Pengantar Agresivitas pada remaja sampai saat ini masih menjadi masalah sosial yang belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan yang biasa, sebab tindakan-tindakan agresivitas yang dilakukan banyak yang menjurus kepada tindakan kriminal. Misalnya pencurian sepeda motor oleh siswa STM di Klaten, (Kriminal, 2004), perkosaan siswa SMU di Yogyakarta oleh temannya sendiri (Kriminal, 2004), perkelahian di lingkungan sekolah (Solo Pos, 2004), dan tawuran antar pelajar di Jakarta (Suara Merdeka, 2004). Perilaku agresif di kalangan remaja yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar merupakan hal yang sudah terlalu sering didengar bahkan cenderung dianggap biasa. Harian Solo Pos (2004) mencatat bahwa perkelahian-perkelahian di kalangan remaja biasanya diakibatkan oleh ejekan-ejekan kecil yang dianggap sebagai tindakan penghinaan yang semakin lama semakin memanas hingga menimbulkan perkelahian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kasus-kasus kenakalan yang terjadi pada remaja merupakan salah satu manifestasi dari sifat agresi verbal yang ada dalam diri remaja. Data yang telah diperoleh penulis berdasarkan survey awal dengan beberapa siswa di SMUN I Ngemplak Yogyakarta, diketahui bahwa di SMU ini sering terjadi perkelahian baik sesama siswa sendiri maupun dengan siswa SMU lain, banyak juga siswa yang ikut-ikutan tawuran, trek-trekan dan sejenisnya,
1
2
perkelahian antar siswa tersebut biasanya dipicu dengan saling memaki, menghina, melecehkan, mengejek, dan lain-lain. Survey awal dari beberapa guru dapat diketahui bahwa perkelahianperkelahian tersebut diawali karena sekolahan mengikuti perlombaan antar sekolah. Tetapi pada kenyataannya sekolahan yang kalah merasa tidak terima, kemudian mereka menyerang dengan saling mengejek hingga akhirnya berkelahi. Ketidak mampuan remaja dalam menerima kekalahan tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki kecerdasan emosi yang rendah. Karakteristik psikologis orang yang memiliki agresivitas tinggi menurut Stein & Book (2002) diantaranya adalah tidak menghormati pendapat orang lain serta tidak peduli pada kebutuhan atau perasaan orang lain, cenderung memaksakan pendapat atau keinginannya supaya dapat diterima oleh orang lain dengan cara mencemooh, mengancam serta memanipulasi orang tersebut, kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Karakteristik psikologis lainnya yang dimiliki oleh remaja yang agresivitas verbalnya tinggi menurut Goleman (2002) ialah mengalami masalah emosional yang cukup berat, seperti mudah marah, mudah terpengaruh, putus asa, sulit mengendalikan dorongan hati, sulit mengambil keputusan, dan memotivasi diri sendiri. Deskripsi karakteristik psikologis remaja yang tingkat agresivitas verbalnya tinggi menunjukkan bahwa remaja yang agresivitas verbalnya tinggi memperlihatkan kecerdasan emosi yang rendah. Remaja dengan kecerdasan emosi
3
yang tinggi mampu menyampaikan dan mempertahankan keinginan dan pendapatnya, dengan tetap mempertimbangkan pendapat orang lain serta peka terhadap perasaan orang lain sehingga mereka tidak akan mencemooh, menghina, atau memaksakan pendapat kehendak mereka secara agresif, selain itu mereka juga peka terhadap perasaan dan pikiran orang lain, mampu merasakan dan memahami perasaan tersebut yang akan membuat mereka memahami bagaimana rasa sakit yang orang lain rasakan apabila mereka berperilaku agresif pada orang tersebut dan pada akhirnya mampu mengontrol perilaku agresif mereka. Kecerdasan emosi yang tinggi juga ditunjukkan dari kemampuan remaja untuk menjalin hubungan yang baik dan sehat dengan teman-teman serta lingkungan sekitar mereka, berusaha menjaga hubungan dengan cara yang bersahabat, tidak memusuhi orang lain atau bertindak jahat pada orang lain ( Stein & Book, 2002). Kecerdasan emosi sangat diperlukan oleh anak terutama remaja yang sangat rentan dengan tindakan agresif. Berdasarkan hal tersebut penulis menduga bahwa dengan meningkatkan kecerdasan emosi remaja, maka agresivitas verbal dalam dirinya akan dapat diatasi dan cara untuk meningkatkan kecerdasan emosi remaja adalah melalui pelatihan kecerdasan emosi. Dan pentingnya kecerdasan emosi bagi penurunan agresivitas didukung penelitian yang dilakukan oleh Djuwarijah (2002) yang meneliti tentang hubungan antara kecerdasan emosi dengan agresifitas remaja, dan hasilnya ada korelasi negatif antara kecerdasan emosi remaja dengan agresifitas remaja, artinya semakin tinggi kecerdasan emosi
