PENGALAMAN LANSIA DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI WILAYAH DKI JAKARTA (The Elderly’s Experience In Utilization of Health Services In Jakarta)
Eska Riyanti Kariman, Yeti Resnayati, Netty S Sofyan, dan Ni Made Riasmini Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email :
[email protected] ABSTRAK Kondisi sosial dan kesehatan lanjut usia (lansia) di Indonesia masih memprihatinkan. Berbagai permasalahan yang terjadi pada lansia berdampak pada berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi dan kesehatan. Pelayanan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman lansia dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas dan masyarakat. Desain yang digunakan adalah fenomenologi deskriptif dengan jumlah partisipan 10 lansia yang diperoleh dengan cara purposive sampling dilakukan di wilayah puskesmas Jakarta timur tahun 2012. Penelitian ini juga menggunakan trianggulasi sumber data dengan melakukan wawancara kepada tenaga kesehatan dan kader lansia. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan menggunakan tehnik Collaizi. Hasil penelitian teridentifikasi 10 tema yaitu : 1) perubahan fisik 2) perubahan psikologis, 3) perubahan sosial, 4) upaya untuk mengatasi perubahan fisik, 5) upaya untuk mengatasi perubahan psikologis, 6) upaya untuk mengatasi perubahan sosial, 7) sumber dukungan, 8) bentuk dukungan, 9) pelayanan kesehatan di puskesmas dan 10) pelayanan kesehatan di masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kebutuhan khusus lansia sehingga dapat didesain bentuk intervensi pemberdayaan lansia yang tepat. Kata kunci : dukungan sosial, fenomenologi, lansia, pemanfaatan pelayanan kesehatan
ABSTRACT Health and social condition of elderly in Indonesia are still of concern. The problem of ederly caused by aging process and risk factor of that condition may affected to all aspect of ederly life such social, economic and health status. Health care for elderly have a purpose to increased level of health and quality of elderly life. The goal of this study are to described elderly experience by using heath care in community and puskesmas. Design of study that used are descriptive fenomonology with in depth interview. The participant of study are 10 elderly that selected by purposive sampling method. This reseacrh also used trianggulation source of data by doing interview with kader lansia and community leader. The colleting data used interview record and field record that analyzed by Collaizi technique. The study result identifies 10 theme such :1) Physical change, 2) Psychological change, 3) Social change, 4) effort to overcome the physical changes, 5) effort to overcome the psychological changes, 6) effort to overcome the social changes, 7) source of support, 8) a form of support to elderly, 9) health care in Puskesmas and 10) health care in community. The results of this study are expected to provide information on the special needs of the elderly is designed so that it can form a proper intervention of elderly empowerment . Keyword : social support, fenomonology , elderly, the utilization of health services
141
142
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 141-156
Berbagai permasalahan yang terjadi
PENDAHULUAN Kondisi sosial dan kesehatan lansia di
pada lansia akan berdampak pada berbagai
Indonesia masih memprihatinkan. Jumlah
aspek kehidupan baik sosial, ekonomi dan
lansia terlantar sebesar 2,7 juta (15% dari
kesehatan karena semakin bertambahnya
jumlah total penduduk lansia), lansia
usia, maka fungsi organ tubuh akan
terlantar di perkotaan di Indonesia sebesar
semakin menurun baik karena faktor
13,4% yang tidak mendapatkan perawatan
alamiah maupun karena faktor risiko yang
dari keluarga dan masyarakat. Dari aspek
menyertai. Oleh karena itu, perlu disiapkan
kesehatan
ada
masa lansia sejak usia dini sehingga lansia
kecenderungan angka kesakitan lansia
bisa tetap sehat, produktif dan mandiri
mengalami peningkatan yaitu tahun 2003
(Depkes,
sebesar
http://www.depkes.go.id., 24 Juli 2009).
menunjukkan
28,48%
bahwa
meningkat
menjadi
2008,
Hasil
Boonyakawee (2006) menemukan sebesar
tentang pola pemberian perawatan pada
87% lansia mengalami ketidakmampuan
lansia,
akibat penyakit yang berdampak terhadap
menginginkan
dirawat
meningkatnya
perempuannya.
Lansia
kepada
keluarga.
ketidakmampuan persepsi
Lansia sering
yang buruk
lansia dengan
Laubunjong
dari
31,11% pada tahun 2007 (BPS, 2009).
ketergantungan
penelitian
diakses
menemukan
mendapat
mayoritas
perawatan,
oleh
(2008)
lansia anak
mengharapkan dicintai
serta
mempunyai
mendapat bantuan finansial dan pelayanan
tentang tingkat
kesehatan yang bisa dipenuhi oleh anak
kesehatannya dan menjadi ketergan tungan
mereka.
dalam kehidupannya (Inoue & Matsumoto,
Banyak
2001 dalam Zeleznik, 2007). Hasil studi
berkembang
tentang
dan
mengimplementasikan program maupun
yang dilaksanakan
kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial
Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006,
untuk lansia. Bahkan dukungan pelayanan
ditemukan
yang
kondisi
sosial
kesehatan lansia
penyakit
ekonomi
terbanyak
yang
diantara
diberikan
negara-negara
belum
pemerintah
optimal
kepada
diderita lansia adalah penyakit sendi
penduduk lansia masih minimal. Selain itu
(52,3%),
para lansia juga
hipertensi
(38,8%),
anemia
mendapatkan sedikit
(30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-
perhatian dibandingkan dengan kelompok
penyakit tersebut merupakan penyebab
usia lain maupun kelompok rawan lain
utama disabilitas pada lansia sehingga
seperti kelompok balita di masyarakat
menjadi beban bagi keluarga, masyarakat
(Suyono, 2006). Di Indonesia, kebijakan
maupun pemerintah.
