hal. 62-69. Nurbaiti, Annisa. Dudi Pratomo dan Salsabiila. 2016. Pengaruh Book Tax Difference dan Aliran Kas Operasi terhadap Persistensi laba. E-Journal Tarumanegara Jurnal Akuntansi Vol. XX, No. 2, hal 314-329. Nurochman, Afid dan Badingatus Solikhah. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba. Accounting Analysis Journal, Vol. 4. Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela. Jumal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 6. Organization for Economic Co-Operation and Development. 2004. OECD Principles of Corporate Governance. Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Penman, S.H. and X.J. Zhang. 2002. Accounting Conservatism, the Quality of Earning and Stock Returns. The Accounting Review Vol.77, pp. 237-264. Penman, S.H. 2003. Financial Statement Analysis and Security Valuation. Second Editon : McGraw Hill. Prabowo, Danuharja Arvin. 2014. Pengaruh Komisaris Independen, Independensi Komite Audit, Ukuran dan Jumlah Pertemuan Komte Audit terhadap Manajemen Laba. Accounting Analysis Journal, Vol.3, No.1. Rica, Vera dan Andreani Caroline Barus. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persistensi Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Vol.4, No.2. 94
Rifai, Moh., Rina Arifati dan Maria Magdalena. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2010-2012. Jurnal Unpand Vol.1 No.1. Schick, A. 2007. Performance Budgeting and Accrual Budgeting: Decision Rules or Analytic Tools. OECD Journal on Budgeting. Vol. 7, No.2. Schipper, K and Vincent. 2003. Earnings Quality. Accounting Horizon. Vol. 17. pp. 97 – 110. Shin, Heejeong dan Sorah Park. 2015. Earnings Persistence Over The Macroeconomic Cycle: Evidence From Korea. The Journal of Applied Business Research Vol. 31, No.6. Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Sloan, Richard G. 1996. Do Stock Prices Fully Reflect Information in Accruals and Cash Flows about Future Earnings?. The Accounting Review 71, 289– 315. Subramanyam, K. R dan J.J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 10 Buku 1. Salemba Empat, Jakarta Subramanyam, K. R dan J.J. Wild. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 10 Buku 2. Salemba Empat, Jakarta. Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT Vol.2 ISSN:1858-2559. Supadmi, Ni Luh dan A.A Ayu Ganitri Putri. 2016. Pengaruh Tingkat Hutang dan Kepemilikan Manajerial terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.15.2. Suranggane, Zulaikha. 2007. Analisis Aktiva Pajak Tangguhan dan Akrual sebagai Prediktor Manajemen Laba (Kajian Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.4, No. 1, hal. 77-94. Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13.3, hal.195-210.
95
Suwandika, I Made Andi dan Ida Bagus Putra Astika. 2013. Pengaruh Perbedaan Laba akuntansi, Laba Fiskal, Tingkat Hutang Pada Persistensi Laba. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 5.1, hal. 196-214. Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham, serta Cost of Equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. Tucker, Jennifer W. dan Zarowin. 2006. Does Income Smoothing Improve Earnings Informativeness?. The Accounting Review, 81 (1), hal. 251-270 Ujiyantho, Muh. Arief dan B. Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, Makassar 2007. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Lembaran Negara RI Tahun 2007, No. 106. Jakarta : Sekretariat Negara. Diakses pada 31 Mei 2016. Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Wijayanti. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi laba, Akrual, dan Arus Kas. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Windah, Gabriela C. dan Fidelis Arastyo Andono,. 2013. Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute Perception Governance (IICG) Periode 20082011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1) hal. 1-20. Zuhri, Achmad Syaifudin. 2016. Analisis Akrual Diskresioner, Ketidakpastian Lingkungan Operasi, dan Leverage dalam Memprediksi Laba. Jurnal Akuntansi UNESA Vol 4, No 2 (2016): Vol.4 No. 2.
