PENGALAMAN IBU DALAM MENANGANI ANAK TERSEDAK PADA USIA TODDLER DI POSYANDU DUSUN KALONGAN PAPAHAN TASIKMADU
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : VIVI KRIS ROHMAWATI NIM. S11047
PROGRAM STUDI S S-1 1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGALAMAN IBU DALAM MENANGANI ANAK TERSEDAK PADA USIA TODDLER DI POSYANDU DUSUN KALONGAN PAPAHAN TASIKMADU
Oleh : VIVI KRIS ROHMAWATI NIM. S11047
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Anissa Cindy Nurul Afni S.kep,.Ns,.M.Kep NIK.201188087
Wahyuningsih safitri S.Kep,.Ns,.M.Kep NIK.201279102
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Vivi Kris Rohmawati Nim
: S.11047
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta
maupun
diperguruan tinggi lain. 2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain,kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim Penguji. 3. Dalam karya tulis initidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.
Surakarta, 10 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
Vivi Kris Rohmawati NIM.S11047
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atasrahmat dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi denganjudul “Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia Toddler di Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu” Dalam penyusunanskripsi ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagaipihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih danpenghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Ketua program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi. 4. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses penyusunan skripsi. 5. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Penguji yang telah memberikan bimbingannya. 6. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
iv
7. Ibu Santi selaku Bidan Desa di Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu yang telah bersedia memberi izin agar institusinya dijadikan tempat penelitian. 8. Orang tua ku tercinta Bapak Suyatno, Ibu Sri suryani dan keluarga Bapak Suparno serta adik – adik ku, yang selalu tak henti – hentinya mendoakan dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis. 9. Octavian Muhammad Sakti yang selalu senantiasa memberikan semangat sehingga skripsi ini bisa selesai. 10. Didik Pamungkas, Merlyn Gischa Sofyana, Novita Chrussiawati, dan Teman-teman angkatan 2011 / S11 tersayang, yang saling mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini. Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT . Selanjutnya peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan.
Surakarta, 10 Agustus 2015
Vivi Kris Rohmawati NIM.S11047
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN...............................................................................
iii
KATA PENGHANTAR ...............................................................................
iv
DAFTAR ISI .................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
ABSTRAK .....................................................................................................
xi
ABSTRACT ...................................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
6
2.1 Tinjauan Teori .......................................................................
6
2.1.1 Pengalaman.................................................................
6
2.1.2 Pengetahuan ...............................................................
6
2.1.3 Perilaku ......................................................................
12
2.1.4 Fase Toddler ..............................................................
13
2.1.5 Tersedak ......................................................................
14
2.2 Kerangka Teori .......................................................................
23
2.3 Fokus Penelitian .....................................................................
24
2.4 Keaslian Penelitian .................................................................
25
BAB III METODOLOGI ............................................................................
26
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian ............................................
26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
27
3.3 Populasi dan Sampel ..............................................................
27
BAB II
vi
3.4 Instrumen dan Pengumpulan Data..........................................
28
3.5 Analisa Data ...........................................................................
31
3.6 Keabsahan Data ......................................................................
32
3.7 Etika Penelitian ......................................................................
34
BAB IV HASIL PENELITIAN .....................................................................
35
4.1 Karakteristik Partisipan ..........................................................
35
4.2 Tema Hasil Penelitian..............................................................
36
BAB V PEMBAHASAN ..............................................................................
43
5.1 Pengetahuan Ibu
Tentang Anak Tersedak pada Usia
Toddler ...................................................................................
43
5.1.1 Kegawatan respirasi .....................................................
43
5.1.2 Penyebab tersedak .......................................................
45
5.2 Pengalaman Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler ............................................................................
47
5.2.1 Faktor resiko terjadi tersedak ........................................
47
5.2.2 Penanganan tersedak .....................................................
49
5.2.3 Lokasi kejadian tersedak ...............................................
50
5.3 Tindakan yang Dilakukan Ibu untuk Pencegahan Agar Tidak Tersedak pada Anak Usia Toddler ................................
51
5.3.1 Pencegahan tersedak .....................................................
51
5.4 Respon Psikologi Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler ....................................................................
52
5.4.1 Reaksi psikologis orangtua ............................................
52
5.4.2 Respon anak saat kejadian tersedak ..............................
54
BAB VI PENUTUP .......................................................................................
57
6.1 Kesimpulan .............................................................................
57
6.2 Saran .......................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 1.1 4.1
Judul Tabel
Halaman
Keaslian Penelitian
25
Karakteristik Partisipan
35
viii
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar
Keterangan
Halaman
2.1
Menekan diatas pusar
19
2.2
Buka jalan nafas
20
2.3
Memberikan bantuan pernafasan
21
2.4
Hentakan diatas perut
21
2.5
Pengecekan denyut nadi.
22
2.6
Kompresi dada
22
2.7
Kerangka Teori
23
2.8
Fokus penelitian
24
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Keterangan
1.
Surat Ijin Studi Pendahuluan Penelitian
2.
Surat Rekomendasi Pra Penelitian Kesbangpol
3.
Surat Rekomendasi Pra Penelitian Bapeda
4.
Surat Rekomendasi Pra Penelitian Dinas Kesehatan
5.
Permohonan Ijin Penelitian
6.
Surat Rekomendasi Penelitian Kesbangpol
7.
Surat Rekomendasi Penelitian Bapeda
8.
Surat Rekomendasi Penelitian Dinas Kesehatan
9.
Lembar Penjelasan Penelitian
10.
Lembar Persetujuan Partisipan
11.
Lembar Pedoman Wawancara
12.
Lembar Hasil Wawancara
13.
Lembar Analisa Tematik
14.
Data Demografi
15.
Dokumentasi
16.
Lembar Konsultasi
17.
Jadwal Peneliti
x
Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta 2015
Vivi Kris Rohmawati
Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia Toddler Di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu Abstrak Tersedak merupakan sumbatan atau hambatan respirasi oleh benda asing yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. penyebab utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya tersedak terutama pada usia 1 – 4 tahun anak sering memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Data ini diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 3 partisipan di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu. Data dianalisa menggunakan Colaizzi. Kemudian data dianalisa dan didapatkan kata kunci, makna – makna dan tema – tema. Hasil penelitian didapatkan beberapa tema yaitu (1) pengetahuan : (a) kegawatan respirasi; (b) penyebab tersedak. (2) pengalaman : (a) factor resiko terjadinya tersedak; (b) penanganan tersedak; (c) lokasi kejadian tersedak. (3) pencegahan : (a) pencegahan tersedak. (4) respon : (a) reaksi psikologis orangtua; (b) respon anak saat terjadi tersedak. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para ibu yang mempunyai anak toddler. Ibu dapat menjauhkan benda – benda yang mudah ditelan oleh anak, dan dapat melakukan pengawasan bagi anak usia toddler. Kata kunci : Tersedak, Pengalaman, Menangani Daftar pustaka : 37 (2001-2014)
xi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Vivi Kris Rohmawati Mothers’ Experience in Handling the Choking Toddlers at Integrated Health Center of Kalongan Village, Papahan, Tasikmadu ABSTRACT Choking is a blockage or obstruction of respiration by foreign objects in the internal respiratory tract, including the pharynx, hypopharynx, and trachea. The main causes of choking are food, coins, or drinks. Predisposing factor that causes choking of the children especially at the ages of 1-4 years old is that they often put things in their mouth. The objective of this research is to investigate the mothers’ experience in handling the choking toddlers. This research used the qualitative method with phenomenological approach. The samples of research consisted of 3 participants at Integrated Health Center of Kalogan village, Papahan Tasikmadu. The data were collected through in-depth interview and were analyzed by using the Colaizzi’s method. The result of research shows that there were four themes, namely: (1) knowledge i.e (a) respiratory gravity and (b) cause of choking; (2) experience i.e. (a) choking risk factor, (b) choking handling, and (c) choking location; (3) prevention i.e (a) choking prevention; (4) response i.e. (a) psychological reaction of parents and (b) toddlers’ response while choking. The result of this research could provide information for mothers who have toddlers. Mothers could keep far away the articles easily swallowed from their toddlers, and can conduct surveillance upon their toddlers. Keywords: Choking, experience, handling References: 37 (2001-2014)
