KARAKTER: PERSEPSI SISWA DAN REKOMENDASI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS SEKOLAH CHARACTER: STUDENT’S PERCEPTION AND RECOMMENDATION FOR SCHOOL BASED CHARACTER EDUCATION Nurlaela Widyarini; dan ... (Peneliti Puslitjak) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter positif menurut pandangan siswa yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan program peningkatan kesehatan mental bagi siswa berbasis sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik diskusi kelompok terfokus dalam pengumpulan data. Subyek penelitian terdiri atas siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten Jember yang terpilih secara acak. Masing-masing sekolah diwakili oleh 3 orang siswa perangkatan. Selaint itu, Dinas Pendidikan Kabupaten dan Pimpinan Sekolah dilibatkan untuk memberikan gambaran mengenai kebijakan pendidikan karakter di sekolah. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa karakter yang menurut siswa merupakan karakter positif dan diharapkan dapat dikembangkan dalam kegiatan di sekolah sesuai dengan jenjang kelas masing-masing, yaitu Kebijaksanaan dan pengetahuan, ketangguhan, kemanusiaan, keadilan dan transendensi. Kelas X menekankan kekuatan karakter yang ditujukan dalam konteks adaptasi lingkungan baru di sekolah dan memahami potensi belajarnya. Kelas XI membutuhkan kekuatan karakter yang akan digunakan ketika siswa harus membagi waktu antara kegiatan kesiswaan dan tugastugas akademik. Kelas XII membutuhkan kekuatan karakter yang akan digunakan ketika siswa akan menghadapi tugas-tugas akademik, ujian akhir serta perencanaan masa depan. Rekomendasi berdasarkan penelitian ini adalah sekolah dapat mempertimbangkan kebutuhan siswa dalam pengembangan pendidikan karakter. Kata Kunci: pendidikan karakter, siswa, sekolah ABSTRACT This research aimed to explore positive character among high school student that can be used as basis for character education program at school. Focused group discussion was used as method of collecting data. Subjects are students of high school at Jember District that was randomly choosen three students for each grade from each school. Educational Department, Headmaster and Vise Principal from high school at Jember District were included to get description of character education obligation. Result showed that there are several positive characters: wisdom and knowledge, courage, humanity, justice, temperance and transcendence. 10th grade need strength character focused on adaptation in new environment. 11th grade need strength character focused on time management regarding accomplish academic assignment and extracurricular. 12th grade focused on taking on final exam and planning for their future. This article consider possible implication for character education development could be effectively implemented and sustained in school which will support the healthy atmosphere academic, social and emotional development of students. Key Words : character education, student, school based
1
PENDAHULUAN Permasalahan dan tantangan dunia pendidikan semakin kompleks seiring dengan perubahan dan dinamika masyarakat yang terus bergerak menuju arus globalisasi. Berbagai fenomena yang cukup meresahkan pada anak didik, terutama yang berada di jenjang pendidikan menengah. Berdasarkan tahap perkembangannya, siswa yang duduk di sekolah menengah atas (SMA) berada dalam tahap remaja yang ditandai dengan perubahan fisik, psikologis dan sosial. Perubahan ini membutuhkan proses penyesuaian yang tepat. Kegagalan dalam proses menyesuaikan diri menjadikan remaja berperilaku merugikan diri sendiri dan lingkungan. Perilaku tawuran siswa, perilaku beresiko yang mempegaruhi kesehatan seperti seks bebas, narkoba dan merokok merupakan contoh gagalnya penyesuaian diri remaja terhadap perubahan tersebut. Belum lagi beberapa kasus yang berkaitan dengan akademik, seperti perilaku membolos, tidak jujur dalam menyelesaikan tugas maupun ujian merupakan bukti bahwa remaja kurang memiliki keyakinan kuat akan kemampuan diri dan kurangnya ketangguhan dalam menyikapi tuntutan lingkungan. Di sisi lain, harapan untuk mewujudkan pendidikan yang utuh telah diperkuat melalui berbagai peraturan antara lain Pasal 3 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa salah satu fungsi pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Rencana strategis pendidikan nasional juga mengamanatkan dua tujuan makro dan mikro. Tujuan makro yaitu membentuk organisasi pendidikan yang otonom sehingga mampu melakukan inovasi pendidikan menuju pembentukan lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki SDM yang sehat dan tangguh. Adapun tujuan mikro adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indosesia), memiliki nalar (maju dan cakap, cerdas, kreatif dan inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, demokratis (Azra, 2002). Bila dicermati rencana strategis dan tujuan pendidikan nasional, bahwa pendidikan yang utuh tidak hanya menyentuh aspek kognitif semata, namun juga emosi dan perilaku siswa. Pendidikan yang utuh hendaknya mampu membangun kemampuan akademik dan keterampilan bidang ilmu yang diminati juga keterampilan seseorang untuk berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain yang mencakup nilai yang dianut, motivasi, karakter dan sikap) yang dilakukan secara berkesinambungan dalam tiap tahunnya selama siswa 2
mengenyam pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan tempat yang strategis untuk membangun karakter peserta didik. Program pendidikan karakter di sekolah telah dicanangkan secara sistemik pada beberapa tahun yang lalu. Impelementasi program ini belum banyak dikaji dari sisi kebutuhan siswa, artinya program tersebut dapat memenuhi kebutuhan siswa terhadap kemampuan-kemampuan yang ingin dikembangkan. Analisis kebutuhan ini sangat diperlukan agar siswa dapat lebih menghayati dan terlibat dalam program tersebut. Di sisi lain, apabila sekolah telah mendapatkan gambaran tentang kebutuhan siswa, maka program tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan terintegrasi hingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Bahkan menjadi bagian dari umpan balik proses pembelajaran yang mencakup aspek kognisi, emosi dan perilaku (Khramtsova, 2008; Park dan Peterson, 2009). Implementasi kebijakan tentang Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa juga telah dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kabupaten Jember. Adapun upaya implementasinya dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu penguatan keterampilan pendidikan karakter bagi pendidik dan pengembangan program pendidikan karakter bagi siswa. Sekolah memiliki keleluasaan dalam menerapkan program pendidikan karakter bagi siswa melalui kegiatan pengembangan diri, integrasi dalam pembelajaran maupun melalui budaya sekolah. Namun demikian, kajian mengenai bagaimana proses penetapan program di sekolah masih sangat terbatas. Penilaian siswa berkaitan dengan karakter yang penting untuk dikembangkan pada setiap jenjang pendidikan perlu mendapatkan perhatian dari sekolah agar program tersebut seusai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Untuk itu, penelitian ini berupaya untuk menemukan bagaimana penilaian siswa tentang karakter-karakter yang perlu dikembangkan dalam pendidikan karakter di sekolah.
