visi. Kalau saat ini, dimana-mana, banyak terjadi keributan,- demo,- perkelahian antar warga maka muara semuanya ini adalah pe – me – rin – tah, baik legislative,- eksekutive,- maupun yudikative.
Pengantar kata
Alhamdulillah Dengan mengucap syukur ke Hadirat ALLAH Swt, maka terkumpullah artikel-artikel ini menjadi sebuah buku. Beberapa artikel ini sudah lama. Dan nama “Take Matasa” diambil sebagai nama samaran, mengambil dari nama Bulletin yang pernah penulis terbitkan di Jerman (-Barat), tepatnya Berlin (-West); yaitu Bulletin “INDONESIA” – tak kenal maka tak sayang ( = Ta-ke-ma-ta-sa). Itulah sekelumit, mengapa ada nama Take Matasa didalam buku ini. Kalau kita mengenal Indonesia dengan baik, maka tak ada kata lain, selainnya “sayang”, sebab rakyat atau bangsa kita ini ibarat ayam mati dilumbung padi, atau pejabat-nya ibarat Serigala berpesta-pora dikandang domba ?? Ha-ha-ha, bagaimana selera dan enaknya saja, anda berada dimana ?!
Dalam menghadapi keadaan yang demikian, penulis menempuh cara dengan menggunakan “ujung pena sebagai mata-pedang”, sebagaimana ada disebutkan dalam suatu Hadits. Diluar-negeri, dapat diikuti pada surat-menyurat penulis dengan instansi-instansi di Jerman (-barat), khususnya Badan Pemerintah , Pusat maupun Negara Bagian, di E-Book –INDONESIAtak kenal maka tak sayang, Edisi perdana : K e p a d a A n a k k u. Sayangnya, di Indonesia sendiri, hal itu sulit bahkan tidak dapat direalisasikan. Benar kita itu Negara Demokrasi, -Negara Hukum, . . . . . . . .. . . . . . . , tapi kesemuanya baru pada tatanan kurikulum sekolah. Baru basa-basi, belum sampai kepada bukti !!
Beberapa buku belum bisa diterbitkan untuk umum, selain faktor situasi politik pada masa itu, juga belum ketemu penerbit yang berani, atau donatur yang se-
Surat-surat , bahkan BUKU yang penulis sampaikan kepada Instansi dan Pejabat Pemerintah Indonesia tidak ada balasan, apalagi kritikan. Maklum, kita ini ibarat berhadapan dengan BATU. Mana mungkin kita
v
vi
mengharapkan Batu membalas menulis.
bisa
membaca,
apalagi
Akhirul-kalam, semoga buku ini bisa turut mencerdaskan bangsa, serta berada didalam kebenaran. Amin.
Bandung, 14 Mei 2007
MOHAMAD YAHYA
vii
viii
Pengantar kata (untuk Edisi Revisi)
Alhamdulillah, dengan ,mengucap puji dan syukur ke Hadirat Nya; buku Dialog Anak-bangsa Vol.1 edisi perdana tanggal 14 Mei 2007, mengalami perbaikan, khususnya dari segi tampilan, tanpa merubah isi - visi dan pola-nya. Semoga edisi Revisi ini bisa menumbuhkan kepuasan didalam membaca. Tak lupa, penulis sampaikan terimakasih kepada pembaca yang telah menyampaikan kritik dan saran demi perbaikan buku ini. Sekali lagi terimakasih
Bandung, 27 Agustus 2007.
MOHAMAD YAHYA
ix
x
11. KOMISI PEMILIHAN UMUM
DAFTAR ISI
12. MINYAK BUMI
# Pengantar kata # Daftar isi
....................
v
..................................
xi
2. KOMISI PEMILU 3. PAS – MA – LU
1
.........................................
11
.............................................
27
4. SE-ANDAI GUS DUR
...................................
41
.......................................
53
..........................................
65
................................................................
73
5. TKI – TKW – TKO 6. PEMANFAATAN 7. C I A
...................
8. R I S T E K 9. RAKYAT
.....................................................
83
........................................................
89
10. SUPER BAGONG
.........................................
101
...........................................
109
13. DANA ABADI UMAT
SERIAL – Obrolan Yu Trimo. 1. JANGAN IKUTAN BODO, YU
..................
95
xi
.................................
14. KORUPSI DAN NAIK BANDING
............
117 123
15. BBM–DUWIT–PERTAMINA–MENTERI
131
16. GADO – GADO
...........................................
137
17. DOCTOR INUL
..........................................
145
18. PEMIMPIN DAN PIL-KADAL
................
155
........................................
165
...................................
173
21. PERUM – DPR
...........................................
179
22. HEMAT BBM
.............................................
185
19. PERAN AGAMA 20. STUDIE BANDING
23. KAMPUS DIREKSI
....................................
195
...................................................
199
25. MARKED UP
..............................................
