PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 CIOMAS KABUPATEN BOGOR Oleh : Ryndy Setiawati Oktaviani1, Suhendra2, Rina Rosdiana3 ABSTRAK Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan teknik tes dan teknik angket. Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis berita, sedangkan teknik angket digunakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa pada saat pembelajaran menulis berita dengan menggunakan model Group Investigation. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas yang terdiri atas sembilan kelas berjumlah 324 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 siswa yaitu kelas 8-3 yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas eksperimen, dan kelas 8-9 berjumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Berdasarkan hasil analisis data, hipotesis yang pertama dapat terbukti kebenarannya bahwa penerapan model Group Investigation dalam meningkatkan kemampuan menulis berita. Halini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa prates hanya 5,04. Sedangkan pada hasil postes nilai rata-rata 7,5 hal itu menunjukkan bahwa model Group Investigationdalam meningkatkan kemampuan menulis berita. Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan mean dengan menggunakan rumus t-tes diperoleh harga to = 3,50 lebih besar dari tt baik taraf signifikan t0,95 maupun di taraf signifikansi t0,99.Hipotesis kedua juga terbukti kebenarannya, bahwa siswa mengalami kendala atau hambatan yang bervariasi dalam pembelajaran menulis berita dengan menggunakan model Group Investigation. Hal ini terbukti dari hasil analisis angket yang menyatakan bahwa siswa mengalami kendala pada saat menulis berita. Kendala lain yang dihadapi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor dalam menulis berita yaitu saat menulis berita berdasarkan unsur-unsur, menganalisis berita, serta memahami meteri. Penerapan model Group Investigationmeningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata menulis berita yang dicapai oleh siswa di kelas eksperimen setelah diterapkan model Group Investigation. Kata kunci : model Group Investigation, menulis berita, SMP.
ABSTRACT
The method employed in this study was experiment by using the techniques of test and questionnaire. The test was administered to find out the students’ ability to write news and the questionnaire was used for finding out the students’ obstacles faced by students in the class of news writing using the model of Group Investigation. The population was the students of SMP Negeri Ciomas 1 Grade VIII consisting of nine classes. The number of the students was 324. The sample was 72 students. The experimental class took 36 students from the ‘Eight’ class, while the control class also took 36 students from the ‘Nine’ class. The technique employed to choose the sampling was cluster random sampling. Based on data analysis result, the first hypothesis is valid. It states that the implementation of Group Investigation can improve students’ ability in writing news. It can be seen from the students’ average score on pre-test which was only 5.04 while in the post test it reached 7.5. Based on the calculation result of comparing mean using t formula and finally to was resulted. The value of t0 is 3.5 which is higher than tt both in the level of significance of 0.95 and 0.99. The second hypothesis was also true meaning that the students found obstacles in the subject of news writing with the model of Group Investigation. It is proven from the result of questionnaire stating that students found difficulty in writing
news. Another obstacle faced by the students is when they were asked to write news based on substances, analyze news, and understand the material. The implementation of Group Investigation is able to improve students’ ability in writing news. It is proven by the increase of students’ average score on news writing in the experimental class. Keywords: Group Investigation model, news writing, junior high school.
PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat penghubung antaranggota masyarakat. Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi satu sama lain, baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek, yaitu : keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan, membaca, dan keterampilan menulis. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa menulis merupakan keterampilan yang mensyaratkan penguasaan bahasa yang baik. Dalam belajar bahasa, menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung (Syamsudin,1994:1). Menulis adalah melahirkan pikiran tematik atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dalam tulisan.Menulis berarti mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan dan wawasan ke dalam tulisan yang sistematis dan bisa dipahami oleh orang lain.Berdasarkan Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006, keterampilan menulis telah diajarkan mulai jenjang SD/MI hingga SMA/MA.Siswa SD/MI hingga SMA/MA diharapkan memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa terpisahkan dalam seluruh proses belajar siswa di sekolah. Selama menuntut ilmu di sekolah, siswa sering diajarkan dan diberi tugas untuk menulis.Oleh karena itu, mereka diharapkan akan mempunyai wawasan yang lebih luas dan mendalam setelah melakukan kegiatan menulis. Dalam keterampilan menulis banyak jenis keterampilan yang dapat diajarkan kepada siswa di sekolah salah satunya adalah keterampilan menulis teks berita. Kegiatan menulis dalam kegiatan belajar mengajar masih memiliki beberapa kelemahan. Lemahnya pengajaran menulis disebabkan oleh kurangnya kreativitas model dan metode pengajaran yang dapat merangsang siswa untukmenulis, dan terlalu sedikitnya porsi pemberian latihanmenulis(Kosasih,2004:26).Dalam pengajaran bahasa Indonesia seharusnya guru banyak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis, karena keterampilan menulis pada dasarnya merupakan kebiasaan yang harus ditanamkan (Taba, dalam Taringan,1994:70). Ada beberapa model dan metode yang bisa digunakan guru untuk melatih siswa agar terampil menulis, salah satunya yaitu dengan menggunakan model Group Investigasion. Teks berita adalah naskah berita yang berisi fakta mengenai kejadian peristiwa yang hangat, menarik, atau penting bagi sebagian besar masyarakat yang bisa disampaikan melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media internet. Tema dalam berita adalah peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat dan siswa sudah bisa merespon lingkungannya, membayangkan dalam pikirannya kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Strategi belajar model Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel (Rusman, 2012:220). Model Group Investigasion adalah media untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa secara aktif berbagi dalam mempengaruhi kejadian-kejadian alami kelas, dengan berkomunikasi dan bekerjasama dalam merencanakan serta melaksanakan topik investigation yang mereka plih. Hasil akhir kerja kelompok ini mencerminkan kontribusi setiap anggota dan hasilnya lebih kaya dibandingkan hasil pekerjaan individual yang dilakukan siswa-siswa tersebut (Suprijono, 2009:93). Model Group Investigationini dapat melatih kreativitas siwa, baik secara perorangan maupun kelompok dalam menulis berita serta melatih kemampuan siswa dalam bertanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah. Model ini mengajak siswa untuk aktif dan kreatif menulis berita yang terjadi di sekitarnya.Dengan demikian, kreativitas siswa dalam menulis akan bertambah. Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa siswa SMP di sekitar tempat tinggal penulis menyatakan bahwa kurangnya minat mereka dalam menulis dikarenakan kurangnya porsi menulis pada saat pembelajaran serta kurangnya model pembelajaran yang menarik yang digunakan guru untuk merangsang kreativitas serta minat siswa dalam menulis. Dari hasil pengamatan penulis tersebut yang
mendasari penulis ingin melakukan penelitian ini, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor”. Dalam pengajaran bahasa Indonesia seharusnya guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis, karena keterampilan menulis pada dasarnya merupakan kebiasaan yang harus ditanamkan (Taba, dalam Taringan,1994:70). Ada beberapa model dan metode yang bisa digunakan guru untuk melatih siswa agar terampil menulis, salah satunya yaitu dengan menggunakan model Group Investigasion. Upaya menerapkan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan belajar mengajar agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu model yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran banyak model pembelajaran yang bisa menunjang kegiatan belajar mengajar agar lebih menarik dan membantu siswa lebih aktif dalam pembelajaran di sekolah. Menurut Aredens (dalam Suprijono 2009:54) Model pembelajaran adalah konsep lebih luas meliputi sebuah jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implementasinya pada tingkat operasional dikelas (Agus Suprijono 2011:45-46) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dalam fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran menurut Winataputra (dalam Sugiyanto,2010:3). Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono 2009 :46). Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman dan perannan guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada dasarnya model pembelajran merupakan pendekatan yang digunakan oleh guru yang memberikan rangsangan kepada peserta didik
