1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Agustus 2016
PENERAPAN MODEL VCT BERBASIS LOCAL GENIUS DALAM PEMBELAJARAN IPS SD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KEBANGGAAN TERHADAP BUDAYA INDONESIA
Lia Nurdianti¹, Solihin Ichas Hamid², Leli Halimah³ Prodi S-1 PGSD, Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sikap bangga terhadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar tempat penelitian berlangsung. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran IPS. Alasan dilaksanakannya penelitian ini, karena sikap bangga terhadap budaya Indonesia siswa kurang terlihat, hal ini dikarenakan beberapa faktor di antaranya, perubahan sosial yang terjadi di masyarakat, perkembangan IPTEK dan guru kurang memerhatikan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran. Selain itu, pemilihan model dan media yang kurang bervariasi menjadikan siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk mengembangkan sikap bangga terhadap budaya Indonesia yang mereka miliki. Penelitian ini menggunakan model VCT berbasis Local Genius. Model pembelajaran tersebut berpotensi dapat meningkatkan serta mengembangkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa serta menciptakan pembelajaran yang mudah dimengerti oleh siswa dan menarik minat siswa. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dari Kemmis & Taggart . Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Partisipan penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sukamantri Desa Cinunuk Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung yang terdiri dari 35 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan sikap bangga terhadap budaya Indonesia siswa mengalami peningkatan, pada setiap siklusnya, hal ini dibuktikan dari hasil proses yang menunjukan siklus I diperoleh dengan nilai rata-rata 35,7 sampai siklus III sebesar 80,4. Selain hasil proses, hasil soal evaluasi yang dikerjakan oleh siswa menunjukan peningkatan dalam setiap siklusnya. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 55, siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 61,9 dan siklus III nilai rata-rata siswa sebesar 72,2. Hal ini menunjukkan keberhasilan pembelajaran sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia dengan menerapkan model VCT berbasis Local Genius. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model VCT berbasis Local Genius dalam pembelajaran IPS SD dapat meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia. Kata kunci
: Model VCT berbasis Local Genius, Sekolah Dasar, Sikap, Budaya
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. 2
Please use purchased version to remove this message.
Lia Nurdianti¹, Solihin Ichas Hamid², Leli Halimah³ Penerapan Model VCT Berbasis Local Genius dalam Pembelajaran IPS SD untuk Meningkatkan Sikap Kebanggaan Tehadap Budaya Indonesia| 2
APPLICATION OF MODEL VCT-BASED LEARNING IN LOCAL GENIUS IPS OF ELEMENTARY SCHOOL ATTITUDE TO INCREASE THE PRIDE OF CULTURE INDONESIA ABSTRACT This research is motivated by an attitude of proud of the Indonesian culture of students in the Social Sciences in the Elementary School where the research took place. The purpose of this research is to improve the attitude of pride of Indonesian culture of students in IPS. The reason the implementation of this study, because of the attitude of the students are proud of Indonesian culture is less visible, it is due to several factors, among others, the social changes taking place in society, science and technology development and the teacher is not watching the attitude of pride towards the culture of Indonesia students in learning. In addition, the model selection and less varied media that makes students less interested and motivated to develop an attitude of pride towards Indonesian culture they have. This study uses a model-based VCT Local Genius. The learning model that can potentially improve and develop an attitude of pride of Indonesian culture of students and create learning that is easily understood by students and attract students. This research method is classroom action research of Kemmis & Taggart. Research carried out in three cycles. Participants of this study is the fourth grade students of SD Negeri Sukamantri Village Cinunuk Cileunyi District of Bandung regency consists of 35 students. The results showed an attitude of pride in Indonesian culture of students has increased, in each cycle, it is evidenced from the process that shows the first cycle obtained by the average value of 35.7 to 80.4 for the third cycle. In addition to the results of the process, the results of evaluation questions were done by the students showed an increase in each cycle. In the first cycle the average values obtained by 55 students, the second cycle students' average score of 61.9 and the third cycle the average value of 72.2 students. This shows the attitude of pride toward successful learning Indonesian culture by applying the model-based VCT Local Genius. Thus, it can be concluded that the application of the model-based VCT Local Genius in learning IPS SD can improve the attitude of pride towards Indonesian culture. Keywords: Model-based VCT Local Genius, Elementary School, Attitude, Culture
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
3|Antologi UPI
Volume
PENDAHULUAN Pada era globalisasi saat ini banyak hal yang dapat berpengaruh besar terhadap pembangunan dan perkembangan negara kita. Adapun hal yang sangat berpengaruh itu adalah perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang terus berkembang secara pesat. Dengan berkembangnya IPTEK secara pesat maka masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dari berbagai aspek dan bidang agar mereka tidak tertinggal. Dari berbagai aspek dan bidang tersebut diantaranya yaitu attitude, adat istiadat, budaya, serta bidang perekonomian, sosial dan lainnya. Maka dari itu, untuk menata semua hal tersebut dibutuhkanlah pendidikan. Yang dimana pendidikan merupakan salah satu cara agar mindset dan skill manusia terbentuk dengan baik dalam meningkatkan kualitas hidupnya serta dapat bersaing dalam mengikuti perkembangan zaman seperti arti pendidikan yang termuat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 (dalam Depdiknas, 2003, hlm.4). Adapun pendidikan menurut Tardif (dalam Rahmat, dkk, 2008, hl m.10) pendidikan dapat diartikan sebagai: Sebuah proses dengan metodemetode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pengertian yang luas dan representatif (mewakili/mencerminkan segala segi), pendidikan ialah ... “the total process of developing human abilities and behavior, drawing on almost all life’s experiences”.