KAJIAN PUSTAKA Besarnya perhatian dalam kajian tentang karakter, berimplikasi pada pendefinisian karakter yang beragam. Para ahli mendefinisikan karakter dalam beberapa aspek, yaitu komponen dan struktur penalaran serta keberfungsian moral, pengukuran perilaku yang mencerminkan karakter tertentu dalam setting pendidikan, maupun identifikasi sifat-sifat kebajikan yang dinilai sebagai bagian dari karakter (Strange, 2004).
Karakter adalah konstrak yang
mencerminkan kesediaan untuk memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya, memiliki standar perilaku yang tepat, sense moralitas dan integritas (Lerner, dkk dalam Bowers, dkk
3
2010). Karakter bukanlah aspek tunggal namun terdiri atas beberapa aspek. Park dan Peterson (2003) menyatakan bahwa mendefinikan karakter dilakukan dengan mengidentifikasi komponen-komponen dan mekanisme psikologis yang mengarah pada karakter tertentu. Komponen yang dimaksud disebut sebagai kekuatan karakter (character strenghts). Kekuatan karakter inilah yang akan membedakan antara satu aspek karakter dengan aspek yang lain. Penelitian Park dan Peterson ini mempertimbangkan aspek perkembangan remaja, religi, etika, filsafat dan psikologi. Adapun kekuatan karakter yang dimaksud antara lain: 1) Kebijaksanaan dan pengetahuan merupakan kekuatan kognitif yang menekankan pada perolehan dan penggunaan pengetahuan. Terdiri dari kreativitas, rasa ingin tahu, berpikir kritis, mencintai belajar dan memiliki cara pandang terhadap sesuatu; 2) Ketangguhan merupakaan kekuatan emosi yang meliputi kesediaan untuk mencapai tujuan dalam kondisi apapun baik dari internal maupun eksternal. Terdiri dari keberanian, ulet, jujur dan menyukai tantangan; 3) Kemanusiaan merupakan kekuatan interpersonal yang meliputi kesediaan membantu, menjalin hubungan baik dengan orang lain dan memiliki kecerdasan sosial; 4) Keadilan merupakan kekuatan untuk bekerja sama dalam suatu kelompok yang terdiri dari adil, kepemimpinan dan kerja sama; 5) Temperance merupakan kekuatan yang dapat menjaga seseorang dari perilaku anarki, terdiri dari kemampuan memaafkan, pengendalian diri, penuh pertimbangan dan rendah hati; dan 6) Transendensi merupakan kekuatan menjalin ikatan dengan yang Maha Kuasa. Terdiri dari memiliki harapan, mampu menghargai keindahan alam, karya manusia dalam berbagai aspek dan kemampuan mensyukuri dan mengambil hikmah dari berbagai kejadian. Pentingnya karakter dalam rentang perkembangan seseorang juga telah mendapatkan perhatian pada beberapa dekade lalu. Keberhasilan seseorang merupakan suatu fungsi kepribadian, citra masyarakat, sikap dan perilaku, keterampilan dan teknik yang memperlancar proses interaksi manusia. Selanjutnya, fungsi-fungsi tersebut memeiliki dua komponen, yaitu teknik hubungan manusia dengan masyarakat (hard skill) dan sikap mental positif (karakter). Tidak dapat dipungkiri bahwa kecerdasan akademik praktis semata tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup (Covey,1997 ; Goleman, 1999) namun dibutuhkan pengembangan karakter yang memiliki pengaruh besar dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Karakter inilah yang merupakan gabungan dari kebisaaan seseorang yang merupakan titik pertemuan antara pengetahuan, keterampilan dan kecenderungan bertindak.
4
Pendidikan Karakter Berbagai penelitian sebelumnya telah menunjukkan tentang pengaruh positif karakter dalam keberhasilan siswa.
