Journal of Islamic Education Management
101
ISSN: 2461-0674
MEMBANGUN EFFECTIVE SCHOOLS BERBASIS BUDAYA UNTUK MEWUJUDKAN PENDIDIKAN BERMUTU
Rabial Kanada Prodi MPI FITK UIN Raden Fatah Palembang Email:
[email protected] Abstrak: Fenomena sekolah-sekolah mempertahankan mutu dengan mengadopsi prinsip bahwa input siswa berpengaruh terwujudnya mutu outcome. Mereka masuk dalam dimesi pemikiran yang menjebak mereka pada konsep excellence school. Hal ini, menjadi kewajaran jika dilakukan oleh sekolah swasta dan menjadi kesalahan ketika diadopsi oleh sekolah-sekolah negeri, yang merupakan perwujudan dari negara untuk menjamin seluruh warganya mendapatkan pendidikan berkualitas. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia, dengan begitu seharusnya sekolah menerima anak multi karakter dan kemampuan. Konsep sekolah seperti ini, menjunjung tinggi perbedaan bahwa setiap anak memiliki kamampuan dan skill berbeda-beda. Konsep yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang untuk berkembang sesuai dengan individunya masing-masing, sehingga dalam proses input mereka menerima anak-anak yang dipandang orang kurang baik atau kemampuan yang rendah. Sekolah melakukan budaya pematangan kualitas peserta didik yang berkembang melalui cara-cara yang membebaskan peserta didik dari ketidak-tahuan, ketidak-berdayaan, ketidak-jujuran, ketidak-mampuan, dan dari buruknya karakter. Kata Kunci: Effective School, Budaya, Pendidikan Bermutu Abstract: The phenomenon of schools to maintain quality by adopting the principle that the quality of student input affect the realization of outcomes. They fall into their trap dimensional thinking on the concept of school excellence. It is, become fairness if done by private schools and to be a mistake when adopted by public schools, which is a manifestation of the state to ensure that all citizens receive a quality education. Education is a process of humanizing, so the school should receive multi character and abilities of children. The concept of such schools, upholds the differences that each child has kamampuan and different skills. The concept that gives equal opportunities to everyone to develop in accordance with each individual, so that in the process of input they receive children who are seen as the poor or low ability. Schools do ripening cultures growing quality of learners in ways that liberates learners from ignorance, helplessness, dishonesty, incompetence, and of bad character. Keyword: Effective School, Culture, Education of Quality
memang telah menjadi dan akan tetap
Pendahuluan Ketertinggalan
Indonesia
di
menjadi
penopang
utama
dalam
dalam mutu pendidikan, telah lama
meningkatkan sumber daya manusia
menjadi perbincangan dan perhatian
Indonesia untuk membangun bangsa.
semua lini bangsa. Baik pendidikan
Oleh karana itu, kita seharusnya dapat
formal maupun informal. Pendidikan
meningkatkan sumber daya manusia
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
102
Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan
sumber
daya
di
input, proses, output sekolah dapat
Negara-negara lain. Sekolah dirancang
dikategori dalam empat tipe yakni; 1)
menjadi tempat para anak-anak belajar
bad school; 2) good school; 3) effective
berbagai perihal kehidupan, mereka
school; dan 4) excellence school. Bad
mendapatkan pengajaran, bimbingan
school adalah gambaran sekolah yang
dan pendidikan. Sekolah merupakan
memiliki input baik namun proses
wadah bagi suatu negara atau bangsa
pendidikan
dalam menyebarkan visi dan misi
bermutu. Good school adalah sekolah
kepada generasi baru untuk memajukan
atau
dan mewujudkan tujuannya.
memiliki input, proses pendidikan, dan
Beberapa
manusia
Untuk lebih jelas dari aspek
dikade
ini
dan
outputnya
lembaga
pendidikan
tidak
yang
dunia
output yang baik. Effective school
pendidikan dipahami secara rancu,
adalah sekolah yang mungkin memiliki
sekolah melaluka seleksi siswa baru
input baik atau kurang baik, proses
yang diukur dengan nilai ujian akhir.
pendidikannya
Hal ini menjadi sangat salah ketika
outputnya
tidak hanya dilakukan oleh sekolah
Excellence school merupakan sekolah
swasta elit, namun juga dilakukan oleh
yang memiliki input, proses, dan output
sekolah-sekolah
Beberapa
pendidikan sangat baik, jadi sejak
sekolah mempertahankan mutu dengan
pertama kali masuk sampai keluaran
mengadopsi prinsip bahwa input siswa
dari
berpengaruh
sangat baik.
negeri.
terwujudnya
mutu
sangat
baik
sekolah
baik
atau
tersebut
dan
bermutu.
benar-benar
outcome. Mereka masuk dalam dimesi
Munculnya empat tipe sekolah
pemikiran yang menjebak mereka pada
di atas merupakan sebuah tuntutan
konsep excellence school. Hal ini,
yang timbul akibat adanya problem-
menjadi kewajaran jika dilakukan oleh
atika dalam pendidikan, antara lain
sekolah swasta. Namun hal ini, menjadi
masalah sumber daya yang belum
salah ketika diadopsi oleh sekolah-
cukup handal, sistem pembelajaran
sekolah
yang
negeri,
yang
seharusnya
lebih
menitik-beratkan
pada
merupakan perwujudan negara untuk
kuantitas dari pada kualitas, masalah-
menjamin seluruh warganya mendapat-
masalah
kan pendidikan berkualitas.
kurikulum, proses pembelajaran, dan
yang
terkait
dengan
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674
103
sistem evaluasi yang masih bersifat
manajemen sebenarnya bisa diatasi
parsial terhadap tujuan pendidikan
dengan cara melakukan pengelolaan
nasional, manajemen pendidikan dan
yang baik sesuai dengan standart
kinerja mengajar guru dan dosen lebih
operasional yang berlaku pada sekolah-
menitikberatkan pada tuntutan adminis-
sekolah pada umumnya dan harus
tratif bukan kapada budaya belajar
disertai dengan open management.