dan program pemerintah yang menangani
143
Eska Riyanti Kariman: Pengalaman Lansia Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Dki Jakarta
permasalahan
lansia
dari
berbagai
departemen sudah ada, namun masih belum
menjangkau
pemberdayaan terintegrasi.
dasar
(puskesmas)
dan
tingkat
lanjutan(rumah sakit).
esensi
usaha
Penelitian kualitatif ini dilakukan di
yang
saling
wilayah DKI Jakarta, mengingat DKI
lansia Kebijakan
dan
program
Jakarta merupakan
kota Metropolitan
tersebut mencakup kesejahteraan sosial
dengan permasalahan kependudukan yang
dan jaminan sosial, sistem pelayanan
cukup
kesehatan,
dan
menemukan sebanyak 74,6% lansia di
masyarakat, kualitas hidup serta sarana
DKI Jakarta mengalami penyakit kronik
dan
dukungan
prasarana
keluarga
Handajani
(2005)
bagi
lansia.
dan tiga penyakit dengan prevalensi tinggi
merupakan
sistem
yaitu gangguan sendi (52,3%), tekanan
pendukung penting bagi lansia dalam
darah tinggi (38,8%) dan penyakit anemia
melakukan
(30,7%), sehingga diperlukan pelayanan
Dukungan
khusus
kompleks.
sosial
berbagai
aktivitas
kehidupannya, khususnya dukungan yang
kesehatan
diberikan
Pemerintah kini mendorong terbentuknya
oleh
keluarga
akan
berbasis
masyarakat.
meningkatkan perasaan aman, diterima
pelayanan penduduk lansia
berbasis
dan dihargai. Pelayanan kesehatan bagi
masyarakat
program
lansia
pendampingan dan perawatan sosial lansia
bertujuan
untuk
meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu kehidupan
di
lansia untuk mencapai masa tua yang
keluarga
bahagia
memberikan pelayanan kepada lansia di
dan
berdaya
guna
dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaannya.
kesehatan
dilaksanakan
peningkatan
penyuluhan
penyebarluasan
informasi
rumah
melalui
(home dan
care).
masyarakat
Diharapkan ikut
serta
dalam keluarga dan lingkungannya.
Pelayanan
Makna dari pengalaman lansia dalam
melalui
pemanfaatan pelayanan kesehatan perlu
dan
digali secara mendalam sehingga dapat
kesehatan,
diketahui
kebutuhan
yang
diperlukan
upaya penyembuhan dan pengembangan
lansia. Suatu penelitian kualitatif dengan
lembaga perawatan lansia yang menderita
metode fenomenologi deskriptif perlu
penyakit
dilakukan untuk menjawab pertanyaan
kronis
dan/atau
penyakit
terminal. Pelayanan kesehatan bagi lansia
penelitian tentang
dilaksanakan melalui beberapa jenjang
akibat bertambahnya usia, strategi koping
yaitu
untuk
pelayanan
kesehatan
ditingkat
masyarakat (posyandu lansia), tingkat
mengatasi
perubahan-perubahan
masalah,
bentuk
dukungan dari keluarga dan masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
144
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 141-156
dengan keluarga yang merawat yaitu
METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode
fenomenologi.
sebagai anak. Lama lansia tinggal dengan keluarga berkisar antara 1-10 tahun.
Metode
Setelah data dianalisis menggunakan
fenomenologi merupakan suatu investigasi
pendekatan Collaizi, ditemukan 10 tema
fenomena yang sangat mendalam, kritikal
sebagai hasil penelitian ini. Tema-tema
dan sistematik (Streubert & Carpenter,
tersebut
2003). Pada penelitian ini bertujuan untuk
penelitian.
mengeksplorasi lansia
dalam
fenomena
diuraikan
berdasarkan
tujuan
pengalaman
pemanfaatan
pelayanan
kesehatan di puskesmas dan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan dan Jakarta
Perubahan-perubahan
yang
terjadi
pada lansia Berdasarkan perubahan
hasil
yang
terjadi
penelitian pada
lansia
teridentifikasi pada tema 1 yaitu perubahan fisik, tema 2 yaitu perubahan psikologis
Barat. Penelitian ini dilakukan trianggulasi sumber
data
wawancara kesehatan
dengan
kepada dan
kader
melakukan
lansia,
petugas
lansia.
Jumlah
partisipan yaitu 10 orang lansia, 5 kader
dan tema 3 yaitu perubahan sosial. Perubahan fisik terkait dengan gangguan sistem
tubuh,
gangguan
tidur
dan
gangguan sensoris (gangguan penglihatan dan pendengaran). Perubahan psikologis yang dialami lansia seperti marah, kesal,
lansia dan 5 petugas kesehatan.
mudah tersinggung dan stres. Sedangkan perubahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Partisipan
dalam
penelitian
ini
berjumlah 10 lansia. Partisipan berasal dari 5 wilayah DKI Jakarta. Usia partisipan bervariasi dari usia 61 tahun sampai 70
aktifitas,
sosial
berupa
keterbatasan
interaksi
dan
berkurangnya
pendapatan. Perubahan fisik yang dialami lansia digambarkan oleh partisipan berikut :
tahun. Partisipan terdiri dari empat orang laki-laki dan enam orang perempuan. Tingkat
pendidikan
partisipan
Tinnggi. Partisipan berasal dari suku yang berbeda yaitu Sunda, Jawa, Betawi, Bima Gorontalo.
