e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI SD PANJI ANOM I Km. Mayun Yuliana1, Kt. Dibia2, Pt. Nancy Riastini3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA setelah diterapkan model pembelajaran terpadu tipe connected pada siswa kelas VI semester I SD N 2 Panji Anom tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N. 2 Panji Anom. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini penunjukkan bahwa Model pembelajaran terpadu tipe connected dalam mata pelajaran IPA telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan di siklus I dan II bahwa ada peningkatan nilai rata-rata siswa yaitu, siklus I nilai rata-rata siswa 66,30 setelah di siklus II mengalami peningkatan menjadi 80,18. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran terpadu tipe connected sudah berhasil memecahkan masalah hasil belajar siswa kelas VI SD N 2 Panji Anom Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata Kunci: model pembelajaran terpadu tipe connected, hasil belajar IPA.
This study aimed to determine the improvement of science learning outcomes after the implementation of integrated learning model in connected type to the first semester of sixth grade students in SD N 2 Panji Anom in the academic year 2014/2015. This study was designed as an action research. The subject of this study was sixth grade students of SD N 2 Panji Anom. This research was conducted by using the test method. The data were analyzed by using descriptive quantitative. The results of this study showed that the appointment of an integrated learning of connected type in science has been able to improve students’ learning outcomes of sixth grade students in SD N 2 Panji Anom. It can be seen from the results of this research conducted in cycles I and cycles II. It showed that there is an increase in the average value of students, in the first cycle of the average is 66.30 after that the second cycle increased to 80.18. It is proved that the type of connected integrated learning has successfully solved the problem of learning outcomes of sixth grade students in SD N 2 Panji Anom Sukasada Buleleng Regency in the academic year 2014/2015.
Keywords: integrated learning model type connected, science learning outcomes.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi secara optimal di era globalisasi saat ini. Melalui pendidikan akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Sagala (2008:11), “fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan”. Hal ini berarti melalui pendidikan seseorang akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan. Dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui proses pendidikan, seseorang akan mampu mengatasi berbagai masalah kehidupan yang terjadi di masyarakat. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional harus mampu meningkatkan mutu dan relevansi serta efisiensi pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahrasa, olahpikir, dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan. Salah satu tuntutan dalam sistem pendidikan adalah perubahan paradigma atau reorientasi terhadap proses pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategis dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu pilar pembangunan bagi suatu bangsa melalui pengembangan potensi individu. Karenanya, dapat dikatakan bahwa masa depan suatu bangsa terletak pada mutu dan kualitas pendidikan yang dilaksanakan. Untuk menjamin mutu dan kualitas pendidikan, diperlukan perhatian yang serius, baik oleh penyelenggara pendidikan, pemerintah, maupun masyarakat. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu dilakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Proses pembelajaran, guru sebagai fasilitator harus mampu memilih dan menentukan pendekatan, metode, dan model pembelajaran yang tepat dengan pokok bahasan yang akan dipelajari, sehingga pembelajaran mampu berjalan secara efektif dan tujuan pembelajaran berhasil dicapai (Sukir, 2009). Disamping itu juga, dalam kegiatan pembelajaran guru harus dapat memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tetapi pada kenyatannya kondisi yang sangat diharapkan tersebut belum terwujud. Sukir (2009) menyatakan bahwa proses pembelajaran yang ada selama ini masih belum memperhatikan efektivitas dan kesesuaian model pembelajaran dengan pokok bahasan yang akan disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran sulit dicapai. Kenyataan mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Salah satu sebab utama permasalahan tersebut adalah proses pembelajaran yang berlangsung di sekolahsekolah sekarang ini belum menggambarkan hakikat orang belajar. Peranan guru masih sangat dominan sehingga pembelajaran cenderung hanya berpusat pada guru (teacher centered) (Sulaiman dalam Rasana, 2009). Pembelajaran hanya mendorong anak untuk menghafal informasi. Proses seperti yang demikian menyebabkan kurangnya dorongan bagi anak untuk mengembangkan keterampilan proses dalam memperoleh pengetahuan. Akibatnya anak hanya bisa menerima tanpa dilatih untuk berpikir sendiri dalam mendapatkan pengetahuan tersebut. Kenyataan yang demikian juga terjadi di SD N 2 Panji Anom. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2014, ditemukan bahwa banyak faktor yang menjadi penghalang pencapaian hasil belajar IPA. Secara garis besar, penghalang
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
yang teridentifikasi diantaranya (1) pemahaman guru tentang pembelajaran bermakna dan holistik masih rendah sehingga siswa masih belajar pengetahuan secara terpisah-pisah, (2) guru belum maksimal memanfaatkan potensi lingkungan sebagai media dan sumber belajar, dan (3) sistem pembelajaran yang cenderung monoton.