yang bermutu, perubahan berbagai kebijakan dan kurikulum pendidikan
Konsep Dasar Sekolah Efektif Effective school atau sekolah
yang belum mampu menjawab kualitas proses dan mutu lulusan, peningkatan anggaran pendidikan belum mampu mencipta-kan kultur mengajar guru dan budaya belajar siswa,
pelaksanaan
standar nasional pendidikan belum didukung oleh sistem, kultur dan kinerja mengajar, serta budaya belajar secara
komprehensip,
penyempitan
makna pendidikan menjadi pengajaran, dan
pendidikan
belum
didesain
menghasilkan output yang jujur, adil,
efektif
selalu
mewujudkan
sekolah
terkendala
dengan
masalah manajemen, kepemimpinan yang buruk dan masalah keterbatasan dana. Hal ini di perparah dengan kekurang
perdulian
dari
sebagian
kepala daerah. Mengingat sebagian besar dana yang dialokasikan berada pada kas daerah yang pencairannya sering tidak tepat waktu atau bakhan kadang-kadang
ideal. Sekolah yang efektif merupakan sekolah yang bermutu, memiliki daya saing, menjadi model bagi sekolah lain, sekolah yang mengantarkan muridnya mencapai
kesuksEsan
dan
lain
sebagainya. Sekolah yang efektif juga identik dengan sekolah yang bermutu yakni sekolah yang mampu melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan melalui caracara yang membebaskan peserta didik
dan bermartabat. Untuk
yang efektif merupakan sekolah yang
disunat.
Masalah
dari ketidaktahuan, ketidakberdayaan, ketidakjujuran, ketidakmampuan, dan dari buruknya karakter (Mulyasana, 2011:120). Pendidikan yang memiliki mutu baik tidak lahir serta merta begitu saja. Pendidikan bermutu lahir dari tiga komponen, yaitu: sistem perencanaan yang baik, materi dan sistem tata kelola yang baik, serta disampaikan oleh guru yang
baik
dengan
komponen
pendidikan yang bermutu (Mulyasana,
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
104
2011:140). Tiga sistem itulah yang
dituntut untuk mampu menciptakan
akan
pendidikan
rasa aman, nyaman dan membuat
bermutu dalam suatu sekolah dengan
masyarakat sekolah betah melakukan
output yang bermutu pula.
aktivitasnya. Suasana dalam sekolah
menghasilkan
Standarisasi yang telah ditetap-
efektif yang harus diindahkan dan
kan bagi pendidikan di Indonesia
menjadi perhatian masyarakat antara
merupakan syarat minimal yang harus
lain: kemanan, ketertiban, kebersihan,
dipenuhi oleh lembaga atau sekolah
keindahan, kekeluargaan, kerindangan,
untuk menjadi sekolah yang baik.
dan kesehatan (Danim, 2010: 65-66).
Berdasarkan
peraturan
pemerintah
Sekolah yang baik atau efektif
nomor 19 tahun 2005 adalah kriteria
tentu dipimpin oleh pemimpin yang
minimum tentang sistempendidikan di
baik pula. Ciri dari pemimpin yang
seluruh
Negara
baik dalam sebuah lembaga pendidikan
Kesatuan Republik Indonesia. Standar
adalah tegas, terbuka, dan diikuti oleh
Nasional Pendidikan meliputi: standar
para guru, pegawai tata usaha, dan
kompetensi lulusan, standar isi, standar
semua siswanya (Suparlan, 2008:18).
proses, standar pendidik dan tenaga
Kepala sekolah yang menjadi teladan
kependidikan,
bagi masyarakat sekolah adalah contoh
wilayah
hukum
standar
sarana
dan
prasarana, standar pengelolaan, standar
pemimpin
pembiayaan, serta standar penilaian.
pemimpin seperti ini juga melakukan
Inilah beberapa standar yang telah
manajemen terbuka denganmelibatkan
ditetapkan pemerintah untuk mencipta-
semua komponen sekolah secara aktif,
kan sekolah yang baik di berbagai
dan juga bertanggungjawab kepada
wilayah Indonesia.
orang tua siswa dan
Tujuan adanya
yang
kuat.
Selai
itu
masyarakat.
satandar ini adalah penyeragaman dan
Contoh pemimpin seperti ini yang
penyetaraan pendidikan bagi seluriuh
dapat menciptakan sekolah yang efektif
rakyat Indonesia.
karena mendapatkan dukungan dari
Sekolah yang nyaman merupakan salah satu ciri dari sekolah efektif. Rasa nyaman dalam sekolah efektif harus dapat
dirasakan
sekolah.
Para
oleh
masayarakat
pemimpin
lembaga
berbagai
pihak
atas
kepercayaan
masyarakat kepadanya. Menurut
pendapat
Tobroni
(2010) sekolah efektif berbeda dengan sekolah
unggul.
Sekolah
efektif
Journal of Islamic Education Management
105
ISSN: 2461-0674 menggambarkan adanya keefektifan
pembelajaran atau model proses/sistem.
dalam proses pendidikan sehingga
Dan
hasilnya maksimal. Misalnya, meskpun
kelangsungan organisasi sekolah atau
keadaan input siswa, guru, dan fasilitas
model respons lingkungan. Di bawah
tidak nomor satu akan tetapi mampu
ini
menghasilkan
beberapa model di atas.
lulusan
nomor
satu.
Adapun sekolah unggul adalah sekolah yang memang unggul dalam berbagai hal: siswa dan guru pilihan, bangunan
yang
ketiga
merupakan
1. Pendekatan
diukur
dengan
penjelasan
Tujuan
dari
(Objective
Approach) Model
ini
berangkat
dari
fisik megah dan mewah, fasilitas
pemikiran bahwa sekolah adalah
lengkap,
sebuah organisasi. Suatu organisasi
dan
pembiayaan paparan
di
juga
unggul
dalam
pendidikannya.
Dari
atas
berhasil
jika
tujuan
mengetahui
organisasi tersebut telah tercapai.
perbedaan antara sekolah efektif dan
Demikian juga dengan sekolah,
sekolah unggul. Sekolah unggul belum
sekolah
tentu dapat menghasilkan lulusan yang
sekolah tersebut dapat mencapai
baik. Namun jika dilihat dari keunggul-
tujuan-tujuan yang telah ditetap-kan.
annya,
Sebenarnya
sekolah
kita
dikatakan
unggul
memiliki
dikatakan
berhasil
tujuan
jika
organisasi
peluang lebih besar untuk menjadi
sekolah memiliki banyak varian.
sekolah yang efektif.
Ada tujuan umum dan ada juga
Ada pendekatan
beragam untuk
cara
melihat
dan sekolah
tujuan
khusus,
bahkan
tujuan
pendidikan merupakan tujuan utama
efektif. Menurut pendapat Gibson dan
dari sebuah
Robins yang dikutip Tobroni (2010)
Pencapaian tujuan biasanya diuji
berpendapat
melalu tes formatif maupun sumatif.
oraganisasi
bahwa
efektivitas
termasuk
oraganisasi
organisasi
sekolah.