Kemampuan siswa dalam berpikir alternatif dan kesediaan untuk
berubah mampu menyumbangkan prestasi akademik yang tinggi (Zarfiel dalam Singgih dan & Sukadji, 2006). Hal ini dapat dipahami mengingat berbagai tantangan dan permasalahan dalam belajar membutuhkan penyesuaian tertentu yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir alternatif dan kesediaan merubah kebiasaan belajar yang kurang efektif. Siswa yang memikiki motivasi berprestasi tinggi akan terdorong mencapai keberhasilan dengan ukuran keunggulan (standard of excellence), baik standar prestasinya sendiri dimasa lalu maupun standard prestasi orang lain. Adapun ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, antara lain (Zakianto & Ail-Nafs dalam Singgih dan & Sukadji, 2006): a) Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam mencapai sukses maupun dalam berkompetisidengan menentukan standard bagi prestasinya; b) Menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas khusus yang memiliki arti bagi individu tersebut; c) Cenderung mengambil resiko yang wajar dan diperhitungkan; d) Mencoba memperoleh umpan balik; e) Mencermati lingkungan dan mencari peluang; f) Bergaul lebih untuk memperoleh pengalaman; g) Menyenangi situasi menantang yang dapat mengakomodasi kemampuannya. h) Cenderung mencari cara-cara unik dalam menyelesaikan suatu masalah; i) Kreatif. Cara seseorang memandang dirinya akan menentukan cara ia merespon terhadap diri sendiri maupun lingkungannya termasuk dalam tugas-tugas akademik. Penelitian Lasmahadi menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki harga diri akademis yang negatif memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam berlaku curang dalam tes daripada siswa dengan harga diri akademis yang positif. Harga diri akademik yang tinggi menjadikan siswa menyadari kemampuannya dan berupaya mengembangkan diri sesuai dengan kapasitasnya (Singgh Salim, 2006). Durlak, dkk., (2011) menyampaikan bahwa program pengembangan keterampilan sosial dan emosional dapat meningkatkan performansi akademik siswa. Hal ini dapat dipahami mengingat, norma teman sebaya yang berkembang mendukung munculnya harapan dan dukungan akademik yang lebih tinggi, keterlibatan guru dan siswa dengan sekolah yang semakin tinggi, pendekatan yang semakin proaktif pada siswa dan lingkungan yang aman dan nyaman dalam pembelajaran. Program pengembangan keterampilan social dan emosional ini tidak hanya berpengaruh bagi siswa semata, namun guru dan lingkungan sekolah secara lebih
5
luas mampu membentuk atmosfer akademik dalam proses pembelajaran. Kekuatan karakter juga
berpengaruh
terhadap
kesejahteraan
subyektif
(subjective
wellbeing)
siswa
(Leontopoulou dan Triliva, 2012). Karakter ketangguhan dan kebijaksanaan yang tinggi berpengaruh terhadap kemampuan siswa untuk menikmati kehidupan yang dijalani dan kondisi mental yang lebih sehat. Karakter transendensi mampu menjadikan siswa menyukai lingkungan sekitarnya, siap menghadapi ujian dan memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tua. Penelitian mengenai dampak pendidikan karakter telah banyak diketahui namun proses pengembangan program pendidikan karakter yang melibatkan siswa masih belum banyak dipublikasikan. Pentingnya melibatkan subyek dalam pengembangan program dapat dijelaskan dengan Teori Perilaku Beralasan (Theory of Reasoned Action). Ajzen dan Fishbein merumuskan teori ini pada tahun 1980. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah keyakinan individu bahwa perilakunya akan memberikan dampak berdasarkan evaluasi subyektifnya dan persepsi individu terhadap norma sosial atau keyakinan tentang sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh kelompok rujukannya. Hal ini akan membentuk sikap dan norma subyektif yang akan diinternalisasi dan mendorong individu untuk berperilaku.
Gambar 1. Theory of Reasoned Action (Ajzen & Fishben dalam Ogden, 2007)
Berdasarkan teori ini, bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yang mencerminkan karakter adalah keyakinan siswa bahwa perilakunya akan memberikan dampak yang positif terhadap pengembangan diri, orang lain maupun lingkungan sekitar didasarkan pada evaluasi dan persepsi subyektifnya terhadap norma sosial atau keyakinan 6
tentang sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh kelompok rujukannya. Kelompok rujuan yang dimaksud terutama adalah sekolah. Siswa memiliki penilaian tertentu tentang karakter-karakter yang dapat dikembangkan di sekolah dan tentunya akan memberikan dampak positif terhadap dirinya dalam menghadapi tugas-tugas akademik maupun non akademik di sekolah. Kondisi ini akan membentuk sikap dan norma subyektif yang akan diinternalisasi dan mendorong siswa untuk berperilaku melalui program yang telah dikembangkan oleh sekolah. Untuk itulah pelibatan siswa dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah merupakan factor yang penting untuk dilakukan. Pengembangan Karakter dalam Proses Pembelajaran Pengembangan karakter bagi siswa membutuhkan suatu sistem yang terintegrasi baik dalam proses belajar mengajar. Disatu sisi, pendidikan yang telah berlangsung saat ini masih menekankan pada aktivitas kognitif, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Di sisi yang lain, proses pembelajaran tidak hanya melibatkan faktor kognitif namun juga afektif (mampu menghayati dan merasakan) dan konatif (mampu melakukan).
