Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
PENGAMALAN DAN PENGALAMAN IBADAH SUNAH PENDIDIK UNTUK MEWUJUDKAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER Lutfiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Jl. Prof. DR. Hamka Kampus II NgaliyanTelp. (024) 7601295 Semarang 50185
ABSTRACT Teacher is an example for his student and that is why a teacher needs not only capability in the material, but also escorted by the loyalty of his religion. This is because the religiousness of someone will also show his/her characteristics. Honesty is one of characteristics which a teacher should have. With the honesty, a teacher can act objectively, fairly, and prestigiously. Be honest is a responsibility of others and oneself. If the teacher is honest then the students will also be honest, if the teacher is a lier then students will not also be hesitated to lie. The teachers in Robbani Islamic Elementary School Kendal Regency, Central Java, want their students to be noble human, useful for the nation and religion. Thus, they equip themselves with not only the material of Islamic teachings but also implementing and give good examples for their students in the daily worship. ABSTRAK Guru adalah contoh bagi para siswanya dan oleh karenanya seorang guru tidak hanya membutuhkan kemampuan terhadap materi pelajaran, tetapi juga harus diiringi dengan loyalitas terhadap keberagamaannya. Hal ini disebabkan karena keberagamaan seseorang akan menunjukkan sifat atau karakternya. Kejujuran adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan bekal kejujuran pendidik bisa bertindak secara obyektif, adil dan berwibawa. Berlaku jujur merupakan pertanggung jawaban terhadap orang lain terlebih pada diri sendiri. Kalu guru jujur, maka siswa juga akan jujur, sebaliknya kalu guru adalah seorang pendusta, maka siswa juga tidak akan malu untuk berdusta. Guru-guru di SDIT Robbani, Kabupaten Kendal, Central Java ingin para siswanya menjadi manusia yang mulia, berguna bagi bangsa dan agama. Oleh karenanya, mereka membekali dirinya tidak hanya dengan materi ajaran Islam, tetapi juga dengan melaksanakan dan memberi tauladan yang baik bagi siswa-siswanya. Key Word: Honest, Robbani Islamic Elementary School, Character PENDAHULUAN Lembaga pendidikan merupakan tempat bertemunya pendidik dan peserta didik. Peserta didik merupakan obyek yang akan menerima semua yang diberikan oleh pendidik. Pendidik merupakan perpanjangan keinginan dari oang tua yang mengharapkan anaknya menjadi orang berkemampuan komprehensif baik moral atau mental. Disinilah pendidik diharapkan
menjadi panutan yang baik bagi peserta didiknya (siswa). Ulama klasik seperti al-Ghazali, alZarnuji dan al-Mawardi memposisikan pendidik begitu terhormat sebagai orang yang alim, wara’, salih dan sebagai uswah. Dengan demikian pendidik tidak hanya sebagai orang yang alim tetapi juga beramal salih sebagai aktualisasi dari keilmuan yang dimilikinya.
1
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
Sebagai pendidik, dia juga dianggap bertanggung jawab pada muridnya, tidak saja dalam proses belajar mengajar berlangsung, tapi juga ketika proses belajar itu berakhir bahkan sampai diakhirat. Faktor penting dari seorang pendidik adalah kepribadiannya. Kepribadian ini akan menentukan apakah pendidik atau guru akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak. Kepribadian merupakan sesuatu yang abstrak, dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan cara menghadapi persoalan. Kepribadian merupakan keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian seseorang itu asalkan dilakukan secara sadar. Perbuatan yang baik sering dikatakan orang itu berkepribadian baik atau berakhlak mulia. Bila seseorang melakukan sesuatu sikap dan perbuatan tidak baik menurut masyarakat maka dikatakan orang tersebut dikatakan tidak mempunyai akhlaq mulia. Kejujuran merupakan salah satu akhlaq yang harus dimiliki oleh pendidik Dengan kejujuran maka mental akan terpupuk dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari terutama ketika berinteraksi dengan murid. pendidik akan berkata jujur dan berbuat jujur serta mengajar dengan penuh kejujuran. Mungkin hal ini akan terasa aneh karena bohong pada saat tertentu juga dibutuhkan, tetapi kejujuran ini adalah kejujuran yang betul-betul kejujuran yang keluar dari hati nurani dan akan merasa sangat bersalah jika selalu bohong atau tidak jujur.
disuruh untuk meniru dan mengikuti hal-hal yang dinasehatkan dan dibimbingkan kepadanya. Untuk itu pendidik dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama, sehingga antara perbuatan dan perkataan tidak bertentangan, antara iman dan tingkah laku sejalan (Jumbulati, 2002: 217). Agar pendidik menjadi suri tauladan yang baik maka pendidik harus membina hubungan antara pendidik dan murid didasari kasih sayang, pergaulan yang baik serta berdialog secara spiritual dan psiklogis. Ini tentu berhubungan dengan karakter atau kepribadian pendidik yang digugu dan ditiru. Pendidik harus mempunyai bekal baik berupa kepandaian dalam menyampaikan materi, juga bekal kepribadian yang bisa tercermin dari sikap pendidik ketika berinteraksi dengan murid. Kepribadian merupakan obyek yang akan dibentuk oleh pendidik. Karena itu kepribadian langsung berhubungan dengan psikis seseorang, nilai-nilai etis dan tujuan-tujuan hidup seseorang. Ini untuk membedakan ciriciri yang umum dengan pribadi yang lain. Morgan (1974: 236) berpendapat bahwa kepribadian adalah cara bagaimana seseorang itu bertingkah laku dengan orang lain dan memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan yang lain. Jika kepribadian ini yang akan dibentuk oleh pendidik, maka pendidik harus punya kepribadian yang meyakinkan dihadapan muridnya. Kepribadian ini bisa terwujud dari pencapaian akhlaq pendidik. Bertitik tolak dari pendapat diatas bahwa kepribadian seseorang itu selalu berkembang dan berubah dan kepribadian itu bukanlah eksklusif artinya bukan semata-mata mental atau moral tetapi sebuah kerja tubuh dan jiwa secara integrated. Oleh karena itu kepribadian memiliki kecenderungan untuk berbuat dan bertingkah laku tertentu yang bersifat konstan dan terarah pada tujuan tertentu dan seseorang yang berbuat dan bertingkah laku selalu menyangkut pada aspek jasmani dan rohani. Skiner dalam E. koswara (1991; 75) beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan - aturan bisa diramalkan, dan bisa dibawa dalam kontrolkontrol lingkungan yang bisa dikendalikan. Terkait dengan pendapat aliran tersebut diatas, aliran konvergensi mengakui bahwa dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak didik diperlukan faktor-
Paradigma Berpikir Seorang Pendidik Masih teringat jelas di ingatan kita tentang tawuran pelajar yang marak terjadi, sehingga didengungkan pendidikan berbasis karakter pada tahun 2010. Menurut penulis kesuksesan pendidikan tidak hanya berbasis kepada baik dan buruknya anak didik, tapi juga pada penyalur keilmuan, pendidik, pengajar atau dosen. Sistem pendidikan modern tidak dapat mencapai prinsip yang benar yang melebihi apapun kecuali dengan menggunakan metode uswatun hasanah atau contoh yang baik sebagai alat untuk merealisasikan tujuan pendidikan akhlaq dan menumbuhkan sumbersumber keutamaan dalam jiwa anak. Dalam pandangan Ibnu Khaldun anak hendaknya 2
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
faktor endogen dan faktor eksogen (Suryabrata,1993: 188). Pelaksanaan pendidikan tidak mungkin lepas dari faktor psikologi manusia disamping faktor lingkungan sekitar, maka proses pendidikan sangat perlu berpegang pada petunjuk-petunjuk dari para ahli psikologi pendidikan dan perkembangan terutama psikologi agama. Bagi al-Ghazali pendidik adalah pelaksana tugas kekhalifahan dari Allah dan merupakan suatu bentuk peribadatan kepada Tuhan. Oleh karena itu pendidik sebagai pelaksana fungsi pendidikan menempati martabat tertinggi diantara profesi yang lain. Hal itu disamping bertujuan untuk membersihkan unsur terpenting manusia yaitu hati, pendidik mempunyai kedudukan sebagai perantara antara Allah dengan para makhluknya dan upaya mendekatkan diri kepadanya. Maka betapa pentingnya penghargaan yang diberikan al-Ghazali kepada pendidik. Dalam konteks ini al-Ghazali memberikan sifat-sifat tertentu yang harus dimiliki pendidik dalam upaya membatasi pendidik hanya cocok untuk mereka yang berkepribadian positif. Zainuddin Dkk (1991: 56-57) memakainya sebagi syarat-syarat kepribadian seorang pendidik. Menjadi pendidik tidak mudah mengingat pendidik adalah profesi panggilan jiwa. Untuk itu menurut Zakiyah Daradjat (1992: 41) pendidik harus mempunyai beberapa persyaratan seperti taqwa kepada Allah SWT, berilmu, sehat jasmani dan rahani dan berkepribadian baik. Menurut al-Zarnuji (tt: 12) seorang pendidik harus memiliki sifat sehat jasmani dan rohani, bertaqwa, berilmu pengetahuan luas, berlaku adil, berwibawa, ikhlas dan mempunyai tujuan yang rabbani. Akhlaq tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pendidik. Akhlaq menutut etimologi berarti budi pekerti, kebiasaan atau adat. Sedangkan menurut terminologi adalah suatu kebiasaan atau keadaan yang melekat pada pada jiwa seseorang, yang dengan itu lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan maupun penelitian (Ambary, 1994: 102). Karena akhlaq merupakan keadaan yang melekat pada manusia maka baru bisa disebut akhlaq jika sudah dilakukan berulang-ulang, timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih dahulu sehingga ia benar-benar merupakan sebuah kebiasaan (Aly, 2006:348).