Pengukuran
kefektifan
sekolah
pendidikan seperti sekolah dilihat dari
berdasarka
pencapaian
tujuan
tiga kriteria: pertama, diukur dengan
merupakan
pendekatan
klasik,
sejauh mana sekolah dapat mencapai
namun masih fungsional, efektif,
tujuan yang telah ditetapkan atau
efisien, dan juga mudah. Dalam
Objective Approach. Kedua, diukur
penggunaan pendekatan ini perlu
dari kualitas dan efektivitas proses
disertai dengan adanya beberapa
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
106
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
catatan yang menjadi pertimbangan
mengikuti pola input-proses-output.
antara lain: 1) tujuan sekolah tidak
Infra struktur sekolah seperti guru,
hanya
sekedar
diukur
dengan
fisik dan fasilitas, kurikulum dan
apalagi
hanya
organisasi sekolah merupakan aspek
prestasi
murid
prestasi
akademik
semata;
2)
intern.
Sementara
harapan
sekolah sebagai sebuah organisasi
tuntutan
juga memiliki ukuran keefektifan
pemerintah merupakan aspek estern
seperti kepuasan dan prestasi kerja
dari
guru,
Pengendalian
partisipasi
dan
kepuasan
masyarakat,
supra
dan
dan
struktur aspek
juga
sekolah.
intern
dan
pelanggan, keefektifan kepemimpin-
ekstern secara serempak adalah
an, kelangsungan organisasi sekolah
tugas tugas utama kepala sekolah
dan lain sebagainya. Sekolah efektif
sebagai
mengacu
pilar
Pendekatan proses dalam menilai
pendidikan UNESCO yang dijadi-
keefektifan sekolah didasari oleh
kan dasar penilaian sekolah efektif.
dua asumsi: pertama, organisasi
Empat pilar tersebut adalah learning
sekolah merupakan sebuah sistem
to know, learning to do, learning to
yang terbuka yang harus mampu
live together, dan learning to be.
memanfaatkan dan merefleksikan
pada
2. Pendekatan
empat
Proses
(Process
seorang
lingkungan
manajer.
sekitarnya.
Kedua,
organisasi sekolah merupakan sebua
Approach) Pendekatan proses meman-
sistem yang dinamis, dan begitu
dang keefektifan organisasi pada
menjadi
konsistensi internal, efisiensi peng-
semakin kompleks, sehingga tidak
gunaan sumber daya yang ada, dan
mungkin
kesuksesan dalam mekanisme kerja-
melalui
nya. Dalam perspektif teori sistem,
organisasi seperti prestasi murid
organisasi sekolah dianggap sebagai
semata. Keefektifan suatu sekolah
satu
diukur pada proses organisasional
kesatuan
dari
komponen-
besar,
kebutuhannya
didefinisikan sejumlah
proses
kecil
hanya tujuan
komponen yang salaing berkaitan.
termasuk
pembelajaran.
Keterkaitan antar komponen itu
Kewajiban
terjadi dalam proses kerja organisasi
menyelenggarakan pendidikan dan
yang secara linear atau secara siklus
menciptakan
sekolah
kondisi
adalah
lingkungan
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674 sebaik-baiknya. Sekolah juga harus
baiknya
memberikan
digabungkan
penjaminan
mutu
dalam proses pendidikannya. 3. Pendekatan
jika
pendekatan dengan
107
tujuan
pendekatan
proses dan pendekatan kelangsung-
Kelangsungan
an organisasi akan lebih kompre-
(Continous
hensif dalam memahami kesuksesan
Pembaharuan
sekolah.
Improvement/Quality Approach) Pendekatan ini berangkat dari
4. Pendekatan
Penerimaan
asumsi bahwa organisasi sekolah
Lingkungan
(Acceptance
diibaratkan sebagai organisme yang
Environment Approach)
hidup, ia mengalami masa pendiri-
Pendekatan ini menekan-kan
an, pertumbuhan, perkembangan,
pada penerimaan lingkungan atas
dan
sekolah
seterusnya.
Pendekatan
ini
tersebut.
Sekolah
yang
menurut Tobroni cukup penting
menggunakan pendekatan ini tentu
untuk menilai keefektifan sekolah
akan dengan mudah untuk melaku-
khususnya bagi budaya pengorga-
kan akomodasi dari lingkungan
nisasian
sekitar untuk melakukan kegiatan.
sekolah
Kenyataan
di
tanah
membuktikan
air.
bahwa
Sekolah
dikatakan
tidak sedikit sekolah yang gulung
sekolah
mendapatkan
tikar dan tidak mampu berjalan
penuh dari lingkungan masyarakat.
secara
Model
dinamis-linier
menuju
ini
efektif
menuntut
pemimpin
sekolah
Pendekatan respon lingkungan pada
semua lapisan masyarakat di sekitar.
dasarnya merupakan dimensi lain
Bukan hanya masyarakat sekitar,
yang
namun dengan steakholder yang ada
pendekatan
pencapaian tujuan dan pendekatan
bisa
dukungan
kedewasaan dan aktualisasi diri.
melengkapi
untuk
jika
merangkul
termasuk dari pemerintahan.
proses dalam menetepkan sekolah yang
efektif.
menyarankan
Karena kepada
itu
ai
kepala
Karakteristik Sekolah Efektif Sekolah
sebagai
organisasi
skeolah, teoritisi, dan peneliti agar
memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak
tidak
kedua
dimiliki oleh organisasi-organisasi lain.
model pendekatan ini atau memilih
Ciri-ciri yang menempatkan sekolah
salah satu di antaranya. Alangkah
memiliki karakter tersendiri, dimana
mempertentangkan
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
108
terjadi proses belajar mengajar, tempat
mampu
terselenggaranya pembudayaan kehidu-
sumber daya sekolah. Sumber daya
pan umat manusia. Karena sifatnya
kurikulum,
yang kompleks dan unik tersebut,
sumber daya dana dan sumber daya
sekolah sebagai organisasi memerlukan
lingkungan yang ditata melalui suatu
tingkat
pendekatan
koordinasi
Sehingga secara
yang
diperlukan
efektif
dan
tinggi.
pengelolaan efesien
untuk
mendayagunakan
sumber
semua
daya
manusia,
manajemen
strategis
sehingga mampu memberikan dukungan yang maksimal kepada output
mencapai tujuannya. Edmonds (1979)
sekolah.