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan partisipatif dengan pertimbangan bahwa pelibatan aktif subyek penelitian merupakan faktor yang penting untuk menentukan program yang tepat sasaran, berorientasi praktis, memberdayakan dan berkelanjutan (Djohani dalam Poerwandari, 2005). Pada tahap pertama, pendekatan partisipatif ditekankan pada pendalaman kasus yang menarik diungkap sebagai pendukung dari baseline data yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan melakukan identifikasi atribut karakter siswa yang akan dikembangkan. Peneliti akan menggunakan teknik diskusi kelompok terfokus (FGD) dan penyusunan matriks atribut karakter. Adapun pihak yang akan dilibatkan adalah perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum serta siswa dari 13 sekolah yang terpilih secara acak. Berdasarkan temuan ini, peneliti membuat draft atribut karakter yang akan dikembangkan tiap tahunnya. Pada tahap kedua, merumuskan program pengembangan karakter di sekolah. Peneliti akan menggunakan teknik diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum dari sekolah yang sama.
7
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yaitu: 1) atribut karakter siswa : data yang dibutuhkan berupa rangkaian atribut karakter siswa yang akan dikembangkan mulai tahun pertama hingga tahun ketiga; dan 2) program pengembangan karakter berbasis di sekolah Subjek Penelitian Sumber data dalam penelitian ini yaitu: 1) Dinas Pendidikan Kabupaten Jember: berupa arah kebijakan pendidikan di Kabupaten Jember 2) Kepala sekolah: berupa kebijakan sekolah berkaitan dengan program pengembangan karakter; 3) Waka Kurikulum: berupa pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi; 4) Siswa : berupa penilaian siswa tentang karakter yang dibutuhkan untuk dikembangkan. Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik diskusi kelompok terfokus (FGD) dan kertas kerja program pengembangan atribut karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran. Aspek yang diungkap antara lain: 1) Bagi Dinas Pendidikan: regulasi Dinas Pendidikan Kabupaten Jember terkait dengan pendidikan karakter dan impelementasi program pendidikan karakter di Kabupaten Jember; 2) Bagi Kasek dan Waka Kurikulum: Penilaian tentang urgensi pendidikan
karakter di sekolah, bentuk program pendidikan
karakter dan keunggulannya, proses pengembangan program pendidikan karakter, Faktor pendukung dan penghambat program, upaya untuk mengatasi hambatan; dan 3) Bagi siswa: pengetahuan tentang pendidikan karakter di sekolah, penilaian tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, karakter-karakter yang ingin dikembangkan oleh siswa yang difasilitasi sekolah, harapan siswa tentang pendidikan karakter. Metode Analisis Data Analisis data menggunakan kualitatif akan dilakukan dengan cara organisasi data dan analisis tematik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian, diperoleh beberapa temuan penelitian menarik mengenai pendidikan karakter di sekolah. Adapun temuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
8
Peran Dinas Pendidikan Kabupaten Jember dalam Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah Seiring dengan perubahan kabinet menjadi Kabinet Indonesia Bersatu II dan program 100 hari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) maka Model Pengitegrasian Pendidikan Kecakapan Hidup tersebut disempurnakan dalam pedoman sebagai rambu pelaksanaanya. Pedoman tersebut yaitu Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Jakarta, 2010. Sebagai tindak lanjut regulasi dan bentuk komitmen gerakan nasional Dinas Pendidikan Kabupaten Jember telah melakukan kebijakan di antaranya: a) Mengikutsertakan guru, kepala sekolah, dan pengawas dalam berbagai diklat di tingkat nasional maupun regional; b) Melakukan desiminasi hasil diklat pada satuan kerja masing-masing; c) Melaksanakan diklat bagi guru, dan kepala skolah; d) Melakukan pendampingan pembuatan dan pelaksanaan program karakter oleh pengawas; dan e) Melakukan supervisi atas hasil pendampingan oleh pengawas. Kebijakan Dinas Pendidikan tentang Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Untuk mewujudkan cita-cita dari regulasi dan pedoman tersebut, sekolah bisa menerapkannya melalui tiga jalur yaitu kegiatan pengembangan diri, pengintegrasian dalam pembelajaran dan penciptaan budaya sekolah. Masing-masing jalur tersebut
dijabarkan oleh sekolah dengan berbagai program yang
dianalisis sesuai dengan konteks sekolah. Misalnya, kegiatan pengembangan diri bisa dilakukan oleh tim waki kesiswaan dan guru bimbingan karir. Pengintegrasian dalam pembelajaran bisa dilakukan oleh tim wakil kurikulum dan guru mata pelajaran. Sedangkan penciptan budaya sekolah dilakukan oleh tim wakil hubungan kemasyarakatan (humas) dan seluruh warga sekolah sebagai berikut: 1) Kegiatan Pengembangan Diri: Bentuk kegiatannya adalah pengintegrasian ke dalam kegiatan seharihari di sekolah melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian; 2) Pengitegrasian
dalam pembelajaran: Bentuk kegiatannya adalah guru “menyelipkan”
nilai-nilai karakter dalam pembelajaran pada tiap kompetensi dasar yang dalam persiapannya tampak eksplisit dalam silabus, dan RPPnya. Sementara pelaksanaan pembelajarannya bisa dilakukan pada kegiatan pembuka, atau inti, atau juga kegiatan penutup pembelajaran, atau bisa juga dilakukan pada ketiga langkah tersebut; dan 3) Peciptaan budaya sekolah: Bentuk kegiatannya adalah bagaimana
