Prosiding Seminar Nasional Teknik Industri UK Petra 2014 Menuju Era Green Governance, Green Industry Surabaya, 8 November 2014
ISBN 978-602-71225-1-2
Penerapan Teknik Strategic Choice Approach dalam Penstrukturan Masalah Pengelolaan Rantai Pasokan Iwan Mu’min Basarah1, Sani Susanto2 Abstract: Implementation of Supply Chain Management in nowadays business competition could not be avoided. Companies that succeed in implementing Supply Chain Management will be able to win the competition among its rivals. However, the implementation of Supply Chain Management is not an easy task to complete. In addition, this kind of task contains problems that are ill-structured in nature. In this research, it will be shown that Strategic Choice Approach (SCA) can be implemented to reinvent the hidden structure of the ill-structured problem. Systematic steps for solving problems through SCA are described and implemented. Keywords: Soft OR, Strategic Choice Approach, Supply Chain Management
Pendahuluan Masalah atau problem selalu menyertai perjalanan hidup seorang manusia, sebuah organisasi ataupun sebuah Negara. Masalah yang serius kerap kali membutuhkan pemecahan. Kegiatan memecahkan masalah atau problem solving bukanlah perkara yang mudah. Kegiatan pemecahan masalah ini menjadi tidak mudah karena tidak setiap permasalahan itu pada awalnya terdefinisi dengan baik (well defined), tidak setiap permasalahan terstruktur dengan baik (well structured). Dengan demikian, penstrukturan masalah atau problem structuring menjadi langkah yang pertama kali harus ditempuh saat seseorang, sebuah organisasi atau sebuah negara hendak memecahkan permasalahan yang tengah dihadapinya. Makalah ini berisi sebuah contoh penstrukturan masalah, Problem Structuring Method (PSM), yang disebut dengan Strategic Choice Approach (SCA). Penerapan dilakukan terhadap suatu kasus yang didapat di PT X. PT X, adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur dan distribusi bahan bangunan, berpusat di kota Bandung dengan 30 kantor cabang di seluruh Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang ada saat ini sebanyak 2000 orang. Jumlah karyawan tersebut terdiri dari 800 orang tenaga kerja tetap, 1200 tenaga kerja kontrak. Perusahaan PT X saat ini memiliki nilai inventori yang tinggi, dengan dugaan sementara yang menjadi Program Doktor Ilmu Ekonomi, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Merdeka 30, Bandung. Email:
[email protected] 2. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan,. Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung -40141, Email:
[email protected] 1
141
penyebabnya adalah banyaknya permasalahan pada pengelolaan rantai pasokan yang belum sempat secara serius distrukturkan. Penelitian pada makalah ini ditujukan untuk satu hal, yaitu menstrukturkan permasalahan pada pengelolaan rantai pasokan. Teknik SCA dipilih sebagai teknik penstrukturan masalah dalam penelitian ini, karena teknik ini cukup sederhana, dalam artian, pada tahap awalnya tidak memerlukan data kuantitatif yang rinci. Teknik ini dapat bekerja secara fleksibel dalam sebuah kelompok beranggotakan 6 (enam) hingga 8 (delapan) peserta lokakarya (workshop) yang dipimpin oleh seorang fasilitator. Berdasarkan uraian pada bab Pendahuluan, dapat diidentifikasi beberapa masalah berikut ini: Bagaimana narasi permasalahan pengelolaan rantai pasokan di PT X? Bagaimana penggambaran narasi dalam bentuk peta atau diagram yang lebih mudah dicerna? Berdasarkan peta atau diagram narasi, bagaimana teknik Strategic Choice Approach dipergunakan untuk menyelesaikan mendapatkan struktur permasalahan? Penelitian ini bertujuan untuk: Mendapatkan narasi permasalahan pengelolaan rantai pasokan di PT X. Mendapatkan peta atau diagram yang membuat narasi permasalahan semakin mudah dicerna. Menerapkan teknik SCA berdasarkan peta atau diagram di atas untuk mendapatkan struktur permasalahan Dari penelitian ini akan didapatkan narasi permasalahan pengelolaan rantai pasokan, peta atau diagram narasi permasalahan, serta penerapan SCA berdasar peta atau diagram tersebut. Ketiga hal ini akan menghasilkan struktur yanglebih jelas dari permasalahan pengelolaan rantai pasokan yang tengah dihadapi PT X.