karakteristik yang nyata dan diperlukan
membentuk generasi yang cerdas dan
oleh sekolah efektif, yaitu: (a) memiliki
kreatif, santun dan berbudi luhur, sehat,
kepemimpinan administratif yang kuat,
kuat, terampil, mandiri, memiliki rasa
(2)
efektif
tanggung jawab sosial dan kemasyara-
memiliki iklim harapan untuk anak-
katan dan kesiapan untuk mengikuti
anak miskin, (3) suasana sekolah tertib
jenjang pendidikan berikutnya melalui
tanpa kaku , tenang tanpa menindas, (4)
proses pendidikan terpadu, seimbang
sekolah yang efektif mendapatkan cara
dan berkelanjutan. Victoria Education
yang sebagian dengan membuat jelas
(2013)
bahwa akuisisi murid dan keterampilan
sekolah efektif, yaitu:
instruksional
sekolah
Sekolah
efektif
bertujuan
mengungkapkan
formula
lebih diutamakan, (5) energi dan sumber daya sekolah dapat dialihkan sebagai
kelanjutan
dari
tujuan
fundamental, (6) memiliki beberapa sarana
untuk
memantau
kemajuan
Accountabili ty Stimulating and Secure Learning Environment
Shared Vision and Goals
Focus on Learning and Teaching
Effective School
High Expectations
murid. Intinya adalah bahwa beberapa cara harus ada di sekolah dimana
Purposeful Teaching
Learning Comunities Professional Leadership
kepala sekolah dan guru tetap terusmenerus menyadari kemajuan murid dalam
hubungan
dengan
tujuan
instruksional. Sekolah efektif dibangun oleh suatu pengelolaan (manajemen) yang
Gambar.1 Karakteristik Sekolah Efektif
a. Accountability: Sekolah yang efektif membangun sistem yang ketat dan transparan
akuntabilitas
dimana
Journal of Islamic Education Management
109
ISSN: 2461-0674 kinerja sekolah dan murid dapat
dan (3) memberikan siswa dengan
dievaluasi. Mencakup; (1) fokus
tantangan intelektual
pada hasil siswa yang membaik, (2)
d. Learning
communities:
terus memeriksa bukti kemajuan
Masyarakat/komunitas
siswa,
menjelajahi,
termasuk siswa, keluarga mereka,
mendokumentasikan dan meninjau
semua staf dan anggota yang ber-
atas solusi inovatif untuk merespon
kepentingan terhadap masyarakat
beragam siswa perlu meningkatkan
luas. Mereka berbagi visi, nilai-nilai
hasil pembelajaran.
dan tujuan bersama dan mereka
dan
(3)
belajar
b. Focus on learning and teaching:
bekerja sama untuk meningkatkan
Sekolah yang efektif difokuskan
pengajaran dan pembelajaran dari
terutama
setiap
pada
pengajaran
dan
siswa.
Mencakup:
pembelajaran dan penggunaan data
pengembangan
siswa
sekolah, (2) keterlibatan orang tua
belajar
untuk
menginfor-
masikan perencanaan dan instruksi.
dalam
Fokus ini memandu pembangunan
mereka.
belajar yang ketat dan relevan bagi setiap
siswa.
Mencakup;
(1)
staf
(1)
pembelajaran
berbasis
anak-anak
e. Professional leadership: Kepemimpinan
profesional
termasuk
memaksimalkan waktu belajar, (2)
mengidentifikasi tujuan yang jelas
penekanan pada ketelitian, (3) fokus
untuk sekolah dan mengembangkan
pada prestasi.
prioritas belajar profesional yang
c. High expectations: Sekolah yang
mencerminkan tujuan sekolah. Hal
efektif berharap setiap instruksi
ini member-kan jendela ke dalam
untuk siswa belajar disesuaikan
pembelajaran
dengan kebutuhan individu siswa,
setiap peserta didik dan platform
termasuk potensi tinggi dan siswa
dari mana untuk merencanakan.
berkinerja buruk. Mencakup: (1)
Mencakup: (1) pendekatan tujuan
semua guru mengambil peran aktif
perusahaan, (2) pendekatan partisi-
dalam mendukung dan memantau
patif, dan (3) menjadi profesional
kemajuan
terkemuka
-keterlibatan
pengetahuan
tentang
siswa,
komunikasikan
(2)
meng-
harapan
tentang
tingkat prestasi bagi semua siswa,
dan
terjadi di dalam kelas.
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
pertumbuhan
apa
dan yang
110
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
f. Purposeful pengajaran
teaching: dibangun
pengetahuan
siswa
Tujuan di
atas
dan
staf,
dialokasikan
untuk
sesuai
mengembangkan dan memelihara
dengan kebutuhan belajar dan gaya
ruang kelas yang kondusif untuk
masing-masing
Guru
keaksaraan berkualitas tinggi dan
memiliki pemahaman yang kuat dari
berhitung belajar dan mengajar.
isi,
pedagogi
Ruang ini memberikan siswa dan
disiplin mereka. Ini adalah inti dari
staf dengan lingkungan yang aman
meningkatkan hasil belajar siswa.
untuk belajar dengan orang lain.
Mencakup:
yang
Mencakup: (1) meningkatkan harga
efisien, (2) kejelasan tujuan, (3)
diri siswa, (2) jelas, disiplin secara
pelajaran terstruktur, dan (3) praktik
konsisten dan adil, (3) segera,
adaptif.
langsung dan umpan balik positif
siswa.
keterampilan
(1)
dan
termasuk ruang belajar, teknologi
dan
organisasi
g. Shared vision and goals: Sekolah
siswa, (5) menyampaikan keper-
yang efektif menunjukkan pema-
cayaan pada siswa dan menetapkan
haman bersama yang jelas dari
standar perilaku dewasa, (6) suasana
tujuan mereka, yang berfokus pada
tertib, dan (7) lingkungan kerja yang
belajar siswa, perbaikan berkelanjut-
menarik dan menantang.
an dan pemecahan masalah. Berbagi visi dan tujuan menangkap dan meng-komunikasikan
tujuan
inti
sekolah dan keyakinan. Mencakup: (1) kesatuan tujuan yang melibatkan konsensus tentang nilai-nilai, (2) konsistensi praktik
yang
adopsi
tertentu
pendekatan
mengke
sekolah, (3) kurikulum pedoman dan disiplin memiliki dampak positif pada kemajuan murid, dan (4)
h. Stimulating and secure learning Sumber
disimpulkan secara spesifik 2 dimensi sekolah yang berpengaruh terhadap keefektifan sekolah, yaitu: a. Peran guru: Pertama, Ruang kelas. Dalam kelas yang efektif, guru merencanakan,
mengelola
dan
memonitor sistem kegiatan belajar. Manajemen
kelas
yang
efektif
mencakup pedoman untuk perilaku siswa, catatan menjaga sistem, dan
kolegialitas dan kolaborasi.
environment:
Dari penjabaran diatas, dapat
daya,
memastikan pasokan yang cukup dari
bahan
pembelajaran
yang
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674 sesuai.