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Usiatoddler adalah anak yang berusia 12-36 bulan atau 1-3 tahun dimana anak pada usia mengalami masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi (Wong, 2009). Pada usia 12 bulan, anak mampu menggenggam benda yang sangat kecil tapi tidak mampu melepas sesuai keinginannya. Memasuki usia 15 bulan, toddler dapat menjatuhkan benda kecil ke dalam botol berleher sempit dan melempar serta menangkap bola. Selanjutnya, di usia 18 bulan toddler mampu melempar bola tanpa kehilangan keseimbangan(Potter & Perry, 2005). Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 17.537 anakanak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karena tersedak, sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%) tersedak karena benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab tidak diketahui. (Committee on injury, 2010). Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus tersedak pada anak usia dibawah 4 tahun sebesar 710, terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun sebesar 36,2% terjadi pada usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4% (AAP, 2010). Berdasarkan data dari Departemen Dinas Kesehatan Nasional menunjukkan penyebab tersedak adalah benda asing biji – bijian sejumlah 105
1
2
pasien, 82 pasien tersedak benda asing kacang – kacangan, sayuran 79 pasien, lainnya tersedak disebabkan oleh logam, makanan, dan tulang ikan (Depdiknas, 2007). Tersedak adalah sumbatan atau hambatan respirasi olehbenda asing yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. Penyempitan jalan napas bisa berakibat fatal jika itu mengarah pada gangguan serius oksigenasi dan ventilasi(Smith, 2003). Aspirasi benda asing di traktus trakeobronkhial sering terjadi pada usia lebih muda dari tiga tahun (75-85%) dimana prevalensi lebih tinggi terjadi pada anak laki-laki. Gejala dan tanda yang paling sering dijumpai pada penderita aspirasi benda asing di traktus
trakheobronkial
adalah
batuk
dan
rasa
tercekik
(54,9%
-
94,4%)(Fadhlia, 2011). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya(Dewi & Wawan, 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga) dan ibu yang tahu tentang cara penanganan anak tersedak, ibu akan lebih paham dan memiliki perilaku yang baik dan penanganan tersedak pada anak (Notoatmodjo, 2010). Hasil wawancara secara insedintal dangan 9 ibu yang anaknya pernah tersedak pada bulan Desember 2014 didapatkan 3 ibu mengatakan tersedak karena makan permen, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak karena mainan, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak karena kelereng, 2 ibu
3
mengatakan anaknya tersedak karena makan kacang – kacangan, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak makanan mangga, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak bakso. Ibu mengatakan merasa cemas dan bingung dengan kondisi anaknya yang tersedak. Tindakan yang di lakukan anatara lain memanggil tetangga untuk segera menolong anaknya, memberikan minuman, dan ada juga yang menepuk leher anaknya agar makanan atau benda asing keluar. Berdasarkan data tersebut menunjukkan ibu yang memiliki anak tersedak diberikan penanganan yang berbeda – beda. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti tentang pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak di posyandu Dusun Kalongan.
1.2 Rumusan masalah Usiatoddlermerupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi dan anak lebih suka memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Apabila kurang pengawasan dari orang tua anak dapat menyebabkan tersedak. Maka rumusan masalah dalam peneliti ini adalah “Bagaiamana pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler?
4
1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini: 1. Mengetahui pengetahuan ibu tentang anak tersedak pada usiatoddler? 2. Mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler? 3. Mengetahui tindakan yang dilakukan ibu untuk pencegahan agar tidak tersedak pada anak usiatoddler? 4. Mengetahui respon psikologi ibu dalam menangani anak tersedak pada usiatoddler?
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat Masyarakat mengetahui tentang kejadian tersedak terkait dengan pengalaman orang tua dalam menangani anak yang tersedak sehingga masyarakat dapat mengantisipasi kejadian tersedak. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai masukan bagi Institusi Prodi S1 Keparawatan Stikes Kusuma
Husada
kegawatdaruratan pendidikan.
Surakarta komunitas,
dalam sehingga
memberikan dapat
ilmu
meningkatkan
terkait mutu
5
1.4.3 Bagi Peneliti Lain Sebagai saran menjadi acuan untuk dapat diteliti kembali dengan factor - faktor yang mempengaruhi tersedak, sehingga dapat menanbah ilmu pengetahuan dalam penanganan tersedak. 1.4.4 Bagi Peneliti Peneliti
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi dengan masyarakat tentang mencari informasi kejadian tersedak dan peneliti terkait dengan tersedak memberikan pengetahaun bagi peneliti tentang pengalaman masyarakat dalam menangani tersedak usia toddler.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengalaman Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yangberfungsi sebagai referensi otobiografi(Alwi,2005). Pengalaman merupakan suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
pengembangan
misalnya
sering
mengikuti
organisasi
(Notoatmodjo, 2010).
2.1.2 Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil ‘’tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca
indra
manusia,
yakni
6
indra
penglihatan,
pendengaran,
7
penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merapakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui (Dewi & Wawan, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan Menurut
Notoatmodjo,
(2010)
pengetahuan
seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbedabeda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan antara lain: a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.Dalam peneliti ini ibu tahu tentang tersedak dimana kondisi jalan nafas yang membahayakan pada anak.
8
b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Dalam peneliti ini penyebab utama tersedak makanan, benda asing. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi
diartikan
apabila
seseorang
yang
telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain. Dalam peneliti ini ibu dapat melakukan tindakan dengan cara menepuk- menepuk dan memberikan minum. d. Analisis (analysis) Analisis
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatanalisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Dalam penelitian ini kemampuan analisis yaitu menepuk - menepuk punggung, memberi minum, mengambil menggunakan jari dan akibat apabila tidak dilakukan akan menyebabkan kematian.
9
e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.Dalam penelitian ini tindakan yang dilakukan ibu adalah melakukan menepuk – menepuk punggung pada anaknya. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri. Analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Dalam penelitian evaluasi pada ibu saat tindakan menepuk punggung belum dapat mengatasi tersedak karena ibu belum tahu mempraktekkan cara yang benar pada anak tersedak.
10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut
Mubarak,
(2007)
ada
tujuh
faktor-faktor
yangmempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu : a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka mudah pula mereka menerima informasi lebih baik pengetahuan yang dimilikinya. b. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. c. Minat Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi
terhadap
sesuatu.
Minat
menjadikan
seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
11
d. Pengalaman Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif. e. Kebudayaan Kebudayaan dalam ruang lingkungan ini adalah dimana anak kurangnya pengawasan dan ibu juga belum mengetahuan bagaimana memberikan makanan yang dapat di cerna pada mulut anak agar tidak terjadi tersedak. f. Informasi Kemudahan
memperoleh
informasi
dapat
membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
12
2.1.3 Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiriyang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya(Notoatmodjo, 2010).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Notoadmodjo (2010), faktor – faktor
yang
mempengaruhi perilaku, antara lain: a. Faktor
predisposisi
pengetahuan,
sikap,
(predisposing kepercayaan,
factor),
terdiri
dari
keyakinan.Pengetahuan
merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sikap merupakan reaksi ataurespon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Kepercayaan merupakan kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Keyakinan merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu (Notoadmodjo, 2010). b. Faktor pendukung (enabling factor), terdiri dari lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saranasarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
13
steril dan sebagainya. Lingkungan fisik sangat mendukung terhadap kejadian tersedak pada anak dan para ibu harus sangat mengontrol benda – benda yang dapat mencederai anak. Fasilitas kesehatan dalam penelitian ini harusnya dapat di jangkau dengan mudah, misalnya panggilan darurat namun untuk panggilan darurat ibu tidak tahu nomor emergency call, sehingga para ibu hanya dapat melakukan tindakan sebisanya dengan menepuk punggung. c. Faktor pendorong (reinforcing factor) terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Sikap dalam mempengaruhi perilaku kesehatan itu penting untuk mencari informasi yang luas terhadap kualitas kesehatan yang baik. Perilaku dalam penelitian ini perilaku sangat dominan dalam mendorong terjadinya peningkatan kesehatan. Perilaku dalam menjaga diri dari berbagai penyakit yang merugikan diri sendiri.