belajar siswa, khususnya dalam ranah kognitif tergolong belum mencapai standar nilai yang ditentukan. Berdasarkan hasil pencatatan dokumen pada tanggal 25 Juli 2014, diketahui nilai yang diperoleh siswa masih di bawah standar yang ditetapkan sekolah. Berikut adalah perolehan nilai mata pelajaran IPA yang ada pada tabel 1.1
Permasalahan seperti yang diungkapkan di atas menyebabkan hasil Tabel 1.1 Perolehan Nilai Mata Pelajaran IPA
Jumlah siswa 27
Standar nilai
Jumlah Siswa yang Memiliki Nilai di bawah Standar
6,5
Berdasarkan observasi yang dilakukan, diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki nilai di bawah standar adalah 18 orang dan jumlah siswa yang memiliki nilai di atas standar adalah 9 orang. Persentase siwa yang memiliki nilai di atas standar adalah 3 %. Jika dikonversi terhadap PAP, persentase tersebut termasuk kategori rendah. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected. Pembelajaran terpadu tipe connected merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, atau mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan lain dalam satu mata pelajaran. Tipe ini memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik (dalam Trianto, 2007).
18
Jumlah Siswa yang Memiliki Nilai di atas Standar 9
Kelebihan dari pembelajaran terpadu tipe connected adalah 1.) Dengan pengintegrasian ide-ide inter bidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu, siswa akan dapat mengembangkan konsepkonsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi, dan dapat menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sehingga sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ideide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah (dalam Trianto, 2007). Selanjutnya, menurut Hadisubroto dengan adanya hubungan atau kaitan antara gagasan di dalam satu bidang studi, siswasiswa mempunyai gambaran yang komprehensif dari beberapa aspek tertentu mereka pelajari secara lebih mendalam, konsep-konsep kunci dikembangkan dengan waktu yang
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
cukup sehingga lebih dapat dicerna oleh siswa, kaitan-kaitan dengan sejumlah gagasan di dalam satu bidang studi memungkinkan siswa untuk dapat mengkonseptualisasikan kembali dan mengasimilasi gagasan secara bertahap, pembelajaran terpadu model terhubung tidak mengganggu kurikulum yang sedang berlaku. Pembelajaran yang demikian diyakini dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA kelas VI di SD N 2 Panji Anom Kecamatan Sukasada tahun pelajaran 2014/2015 setelah penerapan pembelajaran terpadu tipe connected. Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI semester I SD N 2 Panji Anom tahun pelajaran 2014/2015? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA setelah diterapkan model pembelajaran terpadu tipe connected pada siswa kelas VI semester I SD N 2 Panji Anom tahun pelajaran 2014/2015. Manfaat penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi (a) manfaat teoretis yakni hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya pada pembelajaran IPA. (b) manfaat praktis yakni (1) bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien di sekolah. (2) bagi guru, menambah
wawasan dan pengetahuan dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat. (3) bagi siswa penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dalam rangka mengubah pola belajar sehingga menyediakan peluang bagi para siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dan mengikuti proses belajar secara lebih bermakna. (4) bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi awal bagi para peneliti bidang pendidikan (strategi pembelajaran) untuk melakukan penelitian lanjutan. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK. Penelitian ini digunakan untuk memecahkan masalah di kelas dengan tindakan tertentu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD N 2 Panji Anom Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Rentang waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tidakan, obsevasi/evaluasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1990:34), Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan niali standar yang ditetapkan.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Dengan demikian tes merupakan suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur hasil belajar anak didik. Jenis tes yang diberikan adalah tes objektif yang berjumlah 20 soal. Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Pemberian tes hasil belajar dilakukan pada setiap akhir siklus. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda satu jawaban benar. Tes ini mengungkap tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran IPA. Setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dipilih oleh siswa Setelah data diperoleh, tugas peneliti adalah menganalisis data tersebut. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari hasil tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif-kuantitatif. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Untuk menganalisis data, digunakan metode analisis deskritif kuantitatif, yaitu pengolahan data untuk menentukan angka rata-rata (mean) dan persentase (Agung, 2005). Untuk menganalisis data hasil belajar digunakan rumus-rumus berikut. a) Menghitung angka rata-rata hitung (mean).