Kedua,
Gaya
111
mengajar.
di seluruh sekolah untuk penilaian,
Mengajar di kelas yang efektif
evaluasi, dan pelaporan kemajuan
ditandai dengan harapan belajar
siswa. Ketiga, Organisasi dan iklim
yang tinggi untuk semua siswa dan
sekolah. Di sekolah yang efektif,
orientasi tugas dengan instruksi.
kepala sekolah menetapkan proses
Ketiga, Lingkungan belajar. Dalam
untuk memilih dan menetapkan
kelas yang efektif belajar terjadi
personil
dalam suasana yang mendukung, di
mengevaluasi
mana para siswa bekerja dalam
Kepala sekolah hadiri segera untuk
kelompok
besar,
masalah-masalah dan membangun
dalam kegiatan belajar individual,
suasana kepercayaan, keterbukaan,
serta
dan
kecil
maupun
lingkungan
pembelajaran
kooperatif.
mengajar,
dan
kinerja
untuk mereka.
kolaborasi.
Keempat,
Pengembangan profesional. Dalam
b. Peran Kepala Sekolah: Pertama,
sekolah yang efektif, kepala sekolah
Menetapkan arah. Di sekolah yang
membuat
program
untuk
efektif, kepala sekolah menetapkan
pengembangan profesional pribadi
arah (misi, tujuan dan sasaran),
mereka sendiri.
bekerja sama dengan "stakeholder":
Kriteria diatas akan terwujud
orang tua, siswa, dan guru. Selain
apabila didukung oleh manajemen yang
itu, kepala sekolah bertanggung
solid, efektif dan memiliki komitmen
jawab untuk pengembangan sebuah
yang tinggi, mampu merencanakan
"rencana
tujuan, program dan langkah-langkah
pertumbuhan
sekolah",
serta rencana pengembangan staf di
strategi
seluruh sekolah. Kedua, Belajar
Komitmen saja tidak cukup apabila
siswa. Di sekolah yang efektif,
tidak diiringi dengan usaha sunguh-
kepala sekolah mengembangkan dan
sungguh dari pihak pengelola untuk
menerapkan rencana seluruh sekolah
mewujudkan sekolah efektif dengan
terkoordinasi untuk meningkatkan
melibatkan seluruh komponen yang ada
prestasi
siswa
dalam lembaga tersebut. Karena selama
bahwa
ada
mengidentifikasi
dan
memastikan
proses siswa
untuk yang
mengalami kesulitan. Ada kebijakan
dalam
bidang
pendidikan.
ini untuk mewujudkan sekolah efektif selalu
terkendala
dengan
masalah
manajemen yang buruk dan masalah
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
112
keterbatasan dana. Hal ini di perparah
manusia-manusia yang cerdas, trampil,
dengan kekurang perdulian sebagian
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
dari sebagian kepala daerah. Mengingat
Yang
sebagian besar dana yang dialokasikan
kepribadian.
berada
yang
dicapai oleh sekolah mana saja, baik
pencairannya sering tidak tepat waktu
sekolah yang terletak di kota maupun
atau bakhan kadang-kadang disunat.
yang di daerah pinggiran sekalipun.
Masalah manajemen sebenar-nya bisa
Yang
diatasi
pencapaian
pada
kas
dengan
daerah
cara
melakukan
Maha
Esa, Target
menentukan
dan
memiliki
tersebut
semua
target
yang
dapat
tentang dimaksud
pengelolaan yang baik sesuai dengan
adalah sejauh mana pembenahan dan
standart operasional yang berlaku pada
sistem pengedalian ke dalam yang
sekolah-sekolah pada umumnya dan
dilakukan oleh sekolah. Prioritas utama
harus
yang
disertai
management. keuangan
dengan
Sedangkan
bisa
di
siasati
open masalah dengan
sebaiknya
dituju
dalam
pembenahan dan sistem pengendalian adalah
faktor
manusia
secara
melakukan kerjasama dengan lembaga-
kelembagaan, dalam hal ini tenaga
lembaga donor yang ada. Kuncinya,
pendidik
asalkan pengelola sekolah kreatif pasti
(guru)
dan
tenaga
kependidikan
(karyawan).
Karena
ada cara untuk mengatasi kesulitan
bagaimanapun
juga
adanya
yang dihadapi.
manusia yang andal akan disangsikan
tanpa
tingkat pencapaian keberhasilannya. Paradigma Mutu Dalam Effective School
kerja yang profesional dalam bentuk
Mutu lembaga pendidikan sangat tergantung
pada
kemampuan
pengelolah, bukan hanya keinginan untuk
Teraktualisasinya sebuah sistem
menjadi
pemimpin
semata
namun kemampuan yang dilandasi dengan semangat berusaha keras dan berkesinambungan
dengan
mecoba
berbagai strategi. Sekolah dikatakan bermutu jika mampu mewujudkan
komitmen akan sangat menentukan arah yang jelas menuju sekolah yang bermutu. Ketika optimalisasi terhadap sumber daya yang dimiliki oleh suatu sekolah diberdayakan maka bukan sesuatu yang mustahil sekolah tersebut bisa memiliki internal branding yang valuable (bernilai). Adapun sumber daya
yang
paling
utama
untuk
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674 diberdayakan
adalah
daya
mutu (Faturrahman, dkk, 2012: 37).
manusia (SDM): guru, karyawan, dan
Diantaranya adalah dengan perubahan
siswa. Kaitannya dengan pemberdaya-
kurikulum dan proyek peningkatan
an SDM seyogyanya harus diperhati-
lain; Proyek Manajemen Peningkatan
kan segala sesuatu yang berhubungan
Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS),
dengan
Proyek Perpustakaan, Proyek Bantuan
sifat-sifat
sumber
113
manusia,
faktor
kejiwaan, kepuasan kerja, kenyamanan
Meningkatkan
kerja, motivasi, inovasi, kreatifitas,
(BOMM),
loyalitas, kestabilan jiwa, cooperative,
Swadaya (BIS), Proyek Pengadaan
reward, punishment, dan optimisme.
Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu
Optimisme
adalah
Guru, Dana Bantuan Langsung (DBL),
kesadaran bahwa setiap individu yang
Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
berada di dalam sekolah masing-
dan Bantuan Khusus Murid (BKM).
masing memiliki potensi diri yang luar
Dengan
biasa. Setiap guru adalah luar biasa.
proyek itu, dapatlah kita simpulkan
Setiap karyawan adalah luar biasa.
bahwa
Demikian pula siswa sesungguhnya
menghabiskan anggaran dana untuk
tidak
membiayai proyek itu sebagai upaya
ada
yang
yang
dimaksud
bodoh.
Tinggi
rendahnya achievement (prestasi) yang
diri
Bantuan
memperhatikan
pemerintah
Imbal
sejumlah
telah
banyak
Dalam pengelolaan sekolah yang
(Gunawan,
efektif dan berorientasi pada mutu
2007: 6). Anak yang prestasinya baik,
pendidikan tidak hanya memerlukan
sangat dimungkinkan karena dia sudah
sekedar kurikulum dan dana yang
menemukan konsep dirinya; sudah bisa
menjanjikan tetapi juga diperlukan
menganggap penting semua pelajaran,
suatu
sudah
nyamannya
kesungguhan dalam peningkatan mutu,
belajar, dan sudah bisa mengatur waktu
berjangka panjang (human investment)
belajar dengan baik.
dan
bisa
konsep
Proyek
Mutu
meningkatkan mutu pendidikan.
diraih oleh siswa dikarenakan adanya perbedaan
Manajemen
menikmati
komitmen
yang
membutuhkan
penuh
penggunaan
Beberapa pola peningkatan mutu
peralatan dan teknik-teknik tertentu.
di Indonesia telah banyak dilakukan,
Komitmen tersebut harus didukung
namun masih belum dapat secara
oleh dedikasi yang tinggi terhadap
langsung memberikan efek perbaikan
mutu melalui penyempurnaan proses
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
114
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
yang berkelanjutan oleh semua pihak
jangka menengah maupun jangka
yang terlibat yang dikenal dengan
panjang.
istilah
MMT
Terpadu).
(Manajemen
Danim
.
S
Mutu
7.
(2006)
Sekolah
mengupayakan
perbaikan
dengan
proses
melibatkan
mengidentifikasi 13 ciri-ciri sekolah
semua orang sesuai dengan tugas
bermutu, yaitu:
pokok,
1.
jawabnya.
Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun
8.
eksternal. 2.
Sekolah
berfokus
pada
mendorong
orang
dipandang
memiliki kreativitas,
merangsang yang lainnya agar
muncul , dengan komitmen untuk
dapat bekerja secara berkualitas. 9.
Sekolah memperjelas peran dan
Sekolah memiliki investasi pada
tanggung
jawab
sumber daya manusianya, sehingga
termasuk
kejelasan
terhindar dari berbagai “kerusakan
secara vertikal dan horozontal.
yang
sangat
sulit
setiap
orang,
arah
kerja
10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
Sekolah memiliki strategi untuk
11. Sekolah
memnadang
atau
mencapai kualitas, baik di tingkat
menempatkan kualitas yang telah
pimpinan,
dicapai sebagai jalan untuk untuk
tenaga
akademik,
maupun tenaga administratif. Sekolah
mengelola
memperbaiki atau
memperlakukan keluhan sebagai umpan
balik
kualitas
untuk
dan
mencapai
memposisikan
kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat
benar
pada
masa
berikutnya. 6.
Sekolah
untuk mencegah masalah yang
memperbaikinya.
5.
tanggung
mampu menciptakan kualitas dan
psikologis”
4.
dan
upaya
bekerja secara benar dari awal. 3.
fungsi
layanan
memandang
kualitas
lebih lanjut. 12. Sekolah
sebagai bagian integral dari budaya kerja. 13. Sekolah
menempatkan
peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan.
Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan
kualitas
untuk
mencapai
kualitas, baik untuk jangka pendek,
Sedangkan Sagala (2005:8-9) menyatakan: “Sekolah dikatakan bermutu apabila prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674
115
dalam (1) prestasi akademik (2) nilainilai kejujuran, ketaqwaan, kesopanan, dan mampu mengapresiasi nilai-nilai budaya, dan (3) memiliki tanggung jawab dan kemampuan tinggi yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan sesuai dasar ilmu yang diterima disekolah”.
mengartikulasi-kan tujuan secara jelas,
Baker dalam (Engkoswara, 2010:
yang berkontribusi terhadap stabilitas
310) memaparkan standar sekolah yang
organisasi dan membatasi tingkat turn
bermutu, adalah sebagai berikut: (1)
–
administrator
serta
memelihara ukuran kelas sesuai dengan
guru–guru adalah para profesional yang
mata pelajaran dan tingkatan kelas
handal, (2) tersedia kurikulum yang
siswa sesuai dengan aturan yang ada,
luas bagi seluruh siswa, (3) memiliki
(15) kembangkan kebijakan sekolah
filosofi yang selalu dikomunikasikan
dengan staf dan orang tua dalam
bahwa seluruh anak dapat belajar
disiplin, penilaian, kehadiran, penguji-
dengan harapan yang tinggi, (4) iklim
an, promosi dan ingatan, (16) kerja
yang baik untuk belajar, aman, bersih,
sama guru dan orang tua untuk
mempedulikan
menyediakan
dan
jajarannya
dan
terorganisasi
(12)
pelihara
kesemimbangan
staf
yang
memiliki
ketrampilan
dan
kemampuan, ketahui kekuatan dan kapabilitas khusus dari staff, (13) bekerja untuk memelihara moril tinggi
over
(Perputaran
guru),
dukungan
(14)
pelayanan
dengan baik, (5) suatu sistem penilaian
dalam pemecahan permasalahan siswa,
ber-kelanjutan
dan (17) memelihara hubungan baik
yang
didukung
supervise, (6) keterlibatan masyarakat
dengan pemerintah daerah.
