Penerapan Strategi Belajar Analogi
PENERAPAN STRATEGI BELAJAR ANALOGI DALAM MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MENERAPKAN DASAR-DASAR TEKNIK DIGITAL DI SMK NEGERI 5 SURABAYA Ibnu Hajar Program Studi S1 Pend. Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Email:
[email protected]
I. G. P. Asto Budi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Email:
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan strategi belajar analogi dalam model pembelajaran langsung pada kompetensi dasar menerapkan dasar-dasar teknik digital dibandingkan dengan yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. (2) Mengetahui apakah hasil belajar siswa yang menggunakan strategi belajar analogi lebih baik dari pada siswa yang menggunakan strategi belajar konvensional. Metode penelitian ini adalah Metode Quasi Experimental Design menggunakan Posstest Only Control Group Design dimana terdapat kelas ekperimen dengan metode pembelajaran strategi analogi dan kelas control dengan metode pembelajaran konvensional, yang selanjutnya diberikan posstest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X TAV1 dan TAV2 SMK Negeri 5 Surabaya tahun ajaran 2013/2014. Dari hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran Strategi Belajar Analogi berbeda dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan perolehan nilai rata-rata kelas experiment 80,51 dan nilai rata-rata kelas control 75,57. (2) Hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran Strategi Belajar Analogi lebih baik dari hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran konvensional dengan perolehan uji-t yakni thitung 3,686 > ttabel 1,67. Kata kunci: Strategi belajar Analogi, hasil belajar siswa. Abstract The purpose of this study is: (1) Determine the difference in student learning outcomes using the analogy of learning strategies in learning model directly on the basis of competence apply the basics of digital techniques compared with that using conventional teaching methods. (2) Determine whether the learning outcomes of students who use learning strategies analogy better than the students who used conventional learning strategies. This research method is a method of using a Quasi-Experimental Design Posttest Only Control Group Design where there is a class experiment with teaching methods and classroom control strategies analogy with conventional learning method, which in turn is given posstest to determine student learning outcomes after different treatments are given.The target of this research is class X TAV1 and TAV2 SMK Negeri 5 Surabaya school year 2013/2014. From the research results obtained, indicate that: (1) The results of student learning with the learning method with different analogies Learning Strategies student learning outcomes using conventional learning methods with the acquisition of the average value of 80.51 and a classroom experiment the average value of the control class 75 , 57. (2) The results of student learning with learning method and Learning Strategies analogy better than the results of student learning with conventional learning methods with the acquisition of the t-test 3.686 t count> t table 1.67. Keywords: Analogy learning strategies, student learning outcomes.
31
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 31 – 37
menyelesaikan soal sebagai mana yang dicontohkan oleh guru. Pemahaman dalam suatu proses pengajaran adalah hal yang sangat penting. Maka dari itu terdapat macam – macam jenis strategi belajar, yaitu strategi mengulang, menggarisbawahi, catatan pinggir, strategi – strategi elaborasi, analogi, PQ4R, strategi organisasi, outlining, mapping, dan strategi metakognitif. Dan pada skripsi ini, strategi yang dipilih adalah strategi analogi. Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama. Analogi merupakan salah satu teknik dalam proses penalaran induktif. Sehingga analogi kadang-kadang disebut juga sebagai analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Persamaan hanya terdapat pada anggapan orang saja. Ini dalam kesusastraan disebut sebagai metafora. Oleh karena orang yakin bahwa sebetulnya memang hanya anggapan saja, kerap kali dipakai kata seakan-akan atau seolah-olah. Yang demikian ini bukanlah analogi sebenarnya, hanya seolah seolah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menunjuk perbandingan dalam realitas. Hal ini membawa implikasi kepada keharusan pembelajaran untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dengan meningkatkan produktivitas belajar untuk kebermaknaan konteks pembelajaran (Meaningful Learning) misalnya dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning pertama kali dikembangkan oleh Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang lahir di New York pada tahun 1915. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan (Discovery Learning) sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan Good dan Brophy menyatakan bahwa Analogi membantu siswa menghubungkan materi baru dengan materi yang sudah dikuasai. Materi baru yang cukup sulit atau dirasakan kurang berguna bisa diusahakan dihubungkan dengan materi lain yang sudah difahami dan dirasakan bermanfaat agar lebih cepat dikuasai. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil judul “Penerapan Strategi Belajar Analogi Dalam Model Pembelajaran Pada Standar Kompetensi Menerapkan Dasar-dasar Teknik Digital Di SMK Negeri 5 Surabaya”.