4
remaja maka semakin rendah kecenderungan agresifitas remaja, menurutnya agresivitas dapat diminimalkan intensitasnya apabila seseorang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik apakah pelatihan kecerdasan emosi efektif dalam menurunkan agresivitas verbal remaja dan seberapa besar tingkat pengaruhnya. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Agresivitas Verbal Menurut Kartono (2003) agresivitas remaja merupakan gejala sakit (patologis) yang secara sosial terjadi pada anak-anak dan remaja usia 13-21 tahun yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Menurut Simandjuntak (Mulyono, 1984) agresivitas remaja adalah perbuatan anak-anak yang melanggar norma-norma baik norma sosial, norma hukum, dan norma kelompok, yang mengganggu ketenteraman masyarakat. Berkowitz (1995) mandefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Menurut kamus istilah psikologi (Chaplin, 1981) verbal adalah berupa kata-kata atau suku kata dalam berbagai macam bentuk baik lisan, tulisan, maupun cetakan. Garcia Leon (2002) mendefinisikan agresivitas verbal sebagai perilaku agresif yang bentuknya berupa perkataan-perkataan kasar
5
atau menyakitkan orang lain ataupun yang dikeluarkan berupa gumaman atau gerutuan. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli penulis menarik kesimpulan bahwa agresivitas varbal remaja adalah bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja usia 13-21 talun yang bentuknya berupa perkataanperkataan kasar dengan nada bermusuhan serta dimaksudkan untuk menyakiti dan menyinggung orang lain. 2. Pengertian Kecerdasan Emosi Salovey dan Mayer (Steven & Howard, 2000) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Sedangkan menurut Patton (2002) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai suatu kekuatan di balik singgasana kemampuan intelektual, dan merupakan dasar-dasar pembentukan emosi yang mencakup keterampilan-keterampilan
untuk
menunda
kepuasan,
mengendalikan
impuls-impuls, tetap optimis, menyalurkan emosi yang kuat secara efektif, mampu memotivasi diri, mampu menangani kelemahan, mampu menunjukkan rasa empati kepada orang lain dan mampu membangun kesadaran diri dan pemahaman pribadi. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosi ialah serangkaian kemampuan seseorang dalam
6
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan, yakni, menyangkut aspek pribadi, sosial dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari. Penulis menyimpulkan demikian karena kecerdasan emosi ini terkait dengan kemampuan untuk mengerti emosi diri sendiri, kemampuan untuk mendengarkan dan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, serta kelebihan dan kekurangan mereka, kemampuan untuk berempati dan kemampuan mengekspresikan emosi secara secara produktif. Hipotesis Peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap penurunan tingkat agresivitas verbal remaja. Remaja yang ikut pelatihan kecerdasan emosi tingkat agresivitas verbalnya lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti pelatihan kecerdasan emosi. Metode Penelitian 1. Variabel- variabel Penelitian Variabel bebas (independen): Pelatihan Kecerdasan Emosi Variabel tergantung (dependen): Agresivitas Verbal 2. Definisi Operasional variabel Penelitian a. Agresivitas Verbal Agresivitas verbal remaja adalah seberapa sering seorang remaja usia 1321 tahun untuk menyakiti dan menyinggung orang lain melalui perkataan-
7
