Peternakan
PENERAPAN TEKNOLOGI DEFAUNASI DAN TAPE JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL
RAMAIYULIS dan SUJATMIKO
Abstrak Kegiatan Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) telah dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan laju pertumbuhan sapi potong melalui penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami. Sepuluh ekor ternak digunakan sebagai Demplot, lima ekor dipelihara secara tradisional dan lima lagi diberi teknologi defaunasi dan tape jerami. Defaunasi dilakukan dengan pemberian bahan defaunasi ektrak tanin gambir, sedangkan tape jerami dibuat dengan menfermentasi jerami segar menggunakan inokulan Aspergillus niger. Evaluasi hasil kegiatan menunjukan bahwa penerapan teknologi dapat meningkatkan laju pertambahan berat badan dari 0,518 menjadi 0,642 kg/ekor/hari, mempersingkat lama penggemukan 9 bulan menjadi 8 bulan. Dampak penerapan teknologi dapat meningkatkan keuntungan peternak dari Rp 1.335.751/ ekor menjadi 1.534.181/ ekor.
Kata kunci : defaunasi, tape jerami, sapi potong, tanin gambir
I.
PENDAHULUAN Pengembangan usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Tanah Datar
semakin digiatkan dan mendapat perhatian khusus dari Pemda setempat, mengingat daerah ini sangat strategis sebagai sentra produksi peternakan di Sumatera Barat. Populasi sapi potong di daerah ini tahun 2007 adalah 63.517 ekor (BPS, 2008).
Masyarakat di daerah ini umumnya menggantungkan ekonomi
pada sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan, luas lahan sawah di kabupaten Tanah Datar tahun 2007 tercatat 36.121 Ha dengan produksi gabah kering 177.824 ton/ tahun dan menghasilkan produk sampingan yaitu jerami padi 45.513 ton/ tahun. Data profil usaha dan hasil observasi lapangan ditemukan bahwa, rata-rata laju pertambahan berat badan sapi potong yang dipelihara masyarakat secara 1
Staf Pengajar Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Seminar Nasional Pengembangan Agroindustri untuk Mendukung Perekonomian Rakyat
tradisional hanya 0,21-0,64 kg/hari, lama penggemukan 8-12 bulan, biaya pakan Rp 1.200/ekor/hari, keuntungan usaha Rp. 837.000/ekor/periode pemeliharaan. Berdasarkan data ini ternyata produktivitas sapi potong yang dipelihara masih rendah. Jenis sapi yang banyak dipelihara adalah jenis Simental, standar pertambahan bobot badan sapi Simental bisa mencapai 1,80 kg/hari (BPTU, 2004). Penyebab rendahnya produktivitas ternak yang dipelihara karena rendahnya kualitas pakan yang diberikan. Pakan terdiri dari hijauan jerami padi, dan rumput lapangan ditambah dengan konsentrat berupa dedak dan mineral. Hasil evaluasi kualitas ransum, ternyata ransum yang diberikan kepada sapi hanya mengandung protein 7,82 % dan energi (TDN) 59,79%, sedangkan rekomendasi Ditjen Peternakan (1995) kualitas ransum sapi potong dengan pemberian hijauan berkualitas rendah sampai sedang minimal mengandung protein 13 %, energi (TDN) 65 %. Upaya meningkatkan kualitas konsentrat dirasakan berat oleh peternak, karena akan meningkatkan biaya ransum. Salah satu alternatif yang dianggap cukup tepat untuk mengatasi hal ini adalah penerapan teknologi defaunasi, yaitu pengendalian mikrofauna (protozoa rumen) karena dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas ternak sapi dengan kualitas ransum yang rendah (Ramaiyulis, 1996; Salvia dkk, 2005). Pemberian jerami padi segar dilaporkan kurang menguntungkan karena rendahnya daya cerna, pengolahan menjadi tape jerami merupakan solusi terbaik karena mampu meningkatkan degradasi serat detergen netral (NDF) sebesar 64-78 % (Haryanto dkk, 2004).
II.