untuk mendapatkan informasi, ide, keterampilan guna mencapai satu tujuan. Model pembelajran mempunyai peranan penting sebagai cara untuk merencanakan aktivitas belajar mengajar. Modelmodel yang digunakan oleh guru dalam memberikan materi pembelajaran senantiasa memberikan rangsangan tersebut terkait dengan keadaan peserta didik untuk aktif dan memberikan tindak balas jika rangsangan tersebut terkait dengan keadaan peserta didik, sehingga siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Lie (2005:28) yang mendasari model pembelajaran kooperatif adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Selanjutnya Lie (2005:18) mengutip pendapat Jhonson dan Jhonson mengenai pembelajaran kooperatif sebagai sistem kerja sama atau belajar kelompok yang terstruktur, yaitu saling ketergantungan positif, bertanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian kerja sama dan proses kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009 : 54). Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati, 2002 : 25 dalam Rusman, 2012 : 203).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu rangkaian belajar yang dilakukan oleh siswa dan dipimpin oleh guru. Guru bertugas mengarahkan siswa dalam bekerja kelompok dan guru memberikan tugas dan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan oleh guru kepada siswa untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Roger (dalam Suprijono, 2009:58) ada lima unsur dalam pembelajaran kooperatif yang membantu dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif). 2. Prsonal Responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3. Face to Face Promotif Interaction (interaksi promotif) 4. Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota) 5. Group Processing (pemrosesan kelompok) Menurut Suprijono (2009: 25) keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya adalah:
1. Melalui model ini siswa tidak menggantungkan pada guru, akan tetapi dapa menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menentukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswalain. 2. Model pembelajaran Cooperative Learning dapat mngembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. 3. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4. Model ini merupakan suatu strategi yang cukup ampuh utuk meningkatkan prestasi akademik sekaligs kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu, dan sikap positif tesrhadap sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keunggulan dalam pembelajaran kooperatif dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model Group Investigasion adalah media untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa secara aktif berbagi dalam mempengaruhi kejadian-kejadian alami kelas, dengan berkomunikasi dan bekerjasama dalam merencanakan serta melaksanakan topik investigation yang mereka plih. Hasil akhir kerja kelompok ini mencerminkan kontribusi setiap anggota dan hasilnya lebih kaya dibandingkan hasil pekerjaan individual yang dilakukan siswa-siswa tersebut (Suprijono, 2009:93). Model Group Investigationini dapat melatih kreativitas siwa, baik secara perorangan maupun kelompok dalam menulis berita serta melatih kemampuan siswa dalam bertanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah. Model ini mengajak siswa untuk aktif dan kreatif menulis berita yang terjadi di sekitarnya.Dengan demikian, kreativitas siswa dalam menulis akan bertambah. Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa siswa SMP di sekitar tempat tinggal penulis menyatakan bahwa kurangnya minat mereka dalam menulis dikarenakan kurangnya porsi menulis pada saat pembelajaran serta kurangnya model pembelajaran yang menarik yang digunakan guru untuk merangsang kreativitas serta minat siswa dalam menulis. Dari hasil pengamatan penulis tersebut yang mendasari penulis ingin melakukan penelitian ini, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor”.