perkataan kasar dengan unsur kesengajaan dalam rangka mencapai tujuan tertentu ataupun tanpa tujuan tertentu yang diukur melalui aspek-aspek agresivitas verbal, antara lain: berbohong, menyindir, berkata keras, mengejek / menertawakan, melecehkan / menghina, mencaci / memaki / menyumpahi / menghardik, berkata kotor / berkata kasar, mengadu domba / memicu pertengkaran, mengancam, dan memaksa. Agresivitas verbal remaja diukur dengan menggunakan skala agresivitas verbal yang disusun oleh penulis sendiri berdasarkan teori Mulyono (1984). Agresivitas verbal diketahui melalui skor yang diperoleh subyek setelah mengisi skala agresivitas verbal. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka semakin tinggi agresivitas verbalnya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subyek maka semakin rendah agresivitas verbalnya. b. Pelatihan Kecerdasan Emosi Pelatihan
kecerdasan
emosi
adalah
suatu
metode
peningkatan
kemampuan emosional remaja melalui serangkaian kegiatan yang sistematis agar remaja mampu mengelola, mengekspresikan dan memahami emosi yang ia miliki pada orang lain secara tepat sehingga ia mampu mengatasi berbagai tekanan, mampu berinteraksi dengan orang lain secara tepat serta mampu memadukannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki. Materi yang akan diajarkan dalam pelatihan kecerdasan emosi antara lain: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
8
Subyek Penelitian Subyek penelitian yang akan menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMU N I Ngemplak Yogyakarta, baik putra dan putri. Karakteristik subyek mencakup berstatus sebagai salah satu siswa SMUN I Ngemplak Yogyakarta, berusia antara 15-18 tahun dan duduk di kelas 2. Subyek penelitian akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen akan dikenai perlakuan pelatihan kecerdasan emosi, sedangkan kelompok kontrol tidak akan dikenai perlakuan. Rancangan Eksperimen Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Treatments By Subjects design. Desain ini akan menguji efek pelatihan kecerdasan emosi terhadap variabel dependen (agresivitas verbal) dengan cara pemberian beberapa jenis atau variasi perlakuan secara berturut-turut kepada kelompok subjek yang sama (Latipun, 2004), hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah ada tingkat penurunan agresivitas verbal remaja antara sebelum dan sesudah diberi pelatihan. Pada penelitian ini juga terdapat kelompok kontrol yang berfungsi sebagai pembanding. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menyusun rancangan eksperimen sebagai berikut: Pretest— Pelatihan— Posttest? Kelompok Eksperimen Pretest-------------------Posttest? Kelompok kontrol
9
Perlakuan yang akan dikenakan kepada kepada kelompok dibagi menjadi lima materi yang berbeda, yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Setiap materi mendapat porsi dua jam dan diberikan dalam waktu dua hari, dengan selang waktu empat hari. Berikut rancangan pemberian perlakuan kelompok eksperimen. Tabel 1 Rancangan Perlakuan Kelompok Eksperimen Hari Perlakuan I Perkenalan, penandatanganan kontrak kesediaan, Pretest, Kesadaran diri, Pengaturan diri II Empati, Keterampilan sosial, motivasi III Posttest
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah multi method, yaitu data yang akan dikunpulkan dalam penelitian ini akan menggunakan metode skala, observasi, dan wawancara. Skala yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala agresivitas verbal dan kecerdasan emosi yang dibuat oleh penulis, sementara wawancara yang akan digunakan menggunakan guide interview yang juga disusun oleh penulis sendiri. 1. Skala a. skala Agresivitas Verbal Skala agresivitas yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh penulis sendiri berdasarkan teori dari Mulyono (1984). Diperoleh 60 aitem yang belum diuji cobakan dan terdistribusi dalam tabel sebaran aitem berikut:
10
Tabel 2 Distribusi Butir Skala Agresivitas Verbal Sebelum Uji Coba Apek Butir Favourable Nomor Butir Berbohong / menyindir / berkata keras 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 Mengejek / menertawakan 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, Melecehkan / menghina 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 Mencaci / memaki / menyumpahi / 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, menghardik 38, 39, 40, 41, 42 Berkata kotor / berkata kasar 43, 44, 45, 46, 47, 48 Mengadu domba / memicu 49, 50, 51 pertengkaran Mengancam 52, 53, 54, 55 Memaksa 56, 57, 58, 59, 60 Jumlah