207
26. AMBURADUL
............................................
217
24. HELSINKI
xii
Lampiran: Yu Trimo (versi bhs Jawa)
..................
227
........................................
229
............................................
241
................................................
259
.............................................
273
..........................................
285
1. Yu, Aja Katut Bodo 2. Komisi Pe-M- Lu 3. Pas – Ma – Lu 4. Upomo Gus Dur 5. TKI – TKW – TKO
*****
xiii
Terjemahan. Judul asli : Yu, ojo katut bodo yo. Oleh : Take Matasa
Mahkamah Agung mengenai kasasi mantan menteri Sekretaris Negara Ir.Akbar Tanjung. Salah satu TV swasta menyiarkan hampir komplit acara tsb, dari pukul 09.30 sampai sore. Maka jangan heran bilamana rakyat sekelasnya Kang Tasrip dan Yu Trimo ini bisa adu-bicara untuk masalah yang jauh dari kehidupan sehari-harinya. Beginilah percakapan mereka itu,
1. Yu, jangan ikutan bodo ya Kang Tasrip, adalah seorang transmigran yang sedang berada didesa asalnya. Yu Trimo, buruh tani. Mereka bertetangga dimasa kecil. Keduanya sudah ibarat saudara, apalagi sudah 10 tahun tidak bertemu. Akrab dan ngobrol kesana-kemari, mulai keadaan keluarga masing-masing, keadaan desa sampai musibah banjir dan kondisi negaranya. Kedua insan ini,pendidikan (formal)nya biasa-biasa saja, bahkan boleh disebut kurang. Kang Tasrip di SLA, tidak sampai tamat. Yu Trimo cuma sampai kelas 4 SD. Kesulitan ekonomi yang membuat mereka tidak mampu untuk menunjang keinginanya jadi orang pintar. Tetapi, mengapa dengan sekolah yang cuma sebegitu saja, mereka mampu membicarakan masalah-masalah negaranya ?! Ini semua perlu dimaklumi, bahwa ini semua berkat acara TV dengan program-program acaranya yang mencerdaskan mereka. Apalagi, seperti keputusan 1
Yu Trimo:
Kang, kemarin ngikuti acara TV swasta, hal sidangnya mahkamah Agung tidak? Membahas hal korupsi-nya Akbar Tanjung ? Kang Tasrip: Iya. Apa sampeyan juga mengikuti? Kalau ada waktu, biarpun kita ini tidak pintar,- rakyat jelata, apa salahnya kalau kita pasang mata dan pasang telinga mengikuti acara-acara siaran semacam itu. Agar tidak selalu dibodohi. Yu Trimo: Kok enak ya kang. Masak uang 40milyard yang harusnya untuk rakyat miskin, tapi penyelesaiannya cuma begitu saja. Kang Tasrip: Itulah politik Yu. Merah bisa jadi hijau, kuning bisa dijadikan abu-abu. Seenaknya yang mengatur.
2
Yu Trimo:
Mahkamah Agung kan menangani masalah Hukum, bukannya politik! Kang Tasrip: Iku kalau caranya kita. Kalau caranya orang-orang pinter beda. Apa saja bisa diakali, yaitu berkat akal-pinternya, semua jalan terbuka lebar. Lurus dibuat bengkong, sedang barang yang bengkong bisa dianggap lurus. Yu Trimo: Lalu kapan kang kita kita ini bisa mengalami adil dan makmur, kalau adil saja belum apalagi makmur-nya. Kang Tasrip: Itu, nanti – kalau orang-orang seperti kita ini sudah pada pinter, pendidikan cukup, paling sedikit lulus SLA dan . . . . . . . . tidak korupsi, tidak menipu bangsanya. Kalau cuma pinter, tetapi tidak mempunyai hati-nurani buat bangsanya,- yah percuma. Sebab semakin pinter, tambah banyak akalnya buat meng-akali dan menipu rakyat. Praktisnya, kalau orang bodo mencuri 100 rupiah, tapi kalau orang pinter curinya 1-milyar. Yu Trimo: Aku masih belum paham. Uang 40milyar, sudah jelas-jelas diterima dan diakui, tetapi tidak sampai kepada
rakyat,; manapula rakyat sa’at itu amatsangat memerlukan, lho kok penjahatnya bisa bebas, murni ?! Kang Tasrip: Yah, begitulah, yang namanya hukum dan akalnya orang “pinter”. Dan itu adalah putusannya Mahkamah Agung, dimana majelis hakim yang menangani perkara itu ada 5 (lima). Masa sampeyan tidak percaya ?! Yu Trimo: Percaya sih percaya. Tapi hakim itu, biarpun hakim-Agung, apa sudah bukan manusia lagi, sudah tidak makan nasi lagi seperti kita kita ini ? Kan bisa saja salah,- khilaf,- terpengaruh situasi dan busuk-busuknya kena suap ?? Kang Tasrip: Mungkin saja ! Ada baiknya saya terangkan sedikit, semampuku, sebab aku sendiri juga awam. Hanya karena senang, bahwa sampeyan yang sekolahnya seadanya, ternyata otaknya encer. Ini adalah Rahmat Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Pengasih.