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat di rumuskan masalah penelitian : apakah penerapan model group Investigation dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor dan adakah kendala yang dialami siswa dalam penerapan model Group Investigation dalam meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor. Kemudian tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektifitas penerapan model Group Investigation dalam meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor Ingin mengetahui hambatan dalam penerapan model Group Investigation dalam meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII SMP Negeri 1Ciomas Kabupaten Bogor dan Ingin mengetahui hambatan dalam penerapan model Group Investigation dalam meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor. Strategi dalam pembelajaran merupakan suatu perangkat dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran strategi atau model yang berbeda dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih guru unruk digunakan dalam pembelajaran, salah satunya adalah model Group Investigation yaitumodel yang membuat siswa lebih aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Model Group Investigation adalah model untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa secara aktif berbagi dalam mempengaruhi kejadian-kejadian alami kelas, dengan berkomunikasi dan bekerja sama dalam merencanakan serta melaksanakan topik investigation yang mereka pilih. Hasil akhir kerja kelompok ini mencerminkan kontribusi setiap anggota dan hasilnya lebih kaya dibandingkan hasil pekerjaan individual yang dilakukan oleh siswa-siswa tersebut (Suprijono, 2009:93). Pendapat lain dikemukakan oleh Suprijono (2009:93) Group Investigation merupakan model pembelajaran yangmelibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga siswa dapat bekerja sama dalam merencanakan serta menyelesaikan masalah atau topik yang dipelajarinya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Group Investigation adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu berpikir kreatif serta aktif dalam pembelajaran.Model Group Investigation ini
dapat melatih siswa untuk bekerja sama antarteman kelompoknya, sehingga siswa akan saling membantu dalam memecahkan masalah yang sedang terjadi. Setelah itu, siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya kepada kelompok lain. Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sulit diterapkan. Siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat pada guru, pendekatan ini juga mengajarkan siswa keterampilan berkomunikasi dan proses kelompok yang baik (Trianto, 2011:78-79). Menurut pandangan Suprijono (2009:93) Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dan dapat bekerja sama dalam merencanakan serta menyelesaikan masalah atau topik yang dipelajari dalam pembelajaran, Trianto (20011:79) pun berpendapat sama bahwa Group Investigation adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam merencanakan topik pembelajaran serta mengajarkan siswa berkomunikasi yang baik antar kelompok dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Menurut Sudrajat (dalam Trianto, 2011:79) bahwa Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan proyek, diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelompok lain. Pendapat di atas menegaskan bahwa Group Investigation adalah satu model pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil yang dibentuk oleh siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi serta mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka kepada kelompok lainnya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Group Investigation adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu berpikir kreatif serta aktif dalam pembelajaran. Model Group Investigation ini dapat melatih siswa untuk bekerja sama antarteman kelompoknya, sehingga siswa akan saling membantu dalam memecahkan masalah yang sedang terjadi. Setelah itu, siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya kepada kelompok lain. Langkah-Langkah Model Gruop Investigation Agar kerja kelompok lebih berhasil, maka harus melalui langkah-langkah sebagai berikut (Roestiyah, 2001:19-20) : a. Menjelaskan tugas pada siswa
b. Menjelaskan tujuan kerja kelompok c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok d. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan hasil kerja kelompok e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung bila perlu memberi saran atau pertanyaan f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan siswa dan memerima hasil kerja kelompok. Kelebihan dan kelemahan model Group Investigation adalah a. Kelebihan Model Group Investigation 1. Memberikan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Memberikan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. 3. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individual serta kebutuhannya belajar. 5. Para siswa lebih aktif dalam belajar dan lebih aktif dalam berdiskusi. 6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati temannya, terutama dalam hal menghargai teman. a. Kelemahan Model Group Investigation 1. Investigasi kelompok sering-sering hanya melibatkan siswa yang mampu, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. 2. Model ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula. 3. Keberhasilan model Group Investigation ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri. 4. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut. 5. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran atau pertanyaan. 6. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. Menurut Suparno (2008:3) mengatakan menulis merupakan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.Menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung (Syamsudin, 1994:1).