Pendidik dan Karakteristik Pendidik Menurut Muhaimin, pendidik diasumsikan sebagai seseorang yang menyebabkan orang lain mengalami perubahan pada dirinya. Semula tidak tahu menjadi tahu, semula tidak bisa menjadi bisa (to know, to do, to life). Istilah yang dipakai ada enam macam yaitu ustadz, muallim, mursyid, murabbi, mudarris, muaddib (Muhaimin, et al, 2002: 209). Pendidik adalah seseorang yang seharusnya dicintai murid dan disegani. Penampilan dalam mengajar harus menyakinkan dan tindak tanduknya akan ditiru dan diikuti oleh muridnya. Pendidik merupakan tokoh yang akan ditiru dan diteladani. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dia harus tabah dan tahu cara memecahkan persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Ia juga harus mau dan rela memecahkan persoalan yang menimpa pada muridnya (Darajat, 2001: 98). Secara etimologis akhlaq merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat (alMunjid, 1989: 164). Akhlaq berasal dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan kata khaliq, pencipta, makhluq, yang diciptakan dan khalq, penciptaan. Kesamaan akar kata diatas mengisyaratan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain tata perilaku dengan orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan pada kehendak Khaliq. Dari pengertian etimologis seperti ini akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengandung hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun (Nasution, dkk, 1992). Akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan, bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikian atau pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongann dari luar. Disamping istilah akhlaq, juga dikenal istilah etika atau moral. Ketiga istilah itu samasama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak 3
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
ada standar masing-masing. Bagi akhlaq standarnya adalah al-Qur’an dan Sunnah, bagi etika standarnya adalah akal pikiran, bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku dimasyarakat (Asmaran As, 1992: 9) Kejujuran merupakan salah satu akhlaq yang harus dimiliki oleh pendidik. Dengan kejujuran maka mental pendidik akan terpupuk dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari terutama ketika berinteraksi dengan murid. Pendidik akan berkata jujur dan berbuat jujur serta mengajar dengan penuh kejujuran. Mungkin hal ini akan terasa aneh karena bohong pada saat tertentu juga dibutuhkan, tetapi kejujuran ini adalah kejujuran yang betul-betul kejujuran yang keluar dari hati nurani dan akan merasa sangat bersalah jika selalu bohong atau tidak jujur. Shidiq (al-Shidqu) artinya benar atau jujur. Seorang Muslim dituntut untuk selalu berada dalam keadaan benar lahir dan batin. Benar hati disebut sidq al-qalbu, benar perkataan disebut sidq al-Hadits dan benar perbuatan disebut shidq al-amal. Antara hati dan perkataan harus sama, apalagi antara perkataan dan perbuatan (Ilyas, 2007: 81). Benar hati, apabila hati dihiasi dengan iman dan bersih dari segala penyakit. Benar perkataan, apabila semua yang diucapkan adalah kebenaran bukan kebatilan. Benar perbuatan, apabila yang dilakukan sesuai dengan syari’at Islam. Rasulullah SAW bersabda:
Sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu, seorang Muslim harus mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu apakah yang dilakukan itu benar dan bermanfaat (Ilyas, 2007: 83). d. Benar janji (shidq al-Wa’du) Seorang Muslim apabila berjanji akan selalu menepatinya meskipun dengan musuh atau anak kecil (Ilyas, 2007: 83). e. Benar kenyataan (Shidq al-Hal) Seorang Muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Tidak akan menipu kenyataan, tidak mencari nama atau mengada-ada (Ilyas, 2007: 83). Inilah kejujuran yang berusaha dipraktikan oleh pendidik SD IT Rabbani kabupaten Kendal Jawa Tengah dalam mengamalkan ibadah harian berbasis kejujuran sebagai sarana pembentuk watak yang baik sebagai pendidik. Pendidik SD IT Robbani mengajar layaknya pendidik-pendidik pada umumnya. Perbedaannya hanyalah pada perilaku beribadah. Para Guru SDIT Robbani Kabupaten Kendal Jawa Tengah diberi bekal lebih untuk bisa menjadi uswatun hasanah bagi para muridnya. Bekalnya adalah: sifat jujur dan memperbanyak amalan ibadah sunah harian sebagai pendamping ibadah wajib. Kejujuran para pendidik berkaitan dengan pengamalan ibadah sunah harian yang dicatat dalam sebuah catatan khusus yang bernama mutabaah. Mereka dipersilakan untuk mengamalkan dan mengisi kolom ibadah sunah yang sudah tertera dalam buku mutaba’ah tersebut. Jika tidak mengamalkan ibadah sunah maka tidak perlu mencatat dalam kolom yang sudah tertera, dibiarkan saja agar akhir bulan bisa direkap kerajinan pengamalan ibadah sunahnya. Ibadah secara etomologis diambil dari kata ‘abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau budak, manusia adalah hamba Allah “Ibaadullaah” jiwa raga hanya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau menghamba kepada-Nya. Ibadah juga berarti dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan, dan merendahkan diri. Ibadah itu dilakukan dengan penuh rasa ketaatan terhadap Allah SWT, mengharapkan keridhoan Allah, perlindungan dari Allah dan sebagai penyampaian rasa syukur atas segala nikmat hidup yang diterima