Basarah et al. / Penerapan Teknik Strategic Choice Approach / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 141–147
Metode Penelitian Dalam kepustakaan terdapat banyak sekali definisi (definition) bagi istilah masalah, namun pada hakekat (notion)nya masalah terjadi ketika terdapat jurang atau gap antara keadaan sekarang (current or existing state) dengan keadaan yang diharapkan (desired state) (John dan Saks, [1]). Seperti literatur atau kepustakaan pada umumnya, maka berdasarkan strukturnya, John dan Saks [1] pun membagi permasalahan kedalam 2 (dua) kategori besar, yaitu permasalahan yang terstruktur dengan baik (wellstructured problem) dan permasalahan yang tidak terstruktur dengan baik (ill-structured problem). Berikut ini adalah penjelasan tentang kedua jenis permasalahan ini. Permasalahan yang terstruktur dengan baik adalah permasalahan yang memiliki kejelasan dalam ketiga aspek berikut ini:, yaitu (i) kejelasan akan gambaran tentang keadaan sekarang (ii) kejelasan akan gambaran tentang keadaan yang diharapkan, dan (iii) kejelasan tentang bagaimana cara untuk beranjak dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diharapkan. Permasalahan yang tidak terstruktur dengan baik adalah permasalahan yang tidak memenuhi sekurang-kurangnya salah satu dari ketiga aspek ini. Untuk membuat suatu permasalahan dapat terpecahkan, maka permasalahan tersebut harus diupayakan untuk mendapat kejelasan dalam ketiga aspek di atas. Dengan perkataan lain, untuk membuat suatu permasalahan, yang biasanya berupa illstructured problem, terpecahkan, terlebih kita harus mengubahnya menjadi well structured problem. Metode atau teknik untuk mengubah ill-structured problem menjadi well-structured problem dikenal sebagai Problem Structuring Method (PSM) (Daellenbach et.al [2]). Lebih lanjut, Daellenbach et.al [2] mendaftarkan beberapa teknik atau metode penstrukturan masalah (PSM) beserta nama pengembangnya serta tahun pertama kali teknik itu dikembangkan, seperti tertera pada Tabel 1. Teknik Strategic Choice Approach (SCA) pertamakali dikenalkan oleh John Friend di tahun 1969. Teknik ini lahir sebagai hasil kolaborasi pemikiran para ahli Penelitian Operasional (Operations Research) dan para ahli ilmu social (Social Scientis) dalam mengamati para pengambil keputusan strategis ketika menjalankan perannya. SCA bertujuan untuk menghasilkan landasan bagi penggambaran atau deskripsi sistem yang mempertimbangkan pelbagai macam sumber ketidakpastian, yaitu teknis, politis, struktur, yang seringkali membuat suatu permasalahan menjadi sulit untuk dipecahkan (Rosenhead dan Mingers, [3]) Teknik SCA dipilih 142
sebagai teknik penstrukturan masalah dalam penelitian ini, karena teknik ini, berbeda dengan teknik lainnya, tidak memiliki landasan teoritisformal, sebagai gantinya, teknik ini memiliki 4 (empat) modus yang dapat bekerja secara fleksibel dengan dalam sebuah kelompok beranggotakan 6 (enam) hingga 8 (delapan) peserta lokakarya (workshop) yang dipimpin oleh seorang fasilitator. Teknik SCA memerlukan masukan atau input berupa narasi permasalahan yang tengah dihadapi pengguna teknik ini. Selanjutnya narasi ini digambarkan dalam peta atau diagram agar narasi menjadi lebih mudah untuk dicerna. Untuk hal ini dapat digunakan cognitive map. Selanjutnya dari cognitive map ini akan digarap lebih lanjut melalui keempat modus SCA. Keempat modus SCA menurut Daellenbach et al. [2] adalah Shaping (pembentukan), Designing (perancangan), Comparing (pembandingan) dan Choosing (pemilihan). Pada tahapan Shaping, dilakukan penentuan area area atau isu isu yang diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut terjadi. Selanjutnya area area atau isu isu yang muncul tersebut, dihubungkan satu dengan lainnya dan dinyatakan dalam satu gambar yang disebut decision grapf. Dalam decision graph, ditampilkan hubungan hubungan antar isu yang memiliki tingkat urgensi tinggi, penting dan prioritas. Keluaran atau output dari tahapan shaping ini adalah sebuah kesepakatan (agreement) tentang area area mana sajakah yang memiliki tingkat hubungan yang tinggi, mendesak, serta memiliki prioritas untuk ditelaah lebih lanjut (Daellenbach et al. [2]). Tabel 1. Nama Teknik PSM dan pengembangnya (Sumber: Daellenbach et.al [2]) Tahun 1950 1960
Nama Teknik (Pengembang) Gaming (The Rand Corporation) Metagame analysis (US Arms Control and Disarmament Agency) 1969 Strategic choice approach (J. Friend, A. Hickling) 1969/81 Strategic assumption surfacing and testing (R.O. Mason, I.I. Mitroff) 1971 Social systems design (C.W. Churchman) 1974 Social systems sciences, also as Interactive Planning (R.L.Ackoff) 1975 Soft systems methodology (P. Checkland) 1979 Strategic option development and analysis (C. Eden) 1980 Hypergame analysis (P.G. Bennett) 1980 Robustness analysis (J. Rosenhead) 1980/90 Theory of constraints (E. Goldratt) 1983 Critical systems heuristics (W. Ulrich) 1990/3 Drama theory (P.G. Bennett, M. Bradley, J. Bryant, N. Howard) 1991 Total systems intervention (R.L. Flood, M.C. Jackson) 1995 Multimethodology (J. Brocklesby, J. Mingers)
Basarah et al. / Penerapan Teknik Strategic Choice Approach / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 141–147
Pada tahapan Designing, atau tahapan perancangan, dilakukan perancangan langkah langkah atau skema keputusan yang mungkin dapat dilakukan dari setiap area atau isu yang telah ditetapkan pada tahapan shaping. Salah satu contohnya adalah jika ditemukan skema atau langkah yang berkaitan dengan waktu, pilihan yang mungkin akan muncul adalah “sekarang” atau “12 bulan yang akan datang”. Dari setiap kemungkinan langkah yang telah ditentukan tadi, akan dibandingkan satu dengan lainnya dalam tahapan selanjutnya, yaitu tahapan comparing (Daellenbach et al. [2]). Pada tahapan Comparing, dilakukan pembandingan dari skema atau langkah keputusan yang telah ditentukan pada tahapan designing. Tidak seluruh skema keputusan yang dihasilkan pada tahapan designing yang akan dibandingkan, akan tetapi hanya yang dianggap sangat memungkinkan untuk dapat ditindaklanjuti (Daellenbach et al. [2]). Pada tahapan Choosing, dilakukan pemilihan dan evaluasi terhadap langkah keputusan yang diambil serta melakukan analisis terhadap segala kemungkinan ketidakpastian yang akan muncul dan terjadi dari pengambilan keputusan tersebut (Daellenbach et al. [2]). Dalam tulisan ini metode penelitian didefinisikan sebagai sekumpulan langkah-langkah yang ada awalnya dan ada akhirnya, yang ditujukan untuk satu dan hanya satu hal, yaitu menjawab semua masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian, untuk penelitian ini, metode penelitian berisi langkah-langkah sebagai berikut. Langkah pertama, membuat narasi permasalahan pengelolaan rantai pasokan di PT X. Langkah kedua, menghasilkan cognitive map berdasarkan narasi permasalahn. Langkah ketiga, menggunakan cognitive map ini sebagai masukan atau input bagi keempat modus dari SCA.