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut sehingga mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuankesatuan ekspresi bahasa. (Tarigan, 2008:22). Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa menulis adalah keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam wujud lambang, dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Tujuan menulis adalah memberitahukan, mengajak, menghibur atau menyarankan serta mengutarakan perasaan atau emosi seseorang kepada orang lain. Tujuan menulis adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, dan menyakinkan, namun keduanya sama saja karena dari kedua tujuan tersebut sama-sama memberitahukan, menyakinkan atau mempengaruhi orang lain untuk mempercanyai apa yang diceritakan atau di tulis penulis untuk orang lain. Berikut ini tujuan menulis menurut Hendry Guntur Tarigan (2008:24) a. memberitahukan atau mengajari. b. mengajak atau mendesak. c. menghibur atau menyarankan. d. mengutarakan atau mengekspresikan perasaan atau emosi berapi-api. Senada dengan pendapat yang dikemukakan di atas Semi (1990: 19-20) juga memperhitungkan melalui: a. Memberikan arahan, yakni memberikan pertanyaan pada orang lain dengan mengajarkan sesuatu. b. Menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian dalam penjelasan tentang sesuatu hal yang diketahui orang lain. c. Menceritakan kejadian, yakni memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung disuatu waktu. d. Meringkaskan, yaitu membuat ringkasan suatu tulisan agar lebih singkat. e. Meyakinkan, yaitu berusaha meyakinkan orang lain agar selalu dengannya. Tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat berkomunikasi secara efektif dengan pembaca kepada siapa tulisan itu ditujukan. Tulisan yang baik juga memiliki ciri-ciri sebagaiman yang dirumuskan oleh Enre (1988:8) yakni : 1. Tulisan yang baik selalu bermakna Tulisan yang baik harus menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan buktu terhadap apa yang dikatakan itu. Sebuah tulisan haruslah memberi kejelasan
makna agar para pembaca paham maksud dari tulisannya itu. 2. Tulisan yang baik selalu jelas Sebuah tulisan dapat dikatakan jelas jika pembaca bisa menangkap dan memahami benar isi dari sebuah tulisan. Tulisan yang jelas tidak harus tulisan yang panjang tetapi sederhana pun bisa. 3. Tulisan yang baik selalu padu dan utuh Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah karena ia diorganisasikan dengan jelas menurut suatu perencanaan dan karena bagian-bagiannya dihubungkan satu dengan yang lain, baik dengan perantaraan pola yang mendasarinya atau dengan kata atau frasa penghubung. 4. Tulisan yang baik selalu ekonomis Penuli yang baik tidak akan membiarkan pembacanya kehilangan waktu dengan sia-sia, sehingga ia akan membuang kata yang berlebihan dari tulisannya. Agar tulisannya memikat perhatian pembaca, seorang penulis harus berusaha terus untuk menjaga karangannya menjadi padat dan lurus ke depan. 5. Tulisan yang baik selalu mengikuti kaidah gramatika Tulisan yang memenuhi kaidah gramatika biasa juga disebut tulisan yang menggunakan bahasa yang baku, yaitu bahasa yang biasa digunakan dalam situasi formal, khususnya dalam bentuk tulisan. Misalnya bahsa dalam majalah, surat kabar, dll. Ciri-ciri tulisan yang baik menurut Sabarti, dkk, (dalam Kartimi 200: 3), yaitu: 1. bermakna 2. bahasa jelas/lugas 3. merupakan kesatuan yang bulat 4. singkat namun padat 5. memenuhi kaidah bahasa 6. bersifat komunikatif Selain itu, ada juga yang dikemukakan oleh Tarigan (1994 : 6), di antaranya : 1. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis mempergunakan nada yang serasi. 2. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh. 3. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar. 4. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis untuk menulis secara meyakinkan. 5. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. 6. Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan sang penulis dalam naskah atau manuskrip.