yang tinggi, (7) membantu para guru mengembangkan
strategi,
teknik
Hubungan Budaya Dalam
instruksional dan mendorong kerja
Mewujudkan Effective School yang
sama kelompok, (8) menyusun jadwal
Bermutu
secara terprogram untuk memberikan
Teori
budaya
merupakan
pelatihan dalam jabatan dan seminar
perdebatan relevansi, hubungan dan
untuk seluruh staf, (9) mengorgani-
kekakuan dalam proses pembelajaran.
sasian SDM untuk melayani seluruh
Krisis terlihat menjadi sangat akut bagi
siswa, (10) komunikasi dengan orang
individu yang dianggap produk dari
tua dan menyediakan waktu cukup
zaman modern, dimana terperangkap
untuk dialog, (11) menetapkan dan
dari kapitalisme, urbanisasi, keluarga,
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
116
mobilitas geografis, dan ledakan di
namun sempitnya manusia era sekarang
bidang
teknologi
mengartikan budaya sebagai pikiran,
membuka jalan berafliasi dunia yang
karya, cipta manusia dalam memenuhi
sangat berbeda dengan fleksibilitas dan
hasratnya akan keindahan yang terbatas
penyesuaian.
dengan
informasi
dan
Negara
besar-besaran
seni.
Budaya
merupakan
berupaya membatasi kebebasan ini,
keseluruhan
penetapan tren sosial politik yang
sebagai
membatalkan batas-batas budaya tetap.
memahami lingkuangan yang terwujud
Identitas
dalam
dan
tujuan
yang
jelas,
pengetahuan
makhluk
pengalaman
manusia
sosial
dan
untuk
menjadi
argumen lain berjalan menghampiri
pedoman tingkah laku pada masa
kehidupan pemuda abad
dan
selanjutnya. Sedangkan budaya dalam
standar dimana pilihan bertanggung
sebuah sekolah dapat diartikan sebagai
jawab secara moral yang terkikis ke
satu
titik
dan
memiliki tujuan, keyakinan, dan nilai-
dalam Merry (2010: 71)
nilai yang sama. Budaya memberikan
menyatakan bahwa orang modern yang
pengalaman sosial yang membimbing
tidak memiliki identitas dan tujuan
mereka
yang jelas dalam hidup karena mereka
penggunaan
tidak memiliki kohorensi (hubungan
situasional (Maynard, 2005: 13).
penolakan.
Ackerman
ini,
Levinson
kesatuan
dalam
orang-orang
yang
pengembangan
keterampilan
dan
kognitif
baik) dengan budaya. Castagno dan
Di atas telah dibahas bahwa
Brayboy (2008) dalam Kana’iaupuni.
untuk menciptakan sekolah bermutu
S, Ledward. B, Jensen (2010: 2)
diperlukan komitmen tinggi dari staf
menyatakan
budaya
administrasi, guru, dan kepala sekolah,
mengakui
sehingga selalu memiliki tekad yang
kesenjangan budaya antara rumah dan
berapi-api untuk menjadikan sekolah-
sekolah
dari
nya sebagai sekolah bermutu dalam
kesenjangan prestasi dan menyerukan
segalah aspek. Komitmen tinggi akan
relevansi budaya dalam pendidikan
menciptakan budaya yang susun dalam
untuk
kesadaran diri untuk terus melakukan
responsive
pendidikan /
relevan
sebagai
terlibat,
bagian
mendukung,
dan
memberdayakan peserta didik. Dalam bahasa sansekerta budaya berasal dari kata “budi” atau “akal”,
perbaikan. Semuanya memiliki potensi untuk
berkontribusi
dalam
proses
pendidikan. Dimana komitmen dari
Journal of Islamic Education Management ISSN: 2461-0674 seluruh anggota yang terkait menjadi
(a
energi
masyarakat
untuk
konvensional
mengubah
budaya
(biasa-biasa
sense
of
community). setiap
117
Dalam individu
saja)
berhubungan dengan individu lain, dan
menjadi budaya unggul (bermutu).
masing-masing memiliki potensi dan
Menurut
kualitas yang dapat di sumbangkan
Faturrahman
(2012:
48)
fungsi budaya dalam pendidikan dapat
pada
untuk pengembangan, perbaikan, dan
budaya
penyaringan
diperjuangkan adalah:
yang
dimaksudnya
adalah:
Adapun
yang
nilai-nilai
berharga
untuk
1. Nilai Kejujuran
a. Pengembangan didik
sekolah.
untuk
potensi
peserta
2. Nilai Patriotisme
menjadi
pribadi
3. Nilai Persaingan
berperilaku baik, ini bagi peserta
4. Nilai Harmonis dan Kerjasama
didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan
akan
memperkuat
kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung
jawab
dalam
mengembang potensi peserta didik
menurut
berguna
berpikir kritis, dialektis dan kreatif tentang upaya membentuk karakter peserta didik dan upaya meningkatkan kemampuan
berpikir.
Budaya
pendidikan terbagi dalam dua jenis :
yang lebih bermartabat, dan. c. Penyaringan
pendidikan
Prawironegoro. D (2010) ialah proses
budaya bangsa. b. Perbaikan
Budaya
untuk
menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa yang bermartabat.
1. Antroposentrisme atau sekulerisasi pendidikan, yaitu mencipta manusia mandiri yang mampu mengelola lingkungan alam dan sosial untuk memenuhi secara
Model sekolah bermutu seperti
kebutuhan
materil
dan
hidupnya non-materil.
Manusia harus mempunyai nilai
digambarkan di atas terwujud bila
sosial
dan
mampu
membangun
sekolah tidak ekslusif bak menara
kehidupan duniawi dan solidaritas
monas, tetapi tumbuh sebagai bagian
sosial, orientasinya pada ilmu dan
dari masyarakat sehingga memiliki
teknologi,
kepekaan terhadap nurani masyarakat
kecerdasan intelektual (intelligence
ukurannya
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
adalah
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
118
quotionent)
sosial
terlepas dari kondisi kehidupan nyata.
kecerdasan
Antara dunia pendidikan dan dunia
emosional (emotional quotionent),
nyata terkait dengan hubungan sinergis.
intinya melahirkan manusia yang
Dengan demikian, antara nilai-nilai
memiliki keterampilan berpikir dan
yang ditanamkan dengan pengetahuan
keterampilan berbuat memberdaya-
akademis terikat dengan hubungan
kan lingkungan alam dan sosial.
yang kontinum. Tidak satu-pun dari
(social
kecerdasan
quotionent),
2. Teosentis
atau
spiritualisasi
pendidikan yaitu mencipta manusia
komponen ilmu pengetahuan yang terlepas dari nilai dan norma budaya.