N = Jumlah sampel b) Menentukan presentase tingkat ketuntasan belajar siswa. M
M (%) = SMI x 100% Keterangan : M (%) = Rata-rata persen hasil belajar siswa M = Skor yang dicapai siswa secara keseluruhan (mean) SMI
= Skor Maksimal Ideal
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh setelah diterapkan pembelajaran terpadu tipe connected mengalami peningkatan. Berikut adalah analisis kuantitatif hasil belajar siswa siklus I rata-rata (mean) dan persentase tingkat ketuntasan hasil belajar siswa siklus I. Analisis kuantitatif hasil belajar siswa siklus I Rata-rata (mean) yang diperoleh adalah: ∑X M= 𝑁 = 1790 27 = 66,30 Persentase tingkat ketuntasan hasil belajar siswa. M M (%) = SMI x 100% = 66,30 x 100%
∑X M= 𝑁
100 = 66,30 %
Keterangan : M = Skor rata-rata (mean) ∑X = Jumlah Skor keseluruhan
Berikut hasil dari data awal ke siklus yang ada pada tabel 2. Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Penelitian dari data awal ke Siklus I
Variabel Hasil Belajar
Perolehan Skor Rata-rata 55,40
Awal Persentase 54,4%
Kategori Rendah
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Variabel Hasil Belajar
Siklus I Perolehan Skor Rata-rata
Persentase
Kategori
Persentase Kenaikan
66,30
66,3%
Sedang
12%
Dari hasil penelitian siklus I dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Siswa sudah terlihat lebih aktif dalam menerima pelajaran dan memberi tanggapan, ini sesuai dengan tujuan metode terpadu tipe connected, (2 Peneliti kurang memperhatikan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, 3) Peneliti belum begitu baik dalam mengelola waktu. Dari hasil penelitian siklus I rencana perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Kesempatan diberikan kepada setiap siswa untuk mengkomunikasikan jawaban yang diperoleh, sehingga siswa bersangkutan merasa termotivasi, 2) Siswa diberikan nilai atau poin tambahan bagi siswa yang mampu menjawab pertanyaan sehingga mereka termotivasi dan dapat membangun rasa percaya diri dalam menyampaikan pendapat, 3) Pemberian sanjungan berupa tepuk tangan kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan dan mengikuti pelajaran yang baik.
Setelah melakukan penyempurnaan ke siklus II, hasil belajar siswa kelas VI khususnya mata pelajaran IPA mengalami peningkatan. Berikur adalah analisis Kuantitatif untuk Perolehan Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II. Rata-rata (mean) hasil tes hasil belajar siswa adalah ∑X
M= 𝑁 M= 2165 27 = 80,18 Persentase tingkat ketuntasan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut. M M (%) = SMI x 100% = 80,18 x 100% 100 = 80,18%
Hal tersebut dapat dilahat pada tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian dari dari siklus I ke Siklus II Variabel Hasil belajar
Siklus I Perolehan Rata-rata 66,30
Skor
Persentase
Kategori
66,3%
Sedang
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Variabel Hasil Belajar
Hasil dari sebagai berikut.
Siklus II Perolehan Skor Rata-rata
Persentase
Kategori
Persentase Kenaikan
80,18
80,1%
Tinggi
14%
silkus
II
adalah
1) Penerapan metode terpadu tipe connected menyebabkan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, 2) Adanya interaksi guru dengan siswa yang sangat baik, 3) Terciptanya semangat dan antosiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran, 4) Guru sudah mampu menggunakan waktu dengan efektif dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan 5) Guru sudah mampu membuat siswa yang bercanda dan bermain-main ataupun mengganggu temannya menjadi ingin fokus belajar. Berdasarkan hasil dari siklus II tersebut maka dapat dinyatakan bahwa penelitian sudah berhasil dan siklus dihentikan. Setelah melakukan penelitian pada siswa kelas VI di SD N 2 Panji Anom pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran terpadu tipe connected, terlihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar terjadi sebesar 66,30% pada siklus I menjadi 80,18% pada siklus II. Proses pembelajaran yang berahir pada siklus II membuktikan bahwa hasil belajar IPA kelas VI mengalami peningkatan yaitu 80,18 dan mencapai indikator keberhasilan yang ditetapakan. Peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor berikut. 1) Anak SD berada pada tahap Operasional Konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini, anak masih berpikir logis, memperoleh pengetahuan melalui pristiwa nyata yang dialami
dan sudah mampu menyusun sebuah karya. Disamping itu anak pada tahap ini senang bermain sehinngga dengan penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected menyebabkan siswa akan menjadi aktif dan antosias serta fokus dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sangat berdampak positif pada hasil belajar, 2) Pada saat kegiatan pembelajaran guru selalu memberikan penguatan, memberikan poin, dan memberikan pujian kepada siswa. Kegiatan tersebut untuk memotivasi siswa agar termotivasi dan menambah semangat belajar siswa, 3) Dalam kegiatan pembelajaran berlangsung guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan. Hal ini bertujuan agar siswa memunculkan rasa antosias dan motivasi dari dalam diri siswa agar lebih berani dan aktif dalam memecahkan masalah serta ikut berpatisifasi dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu tipe connected menekankan aktivitas belajar siswa lebih banyak daripada aktivitas guru. Penggunaan model pembelajaran terpadu tipe connected dapat lebih merangsang siswa untuk saling bekerjasama, berpartisipasi aktif, dan merangsang perhatian siswa dalam belajar, sehingga materi pelajaran yang disampaikan lebih mudah dipahami. Selain itu, hal ini menyebabkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih kuat melekat dalam memori atau pikiran siswa untuk memahami pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Model pembelajaran terpadu tipe connected merupakan metode pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang mengaitkan suatu pokok bahasan dengan sub pokok bahasan lain, satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain. Sehingga pembelajaran tidak akan terpisah-pisah. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Selain itu penggunaan model pembelajaran terpadu tipe connected dapat memudahkan guru dalam mengajar serta dapat mengatasi kekurangan waktu guru dalam menghabiskan materi pembelajaran. Model pembelajaran terpadu tipe connected menuntut siswa menggali dan menemukan pengetahuannya sendiri, siswa dituntut selalu aktif dalam menggali suatu informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber sehingga pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan komunikasi dapat ditingkatkan yang dapat berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected meliputi tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan, hal yang dilakukan adalah menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipadukan, menentukan sub keterampilan yang dipadukan, menentukan indikator hasil belajar dan menentukan langkah-langkah pembelajaran. Keberhasilan penelitian ini sesuai dengan keberhasilan Suparwati (2010/2011). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Persentase pencapaian hasil belajar pada siklus I adalah 66,5% dan
86,6% pada siklus II dengan kategori tinggi. Hasil penelitian Handayani (2010/2011). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Persentase pencapaian hasil belajar siklus I adalah 64,1% dan 81,3% pada siklus II dengan kategori tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, teori-teori pendukung, dan hasil penelitian yang relevan yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD N 2 Panji Anom tahun ajaran 2014/2015. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas siklus I dan II mengenai peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Penerapan Pembelajaran model pembelajaran terpadu tipe connected dalam mata pelajaran IPA telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan di siklus I dan II bahwa ada peningkatan nilai rata-rata siswa yaitu, siklus I nilai rata-rata siswa 66,30 setelah di siklus II mengalami peningkatan menjadi 80,18. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran terpadu tipe connected sudah berhasil memecahkan masalah yaitu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD N 2 Panji Anom kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.. Berdasarkan simpulan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat dikemukakan saran sebagai berikut.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
1) Kepada siswa diharapkan agar lebih meningkatkan semangat belajarnya dalam menuntut ilmu dengan menunjukkan keaktifan diri dikelas dalam. 2) Kepada guru disarankan untuk dapat menerapkan pembelajaran-pembelajaran terpadu tipe connected secara berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Kepada peneliti lain diharapkan agar lebih mengembangkan kajian materi dan sumber yang lebih luas dan mendalam terkait dengan permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini. Daftar Pustaka Agung, A.A.Gede, 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Aunurahman. 2009. Pembelajaran. Alfabeta.
Belajar dan Bandung:
Depdiknas. 2006. PeraturanMenteriPendidikanNa sionalRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 TentangStandar Isi UntukSatuanPendidikanDasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud Djamarah, Syaiful Bahri.2008.Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Puskur. 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Hasil Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Puskur, Balitbang, Depdiknas.
Rasana, IDP. 2009. Model-model Pembelajaran. Makalah. Singaraja: Undiksha Sagala, S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Samatowa, Usman. 2009. Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Jakarta:PT Indeks. Santyasa, I Wayan. 2006. “Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS”. Makalah disajikan dalam Seminar di Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura. Semarapura 27 Desember 2006. Semiawan, Conny.R. 2002. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo -------. 2006. Penilaian Hasil Belajar dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosada Karya. Sukir. 2009. Metode Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Rineka Cipta Sutrisno, dkk. 2008. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori Dan Praktek. Surabaya: Prestasi Belajar. Tim
Pengembang PGSD. 1999.Pembelajaran Terpadu DII PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.