Berita merupakan informasi yang bersifat fakta yang disampaikan kepada masyarakat melalui media informasi berupa televisi, radio, atau surat kabar. Informasi merupakan kebutuhan pokok masyarakat, seiring dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, sehingga lazim dikatakan, peradaban pada masa ini merupakan peradaban informasi. Semua orang pasti pernah mendengar kata berita, tetapi apabila diminta menjelaskan apa itu berita, tentulah agak susah. Ras Siregar (1982) secara sederhanya menjelaskan bahwa berita adalah kejadian yang diulang dengan menggunakan kata-kata (Abdul Chaer, 2010:11). Berita merupakan informasi yang bersifat fakta yang disampaikan kepada masyarakat melalui media informasi berupa televisi, radio, atau surat kabar. Informasi merupakan kebutuhan pokok masyarakat, seiring dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, sehingga lazim dikatakan, peradaban pada masa ini merupakan peradaban informasi. Berita merupakan kejadian atau peristiwa yang hangat yang dituangkan kedalam tulisan,hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Abdul Chaer yang menerangkan berita adalah kejadian yang diulang dengan menggunakan kata-kata ke dalam tulisan yang disampaikan kepada masyarakat melalui media informasi berupa koran, televisi, radio, dll. Menurut Henshall & Ingram (dalam Skripsi Rahmawati, 2007: 36) berita adalah susunan kejadian setiap hari, sehingga masyarakat menerimanya dalam bentuk yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio atau televisi dan keesokan hari di berbagai surat kabar. Departemen Pendidikan RI dan Kebudayaan (1989:108 dan 331 dalam Suhandang, 2004:103) membakukan istilah “berita” dengan pengertian sebagai laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Beberapa ahli mendefinisikan berita sangatlah berbeda tetapi maksud dan tujuannya sama, yaitu sama-sama kejadian atau peristiwa yang menarik dan hangat bagi pembaca dengan menggunakan kata-kata. Pendapat di atas menegaskan bahwa berita adalah laporan tercepat tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi sehari-hari dan menarik perhatian masyarakan dan dituangkan melalui media informasi berupa televisi, radio,surat kabar , dll. Dean M. Lyle Spencer, Williard C. Bleyer, William S. Maulsby, dan Eric C. Hepwood, seperti di kutip Djafar H. Assegaf 1983:5 dalam (Romli, 2001:2) mengatakan bahwa berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian khalayak pembaca. Mitccheal V. Charnley dalam (Romli, 2001:2) mengatakan berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang
aktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Dari kedua pengertian di atas terdapat perbedaan konsep yang sangat jelas yakni antara konsep yang dipaparkan oleh Dean M. Lyle Spencer, Williard C. Bleyer, William S. Maulsby, Eric C. Hepwood, seperti dikutif Djafar H. Assegaf 1983:5 dalam (Romli, 2001:2) yang menyatakan bahwa berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian khalayak pembaca, sementara Mitchael V. Charnley dalam (Romli, 2001:2) mengemukakan pengertian berita secara lebih jelas dan terperinci bahwa berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang aktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa berita adalah sebuah informasi tercepat yang penting dan menarik sebagai laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang aktual pada saat itu serta biasanya dilaporkan secara langsung dari tempat kejadian. Dalam berita ada beberapa jenis berita yang perlu diperhatikan, diantaranya : 1. Berita Langsung (Straight News) Berita langsung adalah berita yang disusun untuk menyampaikan kejadian-kejadian atau peristiwaperistiwa yang secepatnya harus diketahui oleh pembaca atau anggota masyarakat (Abdul Chaer, 2010:16). Unsur penting pada berita langsung adalah adanya keaktualan. Artinya, berita itu masih hangat karena baru terjadi. Peristiwa atau kejadian yang sudah lama terjadi lagi bernilai untuk ditulis sebagai berita langsung. Contoh: Terjadi wabah demam berdarah di Kota Padang yang telah menimbulkan korban jiwa.Berdasarkan pantauan, sebagian besar pasien berasal dari Kecamatan Kuranji, Kuto Tangah, dan Bungas Buluspulutabu.Pasien-pasien tersebut dirawat di RSUP Mohamad Jamil.Wabah