yang beriman dan bertaqwa kepada
Gandhi
dalam
Yim
Samuel
Tuhan. Setiap kerja manusia harus
(2009: 21) menyatakan bahwa sistem
mempunyai
Ketuhanan.
pendidikan mengasingkan siswa dari
Tujuannya membangun kehidupan
pekerjaan tradisional mereka sendiri,
duniawi untuk mengabdi kepada
lingkungan alam dan budaya asli, dan
Tuhan, kehidupan duniawi atau
mengembangkan sebuah rendah diri
kehidupan sosial merupakan sarana
yang kompleks dan pengasingan diri.
untuk
kehidupan
Penekanan berlebihan diletakkan pada
spiritual, yang berbasis pada ilmu
pemberantasan buta aksara, dengan
pengetahuan dan teknologi, iman,
mengesampingkan
dan taqwa, ukurannya adalah adalah
mendukung
kecerdasan intelektual (intelligence
kemanusiaan. Ini mengabaikan jantung
quotionent)
dan
nilai
menuju
(social
ke
kecerdasan
quotionent),
sosial
tangan
budaya
kehidupan
budaya
yang
nilai-nilai
yang
terlalu
kecerdasan
materialistis dan karenanya gagal untuk
emosional (emotional quotionent)
membangkitkan rasa kepedulian sosial.
dan kecerdasan spiritual (spiritual
Hasil dari analisis bertingkat,
quotionent).
yang
dilakukan
Kana’iaupuni.
S,
Ledward. B, Jensen (2010) menyatakan Untuk menjamin kekonsisten-an antara
tujuan
pendidikan
dengan
pembentukan manusia yang berbudaya (enkulturasi), perlu dirancang desain pembelajaran di sekolah yang tidak
beberapa temuan sementara didasarkan pada hubungan antara penggunaan strategi
sekolah
berbasis
budaya
(Culture Based Education) oleh guru dan seluruh sekolah dengan hasil siswa.
Journal of Islamic Education Management
119
ISSN: 2461-0674 1. Penggunaan
berbasis
bahwa budaya adalah variable seperti
dengan
usia atau jenis kelamin yang dapat
kesejahteraan sosioemosional siswa
menjadi penting dalam delimitasi cara
(misalnya, identitas, efektivitas diri,
di mana proses kognitif yang lebih
hubungan sosial).
tinggi berkaitan dengan organisasi
budaya
sekolah
berkaitan
baik
2. Peningkatan kesejahteraan sosioemosional
pada
berhubungan
otak.
dasarnya
baik
dengan
Kesimpulan Dalam pengelolaan sekolah yang
matematika dan skor tes membaca. 3. Sekolah berbasis budaya secara signifikan
berhubungan
dengan
matematika dan skor tes membaca, ketika guru menggunakan strategi
kematangan
emosional
pendidikan tidak hanya memerlukan sekedar kurikulum dan dana yang menjanjikan tetapi juga diperlukan suatu
berbasis budaya. 4. Tingkat
efektif dan berorientasi pada mutu
siswa
sosio-
mempengaruhi
hasil matematika dan membaca siswa.
komitmen
kesungguhan mutu,
yang
dalam
berjangka
peningkat-an
panjang
investment)
dan
penggunaan
peralatan
penuh
(human
membutuhkan dan
teknik-
teknik tertentu. Komitmen tersebut Hasil
penelitian
tersebut
harus didukung oleh dedikasi yang
didukung pendapatnya Thomas dan
tinggi
Heck (2009) dalam Kana’iaupuni. S,
penyempurnaan
Ledward. B, Jensen (2010) bahwa
kelanjutan oleh semua pihak yang
pendidikan berbasis budaya merupakan
terlibat yang tersusun dalam skema
predictor penting dari prestasi siswa.
budaya. Pendidikan berbasis budaya
Dimana terdapat
membantu
konstruksi utama
terhadap
mutu proses
melalui yang
mengembangkan
ber-
dan
yaitu: pendidikan berbasis budaya,
menggunakan proses berpikir kritis,
guru, siswa, dan prestasi, dan ternyata
dialektis dan kreatif tentang upaya
pendidikan
membentuk
berbasis
mempengaruhi
prestasi
budaya
karakter
peserta
didik
siswa.
(siswa atau mahasiswa) dan upaya
Selanjutnya Eviatar (dalam Rosselli. M
meningkatkan kemampuan berpikir.
dan Ardila. A, 2003: 331) berpendapat
Dimana pendidikan berbasis budaya
El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
120
Juni 2016, Vol. 2 No. 1, pp 101- 120
merupakan
predictor
yang
mem-
pengaruhi prestasi siswa. Daftar Pustaka Danim, Sudarwan. 2010. Otonomi Manajemen Sekolah. Bandung: CV ALFABETA Edmonds, Ronald. 1979. Effective Schools For the Urban Poor. Educational Leadership. Reprinted by Permission of CEMREL, Inc. Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suparlan. 2008. Membangun Sekolah Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing Tobroni. 2010. Teori-Teori Mengukur Mutu Sekolah. Khalifatu Rabb. Diunduh dari http://tobroni.staff.umm.ac.id Victoria Education. 2013. Department of Education and Early Childhood Development. Diunduh dari http://www.education.vic.gov.au Danim Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara Gunawan W. Adi. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Engkoswara. 2010. Pendidikan. Alfabeta.
Adminsitrasi Bandung:
Faturrahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Kana’iaupuni. S, Ledward. B, Jensen. U. 2010. Culture-Based Education and Its Relationship to Student Outcomes. Honolulu: Kamehameha Schools Research & Evaluation. Diunduh tanggal 11 April 2013 dari www.ksbe.edu/spi
Maynard E. Ashley. 2005. Learning in Cultural Context Family, Peers, and School. Hawai’i: University of Hawai`i. Merry S. Michael. 2010. Culture, Identity, and Islamic Schooling. United States of America: Palgrave Macmillan. Prawironegoro Darsono. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Jakarta: Nusantara Consulting Rosselli Monica dan Ardila Alfredo. 3003. The Impact of Culture and Education on Non-Verbal Neuropsychological measurement: A Critical Review, Brain and Cognition Vol. 52, pp. 326-333. Diunduh tanggal 10 April 2013 dari www.sciencedirect.com.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung, CV Alfabeta Yim, Samauel. 2009. The Challenges of Culture-based Learning. United
States
of
America:
University Press of America.