Jumlah 15 7 7 13 6 3 4 5 60
b. Skala Kecerdasan Emosi Skala kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh penulis sendiri berdasarkan teori dari Salovey & Mayer (Goleman, 2002). diperoleh 50 aitem yang belum diuji cobakan dan terdistribusi dalam tabel sebaran aitem berikut: Tabel 3 Distribusi Butir Skala Kecerdasan Emosi Sebelum Uji Coba Aspek Favourable Unfavourable Kasadaran diri 4, 6, 7, 8, 9, 10 1, 2, 3, 5 Pengaturan diri 12, 20 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 Motivasi 21, 23, 27, 28, 29, 22, 24, 25, 26 30 Empati 32, 33, 34, 35, 36, 31, 38, 39, 40 37 Keterampilan sosial 41, 43, 44, 45, 46 42, 47, 48, 49, 50 Jumlah
Jumlah 10 10 10 10 10 50
11
Penilaian skala agresivitas verbal dan kecerdasan emosi ini bergerak dari satu sampai dengan empat, terdapat empat pilihan jawaban untuk subjek yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Cara pemberian skor untuk aitem favourable nilai tertinggi 4 diberikan pada jawaban selalu, nilai 3 diberikan pada jawaban sering, nilai 2 diberikan pada jawaban kadang-kadang, dan nilai 1 diberikan pada jawaban tidak pernah. Sedangkan cara pemberian skor untuk aitem unfavourable bergerak sebaliknya. Tabel berikut akan memperjelas cara penyekoran aitem-aitem skala agresivitas verbal dan Kecerdasan Emosi. Tabel 4 Skoring Aitem-aitem Skala Agresivitas Verbal Dan Kecerdasan Emosi Jenis aitem Jawaban Skor Favourable Selalu 4 Sering 3 Kadang-kadang 2 Tidak Pernah 1 Unfavourable Selalu 1 Sering 2 Kadang-kadang 3 Tidak pernah 4 2. Observasi Observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai metode pendukung, yang bertujuan untuk memperlengkap data-data yang dimiliki penulis serta mendukung data-data yang sudah ada. 3. Wawancara Wawancara digunakan sebagai metode pendukung yang bertujuan untuk memperlengkap data yang dimiliki oleh penulis serta agar penelitian lebih bersifat
12
mendalam. Penulis menggunakan jenis wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara (guide interview) yang disusun sebelum wawancara dilakukan. Hal-hal pokok yang akan ditanyakan dalam wawancara antara lain adalah: perasaan yang dialami subyek selama pelatihan dan perasaan subyek setelah mengikuti pelatihan, perubahan–perubahan yang dialami subyek setelah mengikuti pelatihan. Metode Analisis Data Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik Independent sample t-test, dengan program SPSS for windows Release 12.0. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis bahwa ada perbedaan agresivitas antara remaja yang ikut pelatihan kecerdasan emosi dengan remaja yang tidak ikut pelatihan kecerdasan emosi. Analisis akan dilakukan pada tiga pasangan variabel yaitu variabel skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen, kemudian variabel skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol, serta selisih skor (gain score) pretest dan posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Persiapan Penelitian 1. Persiapan Administrasi Mengurus surat ijin untuk penelitian dari fakultas psikologi dengan persetujuan dosen pembimbing dan dilanjutkan dengan mengurus surat ijin ke bagian pengajaran. Surat ijin ini dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi
13
Universitas Islam Indonesia nomor 133 / Dek / 70 / FP / III / 05. Tertanggal 30 Maret 2005. 2. Persiapan Alat Ukur Alat ukur yang diuji cobakan diberikan kepada 40 subyek dan semua alat ukur kembali dalam keadaan baik. Alat ukur yang dapat dianalisis semuanya berjumlah 40 eksemplar. Skoring dilakukan pada alat ukur yang telah diisi oleh subyek, kemudian dilakukan penghitungan validitas dan reliabilitas alat ukur. Reliabilitas dihitung dengan menggunakan program SPSS for windows versi 12.00, dan diperoleh angka reliabilitas alat ukur (alpha) sebesar 0, 918. Untuk meningkatkan koefisien reliabilitas dilakukan seleksi aitem berdasarkan korelasi aitem total (Azwar, 1999). Setelah dilakukan seleksi aitem, dari 60 aitem yang diuji cobakan