MATERI DAN METODE Pengujian teknologi dilakukan melalui kegiatan penerapan Ipteks bagi
Masyarakat (IbM) dengan membuat dua plot demontrasi (demplot) yaitu plot sapi potong yang dipelihara secara tradisional dan plot sapi dengan penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami. Demplot dibuat di dua lokasi yaitu di kelompok tani Karatau Sakato Rambatan dan Kelompok tani Simpang Mata Air Sungai Tarab kabupaten Tanah Datar. Masing-masing plot berisi 5 ekor sapi
2
dengan lama pemeliharaan 2 bulan. Pemeliharaan tradisional adalah pemeliharaan sapi potong di dalam kandang dengan pemberian hijauan rumput dan jerami padi segar serta pemberian dedak 1 kg/ hari, pada kondisi yang sama teknologi defaunasi dan tape jerami dilakukan dengan pemberian bahan defaunasi dan pemberian tape jerami. Teknologi Defaunasi diterapkan dengan cara pemberian bahan defaunasi yang mengandung senyawa anti protozoa rumen yaitu ekstrak tanin gambir (Sujatmiko dan Ramaiyulis, 2008). (Uncaria gambir Roxb)
Ekstrak tanin gambir dibuat dari gambir
kualitas I yang mengandung tanin 84,88 % (Kasim
2002). Pertama gambir diekstrak dengan metanol dan air perbandingan 1:1 yang digunakan sebanyak 0,1 ml pelarut/ mg gambir.
Hasil ekstraksi kemudian
dirotavor sehingga didapat ekstrak kental yang kemudian diendapkan selama satu malam hingga didapatkan endapan, selanjutnya endapan ini dikeringkan dalam oven (600C) menghasilkan ekstrak kering.
Ekstrak kering digiling halus dan
kemudian dicampur dengan vitamin dan mineral sapi hingga akhirnya dikemas dengan isi ± 8 gram/ bungkus. Pemberian kepada sapi potong dilakukan dengan cara mencampurnya dengan dedak (1 bungkus ekstrak + 1 kg dedak) yang ditambah dengan air dan siap diberikan kepada sapi. Frekwensi pemberian satu kali sehari yang diberikan pada pagi hari ± 2 jam sebelum pemberian rumput dan tape jerami. Tape jerami dibuat dengan melakukan fermentasi terhadap jerami padi segar menggunakan inokulan kapang Aspergillus niger. Kapang diperoleh dari biakan stock dari Lab. Mikrobiologi Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh yang kemudian dijadikan ragi dengan cara membiakan kapang pada media nasi dengan inkubasi selama 72 jam pada suhu kamar. Biakan yang didapat kemudian dikeringkan dan ditepungkan, lalu dicampur dengan tepung beras 1:1 dan dibasahi kembali dengan aquades untuk bisa dicetak bulat cakram sampai akhirnya dikeringkan kembali untuk siap dijadikan ragi guna pembuatan tape jerami di lapangan. Pengamatan terhadap sapi demplot dilakukan dengan parameter laju pertambahan berat badan yang diukur setiap minggu dengan metode pengukuran
3
lingkar dada (cm) yang dikonversi menjadi berat sapi (kg) menggunakan rumus “Schoorl” yaitu Berat sapi = (Lingkar dada + 22)2/100.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Laju Pertambahan Bobot Badan Berdasarkan hasil evaluasi demplot didapat informasi seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Laju Pertambahan Berat Badan Sapi Demplot Pemeliharaan Tradisional Demplot Nomor
Jenis Sapi
Bobot Badan Awal
1 2 3 4 5
Simental 386 Simental 354 Brahman 228 PO 205 Lokal 183 Rata-rata (kg/ekor/hr) Peningkatan (%)
Akhir 435 395 252 229 201
Laju Pertambahan Bobot Badan (kg/hr)
0,811 0,683 0,406 0,392 0,297 0,518 23,986
Teknologi Defaunasi dan Tape Jerami Laju Bobot Badan Awal
Akhir
371 368 252 186 162
425 417 281 221 188
Pertambahan Bobot Badan (kg/hr)
0,897 0,821 0,475 0,583 0,434 0,642
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami dapat meningkatkan laju pertambahan berat badan sapi 24 % dibanding pemeliharaan tradisional. Pemeliharaan tradisional hanya mendapatkan rata-rata laju pertambahan bobot badan 0,52 kg/ekor/hari sedangkan dengan teknologi defaunasi dan tape jerami mampu mencapai rata-rata 0,64 kg/ekor/hari. Peningkatan terbesar terjadi pada sapi jenis PO dan ikuti jenis Lokal seterusnya Simental dan Brahman. Peningkatan laju pertambahan bobot badan pada ternak yang mendapat perlakuan terjadi karena teknologi defaunasi memberikan dampak peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan (Bird, 1999; Widhya, 2004; Ramaiyulis, 2007). Efisiensi pemanfaatan pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh imbangan protein dan energi (imbangan P/E), yaitu imbangan protein mikroba dan protein by-pass dengan energi yang diserap (Leng 1991).
