PENGELOLAAN RANTAI PASOKAN AGRIBISNIS JERUK (Kasus Jeruk Siam Pontianak, Kab. Sambas) Citrus Agro Business Supply Chain Management (A Case of Siam Pontianak at Sambas District) Sri Kuntarsih DIREKTORAT BUDIDAYA TANAMAN BUAH
ABSTRAK Enam prinsip keberhasilan Pengelolaan Rantai Pasokan Agribisnis Jeruk di Kabupaten Sambas-Kalimantan Barat telah dilakukan untuk mendapatkan masukan dalam rangka peningkatan efisiensinya. Konsumen di kota Pontianak menyukai buah jeruk Siam Pontianak dari grade AB, rasa manis, kulit mulus dan harga terjangkau. Untuk mendapatkan produk yang benar dapat dilakukan terutama dengan memberdayakan Gapoktan dalam menerapkan SOP. Profit marjin yang dinikmati petani Sambas, pengumpul Sambas, distributor Sambas, dan pengecer Pontianak adalah layak karena semuanya diatas 30%. Namun demikian besarnya keuntungan yang dinikmati petani paling kecil dibanding yang lainnya tapi masih dalam batas kewajaran. Aliran distribusi logistik buah jeruk Siam Pontianak dari petani produsen ke konsumen akhir melewati beberapa pelaku pasar seperti pengumpul, Pedagang Antar Pulau (PAP), distributor, dan pengecer yang membentuk jejaring rantai pemasaran. Petani jeruk di Kabupaten Sambas masih sulit memperoleh informasi tentang harga produk sehingga selalu dalam posisi yang dirugikan. Upaya mewujudkan Pengelolaan Rantai Pasokan agribisnis jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas-Kalimantan Barat dibahas dalam makalah ini. Kata kunci : Jeruk Siam, agribisnis, pengelolaan rantai pasokan, efisiensi. ABSTRACT Six principles of successful Citrus Agrobusiness Supply Chain Management was conducted at Sambas, West Kalimantan. The aim was to get some inputs or feedbacks in order to improve its efficiency. Consumers at Pontianak love Siam Pontianak which have: grade AB, sweet, smooth skin, and reachable price. Such an effort has to do to obtain good product, i.e. empowerment of Citrus Growers' Group Affiliation to apply SOP. Margin profit of growers, wholesalers, distributors, and resalers is worthy of, more than 30%. The advantage enjoyed by farmer was the smallest, but it was still in normal line. Distribution flow of Siam Pontianak fruits from growers to consumers through wholesaler, inter island saler, distributor and resaler formed market chain network. Citrus grower at Sambas still have obstacle to get the information on price of product, so that they're always in weak position. The efforts to realize the citrus agrobusiness SCM at Sambas are discussed in this paper. Keywords : Agro business, efficiency, SCM, Siam. 60
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
PENDAHULUAN Produksi dan luas panen jeruk di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, produksi jeruk mencapai ± 2,2 juta ton, terdiri dari Siam/Keprok 2,15 juta ton dan Pamelo 64 ribu ton, sedangkan luas panen jeruk mencapai 68 ribu ha terdiri dari Siam/Keprok 63 ribu ha dan Pamelo sekitar 5.300 ha. Berdasarkan inventarisasi di lapangan, luas tanam jeruk di Indonesia termasuk yang belum berproduksi bisa mencapai lebih dari 120.000 ha. Saat ini, produksi jeruk nasional masih didominasi oleh jeruk Siam dengan proporsi berturut-turut: jeruk Siam 85%, jeruk Keprok 8%, Pamelo 4% dan jeruk lainnya 3%. Data FAO STAT (2004) menyebutkan bahwa