Hasil dan Pembahasan Narasi Permasalahan Seperti disampaikan sebelumnya, penelitian ini dilakukan di PT X, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di manufaktur dan distribusi bahan bangunan yang berkantor pusat di Kota Bandung, memiliki 30 kantor cabang penjualan tersebar di seluruh wilayah Indonesia {B-1}. Seperti halnya setiap perusahaan yang memiliki sistem manufaktur dan distribusi yang dikelola sendiri tanpa melalui pihak ketiga {B-2}, PT X menghadapi permasalahan yaitu tingginya biaya rantai pasokan{B143
3}, yang mana berdasarkan dugaan awal karena banyaknya permasalahan dalam pengelolaan rantai pasokan{B-4}. Permasalahan permasalahan seperti yang didugakan sebelumnya antara lain adalah permasalahan pengelolaan persediaan barang digudang kantor cabang yang berakibat kepada tingginya nilai persediaan {B-5}, tidak efektifnya rute pengiriman barang ke konsumen yang berakibat tingginya biaya pengiriman{B-6}, perencanaan produksi yang tidak tepat berakibat pada tingginya nilai persediaan produk jadi di gudang manufaktur{B-7}, serta tingginya nilai persediaan bahan baku di gudang bahan baku karena perencanaan produksi yang tidak tepat dan akurat{B-8}. Jajaran manajemen PT X juga menduga bahwa permasalahan tidak sepenuhnya karena pengelolaan rantai pasokan yang tidak baik. Tingginya nilai persediaan digudang kantor cabang penjualan juga dikarenakan rendahnya realisasi penjualan yang dilakukan oleh salesman dikantor cabang jika dibandingkan dengan rencana penjualannya {B-9}. Rencana penjualan yang akan dilakukan oleh salesman, sebelumnya merupakan masukan untuk Departemen Rantai Pasokan dalam melakukan perencanaan pengadaan produk jadi yang akan dijual, perencanaan pengiriman, perencanaan produksi hingga perencanaan kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi. Rendahnya realisasi penjualan yang dilakukan oleh salesman dibandingkan dengan rencana sebelumnya tentu saja akan mengakibatkan tingginya nilai persediaan yang tidak terjual dan akhirnya akan selalu bertambah setiap bulan. Direksi dan manajemen PT X memandang perlu untuk menyelesaikan permasalahan permasalahan ini sehingga secara keseluruhan biaya rantai pasokan dapat diturunkan sehingga membuat PT X dapat menjadi lebih bersaing dengan para pesaingnya. Setelah dilakukan pemetaan bersama, maka para manajer lini PT X berkumpul dan mendapatkan berberapa hal yang menjadi perhatian utama, yaitu (a) Perbaikan kualitas perencanaan penjualan oleh salesman {B-10}, (b). Perbaikan jumlah kebutuhan persediaan produk jadi dikantor cabang penjualan {B-11}, (c) Perbaikan mekanisme penyampaian informasi jumlah kebutuhan persediaan dikantor cabang penjualan ke bagian terkait, seperti ke bagian transportasi untuk kebutuhan perencanaan pengiriman, kebagian gudang untuk kebutuhan area penyimpanan, kebagian produksi untuk perencanaan produksi dan kebagian pembelian untuk perencanaan pembelian bahan baku dan bahan pendukung produksi lainnya {B-12}.
Basarah et al. / Penerapan Teknik Strategic Choice Approach / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 141–147
Perbaikan kualitas perencanaan penjualan direncanakan dilakukan dengan melakukan pelatihan kepada tenaga salesman{B-13}. Pelatihan yang diberikan meliputi teknik penjualan yang efektif{B-14}, analisis dan membuat perhitungan rencana penjualan yang baik dengan melihat dan melakukan analisis data penjualan masa lampau{B-15} serta pelatihan rantai pasokan secara keseluruhan{B-16}. Perbaikan jumlah kebutuhan persediaan dikantor cabang dengan cara melakukan analisis terhadap data penjualan sebelumnya{B-15} dan juga memberikan pelatihan kepada bagian pengadaan persediaan tentang bagaimana menghitung dan merencanakan persediaan yang tepat{B-17}. Perbaikan penyampaian informasi keseluruh bagian yang terkait dalam rantai pasokan dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan terhadap sistem informasi yang ada saat ini{B-18}. Manajemen sistem informasi yang terkelola dengan baik dengan data yang tepat waktu (real time on-line) akan sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan ini. Tidak kalah penting juga adalah pelatihan bagi seluruh karyawan yang terlibat dalam operasionalisasi sistem informasi rantai pasokan ini, karena dengan karyawan yang terlatih, seluruh perbaikan ini dapat dijalankan dengan baik{B-19}. Dengan pemaparan tersebut diatas, manajemen PT X melihat ada satu hal kunci yang perlu menjadi perhatian utama, yaitu peningkatan kompetensi dari karyawan yang terlibat dalam proses rantai pasokan ini secara keseluruhan{B-20}. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan baik internal{B-21} maupun eksternal perusahaan{B-22}. Pelatihan internal perusahaan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, seperti training center{B-23} dan trainer internal yang ada {B-24}. Untuk pelatihan eksternal, dapat dilakukan dengan menunjuk penyedia pelayanan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan{B-25}.