diperoleh jumlah aitem yang gugur sebanyak 21 buah dan jumlah aitem yang sahih sebanyak 39 buah. 3. Persiapan Modul Modul pelatihan kecerdasan Emosi merupakan modul yang disusun oleh Herlinasari (2005), berdasarkan teori kecerdasan emosi Bar-On (Stein & Book, 2002) dan telah dimodifikasi oleh peneliti. Modul ini didiskusikan kembali oleh peneliti dengan beberapa dosen ahli dibidang pelatihan dari fakultas psikologi Universitas Islam Indonesia yang sering menjadi trainer dalam pelatihan kecerdasan emosi. Setelah dilakukan penyesuaian materi pada modul, maka didapatlah modul yang telah matang isinya dan sesuai dengan materi-materi
14
pelatihan kecerdasan emosi yang didasarkan pada aspek-aspek kecerdasan emosi dari Goleman. Laporan Pelaksanaan Penelitian 1. Pelaksanaan Eksperimen Penelitian eksperimen yang berupa pelatihan kecerdasan emosi ini dilaksanakan dalam waktu dua hari dengan interval waktu empat hari antara hari pertama dan hari kedua, pada hari pertama subyek mendapatkan dua materi yaitu kesadaran diri dan pengaturan diri, sedangkan pada hari kedua subjek mendapatkan tiga materi yaitu empati, keterampilan sosial dan motivasi. Dengan interval waktu empat hari ini dimaksudkan agar tugas-tugas yang diberikan pada setiap subyek dapat dikerjakan secara maksimal. Pemberian materi pelatihan ini agak dipadatkan waktunya karena subyek akan menghadapi tes / ujian, sehingga pihak sekolah hanya menyediakan waktu selama dua hari karena dikhawatirkan akan mengganggu kegiatan belajar siswa. Berikut jadwal kegiatan pemberian materi dalam pelatihan kecerdasan emosi yang diberikan pada kelompok eksperimen: Tabel 5 Jadwal Kegiatan Pemberian Materi Pelatihan Pada Kelompok Eksperimen Materi Perkenalan Pretest Kesadaran diri
Hari, Tanggal Waktu Selasa, 10 Mei 08.00 – 08.30 2005 Selasa, 10 Mei 08.30 – 09.00 2005 Selasa, 10 Mei 09.00 – 10.00 2005
Tempat SMUN I Ngemplak SMUN I Ngemplak SMUN I Ngemplak
15
Pengaturan diri
Selasa, 10 Mei 2005 Empati Sabtu, 14 Mei 2005 Keterampilan sosial Sabtu, 14 Mei 2005 Motivasi Sabtu 14 Mei 2005 Posttest Rabu, 18 Mei 2005
10.00 – 11.00
SMUN I Ngemplak
08.00 – 09.00
SMUN I Ngemplak
09.00 – 10.00
SMUN I Ngemplak
10.00 – 11.30 08.30 – 09.00
SMUN I Ngemplak SMUN I Ngemplak
2. Pelaksanaan Observasi Observasi dilaksanakan pada saat pelatihan kecerdasan emosi, hal-hal yang diobservasi antara lain perilaku subyek saat mengikuti pelatihan, perilaku subyek saat trainer menyampaikan materi, perilaku subyek saat mengerjakan tugas, dan sikap verbal subyek yang tampak pada saat mengikuti pelatihan. 3. Pelaksanaan Wawancara Wawancara dilakukan pada setiap peserta pelatihan, bertempat di ruang baca perpustakaan SMUN I Ngemplak Sleman Yogyakarta. Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Mei 2005 pukul 09.00 sampai pukul 10.00 WIB. Pencatatan hasil wawancara dilakukan dengan alat bantu berupa buku dan pena. Wawancara berlangsung dengan lancar tanpa ada hambatan. 4. Pelaksanaan Posttest Pengambilan data posttest dilaksanakan di SMUN I Ngemplak Sleman Yogyakarta, pengambilan data dilakukan dengan cara pemberian skala kepada subyek penelitian di dalam kelas secara klasikal. Jumlah kelompok kontrol adalah 10 orang dan kelompok eksperimen juga 10 orang. Seluruh skala dijawab dengan
16
lengkap oleh subyek sehingga jumlah skala yang dapat dianalisis sebanyak 20 buah. Hasil Penelitian 1. Skala Agresivitas Verbal Setelah seluruh data diperoleh selanjutnya dilakukan seleksi subyek penelitian. Subyek penelitian ini digolongkan kedalam lima kategori diagnostik yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kategori ini berdasarkan sebaran hipotetik yaitu nilai maksimal dan nilai minimal, sehingga diperoleh perkiraan besarnya standar hipotetik. Tabel 6 Deskripsi Kategori Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Pretest Kategori Norma Klp Eksperimen Klp Kontrol n Presentase n Presentase Tinggi X = 72 1 10 % Sedang 48 = X < 72 4 40 % 3 30 % Rendah X < 48 6 60 % 6 60 % Nilai rata-rata Pretest agresivitas verbal pada kelompok eksperimen adalah 41,2 sehingga tingkat agresivitas verbal berada pada tingkat rendah. Sedangkan skor pretest agresivitas verbal kelompok kontrol berada pada tingkat sedang dengan rata-rata 50,9. Tabel 7 Deskripsi kategori subyek penelitian berdasarkan hasil posttest Kategori Norma Klp Eksperimen Klp Kontrol n Presentase n Presentase Tinggi X = 72 1 10 % Sedang 48 = X < 72 3 30 % Rendah X < 48 10 10 % 6 60 %