produksi jeruk Siam/Keprok Indonesia terbesar ke3 di dunia setelah China dan Spanyol, sedangkan jeruk Pamelo ke-9 di dunia. Walaupun jeruk Indonesia masuk 10 besar produsen jeruk dunia, umumnya mutu buah yang dihasilkan oleh petani masih rendah sehingga kurang kompetitif dibandingkan dengan jeruk impor yang ada di pasar swalayan di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingkat pengelolaann kebun yang beragam, antar petani baik di satu daerah sentra produksi apalagi dengan sentra produksi yang lainnya termasuk penanganan pasca panennya. Kabupaten Sambas - Propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu sentra jeruk penting di Indonesia. Daerah ini mulai merasakan kejayaan kembali dari hasil jeruknya setelah beberapa tahun sebelumnya mengalami keterpurukan. Sentuhan inovasi teknologi yang dikawal oleh Balitjestro mampu membangkitkan kembali masa “keemasan” tanaman jeruk seperti pada masa tahun 80-an. Menurut data yang ada, luas tanam jeruk di Kabupaten Sambas telah mencapai 12.614,16 ha, dengan luas panen 6.525 ha, produksi 23.125,47 ton dan produktivitas 17,72 kg/pohon. Wilayah produksi tersebar mulai dari Kecamatan Teluk Keramat, Sejangkung, Jawai, Sambas, Pemangkat, Tebas dan Selakau. Grade buah jeruk Siam juga sudah ditentukan, yaitu grade A, B, C, D dan E yang ukuran masing-masing grade disajikan pada Tabel 1.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
61
Tabel 1. Kondisi Agribisnis Jeruk di Kabupaten Sambas. (Condition of Citrus Agro Business at Sambas) KONDISI AGRIBISNIS JERUK DI KAB SAMBAS Luas Tanam
12.614,16 Ha
Luas Panen
6.525 Ha
Produksi
23.125,47 ton
Populasi Tanaman
5.045.664 pohon
Produksi per pohon
17,74 kg
Varietas Dilepas Mentan
Siam Pontianak
Sentra Produksi
Kab. Sambas (Kec. Tebas, Semparuk, Tekarang, Sebawi, Jawai Selatan, Selakau, Pemangkat, Tlk. Keramat, Galing, Paloh, Sambas dan Subah)
Bulan Penen
Sepanjang Tahun
Cara Panen
Dipetik
Kelompok Tani
647 kelompok, 27.037 anggota
Unit Pengumpul
Sedang orang 25 Orang, Besar 4 Perusahaan
Kapasitas Produksi
Sedang 2.000 peti (20 kg), besar 10.000 peti
Harga Jeruk
Petani Pengumpul Pengecer PTK Pengecer JKT
Klasifikasi Mutu
Grade AB : 7 - 8 buah Grade C : 11 - 12 buah Grade D : 16 - 18 buahl Grade E : 25 - 27 buahl
Eksportir
PT. Mitra Jeruk Lestar, PT.Sumber Utama, PT. Harapan Indah, PT. Mekar Jayai
% Pemasaran
Pasar Lokal Kalbar (35%), Pasar Nasional (65%)
Pemasaran Ekspor
Malaysia
Pemasaran Domestik
Jakarta, Semarang, Jogjakarta, Surabaya. Batam, Riau, dll
Kemasan Eskpor
Keranjang Kayu (20 kg), Kardus (10 kg)
Grade : AB. Rp. 2.000/kg, C. Rp.1.500/kg, D. Rp. 1.000/kg, E. Rp 500/kg Grade : AB, Rp. 2.100/kg, C. Rp 1.700/kg, D. Rp. 1.300/kg, E. Rp. 850/kg Grade : AB, Rp. 3.350/kg, C. Rp. 2.500/kg, D. Rp. 2.000/kg, E. Rp. 1.700/kg Grade : AB, Rp. 4.500/kg, C. Rp. 3.750/kg, D. Rp. 3.125/kg, E. Rp. 2.600/kg
Dari Tabel 1 di atas dapat dinyatakan, bahwa kondisi agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas sudah relatif tertata dengan baik, jika dibandingkan dengan sentra jeruk daerah lain di Indonesia. Terciptanya kondisi yang demikian ini sangat didukung oleh komitmen dari pemda setempat untuk membangkitkan lagi jeruk Sambas, juga kehadiran PT swasta yang menjalin kemitraan yang sangat baik dengan petani jeruk rakyat.
