ARTIKEL Judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TANYA JAWAB ESTAFET UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X3 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 NUSA PENIDA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh I Putu Widiarta NIM 1114021014
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TANYA JAWAB ESTAFET UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X3 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 NUSA PENIDA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: I Putu Widiarta*, Dr. Luh Putu Sendratari M. Hum. **, Dr. I Ketut Margi M.si.*** Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected] [email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Tanya Jawab Estafet pada siswa kelas 3 X SMA Negeri 1 Nusa Penida Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung-Bali. Subjek penelitian 3 adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Nusa Penida tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 33 orang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Analisis data menggunakan diskriptif kuantitatif. Data kualitas proses belajar siswa dikumpulkan melalui metode observasi, sedangkan hasil belajar siswa dikumpulkan melalui metode tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Tanya Jawab Estafet dapat meningkatkan kualitas proses dan 3 hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X SMA Negeri 1 Nusa Penida tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari data berikut ini: 1) terjadi peningkatan kualitas proses belajar siswa pada siklus I dengan persentase rata-rata 3,34% dan persentase rata-rata pada siklus II sebesar 4,30%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,96%. 2) terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata sebesar 65,4, ketuntasan belajar 54,54%, rata-rata persen 65% dan pada siklus II rata-rata sebesar 81,81, ketuntasan belajar siswa, 96,97%, rata-rata persen 81,81%. peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke Siklus II mencapai 42, 43%, peningkatan dari siklus I ke Siklus II rata-rata 16,41, dan peningkatan rata-rata persen dari siklus I ke Siklus II mencapai 16,41%. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Tanya Jawab Estafet, Kualitas Proses Belajar, dan hasil Belajar Siswa ABSTRAC The aim of this study is to increase the quality of learning process and the results study of the students on history subject through cooperative learning method, relay ask and answer at student of grade X3 SMA Negeri 1 Nusa penida periode 2014/2015 which total of the students are 33 people which is consists of 14 boys and 19 girls. Kuantitatif deskripyive is used as Data analysis. The quality of Learning process data is gathered through observation method, and students result study is gathered through test method . the result of this study shows that the application of cooperative learning process method , relay ask and answer type ,is able to increase the quality of learning process and also the result study of students on history subject on grade X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida period 2014/2015. This data is shown as follows : 1) there is slightly increase of the quality of learning process in first cycle by 3,34% and second cycle by 4,30%. The second cycle, there is slightly data increase by 0,96 %. 2) there is increasing on students results in first cycle by 65,4%,past the test by 54,54%, in average 65% and in the second cycle by 81,81%, past the test 96,97%, in average by 42,43%, enhancement of past the test study from cycle 1 adn cycle 2 are 42,43%, and enhancement of average from cylce 1 and cycle 2 are 16,41% and ehancement from cycle 1 and cycle 2 are 16,41%. Keywords : cooperative learning method, relay ask and asnwer type,quality of learning process and the results study of students *Penulis, **Pembimbing I, ***Pembimbing II
1