4
Pemberian ekstrak tanin gambir sebagai bahan antiprotozoa rumen dapat mengeliminasi 63.8 % dari total populasi protozoa di dalam rumen (Ramaiyulis, 2005), sehingga menyebabkan peningkatan sistesis protein mikroba di rumen dan peningkatan imbangan P/E yang telah terbukti dengan peningkatan 70% laju pertambahan bobot badan pada ternak sapi yang diberi bahan defaunasi ekstrak tanin gambir (sujatmiko dan Ramaiyulis, 2008). Berkurangnya populasi protozoa rumen sebagai pemangsa bakteri menyebabkan peningkatan biomassa bakteri dalam rumen (Veira, 1986), akibatnya meningkatkan kualitas dan kuantitas protein mikroba yang didapatkan ternak dan meningkatkan imbangan protein mikroba yang diserap (Bird et al., 1990). Protein mikroba merupakan sumber protein utama yang mengalir ke usus halus terutama pada pada ternak ruminansia yang mendapat ransum basal berkualias rendah dengan protein by-pass yang rendah, kebutuhan proteinnya dipenuhi dari protein mikroba yang masuk ke usus halus (Leng, 1995). Hal ini tergambar pada peningkatan laju pertambahan bobot badan yang meningkat 118,03 % pada ternak jenis lokal yang hanya diberi rumput tanpa pemberian konsentrat. Peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan terjadi karena bahan defaunasi menekan populasi protozoa dalam rumen sehingga berkurangnya pemangsa bakteri yang memberi dampak positif terhadap peningkatan massa mikroba yang tersedia sebagai protein mikroba bagi ternak. Pertambahan berat badan sapi dipengaruhi oleh faktor kualitas pakan, serta kemampuan ternak untuk memanfaatkan pakan tersebut. Rataan pertambahan berat badan harian menunjukkan bahwa sapi yang diberi perlakuan defaunasi dan tape jerami memberikan respon pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dibanding dengan pemeliharaan tradisional (0,64 vs 0,52). Pertambahan berat badan yang lebih tinggi dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang juga tinggi. Makin tinggi jumlah pakan yang dikonsumsi akan menghasilkan pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi (McDonald et al. 1988). Jerami padi yang telah difermentasi menjadi tape jerami daya cernanya lebih baik karena kandungan serat terutama lignin yang merupakan faktor pembatas yang menghambat daya
5
cerna jerami padi telah mengalami perombakan (rendah) sehingga memberikan pertumbuhan ternak yang lebih baik pula (Syamsu, 2001).