Berdasarkan isi dari pengertian diatas bahwa pendidikan
Edisi No.
Agustus 2016
tidak hanya pemberian materi di kelas oleh guru kepada para siswa saja yang hanya memandang dari segi kognitif anak saja melainkan juga dari segi afektif spikomotor siswa. Dalam hal ini, pendidikan melibatkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya dan lingkungan sekitar. Melihat dari keadaan lingkungan seiring dengan perkembangan zaman, pada era masa kini dengan teknologi canggih yang menjadikan semua urusan interaksi sosial dan budaya yang dianut orang-orang cenderung lebih mengikuti perubahan mulai dari perubahan pola pikir, budaya, attitude, cara berpakaian dan lain-lain. Yang dimana perubahan disini merupakan adanya suatu perpindahan dari titik awal ke titik potensial. Gerak yang kita bahas dimaksud disini merupakan gerak substansi, yaitu gerak yang tidak dapat di indrawi yang merupakan perubahan dari sifat, karakter serta pola pikir (mindset). Maka dari itu, pendidikan sangat perlu terutama bagi anak usia sekolah yang dimana mereka dalam masa perkembangan perlu pengarahan dan bimbingan agar menjadi manusia yang dapat bersaing di era globalisasi dan di era perkembangan zaman yang terusmenerus mengalami perubahan yang secara tidak langsung menuntut siswa untuk berkembang. Situasi yang tampak saat ini masyarakat cenderung terbawa arus perubahan zaman dan jati diri dalam dirinya mulai menghilang tergantikan dengan perubahanperubahan yang terjadi. Salah satunya dapat terlihat pada anak usia sekolah dasar pada kelas IV SDN Sukamantri, rasa bangga akan kebudayaannya sendiri contohnya
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. 2
Please use purchased version to remove this message.
Lia Nurdianti¹, Solihin Ichas Hamid², Leli Halimah³ Penerapan Model VCT Berbasis Local Genius dalam Pembelajaran IPS SD untuk Meningkatkan Sikap Kebanggaan Tehadap Budaya Indonesia| 4 telah luntur terkontaminasi oleh pengaruh luar atau asing yang berdatangan. Seperti pada saat ketika pembelajaran diselingi dengan menyanyikan lagu-lagu daerah para siswa terlihat tidak antusias dan asalasalan ketika menyanyikannya. Mulai dari mempengaruhi pola pikir (mindset), attitude, adat istiadat bahkan jati diri mereka. Dewasanya masyarakat yang sudah mengetahui jati diri mereka saja dapat terpengaruh, apalagi generasi muda yang sedang mencari jati diri mereka? Mereka generasi muda yang belum mempunyai bekal yang cukup untuk bersaing di lingkungan yang terus berkembang akan terpengaruh dengan mudah dan akhirnya mereka akan terjebak dalam dampak negatif yang timbul. Maka dari itu perlunya pendidikan yang dibarengi dengan kebudayaan agar tidak terjadi degradasi budaya. Dari itu semua maka pendidikan sudah jelas sangatlah penting. Seperti yang diungkapkan oleh Rahadiansah, dkk, (2011, hlm. 117) Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Jadi, banyak hal yang dibicarakan ketika kita membahas pendidikan. Aspekaspek yang biasanya paling dipertimbangkan antara lain: (1) Penyadaran; (2) Pencerahan; (3) Pemberdayaan; (4) Perubahan perilaku.
Dari aspek-aspek tersebut kita dapat mengetahui bahwa pendidikan pada akhirnya menghasilkan suatu perubahan perilaku ke arah yang lebih baik lagi. Pendidikan sudah jelas mempengaruhi kualitas dari suatu bangsa. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kebudayaan.