17
Nilai rata-rata posttest pada kelompok eksperimen adalah 40,6 sehingga tingkat agresivitas verbal berada pada tingkat rendah. Sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol adalah 50,3 yang berarti tingkat agresivitas verbal berada pada tingkat sedang. Hasil uji asumsi normalitas menunjukkan nilai K-SZ untuk skor variabel agresivitas verbal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebesar 0,447 dengan P = 0,988 ( P > 0,05 ) jadi hasil uji normalitas menunjukkan sebaran agresivitas verbal mengikuti distribusi normal. Hasil uji homogenitas memperlihatkan Levene Statistic sebesar 0,105 dengan nilai P = 0,750 ( P > 0,05 ) sehingga varians skor agresivitas verbal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol relatif homogen. Uji hipotesis untuk skor pretest agresivitas verbal kelompok eksperimen dengan skor posttest kelompok eksperimen adalah nilai t menunjukkan = -1,996 dengan nilai P = 0,061 ( P > 0,05 ). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dengan skor posttest pada kelompok eksperimen. Uji hipotesis untuk skor pretest agresivitas verbal kelompok kontrol dengan skor posttest kelompok kontrol adalah Uji beda (t) sebesar –1,891 dengan nilai P = 0,075 ( P > 0,05 ) sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan skor posttest pada kelompok kontrol.
18
Hasil analisis selisih antara skor pretest-posttest kelompok eksperimen dengan selisih skor pretest-posttest kelompok kontrol didapatkan nilai t = 0,000 dengan nilai P= 1,000 ( P > 0,05 ). Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest kelompok eksperimen dengan selisih skor pretest-posttest kelompok kontrol. 2. Skala Kecerdasan Emosi Subyek penelitian ini digolongkan kedalam lima kategori diagnostik yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Tabel 8 Deskripsi Kategori Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Pretest kecerdasan emosi Kategori Norma Kelompok eksperimen Kelompok kontrol n Presentase n Presentase Sangat tinggi X = 55 Tinggi 45 < X = 55 1 10 % Sedang 35 < X = 45 9 90 % 5 50 % Rendah 25 < X = 35 5 50 % Sangat rendah X = 25 Total 10 100 % 10 100 %
Nilai rata-rata pretest kecerdasan emosi pada kelompok eksperimen adalah 41,10 sehingga tingkat kecerdasan emosi berada pada tingkat sedang. Sedangkan skor pretest kecerdasan emosi kelompok kontrol secara umum berada pada tingkat sedang dengan rata-rata 36.70. Tabel 9 Deskripsi Kategori Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Posttestt kecerdasan emosi Kategori Norma Kelompok eksperimen Kelompok kontrol n Presentase n Presentase
19
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Total
X = 55 45 < X = 55 35 < X = 45 25 < X = 35 X = 25
1 4 5 10
10 % 40 % 50 % 100 %
3 5 2 10
30 % 50 % 20 % 100 %
Nilai rata-rata posttest pada kelompok eksperimen adalah 46,00 sehingga tingkat kecerdasan emosi kelompok eksperimen berada pada tingkat tinggi. Sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol adalah 41,90 yang berarti tingkat kecerdasan emosi kelompok kontrol berada pada tingkat sedang. 3. Hasil Observasi Pada hari pertama pada sesi pengenalan diri peserta masih takut dan tegang untuk mengungkapkan pendapatnya, selain itu peserta juga masih malu untuk bertanya kepada trainer dan masih tampak cemas, karena belum tahu pelatihan seperti apa yang diberikan. Pada sesi kedua yaitu pengaturan diri, peserta mulai menikmati pelatihan, karena mereka terlihat lebih santai pada penyampaian materi dan tugas yang diberikan. Pada hari kedua, pada sesi empati, keterampilan sosial dan motivasi seluruh peserta memperhatikan trainer saat menyampaikan materi dan tidak ada peserta yang sibuk sendiri, peserta tampak fokus dan serius, tidak lagi banyak bercanda tentang materi yang diberikan.