Laju PBB (kg/hr)
1,000 0,800
Jenis Sapi : 1.Simental 2.Simenta 1.Brahman 2.PO 3.Lokal
0,600 0,400 0,200 0,000 1
2
3
4
5
No Demplot Tradisional
Defuansi+Tape Jerami
Gambar 1. Perbandingan Laju Pertambahan Bobot Badan Sapi yang Dipelihara Tradisional dengan Teknologi Defaunasi dan Tape Jerami
2. Lama Penggemukan Berdasarkan data laju pertambahan bobot badan sapi demplot, dampak penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami terhadap lama penggemukan sapi dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Dampak Penerapan Teknologi Defaunasi dan Tape Jerami terhadap Lama Penggemukan Sapi Bobot badan Lama Penggemukan awal akhir Tradisional Teknologi penggemukan penggemukan Hari Bulan Hari Bulan (siap jual) Simental 386 600 264 9 239 8 Simental 354 600 360 12 300 10 Brahman 228 400 424 14 362 12 PO 205 400 497 17 334 11 Lokal 183 400 731 24 500 17 Pada Tabel 2 terlihat bahwa penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami Jenis Sapi
dapat mempersingkat lama penggemukan sapi hingga siap jual sebagai sapi
6
potong. Pada pemeliharaan tradisional yang selama ini dilakukan masyarakat lama penggemukan sapi hingga siap jual berkisar 9-24 bulan, tetapi dengan penerapan teknologi lama penggemukan dapat dipersingkat menjadi 8-17 bulan. Usaha penggemukan sapi potong sangat tergantung pada lama penggemukan hingga sapi siap dijual, semakin lama waktu penggemukan semakin lambat perputaran modal usaha. Gunawan, dkk (1996) melaporkan bahwa usaha penggemukan sapi potong memerlukan pakan dengan kwantitas yang cukup dengan kualitas yang baik secara kontinyu. Pemberian konsentrat sebagai pakan penguat biasanya dilakukan terbatas oleh petani yang memiliki tingkat kemampuan ekonomi yang baik (Kusnadi, dkk. 1993). Akibatnya secara umum produktivitas sapi potong yang dipelihara petani di pedesaan menjadi rendah. Menurut Ramaiyulis (2000) lama penggemukan sapi potong secara tradisional berkisar antara 12- 18 bulan. Pada ternak yang mendapat perlakuan defaunasi dan tape jerami, kisaran lama penggemukan sangat ditentukan oleh bobot badan awal dan laju pertambahan bobot badan harian.
Hubungan bobot badan awal berbanding
terbalik dengan dengan lama penggemukan mengikuti persamaan Y = 519,2 30,78 x dengan koefisien regresi R2 = 0,845. Demikian juga laju pertambahan bobot badan berbanding terbalik dengan lama penggemukan dengan persamaan Y= 515,5 - 30,10 x dengan koefisien regresi R2 = 0,808. Dengan demikian lama penggemukan sapi potong menggunakan teknologi defaunasi dan tape jerami dapat diduga melalui garis trend seperti pada gambar 2 dengan rumus pendugaan Y = -30,78x + 519,2 dengan R2 = 0,845.
7
600
Lama Penggemukan (hari)
500 y = -30,78x + 519,2 R² = 0,845
400 300 200 100 0
162 183 186 205 228 252 354 368 371 386 427 455 484 512 541 569 598 Bobot Badan Awal Penggemukan (kg)
Gambar 2. Garis Trend untuk Menduga Lama Penggemukan Sapi Potong Berdasarkan Bobot Badan Awal Penggemukan
3. Analisis Biaya dan Pendapatan Hasil analisis usaha penggemukan sapi potong demplot penggunaan teknologi defaunasi dan tape jerami dibanding pemeliharaan tradisional ditampilkan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pendapatan peternak meningkat dari Rp 1.335.751/ekor sebelum penerapan Ipteks menjadi Rp 1.534.181/ekor setelah penerapan Ipteks. Artinya pemberian hijauan berupa tetape jerami 60% dan rumput 40% bersama 1 kg konsentrat ditambah perlakuan defaunasi secara ekonomi layak dilakukan karena dapat meningkatkan keuntungan rata-rata 15%. Adanya peningkatan pendapatan sebesar Rp 198.470/ ekor/ bulan melalui penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami sangat berarti bagi peternak karena rata-rata setiap peternak memelihara ternak 3-5 ekor sehingga terjadi peningkatan pendapatan peternak sebesar Rp 595.000 sampai 1.990.000 per bulan.
