PENERAPAN MODEL VALUE CLARIVICATION TECHNIQUE (VCT) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS Sunarso dan Kodiran
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui penerapan model VCT. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIIIB yang berjumlah 42 siswa. Pengumpulan data melalui observasi, pengamatan, catatan lapangan, angket, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Kualitas pembelajaran meningkat melalui aspek-aspek: 1) keaktifan siswa pada prasiklus diperoleh 23,8%, siklus I 61,9%, siklus II 66,7%, dan siklus III sebesar 76,2%; 2) proses pemahaman materi pada prasiklus diperoleh 50%, siklus I 66,7%, siklus II 76,2%, dan siklus III sebesar 85,7%; 3) proses latihan soal pada prasiklus diperoleh 47,6%, siklus I 71,4%, siklus II 76,2%, dan siklus III sebesar 83,3%; 4) situasi belajar pada prasiklus diperoleh 42,9%, siklus I 81,0%, siklus II 85,7%, dan siklus III sebesar 90,5%; 5) proses belajar pada prasiklus diperoleh 47,6%, siklus I 78,6%, siklus II 83,3%, dan siklus III sebesar 88,1%. Kata kunci: value clarification Pengetahuan Sosial
technique,
kualitas
pembelajaran,
Ilmu
This study aims to improve the quality of learning IPS through the application of VCT. The subject of research is the students of VIIIB that are 42 people. The research data are collected by using observation, field notes, questionnaires, interviews, and documentation. The data are analyzed by descriptive qualitative and quantitative. Learning quality increases through the aspects: 1) student activity in pre-cycle 23.8%, 1st cycle 61.9%, 2nd cycle 66.7%, and 3rd cycle 76, 2%; 2) the process of understanding the material in pre-cycle 50%, 1st cycle 66.7%, 2nd cycle 76.2%, 3rd cycle of 85.7%; 3) the process of exercises in precycle 47.6%, 1st cycle 71.4%, 2nd cycle 76.2%, and 3rd cycle is amounted to 83.3%; 4) learning situation in pre-cycle 42.9%, 1st cycle 81.0%, 2nd cycle 85.7%, and 3rd cycle is amounted to 90.5%, 5) learning process in pre-cycle 47.6%, 1st cycle 78.6%, 2nd cycle 83.3%, and 3rd cycle 88.1%. Keywords: value clarification technique, learning quality, social sciences (IPS)
Sunarso adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta dan Kodiran adalah Guru Besar Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta.
180
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
PENDAHULUAN Upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Suatu Negara dikatakan maju atau tidak apabila system pendidikan di dalamnya berlangsung dengan baik dan berkembang pesat mengikuti perkembangan jaman. Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era global dan tuntutan jaman. Masalah pendidikan perlu mendapat perhatian khusus oleh Negara Indonesia yaitu dengan dirumuskannya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:7) berbunyi: “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepadaTuhan yang MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kurikulum yang berlaku, karena untuk meningkatkan kualitas pendidikan di pengaruhi kurikulum yang diterapkan. Kondisi ini berperan penting dalam meningkatkan kualitas output dari setiap peserta didik yang mempunyai kualitas dan kompetitif di era globalisasi ini. Permasalahan yang dialami oleh siswa saat pembelajaran IPS tersebut diawali dengan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi IPS yang diberikan oleh guru. Guru memberikan materi IPS dengan metode ceramah dan penugasan. Guru memberikan materi IPS di kelas lalu menyuruh siswa presentasi di depan kelas. Tidak ada ketentuan yang jelas ketika siswa memahami materi IPS. Aspek individual siswa pun ditonjolkan dan tanpa adanya pengawasan guru ketika proses pembelajaran IPS berlangsung tentunya akan rentan terjadi penyimpangan. Penggunaan metode pembelajaran tersebut terkesan membosankan dan kurang menarik sehingga menimbulkan masalah lain, yaitu kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut. Bagaimanakah upaya peningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan model VCT pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sewon? Sesuai dengan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan kualitas pembelajaran IPS dengan penerapan model VCT pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sewon.