20
4. Hasil Wawancara Perubahan-perubahan yang dialami subyek antara lain: menjadi lebih sabar dalam menghadapi cobaan, dapat memecahkan masalah dengan baik dan dapat mengetahui masalah yang timbul jika tidak dapat mengontrol emosi, dapat memahami emosi yang dimiliki dan dapat mengontrolnya dengan baik, lebih mengenal diri dan menyadari tingkah laku yang dilakukannya, menyadari perbuatan-perbuatan yang tidak disukai orang lain, lebih memahami perasaan orang lain, dan menjadi lebih parcaya diri. Contoh pernyataan subyek: ”Saya menjadi lebih sabar dalam menghadapi cobaan yang saya alami”. ”Saya menjadi lebih sabar dan dapt memecahkan masalah juga dapat mengetahui masalah yang timbul jika saya tidak dapat mengontrol emosi”. ”Saya sekarang menjadi tahu lebih dalam tentang empati, dan dengan bertambahnya pengetahuan saya, saya bisa lebih memahami perasaan orang lain.
Berdasarkan hasil analisis maka hipotesis penelitian yang berbunyi ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap agresifitas verbal remaja tidak dapat diterima. Pembahasan Tujuan penelitian yang ingin menguji secara empiris apakah pelatihan kecerdasan emosi efektif untuk menurunkan tingkat agresivitas verbal remaja tidak mendapat suport empiris. Hipotesis penelitian yang berbunyi ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap penurunan tingkat agresivitas verbal remaja
21
tidak diterima. Artinya tidak ada perbedaan tingkat agresivitas antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan kecerdasan emosi. Hasil penelitian ini kontras dengan pendapat Bar-On. Bar-On (Stein & Book, 2003) menyebutkan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosi adalah pengendalian diri yang meliputi kemampuan menolak atau menunda dorongan atau godaan untuk bertindak, sehingga individu dapat menampung impuls agresif, tetap sabar dan dapat mengendalikan sikap agresif, permusuhan serta perilaku yang tidak bertanggung jawab. Salovey & Mayer (Goleman 2002) menyebutkan bahwa kemampuan mengelola emosi ini dapat membantu remaja dalam mengajukan permintaan dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif, menolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, berkurangnya ejekan verbal, menolong sesama, dan ikut serta dalam kelompok-kelompok yang positif. Etty (2002) berpendapat bahwa kecerdasan emosi dapat meredam tindakan agresif. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa semakin baik taraf kecerdasan emosi anak maka semakin rendah kecenderungan berperilaku delinkuen (Aziz, 1999). Penelitian ini juga nertentangan dengan penelitian Djuwarijah (2002) bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan agresivitas remaja. Menurut Petterson (Berkowitz, 1995) menyatakan bahwa kondisi yang penuh tekanan yang ada di keluarga seperti pengangguran, konflik suami istri, tingkat pendidikan dan penghasilan yang
22
rendah dapat mempengaruhi pengasuhan anak sehingga anak cenderung berperilaku agresif di lingkungan sekolah dan masyarakat. Meskipun pelatihan ini tidak dapat menurunkan tingkat agresivitas verbal remaja, namun pelatihan kecerdasan emosi ini dapat mengembangkan atau meningkatkan kecerdasan emosi pada remaja, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis skala kecerdasan emosi, hasil observasi dan hasil wawancara. Menurut Stein & Book (2002) pelatihan kecerdasan emosi merupakan suatu proses belajar, yang masing-masing tahapannya memiliki tujuan yang saling berkesinambungan. Pada dasarnya, keterampilan yang ingin diperoleh dalam pelatihan ini adalah keterampilan dasar dari kecerdasan emosi, yaitu kemampuan mengerti emosi diri sendiri, kemampuan untuk mendengarkan orang lain atau berempati dan kemampuan mengekspresikan emosi secara produktif. Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan dapat mengatasi emosinya, dapat meningkatkan kekuatan pribadi serta meningkatkan kualitas-kualitas kehidupan bersama orang lain. Kesimpulan Pelatihan kecerdasan emosi yang dilakukan pada remaja selama dua hari ini belum dapat menunjukkan penurunan tingkat agresivitas verbal yang berarti. Tampaknya keterbatasan waktu, baik waktu untuk mengadakan pelatihan maupun tenggang waktu untuk pengambilan data posttest kurang memungkinkan terjadinya penurunan tingkat agresivitas verbal, namun pelatihan kecerdasan
23