PENDAHULUAN Di zaman yang semakin modern ini terutama pada era globalisasi ini telah terjadi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu pesat. Kemajuan yang pesat ini menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sehingga dapat menyesuaikan perkembangan IPTEK yang berlangsung. Kuwalitas SDM sangat bergantung pada mutu pendidikan suatu negara. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya yang diberlakukan pemerintah dalam hal ini adalah dengan mengubah kurikulum yang berlaku. Kurikulum KTSP memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menyusun kurikulum sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat di sekitar sekolah di mana pembelajaran merupakan kurikulum yang menuntut keaktifan guru yang menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik dengan rencana yang telah diprogramkan. Salah satu kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam Teknik Audio Video adalah KD Menerapkan dasar-dasar teknik digital. KD menerapkan dasar-dasar teknik digital menunjukkan bahwa kompetensi yang diharapkan tercapai tidak hanya pengetahuan deklaratif saja, namun pengetahuan prosedural juga harus tercapai kompetensinya. Menurut Nur (2000 :4) Dalam proses belajar mengajar, untuk mengukur ketercapaian Kompetensi Dasar (KD) dilakukan melalui asesmen. Asesmen yang digunakan dalam model pembelajaran langsung seringkali menggunakan tes kertas dan pensil untuk mengukur pengetahuan deklaratif siswa, dan tes perbuatan untuk mengukur pengetahuan prosedural siswa (Kardi dan Nur, 2000: 23). Di lingkungan sekolah SMK Negeri 5 Surabaya, khususnya program keahlian teknik audio dan video sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca, kemudian mencoba memahaminya. Sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Pada pembelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital seringkali siswa merasa kesulitan memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran yang disebut model pembelajaran konvensional yaitu guru membacakan atau memberikan bahan yang disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba
32
Penerapan Strategi Belajar Analogi
Mengacu pada kenyataan yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: (1) Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan strategi balajar analogi dalam model pembelajaran langsung dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar menerapkan dasar-dasar teknik digital? (2) Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan strategi belajar analogi lebih baik dari pada siswa yang menggunakan strategi belajar konvensional ? Mengacu pada rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan strategi belajar analogi dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. (2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan strategi belajar analogi lebih baik dari pada siswa yang menggunakan strategi belajar konvensional. Penelitian ini diharapkan bermanfaat: (1) Bagi Guru, yakni sebagai wujud sosialisasi strategi belajar analogi dan juga sebagai strategi belajar alternatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, (2) Bagi siswa, yakni dapat mengenal strategi belajar analogi. Dan juga siswa dapat membangun konsep sendiri dan menuangkannya dalam bentuk analogi (3) Bagi peneliti, yakni Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan strategi belajar analogi. (4) Bagi sekolah mitra, yakni bisa memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas proses belajar belajar. (5) Secara umum manfaat penelitian ini adalah untuk pengembangan ilmu. Strategi – strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses – proses berfikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif, Nur (200:7). strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru, Sulistyono (2003) dalam Trianto (2007: 86) Pembelajaran langsung (Direct Instruction) adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. (Kardi dan Nur, 2005 : 2). Analogi membantu siswa