Hubungan
sakit...kalau
lagi
juga
bervariasi mulai dari SD sampai Perguruan
dan
“Kaki..,suka keram...”(P3)
partisipan
“Penyakit gula sejak tahun 97..nggak pernah ada perubahan...naik turun saja gulanya....”(P5)”Ada juga tekanan darah tinggi....makan tidak terkontrol...”(P1,P8)
145
Eska Riyanti Kariman: Pengalaman Lansia Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Dki Jakarta
“Kalau mag....suka kambuh-kambuhan itu mah....kalau mag...jangan terlalu banyak makan asem dibilang ya...sama sambal...suka kambuh sedikit...”(P9) Perubahan psikologis yang sering dialami partisipan seperti pernyataan berikut ini :
sering menunjukkan kerentanan karena faktor usia dan penyakit kronik multipel yang dialami. Kedua faktor tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam status fungsional, sehingga lansia rentan terhadap bahaya-bahaya lingkungan dan kehilangan
“Kalau anak disuruh nggak mau...kadang aku emosi marah gitu....”(P2,P10)“....stres mikirin anak, suami...gitu...banyak....”(P4, P6) Partisipan
berikut
mengungkapkan
kemandirian.
Hasil
Boonyakawee
(2006)
ketidakmampuan
fungsional
menunjukkan
sebesar
mengalami
perubahan sosial yang dialami :
penelitian
penyakit
tentang lansia,
87%
lansia
ketidakmampuan
akibat
yang
berdampak
terhadap
“.....cuman tenaga aja berkurang gitu...ya....”(P6) “...aku nggak terlalu dekat-dekat amat sama tetangga disini...kenal sih pasti ya...ketemu sekalisekali....”(P2)
meningkatnya
“Banyak susahnya....apalagi bapak nggak kerja.....nggak ada penghasilan....ngarepin dari anak...”(P4,P6)
kesehatan, sosial maupun ekonomi yang
pendapat
Lueckenott,
ini sesuai dengan (2000)
bahwa
perubahan fisik yang terjadi pada lansia mencakup perubahan yang terjadi pada sel, sistem persyarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit, sistem muskuloskeletal
dan
sistem
gastrointestinal. Perubahan tersebut dapat menurunkan daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya lansia terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Stanhope dan Lancaster (2004) mengungkapkan lansia
lansia
kepada keluarga. Perubahan psikologis yang dialami lansia kemungkinan besar akibat masalah
merupakan
stressor
menimbulkan Hasil penelitian
ketergantungan
sehingga
stres
dengan
dapat berbagai
manifestasinya. Grossman dan Lange, (2006) mengungkapkan bahwa perubahan psikologis yang dialami lansia akibat perubahan
produktifitas,
peran
dan
pekerjaan, perubahan dalam gaya hidup, perubahan ekonomi akibat penghentian jabatan,
meningkatnya
kesepian
akibat
biaya
hidup,
pengasingan
dari
lingkungan, kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga serta perubahan terhadap konsep diri dan citra tubuh. Perubahan
tersebut
mempengaruhi
adaptasi lansia terhadap proses menua. Secara
sosial
seseorang
yang
memasuki usia lanjut juga akan mengalami
146
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 141-156
perubahan-perubahan. Perubahan ini akan
tema 4 yaitu upaya untuk mengatasi
lebih
perubahan fisik melalui penggunaan obat
terasa
bagi
seseorang
yang
menduduki jabatan atau pekerjaan formal.
simptomatis
Mereka akan merasa kehilangan semua
pengaturan diit makanan, penggunaan
perlakuan yang selama ini didapatkannya
terapi komplementer dan aktivitas fisik.
seperti
Tema 5 yaitu upaya untuk mengatasi
dihormati,
diperhatikan
dan
dan
obat
tradisional,
diperlukan dengan baik. Bagi orang-orang
perubahan
yang tidak mempunyai waktu atau tidak
menggunakan koping adaptif yaitu dengan
merasa perlu untuk bergaul di luar
lebih sabar, berusaha mengontrol emosi,
lingkungan
perasaan
pengalihan aktifitas dan rekreasi serta
kehilangan ini akan berdampak pada
koping maladaptif yaitu berteriak, diam,
semangatnya,
suasana
dan
menahan rasa marah, marah-marah sendiri
kesehatannya.
Memasuki
lanjut
dan menangis. Sedangkan tema 6 yaitu
mungkin sekali akan berdampak kepada
upaya untuk mengatasi perubahan sosial,
penghasilan. Hal ini sesuai dengan hasil
dengan
penelitian
kegiatan keagamaan dan silaturahmi.
pekerjaannya,
dimana
perubahan
hatinya usia
lansia
mengalami
pendapatan
dengan
berkurangnya pendapatan akibat pensiun
psikologis
melakukan
dengan
kegiatan
sosial,
Partisipan berikut mengungkapkan cara mengatasi perubahan fisik :
dan ketidakmampuannya mencari nafkah karena kondisi fisiknya yang menurun. Minat untak mengadakan sosialisasi pada lansia juga mulai berkurang, hal ini sesuai
“Minum obat tekanan darah tinggi dari dokter.... tapi tidak rutin.... waktu tekanan darah tinggi aja....”(P1)“Suka minum jamu remasil... kalau sakit...ya beli aja diwarung...(P9)
dengan hasil penelitian dimana lansia mengalami perubahan aktifitas dengan berkurangnya aktifitas dan berkurangnya interaksi
dengan
lingkungannya.