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
97
Lampiran 1 Perusahaan Properti dan Real Estate yang Menjadi Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kode Saham APLN ASRI BCIP BKSL BSDE CTRA CTRP CTRS DART DILD DUTI EMDE GPRA JRPT KIJA LPCK MTLA PLIN PUDP RDTX RODA SMDM SMRA
Nama Perusahaan Agung Podomoro Land Tbk Alam Sutera Reality Tbk Bumi Citra Permai Tbk Sentul City Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Ciputra Development Tbk Ciputra Property Tbk Ciputra Surya Tbk Duta Anggada Realty Tbk Intiland Development Tbk Duta Pertiwi Tbk Megapolitan Developments Tbk Perdana Gapura Prima Tbk Jaya Real Property Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk Lippo Cikarang Tbk Metropolitan Land Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk Pudjiati Prestige Tbk Roda Vivatex Tbk Pikko Land Development Tbk Suryamas Dutamakmur Tbk Summarecon Agung Tbk
98
Lampiran 2 Data Perusahaan
99
Data Perusahaan
100
Data Perusahaan
101
Data Perusahaan NO
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
APLN ASRI BCIP BKSL BSDE CTRA CTRP CTRS DART DILD DUTI EMDE GPRA JRPT KIJA LPCK MTLA PLIN PUDP RDTX RODA SMDM SMRA
2012
2013
2014
BDIND
AUDCOM
BDIND
AUDCOM
BDIND
AUDCOM
33% 40% 33% 43% 38% 40% 40% 50% 33% 33% 33% 33% 33% 40% 33% 50% 33% 33% 33% 33% 33% 33% 50%
3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33% 40% 33% 43% 38% 50% 40% 50% 33% 33% 33% 33% 33% 40% 50% 57% 33% 33% 33% 33% 33% 33% 50%
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33% 40% 33% 40% 38% 50% 40% 50% 33% 33% 33% 33% 33% 40% 50% 33% 33% 33% 33% 33% 33% 33% 50%
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
102
Lampiran 3 Hasil Perhitungan
(Bersambung di halaman berikutnya)
103
(Bersambung di halaman berikutnya)
104
105
Lampiran 4 Hasil Output SPSS 1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
PTBIplus1 PTACC PTCF BDIND AUDCOM TH UP Valid N (listwise)
N Minimum 69 ,00413 69 -,16907 69 -,14524 69 ,33000 69 2,00000 69 ,17750 69 26,55680
Maximum ,22485 ,22048 ,23751 ,57000 5,00000 ,64941 30,97059
Mean ,0831819 ,0103765 ,0651016 ,3768116 3,0000000 ,4240454 29,1163181
69
2. Uji Normalitas Grafik Histogram
Grafik Normal Probability Plot
106
Std. Deviation ,04692367 ,07543418 ,06718800 ,06704899 ,34299717 ,12722018 1,12286591
Kolmogorov Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 69 a,b Normal Parameters Mean ,0000000 Std. ,02925230 Deviation Most Extreme Absolute ,058 Differences Positive ,051 Negative -,058 Test Statistic ,058 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. 3. Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model 1 (Constant) PTACC PTCF
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,281 ,277
3,554 3,609
BDIND ,677 AUDCOM ,902 TH ,729 UP ,720 a. Dependent Variable: PTBIplus1
1,476 1,109 1,371 1,390
107
4. Uji Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot
Uji Glejser
5. Uji Auto Korelasi Runs Test
Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median 108
Unstandardized Residual ,00239 34 35 69 32 -,847 ,397
6. Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R
1
,782a
Adjusted R Square
R Square ,611
Std. Error of the Estimate
,574
,03063506
a. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND, PTACC b. Dependent Variable: PTBIplus1 7. Hasil Uji Signifikan Individual : Uji t Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) PTACC PTCF BDIND AUDCOM TH UP
B
Standardized Coefficients
Std. Error
,123 ,833 ,933 ,114 -,009 -,018 -,004
Beta
,102 ,093 ,105 ,067 ,011 ,034 ,004
1,339 1,335 ,163 -,067 -,049 -,096
t
Sig.
1,212 8,972 8,878 1,692 -,806 -,530 -1,030
,230 ,000 ,000 ,096 ,423 ,598 ,307
a. Dependent Variable: PTBIpuls1
8. Hasil Uji Signifikansi Simultan: Uji Statistik F ANOVAa Model 1 Regression Residual
Sum of Squares
Mean Square
df
,092
6
,015
,058
62
,001
F 16,256
Total ,150 68 a. Dependent Variable: PTBIplus1 b. Predictors: (Constant), UP, PTCF, AUDCOM, TH, BDIND, PTACC
109
Sig. ,000b