perwujudan “iklim sosial” di sekolah. Sebagai sebuah
9
lingkungan sosial di sekolah tentu ada pranata sosial yang pada umumnya berlaku di masyarakat. Secara struktural ada pemimpin, ada ketua, ada bagian -bagian, dan ada anggota. Semua berfungsi sesuai dengan perannya dan berinteraksi dengan bahasa yang komunikatif sesuai dengan ikatan norma, etika, dan moral seperti yang dibangun dan disepakati di sekolah. Kebijakan Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Sekolah telah memiliki kebijakan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dalam bentuk : a) Tata Tertib Sekolah mencakup kedisiplinan masuk sekolah, pembelajaran, pelaksanaan ujian, penggunaan seragam sekolah, penampilan. Tata tertib tersebut sebagai acuan bagi guru dan siswa dalam melaksanakan pendidikan karakter; b) Kebijakan sekolah tentang pelaksanaan orientasi siswa (MOS), latihan dasar kepemimpinan (LDK) dan kegiatan kesiswaan (OSIS, MPK dan ekstrakurikuler lainnya). Keseluruhan kegiatan kesiswaan mengharuskan adanya penanaman karakter positif bagi siswa; dan c) Kebijakan sekolah dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang memuat tentang integrasi pendidikan karakter dalam rencana pembelajaran (RPP). Keterlibatan Komponen Sekolah dalam dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Keterlibatan komponen sekolah terdiri atas: 1) Keterlibatan Pimpinan Sekolah (Kepala Sekolah/Waka Kurikulum dan Kesiswaan) : 1) menerbitkan kebijakan-kebijakan sekolah (dalam bentuk surat keputusan) terkait dengan implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan di sekolah. Walaupun demikian, ada beberapa sekolah yang masih dalam tahap penataan untuk pengembangan pendidikan karakter. 2) Melakukan sosialisasi kepada guru dan siswa tentang kebijakan yang telah dibuat. 3) melakukan pembinaan kepada guru. Hal ini penting dilakukan karena guru adalah teladan bagi siswa dan ujung tombak pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. 4) melakukan monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, misalnya sejauhamana implementasi RPP yang memuat pendidikan karakter telah diimplementasikan di sekolah; 2) Keterlibatan guru : 1) Membuat dan melaksanakan pendidikan karakter yang terintegrasi RPP. Secara eksplisit perlu dimunculkan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 2) Melaksanakan penilaian secara obyektif sebagai evaluasi bagi siswa. 3) Memberikan bimbingan bagi siswa untuk mengembangkan karakter baik dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan intra dan ekstra sekolah. Walaupun demikian, belum mata pelajaran telah mengintegrasikan pendidikan karakter; dan 3) Keterlibatan siswa : peran siswa lebih kepada penerima manfaat
10
pendidikan karakter di sekolah. Upaya melibatkan siswa dalam menemukan atribut-atribut karakter yang akan dikembangkan masih masih bersifat insidental. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Hampir semua sekolah menyampaikan bahwa pendidikan karakter telah diimplementasikan dalam pembelajaran yang dirancang dalam RPP dan silabus. Walaupun demikian, beberapa sekolah menyampaikan bahwa sekolah masih dalam tahap merancang pendidikan karakter dalam RPP maupun silabus dan belum terimplementasi pada semua mata pelajaran. Ada penilaian dari guru bahwa pendidikan karkater akan lebih mudah diterapkan pada mata pelajaran tertentu saja (misalnya mata pelajaran agama, PKn, sosiologi). Faktor-faktor Pendukung Keberhasilan Pendidikan Karakter Faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan pendidikan karakter di sekolah antara lain; a) Adanya kebijakan yang kuat baik dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jember maupun kebijakan sekolah yang secara tertulis mengatur tentang pelaksanaan pendidikan karakter; b) Komitmen yang kuat dari seluruh elemen di sekolah, terutama dari sisi keteladanan kepada siswa; dan c) Keterampilan guru bidang studi untuk merumuskan implementasi pendidikan karakter dalam RPP dan silabus, termasuk metode dan cara memberikan evaluasinya. Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Faktor-faktor yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan karakter, terdiri atas: 1) Peraturan pemerintah berkaitan dengan beban mengajar guru sebesar 24 jam menjadikan guru kurang optimal untuk menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran. Guru lebih menekankan pada ketuntasan belajar (lebih pada aspek kognitif); 2) Masih adanya anggapan beberapa guru bahwa mendidik karakter siswa secara intensif adalah tugas sektoral bidang kesiswaan, bimbingan dan konseling serta wali kelas; dan 3) Atribut karakter yang akan dikembangkan melalui pendidikan karakter di sekolah belum berkesinambungan pada tiap jenjang kelas. Pemilihan atribut karakter yang akan dikembangkan disesuaikan dengan karakteristik mata pelajarannya (bukan berasal dari penjabaran visi dan misi maupun kebutuhan siswa). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan karakter telah didasarkan pada kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Jember. Dalam hal ini, pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Jember telah melakukan upaya-upaya sosialisasi, pembinaan hingga monitoring. Di sisi lain, sekolah sebagai pelaksana pendidikan karakter bagi siswa juga telah membuat kebijakan, baik dalam bentuk peraturan ataupun tata 11