orang Kondisi
lain
di
tersebut
menimbulkan social disengagement atau
“Kadang aku terajam gitu... diurut pakai batu giok..., pernah juga tusuk jarum untuk ngatasin pegal-pegal......”(P2) “...yang dilarang itu makan daging kambing.... ayam negeri, kangkung, bayam.... toge.. sayur bening aja,..banyak minumnya air putih....”(P9)
keterpisahan dengan masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
“....saya jalan pagi setiap hari 1 jam...biar sehat...”(P5)
perubahan Hasil
penelitian
menggambarkan
bahwa upaya yang digunakan lansia untuk mengatasi masalah teridentifikasi dari
Cara
mengatasi
perubahan
psikologis
diungkapkan oleh partisipan berikut :
147
Eska Riyanti Kariman: Pengalaman Lansia Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Dki Jakarta
“......paling sholat.. sering cerita sama teman-teman penga jian....”(P2)
keadaan penyakit. Pengaturan makanan
“Saya suka berkebun... yah tanaman rumah...ngilangin stres....”(P6)
tertentu akibat penyakit yang diderita
“....nonton TV gitu ngerasa sepi...”(P7)
lansia.
aja...biar
nggak
dengan melakukan pantangan makanan
merupakan tindakan tepat yang dilakukan Akan
tetapi
makanan
yang
dikonsumsi harus mengandung zat gizi
“Suka jalan saya buk.... dari pagi jalan... pulang-pulang jam 3 sore.... sesudah itu rasanya tenang pikirannya.....”(P10)
dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Konsumsi makanan yang
“....udah aja.. diem... daripada marahmarah kedengaran orang...”(P3,P4)
cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lansia untuk mencegah atau mengurangi
Upaya untuk mengatasi perubahan sosial terungkap melalui pernyataan partisipan berikut : “...paling ngaji di Majelis Taqlim.. biasanya seminggu 2 kali...”(P3) “Saya dengar masjid...”(P8)
ceramah
saja...
di
Penggunaan obat-obatan pada lansia
dengan
kekurangan gizi (Kemenkes, 2010). Koping adaptif membantu individu untuk mengatasi peristiwa stres secara efektif atau meminimalkan tekanan yang terkait dengan peristiwa stres. Lansia
“Yah...saya mengunjungi mereka .....kadang 1 bulan atau 2 bulan sekali.... kadang anak yang nengok ibu...”( P1,P4)
seyogyanya
kemungkinan penyakit degeneratif atau
sesuai
dengan
kebutuhan
mempertimbangkan
menggunakan
koping
adaptif
melalui
kontrol diri dengan bersikap lebih sabar, dan mengendalikan emosi. Kontrol diri dapat mencegah kepanikan dan tindakan yang
merugikan
dalam
situasi
yang
adanya
mengancam dan merupakan respon yang
perubahan fisiologis pada organ dan sistem
sangat membantu untuk mendapatkan
tubuh yang berpengaruh kepada respon
kekuatan
tubuh terhadap obat tersebut. Demikian
Pengalihan aktivitas dengan
juga penggunaan sendiri obat tradisional
TV,
untuk penyakit tertentu, hanya terbatas
aktifitas yang dilakukan partisipan untuk
pada kondisi yang ringan atau hanya
mengurangi stres dan kesepian yang
sebagai obat penunjang. Kontrol rutin ke
dialami. Lansia harus dapat beradaptasi
pelayanan kesehatan harus tetap dilakukan
dengan
meskipun kondisi kesehatannya dirasakan
terhadap kehilangan, penerimaan terhadap
sudah membaik, karena keluhan yang
kehidupan saat ini (Levy, et.al., 2002
dirasakan
dalam
tidak
selalu
sama
dengan
diri
membaca,
(Kozier,
et.al.,
menonton
berkebun
perubahan
Zeleznik,
fisik,
2004).
merupakan
penyesuaian
2007).
Lansia
148
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 141-156
menggunakan koping maladaptif yaitu
perlu untuk dilanjutkan. Walaupun dengan
diam, menangis, kadang marah-marah
berbagai
sendiri
perubahan
didukung agar dapat mempertahankan
psikologis. Menurut Kozier, et.al., (2004),
aktivitasnya karena kualitas hubungan
koping maladaptif dapat menimbulkan
sangat penting dalam menentukan arti
tekanan bagi individu dan orang lain yang
kehidupan
terkait dengan individu atau peristiwa stres
kesehatan (Grossman & Lange, 2006).
untuk
mengatasi
keterbatasan,
yang
lansia
berhubungan
tetap
dengan
yang dialami individu. Berdasarkan
hasil
penelitian
ditemukan
bahwa
untuk
mengatasi
perubahan
sosial,
lansia
melakukan
kegiatan sosial di masyarakat, kegiatan keagamaan
dan
silaturahmi
dengan
mengunjungi anggota keluarga atau teman. Kegiatan tersebut bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan seharihari secara teratur, mengembangkan hobi, menjalin silaturahmi, memberi kesempatan menjalankan
ibadah
dengan
baik,
melakukan kegiatan sosial di masyarakat, dan
mengurangi
kesepian
sehingga
perubahan yang terjadi akibat proses menua tidak terlalu dirasakan sebagai penghambat
dalam
menjalani
kehidupannya.