8
Tabel 3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Demplot Uraian Perhitungan Biaya Tetap Penyusutan kandang Penyusutan peralatan Total Perhitungan biaya variabel Bibit sapi bakalan Biaya rumput Biaya tape jerami Bahan Defaunasi Biaya konsentrat Biaya obat-obatan Biaya tenaga kerja Total Biaya Operasional Biaya total Total Pemasukan Keuntungan bersih Peningkatan (%)
Tradisional
Teknologi Defaunasi + Tape Jerami
33.000 120.000 153.000
33.000 120.000 153.000
7.720.000 667.008 347.400 50.000 480.000 9.264.408 94.174 9.511.582 10.847.333 1.335.751 14,86
7.720.000 266.803 183.427 21.827 347.400 50.000 480.000 9.069.457 90.695 9.313.152 10.847.333 1.534.181
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami dapat meningkatkan laju pertambahan berat badan harian sapi potong dari rata-rata 0,52 menjadi 0,64 kg/ ekor/ hari atau peningkatan sebesar 17 %. Lama waktu penggemukan dapat dipersingkat dari 9-24 bulan menjadi 8-10 bulan dan pendapatan peternak meningkat 15% dari Rp 1.335.751/ ekor menjadi 1.534.181/ ekor.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M DIKTI yang telah membiayai kegiatan ini, juga kepada P3M Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh yang telah menfasilitasi pelaksanaan kegiatan serta ketua dan peternak demonstrator kelompok tani Karatau Sakato dan Simpang Mata Air kabupaten Tanah Datar
9
DAFTAR PUSTAKA Anonymus. 1995. Konsep Peraturan Makanan Ternak tentang Standar Makanan Sapi Potong. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Bird, S.H. 1999. The influence of the presence of protozoa on ruminant production: A Review. Dalam Recent Advances in Animal Nutrition in Australia. Eds. Farell. D.J. dan P.Vohra. University of New England, Armidale. BPTU. 2004. Laporan Tahunan BPTU-SP Padang Mengatas Kab. Lima Puluh Kota Sumbar. Gunawan., M.A. Yusron., Aryogi dan A. Rasyid. 1996. Peningkatan produktivitas pedet jantan sapi perah rakyat melalui penambahan pakan konsentrat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid 2. Puslitbangnak. Bogor. Kasim, A. 2002. Gambir dan Penggunaannya Sebagai Bahan Perekat Kayu. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI V. Kusnadi, U., M. Sabrani., Wiloeto., S. Iskandar., D. Sugandi., Subiharta.., Nandang dan Wartiningsih. Hasil Penelitian Usahatani Ternak Terpadu di Dataran Tinggi Jawa Tengah. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Leng, R.A. 1995. Rational Use of Molases/ urea Multinutrient Bokcs for Suplementation of Ruminants. FAO. Ramaiyulis. 2000. Memasyarakatkan Pemberian Permen Jilat Sapi Potong pada Peternakan Tradisional. Jurnal P&PT. II : 1 (48-49). Ramaiyulis. 2005. Pengaruh Penambahan Ekstrak Tanin Gambir terhadap populasi dan Laju Pertumbuhan mikrofauna rumen secara In Vitro. Lap. Penelitian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Salvia, P.S.Noor dan Ramaiyulis. 2005. Penerapan Teknologi Defaunasi untuk Meningkatkan Produktivitas Reproduksi Sapi Potong di Kawasan Pembibitan Sapi Simental Baso. Viera, D.M. 1986. The role of ciliate protozoa in nutrition of the ruminant. J. Anim. Sci. 63:1547. Wahid, M.Z. 2005. Kebijakan Pengembangan Agribisnis Peternakan di Sumatera Barat. Disnak Prop. Sumbar.
10
Lampiran 1. Foto-foto Kegiatan
Gambir
Proses ekstraksi
Ekstrak kering Penepungan
Dibungkus @ 8 gram
Kemasan kotak berisi 15 bungkus
Gambar 3. Proses Ekstraksi Tanin Gambir untuk Bahan Defaunasi
11
Isolat Aspergillus niger
Pembuatan ragi
Pengolahan jerami segar
Tape Jerami yang dihasilkan
Pengukuran berat badan sapi demplot Pemberian kepada ternak demplot
Gambar 4. Proses Pengolahan Tape Jerami, Pemberian dan Pengukuran Berat Badan Ternak Demplot
12