tertib sekolah. Atribut karakter yang akan dikembangkan dalam pendidikan karakter belum sepenuhnya melibatkan kebutuhan siswa sebagai pihak yang akan mendapatkan pendidikan karakter. Pada umumnya sekolah memberikan kepercayaan pada guru untuk mengembangkan nilai-nilai atau karakter dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan bahasan mata pelajaran,
sehingga
atribut
karakter
yang
akan
dikembangkan
belum
bersifat
berkesinambungan. Pengembangan pendidikan karakter sebaiknya didasarkan pada kondisi masing-masing sekolah dan merupakan cerminan dari visi dan misi, mengakomodasi kebutuhan siswa dan juga berdasarkan evaluasi dari guru. Hal ini bertujuan agar pendidikan karakter yang dicanangkan di sekolah dapat tepat sasaran dan dapat dioperasionalisasikan dengan mudah, termasuk dalam pembelajaran. Secara umum sekolah telah mengupayakan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kurikulum. Hal ini termuat dalam penyusunan RPP dan silabus yang telah menyertakan atribut karakter yang akan dikembangkan. Walaupun demikian, masih terdapat beberapa kendala antara lain kurangnya pemahaman tentang atribut karakter yang akan diberikan pada setiap jenjang kelas, metode yang akan digunakan dan bentuk evaluasi yang akan diberikan terkait dengan pendidikan karakter. Di sisi yang lain, beban mengajar guru hingga 24 jam menjadikan guru kurang optimal dalam untuk memperdalam penanaman atribut karakter pada siswa. Hal ini menjadikan pengembangan atribut karakter dalam pendidikan karakter belum menyentuh pada aspek konasi bahkan perilaku. Oleh sebab itu, operasionalisasi pendidikan karakter di sekolah menjadi faktor yang penting agar guru dapat menyusun pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran dengan baik. Identifikasi Atribut Karakter yang ingin dikembangkan oleh Siswa Menurut siswa terdapat beberapa atribut karakter yang perlu dikembangkan berdasarkan jenjang kelasnya. Kelas X Motivasi berprestasi, kemauan untuk belajar, bekerja keras: siswa memiliki motivasi atau dorongan untuk memiliki prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki. Hal ini menjadi penting karena di awal memasuki jenjang pendidikan yang baru (SMA) siswa membutuhkan usaha yang lebih besar mengingat mereka juga perlu beradaptasi. Bila siswa mampu memunculkan motivasi berprestasi di awal-awal masuk SMA, akan membantu proses adaptasi akademiknya yaitu kemauan untuk mempelajari sesuatu yang baru dan bekerja keras untuk mendapatkan informasi, memahami pelajaran baru.
12
Etika (kejujuran, tanggung jawab, sopan santun dan kedisiplinan): Siswa memiliki penilaian bahwa siswa perlu memiliki etika pada saat berhubungan dengan orang lain, misalnya guru, teman, dan orang tua. Etika dapat membantu siswa untuk berinteraksi dengan tepat dan menjadi pribadi yang membanggakan baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain. Kepercayaan diri, memiliki visi ke depan dan memiliki jiwa kepemimpinan: Pada saat siswa pertama kali memasuki jenjang pendidikan SMA, siswa membutuhkan kepercayaan diri untuk dapat menjalin hubungan sosial dengan guru, teman baru di lingkungan sekolah, memiliki tujuan yang akan diraih di sekolah (misalnya mengetahui ekstra kurikuler di sekolah yang akan diikuti, minat jurursan yang akan dipilih). Selain itu, siswa juga membutuhkan kemampuan untuk memimpin diri sendiri dalam mencapai tujuannya dan dapat memimpin orang lain (terutama dalam berorganisasi maupun mengelola kegiatan akademik secara berkelompok). Kelas XI Motivasi berprestasi, kemauan belajar, mau bekerja keras: kemampuan ini diperlukan karena siswa di kelas XI telah dihadapkan pada tugas-tugas akademik yang lebih berat sehingga membutuhkan rasa ingin tahu, kemauan belajar dan kerja keras untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Etika (kejujuran, tanggung jawab, sopan santun, disiplin): menurut siswa kelas XI, etika merupakan hal yang wajib dimiliki oleh siswa dalam menuntut ilmu karena pada saat etika dipegang teguh, maka siswa akan merasa puas dengan prestasi yang diraih karena hasil jerih payah sendiri Kepercayaan diri dan mempunyai visi ke depan: Keyakinan terhadap kemampuan diri dan telah memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan yang akan diraih, terutama tentang jurusan yang dipilih. Kemampuan bekerja dalam tim, mampu mengorganisasi pekerjaan, memiliki jiwa kepemimpinan serta komunikasi lisan dan tertulis: atribut karakter ini dibutuhkan siswa agar siswa dapat berorganisasi dengan baik di sekolah. Menurut siswa, kegiatan berorganisasi ini menjadi penting karena siswa dapat memiliki pengalaman langsung tentang cara bekerja sama, memimpin dan berkomunikasi dengan baik. Kemampuan menyelesaikan persoalan dan kreatif: Menurut siswa, mereka seringkali dihadapkan pada persoalan-perosalan yang beragam (dengan teman, guru maupun orang tua), 13