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 4) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat disingkat
181
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
dengan istilah Penelitian Tindakan (PT) saja karena istilah kelas hanya menunjukkan sejumlah subjek yang menjadi sasaran untuk peningkatan. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas yang bermasalah secara bersama. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sewon yang beralamat di Sewon, Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan observasi awal yang diperoleh secara langsung pada tanggal 4 September 2012, subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sewon yang berjumlah 42 orang. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 1 selama tiga bulan, yaitu pada bulan September s/d November tahun 2012. Jadwal pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan pada bulan September hingga November diuraikan dalam tabel di bawah ini. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sewon yang berjumlah 42 orang (laki-laki 15 orang dan perempuan 27 orang. Objek penelitian ini hanya mencakup objek proses. Objek penelitian yang berupa proses, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sewon. Model penelitian kelas ini menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dengan empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi). Penelitian tindakan kelas mengenal adanya empat langkah penting, yaitu plan (pengembangan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (perenungan). 1. Perencanaan. Dalam perencanaan, guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan tindakan, langkah perencanaan tindakan meliputi kegiatan sebagai berikut. a. Melaksanakan penelitian awal untuk memperoleh data awal. b. Melakukan diskusi dengan guru IPS kelas VIIIB tentang model pembelajaran yang dianggap lebih efektif untuk pencapaian indikator. c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT). d. Menyiapkan instrumen pengumpul data berupa lembar observasi, pedoman wawancara, angket, lembar catatan lapangan, dan kamera foto untuk digunakan dalam pelaksanaan tindakan. 2. Tindakan Adapun pelaksanaan tindakan pada tahap pelaksanaan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran IPS kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sewon. Guru kolaborator mendampingi peneliti melaksanakan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran VCT. Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai pada siklus pertama, maka dilanjutkan siklus berikutnya. Pelaksanaan tindakan berdasarkan skenario pembelajaran, yaitu mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan tindakan ini peneliti menjadi seorang guru dan ikut melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan model VCT. 3. Pengamatan/Observasi
182
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
Selama proses pembelajaran peneliti bersama guru kolaborator melakukan pengamatan atau observasi. Pengamatan mencakup aktivitas siswa melalui lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam proses belajar-mengajar dengan model VCT. 4. Refleksi Dalam tahap ini dapat dilihat apakah kegiatan yang telah dilakukan sudah meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Peneliti menganalisis dan merefleksi seluruh data yang telah diperoleh sebagai acuan perlu tidaknya pelaksanaan siklus selanjutnya. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri dengan cara observasi. Selain itu, digunakan juga angket, wawancara, lembar pengamatan serta dokumentasi. a. Observasi Observasi melalui wawancara dengan guru dan siswa pada observasi awal serta wawancara dengan guru dan siswa pada observasi akhir. b. Angket Angket digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan pembelajaran IPS, peran guru, dan pendapat peserta didik tentang pembelajaran IPS. c. Pedoman Wawancara Wawancara dilakukan pada guru dan siswa. Instrumen wawancara berupa garis besar permasalahan dengan pembelajaran IPS. d. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini berupa pengambilan ketika proses pembelajaran IPS berlangsungdan dokumentasi foto. Analisis kualitatif digunakan untuk data yang bersifat kualitatif berupa hasil pengamatan lapangan, pembagian angket, catatan lapangan, dan wawancara sedangkan analisis kuatitatif berupa angka ketercapaian dari hasil pengamatan dan hasil angket. Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa wawancara, catatan lapangan, lembar pengamatan, dan dokumentasi. Teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian ini berupa deskriptif kuantitatif. Data yang dikumpulkan berupa lembar pengamatan dan angkat yang diberikaan kepada siswa dan guru pengamat (kolaborator). Analisis data kuantitatif dengan mengelompokan data berupa hasil pengamatan kedalam lima kelompok, yaitu siswa: 1) aktif merespon pebelajaran, 2) aktif memahami materi, 3) aktif berlstih mengerjakan soal, 4) berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran, dan 5) aktif mengikuti pembelajaran. Kemudian dari hasil pengelompokan di atas dihitung dalam bentuk persentase, dengan kriteria: BS = Baik Sekali (76% - 100%) B = Baik (51% - 75%) C = Cukup (26% - 50%) K = Kurang (0% - 25%) Adapun kriteria keberhasilan tindakan sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ditandai dengan adanya
183
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat pada keberhasilan proses.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat atau dibaca pada tabel berikut. Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembelajaran IPS pada Pratindakan No.
Aspek
1.
Keaktifan siswa
2. 3.
