Daftar isi Risalah Seminar llmiah
Aplikasi lsofop dan Radiasi, 2006
PENGAMATAN SIFAT AGRONOMI DAN MUTU SERAT GALUR MUTAN HARAPAN KAPAS KJ 1 DAN KJ 2 DI NTB Lilik Harsanti, Tarmizi, Ita Dwimahyani dan Mugiono Pusat Aplikasi Teknik Isotop dan Radiasi - BATAN ABATRAK PENGAMATAN SIFAT AGRONOMIS GALUR MUTAN HARAPAN KAPAS KJ 1 DAN KJ 2 DI NTB. Galur mutan KJ 1 dan KJ 2 yang berasal dari kultur jaringan embrio aksis kapas varietas NIAB-999 yang diradiasi dengan sinar gamma 60 Co. dengan dosis 20 gray digunakan dalam percobaan ini . Percobaan dilakukan di NTB menggunakan rancangan Acak Kelompok dengan ulangan 4 kalLKedua galur ditanam pada plot yang berukuran 8 x 7 M2 dengan jarak tanam 10 x 100 cm2dan menggunakan varietas Kanesia 8 dan Kanesia 9 sebagai pembanding. Parameter yang diamati adalah umur tanaman, tinggi tanaman, jumlah cabang generatif, jumlah buah pohon, berat 100 buah, panjang serat, kekuatan serat, kehalusan dan kerataan serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman galur mutan KJ 1 dan KJ 2 lebih genjah dan lebih pendek dibandingkan dengan Kanesia 8 dan Kanesia 9. Prosentase serat kapas KJ 1 dan KJ 2 lebih tinggi dibandingkan dengan Kanesia 8 dan Kanesia 9. Produksi kapas galur KJ 2 dan kanesia 8 lebih tinggi dibandingkan dengan KJ 1 dan Kanesia 9. ABSTRACT OBSERVATION OF AGRONOMIC CHARACTERS OF COTTON PROMISING MUTANT LINES KJ 1 AND KJ 2 AT NTB. Mutant lines of KJ 1 and KJ 2 derived of embryo axis in-vitro cultured of NIAB 999 cotton variety which was irradiated by gamma rays of 60 Co with doses of 20 Gy were used in this experiment. The experiment was conduced at NTB designed by randomized Block design with four replications. Both mutant lines were planted in the plot with a size of 8 x 7 M2 and 10 x 100 cm2 spacing, and Kanesia 8 and Kanesia 9 were used as control varieties in the experiment. The parameters observed were days of maturity, plant height, number of generative branches, number of fruit/plant, weight of 100 fruits, length of fiber, fiber strength, smooth and uniformity. As the result of the selection, KJ 1 and KJ 2 showed early maturity compared to Kanesia 8 and Kanesia 9. Percentage of cotton fiber KJ 1 and KJ 2 were higher compared to Kanesia 8 and Kanesia 9. Cotton production obtained by mutant lines KJ 2 and Kanesia 8 were higher compared to KJ 1 and Kanesia 9. Kata kunci: Mutan, genjah, generasi, kapas (Mutant, Early, Generation, cotton}
PENDAHULUAN Di Indonesia, sentra penanaman kapas menyebar di lima propinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Pada umumnya kapas ban yak ditanam di daerah kering dengan jumlah hari hujan relatif sedikit dan tidak menentu (1). Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan daerah kering dengan luas wilayah 2155.150 Ha, terdiri atas lahan sawah seluas 200.957 Ha (9.33%) dan lahan kering seluas 1.809.463 (84.19 %). dengan curah hujan rata-rata dari bulan April - Mei adalah 100 mml bulan dan pada bulan Juni curah hujan terendah mendekati 0 mm (2). Di daerah tersebut tanaman kapas sering mengalami gagal panen karena air yang tersedia dalam tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu petani kesulitan untuk menentukan waktu tanam yang tepat, karena hujan turun tidak menentu. Hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi kapas tidak optimal (3). Melihat hal di atas, cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah terse but adalah dengan menanam kapas yang toleran terhadap kondisi lingkungan. Menurut Hasnam dkk (4) usaha untuk menghindari