mereka merasa kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga atribut ini menjadi sangat penting untuk dikembangkan. Apabila mereka gagal dalam menyelesaikan permasalahan tersebut dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Kelas XII 1. Motivasi berprestasi, kemauan dan kemandirian dalam belajar, berpikir kritis dan manajemen waktu : Menurut siswa XII, atribut ini menjadi penting karena mereka telah dihadapkan pada ujian nasional yang menuntut mereka lebih mandiri, mampu mengatur waktu dengan baik (misalnya : mengatur waktu bimbingan belajar, belajar mandiri, mengerjakan tugas sekolah, dll). 2. Etika: menurut siswa, kejujuran dalam mengerjakan ujian nasional dapat ditanamkan pada siswa sehingga mereka lebih siap untuk menghadapi ujian nasional berdasarkan kemampuan diri sendiri. 3. Kepercayaan diri dan mempunyai visi ke depan: siswa memiliki berharap telah memiliki gambaran tentang program lanjutan setelah SMA (melanjutkan kuliah atau bekerja). Menurut siswa, mereka berharap bisa menentukan secara lebih mandiri berdasarkan minat mereka. Apabila mereka yakin dengan pilihannya, maka mereka dapat mengkomunikasikan pada orang tua masing-masing. Pengetahuan siswa tentang pendidikan karakter Pendidikan karakter menurut siswa adalah sebagai berikut : 1) Pendidikan yang mengajarkan tentang cara berperilaku yang baik di sekolah maupun di rumah; 2) Pendidikan yang mengembangkan kepribadian siswa sehingga siswa dapat mengenal karakternya masingmasing dan cara mengembangkan karakter tersebut menjadi karakter yang baik dan matang (misalnya mudah bersosialisasi dengan orang lain); dan 3) Pendidikan yang lebih ‘manusiawi’, artinya tidak menggunakan model dengan hukuman pada siswa. Penilaian Siswa tentang Pelaksanaan Pendidikan Karakter di sekolah Pada umumnya semua siswa menyampaikan bahwa sekolah telah menerapkaan pendidikan karakter. Bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah bervariasi, diantaranya : pengembangan di organisasi kesiswaan, pengembangan minat dan bakat siswa, masa orientasi siswa, peringatan hari-hari besar agama (zakat, halal bihalal), program praktek kerja di dalam maupun luar sekolah, melalui pembelajaran mata pelajaran, walaupun siswa
14
menyampaikan tidak semua mata pelajaran diiringi dengan pendidikan karakter dan program bimbingan dan konseling Menurut siswa, koordinator pendidikan karakter di sekolah juga bervariasi, di antaranya : Waka kesiswaan, Waka kurikulum, Guru mata pelajaran dan Guru pembina OSIS. Manfaat Pendidikan Karakter yang Dirasakan Siswa Manfaat tersebut: 1) Mengetahui karakter masing-masing siswa dan orang lain; 2) Mengetahui karakter sekolah dalam mendidik muridnya; 3) Lebih meyakini usaha maksimal diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain (lebih mandiri); 4) Menjadi lebih bermutu dalam bersikap (Meningkatkan percaya diri, melatih etika, mempunyai visi dan lebih kreatif); 5) Lebih jujur dalam mengerjakan ujian; 6) Dapat memperbaiki karakter yang buruk dan mempertahankan karakter yang baik; dan 7) Lebih berani menghadapi masa depan karena memiliki prinsip hidup.
PEMBAHASAN Dinas Pendidikan memiliki peran penting dalam meregulasi pendidikan karakter di sekolah. Hal ini dilakukan melalui sosialisasi peraturan berkaitan dengan pendidikan karakter, memberikan pelatihan bagi pimpinan sekolah maupun guru serta melakukan pendampingan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Berdasarkan model sosialisasi Gosling (Mullins, 2011) sosialisasi merupakan proses pembentukan konsep tertentu dengan tujuan subyek yang disosialisasi memperoleh pengetahuan, keyakinan, keterampilan dan perilaku. Dinas Pendidikan telah melakukan sosialisasi tentang pendidikan karakter kepada sekolah di lingkungan kabupaten dalam berbagai bentuk program. Sekolah telah memiliki program pendidikan karakter yang bervariasi metode pelaksanaannya, baik melalui pembelajaran, kegiatan ekstra kurikuler maupun penciptaan budaya di sekolah. Sekolaah telah memprogramkan kegiatan pendidikan karakter baik yang bersifat berkala maupun insidental dengan melibatkan semua komponen di sekolah. Walaupun demikian, pelibatan siswa dalam proses pengembangan pendidikan karakter masih belum optimal. Hal ini menjadikan siswa memiliki pengetahuan dan keterlibatan yang beragam berkaitan dengan pendidikan karakter. Berdasarkan Theory of Reasoned Action, siswa sebenarnya memiliki penilaian tentang karakter-karakter yang ingin dikembangkan melalui program di sekolah namun kebutuhan ini belum dapat terkomunikasikan dengan baik pada sekolah. Hal ini mengakibatkan siswa memposisikan diri sebagai objek yang perlu mendapatkan pendidikan 15
karakter agar dapat berperilaku positif sesuai dengan aturan. Pendidikan karakter tersebut adalah peraturan dari sekolah namun belum menjadi kebutuhan siswa dan belum menjadi bagian dari norma yang berlaku di kalangan siswa. Intensi berperilaku yang mencerminkan karakter positif masih dirasakan belum optimal di kalangan siswa. Siswa telah berhasil mengindentifikasi atribut karakter yang ingin dikembangkan melalui program sekolah. Secara umum siswa membutuhkan 6 kekuatan karakter, yaitu: 1) Kebijaksanaan dan pengetahuan merupakan kekuatan kognitif yang menekankan pada perolehan dan penggunaan pengetahuan. Terdiri dari kreativitas, rasa ingin tahu, berpikir kritis, mencintai belajar dan memiliki cara pandang terhadap sesuatu; 2) Ketangguhan merupakaan kekuatan emosi yang meliputi kesediaan untuk mencapai tujuan dalam kondisi apapun baik dari internal