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri (Tilaar, 1999, hlm.8). Dalam perkembangan seseorang dewasanya mengalami proses yang beragam baik itu melalui proses pendidikan formal yaitu di sekolah ataupun melalui proses kebudayaan yang berisikan adat istiadat yang ada di sekitar lingkungannya yang dia anut. Dari hal tersebut maka perlunya pendidikan yang dilakukan dengan berbasis Local Genius. Adapun menurut Quaritch Wales (dalam http://sepasangkata.wordpress.com, 2012) Local Genius pertama kali dicetuskan, yang mengemukakan pendapatnya mengenai nenek moyang Indonesia adalah “Seperangkat karakter kebudayaan yang dimiliki oleh sebagian besar msyarakat dari pengalaman kehidupan selama ini.” Menurut Soebadio, (dalam Rahardiansah, dkk, 2011, hlm. 61) bahwa local genius adalah cultural identity. Yang berarti “identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri” menurut Ayatrohaedi dalam (Rahardiansah, dkk, 2011, hlm. 61). Perlunya pendidikan yang berbasis Local Genius yang mampu membekali para peserta didik yang saat ini tidak memiliki rasa kebanggaan terhadap kebudayaannya sendiri mulai dari hal-hal kecil seperti dalam berbahasa daerah dalam kehidupannya sehingga berimbas di masa datang nantinya.
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
5|Antologi UPI
Volume
Yang dimana, disini Local Genius merupakan daya yang dimiliki oleh suatu bangsa untuk menyerap, menafsirkan, mengubah, dan mencipta sepanjang terjadinya pengaruh asing. Maka, pendidikan berbasis local genius akan mampu membawa elemen masyarakat khususnya generasi muda untuk turut terlibat secara cerdas dalam mengalami perubahan yang mendunia ini. Perlunya paham akan pentingnya dan rasa bangga terhadap kebudayaan Indonesia sangatlah dibutuhkan. Jangan sampai kesinambungan kebudayaan menjadi tidak disadari sehingga masyarakat terjerumus dan terjebak dalam pengaruh budaya global tanpa infiltrasi. Maka dari itu, pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global (Tilaar, 1999, hlm. 28) Dari hal di atas, perlunya pembekalan pada generasi muda agar dapat berpikir dan bertindak cerdas terutama hal tersebut dilakukan dalam dunia pendidikan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar berbasis Local Genius khususnya di kelas IV SDN Sukamantri dalam kesehariaannya budaya mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan sikap rasa bangga terhadap budaya Indonesia. Terlihat sikap bangga para siswa terhadap budaya Indonesia telah memudar. Adapun yang dimana, rasa bangga merupakan rasa senang dan suka serta menghargai terhadap apa yang dimiliki dan sangat dikagumi. Hal ini menunjukkan antusias pada sesuatu hal yang sangat berarti dan dihargai serta menjadi teladan dirinya. Walaupun demikian, rasa bangga
Edisi No.
Agustus 2016
bukanlah hal yang dapat dirasakan atau muncul begitu saja dalam diri seseorang. Di zaman sekarang ini tidak begitu terlihat rasa kebanggaan budaya Indonesia di masayarakat. Seiring dengan hal tersebut, pada era masa kini dengan kemajuan IPTEK yang pesat yang menjadikan segala urusan menjadi mudah termasuk dalam berinteraksi di sosial masyarakat dan lingkungan budaya. Orang-oramg cenderung lebih mengikuti perkembangan zaman tanpa adanya penyaringan dan akhirnya melupakan kebudayaan mereka sendiri sebagai jati diri dan identitas mereka. Untuk mengikuti laju perkembangan zaman masa kini, setiap orang terutama peserta didik harus mengimbanginya dengan kemampuan berpikir cerdas dengan menyaring pengaruh budaya dari luar dan lebih meningkatkan kembali sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia.Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan maka perlu dilakukannya perbaikan untuk memecahkan masalah tersebut, adapun salah satunya yaitu dengan cara menerapkan model atau metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta sesuai dengan perkembangan siswa. Model pembelajaran yang baik dan menyenangkan serta menarik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan serta mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan melihat permasalahan di masa kini mengenai memudarnya jati diri bangsa, maka salah satu model pembelajaran yang akan diterapkan untuk menyelesaikan permasalah tersebut yaitu dengan menggunakan model VCT (Value Clarification Technique).
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. 2
Please use purchased version to remove this message.