kegagalan panen kapas pada daerah yang hari hujannya relatif pendek adalah dengan menanam varietas kapas yang berumur genjah. Lebih lanjut dijelaskan oleh Marjono dkk (5) bahwa kapas genjah dapat terhindar dari kekeringan karena sebelum terjadi kekeringan buah kapas telah masak (siap dipanen). Namun demikian produktivitas varietas kapas berumur yang genjah masih belum optimal sehingga dirasa perlu ditingkatkan . Kebutuhan serat kapas sebagai bahan baku industri tekstil di Indonesia 99% dipenuhi dari impor. Pada tahun 2000 impor serat sebesar 565 ribu ton pada tahun 2001 meningkat menjadi 762 ribu ton atau senilai $US.729.9 juta pada tahun 2000 dan $US. 1.066 juta pada tahun 2002 (6). Usaha untuk meningkatkan produksi kapas rakyat dilakukan melalui program Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR) sejak tahun 1978/1979 pada Pelita III meskipun belum mampu meningkatkan produksi kapas secara maksimum. Rata - rata produksi kapas dalam program Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR! di tingkat petani sangat rendah yaitu 0,48-0,52 ton/ha (7). dan produksi dalam negeri hanya berkisar 1.600 - 2.500 ribu ton atau kurang dari 0,5 % kebutuhan nasional (6). Rendahnya produktivitas ini diakibatkan 101
Risalan Seminar Ilmian
Aplikasi Is%p dan Radiasi, 2006
adanya serangan hama, kekeringan dan faktor biotik lainnya (1). Peningkatan produktivitas kapas dapat ditempuh dengan perbaikan teknik budi daya dan penggunaan varietas unggul. Perbaikan varietas kapas diarahkan pada pembentukkan varietas dengan bent uk kanopi kompak, umur genjah, tahan hama dan penyakit, serta kualitas serat yang baik (7). Bentuk kanopi yang kompak (eabang generatif pendekl akan memudahkan pengendalian hama (5). Sehubungan dengan hal itu, dalam upaya mendapatkan varietas kapas unggul, Pus lit bang Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN telah melakukan perbaikan varietas. Penggunaan teknik mutasi pada pemuliaan tanaman kapas telah dilakukan dengan radiasi pad a kultur jaringan. Radiasi embrio aksis dari benih kapas varietas NIAB 999 telah dihasilkan galur harapan KJ 1 dan KJ 2 dengan umur panen 105-110 hari. Penggunaan varietas unggul bermutu baik, dalam hal ini mutu serat yang baik merupakan salah satu kriteria untuk menjadikan kapas sebagai komoditas unggulan (5). Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati sifat agronomi dan mutu serat galur mutan kapas KJ 1 dan KJ 2 yang ditanam di NTB. BAHAN DAN METODA Materi penelitian yang digunakan adalah 2 galur mutan : KJ 1, KJ 2 dan 2 varietas pembanding yaitu Kanesia 8 dan Kanesia 9. Galur mutan KJ 1 dan KJ 2 berasal dari hasil embrio aksis kultur jaringan kapas varietas NIAB 999 yang diiradiasi dengan sinar gamma 20 Gray dari 6OCOpada penelitian tahun 1999. Penelitian dilakukan di Keeamatan Bayan, Lombok Barat di NTB dari bulan Juni 2005 sampai bulan Oktober 2005. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 7 hari setelah tanam dengan menggunakan 50 kg ZA + 100 kg SP36 + 75 kg KCl./ha, dan pada umur 42 hari setelah tanam dengan menggunakan 100 kg urea Iha. Parameter yang diamati adalah sebagai berikut: a. Tinggi tanaman dan jumlah eabang generatif pada umur 127 hari setelah tanam b. Jumlah buah/pohon, be rat 100 buah, berat kapas berbiji/ha e. Panjang serat, kekuatan serat, kehalusan, dan kerataan serat yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil Bandung. Pereobaan dilakukan dengan Raneangan Aeak Kelompok dengan ukuran plot 8 x 7 M2 dan jumlah ulangan 5 kali. Jarak tanam yang digunakan 10 x 100 em atau dengan jumlah populasi tanaman 100.000 tanaman/ha. Analisis
102
dilakukan dengan program SAS.