PENDAHULUAN Pendidikan sejarah di era global dewasa ini menghadapi tantangan dan dituntut kontribusinya untuk lebih menumbuhkan kesadaran sejarah, baik pada posisinya sebagai anggota masyarakat maupun warga negara, serta mempertebal semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air tanpa mengabaikan rasa kebersamaan. Tujuan pendidikan sejarah menurut Bourdillon (1994:104) idealnya adalah membantu peserta didik meraih kemampuan sebagai berikut: (1) memahami masa lalu dalam konteks masa kini, (2) membangkitkan minat terhadap masa lalu yang bermakna, (3) membantu memahami identitas diri, keluarga , masyarakat dan bangsanya, (4) membantu memahami akar budaya dan inter relasinya dengan berbagai aspek kehidupan nyata, (5) memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang negara dan budaya bangsa lain di berbagai belahan dunia, (6) melatih berinkuiri dan memecahkan masalah, (7) memperkenalkan pola berfikir ilmiah dari para ilmuwan sejarah sejarah, dan (8) mempersiapkan peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan hal di atas maka dalam proses pembelajaran sejarah seharusnya berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang yang dimana peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan subuah derita yang mendera dirinya, melainkan sebuah berkah yang harus disyukuri. Namun, selama ini pendidikan sejarah diidentikan sebagai pembelajaran yang membosankan di kelas. Baik strategi, metode maupun teknik pembelajaran lebih banyak bertumpu pada pendekatan berbasis guru yang monoton, dan meminimalkan partisipasi peserta didik. Hal yang serupa terjadi juga pada proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Nusa Penida. Hasil dari observasi awal dan wawancara dengan siswa dan guru bidang studi sejarah yang diajarkan oleh bapak Drs. Dewa Made Wijana di kelas X SMA Negeri 1 Nusa Penida tingkat kualitas proses dan hasil belajar siswa
masih kurang pada kelas tertentu. Salah satunya yaitu pada kelas X3 khususnya pada mata pelajaran sejarah. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar, siswa banyak yang bercerita sendiri dengan temannya dan ada siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain sewaktu gurunya menerangkan. Rendahnya tingkat kualitas proses belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X3 hingga mencapai 2,80 yang masih tergolong kreteria “kurang aktif” hal itu dapat dilihat dari siswa yang mempunyai keberanian bertanya, mengeluarkan pendapat, mencari dan memberi imformasi, bekerjasama dengan siswa lain, usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan bahan pengajaran serta pengerjaan tugas yang diberikan oleh guru yang masih sangat kurang. Hasil belajar siswa siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida juga sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari nilai ratarata hasil belajar sejarah siswa mendapat 6,25 untuk rata-rata nilai tugas 70, untuk rata-rata nilai ulangan harian 65, dan ratarata nilai ulangan akhir semester 60. Hal ini menandakan bahwa rata-rata nilai mata pelajaran sejarah kelas X3 masih belum mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah pada mata pelajaran sejarah yaitu 70. Belum maksimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa disebabkan karena siswa sendiri tidak ada niat untuk belajar dan masih enggan untuk mengikuti proses pembelajaran saat berlangsung di kelas, sehingga konsep atau materi yang diberikan saat proses pembelajaran tersebut tidak dapat bertahan lama di benak para siswa. Permasalahan di atas diduga bersumber pada model pembelajaran yang bersifat sentralistik yang masih bannyak menitik beratkan pada metode cerammah hingga pelajaran masih bersifat satu arah, karena siswa masih masih menngannggap pusat pembelajaran pada guru. Guru tahu murid tidak tahu; guru memberi, murid menerima; guru mengataka, murid menirukan; guru mengajar murid menghafal; dan seterusnya. Tidak ada kritik atau koreksi terhadap pendapat 2
guru. Yang ada adalah minta penjelasan kemudian menerima dan mengikutinya. Demekian pula halnya dengan sikap membaca buku-buku pelajaran dan buku ilmiah lainnya, tidak ada kritik dan koreksi, yang ada hanyalah menerima, mengikuti dan mengamalkannya (Mastuhu, 2003 : 39-40). Hal yang seperti ini akan berdampak pada rendahnya pencapaian, tingkat kemampuan, dan keterampilan siswa terhadap materi yang diberikan. Keadaan seperti yang digambarkan di atas ini bisa terjadi karena kurang memadainya kemampuan guru sejarah untuk mengembanngkan strategi serta metode pengajaran sejarah. Seiring dengan adanya pemikiran tentang pembaharuan pendidikan, nampaknya telah berkembang pula berbagai inovasi pembelajaran yang kini bannyak dikembanngankan oleh para ahli pendidikan dalam upaya penemuan suatu paradigma dalam pembelajaran dikelas, baik menyangkut model, strategi dan metode pembelajaran. Salah satunya adalah apa