Budihardja
berbagai
penyakit
dengan
tetap
berperan aktif dalam kehidupan dan memelihara fungsi fisik dan kognitif yang tinggi.
Aktifitas
berfokus keagamaan,
pada
lansia lebih banyak kegiatan
mereka
Hasil
penelitian
menggambarkan
bahwa dukungan yang diperoleh lansia teridentifikasi dari tema 7 yaitu jenis dukungan berupa dukungan emosional, instrumental
dan finansial; dan tema 8
yaitu sumber dukungan
dari keluarga,
teman dan masyarakat. Lansia
mengungkapkan
adanya
perhatian dari anak dengan menanyakan kondisinya, menengok, dan merawatnya, seperti yang diungkapkan oleh partisipan berikut : “Anak sih tetap ngurusin orangtua... yang jauh juga paling telpon.... biasanya seminggu sekali datang kesini... nengok.....”(P3,P4,P9)
(2008)
mengatakan bahwa lansia akan tercegah dari
Dukungan yang diperoleh lansia
spiritual
mengharapkan
ketenangan suasana di hari tua mereka. Tentu saja hal ini sangatlah positif dan
Dukungan instrumental yang diperoleh lansia
berupa makanan, pakaian seperti
yang diungkapkan partisipan berikut : “Ya… anak-anak mak merhatiin… .suka datang…. tanya mak maunya apa? mau kue biscuit..apa mau buah… tiap minggu dibawain…” (P10
149
Eska Riyanti Kariman: Pengalaman Lansia Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Dki Jakarta
Sedangkan dukungan finansial diperoleh lansia
yang
berupa uangn seperti
yang diungkapkan partisipan berikut :
mengalami berbagai masalah kesehatan akibat
proses
menua
yang
dialami.
Dukungan instrumental seperti pemberian barang, makanan kepada lansia, sedangkan
“Ya… pemikiran anak-anak untuk orangtua…. untuk biaya bapak kontrol ke rumah sakit…. perlu dukungan keuangan dari anak-anaknya” (P3) “Saya diberi uang tiap bulan... ibunya diberi tiap bulan untuk saya gitu.... semua sih dari anak saya... mereka juga membelikan pakaian kalau dilihat saya nggak punya.... dikasih sama anak...”(P4,P6,P9)
dukungan finansial berupa bantuan dana yang
diberikan
memenuhi
kepada
kebutuhan
lansia
untuk
sehari-hari
dan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Dukungan tersebut sangat bermanfaat bagi lansia dalam memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan finansial. Hal ini sesuai dengan pendapat Cohen dan Wills,
Dukungan dari teman dan masyarakat
(1985) dalam Kaufman, (2010) bahwa
sekitar juga diterima oleh lansia seperti
dukungan
ungkapan partisipan berikut :
kesehatan dan kesejahteraan individu serta
sosial
bermanfaat
bagi
dapat melindungi individu dari situasi “....temen pengajianku orangnya kaya tapi rasa sosialnya tinggi..... waktu lebaran aku dikasih uanga... terus aku bagi-bagiin juga ke anak yatim...”(P2) “Saya rasa sih dukungan mereka...kalau ada sakit parah... mereka sih datang menengok.... cuman itu saja sih...”(P6)
yang
membahayakan
serta
kejadian
kehidupan yang penuh dengan stres. Konsekuensi positif dari dukungan sosial adalah perilaku peningkatan kesehatan, kompetensi personal, koping, perasaan sejahtera, penurunan ansietas dan depresi
Menurut dukungan informasi, dukungan
Arpact dapat
(2008),
berupa
dukungan
jenis
dukungan instrumental,
emosional,
dukungan
penghargaan dan integrasi sosial. Hasil penelitian ditemukan hanya empat jenis dukungan yang diterima lansia dukungan
emosional,
yaitu
penghargaan,
instrumental dan finansial.
Dukungan
afektif berupa perhatian yang diberikan dan menengok lansia ketika sakit serta lebih perduli terhadap kondisi lansia yang
(Langford, et.al., 1997 dalam Peterson & Bredow, 2004). Dukungan sosial merupakan sistem pendukung penting bagi lansia dalam melakukan
berbagai
aktivitas
kehidupannya, khususnya dukungan yang diberikan
oleh
keluarga
akan
meningkatkan perasaan aman, diterima dan dihargai serta mengurangi kesepian. Hasil
penelitian
ditemukan
sumber
dukungan yang diterima lansia adalah dari keluarga,
teman
dan
tetangga
atau
150
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 141-156
masyarakat.
Hal
ini
sesuai
dengan
kesehatan, rujukan kasus dan senam lansia.
pendapat Kaufman dan Kosberg (2010)
Sedangkan pelayanan yang diberikan oleh
mengungkapkan bahwa dukungan sosial
kader di masyarakat berupa penyuluhan
informal
kesehatan, pemberian makanan tambahan,
merupakan
diberikan
oleh
masyarakat
sekitar
bantuan
keluarga,
yang teman,
didasarkan
rekreasi, perlombaan dan senam lansia.
pada
Salah satu partisipan mengatakan
perhatian dan tanggung jawab personal
pelayanan
kepada orang yang membutuhkan bantuan.
terjangkau sesuai kemampuannya, seperti
Dukungan sosial dari keluarga dan teman
pernyataan partisipan berikut :
dapat
meningkatkan
kesehatan
dukungan nyata dan dukungan emosional. Keluarga merupakan sumber pendukung bagi
lansia
di
masyarakat.