..pemanfaatan trainer internal.. {B-24}
.pelatihan internal.. {B-21}
…pelatihan eksternal.. {B-22}
..pemanfaatan training center.. {B-23} ..menunjuk penyedia pelatihan.. {B-25}
..peningkatan kompetensi karyawan.. {B-20}
..pelatihan menghitung persediaan yang tepat.. {B-17}
..pelathan penggunaan dan operasionilasasi sistem informasi.. {B-19}
..perbaikan sistem informasi... {B-18}
..perbaikan jumlah kebutuhan persediaan .. {B11}
..perbaikan mekanisme informasi.. {B-12}
..tingginya persediaan bahan baku.. {B-8}
..permasalahan pengelolaan persediaan di gudang kantor cabang.. {B-5}
..pelatihan pengelolaan rantai pasokan.. {B-16}
..teknik penjualan yang efektif.. {B14}
..pelatihan analisis data masa lampau.. {B-15}
..perencanaan produksi yang tidak tepat.. {B-7}
..tidak efektifnya rute pengiriman.. {B-6}
..banyaknya permasalahan pada pengelolaan rantai pasokan {B4}
..pelatihan tenaga salesman.. {B-13}
..perbaikan kualitas rencana penjualan.. {B-10}
..permasalahan realisasi penjualan oleh salesman.. {B-9}
..permasalahan yaitu tingginya biaya rantai pasokan {B-3}
Cognitive Map Berdasarkan narasi permasalahn sebelumnya, disusun cognitive map yang menggambarkan narasi permasalahan menjadi suatu peta atau diagram yang mudah dicerna atau dipahami. Cognitive map dari permasalahan PT X dapat dilihat pada Gambar 1.
..sistem distribusi yang dikelola sendiri.. {B-2}
PT X….wilayah Indonesia {B-1}
Gambar 1. Cognitive maps permasalahan pengelolaan rantai pasokan PT X
Strategic Choice Approach Dari hasil narasi permasalahan yang telah disusun sebelumnya serta dari cognitive map yang telah disusun, berikut disampaikan penggunaan keempat modus atau langkah dari SCA (Shaping-DesigningComparing-Choosing), dalam menstrukturkan permasalahan yang dihadapi oleh PT X. 144
Shaping (pembentukan) Dalam tahapan shaping, isu atau area keputusan yang dipilih dari permasalahan yang muncul di PT X, adalah sebagai berikut: (i) Bagaimana menurun-
Basarah et al. / Penerapan Teknik Strategic Choice Approach / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 141–147
kan biaya operasional pengelolaan rantai pasokan?, (ii) Bagaimana meningkatkan kualitas perencanaan penjualan tenaga salesman?, (iii) Bagaimana meningkatkan kompetensi karyawan yang berkaitan dengan pengelolaan rantai pasokan?, (iv) Bagaimana menurunkan tingkat persediaan produk jadi di kantor cabang penjualan? (v) Bagaimana membuat rencana produksi yang tepat dan efektif? (vi) Bagaimana menyusun rencana pengiriman yang tepat? (vii) Bagaimana menentukan tingkat persediaan bahan baku yang tepat? (viii) Kapan pelatihan karyawan akan dilaksanakan? Hubungan antar area keputusan di atas, dapat digambarkan dalam Gambar 2. Peningkatan kompetensi karyawan PT X menjadi area keputusan yang penting dan mendesak (important and urgent). Untuk dapat menyelesaikan permasalahan permasalahan yang terjadi, diperlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tepat disetiap bidang pekerjaannya. Peningkatan kompetensi tesebut dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada karyawan PT X.. Pertanyaan selanjutnya adalah kapan pelatihan karyawan tersebut akan dilaksanakan? Apakah akan dilaksanakan saat ini atau 12 bulan yang akan datang? Kedua pilihat tersebut memiliki konsekuensi. Jika dilaksanakan pada saat ini, apakah materi dan segala kebutuhan pendukung pelatihan sudah siap? Jika dilaksanakan 12 bulan yang akan datang, apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk menanggung kerugian financial dari permasalahan permasalahan tersebut?