emosi ini mampu meningkatkan kecerdasan emosi pada remaja. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat agresivitas verbal yang signifikan pada peserta antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kecerdasan emosi, dengan demikian maka hipotesis ditolak. Saran 1. Untuk Subyek Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi berada pada tingkat tinggi setelah mengikuti pelatihan, hal ini harus dipertahankan dengan cara semua yang diberikan dalam pelatihan kecerdasan emosi hendaknya dapat benar-benar di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Untuk Sekolah Penulis mengharapkan agar selain memberikan materi-materi pelajaran, sekolah juga membuat program agar para pengajar atau guru dapat juga memberikan materi-materi keterampilan sosial atau materi-materi yang terdapat dalam pelatihan kecerdasan emosi, sehingga selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi remaja juga memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dapat lebih memberikan perhatian penuh terhadap pelaksanaan eksperimen, seperti try-out modul pelatihan, pemilihan fasilitator yang menarik dan berpengalaman, waktu pelatihan
24
dan tenggang waktu pelaksanaan posttest. Selain itu sebaiknya tugas-tugas dikerjakan didalam ruangan saja agar peserta tidak malas ketika mengerjakannya. Penulis juga menyarankan agar peneliti selanjutnya memperhatikan skala yang digunakan, skala yang digunakan hendaknya selain berisi aitem favourable juga terdapat aitem unfavourable, hal ini dimaksudkan agar subyek tidak monoton dalam menjawab pernyataan dan tidak menggunakan standar perilaku pada umumnya, sehingga subyek mau menjawab sesuai dengan keadaan dirinya. Selain itu perlu juga menggunakan alat ukur yang berbeda pada saat posttest untuk menghindari efek pembelajaran dalam menjawab angket dan dapat pula diupayakan untuk melibatkan orang tua, guru, dan tokoh masyarakat dalam pelatihan yang diadakan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. 1999. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri dan Kecenderungan Berperilaku Delikuen pada Remaja, Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Psikologi Universitas Gajah Mada Azwar, 1999. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Berkowitz. 1995. Agresi Sebab dan Akibatnya 1. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo Chaplin. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers Manajemen PT Raja Grafindo Persada Djuwarijah. 2002. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Agresivitas Remaja. Psikologika, 13, 67-75 Epstein. 1998. Constructive Thinking: The Key to Emotional Intelligence. Wesport. CT: Praeger Etty. 2002. Mengelola Emosi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Garcia Leon, A, Reyes, G.A. , Villa, J., Perez, N. , Robles, H., & Ramos, M.M. 2002. The Agression Questionnaire: A Validation Study in Student Samples. The Spanish Journal of Psychology Vol.5, 1, 45-53 Goleman. 2002. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Herlinasari. 2005. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Agresivitas Anak. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Hurlock. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 5. Jakarta: Erlangga Kartono. 2003. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Latipun. 2004. Psokologi Eksperimen Edisi 2. Malang: UMM Press
26
Mulyono. 1984. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius Morgan. 1987. International to Psychology. Tokyo: Mc Graw Hill-Kogakusha Patton. 2002. EQ-Pengembangan Sukses Lebih Bermakna. Jakarta: PT. Mitra Media Publisher Setiasih, & Mangunhardjana. 2002. Pengaruh Pelatihan Emotional Literacy terhadap Kecerdasan Emotional Remaja. Anima Indonesian Psychological Journal, 3, 243-256. Setyowati. 1999. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kecenderungan Berperilaku Delinkuen pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Stein, & Book. 2002. Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa Tjundjing. 2001. Hubungan antara IQ, EQ, dan AQ dengan Prestasi Studi pada Siswa SMU. Anima Indonesian Psychological Journal, 1, 62-92. Utami. 2005. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi terhadap Kecerdasan Emosi anak. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Mu’tadin. 2002. Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. www.e-psikologi.com Harian. Solo Pos. 4 april 2004 Harian. Suara Merdeka. 8 April 2004 Tabloid Mingguan. Kriminal. 29 September 2004 Tabloid Mingguan. Kriminal. 13 Oktober 2004
27
Identitas Peneliti
Nama Lengkap : Leny Herlinawati Nama Panggilan : Leny Alamat
: Temuwangi RT:07 / RW:02 No:05 Pedan Klaten Jawa Tengah 57468
No Telepon
: (0274) 897193
No HP
: 081578825652