2.1.4 Fase Toddler 1. Tumbuh Kembang Anak Usia Toddler Tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan dan tiap-tiap tahapan mempunyai ciri tersendiri (Hidayat, 2006). Fase toddler adalah anak yang berusia 12-36 bulan atau 1-3 tahun (Wong, 2009).Usia dimana anak pada usia ini mengalami masa eksplorasi
14
lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi (Potter & Perry, 2005). Menurut Beth (2002), tumbuh kembang pada anak usiatoddler meliputi gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan bicara. Pada usia 12 – 18 bulan anak mulai latih anak naik turun tangga, bermain dengan anaka melempar dan menangkap bola besar kemudian bola kecil, latih anak menunjuk dan menyebutkan nama - nama bagian tubuh, beri kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya sendiri. Pada usia 18 – 24 bulan anak mulai latih anak berdiri dengan satu kaki, ajari anak menggambar bulatan, garis setiga dan gambar wajah, latih anak mengikuti perintah sederhana, latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu. Pada usia 2 – 3 tahun anak mulai latih anak melompat dengan satu kaki, ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok, latih anak mengenal bentuk dan warna, latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkannya sendiri.
2.1.5
Tersedak 1. Pengertian Tersedak Tersedak
adalah sumbatan atau hambatan
respirasi
olehbenda asing yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. Penyempitan jalan napas bisa berakibat fatal jika itu mengarah pada gangguan serius oksigenasi dan
15
ventilasi(Smith, 2003).Tersedak merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami gangguan karena terhalangnya jalur pernafasan bagian atas (Tilong, 2014).Tersedak merupakan kematian paling sering pada anak-anak di bawah satu tahun dan bahaya tersebut tetap besar sampai usia lima tahun(Shelov,2004).
2. Penyebab Tersedak Menurut American Academy of Pediatrics(2010) penyebab utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Penyebab lainnya adalah cara makan yang salah misalnya, sambil berjalan, berlari, tidur, bercanda, mengunyah terlalu cepat, atau terlalu banyakmenyuapimakananke mulutnya.Aspirasi benda asing masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak.Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak penulis telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti, kacang, serpihan tulang, mainan, gigi, tutup pena, serpihan sayuran (Novialdi & Sukri,2010)
3. Jenis – jenis Tersedak Tersedak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tersedak ringan dan tersedak berat. Pada tersedak ringan, masih ada pertukaran udara dan penderita masih sadar dan dapat batuk sekeras – kerasnya sedangkan pada tersedak berat, penderita akan mengalami beberapa
16
kondisi, seperti buruknya pertukaran udara, masih bisa batuk tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali, napas bertambah cepat dan penderita juga tidak akan bisa berbicara, memegang leher, dan tidak dapat menarik napas dengan baik (Tilong, 2014).
4. Tanda – tanda Tersedak Menurut Supartini (2004), Tersedak (tertelan suatu benda) ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut: a.
Sesak nafas.
b.
Pada usia balita, maka balita tersebut akanmemegang lehernya yang merasa seperti tercekik.
c.
Apabila tersedak dalam kategori ringan maka ditandai dengan batuk-batuk hingga muntah.
d.
Apabila tersedak dalam kategori berat maka ditandai dengan matuk-batuk yang semakin lama semakin jarang dan akhirnya tidak dapat batuk sama sekali.
e.
Wajah membiru dan kemudian pingsan.
f.
Penanganan keperawatan:Pada tersedak berat tengkurapkan anak diatas lengan kiri. Kemudian telapak tangan kanan memukul punggung anak atau bayi (diantara tulang belikat) sebanyak 5 kali hingga anak tersebuk batuk, muntah , dan menangis.
g.
Bawalah anak segera ke Rumah Sakit terdekat.
17
Menurut American College of Emergency Physicians (2005), tanda tanda tersedak antara lain: a. ketidakmampuan untuk berbicara. b. kesulitan bernapas atau pernapasan bising. c. ketidakmampuan untuk batuk secara sempurna. d. kulit, bibir dan kuku membiru atau kehitaman. e. kehilangan kesadaran.
5. Pencegahan Tersedak Menurut Tilong (2014), pencegahan pada anak tersedak antara lain: a. Ajari anak agar tidak memasukan sesuatu ke dalam mulut selain makanan. b. Jangan berikan makan yang kecil, keras dan bulat. c. Ajari anak untuk mengunyah makanan dengan benar d. Awasi anak ketika makan. e. Jangan biarkan anak berlari-lari ketika makan. f. Periksa mainan yang memiliki bagian-bagian kecil yang dapat lepas.
18
6. Penanganan anak tersedak Menurut AAP (2010), Pertolongan pertama pada anak tersedak, lakukan RJP setelah itu menelponnomor darurat setelah mulai
mengupayakan
penyelamatan.
Anda
harus
memulai
pertolongan pertama, jika: a. Jika anak tidak bernapas sama sekali (lihat dada tidak bergerak naik dan turun) b. Jika jalan nafas terhalang oleh benda asing, maka dikeluarkan c. Anak tidak bisa batuk, bicara, atau membuat suara suara normal. d. Anak ditemukan tidak sadarkan diri cek nadi (lakukan RJP). Jangan memulai pertolongan pertama jika: a.
Anak bisa bernapas, menangis, berbicara, atau bersuaranormal.
b.
Anak dapat batuk dengan kuat (Batuk yang kuat berarti tidak ada penyumbatan).
19
Penanganan tersedak pada anak usia usiatoddler: 1. Jika anak saat tersedak lakukan hentakan di atas perut atau saat terjadihenti jantung dapat di lakukan RJP
Gambar 2.1 Menekan di atas pusar
20
2. Resusitasi jantung digunakan saat anak tidak responsif atausaat bernapas atau detak jantung berhenti. a. Buka jalan nafas 1) Carilah gerakan dada dandaerah perut 2) Dengarkan suara napas 3) Merasakan napas padapipi anda 4) Terbuka napas seperti yang ditunjukkan 5) Hilangkan benda asingjika ada ada, sweep keluardengan keluardenga jari hanya jika terlihat
Gambar 2.2 Buka jalan nafas
21
3. Menyelamatkan pernapasan a. Posisi
kepala
dan
dagu
dengankedua
tangan
sepertiyangditunjukkan b. Menutup mulut anda di atasmulut anak c. Menjepit epit bagian hidung d. Meniup udara yang cukup untukmembuat peningkatan dada anakdan masuk dua kali
Gambar 2.3 Memberikan bantuan pernafasan 4. Melakukan hentakan di atas pusar (sampai 5 kali)
Gambar 2.4 Hentakan diatas perut
22
5. Rasakan dalam 10 detik a. Denyut nadi, cek nafas dalam 3 detik b. Tidak ada denyut nadi,mulai kompresi dada
Gambar 2.5 Pengecekan denyut nadi. 6. Kompresi dada a.
Kompres dada
b.
Lakukan kompresi 5 : 1 kali
c.
Kompres dada dalam frekuensi 100 kali per menit
Gambar 2.6 Kompresi dada
23
2.2 Kerangka Teori Tumbuh kembang pada anak usiatoddlermeliputi: a. Gerak kasar b. Gerak halus. c. Bicara,bahasa dan kecerdasan d. Bergaul dan bicara.
Penyebab tersedak: a. Makanan. b. Benda asing. c. minuman. Jenis – jenis tersedak: a. Tersedak ringan b. Tersedak berat Pengetahuan ibu
Tanda – tanda tersedak: a. b. c. d.
Tidak bisa bicara. Sesak nafas. Kulit biru. Kehilangan kesadaran.
Perilaku ibu Faktor – faktor yang mempengaruhi:
Pencegahan tersedak: a. Ajari anak agar tidak memasukkan sesuatu ke mulut b. Awasi anak ketika makan c. Jangan biarkan anak berlari – lari ketika makan
a. Faktor
predisposisi. b. Faktor pendukung. c. Faktor pendorong.
Pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usiatoddler Gambar 2.7 Kerangka Teori (Potter & Perry, 2005;Tilong, 2014;Notoatmodjo, 2010;Alwi, 2005)
24
2.3 Fokus penelitian Respon
Pengetahuan Pengetahuan
Pengalaman Pengalaman
Perilaku Perilaku
Penanganan tersedak pada anak usia toddler
Pencegahan
Gambar 2.8 Fokus Penelitian
25
1.4 Keaslian Penelitian Berdasarkan
pengetahuan
peneliti
melalui
penyusunan
jurnal,
didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilakukan peneliti, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Nama
Judul Peneliti
Peneliti
Metode Penelitian
dr. Fadhlia Profil penderita Studi deskiptif 2011 aspirasi benda asing di traktus trakheobronkial di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2006-2010
American Academy of Pediatrics 2014
Death of a child in the emergency department
Hasil Penelitian
Jumlah penderita aspirasi benda asing di traktus trakheobronkial selama periode 5 tahun adalah 50, 36 orang jenis kelamin laki-laki (72%) dan 14 perempuan (28%), kelompok umur terbanyak >3–6 tahun 16 (36%), >0– 3 tahun 14 (28%), tersedak 33 (66%),jenis benda asing yang terhirup adalah mainan 29 (58%) lokasi benda asing terbanyak adalah bronkus kanan yaitu 50%,Komplikasi terjadi pada 5 penderita. Kualitatif dengan Dari hasil ditemukan study cohort bahwa kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Oleh karena itu orang tua diharuskan mengawasi dan menjaga pengawasan dan menjaga pengawasan ektra untuk anaknya saat makan bermain dan lain – lain.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan memberikan pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk (Afiyanti, 2014). Fenomenologi merupakan pendekatan yang dipakai oleh peneliti.Polit dan Beck (2006), menyatakan bahwa studi fenomenologi merupakan suatu pendekatan yang essensial terkait dengan pengalaman alamiah manusia sepanjang hidupnya dan memberikan gambaran suatu fenomena yang diteliti melalui hasil daya titik yang mendalam dari peneliti, diperoleh dari data-data hasil wawancara, tulisan serta pengamatan suatu fenomena yang diteliti. Pendekatan
fenomenologi
dinilai
dapat
menjelaskan
fokus
permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti akan berusahamemahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orangorang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler di Posyandu Dusun Kalongan.
26
27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Posyandu Dusun Kalongan Kelurahan Papahan Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar pada bulan Februari – April 2015.
3.3 Populasi dan Sampel Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Setiadi, 2013). Semua ibu-ibu yang mempunyai anak usia1 - 3 tahun dengan populasi 49 ibu di Posyandu Dusun Kalongan. Sampel dalam penelitian yaitu sebagaian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewaliki seluruh populasi (Setiadi, 2013).Sampel yang diteliti 3 partisipan sampel yang dipilih pengalaman ibu dalam menangani
anak
tersedak.Teknik
pengambilan
sampel
dilakukan
menggunakan metode purposive sampling(teknik sampel bertujuan) yaitu sampel yang dipilih berorientasi pada tujuan penelitian individu diseleksi atau dipilih secara sengaja karena memiliki pengalaman yang sesuai dengan fenomena yang diteliti sampel ini menetapkan terlebih dahulu kriteria – kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Sampel berasal dari ibu-ibu yang mempunyai anak usia 1 - 3 tahun di Posyandu Dusun Kalongan dengan kriteria:
28
1. Ibu yang anak usia 1-3 tahun. 2. Ibu dengan anak yang mengalami tersedak. 3. Bersedia menjadi responden.
3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Instrumen a. Instrumen inti Peneliti merupakan instrumen kunci pada penelitian ini.Peneliti adalah mahasiswa tingkat akhir yang telah mendapatkan materi kegawatan yang sesuai dengan penelitiannya.Peneliti termasuk warga desa kalongan sehingga peneliti mengetahui situasi daerah yang diteliti.Peneliti sebagai instrumen inti yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri dalam melakukan wawancara mendalam.Usaha yang dilakukan berlatih wawancara terlebih dahulu sebelum pengambilan data kepada partisipan.Pada saat latihan
wawancara
peneliti
berkomunikasi.Keterampilan
berusaha
wawancara
responsive kemudian
dalam
diperbaiki
seiring dengan seringnya melakukan wawancara pada partisipan berikutnya. b. Instrumen penunjang Alat bantudalam pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1)
Data
demografi
alamat,pendidikan.
atau
biodata
meliputi
nama,
umur,
29
2)
Alat tulis meliputi buku dan bolpoin.
3)
Alat perekam atau smartphone yang dilengkapi program voice recorder yang mempermudah peneliti membuat transkip wawancara. Program tersebut telah dilakukan uji coba sebelumnya dan mampu merekam suara selama 60 menit. Hasil rekaman dapat disimpan dalam bentuk file MP3. Alat perekam diisi daya penuh sebelum digunakan dan menggunakan flight mode on agar tidak terganggu pada saat proses wawancara.
4)
Kamera mendokumentasikan dalam pengambilan gambar saat wawancara dilakukan peneliti pada partisipan sebagai bukti nyata dalam pengumpulan data.
5)
Peneliti juga melakukan pencatatan sebagai media observasi non verbal saat pengumpulan data dengan menggunakan lembar catatan lapangan dan observasi.
6)
Pedoman wawancara terstruktur yang terdiri dari 18 pertanyaan mengenai tersedak pada anak usia toddler sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara dengan partisipan.
2. Prosedur pengumpulan data a. Fase pra interaksi Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menyelesaikan ujian proposal dan diperbolehkan melakukan pengambilan data
30
dilapangan. Peneliti mengurus surat ijin pengambilan data yang dikeluarkan oleh Program Studi S1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta kepada Direktur Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.
Pengurusan
surat
ijin
kebagian
dinas
kesehatan
karanganyar untuk mendapatkan ijin penelitian dilakukan pada tanggal 10 Desember 2014 selama 2 minggu ijin yang diberikan oleh Kesbangpol selanjutnya dipergunakan peneliti sebagai entery point pengambilan data melalui ibu posyandu yang mempunyai anak usia toddler. Partisipan yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diberikan penjelasan dan memberikan inform consent untuk menjadi responden penelitian terkait. b. Fase pelaksanaan 1) Pra wawancara Peneliti melakukan orientasi dirumah partisipan selanjutnya melakukan kontrak waktu dengan partisipan selama ± 30 menit untuk wawancara. 2) Wawancara mendalam Informasi dari sumber data ini dikumpulkan dengan teknik wawancara. Dalam penelitian kualitatif khususnya
dilakukan
dalam
bentuk
yang
disebut
wawancara mendalam (in-depth interviewi)yaituwawancara yang dilakukan untuk menemukan permasalahan secara
31
lebih terbuka di mana informan yang diwawancara diminta pendapat dan ide-idenya, wawancara partisipan
dengan
pedoman wawancara pengalaman ibu dengan 17 pertanyaan selama ± 11 menit di Dusun Kalongan. Suasana saat wawancara berjalan dengan lancar tidak ada kendala apapun suasananya tenang. c. Fase terminasi Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan terminasi dengan melakukan validasi terhadap data yang ditemukan kepada partisipan. Setelah semua data divalidasi dan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan, maka dilakukan terminasi dengan pemberian reward sebagai ucapan terima kasih karena telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai.
3.5 Analisa Data Analisa
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back 2006), metode Colaizzi dinilai efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan dengan metode Colaizzi fenomena – fenomena dapat terungkap dengan jelas sesuai dengan makna – makna yang didapat. adapun langkah – langkah analisa data adalah sebagai berikut :
32
1. Peneliti dengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil penelitian (transkip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan partisipan. 2. Peneliti membaca ulang dan mendapatkan kata kunci. 3. Peneliti mencari arti atau makna dari setiap kata kunci. 4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema. a. Mengumpulkan kata – kata kunci yang memiliki makna yang sama kedalam sebuah subtema. b. Mengelompokan subtema yang sama kedalam sebuah tema 5. Peneliti mengintergrasikan tema yang didapat kedalam fenomena yang diteliti. 6. Merumuskan gambaran hubungan antar tema dan sesuaian dengan fenomena yang diteliti. 7. Memvalidasi tema data yang diperoleh pada partisipan.