ANOV A
menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Penampilan galur mutan harapan kapas KJ 1 dan KJ 2 pada uji daya hasil yang dilakukan di Bayan, NTB dapat di lihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Tinggi tanaman galur mutan harapan KJ 1, varietas kontrol Kanesia 8 dan Kanesia 9 dengan galur mutan harapan KJ 2 berbeda nyata (Tabel 1). Jumlah eabang generatif galur KJ 1 dan KJ 2 tidak berbeda nyata dengan varietas kontrol Kanesia 9, tetapi Kanesia 8 hasilnya relatif I eenderung lebih baik, dan menurut Hasnam dkk (4) eabang generatif sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kapas dan pengendalian hama, umur genjah dan produksi tinggi. Jumlah buah galur mutan harapan KJ1 berbeda nyata dengan Kanesia 8 dan 9, sedang KJ 2 tidak berbeda nyata dengan varietas kontrol Kanesia 8 dan 9. Demikian juga, berat buah 100 butir dan produksi galur mutan KJ 1 dan KJ 2 dengan varietas kontrol Kanesia 8 dan Kanesia 9 tidak berbeda nyata . Galur mutan kapas KJ 1 dan KJ 2 berumur genjah yaitu 110 hari, sedang 2 varietas kontrolnya berumur120 hari.(Tabel 1) dan menurut Marjono et.al (51 dikatakan bahwa kapas yang berumur genjah dapat lolos dari kekeringan karena sebelum terjadi kekeringan, buah kapas telah masak lebih dahulu dan diduga galur mutan KJ 2 mempunyai produksi tinggi karena umurnya yang genjah sehingga terhindar dari kekeringan selain itu batang dari tanaman KJ 2 lebih kokohl batang lebih besar dibandingkan KJ 1, jarak tanam tidak terlalu rapat (100 x 25 em) lain halnya dengan KJ 1 harus ditanam rapat 1100xlO em) karena pembungaan dan biji sedikit sekali yang bakal menjadi buah kapas. Jarak tanam tersebut sudah merupakan ketentuan untuk uji multilokasi untuk pelepasan varietas 100x 25 em dari Direktorat Perkebunan Departeman Pertanian. Pada uji daya hasil di Citayam tahun 2002 galur mutan harapan KJ 1 dan KJ 2 menunjukkan umur genjah yaitu 110 181·
Hasil pengamatan persentase serat galur harapan KJ 1 dan KJ 2 dan dua varietas pembanding yang diuji di Bayan dapat dilihat pada Tabel 2. Persentase serat KJ 1 dan KJ 2 nyata lebih tinggi dari pada Kanesia 8 dan Kanesia 9. Persentase serat kapas sangat penting untuk meningkatkan mutu kapas di Indonesia. Produksi ditingkat petani masih dibawah 0,5 ton kapas berbiji/ha. (61. Oleh karena itu mutu kapas di Indonesia sangat rendah. Namun, hasil pengujian mutu serat yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil, Bandung disajikan pada Tabel3. dan tabel
Risalah Semif!8£ Ilmiah
terse but tampak panjang serat KJ 1 dan KJ 2 lebih pendek dibandingkan dengan Kanesia 8 dan Kanesia 9. Kekuatan serat (g/tex) galur KJ 1 yaitu 27.1 dan KJ 2 yaitu 27,4 lebih rendah jika dibandingkan dengan Kanesia 8 dan Kanesia 9. Kemuluran serat galur KJ 1 6,6 % at au lebih rendah jika dibandingkan dengan KJ 2 dan Kanesia 8 tetapi hampir sarna jika dibandingkan dengan Kanesia 9. Kedewasaan serat untuk KJ 1 yaitu 89 % dan KJ 2 89 % lebih rendah jika dibandingkan dengan Kanesia 9 yaitu 90 0/0. Mikroner menentukan mutu serat khususnya dalam hal kehalusan untuk industri tektil. Mikroner KJ 1 dan KJ 2 masing-masing 4,9 tampaknya tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan Kanesia 9 yaitu 4,9. Tetapi lebih tinggi jika dibandingkan dengan kanesia 8. Untuk keseragaman serat (0/01 galur mutan KJ 1 (81,9 0/01 dan KJ 2 (84,0 0/01 lebih rendah jika dibandingkan dengan Kanesia 8 (87,3 0/0), Peningkatan mutu serat sangat penting untuk menentukan daya pintal dan mutu benang yang dihasilkan (1).
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
KESIMPULAN Dari hasH penelitian disimpulkan sebagai berikut: 1. Galur mutan harapan KJ 1 dan KJ 2 berumur panen 110 hari, lebih genjah dibandingkan dengan varietas kontrol Kanesia 8 dan Kanesia 9. 2. Persentase serat kapas untuk penanaman di NTB bahwa KJ 1 dan KJ 2 lebih tinggi dibandingkan dengan nasional Kanesia 8 dan Kanesia 9. 3. Produksi kapas galur mutan KJ 2 dan Kanesia 8 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan KJ 1 dan Kanesia 9 namun secara statistik tidak berbeda nyata. UCAPAN TERIMA
Aplikasi Isotop dan Radias}; 2006
6.
7.
8.