maupun eksternal. Terdiri dari keberanian, ulet, jujur dan menyukai tantangan; 3) Kemanusiaan merupakan kekuatan interpersonal yang meliputi kesediaan membantu, menjalin hubungan baik dengan orang lain dan memiliki kecerdasan sosial; 4) Keadilan merupakan kekuatan untuk bekerja sama dalam suatu kelompok yang terdiri dari adil, kepemimpinan dan kerja sama; 5) Temperance merupakan kekuatan yang dapat menjaga seseorang dari perilaku anarki, terdiri dari kemampuan memaafkan, pengendalian diri, penuh pertimbangan dan rendah hati; 6) Transendensi merupakan kekuatan menjalin ikatan dengan yang Maha Kuasa. Terdiri dari memiliki harapan, mampu menghargai keindahan alam, karya manusia dalam berbagai aspek dan kemampuan mensyukuri dan mengambil hikmah dari berbagai kejadian. Masing-masing jenjang kelas memiliki penekanan yang berbeda. Kelas X menekankan kekuatan karakter yang ditujukan dalam konteks adaptasi lingkungan baru di sekolah dan memahami potensi belajarnya. Kelas XI membutuhkan kekuatan karakter yang akan digunakan ketika siswa harus membagi waktu antara kegiatan kesiswaan dan tugas-tugas akademik. Kelas XII membutuhkan kekuatan karakter yang akan digunakan ketika siswa akan menghadapi tugas-tugas akademik, ujian akhir serta perencanaan masa depan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Terdapat beberapa atribut karakter yang dapat dikembangkan dalam pendidikan karakter sesuai dengan jenjang kelas masingmasing. Kelas X : motivasi berprestasi, kemauan untuk belajar, bekerja keras, etika
16
(kejujuran, tanggung jawab, sopan santun dan kedisiplinan) kepercayaan diri, memiliki visi ke depan dan memiliki jiwa kepemimpinan, empati, menghargai orang lain dan kemampuan berargumen logis. Kelas XI : motivasi berprestasi, kemauan belajar, mau bekerja keras , etika (kejujuran, tanggung jawab, sopan santun, disiplin, kepercayaan diri dan mempunyai visi ke depan, kemampuan bekerja dalam tim, mampu mengorganisasi pekerjaan, memiliki jiwa kepemimpinan serta komunikasi lisan dan tertulis, kemampuan menyelesaikan persoalan dan kreatif. Kelas XII : motivasi berprestasi, kemauan dan kemandirian dalam belajar, berpikir kritis dan manajemen waktu, etika, kepercayaan diri dan mempunyai visi ke depan. Saran Berdasarkan hasil identifikasi atribut karakter yang telah dilakukan, disarankan agar sekolah dapat menindaklanjutinya dengan mengoperasionalisasikan kembali atribut tersebut dan disesuaikan dengan visi dan misi sekolah dalam mengembangkan pendidikan karakter. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah yang terintegrasi dalam pembelajaran, baik dalam penyusunan RPP, penggunaan metode yang lebih variatif (misalnya penggunaan multimedia), dan bentuk evaluasi terhadap pendidikan karakter pada siswa. Hendaknya Dinas Pendidikan Kabupaten Jember melakukan pemetaan terhadap kondisi sekolah di Kabupaten Jember. Kondisi yang dimaksud adalah rasio guru dan siswa, permasalahan yang dihadapi sekolah berkaitan dengan pengelolaan pendidikan karakter serta permasalahan siswa berkaitan dengan pendidikan karakter. Selain itu Dinas Pendidikan Kabupaten Jember juga melakukan pendampingan kepada sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter agar implementasi pendidikan karakter di sekolah sesuai dengan visi yang telah dicanangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.
PUSTAKA ACUAN Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional : Rekonstruksi dan Demokrasi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Covey, Stephen R. 1997. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Efektif. Binarupa Aksara. Jakarta. Durlak, JA., Weissberg, RP., Taylor, AB., Schellinger KB. 2011. The Impact of Enhancing Student’s Social and Emotional Learning : A Meta-Analysis of School-Based Universal Interventions. Child Development, January/February 2011, Volume 82, Number 1, Pages 405–432 Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosional : Mengapa EI lebih penting dari IQ. Cetakan kedelapan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
17
Khramtsova, Irina. 2008. Character Strengths in College: Outcomes of a Positive Psychology Project. Journal of College & Character Volume IX, No. 3, February. Leontopoulou, S. & Triliva, S. (2012). Explorations of subjective wellbeing and character strengths among a Greek University student sample. International Journal of Wellbeing, 2(3), 251-270. doi:10.5502/ijw.v2.i3.6 Mullins, JL. 2011. Character Education And 4-H Youth Development. Master's Theses. Paper 85.http://uknowledge.uky.edu/gradschool_theses/ Ogden, J. 2007. Health Psychology : a Text Book. Mc Graw Hill Company. Open University Press. Park, N & Peterson,C. 2003. Assessment Of Character Strengths Among Youth: The Values In Action Inventory Of Strengths For Youth. For Indicators Of Positive Development Conference. Poerwandari, E. Kristi. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Perfecta. LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta Singgih-Salim, Evita E & Sukadji, Soetarlinah. 2006. Sukses Belajar di Perguruan Tinggi. Cetakan Pertama. Panduan. Yogyakarta. Strange, C. Carney. 2004. Measuring Up: Defining and Assessing Outcomes of Character in College. New Directions For Institutional Research, No. 122,.Wiley Periodicals, Inc.
18