62
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN RANTAI PASOKAN (PRP) Pengelolaan Rantai Pasok (PRP) atau “Supply Chain Management” (SCM) adalah suatu jejaring organisasi yang saling tergantung dan bekerjasama secara menguntungkan melalui pengembangan sistem manajemen untuk perbaikan sistem penyaluran produk, informasi, pelayanan dan dana dari pemasok ke pengguna akhir (konsumen). Konsep PRP merupakan siklus lengkap mulai dari kegiatan pengelolaan disetiap mata rantai aktivitas produksi sampai suatu produk siap digunakan oleh pemakai (consumer). Mekanisme PRP meliputi pendekatan terhadap: (1). Proses budidaya untuk menghasilkan produk (jeruk); (2). Mentranformasikan bahan mentah (penanganan panen dan pasca panen); dan (3). Pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi. Prinsip-prinsip keberhasilan penerapan PRP dalam agribisnis jeruk Siam Pontianak yaitu: 1. Memahami Pelanggan dan Konsumen Prinsip memahami pelanggan dan konsumen ini menuntut petani produsen untuk dapat memahami spesifikasi buah jeruk Siam Pontianak yang disukai konsumen (preferensi konsumen). Dengan memahami prefensi konsumen diharapkan petani akan menjaga mutu buah jeruk, sehingga akan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) dalam usahataninya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Terkait dengan hal tersebut, maka telah dilakukan penelitian profil preferensi konsumen jeruk Pontianak yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Alasan konsumen membeli buah jeruk Siam adalah untuk dikonsumsi, buah tangan, untuk acara penting, dan alasan lainnya.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
63
Tabel 2. Preferensi Konsumen Terhadap Buah Jeruk Siam Pontianak. (Consumers Preferences of Siam Pontianak) No
Atribut Penilaian
Kriteria Penilaian
Persentase
1
Preferensi terhadap rasa
a. Manis b. manis agak asam c. Masam
60.00% 40.00% 0.00%
2
Preferensi terhadap ukuran
a. b. c. d.
57.14% 42.86% 0.00% 0.00%
3
Preferensi terhadap warna kulit
a. Hijau b. Hijau kekuningan c. Kuning kehijauan
28.57% 68.57% 2.86%
4
Perlu/tidaknya embun jelaga dibersihakan
a. Tidak perlu b. Perlu
5.71% 91.43%
5
Limit harga tertinggi per grade (Rp/kg)
• • • •
AB C D E
AB C D E
8,828.57 6,528.57 4,928.57 3,585.71
Sumber: Supriyanto, A., Dkk, 2005.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum konsumen lebih menyukai jeruk Siam Pontianak dengan spesifikasi buah sebagai berikut: rasa manis, grade AB dan C, warna kulit hijau kekuningan, kulit tipis, tidak ada embun jelaga/bercak hitam (mulus, mengkilat), dan batas harga tertinggi untuk grade AB Rp 8,828.57/kg, C Rp 6,528.57/kg, D 4,928.57/kg, dan E Rp 3,585.71/kg. Untuk merespon keinginan konsumen tersebut maka beberapa hal yang perlu dilakukan oleh petani adalah: (1). memanen buah jeruk dengan tingkat kematangan sekitar 75%; (2) melakukan pemangkasan pemeliharaan secara teratur dan penjarangan buah agar buah cukup besar; (3). memilih varietas jeruk dengan kulit yang tipis, atau jika sudah menanam varietas jeruk dengan kulit yang relatif tebal mengupayakan agar rasa tetap manis dan tidak ngapas sehingga akan hilang image konsumen bahwa jeruk Pontianak (Tebas) tidak manis dan ngapas, dan (4). melakukan pengendalian HPT baik di pohon maupun di buah agar buah tidak bercak hitam dan kusam.