demam berdarah juga menyerang Kota Denpasar dan sekitarnya.Wabah ini telah menimbulkan korban jiwa satu orang.Rata-rata pasien adalah orang dewasa.Kejadian tersebut telah menimbulkan banyak korban baik korban meninggal maupun yang dirawat di rumah sakit daerah wabah. (sumber: Berbahasa dan Bersastra Indonesia, Asep Yudha, 2008) 2. Berita Ringan (Soft News) Yang utama atau ditonjolkan bukan unsur penting dari berita itu, melainkan unsur yang menarik dan menyentuhpara pembaca. Maka bisa dikatakan berita ringan dapat tahan lama karena tidak terikat pada keaktualan. Namun, berita ini dapat memberikan atau menimbulkan rasa haru, rasa
gembira, rasa sedih, dan sebagainya (Abdul Chaer, 2010:17). Contoh: Menyinggahi tempat berkumpul tradisional Jogyakarta kiranya menjadi keharusan, menyinggahinya dapat dimulai dari warung Poci Pak Min. Warung yang terletak di dekat SMK Kesenian Jogyakarta, sebelah barat daya Kraton ini berkonsep seperti angkringan. Sesuai nama warungnya, tempat itu menyediakan menu utama teh poci, teh seduh di dalam poci dan dihidangkan dalam gelas tanah liat berisi gula batu, biasanya teh ini sangat kental dan kuat aromanya. Poci Pak Min juga menawarkan hidangan misalnya, nasi oseng dengan lauk gorengan tempe dan tahu, sate, dan sebagainya. Harganya pun murah hanya dengan mengeluarkan Rp. 10.000,- anda dapat menikmati nikmatnya teh poci sekaligus menyantap hidangan yang dijajakan di tempat itu. (sumber: Berbahasa dan Bersastra Indonesia, Asep Yudha, 2008 3. Berita Kisah (Feature) Berita kisah atau fitur (Feature) adalah tulisan yang dapat menyentuh perasaan atau menambah pengetahuan. Berita kisah ini tidak terikat akan aktualitas, karena nilai utamanya adalah pada unsur manusiawinya. Jadi, berita kisah ini dapat ditulis dari peristiwa-peristiwa dari masa lalu atau yang sudah lama terjadi (Abdul Chaer, 2010:17). Contoh: Dari selembar kertas berwarna dapat menciptakan ratusan bentuk origami.Berangkat dari rasa suka dengan dunia anak-anak dan menjadi guru musik selama 16 tahun menjadi pencetus Cecillia Tanudjaja membuka kursus origami.Selain itu, juga alasan karena di Jakarta alternatif tempat bermain anak relatif terbatas.Bentuk paling sederhana dari origami adalah membuat rumah, piano, angsa, ikan, topi, dan bangku.Jauh sebelum itu anak diperkenalkan membuat bentuk lipatan dasar layang-layang, segitiga, dan lipatan persegi empat. Selain berupa kertas, Cecil juga dapat membuat permainan bentuk dari batang korek api dapat dibuat 1.000 macam mainan. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya tiap anak berbeda-beda.Ada anak tidak suka bentuk binantang, jadi jangnan dikasih bentuk binantang, tapi carikan bentuk origami lainnya.Teknik membuat origami tidak berbeda halnya dengan belajar matematika metode kumon.Dari teknik dasar hingga ke bentuk-bentuk lanjutannya. Anak yang belajar origami sebetulnya tidak hanya mengenal seni melipat, tetapi ia juga mendapatkan pengetahuan pembelajaran matematika seperti persegi panjang, lingkaran, dan bentuk llainnya. Manfaat besar dari belajar
origami ini dapa merangsang kreativitas anak dalam berbagai hal.Misanya, seorang seniman origami di Jepang begitu melihat objekm dia dapat terinspirasi untuk membuatnya dalam bentuk origami. (sumber: Berbahasa dan Bersastra Indonesia, Asep Yudha, 2008). Unsur-unsur yang terdapat dalam berita adalah : 1. Unsur What (apa) Berkenaan dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh pelaku atau pun korban dari kejadian itu. Hal yang dilakukan dapat berupa penyebab kejadian, tetapi dapat juga berupa akibat kejadian. 2. Unsur Who (siapa) Berkenaan dengan kata-kata yang berkaitan dengan orang atau pelaku yang terlibat dalam kejadian itu. Orang yang diberitakan harus bisa diidentifikasi namanya, umurnya, pekerjaannya, dan berbagai keterangan mengenai orang itu. Semakin banyak fakta atau keterangan yang terkumpul mengenai orang tersebut semakin lengkaplah berita yang disampaikan. 3. Unsur Why (mengapa) Berkenaan dengan fakta-fakta mengenai latar belakang dari suatu tindakan atau pun suatu kejadian yang telah diketahui unsur what-nya. 4. Unsur Where (di mana) Berkenaan dengan tempat peristiwa terjadi. Di sini nama tempat harus dapat diidentifikasi dengan jelas. Ciri-ciri tempat kejadian merupakan hal yang penting untuk diberitakan. 