ﻋﻠﯿﻜﻢ ﺑﺎﻟﺼﺪق ﻓﺎن اﻟﺼﺪق ﯾﮭﺪى اﻟﻰ اﻟﺒﺮ .واﻟﺒﺮ ﯾﮭﺪى اﻟﻰ اﻟﺠﻨﺔ
Jujur bisa berasal dari kepribadian asli dari seorang pendidik, namun bisa juga jujur merupakan sebuah bentukan yang harus dimiliki oleh pendidik. Adapun bentuk-bentuk jujur (shidq) harus dimanifestasikan dalam halhal berikut: a. Benar perkataan (shidqu al-hadits) Dalam keadaan apapun seorang Muslim akan selalu berkata benar, baik dalam menyampaikan informasi, menjawab pertanyaan, melarang dan memerintah ataupun yang lainya (Ilyas, 2007: 82). b. Benar pergaulan (shidqu al-Muamalah) Seorang Muslim akan selalu bermuamalah dengan benar, tidak menipu, tidak berkhianat dan tidak memalsu sekalipun pada non Muslim ( Ilyas, 2007: 83) c. Benar kemauan (shidq al-Azam) 4
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
dari Allah. Ibadah dilakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah, meskipun dalam keadaan tertentu apa yang dikehendaki Allah untuk dilakukan itu berada di luar jangkauan akal dan nalarnya. Kata sunah kadang juga bermakna tathawwu’, nafilah atau mandub. Ibadah sunah merupakan ibadah yang dilakukan sebagai penyempurna dari ibadah wajib. Contohnya shalat sunah, puasa sunah, membaca al-Qur’an, dzikir dan sebagainya. Ibadah sunah dilakukan sesuka hati jika ada kelonggaran waktu dan kesempatan saja, namun ada beberapa orang yang melakukannya karena sudah biasa sehingga jika ditinggalkan akan merasa ada sesuatu yang kurang dalam kehidupan ibadahnya, ada juga yang karena terpaksa karena terkait hal-hal tertentu yang menyebabkan harus melaksanakan ibadah sunah tersebut. Mutabaah merupakan kalimat bahasa Arab yang pada kali ini dipakai untuk nama sebuah catatan. Mutabaah berasal dari kata Ittaba’a, yattabi’u, yang maknanya mengikuti, menyusul, mengikutkan atau menyusulkan. Jika digabungkan dengan kata a’mal (Taba’a baina al a’mal) maka bermakna mengerjakan berturut-turut. Jika digabungkan dengan kata ‘amal maka bisa bermakna mengerjakan dengan sempurna (Munawwir, 1984:138). Mutabaah yang dimaksud dalam penulisan ini adalah sebuah kertas yang berisi catatan ibadah sunah harian dari guru SD IT Robbani sebagai kontrol dari sedikit atau banyaknya ibadah sunah yang sudah dilakukan. Jika melakukan amalan yang tertera dalam mutabaah, maka guru SD IT Robbani berhak untuk mencatatnya dengan memberi tanda pada kolom yang sudah disediakan, jika tidak melakukan apapun, maka dilarang untuk mencatatnya karena dianggap tidak jujur pada diri sendiri dan orang lain. Pada mula adanya mutabaah adalah karena pembinaan dari yayasan yang diperuntukkan bagi para anggotanya. Karena yayasan mengembangkan bidang pendidikan dan dianggap urgen maka mutabaah dimasukkan dalam lembaga pendidikan dan akan dilaksanakan oleh guru yang mengajar. Mutabaah lebih bermakna sebagai evaluasi diri. Dengan adanya evaluasi maka pendidik bisa mengukur seberapa dalam iman yang dimiliki atau mungkin justru iman yang dangkal. Untuk itu harus ada parameter khusus untuk mengukurnya yaitu melaksanakan
ibadah tambahan atau ibadah pendamping dari ibadah wajib yaitu ibadah sunah. Mutabaah merupakan catatan dari rangkaian ibadah-ibadah yang dilaksanakan dalam waktu satu bulan. Catatan tersebut menunjukkan seberapa sering ibadah sunah dilaksanakan. Jika dalam kolom mutabaah penuh, maka perumpamaannya banyak mengerjakan ibadah sunah, sebaliknya semakin jarang isi dalam kolom mutabaah, maka artinya jarang mengerjakan ibadah sunah yang sudah disarankan dalam mutabaah. Mutabaah bisa bermanfaat untuk mengkoreksi seberapa banyak ketekunan ibadah yang dilaksanakan per hari atau per bulan. Pada hal ini kejujuran tetap dijalankan sehingga mutabaah ini betul-betul berguna untuk koreksi terhadap perilaku ibadah sunah harian sehingga betul-betul terkontrol. Adapun kolom buku mutabaah adalah sebagai berikut: Mutabaah Mingguan Bulan: ……………….. Nama:……………… No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Shalat Lail Shalat Rawatib Shalat dhuha Tilawah Shoum Maktsurat Silaturohim Liqo’ Bermanfaat bagi orang lain Jamaah 5 waktu
Keterangan: 1. 10x/bln 2. 50x/bln 3. Min 15 x/bln 4. Min 15 juz 5. Min 4x/bln 6. Min 25x/bln 7. 3x /bln 8. 4x/bln 9. 15x/bln 10. 16x/bln (pr), 150x/bln (lk)
5
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