3
4
Perihal dana Bulog, ini sudah disidang di Pengadilan Negeri Jakarta dan diputus “bersalah”, para terdakwanya
termasuk Ir.Akbar Tanjung dikenai hukuman penjara. Para terdakwa tadi, menggunakan hak-nya, minta keadilan ke Pengadilan yang lebih tinggi, yaitu Pengadilan Tinggi D.K.I. Putusan Pengadilan Tinggi ini tertanggal 17 Januari 2003, tidak beda dengan putusan Pengadilan Jakarta tanggal 4 September 2002. Ir.Akbar Tanjung bersikukuh “tidaksalah”, apalagi dia tidak mengambil satu sen-pun untuk kepentingannya sendiri. Segalanya adalah “dinas”, perintahnya Habibie yang kala itu menjabat presiden R.I dalam menanggulangi kebutuhan sembako masyarakat miskin Jawa dan bali. Maka terhadap putusan Pengadilan Tinggi tadi Ir.Akbar Tanjung tetap tidak bisa menerima, dan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung R.I Keputusan M.A yang baru dibacakan tanggal 12 Pebruari 2004,- memutuskan bahwa Ir.Akbar Tanjung tidak bersalah alias bebas-murni. Dasar pemikiran para 5
Yu Trimo:
hakim, adalah Ir.Akbar Tanjung sekadar menjalankan perintah presiden selaku atasannya. Pusing kan, kalau begini ?! Rakyat seperti kita ini tidak-bisa pusing. Sebab jika sedikit sedikit pusing, kan tidak bisa kesawah. Terus anak anak itu makan apa ?? Apa disuruh nunggu bantuan sembako yang ditilep tadi ?? Cuma saya punya “ganjalan”, dengan penjelasanmu tadi dan dengan siaran di TV. Saya ikuti keterangan para terdakwa saja, maka begini pertanyaanku, 1. Kalau itu perintah presiden, apa tidak ada control penyaluran dan pelaksanaann-nya. Dari Habibie kepada Akbar, Akbar kebawahnya lagi bagaimana ? Duwit segitu itu amat besar sekali, apalgi kalau buat belanja sembako. Berapa ratus ribu keluarga yang bakal tertolong untuk penderitaannya saat itu. Sekarang saja, tahun 2004, duwit 40-milyar masih tetap amat sangat besar sekali.
6
2. Atas hak apa Akbar tanjung menyerahkan uang tsb kepada “kenalan”-nya yaitu dadang Sukandar. Kalau dasarnya dinas, kan harus ada aturannya, apa itu Juklak atau apa, aku tidak ngerti. Apa tidak ada hubungan dengan Menteri Dalam Negeri, menteri Sosial juga Gubernur. Nanti nerangkannya jangan main ngumpetin ya Kang, seperti biar cepat lah, kilat lah. Aku tidak suka jawaban begitu! 3. Duwit tadi, disampaikan leh Deputy Bulog kepada Akbar dalam bentuk CEK, terpisah-pisah,- tidak mak broll 40-milyar. Sesudahnya, cek tsb diserahkan kepada Dadang Sukandar oleh Akbar Tanjung. Disini ini ada kisah Abunawas-nya. Cek tadi, diakui tidak diterimatangan, tetapi ditaruh dimejanya Akbar, dan dadang Sukandar juga mengambilnya dari meja, bukan terima dari Akbar. Apa sudah tidak ada tata-krama lagi ? Masak menyerahkan ke Menteri kok cuma
ditaruh saja. Dan lawan-satunya menerima dari menteri main ambil saja dari meja ??? Inilah (-katanya) kenyataan, susah kalau mau berbantah. Meski tidak etis, tetapi begitulah versi mereka. Duwit sebegitu besar, duwitnya rakyat seperti membuang air kelaut saja. Butuh, mau tetapi sepertinya tidak butuh !! 4. Duwit tadi, akhirnya tidak jelas kemana-kemananya, sampai kasus ini terbongkar. Aneh-nya, duwit sebesar tadi, tidak pernah dipakai, alias “tidak pernah disalurkan” buat rakyat yang memerlukannya. Praktis, belum diapa-apakan itu duwit. Berapa tahun disimpan dibawah bantal. Lho, untungnya pembantu rumah-tangganya “pemalas”, tidak pernah nyuci carung bantalnya. Seandai dia rajin nyuci, mungkin juga dibuang, maklum rakyat, cek dikiranya bekas karcis nonton BALAP-SETAN. Aneh bin ajaib yo ?!