menghubungkan materi baru dengan materi yang sudah dikuasai (Good dan Brophy, 1990). Materi baru yang cukup sulit atau dirasakan kurang berguna bisa diusahakan dihubungkan dengan materi lain yang sudah difahami dan dirasakan bermanfaat agar lebih cepat dikuasai. Analogi merupakan strategi membandingkan suatu gagasan dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama. Sehingga analogi disebut juga sebagai analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Langkah - langkah strategi belajar analogi dimulai dari pemberian contoh pekerjaan untuk dicoba. Siswa diminta untuk menirukan pekerjaan tersebut sesuai aslinya. Apabila berhasil, siswa diminta memodifikasi
pekerjaan tersebut untuk tujuan yang sudah ditentukan. Bila siswa mampu memodifikasi contoh pekerjaan tersebut, maka siswa diminta mengembangkan pekerjaan baru yang sejenis. Hasil belajar adalah pola–pola perbuatan, nilai–nilai, pengertian–pengertian, sikap–sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono,2009: 5). Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009: 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Yaitu, (1). Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir intelektual dari yang paling sederhana sampai yang kompleks yang meliputi kemampuan ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2). Kemampuan afektif berpotensi pada perasaan, emosi, system nilai, dan sikap yang meliputi sikap menerima, memberikan respon terhadap pertanyaan, menemukan pendapat, dan mengomentari pendapat orang lain. (3). Kemampuan psikomotor adalah keterampilan yang berhubungan dengan anggota badan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot yang didukung oleh perasaan dan mental. Adapun dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik hipotesis bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan strategi belajar Analogi dalam model pembelajaran langsung lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian yang digunakan di sini adalah Metode Quasi Experimental Design. Quasi experimental design merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok control, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable – variable luar yang mempengaruhi pelaksanaan ekperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasiexperimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2010:77). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan strategi belajar Analogi pada kompentensi dasar menjelaskan prinsip register. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Surabaya Jurusan Teknik Audio Video. Adapun waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Populasi yang diinginkan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TAV SMK Negeri 5 Surabaya, dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X TAV1 dan X TAV2 SMK Negeri 5 Surabaya. Pada penelitian ini, instrumen penelitian meliputi: (1) Perangkat pembelajaran, yang meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Modul, dan Soal Evaluasi. (2) Lembar Angket Respon Siswa. Dari hasil lembar validasi instrument, dapat diketahui kelayakan instrument yang telah dibuat. Untuk 33
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 31 – 37
menganalisis jawaban validator digunakan statistik deskriptif hasil rating yang diuraikan sebagai berikut: (1) Menentukan ukuran penilaian beserta bobot nilainya seperti ditunjukkan pada Tabel 1:
Dari lembar angket respon siswa dapat diketahui respon siswa terhadap Strategi Belajaran Analogi. Untuk menganalisis jawaban validator digunakan statistik deskriptif hasil rating yang diuraikan sebagai berikut: (1) Menentukan ukuran penilaian beserta bobot nilainya seperti ditunjukkan pada Tabel 2:
Tabel 1. Ukuran Penilaian dan Bobot Nilai Ukuran Penilaian
Bobot Nilai
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
5 4 3 2 1
Tabel 2. Ukuran Penilaian dan Bobot Nilai