Ket: Angka 1-10 adalah hitungan hari. Kolom bisa dbuat sampai 30 sebagai pengingat tanggal dalam satu bulan. Ibadah sunah yang dicatat dalam mutabaah perinciannya adalah sbb: a. Shalat lail Shalat lail yang dilaksanakan bisa shalat tahajjud, shalat hajat, atau shalat sunah yang afdhalnya dilakukan pada waktu malam hari.
f. Al-ma’tsurat Al-ma’tsurat adalah dzikir dan doa Rasulullah yang dibaca pada waktu pagi dan petang, yang dirangkum oleh Hasan alBanna. Dzikir dan doa Rasulullah ini berisi ayat-ayat al-Qur’an yang sering dibaca atau dilafadzkan dalam momen-momen tertentu, misalnya surat pendek seperti al-Fatihah, alNash dan ayat-ayat pendek tertentu. Hasan Al-Banna merupakan pendiri gerakan dakwah Ikhwan al-Muslimin yang terkenal ke seluruh dunia. Beliau banyak meninggalkan catatan penting pada sejarah perjuangan Islam modern. Bacaan al-Ma’tsurat tersebut adalah: 1. Surat al-fatihah 2. Surat al-baqarah ayat 1 - 5 3. Al-Baqarah ayat 255 - 257 4. Surat al-baqarah, ayat 284 – 286 5. Surat al-Ikhlas 6. Surat al-Falaq 7. Surat an-Nas 8. Pada pagi hari ditambah membaca:
b. Shalat rawatib Diantara shalat sunah yang sangat dianjurkan mengerjakannya secara rutin (rawatib muakad) ialah yang dilakukan sebelum shalat fardhu dan juga sesudahnya. Yang dikerjakan sebelum shalat fardhu atau disebut shalat sunah qobliyah adalah: - 2 rakaat shalat sebelum shalat subuh - 2 rakaat sebelum shalat dhuhur Sedangkan shalat sunah sebelum shalat fardhu yang tidak termasuk shalat sunah rawatib muakad adalah: - 2 rakaat atau 4 rakaat sebelum shalat asar - 2 rakaat sebelum shalat maghrib Adapun yang dikerjakan sesudah shalat fardhu atau shalat sunah ba’diyah adalah: - 2 rakaat sesudah shalat dhuhur - 2 rakaat sesudah shalat maghrib - 2 rakaat sesudah shalat isya’ c. Shalat dhuha Shalat sunah dhuha termasuk sunah muakad (sangat dianjurkan). Waktu pelaksanaannya dimulai dari sejak naiknya matahari dipagi hari sepenggalah (setinggi tombak, atau kira-kira jam tujuh pagi) dan berakhir tepat diatas langit (yakni saat masuknya waktu dhuhur). Jumlah rakaat shalat dhuhur paling sedikit 2 rakaat sedangkan paling banyak 12 rakaat. d. Tilawah Tilawah adalah membaca al-Qur’an tiap saat, seperti setelah shalat atau setiap ada waktu luang. e. Shaum Berbagai puasa sunah yang dianjurkan berdasarkan beberapa hadits dari nabi adalah: - Puasa enam hari bulan syawal - Puasa Arafah - Puasa Asyura’ - Puasa 3 hari pertengahan bulan - Puasa senin kamis - Puasa dibulan syakban - Puasa satu hari dan berbuka satu hari
أﺼﺒﺤﻨﺎ ﻮٲﺼﺒﺢ اﻟﻤﻟﻚ ﻟﻟﮫ واﻟﺤﻤﺪ ﻟﻟﮫ (ᵡ3) ﻻﺸﺮﯿﻚ ﻟﮫ ﻻ إﻟﮫ إﻵ ھو وإﻟﯿﮫ اﻟﻧﺷوﺮ Jika sore hari membaca:
أﻣﺳﯿﻧﺎ ﻮأﻣﺳﻰ اﻟﻤﻟﻚ ﻟﻟﮫ واﻟﺤﻤﺪ ﻟﻟﮫ (ᵡ3) ﻻﺸﺮﯿﻚ ﻟﮫ ﻻإﻟﮫ إﻵ ھﻮ وإﻟﯿﮫ اﻟﻧﺷوﺮ
9. Dibaca pagi hari
ﻄﺮة اﻹﺴﻼم وﻜﻟﻣة؋ اﺼﺒﺤﻨﭑ ﻋﻟﻰ اﻹﺨﻼﺺ وﻋﻟﻰ ﺪﯿﻦ ﻧﺒﯿﻧﺎ ﻤﺤﻤد ﺻﻟﯽ ﷲ ﻋﻟﯿﮫ ﻮﺴﻟﻢ وﻋﻟﻲ ﻤﻟﺔ أﺒﯿﻨﺎ إﺒﺮاھﯿﻢ ﺤﻨﯿﻓﺎ (ᵡ3) ﻮﻤﺎ ﻜﺎﻦ ﻤن اﻟﻤﺸﺮﻛﯿن
Dibaca sore hari:
ﻄﺮة اﻹﺴﻼم وﻜﻟﻣة؋ أﻣﺳﯿﻧﺎ ﻋﻟﻰ اﻹﺨﻼﺺ وﻋﻟﻰ ﺪﯿﻦ ﻧﺒﯿﻧﺎ ﻤﺤﻤد ﺻﻟﯽ ﷲ ﻋﻟﯿﮫ ﻮﺴﻟﻢ ﻮﻋﻟﻲ ﻤﻟﺔ أﺒﯿﻨﺎ إﺒﺮاھﯿﻢ ﺤﻨﯿﻓﺎ (ᵡ3) ﻮﻤﺎ ﻜﺎﻦ ﻤن اﻟﻤﺸﺮﻛﯿن
10. Dibaca pagi hari
اﻟﻟﮭﻢ إﻨﻲ أﺼﺒﺤت ﻤﻨﻚ ﻓﻰ ﻨﻌﻤﺔ وﻋﺎﻓﯿﺔ ﻮﺳﺗﺮﻓﺄﺘﻢ ﻋﻟﻲ ﻨﻌﻤﺗك ﻮﻋﺎﻓﯿﺗك ﻮﺳﺗﺮك (ᵡ3) ﻓﻲ اﻟﺪﻧﯿﺎ ﻮاﻷﺧﺮة
Dibaca sore hari:
اﻟﻟﮭﻢ إﻨﻲ أﻣﺳﯿت ﻤﻨﻚ ﻓﻰ ﻨﻌﻤﺔ وﻋﺎﻓﯿﺔ ﻮﺳﺗﺮ ﻓﺄﺘﻢ ﻋﻟﻲ ﻨﻌﻤﺗك ﻮﻋﺎﻓﯿﺗك ﻮﺳﺗﺮك (ᵡ3) ﻓﻲاﻟﺪﻧﯿﺎ ﻮاﻷﺧﺮة
6
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
اﻠﻠﮭم أﻨت ﺮﺒﻲ ﻻإﻠﮫ إﻻ اﻨت ﺧﻟﻗﺘﻨﻲ وأﻨﺎﻋﺒﺪك وأﻨﺎ ﻋﻟﻲ ﻋﮭﺪك ووﻋﺪك ﻤﺎاﺴﺘطﻌت وأﻋوذﺒك ﻤﻦﺸﺮﻤﺎ ﺼﻧﻌت أﺒوﺀ ﻠك ﺒﻨﻌﻤﺘك ﻋﻠﻲ وأﺒوﺀ ﺒﺬﻨﺒﻲ ﻓﺎﻏﻓﺮﻠﻲ ﻓﺈﻨﮫ ﻻﯿﻐﻓﺮ اﻠﺬﻧﻮﺐ اﻵ أﻧﺖ )(ᵡ3
11. Dibaca pagi hari:
اﻟﻟﮭم ﻤﺎأﺼﺑﺢ ﺑﻰ ﻤﻦ ﻧﻌﻤﺔ أﻮﺑﺄﺤﺪﻤﻦ ﺧﻠﻘك ﻓﻤﻨك ﻮﺤﺪك ﻻﺸرﯿك ﻟك ﻓﻟك اﻠﺤﻤﺪ ﻮﻟك اﻟﺸﻜر )(ᵡ3 dibaca sore hari:
اﻟﻟﮭم ﻤﺎ أﻣﺳﯿﻧﺎ ﺑﻰ ﻤﻦ ﻧﻌﻤﺔ أﻮ ﺑﺄﺤﺪ ﻤﻦ ﺧﻠﻘك ﻓﻤﻨك ﻮﺤﺪك ﻻﺸرﯿك ﻟك ﻓﻟك اﻠﺤﻤﺪ ﻮﻟك اﻟﺸﻜر)(ᵡ3
22. Membaca doa:
أﺴﺗﻐﺮك ﷲ اﻠﻧي ﻻإﻠﮫ إﻻ ھﻮ اﻠﺤﻲ اﻠﻗﯿوﻢ ﻮأﺘوﺐ إﻠﯿﮫ )(ᵡ3
12. Dibaca pagi hari
ﯿﺎرﺑﻲ ﻟك اﻟﺤﻤﺪ ﻜﻤﺎ ﯿﻧﺑﻐﻲ ﻟﺠﻼل وﺠﮭك وﻋﻇﯿم ﺴﻠﻂﺎﻨك )(ᵡ3
23. Membaca shalawat:
اﻠﻠﮭﻢ ﺼﻠﻲ ﻋﻠﻲ ﻤﺤﻤﺪ وﻋﻠﻲ آﻞ ﻤﺤﻤﺪ ﻛﻤﺎ ﺼﻠﯾﺖ ﻋﻠﻲ إﺒﺮاھﯾﻢ وﻋﻠﻲ آل إﺒﺮاھﯾﻢ وﺒﺎﺮك ﻋﻠﻲ ﻣﺤﻣد وﻋﻠﻲ آل ﻣﺤﻣﺪ ﻜﻣﺎﺒﺎﺮﻜﺖﻋﻠﻲإﺒﺮاھﯿﻢ وﻋﻠﻲ آل إﺒﺮاھﯿﻢ إﻨﻚ ﺤﻣﯿﺪ ﻣﺟﯿﺪ )(ᵡ10
13. Membaca doa:
ﺮﻀﯿﺖ ﺒﺎﻠﻠﮫ ﺮﺑﺎ وﺒﺎﻹﺴﻼم دﯿﻧﺎ وﺒﻤﺣﻤد ﻧﺑﯿﺎ وﺮﺴوﻻ )(ᵡ3
14. Membaca:
24. Membaca tasbih, tahmid tahlil dan takbir:
ﺴﺒﺤﺎﻦ ﷲ ﻮاﻟﺤﻣﺪ ﻟﻟﮫ ﻮﻻ إﻟﮫ إﻻ ﷲ ﻮﷲ أﻛﺒر )(ᵡ1000
ﺴﺒﺣﺎﻦﷲ وﺑﺣﻤده ﻋددﺧﻟﻗﮫ ورﺿﺎﻧﻓﺳﮫ وزﻧﺔ ﻋرﺸﮫ وﻣداد ﻜﻟﻣﺎﺗﮫ )(ᵡ3
25. Membaca doa:
15. Membaca doa:
ﻻ إﻟﮫ إﻻ ﷲ ﻮﺤﺪه ﻻ ﺸرﯿﻚ ﻟﮫ ﻟﮫ اﻟﻣﻟﻚ ﻮﻟﮫ اﻟﺤﻣﺪ ﻮھﻮﻋﻟﻲ ﻛﻟﻲ ﺸﺊ ﻗﺪﯿﺮ)(ᵡ10
ﺒﺴماﻟﻠﮫ اﻟذي ﻻﯿﺿﺮ ﻣﻊاﺴﻣﮫ ﺸﺊ ﻓﻰ اﻷﺮﺾ وﻻ ﻓﻰ اﻠﺴﻣﺎﺀ وھواﻠﺴﻣﯿﻊ اﻠﻌﻟﯿم
26. Membaca doa:
)(ᵡ3
ﺴﺒﺤﺎﻨﻚ اﻟﻟﮭم ﻮﺒﺤﻤﺪﻚ أﺸﮭﺪ أﻦ ﻵ إﻟﮫ إﻻ أﻨﺖ أﺴﺘﻐﻓﺮﻚ ﻮأﺘﻮﺐ إﻟﯿﻚ )(ᵡ 3
16. Membaca doa:
اﻠﻠﮭم إﻧﺎﻧﻌوذ ﺑﻚ ﻣﻦ أﻦ ﻧﺸرك ﺑﻚ ﺸﯿﺄ ﻧﻌﻟﻣﮫ وﻧﺴﺗﻐﻔﺮﻚ ﻻﻧﻌﻟﻣﮫ )(ᵡ3
27. Membaca doa:
اﻟﻟﮭﻢ ﺼﻠﻲ ﻋﻟﻰ ﻤﺤﻤﺪ ﻋﺒﺪﻚ ﻮﻨﺒﯿﻚ ﻮﺮﺴﻮﻟﻚ اﻟﻨﺒﻲ اﻷﻤﻲ ﻮﻋﻟﻰ اﻠﮫ ﻮﺼﺤﺒﮫ وﺴﻟﻢ ﺘﺴﻠﯿﻤﺎ ﻋددﻤﺎ أﺤﺎﻄ ﺒﮫ ﻋﻠﻤﻚ ﻮﺨﻄ ﺒﮫ ﻗﻠﻤﻚ ﻮأﺤﺼﺎه ﻛﺘﺎﺒﻚ ﻮأﺮﺾ اﻠﻠﮭﻢ ﻋﻦ ﺴﺎﺪاﺘﻨﺎ أﺒﻰ ﺒﻜﺮ ﻮﻋﻤﺮ ﻮﻋﺜﻤﺎﻦ ﻮﻋﻟﻰ ﻮﻋﻦ اﻟﺼﺤﺎﺒﺔ أﺟﻤﻌﯿﻦ ﻮﻋﻦ اﻟﺘﺎﺒﻌﯿﻦ ﻮﺘﺎﺒﻌﯿﮭم ﺒﺈﺤﺴﺎﻦ إﻟﻰ ﯿﻮم اﻟﺪﯿﻦ
أﻋﻮذ ﺑﻜﻟﻣﺎﺖ ﷲ اﻟﺘﺎﻣﺎﺖ
17. Membaca doa: ﻣﻦﺸﺮﻣﺎ ﺨﻟﻖ )(ᵡ3 18. Membaca doa:
اﻠﻠﮭم أﻧﻲ أﻋوذ ﺑك ﻣﻦ اﻠﮭم واﻠﺤزﻦ وأﻋوذ ﺒﻚ ﻣﻦ اﻠﻌﺠز ﻮاﻠﻜﺳﻞ ﻮأﻋﻮذ ﺑك ﻣﻦ ااﻠﺠﺒﻦ ﻮاﻠﺑﺧﻞ ﻮأﻋﻮذ ﺑك ﻣﻦ ﻏﻟﺑﺔ اﻠﺪﯿﻦ ﻮﻗﮭﺮ اﻠﺮﺟﺎﻞ )(ᵡ3
19. Membaca doa
28. Membaca surat al-Shaffat, ayat 180 – 182:
اﻠﻠﮭﻢ ﻋﺎﻓﻨﻲ ﻓﻲ ﺑﺪﻨﻲ اﻠﻠﮭﻢ ﻋﺎﻓﻨﻲ ﻓﻲ ﺴﻤﻌﻲ اﻠﻠﮭﻢ ﻋﺎﻓﻨﻲ ﻓﻲ ﺒﺼﺮي ﻻاﻠﮫ إﻻ أﻨﺖ )(ᵡ3
ﺴﺒﺤﺎﻦ ﺮﺒك ﺮﺐ اﻟﻌﺰة ﻋﻣﺎﯾﺻﻓوﻦ .وﺴﻼم ﻋﻠﻰاﻠﻣﺮﺴﻠﯾﻦ .واﻠﺣﻣﺪ ﻠﻠﮫ ﺮﺐ اﻠﻌﺎﻠﻣﯾﻦ.
29. Membaca surat Ali Imran, ayat 26 – 27:
20. Membaca doa:
ﻗﻞ اﻟﻟﮭم ﻣﻟك اﻟﻣﻟك ﺗﺆﺗﻰ اﻟﻣﻟك ﻣنﺗﺷﺎﺀ
اﻠﻠﮭم إﻨﻲ أﻏﻮﺬ ﺑك ﻣن اﻠﻜﻓﺮ ﻮاﻠﻓﻗر ﻮأﻋﻮﺬ ﺑك ﻣن اﻠﻌﺬاﺐ اﻠﻗﺑﺮ ﻻإﻠﮫ إﻻ اﻨت )(ᵡ3
وﺗﻧزع اﻟﻣﻟك ﻣﻣن ﺗﺷﺎﺀ وﺗﻌز ﻣن ﺗﺷﺎﺀ
21. Membaca doa: 7
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
وﺗذل ﻣن ﺗﺷﺎﺀ ﺑﯾدك اﻟﺣﯾر إﻧك ﻋﻟﻰ ﻛل
Robbani. Pada acara tersebut diisi tilawah al-Qur’an. Jika ada anggota Robbani yang berhalangan karena udhur syar’I seperti menstruasi maka sebagai gantinya adalah hafalan hadits Arba’in Nawawi, dan anggota yang lain membantu untuk menyima’. Selain tilawah al-Qur’an ada tasmi’, yaitu mendengarkan anggota yayasan yang punya hafalan untuk diperdengarkan kepada anggota lain. i. Bermanfaat bagi orang lain Bermanfaat bagi orang lain atau berbuat baik bagi orang lain, bisa berwujud memberi bantuan material. Namun tidak selamanya pertolongan bersifat materi, bisa saja bantuan tersebut berbentuk pertolongan tenaga bantuan kepada orang lain. j. Jamaah 5 waktu Shalat Jamaah yang dimaksud dalam mutabaah lebih diperuntukkan pada lakilaki. Namun tidak menutup kemungkinan bagi wanita untuk melakukan jamaah meskipun hanya beberapa kali saja sesuai dengan batas minimal.
ﺗوﻟﺞ اﻟﯾل ﻓﻰ اﻟﻧﮭﺎر وﺗوﻟﺞ.ﺷﯾﺊ ﻗدﯾر اﻟﻧﮭﺎر ﻓﻰ اﻟﯾل وﺗﺠرج اﻟﺣﻰ ﻣن اﻟﻣﯾت وﺗﺣرج اﻟﻣﯾت ﻣن اﻟﺣﻰ وﺗرزق ﻣن ﺗﺷﺎﺀ .ﺑﻐﯾرﺣﺳﺎب 30. Membaca doa:
اﻠﻠﮭم إن ھذا إﻗﺑﺎل ﻠﯿﻠﻚ ﴿ﻧﮭﺎرﻚ﴾ ﻮإدﺑﺎر .ﻧﮭﺎرﻚ ﴿ﻠﯿﻠﻚ﴾ ﻮأﺼﻮات دﻋﺎﺗﻚ ﻓﻐﻔرﻠﻲ 31. Membaca doa:
اﻠﻠﮭﻢ إﻨﻚ ﺗﻌﻟم أن ھذه اﻟﻘﻟوﺐ ﻘﺪ اﺟﺘﻣﻌﺖ ﻋﻟﻰ ﻣﺤﺒﺘك ﻮاﻠﺘﻗﺖ ﻋﻟﻰ ﻄﺎﻋﺘك ﻮﺘﻮﺤد ﻋﻠﻰ دﻋﻮﺘك ﻮﺘﻌﺎھدﺖ ﻋﻠﻰ ﻨﺻﺮة ﺸﺮﯿﻌﺘك ﻔﻮﺜﻖ اﻠﻠﮭﻢ ﺮاﺒﻂﺘﮭﺎ ﻮأدم ﻮدھﺎ ﻮاھد ھﺎﺴﺒﻠﮭﺎ ﻮاﻤﻸھﺎ ﺒﻨﻮﺮﻚ اﻠذي ﻻﯿﺨﺒﻮ اﺸﺮح ﺼﺪﻮﺮھﺎ ﺒﻔﯿﺾ اﻹﯿﻣﺎنﺒك ﻮﺠﻣﯿﻞ اﻠﺘﻮﻜﻞ ﻋﻠﯿﻚ ﻮأﺤﯿﮭﺎ ﺒﻣﻌرﻓﺘك واﻣﺘﮭﺎ ﻋﻠﻰ اﻠﺷﮭﺎدة ﻓﻰ ﺳﺑﯿﻠﻚ إﻨك ﻧﻌم اﻠﻣﻮﻠﻰ ﻮﻧﻌم اﻠﻨﺼﯿﺮ اﻠﻠﮭﻢ أﻣﯿن ﻮﺼﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻰ ﺴﯿدﻨﺎ ﻣﺤﻣد .ﻮﻋﻠﻰ اﻠﮫ ﻮﺼﺤﺑﮫ ﻮﺴﻠم
g. Silaturrahim Istilah silatu rahim (shillah al-rahimi) terdiri dari dua kata: shilah (hubugan, sambungan) dan rahim (peranakan). Istilah ini merupakan simbul dari hubungan baik penuh kasih sayang antara sesama karib kerabat yang asal usulya berasal dari satu rahim. Dikatakan simbol karena rahim (peranakan) secara materi tidak bisa disambung atau dihubungkan dengan rahim lain. Rahim yang dimaksud disini adalah qarabah atau nasab yang disatukan oleh rahim ibu. Hubungan antara satu sama lain diikat dengan hubungan rahim (al-Shidiqi, tt, 148). Demikian juga yang diharapkan dalam silaturahim guru SD IT Robbani. Meskipun setiap hari mereka bertemu, namun diharapkan mereka bisa saling bersilaturrahmi dalam setiap seminggu sekali. h. Liqo Liqo merupakan pertemuan tiap jum’at. Pada acara tersebut dihadiri oleh anggota, pembina yayasan Robbani dan guru SD IT
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Secara umum penelitian yang dilaksanakan di SDIT Robbani Kabupaten Kendal Jawa Tengah ini didasarkan pada penelitian kualitatif, karena data yang dikumpulkan lebih banyak tersajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka. Disamping itu penelitian ini ditandai dengan penggunaan metode/teknik pengumpulan data yang bersifat partisipant orservation dan indept interview sebagai teknik pengumpulan data yang utama. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu berhubungan dengan pendeskripsian pengalaman hidup seseorang sebebas mungkin dari konstruk teoritis atau sosial (Muhadjir, 2000: 17). Penelitian ini juga bisa dikategorikan sebagai penelitian pengembangan atau development research (Arikunto, 1996: 9) karena penelitian ini bermakud melakukan studi deskriptif tentang pelaksanaan uji kejujuran guru pada kegiatan ibadah hariannya. Analisa data merupakan proses yang dilakukan dengan pola berkesinambungan. Dalam siklus tersebut peneliti mulai mengerjakan dengan pengumpulan data dan analisis data. Reduksi data dilakukan dengan mengklarifikasi data yang sejenis dan 8
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
melakukan kodefikasi. Deskripsi penyajian data dilakukan sesuai dengan pokok permasalahan. Secara visual proses analisis data dapat digambarkan sebagai berikut :
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pengumpulan Data
Beberapa refleksi yang dirasakan para pendidik dalam pelaksanaan ibadah sunah sebagai berikut: 1. Shalat sunah Shalat hakekatnya adalah bermunajad berkomunikasi dengan Tuhan sehingga telah nyata bahwa kedudukan mengerti, memahami dan menghayati bacaan shalat ketika mendirikan shalat menempati posisi yang amat yang penting.
Analisa Data Reduksi Data
Puasa sunah Shalat qabliyah dan bakdiyah Silatur rahim Membaca al-Quran Hafal surat – surat pendek Membantu orang lain