3.6 Keabsahan Data Menurut Sugiyono (2013), keabsahan data dapat dibagi menjadi beberapa hal sebagai berikut: 1. Kredibility (validitas internal) Merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur apa yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak
33
sesuai dengan kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat dipercaya, atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas. 2. Transferability (validitas eksternal) Berkenaan dengan masalah generalisasi, yakni sampai dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menjamin keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini disebabkan
karena
penelitian
kualitatif
tidak
bertujuan
untuk
menggeneralisir, karena dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling acak, atau senantiasa bersifat purposive sampling. 3. Dependebility(dependabilitas) Merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama.Untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan tekhnik ulang atau check recheck. 4. Confirmability (konfirmabilitas) Peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil faktor subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila dibenarkan atau di ”confirm” oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan dengan istilah ”confirmability”.
34
3.7 Etika Penelitian Menurut Afiyanti (2014), keabsahan data dapat dibagi menjadi beberapa hal sebagai berikut: 1. Informed consent (lembar persetujuan) Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan menjadiresponden. Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden setuju, maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Namun peneliti harus tetap menghormati hakresponden bila tidak bersedia. 2. Anonimity (tanpa nama) Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama responden pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti oleh peneliti. 3. Confidentially (kerahasiaan) Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan kelompok data tertentu saja.
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV berisi hasil penelitian dengan cara wawancara dari partisipan. Partisipan berjumlah 3 orang dan wawancaranya dilakukan dirumah masing – masing partisipan. 4.1 Karakteristik Partisipan Tabel 4.1 Karakteristik Informan di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu Nomor Kode
Pendidikan Terakhir
Usia Anak
Nama Partisipan
Nama Anak
1.
Partisipan 1
SMA
2 tahun
NY.W
AN.S
2.
Partisipan 2
SMA
2 tahun
NY.P
AN.N
3.
Partisipan 3
SLTP
2 tahun
NY.Y
AN.F
No
Tabel 4.1 menjelaskan tentang karakteristik Partisipan dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun yang mengalami tersedak di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu. Partisipan berjumlah 3 orang. Karakteristik Partisipan terdiri atas nomor, kode Partisipan, pendidikan terakhir, usia, nama Partisipan, nama anak. Hasil wawancara berdasarkan pada tujuan khusus disusun menjadi 8 tema yaitu 1) Kegawatan respirasi 2) Penyebab tersedak 3) Faktor resiko terjadi tersedak 4) Penanganan tersedak 5) Lokasi kejadian tersedak 6) Pencegahan tersedak 7) Reaksi psikologis orangtua 8) Respon anak saat kejadian tersedak.
35
36
4.2 Tema Hasil Penelitian Tema tersebut disusun oleh kata kunci dan kategori pendukung. Berikut ini hasil dari peneliti A. Tema dari Tujuan khusus : Pengetahuan Tema – tema yang dihasilkan dari pengetahuan: Kegawatan respirasi dan Penyebab tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut: 1. Kegawatan respirasi Kegawatan respirasi dirasakan oleh anak partisipan sebagai akibat dari terjadinya sumbatan nafas oleh benda asing atau tersedak kegawatan darurat respirasi
disusun oleh: Hambatan napas dan
Dampak akhir tersedak. Berikut ungkapan dari partisipan mengenai hambatan bernapas : ''…menurut saya iya anak kecil menelen benda terus gag bisa napas tersumbat ditenggorokan…''(P1) ''...tersedak itu yang paling fatal iya bisa menghambat saluran pernafasan…''...makanan yang belum dicerna sempurna terus ketelen.''(P2) ''...kita makan terus kita ketelen terus gag nyangkut ditenggorakan jadi kayak tenggorokankan nya sakit kayak gitu lho, Iya gag bisa napas mbak kayak orang tercekek gitu lho…''(P3)
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai dampak akhir tersedak: ''...iya gag bisa napas meninggal.''(P1, P2, P3)
darurat,
mungkin
bisa
37
2. Penyebab tersedak Penyebab tersedak dirasakan oleh anak partisipan sebagai akibat dari terjadinya tersedak, penyebab tersedak disusun oleh: Benda asing dan Situasi tersedak Berikut ungkapan dari partisipan mengenai benda asing: ''…anak saya tersedak kelereng.''(P1) ''…permen coklat caca.''(P2) ''Kacang mbak, kacang atom yang warnanya putih kecil – kecil.''(P3)
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai situasi tersedak: ''...Iya itu tadi mbak dia lagi bermain main pasaran mbak…''(P3)
Ungkapan diatas merupakan dari ketiga partisipan mengenai kegawatan respirasi dan penyebab tersedak. Kegawatan respirasi akan mengakibatkan partisipan mengalami gangguan jalan nafas akibat tertelan benda asing.
B. Tema dari Tujuan khusus : Pengalaman Tema – tema yang dihasilkan dari pengalaman: Faktor resiko terjadi tersedak, Penanganan tersedak, Lokasi kejadian tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut:
38
1. Faktor resiko terjadi tersedak pengalaman ibu mengenai faktor resiko terjadi tersedak pada
anak
meliputi:
Kurang
pendampingan
dan
Kurang
Pengawasan Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kurang pendampingan : ‘
''...Iya kurang lebihnya begitulah pada sibuk sendiri – sendiri.''...dia sedang bermain sendiri sendiri…''(P1) ''...Itu tadi maem permen sambil lari – lari maem permen sambil lari – lari terus akhirnya batuk terus tersedak…''(P2, P3) ''...Iya saya akui iya teledor mungkin karena saya asik liat anak – anak yang lain main…''(P2) ''...saya ngobrol sama ibu – ibu yang lain eh lha kok ternyata itu anak saya itu nangis terus megangi leher kayak gitu itu ternyata tersedak''(P3)
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kurang pengawasan :
''Iya saya akui iya mbak saat itu kurang pengawasan lha disitu sebenernya juga lagi dirumahnya temen itu mbak…''(P1, P3) ''...saya asik liat anak – anak yang lain main anak saya juga asik – asik lari – lari jadi kurang perhatikan''(P2)
39
2. Penanganan tersedak Pengalaman ibu mengenai penanganan tersedak pada anak meliputi: Penolong dan Pertolongan pertama Berikut ungkapan dari partisipan mengenai penolong:
''Iya pertama saya tolong sendiri dengan mengeluarkan berusaha mengeluarkan…''(P1, P2, P3)
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai pertolongan pertama:
''...saya dodok belakang dipunggung itu terus telunjuk jari saya masukin terus keluar kelerengnya.''(P1) ''Saya tepuk punggung ya saya tepuk – tepuk terus akhirnya permen nya bisa keluar.''(P2) ''...sambil nangis itu sambil megangi lehernya begitu saya suruh bungkuk saya tepuk punggungnyalehernya saya bawahin gitu lho mbak tepuk punggung seperti itu mbak…''(P3)
3. Lokasi kejadian tersedak Pengalaman lokasi kejadian tersedak meliputi: Tempat Berikut ungkapan dari partisipan mengenai tempat:
’’Dirumah.'' (P1) ’’'Dihalaman tetanggasebelah , waktu main.''(P2, P3)
40
Ungkapan diatas merupakan dari ketiga partisipan mengenai faktor resiko terjadi tersedak, penanganan tersedak dan lokasi kejadian tersedak.Resiko terjadinya tersedak diakibatkan kurang pengawasan dan kurang pendampingan ibu.Pertolongan pertama yang dapat dilakukan ibu hanya menepuk punggung.