Lia Nurdianti¹, Solihin Ichas Hamid², Leli Halimah³ Penerapan Model VCT Berbasis Local Genius dalam Pembelajaran IPS SD untuk Meningkatkan Sikap Kebanggaan Tehadap Budaya Indonesia| 6 Model VCT ini sesuai dengan apa yang ingin di capai yaitu sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia yang dimana sama dengan nilai dan moral serta tingkah laku peserta didik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupannya. Aktivitas yang dikembangkan dalam pembelajaran ini yaitu aktivitas tingkah laku dan pola pikir peserta didik mengenai kebudayaan. Sedangkan hasil pembelajaran yang ingin peneliti teliti yaitu dari lebih kepada segi afektif peserta didik. Berdasarkan sudut pandang ini, upaya membangun makna dapat dilakukan terhadap berbagai bentuk. Segala apapun yang dapat didekati sehingga siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran IPS dan siswa dengan senang hati mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. Berdasarkan rincian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap kebanggaan tehadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran IPS SD dengan menggunakan model VCT berbasis Local Genius dan untuk mengetahui peningkatan sikap kebanggaan tehadap budaya Indonesia siswa dengan menggunakan model VCT berbasis Local Genius. METODE Adapun dalam dunia pendidikan tindakan yang dilakukan salah satunya yaitu tindakan di dalam kelas. Hakikat penelitian tindakan kelas (PTK) menurut (Sumadyo, 2013, hlm. 20) menjelaskan bahwa: PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan halhal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
Tindakan yang dilakukan pada saat PTK bertujuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang timbul pada kelas tersebut. Dalam melaksanakan tindakan tersebut disini guru harus melakukan beberapa siklus yang pada setiap siklusnya dievaluasi. Terdapat banyak desain penelitian yang dapat digunakan dalam melaksanaan PTK. Desain penelitian PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral Kemmis dan Mc Taggart ( dalam Susilo, Herawati, dkk, 2008, hlm. 12). Tahapan di dalam model penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tahap perencanaan (planning), tahap tindakan (action), tahap pengamatan atau observasi (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Dari keempat tahapan tersebut merupakan satu siklus, oleh karena itu pada setiap siklus tahapan tersebut akan berulang kembali. Adapun instrmen data yang hasilnya dianalisis diantaranya adalah hasil dari Observasi, Wawancara, Catatan Lapangan, soal evaluasi, angket atau kuesione, dan dokmentasi untuk mengumpulkan data yang dapat dipakai untuk membuat suatu kesimpulan. Setiap penelitian bertujuan untuk mendapatkan hasil dari masalah yang ditemukan. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknis analisis data kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa, berupa angka atau nilai dari hasil belajar. Teknik analisis data kualitatif
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
7|Antologi UPI
Volume
biasanya berupa data hasil observasi, hasil wawancara, catatan lapangan, angket/kuesioner, soal evaluasi dan hasil dokumentasi. Setelah semua data terkumpul, maka data akan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Kemudian penulis akan mencari keterhubungan dari data-data tersebut yang bertujuan untuk mendapatkan penguatan terhadap penelitian. Keterhubungan tersebut akan diperoleh dari proses triangulasi. Triangulasi yang dilakukan untuk melihat keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dan data kualitatif. Analisis data yang digunakan lainnya adalah triangulasi data menggunakan berbagai jenis sumber data dan bukti dari situasi yang berbeda. Data didapat dari orang-orang yang berbeda dan waktu yang berbeda yang nantinya akan diolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran VCT berbasis Local genius pada materi permasalahan sosial dapat meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa. Pada kegiatan pembelajarannya, Penerapan Model VCT Berbasis Local genius selalu diawali dengan apersepsi, kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan siswa lebih dekat dengan masalah yang akan dipelajari terutama yang kaitannya dengan kehidupan sehari-hari mereka yang ada di lingkungan masyarakat. Kegiatan ini dianggap penting karena mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam menggali dan mencari tahu dalam proses belajar, sehingga proses pembelajaran siswa dalam mengikuti kegiatan selanjutnya akan lebih baik.
Edisi No.
Agustus 2016
Kegiatan apersepsi pada siklus I berlangsung kurang karena siswa masih malu dan kebingungan dalam mengemukakan pendapatnya. Namun pada siklus II dan siklus III siswa sudah mulai terbiasa menjawab pertanyaanpertanyaan yang guru berikan. Hal tersebut terjadi karena guru memberikan apersepsi dengan pertanyaanpertanyaan yang sesuai dengan pengalaman siswa dan mudah dipahami siswa. Salah satu upaya guru dalam rangka meningkatkan kualitas dan efektivitas keberhasilan siswa dalam belajar yaitu dengan menggunakan model-model pembelajaran. Adapaun salah satu model yang digunakan peneliti adalah model Value Clarification Technique (VCT). Teori ini lebih menonjolkan dalam aspek peningkatan pendidikan nilai-nilai dan moral, dengan begitu pada dasarnya model ini dipergunakan dalam upaya meningkatkan ranah afektif siswa. Apabila model ini dapat diterapkan dan dikembangkan dengan baik oleh guru sehingga pembelajaran akan memberi pemahaman kepada siswa sehingga tingkah laku siswa dalam mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Model VCT ini sebenarnya lebih banyak diterapkan dalam pembelajaran PKn yang bertujuan untuk menjadikan warganegara yang sesuai dengan tujuan pendidikan pula. Akan tetapi kali ini peneliti menerapkan model VCT ini alat dalam pembelajaran IPS yang dimana untuk melakukan penelitian untuk meningkatkan sikap kebanggaan nilai-nilai dan moral budaya Indonesia yang di masa kini sudah mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Sebab itulah, model VCT digunakan guna menerapkan pendidikan nilai dan budaya dalam pembelajaran IPS ini yang masih berkaitan dengan nilai-moral bangsa ini. Pada kegiatan awal pembelajaran, siswa diminta bersama guru untuk
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. 2
Please use purchased version to remove this message.