Efektifitas dukungan keluarga merupakan komponen kunci terhadap kesejahteraan lansia. Hal ini selaras dengan hasil penelitian
Okabayashi,
et.al.
komitmen anak dalam mendukung orang tua yang lanjut usia, bahwa dukungan sosial dan emosional yang diberikan anak sangat penting bagi lansia. Dukungan dari anak kepada lansia dikaitkan dengan kesehatan mental lansia yang positif.
yang
dimanfaatkan lansia teridentifikasi dari tema 9 yaitu pelayanan di puskesmas dan tema 10 yaitu pelayanan di masyarakat seperti posyandu lansia. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan berupa penyuluhan
kesehatan,
Partisipan
juga
menharapkan
pelayanan
khusus
puskesmas
yang
terpisah
dengan
pelayanan
untuk
umum,
seperti
untuk
ada
lansia
di
diungkapkan oleh partisipan berikut : “Kalau bisa sih ada pelayanan khusus untuk usia lanjut.... soalnya di puskesmas kan penuh pasiennya... kalau dipisahkan saya rasa lebih bagus.... mereka juga jadi ramah sama kita....”(P1,P6) “Kalau lagi sakit pinginnya dilayani cepat..... kalau bisa sih ada yang melayani khusus untuk kita yang sudah tua begini....(P7) Kebutuhan akan pelayanan yang bagus
Pemanfaatan pelayanan kesehatan kesehatan
“Terjangkaulah biayanya.... kan suami saya kagak kerja... nggak dapat pensiun.... ngarepin dari anak doang...”(P4)
(2004),
berdasarkan karakteristik budaya melalui
Pelayanan
biaya
lansia
melalui berbagai mekanisme termasuk
utama
di puskesmas dengan
pemeriksaan
dengan petugas kesehatannya yang ramah dan
sopan
juga
partisipan berikut :
diungkapkan
oleh
Eska Riyanti Kariman: Pengalaman Lansia Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Dki Jakarta
151
“Yang lebih baik lagi.... petugasnya ramah melayani orang tua..... sopan.... cepat... .jadi nggak usah lama-lama di puskesmas... namanya juga udah tua kalau nunggu lama kan nggak betah.....”(P7,P8,P9)
“Ya…kalau nggak ada duit nggak berobat….maunya dikunjungin kerumah sama petugasnya....”(P5)
Bentuk
lansia baik secara individual maupun
pelayanan
kesehatan
yang
Petugas kesehatan mengungkapkan bahwa penyuluhan kesehatan diberikan kepada
diberikan berupa penyuluhan kesehatan
kelompok,
seperti
terkait dengan masalah kesehatan yang
partisipan berikut :
yang
diungkapkan
dialami lansia, seperti ungkapan partisipan berikut : “....jadi tahu cara mengatasi tekanan darah tinggi...biar nggak sering kumat gitu…”(P2) “Paling untuk penyakit gula itu....saya sudah pernah dengar di puskesmas....”(P5)“Cara ngatasin supaya jangan cepat kambuh maagnya....”(P9)“Penyuluhan masalah asam urat...tangan dan kaki kan suka keram…” (P10) Partisipan
juga
kesehatan
memberikan
melakukan pengobatan
mengatakan
aktivitas, yang
petugas
nasehat
agar
disamping
dibutuhkan,
“Biasanya penyuluhan diberikan sesudah senam.....ada sih penyuluhan secara individu biasanya diberikan saat posyandu lansia” (P2) Partisipan berikut mengungkapkan bahwa pemeriksaan
kesehatan
untuk
lansia
dilakukan di posyandu lansia setiap bulan : “Pemeriksaan rutin ya... pengukuran berat badan dan tekanan darah....ada juga pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam urat....”(P2) Umumnya senam untuk lansia dilakukan 2 kali seminggu, seperti diungkapkan oleh partisipan berikut :
seperti
pernyataan berikut :
“Ada senam jantung sehat setiap selasa dan kamis....”(P8)
“...Kalau ke puskesmas dibilangin sama petugas biar saya nggak tidur aja… tapi jalan biar sehat….” (P7)
Jika lansia mengalami penyakit yang cukup berat, ditemukan saat dilakukan
“Dapat masukan…makan obatnya bagaimana….biar cepat sembuh...” (P1)
posyandu lansia, maka petugas kesehatan merujuk lansia ke puskesmas, seperti
Salah satu partisipan mengharapkan petugas kesehatan mengunjungi lansia ke rumah, seperti pernyataan partisipan berikut :
ungkapan partisipan berikut :
152
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 141-156
“Kalau ada lansia tekanan darahnya tinggi atau punya masalah kesehatan....dianjurkan berobat ke puskesmas kelurahan atau kecataman....banyak juga yang punya dokter pribadi.....”(P10)
Taqlim....kan pada ngumpul lansianya.....”(P4)“Kadang pergi ramerame ke tempat rekreasi....ada penginapan punya warga yang kaya di puncak....ya kadang kita nginep disana.....”(P2) Perlombaan
Kader lansia yang aktif dalam kegiatan posyandu lansia mengungkapkan bahwa penyuluhan kesehatan
yang diberikan
kepada lansia waktunya tidak tentu karena
antar
lansia
di
tingkat
kecamatan secara rutin dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan. Berbagai macam lomba yang diikuti lansia, diungkapkan oleh partisipan berikut :
belum semua kader mampu melakukan penyuluhan,
penyuluhan
seringkali
diberikan oleh petugas kesehatan sesudah senam lansia, seperti ungkapan partisipan berikut : “ Penyuluhan ya jarang... biasanya ya petugas dari puskesmas yang ngasih.....biasanya yang rutin nimbang....”(P6)