(2) Menentukan nilai tertinggi validator: Nilai tertinggi validator = n x imax di mana n = Banyaknya validator dan i = Bobot nilai penilaian kualitatif (1-5). (3) Menentukan jumlah jawaban validator: Jumlah jawaban validator = i
Bobot Nilai
Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5 4 3 2 1
(2) Menentukan nilai tertinggi responden: Nilai tertinggi responden = n x imax di mana n = Banyaknya responden, dan i = Bobot nilai penilaian kualitatif (1-5). (3) Menentukan jumlah jawaban responden: Jumlah
5
n
Ukuran Penilaian
x i di mana ni = Banyaknya validator yang
1
5
memilih nilai i dan i = Bobot nilai penilaian kualtatif (15). (4) Selanjutnya menghitung Hasil Rating (HR). Jawaban validator x 100% HR Nilai tertinggi validator Adapun kriteria penentuan prosentase rating penilaian kualitatif sebagai berikut: 0% - 20% = Tidak Baik, 21% 40% = Kurang Baik, 41% - 60% = Cukup, 61% - 80% = Baik, dan 81% - 100% = Sangat Baik (Riduwan, 2012: 40). Sesuai dengan instrumen penelitian maka hasil belajar siswa diukur dengan melakukan posttest. Hasil tes evaluasi yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t. Data diperoleh dari penelitian di kelas X TAV2 (Eksperimen) dan X TAV1 (Kontrol). Adapun teknik analisisnya adalah: (1) Merumuskan Hipotesis. (2) Menentukan taraf signifikan yang akan digunakan. Untuk penelitian ini digunakan taraf 5%. (3) Uji statistika, untuk uji statistika ini menggunakan uji-t, berikut ini rumus ujit yang digunakan: t
jawaban responden =
i
x i di mana ni = Banyaknya
1
responden yang memilih nilai i dan i = Bobot nilai penilaian kualtatif (1-5). (4) Selanjutnya menghitung Hasil Rating (HR). Jawaban responden x 100% HR Nilai tertinggi responden Adapun kriteria penentuan prosentase rating penilaian kualitatif sebagai berikut: 0% - 20% = Sangat Buruk, 21% - 40% = Buruk, 41% - 60% = Sedang, 61% - 80% = Baik, dan 81% - 100% = Sangat Baik (Riduwan, 2012: 40). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil validasi instrumen, Dari perhitungan hasil rating RPP, modul, serta evaluasi, didapatkan penilaian hasil validasi Perangkat Pembelajaran seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 serta grafik hasil validasi ditunjukkan pada Gambar 1.
x1 x2 1 1 s n1 n2
𝑠2 =
n
Tabel 3. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
𝑛1 − 1 S12 + (n2 − 1)S22 𝑛1 + 𝑛2 − 2
Perangkat Pembelajaran
Hasil Rating(%)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Modul Evaluasi
78,74 78,54 76,17
Sehingga rata-rata hasil rating dari 3 format tersebut: HR Perangkat Pembelajar an (78,74 78,54 76,17)% 3
Di mana t = Besarnya uji-t yang dihitung, x1 = Rata-rata nilai kelas eksperimen, x2 = Rata-rata nilai kelas kontrol, s = Simpangan baku gabungan, n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen, n2 = Jumlah siswa kelas kontrol. (Sudjana, 2005:239). (4) Selanjutnya menarik kesimpulan, terima H0 jika t < t(1-α) atau thitung < ttabel dan sebaliknya tolak H0 jika thitung > ttabel dengan dk = n1 + n2 – 2 sehingga H1 diterima.
= 77,81%
34
Penerapan Strategi Belajar Analogi
(35 1)19,8453 35 143,7815 35 35 2 674,7402 1488,571 68 2163,3112 68 31,834
s2
80% 78%
s2
76% s2
74%
s2
72%
s 31,8134
Aspek yang dinilai
s 5,6402 Selanjutnya menghitung besarnya uji-t: x1 x 2 t 1 1 s n1 n2
Gambar 1. Grafik Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Berdasarkan analisis hasil validasi perangkat pembelajaran, diperoleh Hasil Rating 77,81%. Berdasarkan kriteria penentuan prosentase rating penilaian kualitatif, dapat disimpulkan bahwa validasi perangkat pembelajaran termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat digunakan sebagai instrument dengan beberapa perbaikan. Untuk hasil validasi lembar respon siswa yang dilihat dari dua aspek mendapatkan hasil rating dengan rincian: (1) Materi 80%, (2) Aspek Konstruksi 80%, sehingga rata-rata hasil rating keseluruhan validasi lembar respon siswa dilihat dari kedua aspek tersebut adalah sebagai berikut:
t
1 1 35 35 4,94
5,6403 t