64
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
2. Menyediakan Produk Dengan Benar Sesuai Permintaan Konsumen Untuk menyediakan produk dengan benar dan sesuai permintaan konsumen, maka dukungan kebijakan, ketersediaan teknologi dan penerapannya serta pendampingan terhadap petani dilakukan secara simultan. Untuk mewujudkan prinsip tersebut, beberapa tindakan yang telah dikembangkan dalam agribisnis jeruk Sambas diantaranya: (a). Penerapan SOP; (b). Penyediaan bibit dengan benar; (c). Penyediaan dan pengawalan teknologi tepat guna ramah lingkungan; (d). Penyediaan pusat konsultasi agribisnis jeruk (Citrus Center dan Agroklinik Jeruk); (e). Pendampingan oleh petugas; (f). Penguatan kelembagaan petani dan penyediaan permodalan (dalam wadah kelompok tani, koperasi tani dan atau GAPOKTAN); (g). Penyediaan agroinput. Adapun keterkaitan dan dukungan institusional dalam upaya pendampingan dan penerapan teknologi sesuai dengan SOP/PTKJS hingga diperoleh target akhir produk jeruk Sambas sebagaimana ilustrasi gambar 1 berikut:
• • • • •
SOP/ P T K J S
SUMBER TEKNOLOGI BPTP Kalbar BB Pasca Panen BB Mektan Balit Jeruk & B. Subtropika Perguruan Tinggi
PerencanaanKebun PersiapanLahan Penyiapan Bibit
Picture2.jpg
Penanaman
CITRUS CENTER (Agro Klinik)
•Pendampingan •Pelayanan •Pelatihan/Magang •Pinsar
P E T A N I
PembentukanArsitektur Pohon PemangkasanPemeliharaa Sanitasi Kebun Pemupukan Pengaturan Pengairan
PEMERINTAH DAERAH • Pemerntah Prov. Kalbar • Pemerintah Kab. Sambas
PenjaranganBuah
SASARAN PRODUK: • Produktifitas> 50 kg/pohon/th atau 20 ton/ha/th pada usia produktif> 5 th • Prosentase buah grade A=25%, B=35%, C=15%, dan D=10% • Buah bebas burik dan kusam • Warna buah hijau kekuningan (warna kuning > 20%) • Brix 10-12 • Berkemasan
PengendalianOPT Panen Pasca Panen
PASAR TRADISIONAL
PASAR MODERN
Gambar 1. Keterkaitan Institusional dan Dukungan Pengembangan Untuk Penyediaan Jeruk Siam Pontianak (Sumber: Supriyanto, A., dkk, 2005). (Institutional Relations and Development Support in Providing Siam Pontianak)
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
65
2. Menciptakan Nilai Tambah dan Membagikan Marjin (Harga) Kepada Semua Anggota Rantai Menciptakan dan membagikan profit marjin (value) pada semua pelaku dapat diartikan sebagai upaya mendistribusikan profit marjin secara proporsional dan berkeadilan kepada semua pelaku pasar. Margin diperoleh dari selisih antara harga jual dikurangi harga beli atau maksimal 70% dari biaya pemasaran ditambah minimal 30% dari keuntungan pemasaran. Untuk itu perlu mengindentifikasi pelaku pasar dalam perdagangan jeruk Siam Pontianak. Pelaku pasar yang terlibat secara langsung pada proses pemasaran jeruk Siam Pontianak terdiri dari pengumpul, distributor, Pedagang Antar Pulau (PAP) atau Pedagang Besar (PB), dan pengecer. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa keragaan saluran pemasaran jeruk Siam Pontianak terdiri dari 21 saluran pemasaran, yaitu: a. Petani ® Pengecer Sambas ® Konsumen Sambas b. Petani ® Pengecer Singkawang ® Konsumen Singkawang c. Petani ® Pengumpul Sambas ® Pengecer Singkawang ® Konsumen Singkawang d. Petani ® Distributor Sambas ® Pengecer Sui Pinyuh ® Konsumen Sui Pinyuh e. Petani ® Pengumpul Sambas ® Distributor Sambas ® Pengecer Sui Pinyuh ® Konsumen Sui Pinyuh f. Petani ® Distributor Sambas ® Pengecer Landak ® Konsumen Landak g. Petani ® Pengumpul Sambas ® Distributor Sambas ® Pengecer Landak ® Konsumen Landak h. Petani ® Distributor Sambas ® Pengecer Sanggau ® Konsumen Sanggau i. Petani ® Pengumpul Sambas ® Distributor Sambas ® Pengecer Sanggau ® Konsumen Sanggau j. Petani ® Distributor Sambas ® Pengecer Sintang ® Konsumen Sintang k. Petani ® Pengumpul Sambas ® Distributor Sambas ® Pengecer Sintang ® Konsumen Sintang l. Petani ® PAP Sui Raya ® Pengecer Mempawah ® Konsumen Mempawah m. Petani ® Pengecer Kota Pontianak ® Konsumen Kota Pontianak