“Sering sih ikut lomba di tingkat kecamatan kayak lomba nyanyi keroncong...kita pernah dapat juara 3...”(P2)“Lomba-lomba untuk lansia ada baca puisi.....kata berantai.....lomba penyuluhan.....biasanya di tingkat kecamatan....”(P3) Hasil
penelitian
menggambarkan
bahwa mayoritas lansia memanfaatkan pelayanan puskesmas untuk mengatasi
“Biasanya kita sama lansia senam dulu....senamnya 2 kali seminggu......habis senam dikasih penyuluhan sama petugas puskesmasnya....(P5)
masalah
kesehatannya
karena
biaya
terjangkau, dan mudah dijangkau karena dekat dengan tempat tinggalnya. Akan
Umumnya di posyandu lansia dilakukan
tetapi pelayanan di puskesmas belum ada
pemberian makanan tambahan (PMT) ke
pelayanan khusus untuk lansia sehingga
pada lansia, seperti pernyataan berikut :
lansia harus mengantri sama dengan masyarakat umum. Hal ini tidak sesuai
“....biasanya sih snack......itu juga dananya swadaya masayarakat...kadang ada bantuan dari RW....”(P1) Kader berikut mengatakan ada kegiatan rekreasi berupa arisan kelompok lansia pada saat kegiatan Majelis Taqlim dan pergi ke tempat-tempat rekreasi.
dengan program pemerintah dimana saat ini sedang digalakkan puskesmas santun lansia yang melakukan pelayanan kepada lansia
dengan
mengutamakan
aspek
promotif dan preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara pro-aktif, baik dan sopan serta memberi kemudahan
“Arisan sih biasanya tiap bulan.... berbarengan dengan kegiatan Majelis
dan dukungan pada lansia (Kemenkes, 2010). Lansia mengharapkan memperoleh
153
Eska Riyanti Kariman: Pengalaman Lansia Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Dki Jakarta
pelayanan cepat serta sikap pemberi
akan tetapi belum tersedia di setiap RW
pelayanan
sehingga
yang
ramah.
Kemudahan
belum
semua
lansia
bisa
pelayanan kepada lansia dapat diberikan
menjangkau pelayanan tersebut. Lansia
puskesmas
pendaftaran
mengungkapkan bahwa bentuk pelayanan
tersendiri, ruang pemeriksaan/konseling
kesehatan yang tersedia di posyandu lansia
yang terpisah dengan kelompok umur yang
berupa
lain (Kemenkes, 2010). Bentuk pelayanan
pemeriksaan kesehatan dan senam lansia.
yang diterima lansia di puskesmas yaitu
Hasil wawancara dengan kader lansia
penyuluhan
bahwa pelayanan
melalui
loket
kesehatan,
kesehatan,
pengobatan,
pemantauan
kesehatan.
pemeriksaan rujukan
dan
kesehatan,
yang dilakukan di
posyandu lansia sudah bervariasi yaitu penyuluhan
kesehatan,
kesehatan belum dilaksanakan secara rutin
pemeriksaan
kesehatan, pengembangan
padahal
mengharapkan
hobi, perlombaan dan kegiatan rekreasi.
informasi kesehatan yang dapat diterima
Akan tetapi hambatannya bahwa dana
terkait dengan masalah kesehatan yang
untuk pelaksanaan program lansia sangat
dialami. Salah satu kegiatan yang dapat
terbatas sehingga tidak semua kegiatan
dilakukan di puskesmas yaitu kegiatan
dapat terlaksana dengan baik.
lansia
sangat
Penyuluhan
penyuluhan
pelayanan yang berbentuk upaya promotif
senam
lansia,
Lansia merasakan manfaat adanya
melalui penyuluhan tentang perilaku hidup
posyandu
sehat,
lansia,
masyarakat
pengetahuan tentang proses degeneratif,
mempunyai
upaya meningkatkan kesegaran jasmani
menjangkau
dan upaya lain yang dapat memelihara
disamping itu, jika berkumpul dengan
kemandirian
sesama lansia dapat memberikan perasaan
pengetahuan
dan
gizi
produktivitas
lansia
(Kemenkes, 2010)
lansia
yaitu
khususnya
membantu lansia
keterbatasan pelayanan
yang untuk
puskesmas,
senang, bisa saling berbagi, mencegah
Pelayanan kesehatan yang berada di
kepikunan dan mengurangi kesepian. Akan
lingkungan masyarakat seperti posyandu
tetapi belum semua lansia memanfaatkan
lansia sangat bermanfaat bagi lansia
posyandu secara optimal karena kurang
karena mudah dijangkau dengan kondisi
kemauan
lansia
Berdasarkan
yang
Berdasarkan
mengalami hasil
keterbatasan.
wawancara
dengan
dan
keterbatasan
hasil
wawancara
waktu. dengan
kader lansia bahwa kunjungan lansia ke
kader lansia dan tokoh masyarakat bahwa
posyandu
posyandu
di
kurangnya kemauan, terkadang lansia
masyarakat khususnya di tiap kelurahan,
harus dijemput ke rumahnya jika ada
lansia
sudah
tersedia
kurang
optimal
karena
154
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 141-156
kegiatan
posyandu
padahal
kegiatan
puskesmas karena biayanya terjangkau dan
tersebut setiap bulan sudah diinformasikan
mudah di akses oleh lansia. Pemanfaatan
kepada lansia. Hal ini sesuai dengan hasil
posyandu lansia masih belum optimal
penelitian yang dilakukan oleh Wahono
karena
(2010) ditemukan rerata kunjungan lansia
keterbatasan
ke posyandu masih rendah yaitu sebesar
penggerakan masyarakat oleh kader lansia
38,91% dengan alasan karena kondisi
sudah dilakukan secara optimal.
lansia yang sedang sakit dan tidak ada keluarga
yang
mengantar
posyandu.