SASTROSUPADI,A. DAN M.JUNAIDI 1978. Pengaruh waktu dan jarak tanam terhadapproduksi dan kualitas serat kapas. Pember. LPTI 31:31-75 .h.5 Badan Pusat Statistik 2001. Statistik Perdagangan Luar Negeri. Indonesia impor Katalog BPS; 8107 vol II. Tahun 2001 h.991. SUDARMADJI dan HADI S. 2004. Heteriosis Beberapa Genotipe Kapas Gossypium hisutum L.) HasH Persilangan kapas Berumur Genjah. Prosiding Lokakarya Perhimpunan Pemuliaan Indonesia VII. PeripiBalitkabi Malang h. 509-513. HASNAM, SIWI S., EMY S., DAN I G.A.A INDRA YANI.1993. Seleksi Ketahanan Kapas Terhadap Hama dan Ketahanan Penyakit. Seminar HasH Balittas Malang. Tidak dipublikasikan. MARJONO, R. HASNAM dan EMY S. 1992 Uji Kegenjahan Beberapa Genotipik Kapas. Zuriat. Vol. Januari-Juni h.37-43. Direktorat Jendral Perkebunan. 1992 Pengarah Direktorat Jendral Perkebunan Pada Pertemuan Teknis Intensifikasi Rakyat Surabaya, 17 september 1999. H. Balittas. 2000. Peluang Penggunaan Varietas Genjah di Daerah Bermusim Hujan Pendek. Laporan bulan Febuari 2000. h.lO. DAMERIA H., LILIK H, HAMDANI DAN SISWOYO 2004. Laporan Teknis Uji Daya HasH Beberapa Galur Mutan Kapas Hasil Iradiasi. Tidak dipublikasikan Jakarta h.3.
KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Departemen Pertanian, yang telah melakukan uji multi lokasi dan Balai Penelitian Pengembangan Industri TekstH yang telah melakukan analisis Mutu Serat.
103
Risalan Seminar IImian
Aplikasi Isolop dan Radiasi, 2006
Tabel 1. Data Sifat agronomi mutan kapas KJ 1 dan KJ 2 pada uji daya hasil di Bayan, NTB dengan pada musim tanam MK 2005. 120 120 624,00 3740,00 5,66 16,14 610,00 16,82 3499,33 ab a14,30 3739,33 Kanesia a13,04 3640,00 8911,363 Produksi Galur 100I13,185 Buah Bera! 124,82 3,195 116,20 151,92 14,049 10,021 0,995 0,710 152,92 56b1a15,60 92,00 2,279 429,553 113,093 602,2418,602 80,66 10,091 3,955 15,00 12,00 14,34 No. 110 kg/ha Tinggi Cabang Tanaman KJl KJ2 I Jumlah buah (gram Umur panen. (hari!
Genera!if
Tabel 2. Mutu serat galur mutan kapas yang ditanam di Bayan pada tahun 2005. Galurl
90 88 89 Kedewasaa Kekua!an Mulur Mikroner sera! Persen!ase 7,3 7,1 6,6 4,5 30,1 28,9 27,4 27,1 1,070 1,050 (%! 6,2 4,9 84,9 87,3 84,0 81,9 40,948 0,947 1,71 0,34 5,09(in.) 5,22 Panjang n sera! (%1 sera! Keseragaman
Sera!
(%!
Jl
GALUR
Gambar
104
1. Galur mu!an harapan
kapas
MUTAN
HARAPAN
KJ 1 BATAN
KAPAS BATAN DI NTB
Gambar 2. Galur mu!an harapan
kapas KJ 2 BATAN
Risalah
Sem:;'18T
Ilmiah
Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006
DISKUSI
SIHONO Di dalam penelitian ini disamping hasil produksi tinggi tentunya mempunyai mutu serat yang bagus. Apa ciri-ciri mutu serat yang baik untuk tanaman kapas ? TARMIZI Ciri-ciri mutu serat yang baik untuk tanaman kapas yaitu mempunyai karakteristik yang diharapkan industri textil nasional : 1. Kekuatan serat : 27.13 - 29,509 g/tex 2. Panjang serat : 26,92 - 29,34 mm 3. Kehalusan serat : 3,5 - 4,5 mic 4. Keseragaman serat : 83,3 - 84,6 % 5. Elastisitas
IDAWATI Kuantitas hasil kapas KJl dan KJ2 tetapi kualitasnya tidak sebaik hasil dari varietas pembanding. Karena kualitas serat sangat berpengaruh dalam proses pemintalan, apakah kualitas serta yang dihasilkan dari Kj 1 dan Kj2 memenuhi persyaratan ? TARMIZI Ya. Dijelaskan pada tabel 2 prosentase serat pada Kj 1 terlihat sangat nyata. Jika dibandingkan dengan kontrol nasional yaitu kanesia 8 dan kanesia 9.
Mutu serat kapas KJl dan KJ2 diuji di Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil Bandung
105