Proses memahami materi Proses latihan soal
4.
Situasi Belajar
5.
Proses Belajar
Indikator Siswa aktif merespon pembelajaran tentang harga pokok dalam perdagangan. Siswa aktif memahami materi tentang harga pokok dalam perdagangan barang. Siswa aktif berlatih mengerjakan latihan soal Siswa berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran tentang harga pokok dalam perdagangan. Siswa aktif mengikuti pembelajaran tentang harga pokok dalam perdagangan.
Pertemuan ke1 2 14.3% 23,8% (6) (10) 47.6% 50% (20) (21) 45,2% 47,6% (19) (20) 38.1% 42,9% (16) (18) 33.3% (14)
47,6% (20)
Sumber: Analisis Data 2012 Keterangan: BS: Baik Sekali (76%-100%) B: Baik (51%-75%) C: Cukup (26%-50%) K: Kurang (0%-25%) Dari hasil pengamatan pada pratindakan ini, siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sewon dalam setiap aspeknya masih dalam kategori kurang. Persentase yang harus dipenuhi disetiap aspek adalah 100% dengan jumlah 42 siswa memiliki respon positif terhadap aspek-aspek tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS masih rendah. 1. Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Pembelajaran IPS dengan Model VCT a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama Proses pembelajaran IPS pada siklus I pertemuan kedua menunjukan peningkatan yang cukup baik. Berikut uraian peningkatan proses pembelajaran IPS pada siklus I secara keseluruhan. Tabel 2. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran IPS Pada Siklus I No.
Aspek
Indikator
1.
Keaktifan siswa
Siswa aktif merespon pembelajaran tentang harga jual dalam
Pertemuan ke1 2 47,6% 61,9% (20) (26)
184
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
2.
3.
Proses memahami materi Proses latihan soal
4.
Situasi Belajar
5.
Proses Belajar
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
perdagangan barang. Siswa aktif memahami materi tentang harga jual dalam perdagangan barang. Siswa aktif berlatih mengerjakan soal latihan soal tentang harga bersih dan kotor dalam perdagangan barang Siswa berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran tentang harga jual dalam perdagangan barang. Siswa aktif mengikuti pembelajaran tentang harga jual dalam perdagangan barang dengan disiplin dan lancar
59,5% (25)
61,7% (28)
64,2% (27)
71,4% (30)
71,4% (30)
81,0% (34)
66,7% (28)
78,6% (33)
Sumber: Analisis Data 2012 Keterangan: BS: Baik Sekali (76%-100%) B: Baik (51%-75%) C: Cukup (26%-50%) K: Kurang (0%-25%) Berdasarkan hasil proses pada siklus I, terdapat beberapa aspek yang akan menjadi fokus permasalahan pada implementasi siklus II. Peneliti dan guru pada siklus II akan memfokuskan peningkatan pada aspek keaktifan siswa merespon materi laba/rugi dalam perdagangan barang dan berlatih menghitung laba/rugi. Berikut rangkuman hasil pengamatan yang menjadi dasar dilaksanakannya siklus II. Tabel 3. Rangkuman Hasil Pengamatan Siklus I No. 1. 2. 3.
4.
5.
Aspek Siswa aktif merespon pembelajaran Siswa aktif memahami materi Siswa aktif mengerjakan latihan soal Siswa berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran Siswa aktif mengikuti pembelajaran dengan disiplin dan lancar
Jumlah Siswa 21-30 11-20
%
Ket.
26
61,9
B
28
66,7
B
30
71,4
B
34
81,0
BS
33
78,6
BS
31-42
0-10
Sumber: Analisis Data 2012
185
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
Keterangan: BS: Baik Sekali (76%-100%) B: Baik (51%-75%) C: Cukup (26%-50%) K: Kurang (0%-25%) Dalam pembelajaran IPS masih diketahui kekurangan pada 3 aspek pengamatan keaktifan siswa. Hal itu memicu perlu adanya penerapan siklus II untuk meningkatkan aspek tersebut, karena hasil pengamatan pada pembelajaran IPS dengan model VCT diusahakan dapat menunjukan keterangan baik sekali pada seluruh aspek pengamatan keaktivan siswa. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Pertama Proses pembelajaran IPS pada siklus II pertemuan kedua menunjukan peningkatan yang cukup baik. Berikut uraian peningkatan proses pembelajaran IPS pada siklus II secara keseluruhan. Tabel 4. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran IPS Pada Siklus II No.