Lia Nurdianti¹, Solihin Ichas Hamid², Leli Halimah³ Penerapan Model VCT Berbasis Local Genius dalam Pembelajaran IPS SD untuk Meningkatkan Sikap Kebanggaan Tehadap Budaya Indonesia| 8 menyanyikan 1 sampai 2 lagu daerah sebelum masuk ke pembelajaran kegiatan inti. Di awal siswa terlihat kebingungan dan sulit dalam menyanyikan lagu-lagu daerah karena tidak terbiasa. Dalam kegiatan pembelajaran dengan model ini guru harus dapat memberikan tauladan serta membiarakan siswa belajar mencari nilai-nilai kebenaran yang ada yang seharusnya mereka miliki dalam mengembangkan dan meningkatkan rasa bangga terhadap budaya sendiri dengan memperhatikan dam memahami perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat serta dapat membentuk konsep berpikir dalam memilah-milah hal apa saja yang sesuai dan tidak sesuai bagi kehidupannya yang tidak menyimpang dari peraturan yang ada. Pada kegiatan inti guru memberikan suatu teks dengan berisi cerita yang dengan menyajikan dilema, dimana siswa harus menyelesaikan cerita dan menjawab dilema dengan cara berdiskusi dengan rekannya. Pada saat memberikan cerita guru selalu menggunakan media gambar dan situasi lingkungan sekitar yang sesuai dengan materi. Hal ini bertujuan agar menarik minat siswa serta pembelajaran yang dilaksanakan lebih nyata atau kongkrit dimana pembelajaran seperti ini sesuai dengan teori Skinner yaitu bahwa perilaku akan timbul karena pengaruh dari lingkungan. Tingkah laku mereka akan dihasilkan dari stimulus yang ada dilingkungan sekitar yang akhirnya akan memberikan respon berupa tingkah laku yang sesuai dengan keadaan dan kondisi mereka. Selain itu, sejalan pula dengan model yang dikembangkan yaitu VCT berbasis Local Genius yang membelajarakan nilai. Dimana makna didalam cerita dilema dapat membentuk nilai yang ada dalam diri siswa sebagai pembentukan serta penanaman nilaimoral terhadap peserta didik yang
dimodifikasi dengan kecerdasan berfikir setempat dengan masuknya berbagai macam kebudayaan asing agar dapat mengikuti tuntutan perkembangan zaman namun tidak menghilangkan culture identity. Pandangan ini kemudian dikemukakan Ayatrohaedi dalam (Rahardiansah, dkk, 2011, hlm. 61) Yang berarti “identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri.” Setelah guru menyajikan dilema, kemudian guru membentuk siswa kedalam beberapa diskusi kecil. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menyelesaikan dilema yang disajikan oleh guru dengan cara berdiskusi untuk menganalisis. Diskusi kelompok ini bertujuan agar siswa terbiasa melakukan kerjasama dengan temannya. Pada saat kegiatan diskusi siswa diminta untuk menyelesaikan cerita dilema yang disajikan oleh guru, oleh karena itu pola pikir atau berpikir kritis siswa dikembangkan lewat adanya analisis dan klarifikasi yang harus diselesaikan oleh siswa. Maka sejalan konsep kecerdasan berpikir metode yang digunakan dalam pembalajaran tidak hanya satu metode melainkan ada metode diskusi, ceramah, tanya jawab serta penugasan. Selain itu, pada saat kegiatan siswa menyelesaikan dilema, siswa dapat memilih sendiri jawabannya ataupun penyelesaiannya sesuai pilihannya. Sebagaimana pandangan Breckler 1984, Katz & Skotland 1959, Rajecki 1982 dalam Brehm & Kassin, 1990 (dalam Azwar, 2015, hlm. 6) memandang sikap sebagai kombinasi reaktif afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Ketiga komponen tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu. Siswa memilih sendiri sikap yang akan diambilnya mengenai budaya
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
9|Antologi UPI
Volume
Indonesia berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki. Kecerdasan berpikir setempat yang digunakan dalam mengikuti perkembangan zaman perlu untuk dibentuk dan dikembangkan. Hal ini sejalan dengan pandangan pendidikan dalam (Tilaar, 1999, hlm. 28) adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global. Sejalan dengan pandangan Tilaar adalah pandangan Kornhaber, M, dkk (dalam Gardner, H, 2013, hlm. 229) yang menjelaskan bahwa kecerdasan terbentuk oleh waktu, tempat dan budaya dimana mereka berkembang. Pada saat diskusi kelas, masingmasing perwakilan diminta untuk memaparkan hasil diskusinya di depan kelas dan yang lain menanggapi atau bertanya. Siswa akan meyakini apa yang akan disampaikan yang telah dipilihnya berdasarkan pemikiran, pengalaman yang pernah mereka alami dan sesuatu yang sudah mereka ketahui dari lingkungan. Sebagaimana pandangan pembentukan sikap menurut Azwar (2015, hlm. 30) bahwa : Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psokologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lemabaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
Edisi No.