66
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
n. Petani ® Distributor Sambas ® Pengecer Kota Pontianak ® Konsumen Kota Pontianak o. Petani ® Pengumpul Sambas ® Distributor Sambas ® Pengecer Kota Pontianak ® Konsumen Kota Pontianak p. Petani ® PAP ® Distributor Jakarta ® Pengecer Jakarta ® Konsumen Jakarta q. Petani ® Pengumpul Sambas ® PAP ® Distributor Jakarta ® Pengecer Jakarta ® Konsumen Jakarta r. Petani ® PAP ® Distributor Jakarta ® Pengecer Bogor ® Konsumen Bogor s. Petani ® Pengumpul Sambas ® PAP ® Distributor Jakarta ® Pengecer Bogor ® Konsumen Bogor t. Petani ® PAP ® Distributor Jakarta ® Pengecer Tanggerang ® Konsumen Tangerang u. Petani ® Pengumpul Sambas ® PAP ® Distributor Jakarta ® Pengecer Tanggerang ® Konsumen Tangerang. Dari 21 rantai pemasaran jeruk siam Pontianak yang ada, dapat disederhanakan menjadi dua rantai pemasaran dominan, sebagaimana ilustrasi Gambar 2 berikut:
DISTRIBUTOR (AGEN)
PENGECER KAB/KOTA DI KALBAR
KONSUMEN KALBAR
60% PETANI PRODUSEN
PENGUMPUL
40% PAP PAP
DISTRIBUTOR JAKARTA
KONSUMEN JABODETABEK
Gambar 2. Rantai Pemasaran Dominan Jeruk Siam Pontianak (Sumber: Supriyanto, A., dkk, 2005). (Siam Pontianak Main Market Chain)
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
67
Pemasaran jeruk Siam Pontianak dapat dikelompokkan menjadi 2 pangsa pasar (market share), yaitu pasar Propinsi Kalimantan Barat dan pasar di luar Kalimantan Barat (Jakarta). Estimasi market share di dalam Kalimantan Barat mencapai 60%, sedangkan market share di luar Kalimantan Barat mencapai 40%. Rantai pemasaran dominan yang terjadi pada pemasaran jeruk Siam di Kota Pontianak adalah Petani ® Pengumpul Sambas ® Distributor Sambas ® Pengecer Kota Pontianak ® Konsumen Kota Pontianak (kategori saluran pemasaran tingkat 3, artinya pada saluran tersebut terdapat dua lembaga pemasaran yaitu pengumpul, distributor dan pengecer). Profit marjin dianggap layak untuk petani dan pelaku pasar apabila diatas 30% dari marjin pemasaran. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa profit marjin yang dinikmati petani Sambas, pengumpul Sambas, distributor Sambas dan pengecer Pontianak adalah layak karena semuanya diatas 30%. Namun demikian besarnya keuntungan yang dinikmati petani paling kecil dibanding yang lainnya tapi masih dalam batas kewajaran. Sedangkan pada rantai pemasaran dominan yang lain yaitu pada pemasaran jeruk Siam di Jakarta adalah Petani ® Pengumpul Sambas ® PAP ® Distributor Jakarta ® Pengecer Jakarta ® Konsumen Jakarta (kategori saluran pemasaran tingkat 4, artinya terdapat empat lembaga pemasaran yaitu pengumpul Sambas, PAP Sambas, distributor Jakarta dan pengecer Jakarta). Pada rantai ini, profit marjin yang dinikmati petani Sambas, pengumpul Sambas, PAP Sambas, distributor Jakarta dan pengecer Jakarta adalah layak karena semuanya diatas 30%. Namun demikian besarnya keuntungan yang dinikmati petani paling kecil dibanding yang lainnya tapi masih dalam batas kewajaran. Adapun ilustrasi sederhana dari pembagian margin yang terjadi pada pemasaran jeruk Siam Sambas baik di pasar Pontianak maupun Jakarta adalah sebagaimana ilustrasi Gambar 3 berikut:
68
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Pasar Pontianak
Pasar Jakarta Konsumen
Konsumen
Pengecer
35,60%
Pengecer
47,76%
Distributor Jakarta
13,82%
Distributor Pontianak
21,37%