Sajian Data
Hasil
Ucapan shalat yang direnungi yakni dengan mengerti, memahami, dan menghayati akan mengantar manusia berkomunikasi dengan Allah. Segala ucapan itulah yang akan memberikan bekas pada dada manusia sehingga diharapkan terapresiasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ucapan yang dimengerti, dipahami dan dihayati bahkan seharusnya diterjemahkan dalam perilaku perkataan, perbuatan manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Manusia yang dapat menjalankan seperti itu antara lain akan tercegah dari perbuatan keji dan mungkar (QS: 29: 45) Rasulullah bersabda:
Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Refleksi kejujuran dan Ibadah Sunah terhadap Kehidupan Pendidikan Seorang Muslim yang baik akan berlaku jujur, mencintai kejujuran, melazimkannya lahir dan batin dalam ucapan dan perbuatan, karena kejujuran menunjukkan kebaikan. Sebaliknya sifat dusta menunjukan kejahatan. Seorang Muslim tidak hanya melihat kejujuran sebagai akhlaq mulia saja, melainkan kejujuran sebagai penyempurna iman dan keislamannya (Qs: taubah: 119), (Qs: alAhzab: 23), (Qs: alAhzab, 35). Ibadah sunah merupakan ibadah yang dilakukan sebagai penyempurna dari ibadah wajib. Contohnya shalat sunah, puasa sunah, membaca al-Qur’an, dzikir dan sebagainya. Ibadah sunah dilakukan sesuka hati jika ada kelonggaran waktu dan kesempatan saja, namun ada beberapa orang yang melakukannya karena sudah biasa sehingga jika ditinggalkan akan merasa ada sesuatu yang kurang dalam kehidupan ibadahnya, ada juga yang karena terpaksa karena terkait hal-hal tertentu yang menyebabkan harus melaksanakan ibadah sunah tersebut, sebagiaman pendidik SDIT Robbani yang harus selalu melaksanakan ibadah sunah harian sebagai bekal menjadi pendidik yang berkarakter. Amalan ibadah sunah yang harus dicatat dalam buku mutabaah adalah sebagai berikut:
ﻤﻦ ﻠم ﺘﻨﮭﮫ ﺻﻼﺘﮫ ﻋﻦ اﻠﻓﺣﺸﺎﺀ واﻠﻣﻧﻜﺮ ﻠم .ﯿزﺪ ﻣﻦ اﻠﻠﮫ إﻻ ﺑﻌدا “Barangsiapa tidak tercegah oleh shalatnya dari perbuatan keji dan kemungkaran, maka ia hanyalah bertambah jauh saja dari Allah” Karena khusu’ itu bagian dari pengalaman diri yang sulit dikemukakan, jika disimpulkan khusu’ adalah pekerjaan hati, suatu kondisi yang memberikan pengaruh jiwa, tampak bekasnya pada anggota badan, misalnya tenang dan tak bergerak-gerak dan mendudukkan diri konsentrasi (Arifin, 2002: 27). Ikhlas dalam shalat, hendaknya segala bentuk peribadatannya dilakukan secara ikhlas. Takut dalam shalat adalah merasakan segala kehebatan Allah yang kehebatannya melebihi apa yang dipikirkan akal dan pengertian. (Arifin, 2002: 28). 2. Refleksi Puasa Sunah 9
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
Puasa merupakan ibadah yang sarat akan makna. Selain para fuqaha yang mengungkap begitu banyak hikmah yang terkandung dalam shalat, para ahli kesehatanpun tidak ketinggalan membeberkan manfaat ibadah puasa. Padahal, ibadah puasa merupakan ibadah yang sederhana yaitu cukup menehan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkannya dari pagi sampai petang, tapi hikmah ibadah ini selalu berkembang. Pertama, ibadah puasa merupakan wujud rasa syukur kepada Allah karena puasa merupakan ibadah yang diwajibkan. Ibadah merupakan sebuah nikmat yang Allah berikan kepada hambanya agar mereka bisa berinteraksi secara aktif terhadap Tuhannya. Andaikata puasa bukan ibadah, maka bisa jadi perbuatan menahan lapar dan dahaga tersebut tidak begitu berarti. Kedua, puasa adalah alat untuk mengetes ketaatan dan amanah seorang Muslim, sebab puasa adalah ibadah yang khusus dimana yang megetahuinya hanya orang yang berpuasa dan Allah semata. Bisa saja berpura-pura puasa menampakkan badan yang lemas, bisa saja mengatakan kepada temannya bahwa hari ini puasa, namun yang tahu hanya Allah dan dirinya. Jika ia bisa menunaikan amanah tersebut, maka dirinya termasuk orang yang mendapatkan pahala khusus. Ketiga, ibadah puasa dapat melepaskan diri manusia dari nafsu kebinatangan. Sebab binatang pekerjaannya hanyalah makan dan minum saja untuk mempertahankan hidupnya. Jika manusia puasa maka dia telah membersihkan jiwanya dari sifat kebinatangan. Keempat, para dokter mengatakan bahwa manusia akan mampu makan dengan rakus dan tanpa batas, karena itu akan menjadikan penyakit yang berbahaya pada pencernaan. Kelima, puasa dapat melemahkan nafsu syahwat. Nafsu syahwat juga merupakan salah satu kesamaan antara manusia dan hewan. Keenam, jika ketika puasa merasakan panasnya lapar, sehingga membuahkan kasih sayang kepada fakir miskin yang tidak mendapati pangan yang menutupi lapar dan dahaganya. 3. Refleksi Silaturrahim Manfaat silaturrahim adalah banyak saudara, mempererat persaudaraan, yang terputus menjadi tersambung kembali dan menghapus kebencian 4. Membaca al-Qur’an dan hafal surat pendek.