7
8
Walhasil, dipersidangan tadi dikembalikan, artinya Negara tidak rugi; terkecuali rakyat miskin yang seharusnya menerima bantuan dari duwit tadi. 5. Lho, kalau memang belum pernah dipakai, apa dicairkan cek itu tadi, mengapa mengembalikannya tidak bisa satu kali “JRENGH”. Kok pakai diangsur segala, malah masih sempat menunggak 7,5 milyar. Kalau yang disimpan dibawah BANTAL tadi bukan cek, melainkan uang, terus seberapa gede-nya bantal itu ?? Baik bantal-nya maupun manusia-nya ?! Saya kira cukup lima pertanyaan ini. Apa sampeyan bisa menjelaskan, mengapa ?? Kang Tasrip: Aku, angkat tangan Yu. Justru saya merasa tambah ilmuku. Aku bahkan, bersyukur, ada wong-cilik sepertimu mampu mengajukan pertanyaan yang tepat. Subhanallah,- Alhamdulillah, dinegara kita ini masih ada Hambahamba pilihan sepertimu, sebagai
Rahmat dan Karunia Tuhan Yang Maha Agung. Sudah ya Yu, jangan terlalu dipikiri, jamannnya sudah rusak. Aku mau terus menengok Kang Suto.
9
10
*****
Terjemahan: Judul asli : TKI – TKW—TKO (bhs Jawa) Oleh : Take Matasa
hadapi, juga berkait dengan kondisi Negara kita secara sepintas dalam kaitan dunia internasional sekadarnya.
5. T.K.I - T.K.W - T.K.O Yu Trimo pulang dari Kelurahan, ada penyuluhan khusus dari pak Lurah.
Selain itu, diberikan gambaran bagi warga semua yang minat mau mencari kerja diluar-negeri, khususnya kepada para ibu dan anak-anak wanita, yang biasa dikenal sebagai T.K.W. Yang laki-laki disebut T.K.I. Tetapi menurut pak Lurah, laki apa wanita itu sebetulnya TKI, cuma khusus yang wanita itu disebut TKW, yaitu tenaga kerja wanita.
Kang Tasrip: Assalamu’alaikum Yu. Dari mana malam malam begini ? Yu Trimo: Wassalamu’alaikum kang. Aku dari kelurahan, ada penyuluhan dari pak Lurah , lumayan buat tambah wawasan. Bagus sekali pengarahannya, cocok sekali untuk warga desa sini juga untuk kondisi saat ini. Kang Tasrip: Sepertinya kok penting sekali. Apa aku juga bisa ikut numpang beritanya ? Yu Trimo: Oh, bisa banget; justru saya yang nanti bakal tanya sama sampeyan. Ini tadi pak Lurah membicarakan kondisi desa, khususnya masalah kesulitan ekonomi yang lagi kita
Saya lanjutkan ya, nampang kaya caPres dan ca-Wapres kalau lagi menyampaikan visi dan misi. Jangan dikatawa-in, nanti tidak keluar ide-nya. Belum lama ini, ada kejadian yang sangat menyedihkan, dimana ada TKW yang bekerja di Malaysia dianiaya oleh majikannya. Tidak saya ceritakan rinci, sebab berita ini sudah tersebar dikoran, radio juga tv. Pak Lurah sendiri tidak cerita rinci, tidak “mendramatisir”
53
54
kalau pakai bahasa anak muda sekarang. Intinya, adalah ada kejadian yang tidak enak! Kejadian-kejadian semacam itu, menurut pak Lurah sudah sering-kali. Yang di Malaysia ini, sekarang lagi “in” beritanya. Yang tidak (-sempat) jadi berita masih lebih banyak lagi, dan bukan cuma di Malaysia, tetapi juga dinegara-negara tempat para TKW tadi bekerja, seperti di Arab,- Kuwait,- Hongkong,- Jepang,Singapore dan juga dinegara kita sendiri. Disinilah pak Lurah kita itu menerangkan dan memberi bahasan banyak, untung dan ruginya kalau warga dusun sini tergiur mau mencari nafkah dinegeri orang. Apa sih yang mau diraih, kalau sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup? Lain kalau niatnya keluar-negeri itu mau menambah ilmu, sekolah ataupun kerja dipabrik. Yang banyak mendapat musibah adalah yang bekerja sebagai pembantu rumah-tangga, yaitu para wanita. Sudah kerjanya tidak pakai jam, gaji-nya sering di-kemplang,
masih ditambah dengan siksa-an physik. Belum lagi kalau di-kurangajari oleh juragannya. Maka keadaan begitu tadi yang digelar oleh pak Lurah, agar para warga tahu keadaan sebenarnya. Itu intinya Kang. Kang Tasrip: Baik sekali Lurah-mu itu. Harusnya lurah lurah dan juga para aparat terkait memiliki watak begitu. Yang banyak, justru menjadi alatnya para Calo tenagakerja. Kalau melihat anak-anak yang berangkat kesana itu, hatiku teriris-iris Yu. Mereka itu masih “hijau”,- belum paham kerasnya hidup diseberang,terlebih dinegara orang,- beda bangsa,beda bahasa,- beda adat istiadat sehariharinya. Makanannya saja beda dengan kita. Mana cukup waktu untuk penyesuaian lingkungan, manalagi yang berangkat adalah klas-nya pembantu, lebih banyak “turut”-nya daripada bertanya-nya. Maka Lurah seperti tempatmu itu baik sekali. Yu Trimo: Pak Lurah juga tidak melarang, Karena merasa tidak mampu memberikan lapangan-kerja yang bisa memberikan