C. Tema dari Tujuan khusus : Pencegahan Tema yang dihasilkan dari pencegahan: Pencegahan tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut: 1. Pencegahan tersedak Pencegahan tersedak pada anak meliputi: Tindakan antisipasi Berikut ungkapan dari partisipan mengenai tindakan antisipasi: ''... jelas itu diawasi yang kedua jauhkan benda – benda seperti neker, Apa iya yang membahayakan anak iya, mungkin kalau waktu makan diawasi juga suruh duduk kalau makan…''(P1) ''...mungkin mengajarkan dia untuk makan sambil duduk jangan sambil berlarian jangan sambil ngomong itu kan juga membikin tersedak.''(P2) ''...mungkin saya lebih mengawasi anaknya dari saat maen terus saya kasih tau kalau maem harus duduk dek gag boleh ketawa – ketawa iya wes pokoknya buat pengalaman…''(P3)
41
Ungkapan dari ketiga partisipan mengenai pencegahan tersedak. Pencegahan tersedak yang dapat dilakukan ibu hanya melakukan tindakan antisipasi dengan menjauhkan benda asing yang dapat ketelen dan mengajarkan cara makan yang baik. D. Tema dari Tujuan khusus : Respon Tema – tema yang dihasilkan dari respon: Reaksi psikologis orangtua dan Respon anak saat kejadian tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut: 1. Reaksi psikologis orangtua Reaksi orangtua terhadap anaknya yang tersedak meliputi: Kecemasan dan Kemarahan. Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kecemasan: ''Iya takut sekali toh iyo.Iya takut, panik, khawatir nanti bisa keluar gag.''(P1, P3) ''Panik otomatis iya sebagai seorang ibu saya iya panik tapi karena sudah tau cara mengantisipasi nya iya saya buat setenang mungkin nanti kalau saya panik anak nya panik malah jadi gag karu – karuan’’(P2) ''...Iya takut sekali iya kayaknya masih trauma sekarang.Mungkin buat pengalaman terus lebih mengawasi anak.''(P1) Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kemarahan: ''...sampai tau iya pastinya marah kok bisa gitu seperti itu kalau sampai tau…''(P2, P3)
42
2. Respon anak saat kejadian tersedak Respon anak saat tersedak meliputi: Respon motorik anak dan Respon psikologis Berikut ungkapan dari partisipan mengenai respon motorik anak:
‘’Iya ketakutan iya yang jelas ketakutan terus kejang – kejanggitu iya kayak gag bisa napas gitu.’’(P1) ''...kayak gitu nangisnya sampai nangis tersedak iya pokoknya nangis megap – megapmbak''(P2, P3) ''...maem permen sambil lari – lari terus akhirnya batuk terus tersedak.''(P2) Berikut ungkapan dari partisipan mengenai respon psikologis:
''...kayak gag bisa napas gitu,nangis terus mbak…''(P1, P2, P3) ''...Iya ketakutan iya yang jelas…''(P1, P2) ''...jadi phobia mbak iyo soale tadi udah keselek...''(P3)
Ungkapan diatas dari ketiga partisipan merupakan dari reaksi psikologis orangtua dan respon anak saat terjadi tersedak.Dalam reaksi psikologis orangtua
yaitu meliputi kecemasan dan
kemarahan saat anaknya mengalami tersedak benda asing dan respon anak saat terjadi tersedak mengalami kejang – kejang, menangis dan ketakutan.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Ibu Tentang Anak Tersedak pada Usia Toddler 5.1.1
Kegawatan respirasi Hasil penelitian menyatakan bahwa kegawatan respirasi merupakan gangguan jalan nafas yang meliputi hambatan bernafas berupa menelen, ketelen, tidak bisa nafas, tercekik dan menghambatan saluran pernafasan sedangkan dampak akhir tersedak berupa kematian. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang tersedak itu hambatan saluran pernafasan yang bisa menyebabkan tidak bisa bernafas atau makanan yang ketelen ditenggorokan seperti orang tercekik. Dampak tersedak yang paling fatal kematian. Definisi kegawatan respirasi merupakan suatu hal yang sering ditemukan dan ditangani dalam situasi gawat darurat. Aspirasi benda asing dapat menyebabkan berbagai perubahan mulai dari gejala yang minimal dan bahkan tidak disadari, sampai gangguan jalan napas dan dapat menimbulkan kematian (Harry, 2007). Menurut Kamus Bahasa Indonesia tercekik yaitu ketelen makanan yang keras sampai tersangkut di tenggorokan (KBBI, 2005). Hambatan pada jalan napas pada choking, sama halnya dengan membekap hidung anak. Dimana anak tidak dapat bernapas, karena sumbatan jalan napas
oksigen
43
tidak dapat
bertukar
dengan
44
karbondioksida di paru-paru, sehingga terjadi gangguan metabolisme tingkat sel(Daisy & Imral, 2003). Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Diagnosis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul rasa tercekik (Harry, 2007). Menurut Smith (2003) tersedak merupakan sumbatan atau hambatan respirasi oleh benda asing yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. Penyempitan jalan napas bisa berakibat fatal jika itu mengarah pada gangguan serius oksigenasi dan ventilasi. Tersedak merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami gangguan karena terhalangnya jalur pernafasan bagian atas (Tilong, 2014). Jenis tersedak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tersedak ringan dan tersedak berat. Pada tersedak ringan, masih ada pertukaran udara dan penderita masih sadar dan dapat batuk sekeras – kerasnya sedangkan pada tersedak berat, penderita akan mengalami beberapa kondisi, seperti buruknya pertukaran udara, masih bisa batuk tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali, napas bertambah cepat dan penderita juga tidak akan bisa berbicara, memegang leher, dan tidak dapat menarik napas dengan baik (Tilong, 2014).
45
Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus tersedak pada anak usia dibawah 4 tahun sebesar 710 kasus, terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun sebesar 36,2% dan usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4% (American Academy of Pediatrics, 2010). Berdasarkan pernyataan mengenai kegawatan respirasi yang diungkapkan oleh partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu mengungkapkan bahwa kegawatan respirasi adalah sumbatan jalan nafas yang menyebabkan gangguan jalan nafas akibat benda asing yang tertelan dan dampak yang paling fatal kematian.
5.1.2 Penyebab tersedak Hasil penelitian menyatakan bahwa penyebab tersedak meliputi benda asing berupa kelereng, permen dan kacang dan dari situasi tersedak ibu mengatakan bahwa penyebab tersedaknya saat bermain pasaran. Dalam kasus penelitian ibu mengatakan bahwa penyebab tersedak merupakan benda asing yang berupa kacang, permen dan kelereng. Kejadian tersedak situasinya saat anak bermain dengan teman sebayanya mereka asik bermain lari – lari dan bercanda ketawa – tawa pada akhirnya tersedak. Penyebab tersedak menurut teori American Academy of Pediatrics (2010) penyebab utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Penyebab lainnya adalah cara makan yang salah
46
misalnya, sambil berjalan, berlari, tidur, bercanda, mengunyah terlalu cepat, atau terlalu banyak menyuapi makanan ke mulutnya. Aspirasi benda asing masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak. Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak penulis telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti, kacang, serpihan tulang, mainan, gigi, tutup pena, serpihan sayuran (Novialdi & Sukri, 2010). Usia toddler adalah anak yang berusia 12 - 36 bulan atau 1 3 tahun dimana anak pada usia mengalami masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi (Wong, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 17.537 anak-anak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karena tersedak, sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%) tersedak karena benda asing,
dan sebesar 9,1% penyebab tidak
diketahui (Committee on injury, 2010). Didukung penelitian dari Yadav (2007) melaporkan aspirasi benda asing paling sering ditemukan pada anak-anak adalah kacang tanah (52,3%), material makanan (12,2%), biji- bijian (5,3%), tulang (1,5%), logam (4,5%), batu (0,8%), tablet (1,2%) dan sisanya tidak ditemukan benda asing. Pengamatan dari peneliti tersedak menunjukan kejadian yang sangat banyak di lingkungan masyarakat.
47
Berdasarkan
pernyataan
dari
hasil
penelitian
tentang
penyebab tersedak sesuai dengan teori yang ada penyebab benda asing. Kejadian tersedak saat makan sambil lari – lari atau saat berbicara.
5.2 Pengalaman Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler 5.2.1 Faktor resiko terjadi tersedak Hasil penelitian mengatakan bahwa faktor resiko terjadi tersedak meliputi kurang pendampingan dan kurang pengawasan karena dari penelitian ibu mengatakan bahwa saat anaknya bermain tidak memperhatikan pada sibuk sendiri – sendiri bahkan ngobrol dengan ibu – ibu yang lainnya sampai akhirnya anaknya tersedak dan ibu juga mengakui kalau dirinya teledor saat mengawasi anaknya bermain. Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian pendamping adalah
orang
yang
mendampingi
atau
menjaga
sedangkan
pengawasan memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi. Jadi kurang pendampingan tidak sama artinya dangan kurang pengawasan. Maka dari itu faktor resiko terjadinya tersedak karena kurang pendampingan dan kurang pengawasan (KBBI, 2005).