Agustus 2016
dan menjadi tolak ukur meningkat atau tidaknya sikap siswa dalam setiap siklusnya. Adapun pembelajaran yang berlangsung tentunya sudah sangat sesuai dengan model VCT berbasis Local Genius. Seperti halnya dalam materi pembelajaran, materi yang dikembangkan tidak hanya materi IPS yang keilmuan saja melainkan materi fenomena sosial yang terjadi pula, PKN dimana konsepkonsep PKN dibelajarakan lewat cerita, selain itu SBK dimana siswa melakukan kegiatan mengekspresikan diri melalui lagu-lagu daerah dan juga muatan lokal bahasa daerah. Selain aspek keilmuan, kecerdasan berpikir siswa serta sikap dan karakter siswa juga dikembangkan dalam setiap siklusnya. Pembelajaran yang berlangsung mengembangkan berbagai gaya belajar siswa karena pada saat kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa gaya belajar yaitu menyimak, membaca, mengkomunikasikan dan mengaplikasikan berbagai kegitan dimana hal ini akan mampu mempermudah siswa dalam memahami pembalajaran terutama memahami sikap dalam pembelajaran. Pada saat siswa memaparkan hasil diskusinya, siswa terlihat ragu-ragu dan malu-malu dalam penyampaiannya. Ditambah lagi karena siswa lain ribut dan asik dengan kegiatannya masing-masing sehingga yang lain tidak optimal dalam memperhatikan temannya di depan. Namun, guru mulai membiasakan hal berdiskusi pada siswa agar mereka terbiasa dan dapat menghargai pendapat temannya. Guru terus mengarahkan dan membimbing siswa. Pada saat kegiatan akhir, siswa mengisi kuesioner dan soal evalusi. Meskipun ada beberapa siswa yang dapat mengisi kuesioner dan soal evaluasi dengan baik, siswa belum mengerti cara mengisi kuesioner sehingga banyak siswa yang bertanya. Hal ini dikarenakan guru
Pada setiap kegiatan akhir pembelajaran siswa diminta untuk mengisi kuesioner dan soal evaluasi. Hal ini bertujuan untuk melihat bagaimana peningkatan sikap siswa disetiap tindakan dan siklusnya, serta mengetahui kekurangan disetiap tindakan dan siklus 1 penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Lia Nurdianti¹, Solihin Ichas Hamid², Leli Halimah³ Penerapan Model VCT Berbasis Local Genius dalam Pembelajaran IPS SD untuk Meningkatkan Sikap Kebanggaan Tehadap Budaya Indonesia| 10 tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa sehingga siswa bingung untuk mengerjakan kuesioner. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan, dimana upaya perbaikan itu dilakukan pada siklus II dan III. Dimana peneliti memberikan penjelasan bahwa kegiatan diskusi dilakukan bersama teman diskusinya oleh karena itu harus ada pembagian tugas dari masing-masing anggota, kemudian peneliti selalu memeberikan motivasi kepada siswa yang akan memaparkan hasil diskusinya sehingga siswa lantang dan jelas memaparkan hasil diskusinya, apabila terlihat siswa yang ngobrol atau tidak memperhatikan maka ditunjuk dan diberi pertanyaan atau diminta tanggapannya. Oleh karena itu, yang lain dapat berfokus pada hasil diskusi siswa sehingga kegiatan bertanya dan menanggapi dapat berjalan dengan baik, peneliti juga senanttiasa selalu mengajak siswa untuk terus aktif dalam kegiatan tersebut dan harus berani dalam mengungkapkan pendapatnya. Tidak lupa peneliti menjelaskan dan memberikan arahan pada saat siswa menjawab kuesioner dan mengisi soal evaluasi. Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti buat mengenai meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran IPS SD dengan menggunakan model VCT berbasis Local Genius dan untuk mengetahui peningkatan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran IPS SD dengan menggunakan model VCT berbasis Local Genius di Kelas IV SD Negeri Sukamantri. Dari penjelasan di atas, upaya meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran IPS SD dengan menggunakan model VCT berbasis Local Genius, yaitu pembelajaran yang banyak