Bagaimana menentukan tingkat persediaan bahan baku ? Bagaimana menurunkan tingkat persediaan produk jadi ?
Bagaimana meningkatkan kualitas perencanaan penjualan ?
Designing (perancangan) Dalam tahap designing, dilakukan perancangan terhadap segala kemungkinan yang mungkin bisa diambil sebagai langkah penyelesaian permasalahan dari area keputusan yang sudah ditentukan dalam tahap shaping. Sesuai dengan yang telah ditentukan dalam tahapan shaping, maka area keputusan tersebut adalah: 1. Kapan akan dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi karyawan: a. Saat ini? b. 12 bulan yang akan datang? 2. Bagaimana menurunkan tingkat persediaan produk jadi digudang kantor cabang penjualan? a. Perhitungan ulang tingkat persediaan yang baik. b. Pengiriman ulang ke cabang terdekat yang membutuhkan. c. Penjualan produk yang tersedia di gudang kantor cabang penjualan oleh tenaga salesman. 3. Bagaimana meningkatkan kompetensi karyawan PT X sehingga permasalahan pengelolaan rantai pasokan PT X dapat terselesaikan? a. Pelatihan Internal b. Pelatihan Eksternal Jika digambarkan dalam skema option tree dari area keputusan, dapat dilihat dalam Gambar 2. Dari Gambar 2 dapat dilihat terdapat 12 skema kemungkinan penyelesaian permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Setiap alternatif tersebut akan memiliki konsekuensi dan resiko. Selanjutnya yang menjadi penting adalah bagaimana menentukan skema yang terbaik dengan mempertimbangkan segala kemungkinan ketidakpastian dan resiko yang ditimbulkan dari skema yang diambil.
Bagaimana menurunkan biaya operasional ?
Kapan pelatihan karyawan akan
Selanjutnya yang menjadi perhatian atau area keputusan selanjutnya adalah bagaimana menurun kan tingkat persediaan produk atau barang jadi yang ada di gudang kantor cabang penjualan? Hal ini menjadi sangat penting karena nilai uang yang tertahan pada persediaan sangatlah besar dan mengganggu arus kas perusahaan secara keseluruhan. Dengan menyelesaikan permasalahan ini, diharapkan arus kas PT X dapat kembali normal.
Bagaimana meningkatkan kompetensi karyawan ?
Setiap pilihan skema yang diambil akan dibandingkan dalam tahapan comparing.
Bagaimana menurunkan rencana produksi yang tepat ?
Gambar 2. Hubungan antar area keputusan dari permasalahan PT X
145
Dari permasalahan PT X, kemungkinan skema penyelesaian yang akan diambil adalah skema B, yaitu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pada waktu sekarang atau saat ini, dengan pelatihan internal dan dilakukan usaha pengiriman produk atau barang jadi yang tidak
Basarah et al. / Penerapan Teknik Strategic Choice Approach / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 141–147
dibutuhkan digudang kantor cabang ke gudang kantor cabang lain terdekat yang lebih membutuhkan untuk menurunkan tingkat persediaan di gudang kantor cabang penjualan. Skema yang satunya lagi adalah skema C, dimana dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pada waktu sekarang atau saat ini, dengan pelatihan internal dan dilakukan usaha peningkatan penjualan produk oleh tenaga salesman di kantor cabang tersebut.
Keuntungan Skema B
Keuntungan Skema C negligible margin al significan t
margin al
significan t considerabl e
considerabl e extreme
Kirim cabang terdekat
extreme Meningkatkan penjualan
Comparing (pembandingan) Tahapan comparing (pembandingan) adalah tahapan dimana skema yang sudah ditentukan pada tahapan sebelumnya dibandingkan untuk dapat menentukan pilihan mana yang paling mungkin untuk dapat dilaksanakan. Dalam hal ini,yang akan dibandingkan adalah skema B dan skema C, dalam suatu format pembandingan yang sudah ditentukan. Kapan pelatihan akan dilaksanakan?
Sekarang
Dimana pelatihan akan dilaksanaan?