Aspek Keaktifan siswa
1.
2.
Proses memahami materi Proses latihan soal
3. Situasi Belajar 4. Proses Belajar 5.
Indikator Siswa aktif merespon pembelajaran tentang laba/rugi dalam perdagangan barang. Siswa aktif memahami materi tentang laba/rugi dalam perdagangan barang. Siswa aktif berlatih mengerjakan soal latihan soal tentang laba/rugi dalam perdagangan barang Siswa berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran tentang laba/rugi dalam perdagangan barang. Siswa aktif mengikuti pembelajaran tentang laba/rugi dalam perdagangan barang dengan disiplin dan lancar
Pertemuan ke1 2 52,4% 66,7% (22) (28) 64,3% (27)
76,2% (32)
66,7% (28)
76,2% (32)
76,2% (32)
85,7% (36)
71,4% (30)
83,3% (35)
Sumber: Analisis Data 2012 Keterangan: BS: Baik Sekali (76%-100%) B: Baik (51%-75%) C: Cukup (26%-50%) K: Kurang (0%-25%) Berdasarkan hasil proses pada siklus II pertemuan pertama, terdapat beberapa aspek yang akan menjadi fokus permasalahan pada implementasi siklus III. Peneliti dan kolaborator pada siklus III akan 186
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
memfokuskan peningkatan pada aspek keaktivan siswa merespon materi jual beli angsuran dan keaktifan siswa berlatih menghitung besar dan masa angsuran. Berikut rangkuman hasil pengamatan yang menjadi dasar dilaksanakannya siklus III. Tabel 5. Rangkuman Hasil Pengamatan Siklus II No. 1. 2. 3.
4.
5.
Aspek
%
Ket.
28
66,7
B
32
76,2
BS
32
76,2
BS
36
85,7
BS
35
83,33
BS
31-42
Siswa aktif merespon pembelajaran Siswa aktif memahami materi Siswa aktif mengerjakan latihan soal Siswa berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran Siswa aktif mengikuti pembelajaran dengan disiplin dan lancar
JumlahSiswa 21-30 11-20
0-10
Sumber: Analisis Data 2012 Keterangan: BS: Baik Sekali (76%-100%) B: Baik (51%-75%) C: Cukup (26%-50%) K: Kurang (0%-25%) Dalam pembelajaran IPS masih diketahui kekurangan pada satu aspek pengamatan keaktifan siswa. Hal itu memicu perlu adanya penerapan siklus III untuk meningkatkan aspek tersebut, karena hasil pengamatan pada pembelajaran IPS dengan model VCT diusahakan dapat menunjukan keterangan baik sekali pada seluruh aspek pengamatan. c. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan Pertama Berbeda dengan siklus yang lalu, siswa lebih aktif dan banyak mengajukan komentar hingga peneliti melakukan pembatasan jumlah komentator menjadi tiga orang. (CL/SIII.P2/Selasa, 6 November 2012) Tabel 6. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran IPS Pada Siklus III No.
Aspek
1.
Keaktifan siswa
2.
Proses memahami materi
Indikator Siswa aktif merespon pembelajaran tentang jual beli angsuran Siswa aktif memahami materi tentang jual beli angsuran
Pertemuan ke1 2 66,7% 76,2% (28) (32) 78,6% (33)
85,7% (36)
187
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
3. 4.
Proses latihan menghitung Situasi Belajar
5.
Proses Belajar
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
Siswa aktif berlatih menghitung masa angsuran Siswa berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran tentang jual beli angsuran Siswa aktif mengikuti pembelajaran tentang jual beli angsuran dengan disiplin dan lancar
78,6% (33) 81,0% (34)
83,3% (35) 90,5% (38)
76,2% (32)
88,1% (37)
Sumber: Analisis Data 2012 Keterangan: BS: Baik Sekali (76%-100%) B: Baik (51%-75%) C: Cukup (26%-50%) K: Kurang (0%-25%) Dalam pelaksanaan tindakan siklus III pertemuan kedua siswa terlihat lebih aktif dan bersemangat. Siswa semakin percaya diri dan tidak takut dalam berpendapat. Pemahaman siswa dalam materi jual beli angsuran juga lebih mendalam. Selain itu, siswa menjadi sudah mahir dalam menghitung masa angsuran. Tabel 7. Rangkuman Hasil Pengamatan Siklus III No. 1. 2. 3.