yang dinamakan model pembelajaran kooperatif tanya jawab eatafet. Model pembelajaran tanya jawab estafet merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berkreasi melalui serangkaian proses dimana siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berproses dan melibatkan diri secara penuh melalui pembelajaran dengan siswa lainnya. Secara teoritis, pembelajaran dengan model tanya jawab estafet murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan. Selain akan mampu menumbuhkan kualitas proses, motivasi serta semagat siswa juga akan mampu melatih siswa untuk belajar berbicara serta mengemukakan pendapat (Suprijono, 2010 :109). Mengingat dalam tanya jawab estafet, hukuman (Punishmen) dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh berpantun, berpuisi, atau hukumanhukuman yang sifatnya positif sehingga dapat menumbuhkan kualitas belajar siswa. Adapun kelebihan dari model pembelajaran tanya jawab estafet yaitu, (1) dapat mengembangkan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuaka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun juga bisa sebagai tutor bagi temannya., (2) meninngkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (3) meningkatkan kemauan belajar (tercapainya akademik), (4) menguji kesiapan siswa, (5) melatih siswa memahami dengan cepat, (6) meningkatkan kehadiran siswa dalam sikap yang lebih positif, (7) menambah rasa senang berada disekolah serta menyayangi teman-teman di kelasnya, (8) agar siswa lebih giat belajar, (9) mudah diterpakan dan tidak mahal, (10) melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat (Dewi, 2010:33). Penerapan model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet diharapkan mampu meningkatkan kualitas belajar siswa dan merubah pandanngan mereka terhadap mata pelajara sejarah yang membosankan menjadi pelajaran menarik, tetapi juga berdampak pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, penelliti bermmaksud mengatsi permasalahan melaluai penelitian tindakan kelas (classroom action resesch) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet dalam pebelajaran sejarah di kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida. Adapun judul penelitian ini yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tanya Jawab Estafet Untuk Meningkatkan Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X3 Pada Mata Pelajaran Sejarah Semester Genap Di Sma Negeri 1 Nusa Penida Tahun Ajaran 2014/2015”. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Rindy Antika Dewi, pada tahun 2010 dengan judul “Efektivitas Metode Talking Stick Dalam Pembelajaran Pola Kalimat Bahasa Jepang Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK N 3 Bandung” dan Ni Luh Asri Mailani, pada tahun 2013 dengan judul “Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII-5 SMP Lab Undiksha Singaraja Pada Mata Pelajaran 3
IPS Melaluai Model Pembelajaran Kooperaf Tipe Talking Stick Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013, dengan karakteristik kelas yang memiliki persamaan dengan penulis. Dari keberhasilan penelitian yang dilakuakan oleh peneliti sebelumnya itulah, peneliti terinspirasi untuk menerapkan model yang serupa dengan penerapan yang sedikit berbeda di SMA Negeri 1 Nusa Penida. Adapun beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakuakan oleh Rindy Antika dewi dan Ni Luh Asri Mailani dengan penelitian ini yaitu: dilihat dari karakteristik, subjek, objek dan tujuan penelitiannya relatif berbeda, perbedaan yang paling mendasar terlihat lebih jelas pada proses pembelajarannya, pada model pembelajaran talking stick diperlukan sebuah tongkat, selain itu juga diperlukan pembentukan kelompok ketika proses pembelajaran berlangsung dan guru wajib menpersiapkan pertanyaan untuk masing-masing kelempok sehingga siswa cenderung hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikanan oleh guru. Hal inilah yang kemudian menyebabkan siswa tidak terbiasa mengajukan pertanyaan ketika proses pembelajaran, sedangkan pada model pembelajaran tanya jawab estafet, pembentukan kelompok itu tidak mutlak harus dilakukan, namun di sini lebih menekankan partisipasi siswa untuk membuat pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan antar siswa. Sehingga setiap siswa mampu mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang demokratis dalam hal ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa penida.