Anak didik SDIT Robbani Kabupaten Kendal Jawa Tengah disaratkan untuk hafal juz amma dan fasih membaca al-Qur’an. Jika anak didiknya harus menuntaskan program sekolah maka secara otomatis pendidiknya juga harus mempunyai kemampuan yang lebih dalam bidang al-Qur’an. 5. Membantu orang lain Membantu orang lain tidak harus melulu berupa bantuan materi, tapi bisa berupa bantuan fisik atau spirit atau mengukur kemampuan masing-masing. Berikut ini adalah buah kejujuran yang dirasakan oleh pendidik SDIT Robbani Kabupaten Kendal Jawa Tengah: 1. Gembira perasaannya 2. Tenang jiwanya 3. Membawa berkah dalam mencari rizki dan menambah kebaikan. 4. Selamat dari kesesatan Penciptaan Suasana Religius di Sekolah Berbicara tentang suasana religius merupakan bagian dari kehidupan religius yang tampak dan untuk mendekati pemahaman kita tentang hal tersebut, terlebih dahulu dijelaskan tentang konsep religiusitas. Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktifitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat dilihat mata tetapi juga aktfitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu keberagamaan sseorang akan meliputi berbagai macam sisi dimensi. Glock & Strak (1966) dalam Ancok (1995: 75) menjelaskan bahwa agama adalah simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya itu berpusat pada persoalanpersoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate Meaning). Menurut Glock& Strak dalam Rertson (1988), ada lima dimensi keberagamaan, yaitu: 1. Pertama, dimensi keyakinan yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius beregang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin tersebut. 2. Kedua dimensi praktik agama yang mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, halhal lain yang dilakukan orang untuk 10
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting, yaitu ritual dan ketaatan. 3. Ketiga dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapanpengharapan tertentu, meskipun tidak tepat untuk dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kenyataan kekuatan supranatural. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan perasaan-perasaan, persepsiperssepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang. 4. Keempat dimensi pengetahuan agama yang mengacu pada harapan-harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. 5. Kelima dimensi pengamalan atau konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari kehari. Berkaitan dengan dimensi pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama, paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan, antara lain mengenai dasardaasar tradisi (Muhaimin, 2002: 293-294).
2. Model formal, penciptaan suasana religius mode formal yaitu penciptaan suasana religius yang didasari atas pemahaman bahwa pendidikan agama adalah upaya manusia untuk mengajarkan masalahmasalah kehidupan akhir saja, sehingga pendidikan agama dihadapkan dengan pendidikan non keagamaann, pendidikan keislaman dengan pendidikan non keislaman dan seterusnya. Model religus formal tersebut berimplikasi terhadap pengembangan pendidikan agama yang lebih berorientasi kepada keakhiratan, sedangkan masalah dunia dianggap tidak penting serta menekankan pada pendalaman ilmu-ilmu keagamaan yang merupakan jalan pintas untuk menuju kebahagiaan akhirat, sementara sains (ilmu pengetahuan) dianggap dipisah dari agama. Model ini biasanya menggunakan pendekatan yang bersifat keagamaan yang normatif, doktriner dan absolutis. Peserta didik diharapakan untuk menjadi pelaku agama yang loyal, memiliki sifat komitmen (keperpihakan) dan dedikasi (pengabdian yang tinggi terhadap agama yang dipelajarinya). Sementara itu kajian-kajian keilmuan yang bersifat empiris, rasional, analitis-kritis dianggap dapat menggoyahan iman sehingga perlu ditindih oleh pendekatan keagamaan yang bersifat normatif dan doktriner (Muhaimin, 2002: 306). 3. Model mekanik, model mekanik dalam dalam penciptaan suasana religius yang didasari oleh pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya. Masing-masing gerak bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-elemen yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri dan antar ayang satu dengan yang lainnya bisa saling konsultasi atau tidak berkonsultasi. Model mekanik tersebut berimplikasi terhadap pengembangan pendidikan agama yang lebih menojolkan fungsi moral dan spiritual atau dimensi afektif daripada kognnitif dan psikomotorik. Artinya dimensi kognitif dan psikomotorik diarahkan untuk pembinaan afektif (moral dan spiritual) yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya (kegiatan
Model Penciptaan Suasana Religius disekolah Model adalah sesuatu yang dianggap benar, tetapi bersifat kondisionl. Karena itu model penciptaan suasana religius sangat dipengaruhi oeh situasi dan kondisi tempat model itu akan diterapkan beserta nilai-nilai yang mendasarinya. Model-Model tersbut adalah: 1. Model struktural, penciptaan model struktural, yaitu penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya peraturanperaturan, pembangunan kesan, baik dari dunia luas atas atas kepemimpinan atau kebijakan suatu lembaga pendidikan atau organisasi. Organisasi ini biasanya bersikap “top down”, yaitu kegiatan keagamaan yang dibuat atas prakarsa atau instruksi dari pejabat/pimpinan atasan (Muhaimin, 2002: 306). 11
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
dan kajian-kajian keagamaan hanya untuk pendalaman agama dan kegiatan spiritual) (Muhaimin, 2002: 306-307) 4. Model organik, penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa pendidikan agama adalah kesatuan atau sebagai sistem (yang terdiri atas komponen yang rumit) yang berusaha mengembangkan pandangan/semangat hidup agamis, yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan ketrampilan hidup yang religius (Muhaimin, 2002: 306-307).
disangsikan bahwa mereka menganggap penting arti kejujuran seorang guru karena mereka adalah teladan bagi anak didiknya. Semakin jujur guru maka semakin baik anak didiknya. Semakin jarang guru bertindak tida jujur maka anak didik menjadi agak ragu dengan yang disampaikan. Mungkin pendapat ini masih membutuhkan observasi, namun hati tidak bisa dibohongi bahwa meninggalkan kejujuran membuat seseorang yang dianggap menjadi tuntunan menjadi kurang percaya terhadap dirinya sendiri . Mutabaah sebagai kontrol ibadah tidak bisa begitu saja dipercaya karena mutabaah hanya bukti fisik dari pelaksanaan ibadah sunah. Bukti fisik ini bisa saja hanya rekayasa karena malu kepada atasan atau teman sesame guru, namun mutabaah bisa jadi salah satu upaya sebagai awal seseorang berlaku jujur pada diri sendiri dan orang lain. Efek yang akan ditimbulkan dari orang yang jujur adalah dia bisa berlaku amanah pada setiap beban yang diberikan kepadanya. Berbicara pada efek sebuah kerja, pasti ada minus dan plusnya. Ibadah sunah merupakan pendamping bagi ibadah wajib. Menurut imam Ghazali ibadah wajib adalah modal dan ibadah sunah adalah buahnya, maka tidak layak jika ibadah sunah dipandang hanya sebelah mata mengingat sesuatu yang dilakukan pasti menginginkan hasil yang lebih baik, atau lebih beruntung. Orang yang mempunyai laba atau keuntungan dari pekerjaan yang dikerjakannya, maka wajar jika orang tersebut mempunyai ketenangan jiwa dibandingkan orang yang tidak punya laba atau keuntungan, apalagi orang yang rugi. Ini adalah perumpamaan orang yang menjalankan ibadah sunah dan yang tidak biasa menjalankan ibadah sunah. perbedaannya adalah untung atau rugi, tenang atau gusar. Hanya pelaksana ibadah sunah yang bisa merasakannya. Dengan adanyanya kontrol ibadah, sejauh guru SD IT Robbani tidak berbohong dalam pencatatannya maka yang akan mereka dapatkan adalah: 1. Percaya diri sebagai seorang guru karena bersifat jujur 2. Sifat jujur melahirkan teladan bagi murid atau anak didiknya. 3. Ibadah fardhu (wajib) wajib dilaksanakan, ibadah sunah, sunah untuk dilaksanakan, namun sangat beruntung bagi orang yang bisa melaksanakan sunah tersebut karena
Model penciptaan suasana religius organik tersebut berimplikasi terhadap pengembangan pendidikan agama yang dibangun dari fundamental doctrins dan fundamental values yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunah sebagai sumber pokok. Kemudian bersedia dan menerima kontribusi pemikiran dari para ahli serta mempertimbangkan kontek historisitasnya. Karena itu nilai-nilai Ilahi /agama/wahyu didudukkan sebagai sumber konsultasi yang bijak, sementara aspek-aspek kehidupan lainnya didudukkan sebagai nilai nilai insani yang mempunyai relasi horisontallateral atau lateral-sekuensial, tetapi harus berhubungan vertikal-linier dengan Nilai/agama (Muhaimin, 2002: 307)
Sikap dan Efek Mutabaah bagi Guru SD IT Robbani Mutabaah merupakan alat kontrol dan evaluasi diri bagi guru SD IT Robbani dalam rangka mengukur ketekunan dan kejujuran dalam ibadah. Pada awalnya mutabaah sulit untuk dilaksanakan karena ibadah sunah tidak sama dengan ibadah wajib dalam hal perintah melaksanakannya. Guru SD IT Robbani berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Bukan hanya pendidikan, lingkungan keluarga juga mempengaruhi pengertian mereka tentang arti ibadah sunah. Namun karena adanya sosialisasi yang intensif maka sedikit demi sedikit, mutabaah bisa menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Ini terbukti dari pendapat mereka tentang arti seorang pendidik, anak didik, makna kejujuran dan manfaat ibadah sunah. Dari wawancara yang penulis lakukan, tidak 12
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
akan mendapatkan buah dari amalan yang dikerjakan. 4. Orang yang punya keuntungan, laba atau buah dari hasil perbuatannya akan memiliki ketenangan batin. 5. Orang yang punya ketenangan batin akan bijak dalam memutuskan masalah
Al-munjid fi al-Lughah wa al-Islam, 1989, Dar al-Masyriq, cet. 28 Al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab III/ 465 Al-Qardhawi, Yusuf, 1979, Al-Ibadah Fi Al Islam, Muassasah al-Risalah, cet.6, Beirut.