4.
5.
Aspek Siswa aktif merespon pembelajaran Siswa aktif memahami materi Siswa aktif mengerjakan latihan soal Siswa berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran Siswa aktif mengikuti pembelajaran dengan disiplin dan lancar
JumlahSiswa 21-30 11-20
%
Ket.
32
76,2
BS
36
85,7
BS
35
83,3
BS
38
90,5
BS
37
88,1
BS
31-42
0-10
Sumber: Analisis Data 2012 Keterangan: BS: Baik Sekali (76%-100%) B: Baik (51%-75%) C : Cukup (26%-50%) K : Kurang (0%-25%)
188
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
Implementasi tindakan-tindakan dari siklus I hingga siklus III yang berjumlah 6 kali pertemuan ini telah dilaksanakan dengan baik. Selain itu, penerapan model VCT dalam proses pembelajaran IPS juga mendapat sambutan positif dari peserta didik.
Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan hasil pratindakan, siklus I, siklus II dan siklus III. Pembahasan hasil penelitian akan difokuskan pada (1) informasi awal siswa terhadap pembelajaran ips, (2) pelaksanaan tindakan kelas pembelajaran ips dengan model VCT, dan (3) peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran ips dengan model VCT. 1. Informasi Awal Siswa terhadap Pembelajaran IPS Berdasarkan penerapan model tersebut, pada pembelajaran IPS tidak mencapai keberhasilan maksimal. Dari proses pembelajaran IPS tidak memberikan situasi pembelajaran yang menyenangkan. Banyak siswa yang terkesan mengabaikan proses pembelajaran yang telah berlangsung dan menuntaskan latihan soal hanya sebagai bentuk pemenuhan tugas saja. Dari proses belajar yang demikian siswa terlihat tidak memiliki motivasi untuk belajar dengan baik karena siswa tidak merasa tertarik pada pembelajaran IPS.Beberapa aspek mengalami peningkatan dan menunjukkan hasil yang baik Berdasarkan pelaksanaan siklus I, siklus II dan siklus III penerapan model VCT pada pembelajaran IPS terbukti dapat menciptakan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Kondisi pembelajaran IPS yang kaku dan berat pada pelaksanaan pratindakan telah mampu diubah dengan penerapan model VCT dengan kartu penilaian dalam tahapan pembelajaran IPS. Siswa menjadi lebih aktif dan berantusias dalam mengikuti pembelajaran IPS. 2. Peningkatan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran dengan Model VCT Peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS pada penelitian ini diperoleh dari hasil observasi pembelajaran IPS, angket, dan wawancara. Pada dasarnya peningkatan motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS terkait dengan proses pembelajaran IPS yang diselenggarakan dengan model VCT.Pada pelaksanaan siklus I tingkat motivasi siswa terlihat mulai meningkat. Siswa memiliki semangat dalam mengikuti tahapan pembelajaran IPS yang diselenggarakan di dalam kelas. Situasi tersebut terangkum dalam lembar pengamatan. Berikut perbandingan hasil pengamatan proses pembelajaran IPS pada pratindakan, siklus I, siklus II dan siklus III. Tabel 8. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran IPS pada Pratindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No.
Aspek
Indikator
1.
Keaktifan siswa Proses memahami materi
Siswa aktif merespon pembelajaran IPS Siswa aktif memahami materi dalam pembelajaran IPS
2.
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
23,8%
61,9%
66,7%
76,2%
50%
66,7%
76,2%
85,7%
189
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
3.
4.
5.