55
56
kecukupan keinginan warga. Tetapi memberi wawasan dan pandangan yang luas agar dipikirkan benar-benar. Jangan sampai warganya cuma ikutan arus, sebab banyak sengsara-nya dibanding enak-nya. Kalau bisa, karena keinginan warga yang kuat tadi, sebaiknya yang berangkat itu mereka yang muda-mudi untuk bekerja dipabrik atau perusahaan diluar-negeri. Disana mereka memiliki status hukum yang jelas, jangan yang jadi pembantu rumah-tangga. Apa lagi yang setengah buta-huruf. Kang Tasrip: Ya, memang harus begitu Yu. Para calo itu merayu dengan segala cara. Memberi gambaran bagaimana enaknya dinegeri orang, pakaian bisa beli yang bagus, dan gaya …., sudah pasti tidak bau desa lagi. Dan, tidak akan pernah diceritakan tidak enak dan penderitaannya. Yang digembargemborkan para penyalur tenaga-kerja cuma kulit enaknya saja, tidak dijelaskan secara gamblang sengsaranya dinegara orang. Dan yang
pulang, tidak mendapat perhatian. Malah banyak mereka itu sesampainya di-bandara menjadi mangsa para bandit dalam negeri. Uang yang dikumpul dengan susah-payah dan derita tadi, sesampai dinegerinya sendiri dirampok. Orang-orang (tkw) tadi kan rata-rata pendidikannya kurang, jadi kalau pulang mereka senang pamer milik dan hasil-kerjanya. Diluar itu, masih adalagi, yaitu yang berangkatnya “ i l e g a l ”. Yu Trimo: Ilegal, maksudnya “selingkuh” gitu ? Semua kan tentunya setahu dan seijin orang tuanya, atau suami bagi yang sudah berkeluarga. Kang Tasrip: Bukan itu yang kumaksudkan. Sampeyan kan pernah nonton di TV, waktu banyak sekali tenaga-kerja yang dipulangkan paksa dari Malaysia, sejadinya – asal keluar dari wilayah mereka – yaitu kedaerah Kalimantan barat. Yu Trimo: Iya, cuma saya belum paham betul. Apanya yang illegal, mereka berangkat kan sudah ada yang mengurusi.
57
58
Kang Tasrip: Itu, artinya mereka berangkat tidak memenuhi aturan dan syarat-syarat yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia. Masuk suatu Negara (-lain) itu harus berbekal surat yang namanya PASPOR, atau gantinya KTP. Jadi dengan paspor ini siapa saja bisa bepergian keluar-negeri, untuk kepentingan macam-macam. Itupun, untuk melangkah masuk masih harus memiliki tanda ijin masuk, yang disebut VISA. Tiap Negara tidak sama peraturannya, bagaimana maunya Negara itu mengatur dan meloloskan tamu-nya. Yu Trimo: La kalau perginya itu untuk mencari kerja ? Sebab kalau untuk sekedar wisata, kok jauh-jauh keluar-negeri, negaranya sendiri yang begini luas juga belum banyak yang dikenal. Kang Tasrip: Itu kan katanya kita kita, yang tak punya banyak duwit. Buat yang duwitnya ibarat banjir, jangankan cuma wisata, pesta ulang-tahun saja atau tahun-baru, mereka lebih “greng” kalau diluar negeri, gagah kan. Itu hak-nya Yu,
sejauh pakai uang dari kantongnya sendiri, bukan numpang dinas. Kalau sampeyan tahu, bakal tidak bisa bayangkan, betapa amat sangat kayanya orang-orang kita. Berobat,Opname, disempatkan diluar negeri kendati fasilitas rumah-sakit didalam negeri juga ada. Yu Trimo: Apalagi kalau atas biaya Negara, gitu ya ?! Kang Tasrip: Itu benar, tapi saya tidak berkata begitu. Jangan melenceng ngomongnya. Buat mereka yang keluar-negerinya butuh bekerja, ada sarat-nya, yaitu harus ada surat ijin kerja dari Negara yang mau dituju. Ini yang sering ilegal, tidak beres. Banyak penyalur tenaga-kerja se-enaknya memberangkatkan orang. Syarat-syarat tidak komplit, satu syarat saja – itu berarti tidak lengkap, tidak legal jadinya. Kalau ketahuan atau tertangkap dinegara lain, bisa jadi masalah besar; - bisa diusir dipulangkan,- bisa didenda atau dihukum penjara disana. Penyalur tenaga-kerja, biarpun yidak semua,