Oleh
karena
diperlukan
pemberdayaan
lansia itu lansia
kurangnya
kemauan
waktu
Berdasarkan
lansia
hasil
walaupun
penelitian
ini
ke
diharapkan penerapan kebijakan pelayanan
sangat
kesehatan melalui puskesmas santun lansia
dan
perlu
dioptimalkan
mengingat
keluarga sehingga pelayanan posyandu di
meningkatnya
masyarakat dapat dimanfaatkan oleh lansia
pelayanan
secara optimal.
kebutuhan
serta
sesuai
keterbatasan
lansia.
Demikian
SIMPULAN
kebutuhan
cepat
dan
lansia
sesuai
akan dengan dengan juga
pengembangan posyandu lansia di setiap
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang dialami lansia berupa perubahan fisik berupa gangguan sistem tubuh, perubahan psikologis berupa gangguan psikologis dan perubahan sosial berupa
dan
perubahan
aktivitas
dan
pendapatan. Lansia memperoleh dukungan dari anggota keluarga, teman maupun masyarakat sekitar
yang merupakan
dukungan informal dan bentuk dukungan
RW di seluruh wilayah DKI Jakarta sebagai upaya mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dengan kegiatan yang lebih bervariasi yang dapat menarik minat lansia
untuk
datang
ke
posyandu.
Pemberdayaan lansia juga sangat penting dilakukan
melalui
pengembangan
kelompok lansia (self help group) yang merupakan
suatu
alternatif
intervensi
dalam pelayanan keperawatan kepada lansia di masyarakat.
yang diperoleh berupa dukungan afektif yaitu perhatian, ditengok dan dirawat jika
DAFTAR RUJUKAN
sakit,
Arpact, F. 2008. A Study into the Quality of Life of the Elderly Living at the Rest Homesin Turkey. Pakistan Jour nal of Sosial Science, 5 (1), 76-81.
dukungan
instrumental
dan
dukungan finansial. Lansia memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dan di masyarakat
untuk
mengatasi
masalah
kesehatannya. Pemanfaatan pelayanan di
Eska Riyanti Kariman: Pengalaman Lansia Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Dki Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Indonesia. Jakarta. Boonyakawee, C. 2006. The Functional Disability of the Elderly in Tambon Krabi-Noi Muang Dis trict Krabi Province. Thesis. Degree of Master of Public Health Program in Health System Development. Chulalongkorn University.
Creswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications. Departemen Kesehatan RI. 2008. Jumlah Penduduk Lansia Meningkat. (online) (http://www.depkes.go.id.). diakses tanggal 24 September 2009. Grossman, S., & Lange, J. 2006. Theories of Aging as Basis for Assessment. (online). (findarticle.com/p/article). diakses tanggal 7 September 2010. Handayani, Y.S. 2005. Penyakit Kronis pada Masyarakat Lansia Dihubungkan dengan Perilakunya di DKI Jakarta. Majalah Kesehatan perkotaan, Vol. 12, No. 2. Desember 2005. Kaufman, A.V., & Kosberg, J.I. 2010. Sosial Support, Caregiver Burden & Life Satisfaction in a Sample of Rural African American and White Caregiver of Older Persons with Dementia. Journal of Gerontological Sosial Work, 53, 251-269. Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.
155
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi petugas Kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Komunitas, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan. Jakarta
________________________. 2010. Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Komunitas, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan. Jakarta ________________________.2010. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Lanjut Usia. Direktorat Bina Kesehatan Komunitas, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan. Jakarta Kozier, et.al., 2004. Fundamental of Nursing : Concept, Process and Practice. 7th ed. Upper Saddle River : Pearson Education, Inc. Laubunjong, et.al. 2008. The Pattern of Caregiving to the Elderly by Their Families in Rural Communities of Suratthani Province. ABAC Journal, Vol.28,No.2,64-74. Lueckenotte, A.G. 2000. Gerontologic Nursing. 3rd ed. St. Louis : Mosby Elsevier. Peterson, S.J., & Brewdow, T.S. 2004. Middle Range Theories : Application to Nursing Research. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 141-156
Polit, D. F., & Beck,C.T. 2008. Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Stanhope, M., & Lancaster, J. 2004. Community and Public Health Nursing. 6th ed. St. Louis : Mosby. Streuebert, H. J., & Carpenter, D. R. 2003. Qualitative Research in Nursing : Advancing Humanistic Imperative. (3rd ed). Philadelphia: Lippincott.
156 Suyono, H. 2006. Mengantisipasi Lansia di Kota Besar. (Online). (http://www.haryono.com) .diakses tanggal 24 September 2009. Wahono, H. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Zeleznik, D. 2007. Self Care of the Home Dwelling Elderly People Living in Slovenia. Academic Dissertation. Faculty of Medicine of the University of Oulu.