genap SMA Negeri 1 Nusa Penida?, (3) Bagaimana hasil tanggapan dan respon siswa terhadap pembelajaran sejarah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tanya jawab estafet, di kelas X3 semester genap SMA Negeri 1 Nusa Penida?. LANDASAN TEORI Adapun landasan teori yang penulis paparkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperates Learning) Tipe Tanya Jawab Estafet. 2. Kualitas Proses Pembelajaran. 3. Hasil Belajar. 4. Pembelajaran Sejarah. 5. Respon Siswa. METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom action research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran, khususnya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. PTK adalah” penelitian yang bersifat aplikatif (terapan) batasan, segera dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program yang sedang berjalan” (Agung, 2010). PTK dilaksanakan dalam proses siklus yang terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 3 X SMA Negeri 1 Nusa Penida. Dengan melihat kalender akademik SMA Negeri 1 Nusa Penida dan jadwal mengajar di kelas X3, siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yang dilaksanakan pada, 11 Maret, 18 Maret dan 25 Maret 2015. Siklus II juga dilaksanakan tiga kali pertemuan yaitu dilaksanakan pada 1 April, 8 April dan 22 April 2015. Dalam penelitan tindakan kelas subjek penelitiannya adalah siswa dalam satu kelas. Kelas yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 33 siswa. Pemilihan kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki permasalahan dalam
Rumusan Masalah (1) Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tanya jawab estafet, terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran sejarah di kelas X3 semester genap SMA Negeri 1 Nusa Penida?, (2) Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tanya jawab estafet, terjadi peningkatan hasil belajar Sejarah di kelas X3 semester 4
kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar yang berada di bawah KKM dan kelas ini juga memiliki potensi untuk diterapkannya pembelajaran Tanya Jawab Estafet. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Sejarah siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida. Objek penelitian ini kemudian dipecahkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tanya Jawab Estafet. Metode dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, tes dan kuisioner. Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran sejarah kelas X3 untuk memperoleh data awal dan proses pembelajaran Sejarah Indonesia siswa di kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida. Wawancara juga dilakukan terhadap siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida untuk memperoleh data tentang pembelajaran sejarah yang telah didapatkan sebelum pelaksanaan tindakan, kualitas proses pembelajaran, hasil belajar sejarah dan respon setelah pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi. Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh data kualitas proses pembelajaran Sejarah Indonesia siswa Tes hasil belajar siswa dilakukan untuk menggunakan tes soal objektif untuk mengetahui hasil belajar siswa. Metode Kuisioner dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner. Penyebaran kuisioner dilakukan untuk memperoleh data respon siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tanya Jawab Estafet. Setelah data diperoleh tahap selanjutnya adalah menganalisis data secara deskriptif kualitatif.
siklus I diperoleh data sebagai berikut: (1) kualitas proses belajar siswa pada siklus I dalam tiap kali pertemuan mengalami peningkatan, walaupun tidak terlalu signifikan. Yang mana, pada pertemuan pertama diperoleh skor rata-rata 3,23 meningkat menjadi 3,46 pada pertemuan kedua. Untuk hasil akhir, diperoleh jumlah skor dengan rata-rata 3,34 yang masuk kategori “Cukup Positif”. (2) Dari analisis data hasil belajar siswa pada siklus I, dapat dilihat bahwa nilai terendah adalah 40 Dan niali tertinggi adalah 90. Jumlah semua nilai dari 33 orang siswa adalah 2.160 Dengan rata-rata siswa 65,4, ratarata persen65,4%, jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 15 orang dan 18 Orang siswa lainnya sudah memcapai KKM. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa yang diperoleh adalah 54,54%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP skala lima berada pada rentangan 65-79 yaitu kategori “sedang”. (3) Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa rata-rata tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet di kelas X3 SMA N 1 Nusa Penida pada siklus I adalah 29,60. Jika dilihat dari kreteria penggolongan tingkat tanggapan siswa, berada diantara 25≤ X<35, yang berarti tanggapan siswa “ cukup positif”. Berdasarkan data di atas, secara umum siswa sudah dapat dikatakan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan model yang diterapkan, namun belum dapat dikatakan berhasil, karena masih banyak ditemukan kendala dalam prosesnya dan beberapa siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran sejarah. Sehingga penelitian ini dilanjutkan pada tindakan siklus II untuk mencapai peningkatan persentase aktivitas belajar dan nilai hasil belajar siswa sesuai
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Berdasarkan hasil analisis data siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida pada 5
dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitan yang diperoleh pada siklus I, perlu dilaksanakan perbaikan pada pembelajaran siklus II. Ini dilakukan karena pada siklus I ditemukan hambatanhambatan yang mengacu pada proses pembelajaran. Adapun kendala-kendala yang dihadapi di antaranya: (1) Siswa kurang menguasai materi pembelajaran. Pada pertemuan pertama pada siklus I ditemukan banyak siswa yang masih gugup dalam memjawab pertanyaan dari temannya, hal ini dikarenakan banyak siswa yang belum menguasai materi pembelajaran. Selain itu sebelum diterapkannya model pembelajaran ini siswa juga nampaknya belum mempelajari materi yang akan di pelajari. Sehingga kededapanya siswa perlu mempelajari materi yang akan dibahas sebelum pelaksanaan pembelajaran tanya jawab estafet dimulai. (2) Pada saat melakukan pembelajaran tanya jawab estafet siswa cenderung ribut, karena terdapat beberapa siswa yang menyanyikan lirik lagu dengan nada yang sangat keras. Melihat situasi ini perlu diilakukan pembenahan berupa peneguran terhadap siswa yang menyanyikan lirik lagu dengan nada yang keras agar nantinya tidak mengganggu kelas lain. (3) Proses pembelajaran yang dilakuakan dengan model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet membutuhkan waktu yang lumayan banyak, agar semua bisa mengeluarkan isi pikiran atau pendapatnya ketika bertanya ataupun menjawab. Mengingat waktu yang disediakan terbatas, maka pengaturan waktu yang tepat sangat diperlukan agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
peningkatan, walaupun tidak terlalu signifikan. Yang mana, pada pertemuan pertama diperoleh skor rata-rata 4,15 meningkat menjadi 4,46 pada pertemuan kedua. Untuk hasil akhir, diperoleh jumlah skor dengan rata-rata 4,30 yang masuk pada kategori “Positif”. (2) Dari analisis data hasil belajar siswa pada siklus II, dapat dilihat bahwa nilai terendah adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 90. Jumlah semua nilai dari 33 orang siswa adalah 2.700. Dengan rata-rata siswa 81,81 ratarata persen 81,81%, jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 1 orang dan 32 orang siswa lainnya sudah memcapai KKM. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa yang diperoleh adalah 96,97%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP skala lima berada pada rentangan 90-100 yaitu kategori “Sangat Tinggi”. (3) Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa rata-rata tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet di kelas X3 SMA N 1 Nusa Penida pada siklus II adalah 39,60. Jika dilihat dari kreteria penggolongan tingkat tanggapan siswa, berada diantara 35≤ X<45, yang berarti tanggapan siswa “positif”. Adapun faktor penyebab meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar siswa pada siklus II yaitu, pertama proses pemebelajaran bisa berjalan lebih baik dari pada siklus I. kendala-kendala dan hambatan-hambatan yang terjadi pada siklus I bisa diminimalisir pada siklus II. Kedua, siswa semakin semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dengan tanya jawab estafet yang diterapkan oleh guru. Ketiga, siswa mulai menyenangi pelajaran sejarah dan sudah berani mengemukakan pendapat sendiri saat diberikan pertanyaan ketika proses tanya jawab berlangsung. Keempat, pembelajaran yang berpusat pada siswa menyebabkan siswa lebih mudah untuk memahami materi pelajaran, sehingga menimbulkan kualitas proses pembelajaran yang kondusif.