48
Berdasarkan teori beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tersedak. Aspirasi saluran nafas atas sering terjadi pada semua golongan umur anak tetapi lebih sering golongan umur anak dibawah usia 4 tahun. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya tersedak terutama pada usia 1 – 4 tahun anak sering memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya, anak sangat aktif (berlari, berteriak, bermain) mudah jatuh dan menangis dengan benda didalam mulut mereka dan pertumbuhan gigi yang belum lengkap untuk menelan yang belum sempurna (Daisy & Imral, 2003). Tersedak pada seseorang memang terjadi sewaktu - waktu, berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya tersedak. Salah satu faktor yang menyebabkan tersedak pada anak ialah perilaku ibu yang kurang tepat dalam mengasuh anaknya. Ibu yang mempunyai kebiasaan menyuapi anak sambil membiarkan anaknya bermain, berlari bahkan makan sambil berbicara maupun tertawa dapat menyebabkan makanan atau minuman masuk ke dalam saluran pernapasan, sehingga menghalangi keluar masuknya udara (Iskandar, Soepardi, 2001).Benda atau makanan ada di dalam mulut, anak tertawa atau menjerit, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan makanan, minuman atau benda asing masuk ke dalam laring. Anak tidak bersuara karena obstruksi terletak di laring, terjepit antara pita suara. Anak akan meninggal bila usaha yang dilakukannya tidak berhasil mengeluarkan benda asing tersebut (Hull & Johnston, 2008).
49
5.2.2 Penanganan tersedak Hasil penelitian mengatakan bahwa penanganan tersedak meliputi penolong dan pertolongan pertama. Dari hasil penelitian saat menolong pertama kali tersedak adalah ibu karena ibu yang sangat dekat dengan anak setiap hari dan
pengalaman ibu saat
penanganani anak tersedak ditepuk punggungnya dan telunjuk jarinya di masukkan ke dalam mulut. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia penolong adalah penolong yang pertama kali tiba ditempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar (KBBI, 2005). Pertolongan pertama merupakan pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan pertolongan medis dasar (Ade, 2011). Penanganan saat tersedak yaitu ibu harus memberikan pertolongan pertama. Bila anak tersedak tetapi dapat bernapas (seperti ditunjukkan dengan batuk atau berbicara), ibu jangan melakukan apapun. Dorong anak untuk batuk hingga benda tersebut keluar. Jika anak tidak bernapas (berumur kurang dari satu tahun), ibu harus melakukan pukulan dipunggung lima kali dan tekanan di dada lima kali. Untuk anak yang lebih besar dari satu tahun, lakukan manuver heimlich (tekanan perut) adalah
korban dipangku oleh
penolong lalu dengan 2 atau 3 jari saja lakukan penekanan pada perut bagian atas sedangkan bila anak kecil terbaring.Bila tindakan-
50
tindakan di atas tidak berhasil maka segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan darurat (Tilong, 2014).Penanganan yang paling baik untuk tersedak adalah pencegahan Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak (Lansky, 2007). Teori Menurut American Academy of Pediatrics (2010), Pertolongan pertama pada anak tersedak yaitu lakukan Resusitasi Jantung Paru-Paru (RJP) setelah itu
menelpon nomor darurat.
Pertolongan pertama dimulai jika anak tidak bernapas sama sekali (lihat dada tidak bergerak naik dan turun), pertolongan juga dimulai jika jalan nafas terhalang oleh benda asing maka dikeluarkan, anak tidak bisa batuk, bicara, atau membuat suara - suara normal, anak ditemukan tidak sadarkan diri cek nadi dan dilakukan Resusitasi Jantung Paru-Paru (RJP). Berdasarkan pernyataan dari partisipan hasil penelitian dengan teori hampir sama saat menangani anak tersedak yaitu dengan menepuk punggung dan memasukkan jari kedalam mulut untuk mengeluarkan benda asing yang menyebabkan tersedak.
5.2.3 Lokasi kejadian tersedak Hasil penelitian bahwa ibu mengatakan saat anaknya tersedak kejadian tersedak di halaman rumah dan di rumah sendiri. Saat itu ibu mengajak anaknya untuk bermain kerumah tetangganya sebelah dan anaknya pada bermain dengan anak – anak yang lain
51
sambil makan. Mereka pada asik bermain lari – lari, bercanda dan ketawa – tawa tiba – tiba anaknya tersedak benda asing. Lokasi kejadian di halaman rumah tetangganya sedangkan dari partisipan yang lain mengatakan bahwa anaknya tersedak dirumahnya sendiri sama kejadiannya saat anaknya bermain dengan teman yang lain. Menurut Kamus Bahasa Indonesia lingkungan merupakan kawasan aktifitas manusia dimana untuk meningkatkan kreatifitas (KBBI, 2005). Menurut penelitian Paediatr Child Health (2012) menunjukkan bahwa kematian akibat tersedak terjadi di lingkungan rumah dengan 95% dari kasus. Orang tua yang tidak memperhatikan anaknya saat bermain dapat meningkatkan tersedak mungkin karena mainan dan benda – benda lainnya.
5.3 Tindakan yang Dilakukan Ibu untuk Pencegahan Agar Tidak Tersedak pada Anak Usia Toddler 5.3.1 Pencegahan tersedak Dari hasil penelitian bahwa pencegahan tersedak meliputi tindakan antisipasi yang mengatakan bahwa pencegahan saat anak tersedak yaitu makan diawasi, makan disuruh duduk jangan sambil bicara ataupun ketawa agar tidak tersedak. Kesibukan yang dilakukan anggota keluarga tidak memperhatikan anaknya sehingga saat bermain bisa mengalami tersedak sebagian besar yang mengasuh anaknya ialah seorang ibu, maka dari itu sebagai ibu lebih baik
52
mengawasi dan memperhatikan tingkah laku dari anaknya mungkin untuk pengalamanan agar tidak teledor mengawasi anak saat makan. Menurut Tilong (2014), pencegahan pada anak tersedak antara lain ajari anak agar tidak memasukan sesuatu ke dalam mulut selain makanan, jangan berikan makan yang kecil, keras dan bulat, ajari anak untuk mengunyah makanan dengan benar, awasi anak ketika makan, jangan biarkan anak berlari-lari ketika makan, periksa mainan yang memiliki bagian-bagian kecil yang dapat lepas. Berdasarkan
hasil
penelitian
dengan
teori
bahwa
pencegahan tersedak pada anak harus diawasi, makan sambil duduk tidak lari – lari ataupun berbicara jadi hasil pernyataan dari partisipan sesuai dengan teori yang ada.
5.4 Respon Psikologi Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler 5.4.1 Reaksi psikologis orangtua Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi psikologis orangtua meliputi kecemasan dan kemarahan. Partisipan mengatakan bahwa saat anaknya tersedak ibu merasa panik, takut, khawatir karena takut saat melihat anaknya tersedak takut kalau benda asing yang ketelen tidak bisa keluar karena itu ibu merasa cemas saat kejadian tersedak begitu juga dengan keluarganya mereka mengatakan saat khawatir dan marah atas keteledoran ibu saat mengasuh buah hatinya.
53
Sungguh itu buat pengalaman mereka sebagai orangtua untuk lebih mengawasi buah hatinya. Menurut
teori
Yusuf
(2008)
bahwa
reaksi
psikologis merupakan gelisah, cemas, sering marah-marah bersikap agresif baik secara verbal seperti berkata-kata kasar, maupun non verbal
seperti
menendang-nendang,
membanting
pintu
atau
memecahkan barang-barang. Kecemasan adalah rasa khawatir , takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu (Singgih & Gunarsa, 2008). Kemarahan dan agresi adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi. Agresi merupakan kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar, kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang (Yusuf, 2008). Menurut penjelasan peneliti perilaku ibu menjadi panik dan tentu menjadi cemas anaknya akan meninggal. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang pengetahuan dan berdampak pada perilaku ibu dalam menangani tersedak pada anak. Apabila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak betul maka anak akan terhindar dari ancaman kematian dan tidak ada luka dalam setelah dilakukan
54
tindakan,
sebaliknya
bila
perilaku
ibu
dalam
penanganan
tersedak pada anak salah maka akan terjadi luka dalam yang ibu tidak tahu sehingga bisa menyebabkan kematian pada anak tersebut.