PAP
15,64%
Pdg. Pengumpul
5,34%
Pdg. Pengumpul
5,23%
Petani
31,07%
Petani
30,46%
Gambar 3. Distribusi Margin Keuntungan pada Pelaku Pasar Jeruk Siam di Pasar Pontianak dan Pasar Jakarta (Sumber: Supriyanto, A., dkk, 2005). (Distribution of Profit Margin of Siam Market Players at Pontianak and Jakarta)
4. Logistik dan Distribusi yang Memadai Aktivitas perdagangan jeruk Siam Pontianak membawa aliran produk dari petani ke konsumen di berbagai daerah baik di Kalimantan Barat maupun di luar Kalimantan Barat. Proses operasionalnya mencakup elemen pemasok paling hulu (petani) sampai ke konsumen yang paling hilir. Aliran distribusi logistik buah jeruk Siam Pontianak dari petani produsen ke konsumen akhir melewati beberapa pelaku pasar seperti pengumpul, PAP, distributor, dan pengecer yang membentuk jejaring rantai pemasaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh stake holders ”perjerukan” dalam distribusi logistik buah jeruk siam Pontianak dari petani di Kabupaten Sambas ke konsumen akhir di beberapa daerah adalah sebagai berikut: (1). Pengaturan pemanenan buah jeruk Siam Pontianak berdasarkan pemetaan waktu panen buah jeruk di beberapa sentra-sentra produksi secara nasional; (2). Pembangunan jalan usahatani dan perbaikan jalan desa untuk memperlancar transportasi dari sentra produksi ke pedagang pengumpul; (3). Perlu adanya packing house di setiap Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai tempat menampung sementara, sortasi/grading, dan pengemasan buah jeruk Siam Pontianak; (4). pembentukan dan pemberdayaan terminal agribisnis; (5). Adanya fasilitasi pemasaran sistem kontrak (FutureTrading) oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Sambas; (6). Mendorong adanya sarana transportasi produk berbasis cool chain; (7). Perbaikan/peningkatan kualitas jalan kabupaten agar truk Fuso dapat masuk sampai ke Kabupaten Sambas; (8). Revitalisasi pelabuhan lokal dengan pengerukan sungai, membangun gudang pendingin (cool storage) dan prasarana penunjang lainnya. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
69
Dengan mewujudkan beberapa point di atas diharapkan aliran distirbusi logistik jeruk Siam Pontianak akan semakin lancar, efisien, dan tepat waktu. Adapun ilustrasi sederhana dari distribusi logistik (buah jeruk segar) dari petani produsen di Kabupaten Sambas sampai konsumen akhir di beberapa daerah dapat dilihat pada Gambar 4 berikut: Pengecer
Konsumen
Sambas
Sambas
Pengecer
Konsumen
Singkawang
Singkawang
Pengecer
Konsumen
Pengumpul
Sui Pinyuh
Sui Pinyuh
Sambas
Pengecer
Konsumen
Distributor Sambas
PETANI JERUK - Kab. Sambas - Sui Raya (Bky)
Landak
Landak
Pengecer
Konsumen
Sanggau
Sanggau
Pengecer
Konsumen
Sintang
Sintang
Pengecer
Konsumen
Kota
Kota Pontianak
Pontianak Pengecer Distributor Jakarta PB/PAP - Sambas - Sei Raya
- Angke - Kramat Jati - Cibitung
Konsumen
Jakarta
Jakarta
Pengecer
Konsumen
Bogor
Bogor
Pengecer
Konsumen
Tangerang
Tanggerang
Pengecer
Konsumen
Kab. Pontianak
Kab. Pontianak
Distributor Konsumen Semarang Semarang Distributor Bangka
Konsumen Bangka
Gambar 4. Aliran Logistik dan Distribusi Jeruk Siam Pontianak (Sumber: Supriyanto, A., dkk, 2005). (Logistic and Distribution Flow of Siam Pontianak)
70
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
5. Komunikasi dan Informasi yang Lancar Kelancaran komunikasi dan informasi di tingkat petani dan pelaku pasar merupakan prasyarat penting dalam operasional konsep SCM. Jaringan komunikasi dan informasi yang utuh akan membantu dalam pembentukan dan distribusi profit marjin. Dengan jaringan informasi yang baik diharapkan setiap pelaku pasar dapat mengetahui informasi disetiap level pedagang. Misal: petani dapat mengakses informasi harga di konsumen Jakarta, konsumen di perhuluan Kalimantan Barat, di pengecer maupun di distributor dan PAP secara transparan. Rancang bangun jejaring komunikasi dan informasi dapat diilustrasikan dengan Gambar 5 berikut:
PETANI
PETANI
DISTRIBUTOR
PENGECER
KONSUMEN
(AGEN)
KAB/KOTA
KALBAR
GAPOKTAN (KOPTAN)
CITRUS CENTER Sebagai
PINSAR PETANI
PAP
DISTRIBUTOR JAKARTA
PENGECER JABODETABEK
KONSUMEN JABODETABEK
Gambar 5. Jejaring Komunikasi dan Informasi Mendukung Implementasi SCM (Sumber: Supriyanto, A., dkk, 2005). (Communication and Information Networking to Support SCM Implementation)
Inisiasi jejaring komunikasi dapat diawali dengan membentuk forum pertemuan tripartite (tiga pihak) yaitu petani (diwakili Gapoktan/Asosisasi Produsen Jeruk), Distributor/Agen, dan Pedagang Antar Pulau (PAP) yang difasilitasi oleh Pemkab Sambas. Pertemuan tripartite tersebut berpeluang untuk diselenggarakan mengingat para pihak berada di Kabupaten Sambas. Pertemuan dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan untuk membahas beberapa permasalahan mutu buah jeruk yang diharapkan oleh pedagang dan harga yang layak bagi masing-masing pihak. Dalam forum tersebut masing-masing pihak dapat melakukan negosiasi-negosiasi untuk mencari titik temu. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
71
Untuk menunjang kelancaran komunikasi tripartite tersebut, maka perlu dukungan informasi pasar yang cukup baik. Terkait dengan kebutuhan informasi pasar yang lengkat dan kontinyu tersebut perlu ada lembaga yang bertindak sebagai Pusat Informsi Pasar (PINSAR). Dengan pertimbangan efisiensi, Citrus Center dapat bertindak sebagai PINSAR. Citrus Center sebagai PINSAR mempunyai tugas mengumpulkan informasi pasar dari pelaku pasar di hilir (pengecer, distributor Jakarta) diinformasikan kepada pelaku pasar di hulu (distributor Sambas, PAP Sambas, dan Petani) atau informasi satu arah. Selain itu PINSAR juga perlu menggali informasi pasar dari pelaku pasar di hulu kepada sesama pelaku pasar dihulu (informasi dua arah). Dengan adanya PINSAR maka akan ada keterbukaan informasi pasar yang dapat diakses oleh semua pihak untuk dijadikan bahan negosiasi oleh para pelaku pasar dan petani. 6. Hubungan yang Efektif Antar Pelaku Rantai Pasokan Pada dasarnya pelaku rantai pasok berada dalam satu sistem agribisnis jeruk Siam Pontianak. Sehingga untuk dapat bekerja dan berhubungan lebih efektif perlu ada dukungan dari setiap elemen yang berada dalam sistem agribisni jeruk Siam Pontianak tersebut.Dengan justifikasi tersebut maka hubungan yang efektif dapat dibangun dengan pendekatan sistem agribisnis yang terdiri dari 5 sub sistem yaitu subsistem agroinput, subsistem agroproduksi, subsistem agroindustri, subsistem agroniaga dan subsistem pendukung. Dalam sistem agribisnis jeruk Siam Pontianak mempunyai keterkaitan ke hulu (backward linkage) dan keterkaitan ke hilir (forward linkage). Rumusan model hubungan yang efektif dalam agribisnis jeruk siam Pontianak secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 6 berikut:
72
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
INFORMASI DAN INTELEGEN PASAR
SUB SISTEM AGROPINPUT
SUB SISTEM AGROPRODUKSI
• Jasa Penyewaan Lahan • Usaha Penangkar Bibit • Usaha distribusi saprodi (Urea, SP36, KCl , pupuk kandang , pestisida , herbisida , polybag , dll ) • Usaha retail saprodi • Usaha Jasa Pelayanan Kredit • Usaha Peternakan Ayam (Produsen TA) • Usaha Industri Saprodi • Jasa layanan teknologi