Hasil Penelitian Siklus II Berdasarkan hasil analisis data siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Nusa Penida yang peneliti lakukan pada siklus II diperoleh data sebagai berikut: (1) kualitas pembelajaran sejarah pada siklus II dalam tiap kali pertemuan mengalami 6
PEMBAHASAN
pembelajaran ini bisa dapat memperluas keterampilan siswa dalam mengenal lingkungan sekitarnya sebagai objek pembelajaran secara lebih mendalam, sehingga lebih mengakrabkan dan mendekatkan siswa pada pola pembelajaran sejarah yang lebih berkualitas dan bermakna. (2) Penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe tanya jawab estafet dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sejarah di kelas X3 SMA N 1 Nusa Penida. Hal ini terlihat dari nilai kualitas proses pemebalajaran siswa yang mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 3,34 pada siklus I menjadi rata-rata 4,30 pada siklus II. (3) Penerapan model pemebelajaran tipe tanya jawab estafet dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X3 SMA N 1 Nusa Penida pada mata pelajaran sejarah. Ini dapat dilihat dari hasil siklus I jumlah semua nilai yang didapat dari 33 orang siswa adalah 2.160 dengan ketuntasa belajar mencapai 54,54%, rata-rata 65,4, rata-rata persen 65%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP Skala lima berada pada rentangan 65-79 yaitu kategori “sedang”. Pada siklus II jumlah semua nilai dari 33 orang siswa adalah 2.700. Dengan rata-rata siswa 81,81 rata-rata persen 81,81%, jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 1 orang dan 32 orang siswa lainnya sudah memcapai KKM. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa yang diperoleh adalah 96,97%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP skala lima berada pada rentangan 90-100 yaitu kategori “Sangat Tinggi”. Peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah 540, peningkatan ketuntasan belajar mencapai 42, 43%, peningkatan rata-rata 16,41, dan peningkatan rata-rata persen mencapai 16,41%.(4) Tanggapan siswa kelas X3 SMA N 1 Nusa Penida terhadap penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe tanya jawab estafet sangat positif. Ini dapat dilihat dari hasil penyebaran angket yang telah dilakukan, rata-rata nilai yang didapat mencapai 39,60. Jika dilihat dari kreteria penggiolongan tingkat tanggapan siswa, berada diantara 35≤ X<45, dengan
Melihat dari hasil penelitian siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan KUALITAS Proses dan hasil belajar siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet sebagai berikut : (1) Bila membandingkan data kedua siklus, maka terlihat bahwa terjadi adanya peningkatan positif disetiap pertemuan dari silklus I sampai silus II. Dimana pada siklus I dengan rata-rata 3,34 meningkat dengan rata-rata 4,30 pada siklus II. Artinya bahwa terjadi suatu perubahan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang terus menampakkan hasil yang lebih baik di tiap pertemuan.peningkatan tersebut bila mengacu pada data kualitas proses pembelajaran siswa diatas, maka rata-rata peningkatannya bila dipresentasekan meningkat sebanyak 23%. (2) adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I jumlah hasil belajar siswa mencapai 2.160 dengan rata-rata 65,4 dan pada siklus II jumlah hasil belajar siswa mencapai 2.700 dengan rata-rata 81,81. Peningkatan yang didapat dari siklus I ke siklus II adalah 540 dengan rata-rata peningkatan mencapai 16,36%. (3) jumlah tanggapan siswa kelas X3 terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet meningkat dari 977 ke 1.307 dengan rata-rata peningkatan dari 29,60 ke 39,60 atau meningkat mencapai 10. Jika dilihat dari kreteria penggolongan tingkat tanggapan siswa, berada diantara 35≤ X <45 yang berarti tanggapan siswa “ positif”. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Tampak bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe tanya jawab estafet pada mata pelajaran sejarah di SMA N 1 Nusa Penida memperlihatkan hasil yang baik dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajaran siswa. Terlebih model 7
kategori “tinggi”. (5) Dengan adanya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas X3 SMA N 1 Nusa Penida, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tanya jawab estafet di kelas X3 SMA N 1 Nusa Penida pada mata pelajaran sejarah semester genap tahun ajaran 2014/2015 dikatakan berhasil. Saran Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, peneliti dapat dapat menyampaikan saran sebagai berikut : (1) Secara teoritis, peneliti berharap hasil penelitian ini bisa menambah khasanah ilmu pengetahuan yang bisa dipakai acuan oleh pembaca dalam upaya menambah wawsan. Bagi peneliti dan guru yang ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran yang sejenis baik dalam bidang model pembelajaran kooperatif maupun yang lain, hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan dalam mencermati kelebihan dan kekurangan yang ditemukan sehingga akan lebih menyempurnakan hasil penelitian berikutnya. (2) Kepada guru bidang studi sejarah pada umumnya, agar dapat mengembangkan metode, model maupun strategi pembelajaran baru yang dapat membuat siswa merasa senang dalam proses pembelajaran sejarah sehingga berdampak pada hasil belajar yang memuaskan salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet. Model pembelajaran kooperatif tanya jawab estafet dapat digunakan sebagai salah satu alternative metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa. (3) Bagi sekolah, untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pembelajaran, seperti penyediaan sumber bahan ajar yaitu buku ajar yang dapat meningkatkan hasil belajar.
mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada Beliau, Ibu Dr. Luh Putu Sendratari M. Hum, selaku dosen Pembimbing I yang telah memberi arahan, petunjuk dan bimbingan serta nasehat yang tak henti-henti dalam pelaksanaan penelitian ini sampai pada penyusunan artikel ini, Bapak Dr. I Ketut Margi, M.Si, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan semangat serta bimbingan tanpa bosanbosannya sehingga penelitian ini terselesaikan sampai pada penyusunan artikel ini, Bapak Dr. I Wayan Mudana, M.Si, selaku dosen Pembimbing III dan Penguji dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan saran masukan dan petunjuk yang positif selama pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala motivasi, dukungan, semangat, petunjuk, dan segala kebaikan yang begitu besar nilainya sehingga karya ini dapat terselesaikan dan bermanfaat nantinya. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu menguatkan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA Agung.
2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja. UNDIKSHA Agung, Leo S, dkk. 2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta. Penerbit Ombak. Bahri Djamarah, syaiful. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta. PT Renika Citra. Collingwood, R.C. 2001. The Principles Of History . New York : Oxford University Press. Dahlan,M.D. (1990). Model –Model Mengajar . Bandung : CV. Diponegoro. Daryanto, 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta. Gava Media Dewi, Rindi Antika. Efektivitas penerapan model Talking Stick dalam pembelajran pola kalimat Bahasa jepang terhadap hasil belajar
UCAPAN TERIMA KASIH Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari adanya dukungan, bantuan, bimbingan, motivasi serta semangat baik dalam spiritual, moral dan material. Tidak lupa dalam kesempatan ini, penulis 8
siswa. Tersedia pada http://repository.upi.edu./skripsivie w.php?no_skripsi=169 (diakses pada 2 Januari 2015) ---------.(2006). Peraturan Mendiknas No 22 tahun 2006. Jakarta. Depdiknas. Depdiknas. 2004. Kualitas Pembelajaran. Tidak diterbitkan Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Hasan, Hamid dan Asmawi Zainul. 1992/1993. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan Isjoni, 2007. Pembelajaran Sejarah. Bandung : Alfabet Ismaun. 2005. Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama Press. Johny. 2012. Model pembelajaran Tanya Jawab Estafet. Tersedia pada http://weblogask. Blogspot.com/2012/09/modelpembelajaran-tanya-jawabestafet.html (diakses pada 2 Januari 2015) Kasbolah, Kasihani. 1998. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Mastuhu, 2003. Menata ulang pemikiran sistem pendidikan nasional dalam abad 21. Yogyakarta : Safiria Insania Press. Nasution,2006. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara Nurkancana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya. Usaha Nasional Sanjaya, Wina.2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Praneda Media Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensindo Soedjatmoko (1986). Dimensi Manusia dalam Pembangunan, Jakarta: LP3ES Soedjatmoko .1995. Sejarawan Indonesia Dan Zamannya. Dalam
Soedjamoko et.al.Jakarta : Gramedia Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Suryani, Nunuk, dkk. 2012. Strategi belajar mengajar. Yogyakarta. Ombak. Taufik Abdullah (1974). “Masalah Sejarah Daerah dan Kesadaran Sejarah”, Bulletin Yaperna No. 2 tahun I, Jakarta: hal. 10. Walsh, W.H. (1967). Philosophy of History : An Introduction. New York: Harper and Row Publisher. Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Yogyakarta ; FKIP UNUD
9