melibatkan nilai-norma serta budaya dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas, memilih pilihannya sendiri, menyetujui dan meyakini sikap yang dipilihnya di tengah permasalahan sosial yang terjadi. Selain itu, pembelajaran berbasis local genius yang sangat membantu siswa untuk lebih mudah meningkatkan sikap siswa dan dapat membantu siswa untuk mengembangkan aspek sikap yang dimilikinya. Terutama sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia. Sejalan dengan penjelasan yang telah dikemukakan dengan penerapan Model VCT Berbasis Local genius, sikap siswa dalam proses pembelajaran yang diperoleh siswa pada setiap siklus selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase kuesioner dan penilaian proses pembelajaran siswa yang diperoleh dari siklus I sampai siklus III selalu meningkat. Diagram 4.4 Rata-rata Nilai Proses Pembelajaran Siswa Rata-rata Nilai Proses Pembelajaran Siswa
100 50 Tindakan 1
0 Siklus I Siklus II Siklus III Tindakan 1
Tindakan 2
Berdasarkan gambar diatas, dapat dimaknai bahwa nilai kuesioner yang diperoleh siswa dalam pembelajaran IPS
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
11 | A n t o l o g i U P I
Volume
di SD dengan Penerapan Model VCT Berbasis Local genius Berbasis mengalami suatu peningkatan, hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata nilai proses pembelajaran siswa yang diperoleh dari siklus I ke siklus III diperoleh rata-rata skor 35, 7 hingga 80,4. Hal ini berarti siswa sudah menyetujui untuk memiliki sikap bangga terhadap budaya Indonesia dan menyenangi pembelajaran IPS. Dengan begitu indikator meminati sikap bangga terhadap budaya Indonesia, memilih pilihannya sendiri menyetujui sikap bangga terhadap budaya Indonesia, serta Menyenangi pembelajaran IPS telah tercapai dan meningkat. Terkait dengan apa yang sudah dipaparkan di atas maka dapat dimaknai bahwa sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Berkaitan dengan apa yang sudah dikemukakan di atas, maka ditegaskan bahwa Penerapan Model VCT Berbasis Local genius Berbasis Local genius dapat meningkatkan sikap bangga terhadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Serta penelitian tersebut tidak hanya memperoleh data berupa nilai kuesioner siswa saja, melainkan peneliti juga memperoleh data berupa hasil dari soal evaluasi yang dikerjakan siswa dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dalam beberapa siklus. Adapun nilai rata-rata jawaban siswa dalam soal evaluasi yang diperoleh siswa dari beberapa siklus dapat digambarkan sebagai berikut:
Edisi No.
Agustus 2016
Diagram 4.5 Rata-rata Nilai Evaluasi RataRata- rata Nilai Evaluasi 100 55
61,9
72,2
Siklus I
Siklus II
Siklus III
0
Nilai
Berdasarkan gambar diagram diatas, maka dapat dilihat bahwa Penerapan Model VCT Berbasis Local genius dalam pembelajaran IPS SD dapat meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia , hal ini terbukti dari peningkatan hasil soal evaluasi siswa yang cukup signifikan. Terlihat dari ratarata nilai soal evaluasi yang diperoleh siswa dari siklus I ke siklus II diperoleh rata-rata skor 55 sampai 61,9. Kemudian dari siklus II ke siklus III diperoleh ratarata skor 61,9 sampai 72,2. Berdasarakan hasil soal evaluasi siswa, membuktikan bahwa sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa pada setiap siklusnya meningkat maka Penerapan Model VCT Berbasis Local genius mampu meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan model VCT Berbasis Local Genius dapat meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik dari kuesioner siswa maupun nilai soal evaluasi siswa dari siklus ke siklus. Terjadinya peningkatan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa tersebut karena peneliti melakukan suatu perbaikan dari apa yang dirasa masih kurang pada setiap siklusnya.
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. 2
Please use purchased version to remove this message.