Internal
Ekternal
Bagaimana menurunkan tingkat persediaan ?
Perhitungan ulang tingkat kebutuhan
A
Pengiriman ke Cabang terdekat yang membutuhkan
B
Penjualan produk oleh tenaga salesman.
C
Perhitungan ulang tingkat kebutuhan
D
Pengiriman ke Cabang terdekat yang membutuhkan Penjualan produk oleh tenaga salesman. 12 bulan yang akan datang
Internal
Perhitungan ulang tingkat kebutuhan
Gambar 4. Perbandingan antara skema B dan skema C
Perbandingan skema B dan skema C dapat dilihat dalam Gambar 4. Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa skema B memiliki tingkat keyakinan keberhasilan yang tinggi, dimana skema B adalah dengan melakukan pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan kompetensinya, dilakukan diinternal perusahaan dan usaha untuk menurunkan tingkat persediaan dengan cara mengirimkan produk atau barang jadi ke cabang lain terdekat dengan cabang tersebut. Dengan melakukan skema tersebut, diharapkan persediaan digudang kantor cabang dapat turun dan biaya pengadaan lebih murah, karena tidak harus melakukan pemesanan ke kantor pusat atau gudang pusat.
E
Skema C masih memiliki kelemahan, karena untuk dapat meningkatkan penjualan membutuhkan waktu, dimana karakteristik produk bahan bangunan tidak seperti produk consumer goods lainnya yang mudah untuk dikonsumsi oleh konsumen,
F
G
Choosing (Pemilihan)
Ekternal
Pengiriman ke Cabang terdekat yang membutuhkan
H
Penjualan produk oleh tenaga salesman.
I
Perhitungan ulang tingkat kebutuhan Pengiriman ke Cabang terdekat yang membutuhkan Penjualan produk oleh tenaga salesman.
J
K
L
Gambar 3. Option tree dari area keputusan yang sudah ditentukan
146
Berdasarkan dari tahapan tahapan yang telah dilakukan sebelumnya, maka PT X memilih untuk meningkatkan kompetensi karyawan yang terlibat dalam proses pengelolaan rantai pasokan dan penjualan produk PT X dengan cara melakukan pelatihan internal dalam perusahaan PT X serta melakukan rencana kerja memindahkan atau melakukan pengiriman barang dari satu gudang kantor cabang penjualan yang memiliki persediaan berlebih ke kantor cabang terdekat yang membutuhkan. Hal ini dilakukan, mengingat tingginya biaya transportasi, produksi dan pengadaan jika harus mengirimkan produk yang diinginkan dari kantor pusat atau gudang kantor pusat.
Basarah et al. / Penerapan Teknik Strategic Choice Approach / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 141–147
Pengambilan keputusan ini bukan berarti tanpa kesulitan atau hambatan. Hambatan yang memungkinkan terjadi adalah kesiapan proses pelatihan untuk daerah yang jauh dari kantor pusat. Diperlukan suatu pilihan, apakah salesman tersebut yang akan dikirim kekantor pusat atau tim trainer yang akan dikirim kekantor cabang penjualan.
tinggi, maka beberapa alternatif yang muncul mungkin akan terlihat subjektif. Pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep SCA secara keseluruhan, permasalahan yang timbul serta kemampuan untuk menyusun narasi permasalahan mutlah untuk dikuasai dengan baik.
Simpulan
1. Johns, G., and Saks, A. M., Organizational Behaviour: Understanding and Managing Life at Work, 9th ed.,Toronto: Pearson Education Canada, Inc., 2014 2. Daellenbach,H., McNickle, D., and Dye, S., Management Science: Decision-making through systems thinking, 2nd ed., Palgrave Macmillan, 2013 3. Rosenhead, J. and Mingers, J.C. (eds), Rational Analysis for a Problematic World Revisited, Wiley, Chichester, 2000
Berdasarkan penggunaan metode SCA pada permasalahan yang tidak terstruktur di PT X menjadi lebih terstruktur. PT X dapat melakukan beberapa alternatif skema keputusan yang bisa dilakukan dengan pendekatan Strategic Choice Approach ini. Saran yang dapat diberikan adalah karena SCA adalah suatu metode yang membutuhkan pemahaman dan jam terbang dari analis yang cukup
147
Daftar Pustaka