5,640 0,05714 4,94 5,7140,2390 4,94 t 1,34 t 3,686 Dari perhitungan uji-t manual tersebut akan dicocokkan hasilnya dengan perhitungan menggunakan software SPSS (Statistical Package For Social Sciences) versi 17.0 dan hasil outputnya dapat diketahui Group Statistics dan Independent Samples Test yang dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5: t
HR Lembar Respon Siswa = (80 80)% 80 % 2
Hasil Validasi Lembar Respon Siswa 80% 80% 80% 60% 40% 20% 0%
80,51 75,57
Materi
Tabel 4. Hasil Perhitungan SPSS Group Statistics
Konstruksi
Aspek yang dinilai
Nil ai
Kelas X TAV1 Eks X TAV2 Kontrol
Gambar 2. Grafik Hasil Validasi Lembar Respon Siswa Berdasarkan analisis hasil validasi lembar respon siswa yang dan ditunjukkan pada Gambar 2, diperoleh Hasil Rating 80%. Dengan kriteria penentuan prosentase rating penilaian kualitatif, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi lembar respon siswa termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat digunakan sebagai instrument dengan beberapa perbaikan. Untuk Hasil belajar siswa, diperoleh dari data nilai Posttest siswa kelas X TAV2 (eksperimen) dan X TAV1 (kontrol), maka dapat langsung dimasukkan ke dalam rumus statistik uji-t. Adapun perhitungannya adalah menentukan simpangan baku: n 1s12 n 2 1s 22 s2 1 n1 n 2 2
Std. Error Mean
N
Mean
Std. Dev
35
80.4571
4.39480
.74286
35
75.3714
6.86222
1.12950
Pada Tabel 4.Group Statistics dipaparkan tentang N (banyaknya data), Mean (rata-rata), Std. Deviation yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari meannya, dan juga Std.Error Mean yang menunjukkan (index variabilitas) yang dapat harapkan di dalam pengulangan sampel acak. Kelas X TAV2 merupakan kelas eksperimen yang menggunakan Strategi belajar Analogi, sedangkan kelas X TAV1 merupakan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dari Tabel 4, ditunjukkan bahwa jumlah siswa pada kelas X TAV2 adalah 35 dengan nilai rata-rata 80,4571, Std Deviation 4,39480, dan Std. Error Mean 0,74286, sedangkan pada kelas X TAV1 adalah 35 siswa dengan
35
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 31 – 37
nilai rata-rata 75.3714, Std. Deviation 6, 86222, dan Std. Error Mean 1,12950.
HR
77, 07%
Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji-t Independent Samples Test
85,00% 80,00% 75,00% 70,00% 65,00%
Independent Samples Test L Test for Equ. of Var
t-test for Equality of Means 95% Confidence In of the Diff
F Nilai
Equ Equ
Sig.
5.45 .023 2
t
df
Sig
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
3.762
68 .000
5.08571
1.35189
2.38806
7.78337
3.762
58.778 .000
5.08571
1.35189
2.38037
7.79106
(77,79 71,11 75 80,57 76,68 80,57 77,79 81,11 78,33 71,11)% 10
HR Pertanyaan 1 HR Pertanyaan 2 HR Pertanyaan 3 HR Pertanyaan 4
Pada Tabel 5 memaparkan apakah kedua kelompok memiliki varians yang sama dilihat dari aturan uji homogenitas yakni jika Sig: p < 0,05 maka data tidak homogen dan jika Sig: p > 0,05 maka data homogen. Di sini diperoleh nilai sig = 0,023, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok bersifat tidak homogen, karena 0,023 < 0,05. Df (degree of freedom) merupakan derajat kebebasan yakni sebesar 68. Sedangkan Std Error Difference adalah selisih standar deviasi dua data yakni antara kelas X TAV2 dan X AV1. 95% confidence interval of the difference adalah rentang nilai perbedaan yang toleransi. Pada toleransi ini menggunakan taraf kepercayaan 95%, dengan rentang selisih kelas eksperimen dan kontrol adalah sebesar 1,35189 dan Mean difference adalah selisih mean atau rata-rata kelas X TAV2 dan kelas X TAV1 adalah 5,08571. Berdasarkan kriteria uji t bahwa terima H0 jika t < t(1atau thitung < ttabel dan sebaliknya tolak H0 jika thitung > α) ttabel dengan dk = n1 + n2 – 2 sehingga H1 diterima. Taraf signifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 5% = 0,05, maka tt-α = t1-0,05 = t0,95 dengan derajat kebebasan (dk) = 35 + 35 – 2 = 68, dari daftar distribusi t dengan t0,95 dan dk = 68 didapatkan ttabel= 1,67. Dilihat dari perhitungan uji-t didapatkan thitung manual adalah sebesar 3,686, sedangkan thitung SPSS adalah sebesar 3,762. Maka dari hasil tersebut dapat dikatakan perhitungan t pada manual dan SPSS adalah sama. Dari hasil perhitungan thitung = 3,762 sehingga jelas terdapat pada daerah penolakan H0, karena 3,753 > 1,67 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan strategi belajar Analogi lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan strategi pembelajaran Konvensional. Hasil perhitungan Angket Respon Siswa terhadap strategi belajar Analogi yang dilihat dari 10 indikator / pertanyaan adalah sebagai berikut:
Gambar3.Grafik Hasil Rating Respon Siswa Dari perhitungan hasil angket respon siswa tersebut dan dipaparkan pada Gambar 3, didapatkan rata-rata Hasil Rating sebesar 77,07%. Dari kriteria penentuan prosentase rating penilaian kualitatif maka respon siswa dari keseluruhan indikator pada lembar angket siswa dikategorikan baik, sehingga dapat disimpulkan siswa memiliki keterkaitan terhadap penerapan strategi belajar Analogi pada standar kompetensi menjelaskan prinsip register. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka disimpulan sebagai berikut: (1) Dari analisis hasil balajar siswa dengan pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh thitung sebesar 3,686 dan ttabel sebesar 1,67, berdasarkan kriteria uji-t ini berarti nilai thitung > ttabel, Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa antara metode pembelajaran Strategi Analogi dan konvensional ada beda yang signifikan, dengan signifikansi 5%. (2) thitung menunjukkan nilai positif, ini berarti bahwa hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran Strategi Analogi lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran Konvensional, dengan nilai rata-rata 80,51 pada metode pembelajaran Strategi Analogi dan 75,57 pada metode pembelajaran Konvensioanal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Strategi Analogi memiliki pengaruh baik terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi menerapkan dasar-dasar teknik digital. Saran Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu dalam penelitian berikutnya perlu beberapa saran sebagai berikut: (1) Perlu dilakukannya penelitian lanjutan yang mencoba menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan Strategi Analogi 36
Penerapan Strategi Belajar Analogi
pada materi pokok lain. (2) Penulis merasa bahwa hasil yang telah didapat di dalam penelitian ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis berharap untuk penelitian yang selanjutnya, agar supaya metode pembelajaran dengan menggunakan Strategi Analogi dapat diterapkan pada pokok bahasan yang lain dengan bentuk penilaian kinerja yang berbeda.
Trianto. 2007. Model–Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep Landasan teoritis – Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka. http://dian-math.blogspot.com/2013/04/proses-berpikiranalogi-siswa-dalam.html. Diunduh 30 Oktober 2013.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik #Analisis_Tentang_Teori_Behavioristik. Diunduh 5 September 2013.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakatra: Rineka Cipta. Brophy, S. P., & Schwartz, D. L. (1998). Interactive analogies. In D. Edelson & E. Domeshek (Eds.), Proceedings from the 1996 International Conference on the Learning Sciences (pp. 351-356). Evanston, IL: Association for the Advancement of Computing in Education. Glynn, S. M. (2008). Making science concepts meaningful to students: Teaching with analogies. In S. Mikelskis-Seifert, U. Ringelband, & M. Brückmann (Eds.), Four decades of research in science education: From curriculum development to quality improvement (pp. 113-125). Münster, Germany: Waxmann. Good, L. T & J. E. Brophy. 1990. Educational psychology. New York: Longman. Kardi, Nur, M.(2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press. Nur, Muhammad. 2000. Strategi – Strategi Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, University Press. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: UNESA 37