Lia Nurdianti¹, Solihin Ichas Hamid², Leli Halimah³ Penerapan Model VCT Berbasis Local Genius dalam Pembelajaran IPS SD untuk Meningkatkan Sikap Kebanggaan Tehadap Budaya Indonesia| 12 Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti yaitu secara menyeluruh baik dalam proses pembelajaran siswa, maupun kuesioner siswa dan soal evaluasi siswa serta kesalahan-kesalahan ataupun kekurangan peneliti pada setiap kegiatan pembelajaran disetiap siklusnya. Seluruh keberhasilan pada penelitian ini ternyata relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Heni Herawati dengan Model Value Clarification Technique (VCT) untuk Meningkatkan Aspek Sikap Siswa Melalui Topik Menjaga Persatuan Dan Kesatuan RI dan penelitian yang pernah dilakukan oleh Siti Nurmiftahul Jannah dengan Model VCT (Role Playing) untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Demokrasi Siswa Dalam Pembelajaran PKn di SD. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Penerapan model VCT berbasis Local genius dalam Pembelajaran IPS SD dapat meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia. Dalam pembelajaran Penerapan model VCT berbasis Local genius dalam Pembelajaran IPS SD masih memiliki kekurangan-kekurangan. Kekurangan tersebut bila ditinjau dari proses pembelajaran siswa ternyata masih terdapat siswa yang kurang aktif ketika proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut untuk kedepannya dalam upaya meningkatkannya sebaiknya penerapan model VCT berbasis Local genius dalam pembelajaran IPS SD dilengkapi dengan semangat dan motivasi yang tinggi dari peneliti kepada siswa agar siswa mau belajar dan aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, perencanaan, tindakan, observasi, refleksi
dan pembahasan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi Permasalahan Sosial dengan Penerapan Model VCT Berbasis Local Genius yang dilaksanakan di SD Negeri Sukamantri Desa Cinunuk Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapkan pembelajaran berbasis Local genius dalam pembelajran IPS mengenai budaya dengan menggunakan model VCT dapat membuat para siswa memiliki sikap bangga terhadap budaya Indonesia sebagai bangsa Indonesia. Sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa dengan menerapkan Model VCT Berbasis Local Genius pada materi permasalahan sosial dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selalu dapat meningkat dalam setiap siklusnya. Hal tersebut dapat terlihat dari pembiasaan menyanyikan lagu daerah dan bahasa daerah yang diselipkan dalam pembelajaran dan kegiatan diskusi siswa yang semakin kondusif, terlihat pula dari tanggapan atau jawaban siswa pada saat tanya jawab ataupun pemaparan hasil diskusi siswa, selain itu semakin seriusnya siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, semakin bertambahnya keaktifan siswa pada proses kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil yang ditandai dengan peningkatan sikap siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan kuesioner siswa terus meningkat dapat dilihat dari presentase setiap tindakannya. Hal ini merupakan hasil yang cukup memuaskan dikarenakan disetiap tindakan dan siklusnya siswa mengalami peningkatan meskipun agak lambat dalam peningkatannya.
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
13 | A n t o l o g i U P I
Volume
2. Sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa dapat terlihat berdasarkan indikator menyanyikan lagu daerah, berbahasa daerah dan mencari tahu lebih lanjut mengenai budaya Indonesia disetiap tindakan siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap tindakan dan siklusnya. Hal tersebut terlihat dari hasil kuesioner dan soal evaluasi yang dikerjakan siswa. Dari Siklus I ke siklus II evaluasi diperoleh rata-rata nilai 55 sampai 61,9. Kemudian dari siklus II ke siklus III diperoleh ratarata skor 61,9 sampai 72, 2. Berdasarakan hasil soal evaluasi siswa, membuktikan bahwa sikap kebanggaan terhadap budaya Indoesia siswa pada setiap siklusnya meningkat maka penerapan model VCT Berbasis Local Genius mampu meningkatkan sikap kebanggaan terhadap budaya Indonesia siswa.
Edisi No.
Agustus 2016
Rakhmat, dkk. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI PRESS. Sepasangkata. (2012). Kebudayaan Indonesia tentang Kearifan Lokal. [Online]. Diakses dari http://sepasangkata.wordpress.com/ 2012/03/11/kebudayaan-indonesiatentang-kearifan-lokal/Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sumadyo. S. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Susilo, Herawati, dkk. (2008). Suatu Kajian Tentang penggunaan Model Pembelajaran VCT Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Sekolah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2015). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Depdiknas. (2003). UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Furqon. (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun Akademik 2015. Bandung: UPI. Gardner, H. (2013). Multiple Intelligences, Memaksimalkan Potensi dan Kecerdasan Individu dari Masa Kanak-kanak hingga Dewasa.Jakarta:Daras. Rahardiansah. T. & Prayitno. (2013). Transformasi Nilai Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Bangsa: Dialektika Pentingnya Pendidikan Berbasis Local Genius.Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. 2
Please use purchased version to remove this message.