5.4.2 Respon anak saat kejadian tersedak Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa respon anak saat kejadian tersedak meliputi respon motorik anak dan respon psikologis anak. Dari partisipan mengatakan saat kejadian tersedak anaknya ketakutan karena tidak bisa bernafas dan banyak orang – orang sekitar yang mendekat melihat keadaaan anaknya dan anaknya juga nangis terus menerus sampai megap – megap sedangkan dari partisipan yang lain mengatakan bahwa waktu tersedak anaknya merasa ketakutan sekali bahkan disertai kejang – kejang muka merah mungkin waktu itu ibu juga menenangin anaknya agar tetap tenang tapi pada akhirnya benda asing yang ketelen itu bisa keluar. Menurut teori respon merupakan reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Supartini, 2004). Respon berasal dari kata response yang berarti tanggapan (reaction) atau balasan. Respon
merupakan
istilah
psikologi
yang
digunakan
untuk
menyebutkan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah
55
respon adalah sikap. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003). Teori yang disebutkkan oleh Hurlock (2003) mengemukakan bahwa perkembangan respon motorik anak adalah suatu proses kematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratan yang menjadikan seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya ( tangan, kaki, dan anggota tubuhnya). Dari hasil penelitian bahwa repon motorik menunjukkan bahwa saat tersedak anaknya mengalami kejang – kejang dan menangis sampai megap – megap. Respon psikologis merupakan tanggapan, tingkah laku atau sikap terhadap rangsangan/ masalah tertentu yang berkaitan dengan keadaan jiwa individu. Respon psikologi meliputi emosi yang merupakan perasaan yang dialami manusia. Emosi cenderung terkait stress
dimana individu menggunakan keadaan emosionalnya
untuk mengevaluasi stress dan pengalaman emosional. Reaksi
56
emosional terhadap stres yaitu rasa takut, fobia, kecemasan, perasaan sedih dan marah (Sarafino, 2006). Dari kasus penelitian menunjukan saat anaknya tersedak juga mengalami ketakutan, menangis dan fobia karena ibu mengatakan bahwa saat tersedak anaknya merasakan ketakutan tidak bisa bernafas dan waktu kejadian banyak ibu – ibu yang lain pada mendekat untuk mengetahui keadaaan anaknya sehingga anaknya merasa takut dan menangis bahwa akan kejadian tersedak benda asing bisa membuat anak menjadi fobia.
BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapat dalam penelitian ini. Maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut 1.
Pengetahuan Ibu Tentang Anak Tersedak Pada Usia Toddler Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema – tema yang dihasilkan adalah kegawatan respirasi meliputi hambatan bernafas dan dampak akhir tersedak
dan tema yang kedua penyebab tersedak
meliputi benda asing dan situasi tersedak. 2.
Pengalaman Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema – tema yang
dihasilkan
adalah
faktor
resiko
tersedak
meliputi
kurang
pendampingan dan kurang pengawasan, tema yang kedua penanganan tersedak meliputi penolong dan pertolongan pertama dan tema ketiga lokasi kejadian tersedak meliputi tempat. 3.
Tindakan yang Dilakukan Ibu untuk Pencegahan Agar tidak Tersedak pada Anak Usia Toddler Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema yang dihasilkan adalah pencegahan tersedak meliputi tindakan antisipasi.
57
58
4.
Respon Psikologi Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema – tema yang dihasilkan adalah reaksi psikologis orangtua meliputi kecemasan dan kemarahan dan tema yang kedua respon anak saat terjadi tersedak meliputi respon motorik anak dan respon psikologis anak.
6.2 SARAN 1.
Bagi Masyarakat Masyarakat mengetahui tentang kejadian tersedak berkaitan dengan pengalaman orang tua dalam menangani anak usia toddler yang tersedak sehingga masyarakat dapat mengantisipasi kejadian tersedak dengan pengawasan dan pendampingan.
2.
Bagi Institusi Pendidikan Sebagai masukan bagi Institusi Prodi S1 Keparawatan Stikes Kusuma
Husada
Surakarta
dalam
memberikan
ilmu
terkait
kegawatdaruratan komunitas, sehingga dapat sebagai acuan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan. 3.
Bagi Peneliti Lain Sebagai acuan bagi peneliti lain untuk dapat meneliti kembali faktor - faktor yang mempengaruhi tersedak antara lain kurang pengawasan dan kurang pendampingan bagi anak, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan tentang penelitian dalam penanganan tersedak.
59
4.
Bagi Peneliti Peneliti
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi dengan masyarakat tentang mencari informasi kejadian tersedak dan secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang pengalaman masyarakat dalam menangani tersedak usiatoddler.
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Benih, Nirwana. (2011). Psikologi bayi, balita & anak. Yogyakarta: Nuha Medika. Adi, D, Tilong. (2014). Buku lengkap pertolongan pertama pada beragam penyakit.Yogjakarta: Flash Books Alex, Sobur. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia. Alwi, Hasan. (2005). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka. American Academy of Pediatrics.(2010). Policy statement prevention of choking among children.Pediatrics, 125(3), 601-607. American College of Emergency Physicians. (2005). What to do in a medical emergency. advanci emergency care, 1-42. Beth, Cecily, L. & Sowden, Llinda, A. (2002).Buku saku keperawatan pediatric.jakarta: EGC C Cyr Canadian Paediatric Society.(2012). Preventing Choking And Suffocation In Children.Paediatr child health;17(2):91-2. Committee On Injury, Violence, And Poison Prevention. (2010). Policy Statement—Prevention of Choking Among Children.American Academy of Pediatrics. 125, 601-607 Daisy, Widiastuti.& Imral, Chair. (2003). Aspirasi kacang pada anak. FKUI, Jakarta,4(4): 186 – 191. Depdiknas. (2007). Pedoman pengembangan fisik motorik di taman kanak kanak. Jakarta. Fadhlia.(2011).Profil penderita aspirasi benda asing di traktus trakheobronkial di RSUP H. Adam Malik Medan tahun2006-2010.Tesis.Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia. Harry, A, Asroel.(2007). Ekstraksi benda asing di bronkus dan esofagus. Fakultas Kedokteran Uniservitas Sumatera Utara. Hidayat. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia, aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hull, D. & Johnston, D. (2008). Dasar-dasar pediatri (Essential Paediatrics) 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hurlock, E, B. (2003). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (5th ed.). Jakarta: Erlangga. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: Balai Pustaka Lansky & Vicky.(2007). Tip praktis mengasuh anak. Jagakarsa: Trans Media. Mubarak, W, I. (2007). Promi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogjakarta: Graha Ilmu Notoatmodjo.(2010). Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Novialdi, Sukri, Rahman. (2010). Benda asing batu kerikil di bronkus.Tesis.Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Indonesia. Polit, D, F., Beck, C, T. and Hungler, B, P. (2006). Nursing research: Principles and methods. 7th edition.Philadelpia.Lippincott William and willkins. Potter, P, A & Perry, A, G. (2005).Fundamental of nursing: concepts, process, and practice. Edisi 4. Cetakan Kesatu. Jakarta: EGC. Yadap, S.P, Singh, J., Aggarwal, N. (2007). A Goel. Airway foreign bodies in children: experience of 132 cases. Singapore Med J, 48(9): 850 – 3. Sarafino, E. P, (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition.USA: John Wiley & Sons. Setiadi.(2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Shelov, Steven, P. (2004). Panduan lengkap perawatan untuk bayi dan balita, Jakarta: Arcan. Singgih, D, Gunarsa. (2008). Psikologi Perawatan.Jakarta: Gunung Mulia. Smith SA, Norris, B. (2003). Reducing the risk of choking hazards: mouthing behavior of children aged 1 month to 5 years. Inj ControlSaf Promot, 10(3):145–154. Soepardi, E, A. & Iskandar, N. (2001).Buku ajar ilmu kesehatantelinga – hidung – tenggorok – kepala leher. Jakarta: FKUI.