• Usahatani jeruk siam pontianak oleh petani (13.686 ha) • Usahatani jeruk siam pontianak oleh PT. MJL (1.200 ha) • Usahatani jeruk siam Pontianak oleh PT. MRKA (100 ha)
SUB SISTEM AGRO INDUSTRI
SUB SISTEM AGRONIAGA
• Rintisan Usaha Pengolahan Sari Jeruk dan Jus Jeruk Siap Saji (Citrus Center) • Usaha Pelilinan dan Packaging (PT. MJL)
• Usaha perdagangan tingkat pengumpul • Usaha perdagangan tingkat distributor • Usaha perdagangan tingkat pedagang besar (PAP) • Usaha perdagangan tingkat pengecer • Usaha perdagangan distributor luar pulau • Usaha perdagangan pngecer di luar pulau • Usaha Peti • Usaha Keranjang
Harga • Pasar Kalimantan Barat • Pasar luar pulau (Jakarta, Semarang , Surabaya, Bangka Belitung )
Faktor - Faktor • • • • • • •
Kuantitas Kualitas Buah competitor Biaya pemasaran Rantai pemasaran Preferensi konsumen dll
SUB SISTEM PENDUKUNG SEKTOR SWASTA Usaha Keranjang / Peti
SEKTOR PUBLIK (PEMERINTAH)
Usaha Jasa Usaha Jasa Transportasi / Komunikasi Espedisi
Usaha Perbankan
Jasa Penyuluhan & Konsultasi
Penelitian & Infrastruktur Pengemba ngan
Kebijakan / Anggaran Regulasi Pembangunan
Gambar 6. Rumusan Model Hubungan Antar Sub Sistem Agribisnis Jeruk Siam Pontianak (Sumber: Supriyanto, A., dkk, 2005). (Pattern of Inter Sub System Relations Model of Siam Pontianak Citrus Agro Business)
Pada akhirnya pola hubungan antar pelaku yang diharapkan dapat efektif dan mendukung pengelolaan rantai pasokan jeruk Pontianak yang ideal adalah dirangkum Gambar 7 berikut: Klp Tani TPJ
TPJ
Pengecer
Distributor Klp Tani
GAPOK TAN
KOPERASI
Pedagang agroinput
PAP
TAT Distributor Jakarta
Klp Tani : 243 Klp Klp Penangkar: 25 klp TPJ : 21 buah GAPOKTAN : ? Koperasi : ? PAP : 12
Gambar 7. Pola Hubungan Antar Pelaku PRP Jeruk Siam Pontianak (Sumber: Supriyanto, A., dkk, 2005). (Pattern of Inter SCM Players Relations of Siam Pontianak)
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
73
KESIMPULAN Kabupaten Sambas - Kalimantan Barat merupakan sentra produksi jeruk penting di Indonesia. Secara umum agribisnis jeruk di kabupaten Sambas telah tertata relatif lebik dibandingkan dengan daerah sentra produksi jeruk lainnya. Citrus Center yang dibangun di Kabupaten Sambas telah berperan cukup signifikan dalam meningkatkan adopsi teknologi anjuran oleh petani jeruk di Kabupaten Sambas. Pemasaran jeruk siam Pontianak dapat dikelompokkan menjadi 2 pangsa pasar (market share), yaitu pasar Propinsi Kalimantan Barat dan pasar di luar Kalimantan Barat (Jakarta). Estimasi market share di dalam Kalimantan Barat mencapai 60%, sedangkan market share di luar Kalimantan Barat mencapai 40%. Profit marjin dianggap layak untuk petani dan pelaku pasar apabila diatas 30% dari marjin pemasaran. Pembangun PINSAR oleh Pemda setempat untuk mendekatkan informasi konsumen kepada produsen dan sebaliknya sekaligus dapat menciptakan transparansi di antara pelaku agribisnis jeruk. Pembangunan prasarana dan sarana termasuk packing house berkapasitas menengah di setiap gapoktan dan perbaikan jalan usahatani dan pertemuan periodik antar pelaku agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas perlu dilakukan guna lebih meningkatkan efisiensi pengelolaan rantai pasokan yang telah ada. DAFTAR PUSTAKA Supriyanto, A., dan tim. 2006. Pengembangan Inovasi Teknologi Pengelolaan Kebun Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) Mendukung Prima Tani. Laporan Akhir Penelitian Tahun 2006. 162 hal. , dan tim. 2006. Pengembangan Inovasi Teknologi Pengelolaan Kebun Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) Mendukung Prima Tani. Laporan Tengah Tahun Penelitian Tahun 2006. 35 hal.
74
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007