Proses latihan soal Situasi Belajar Proses Belajar
Siswa aktif berlatih mengerjakan soal latihan IPS Siswa berantusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran IPS Siswa aktif mengikuti pembelajaran IPS dengan disiplin dan lancar
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
47,6%
71,4%
76,2%
83,3%
42,9%
81,0%
85,7%
90,5%
47,6%
78,6%
83,3%
88,1%
Sumber: Analisis Data 2012 Keterangan: BS: Baik Sekali (76%-100%) B: Baik (51%-75%) C: Cukup (26%-50%) K: Kurang (0%-25%) Setelah model VCT diterapkan pada tahapan pembelajaran IPS, keaktifan siswa mengalami peningkatan. Siswa merasa tertarik pada pembelajaran IPS.Berdasarkan lembar pengamatan dan catatan lapangan pada penerapan siklus I, II dan III, model VCTterbukti dapat meningkatkan proses pembelajaran IPS. Terdapat 95,2% siswa menyatakan senang dengan penerapan model VCT dalam pembelajaran IPS; 85,7% siswa menyatakan model VCT dengan kartu penilaian mempermudah siswa dalam pembelajaran IPS; 100% siswa menyatakan memiliki banyak solusi untuk memahami materi dengan baik dan benar melalui penerapan model VCT; dan 80,9% siswa menyatakan model VCT baik dilakukan di sekolah. Pada proses wawancara pascatindakan siswa memiliki sikap positif terhadap penerapan model VCT. Walaupun demikian, penelitian ini juga memiliki kekurangan dan keterbatasan. Pertama, penelitian ini banyak kekurangan karena merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang pertama dilakukan oleh peneliti. Kedua, penelitan ini hanya dilakukan pada satu kelas saja, yaitu kelas VIIIB sehingga jumlah guru dan siswa yang terlibat sangat terbatas. Ketiga, penelitian ini dilakukan di sekolah tempat peneliti bekerja seehingga waktu yang dimanfaatkan cukup effisien tidak mengganggu mata pelajaran yang lain.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penerapan model VCT dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan proses pembelajaran IPS mulai dari pratindakan hingga Siklus III. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPS denganpenerapan model VCT dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada aspek keaktifan siswa, proses pemahaman materi, proses latihan soal, situasi belajar dan proses belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan proses pembelajaran IPS mulai dari pratindakan hingga Siklus III. Kualitas pembelajaran meningkat melalui aspek190
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
aspek keaktifan siswa, pemahaman materi, proses latihan soal, situasi belajar dan proses belajar. Untuk aspek keaktifan siswa pada prasiklus diperoleh 23,8%, siklus I meningkat menjadi 61,9%, siklus II 66,7%, dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 76,2%. Untuk aspek proses pemahaman materi pada prasiklus diperoleh 50%, siklus I meningkat menjadi 66,7%, siklus II 76,2%, dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 85,7%. Untuk aspek proses latihan soal pada prasiklus diperoleh 47,6%, siklus I meningkat menjadi 71,4%, siklus II 76,2%, dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 83,3%. Selanjutnya, untuk aspek situasi belajar pada prasiklus diperoleh 42,9%, siklus I meningkat menajdi 81,0%, siklus II 85,7%, dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 90,5%. Sementara itu, untuk aspek proses belajar pada prasiklus diperoleh 47,6%, siklus I meningkat menjadi 78,6%, siklus II 83,3%, dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 88,1%.
Saran Berdasarkan simpulan dan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, diperolehlah saran-saran dari pelaksanaan penelitian ini. 1. Guru mata pelajaran IPS, disarankan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran IPS seperti model VCT model pembelajaran ini yang dapat menciptakan suasana pembelajaran kondusif, menyenangkan, hasil maksimal, dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa yang tinggi. 2. Siswa juga dapat menerapkan model VCT dengan kartu penilaian pada pembelajaran yang lain. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam upaya memberikan pembinaan kepada para guru mengenai penggunaan model-model pembelajaran yang efektif, komunikatif, dan efisien seperti model Value Clarification Technique.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Cet. 2. Yogyakara: Aditya Media. Burhan Bungin. (2012). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Depdiknas. 2003. Undang undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistim Pendidikan Nasional Djam’an Satori & Aan Komariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Roskdakarya . Djunaidi Ghony & Fauzan Almansyur. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Press Media. Husaini Usman. (2004). Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.
191
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Sunarso dan Kodiran, Penerapan Model VCT
International Organization for Migration (IOM) Indonesia. (2010). Brosur: Irregular Migration, 2010 Facts Sheet. International Organization for Migration (IOM) Indonesia. (2011). Newsletter: Lokakarya dan Pelatihan RMIM. International Organization for Migration (IOM) Indonesia. (2012). Brosur: Informasi Umum Mengenai IOM Indonesia. Jesuit Service for Refugees (JSR). (2013). Booklet: Pengungsi dan Pencari Suaka di Indonesia. Moleong, LJ. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
192