59
60
banyak yang main tabrak saja. Yang penting tenaga-kerjanya mau berangkat. Bagi calon yang mau berangkat, karena sudah terlanjur pamit dan pamer mau berangkat, malu kalau tidak jadi. Juga sama, main tabrak saja kesempitan ini. Baik yang memberangkatkan maupun yang diberangkatkan. Ukuran-nya duwit, yang memberangkatkan asal terima duwit, korbannya (-tidak sadar) sanggup mengeluarkan duwit, asalkan berangkat. Yu Trimo: Kok sama dengan ceritanya calon Haji yang mengalami penipuan. Kang Tasrip: Benar. Serupa tapi tak sama. Calon haji rata-rata orang cukup, kalaupun tertipu tidak sampai babak-belur. Lha kalau calon TKW ini, jika tertipu benar-benar babak bundes. Belum lagi dinegaranya orang, para TKW yang illegal tadi jadi makanan empuk para aparat setempat. Waktunya gajian, mereka ini dirazia, dan baru bebas kalau sudah bayar uangsemir. Juga, sering ada main antara juragan dan aparat. Menjelang gajian, di-berita-kan bakal ada razia dan
mereka terpaksa kabur kepelosok, tanpa mikir gaji-nya; dengan pertimbangan daripada dipenjara atau diusir dipulangkan paksa. Jadi ya Yu, para TKW juga TKI tadi, sebelum berangkat diperas para Calo, dinegara orang jadi sapi-perah aparat setempat, dan sialnya pulangpun masih jadi santapan para bandit dibandara dan pelabuhan. Yu Trimo: Serem ya Kang. Saya memang dari awal tidak ada niatan mau jadi TKW, tapi dengar penjelasanmu jadi turut prihatin. Apa pemerintah kita tidak cukup usaha untuk keselamatan mereka ? Kang Tasrip: Sudah sih sudah, tapi begitulah adanya. Yang atas,- yang tengah dan yang bawah tidak pernah sambung, selainnya sambung-sambungan. Dan disela-sela benang-putus tadi, masih banyak aparat yang mata-duwitan Ini yang belum pernah di-beres-in. Tidak usah jauh-jauh, lihat nasib para tenaga-kerja yang didalam negeri. Ini kan murni urusan kita sendiri, tidak
61
62
Yu Trimo:
bersangkut-paut dengan Negara dan pemerintah lain. Ikuti acara di TV juga disurat-kabar, hampir tiap hari penuh tayangan dan berita demo-pekerja. Masalah PHK,- masalah kenaikan upah,- masalah kecelakaan kerja,ganti-rugi dan lain sebagainya. Maka apalagi kalau diluar negeri, wewenang pemerintah lain serta jelas-jelas diluar kewenangan pemerintah kita. Sudah benar pak Lurah-mu itu, yang secara halus melarang warganya pergi. Kalau bagitu , maka ini sama halnya dengan T.K.O kaya mainnya Mike Tyson lawan Joe Buster Douglas.
***** 01 Juni 04
63
10. SUPER – BAGONG Oleh : Take Matasa
Yu Trimo :
Kang Tasrip:
Yu Trimo:
Kang Tasrip: Yu Trimo:
Kang Tasrip: Yu Trimo:
Inna lillahi wa inna illaihi rojiun, Kang. Jendral Jusuf telah tiada. Semoga arwahnya diterima Tuhan disisi-Nya. Iya Yu, amin. Yang pergi dipanggil oleh-Nya telah selesai amalnya, yang ditinggalkan banyak-banyaklah mendoakan baginya. Tentunya, selain kita semua mengenang jasa dan kebaikannya juga menantikan “warisan” beliau perihal Super-Semar. Iya , ingat saja sampeyan itu. Ini kan untuk meluruskan sejarah. Menurut koran koran, beliau memang meninggalkan pesan disimpan di bank; dan sedang ditangani oleh para ahli-warisnya. Iya, Yu. Kok cuma iya, iya saja. Aku ini ingin pendapat sampeyan. Kalau warisan 95
atau pesan itu bersifat nasional; sesuai dengan watak beliau, maka tentunya yah kita-kita boleh dan seharusnya ikut baca - aslinya, tanpa bumbubumbu dan komentar dari pihak-pihak lain. Sedangkan kalau itu warisan pribadi, seperti harta,- rumah,- permata dan lain-lain,- silahkan saja urusan keluarga. Lha kalau urusan SuperSemar, itu masalah nasional. Ingat tidak Kang, tempoh hari dicari-cari oleh pemerintah, termasuk mensekNeg Murdiono, juga mantan ketua MPRS, jendr. A.H.Nasution. Kang Tasrip : Iya, Yu. Yu Trimo : Kok iya saja, apa pendapat Kakang. Kang Tasrip : Saya mau sampeyan suruh omong apa ? Sekarang ini jaman saratmanipulasi, sarat “pelintiran”, berita apapun dan masalah apapun bisa dibumbui. Singkat-kata, jamannya sudah rusak, karena ulah manusia itu sendiri.