Simpulan Kejujuran termasuk akhlaq terpuji yang harus dimiliki oleh pendidik. Dengan bekal kejujuran pendidik bisa bertindak secara obyektif, adil dan berwibawa. Berlaku jujur merupakan pertanggung jawaban terhadap orang lain terlebih pada diri sendiri. Namun kadangkala kejujuran juga harus diuji ketika berhubungan dengan orang lain, terlebih adalah lembaga tertentu yang bersifat formal. Pada DSIT Robbani, guru dituntut tentang kejujurannya dalam perilaku ibadah sunah harian. Ibadah sunah harian ini maksudnya adalah ibadah mahdhah yang menyertai ibadah mahdhah wajib dan harus dicatat dalam buku mutaba’ah, sebagai bekal untuk menjadi pendidik yang berkarakter dan mencetak anak didik yang baik.
Aly, Muhammad Daud, 2006, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: raja Grafindo Persada. Al-Zarnuji, Syeikh, tt, Matan Ta’limul Muta’allim, Semarang: Maktabah Alawiyah Ambary, Hasan Muarif, et.al) 1994, Ensiklopedi Islam I, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. Arifin, M Zainl Arifin, Shalat Mikraj Kita, Cara Efektif Berdilog & Berkomunikasi Langsung dengan Allah SWT, 2002, Jakarta: Srigunting, hal 25 Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian sutu pendekatan Praktek, 1996, Jakarta: Rineka Cipta.
Daftar Pustaka Abdul Rahman al-Nahlawi, 1992, Prinsipprinsip dan metode pendidikan Islam, Bandung: CV Diponegoro
Asmaran As., 1992, Pengantar Studi Akhlaq, Jakarta, Rajawali Press Bagir Al-Habsyi, Muhammad. 1999. Fiqih Praktis. Bandung: Mizan.
Ahmad D Marimba, 1989, PengantarFilsafat pendidikan Islam, bandung, al-Ma’arif.
Daradjat, Zakiyah, 1992, Metodologi Pengajaran, Agama Islam cet II, Jakarta: Bumi Aksara _____________ ,dkk, Ilmu-Ilmu Pendidikan Islam, 2002, Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad Fuad al-Ahwani, 1968, al-Tarbiyah Fi al-Islam, Kairo: Dar al-Maarif Ahmad Tafsir, 1992, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, 2000, Jakarta: Rieneka Putra.
Al-Abrasyi, M, Athiyah, 1970, Dasar-dasar Pokok pendidikan, Bandung: Bulan Bintang. Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, 1980, Ihya Ulum al-Din, Dar al-Fikr, Bairut Juz 2 hal 112.
El-Jazairi, Abu bakar Jabir, 1997, Pola Hidup Muslim (minhajul Muslim) Thaharah, Ibadah, dan Akhlaq Bandung: Remaja Rosdakarya
Al-Jumbulati, Ali, Abdul Futuh al-Tuwaanisi, 2002, Perbandingan Pendidikan Islam, Bandung: RinekaCipta
Em Zul Fajri, ratu Aprilia Senja, kamus Lengkap bahasa Indonesia, tt, Aneka Ilmu
13
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
Ilyas, Yunahar, 2007, Ygyakarta, LPPI
Kuliah
Akhlaq,
Nawawi, Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syaraf, Al-Dimisyqi al-Syafi’I, 1971, Majmu’ syarah Muhadzab asy- Syirazi (edit, Muhammad Najib al- Muthi’i) Dar al-Nashr li Ittiba’ah.
Imam Ghazali, Menjala Pahala dengan Shalat, terj: tt, jakara, Pustaka Amani. In’amuzzahidin, Nurul Wahyu Arvitasari, 2006, Berdzikir & sehat ala ustadz Hariyono; Menguak pengobatan penyakit dengan Daya Terapi Dzikir, Syifa Press, Semarang
Piet, A Sahertian, 1994, Profil Pendidik Profesional, Yogyaakarta: Andi Ofset Robert C Bogdan and Sari Knopp Biklen, Qualitatif Research For Education: An Introduction To Theory and Methods, Boston: Allyn and Bacon.
Koeswara.E, 1991, Teori-Teori Kepribadian, Bandung: PT Erisco.
Sayyid Sabiq, 1977, Fiqh al-Sunah jilid I (alibadah) cet: I, Dar al-Fikr Cairo, Mesir
Langgulung, Hasan, 1988, Pendidikan islam dalam menghadapi Abad Ke-21, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Shiddieqy, Ash, Hasbi, 1985, Kuliah Ibadah, Ibadah ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah, Bandung: Bulan Bintang.
Majdi, Busyairi, 1997, Konsep Pendidikan dan Para Filosof Muslim, Yokyakarta: alAmin Press.
Sulaiman, Fathi Hasan, 1964, Madzahib Fi alTarbiyah: Bahthun Fi Madzahib alTarbawi Inda al-al-Ghazali, Kairo: Dar alMaktabah Nahdhah
Moleong, Lexy J, Metodologi penelitian Kualitatif, 2007, Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi, 1993, Psikologi pendidikan, Bandung, PT Raja Grafindo Persada
Morgan Clifford T 1974, Induction To Psychology, UnitedState of Amerika: Mc Grow-Hill
Syamsul Nizar, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, teoritis dan praktis
Muhaimin, MA, et,al, 2002, Paradigm Pendidikan Islam Upaya Pengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Rosdakara.
Syarifuddin, Arif. 2003. Garis-garis besar Fiqih, Bogor: Kencana.
Muhajir, Noeng, 1996 , Metodologi penelitian Kualitatif, 1996, Yogyakarta: Rake Sarasin, Edisi III
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara.
Muhammad Bagir al-Habsyi, Fikih Praktis,menurut al-Qur’an, Al-Sunah, dan Pendapat para Ulama, Bandung:
Yasyin, Sulchan, 1997, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Amanah Zainuddin dan A. Rahman Ritonga. 2002. Fiqih Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Muhammad bin Alan al-Shaddiqi, tt, Dalil alFalihin li Thurui Riyadh al-Shalikhin, Riyad: Dar al-Ifta’, jilid 2
Zainuddin, Dkk, 1991, Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali Jakarta: Bumi Aksara
Munawwir, tt, Ahmad Warson, Kamus Arab Indonesia, tt Nasution, Harun, dkk, 1992, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta, Djambatan.
14
Tarbiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 3 No. 1. Januari-Juni 2014
15