96
Yu Trimo :
Terus, terus. Bagaimana kaitannya dengan Super Semar yang misterius itu ?! Kang Tasrip: Begini saja Yu. Kita tunggu, apa dan bagaimana maunya pihak keluarga Almarhum. Kita hormati dan sabar menanti. Kalau menurutku, ya dibuka saja,- apa adanya. Jangan dibumbubumbui. Nanti sesudah itu, kan ada pendapat-pendapat macam-macam, baik dari sudut pandang politik,militer dan ahli-ahli sejarah. Nah silahklan saja. Yang kita khawatirkan, kalau surat wasiat itu keburu ditangani sepihak, maka kelasnya atau statusnya bukan lagi surat wasiat, melainkan sudah “opini”. Yang begini ini, kalau pakai bahasanya Gus Dur, sama dengan “ d i p e l i n t i r “. Yu Trimo : Kata pihak keluarganya, sesuai berita radio, disitu juga didapati surat asli Super-Semar. Kang Tasrip : Katanya sih boleh-boleh saja, cuma sepanjang saya baca dan dengar, jendral Jusuf pernah menyatakan dan juga marah, sewaktu diberitakan di
TV kalau beliau menyimpan asli surat Super Semar tersebut. Beliau orang jujur, tidak akan berbuat seperti itu. Tidak, ya tidak !! Dijanjikan, kalau pada satu saat nanti, warisan beliau mengenai kisah super-Semar ini akan dapat diikuti secara gamblang. Kapan dan dimana, menurutnya, tunggu saja, tidak akan dibuka dalam waktu-waktu itu, sebab nanti ada pihak yang menjadi malu karenanya. Kapan-nya ini beliau tidak janji, yang terang segalanya sudah dipersiapkan.
97
98
Jadi kalau merujuk pada pernyataan tersebut, maka tidak mungkin ada surat asli Super-Semar diwarisannya, kecuali kisah terjadinya dan sesudahnya Super-Semar tersebut, yang sampai sekarang banyak versinya. Sudah ah, aku tidak senang berandai-andai. Kita tunggu saja, pepatah Jawa mengatakan “becik ketitik, ala ketara”; ini termasuk mereka yang sekarang coba-coba membuat rekayasa cerita baru, dengan
Yu Trimo :
mengangkangi surat warisan alm.Jendral Jusuf. Oh, kalau begitu kita ini menunggu surat Super-Bagong ya Kang ?! ***** 02.Juni 05
99
Obrolan Yu Trimo. Oleh : Take Matasa
19.
Yu Trimo:
Kang Tasrip:
Yu Trimo:
Kang Tasrip:
PERAN - AGAMA
Pada saat Negara ini ditangani oleh pemerintah yang acak-acakan begini, saya yakin kalau agama bisa punya andil dan sumbangan yang pantas dan memadai. Bagaimana pendapat sampeyan Kang ?! Pendapatmu saya setuju Yu, maksudnya para pemuka agama. Cuma saja kita harus hati-hati, ibarat membenahi benang kusut; jangan sampai malah membuat bertambah lebih kusut. Sebab apa? Sebab tidak menyangkut hukum agama melulu, melainkan berkait dengan SDM para pemuka agama itu; yang mana salahucap dan salah penanganan justru malah menjadi benturan. 165
Yu Trimo:
Kang Tasrip:
Oh, begitu. Bayangan saya, agama itu tidak ada yang mengajarkan kekerasan, semua mencari kedamaian dan menempuh kebenaran. Itu Kitab-Sucinya ! Kalau orangnya, nanti dulu. Manusia itu kan tidak lepas dari salah-benar,- sabar-nafsu,- baikjahat,- adil-rakus,- kejam-soleh dan sebagainya. Kalau Kitab-Sucinya, semua agama mengajarkan yang mana boleh dan tidak boleh, mana yang wajib dijalani dan mana pula yang dilarang. Manusia punya Hak, mau pilih yang mana sesuai dengan selera dan isihatinya. Tidak ada paksaan. Tetapi kalau sudah menyangkut dengan kekuasaan, itu lho Yu, pangkat dan kedudukan, maka Kitab-sucinya bisa dipinggirkan dahulu. Kok lucu Kang. Seperti Cantrik Donoloka saja. Bisa sana bisa sini. Lalu ketegasannya dimana ?? Tegas – tidak tegas itu kan menurut kita, dan juga menurut mereka. Sementara menurut Kitab-Suci ada batasannya sendiri. Kitab-Suci mesti benar, tetapi 166
Yu Trimo: Kang Tasrip:
Yu Trimo:
kalau sudah jatuh ke manusia-nya, itu pakai lihat “tinggi-tempat”. Kok kayak Stasiun Kereta-Api saja, pakai tinggi tempat. Manusia itu banyak ulahnya Yu. Kalau dibawah, sebagai rakyat jelata, mungkin tegas, jujur dan adil. Tetapi kalau sudah punya pangkat,- kedudukan, maka ketegasan dan kejujuran tadi bisa luntur,- mengkerut,- lihat – lihat dulu situasi dan kondisi. Menguntungkan tidak buat dirinya. Kebenaran dan keadilan itu bisa jatuh urusan terakhir. Apalagi kalau sudah menduduki suatu jabatan (-politik); baru dekat saja, bersahabat dengan penguasa, bisa lain ketegasannya, sebagaimana dalam Hadis berikut, “Para Ulama adalah kepercayaan para Rasul, selama mereka tidak duduk didepan pintu Raja dan para Penguasa”. (Diriwayatkan Abu Ja’far Ash Shadiq) Iya Kang. Seharusnya mereka ini bisa menegur dan meng-ingatkan para
167
Kang Tasrip:
Yu Trimo: Kang Tasrip:
penguasa atau raja tadi. Menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar. Kalau sudah akrab, apalagi ikut mendapat bahagian “madu”, maka apalagi yang mau disampaikan ?! Alihalih meng-ingatkan atau menegur, justru dicarilah dalih untuk bisa menetralisir masalah. Sampai sampai menurut Syaichuna Muhammad alArabi digambarkan demikian, “Maka bila mereka temukan didalam hadits-hadits yang cocok dengan hawanafsu mereka, maka mereka berpegang betul-betul dengannya (hadits tersebut) sekalipun hadits itu sangat lemah, lebih lemah dari rumah laba-laba.” Wow, kompak itu namanya. Ibarat tumbu dapat tutup !! Dalam hidup manusia, disamping segi rokhani, juga ada segi materi-nya. Kelemahan ini yang membuat kita dapat menerima pihak lain menguasai kita, dengan harga yang dapat membeli nyawa kita,- jiwa kita,- kalbu kita.
168
Ilusi ini yang telah membunuh, kehormatan, perasaan serta cahaya hatinurani manusia. Segi materi ini, yang tergambar dalam bentuk harta dan kekayaan, dalam kepalsuan gelar-gelar dan pangkat, yangtelah membuat Abu Haritha salah seorang Nasrani Nadjran yang paling luas ilmu dan pengetahuannya pernah mengeluarkan isi-hatinya kepada salah seorang teman, bahwa ia yakin pada apa yang dikatakan Muhammad itu. Setelah temannya bertanya: “Apa lagi yang masih merintangi kamu menerima ajarannya, kalau kamu sudah mengetahui ini? “ “Yang masih merintangi aku ialah apa yang sudah diberikan orang kepada kami,” jawabnya. “Kami sudah diberi kedudukan, diberi harta dan kehormatan. Dan yang mereka kehendaki supaya kami menentangnya. Kalau kuterima ajakannya itu, tentu semua yang kaulihat ini akan dicopot dari kami.” 169
Yu Trimo:
Kang Tasrip:
Yu Trimo:
Justru dinegara kita ini malah berjamaah menjalankan kejahatan, itu lho Kang maksudku “Korupsi berjamaah.” Barang busuk itu memang lebih mudah dan cepat mencari anggota. Tapi itu orang-nya, sebab agama mengajarkan begini, “Bertolong-tolonglah kamu untuk melakukan kebaikan dan taqwa dan sekali-kali jangan bekerja sama atas dosa dan permusuhan’” (QS alMaidah:3) Sementara ayat lain menyebutkan, “Hendaklah ada diantara kamu suatu bangsa yang mengajak kepada kebaikan dan menyeru aoa yang baik dan melarang segala yang ingkar dan mereka yang berbuat demikianlah orang yang menang.” Subhanallah. Memang indah dan elok Kang. Gamblang saja, caranya bagaimana ???
170
Kang Tasrip:
Begini Yu, didalam islam itu banyak contoh atau sunnah Nabi yang dinamakan Hadits. Ini antara lain, “Jihad yang paling utama ialah terusterang mengucapkan kebenaran didepan pemerintah (sultan) yang menyimpang dari jalan yang benar.” (Hadits riwayat Abu Da’ud, At-Tirmidzi dan Ibn Madjah berdasar keterangan Abu Sa’td Chudri) Untuk pemesanan buku ini secara komplit dapat menghubungi yayasan Anita Kusumawardhani, email ke
[email protected]
***** 30 Juni 05
171
172