5. Unsur When (kapan) Berkenaan dengan waktu kejadian dalam berita. Waktu mungkin ada yang sudah terjadi, ataupun yang akan terjadi. 6. Unsur How (bagaimana) Berkenaan dengan proses kejadian yang diberitakan. Misalnya, bagaimana terjadinya suatu peristiwa, bagaimana pelaku melakukan perbuatannya atau bagaimana korban mengalami nasibnya. Contoh: Angota Dewan Jurnalistik ICMI Jabar (BATIC) melakukan kunjungan jurnalistik ke Penerbit Rosda di Jl. Ibu Inggit Ganarsih Bandung, Sabtu (25/5). Kunjungan dimaksudkan untuk mengemahami proses kerja di sebuah penerbit. Para peserta dengan antusias mengikuti penjelasan yang diberikan pihak Rosda.(sumber: Jurnalistik Praktis, Asep Romli, 2006) Dari contoh di atas dapat dilihat unsur 5W+1H terdapat dalam berita tersebut, unsur what terletak pada kalimat (melakukan kunjungan
jurnalistik), unsur where pada kalimat (ke Penerbit Rosda di Jl. Ibu Inggit Ganarsih Bandung), unsur when terletak pada kalimat (sabtu (24/5)), sedangkan unsur who terletak pada kalimat (Anggota Balai Jurnalistik ICMI Jabar (BATIC)), unsur why dapat dilihat pada kalimat (kunjungan dimaksudkan untuk mengemahami proses kerja di sebuah penerbitan, dan unsur how terletak pada kalimat (para peserta dengan antusias mengikuti penjelasan yang diberikan pihak Rosda. Menurut Asep Syamsul M. Romli (2006 :5) ada empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita, sekaligus menjadi “karakteristik utama” sebuah berita dapat dipublikasikan di media massa (layak muat). Keempat unsur ini pula yang dikenal dengan nilai-nilai berita (new values) atau nilai-nilai jurnalistik : a. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu Dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news), yakni sesuatu yang baru (new). “Tulisan jurnalistik,” menurut Al Hester adalah tulisan yang memberi pembaca pemahaman atau informasi yang tidak ia ketahui sebelumnya. b. Nyata (faktual), yakni informasi tentang sebuah fakta bukan fiksi Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata (red evant), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement) sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pela pengertian sebuah berita harus merupakan informasi tentang sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya. c. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga dan sebagainya. d. Menarik, artinya mengundang orang banyak untuk membaca berita yang kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping yang aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang bersifat menghibur, mengandung keganjilan atau keanehan, atau berita human interest (menyentuh emosi, menggugah perasaan). Fungsi dan tujuan Pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah suatu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia (Nurhadi, 2004 :191).
Kurikulum ini menitikberatkan pada kegiatan siswa, yaitu siswa sebagai produsen bukan lagi sebagai konsumen, siswa mengontruksikan sendiri pemahamannya, juga siswa dituntut untuk aktif, kritis, dan kreatif. Kurikulum yang mengutamakan pendidikan (education) bukan pengajaran (intruction), serta siswa bekerja dan berkarya, guru mengarahkan bukan guru acting siswa menonton. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada hakikatnya berorientasi pada pemelajaran bahasa. Oleh karena itu, pemelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis. Standar kompetensi mata pelajaran mempunya fungsi dan tujuan dalam pemelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam kurikulum, fungsi dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, yaitu : 1. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa; 2. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pengembangan budaya; 3. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 4. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah; 5. Sarana pengembangan penalaran; 6. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan Indonesia (Depdiknas, 2003 :6) Tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Nurhadi, 2004 : 196) sebagai berikut : 1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahsa persatuan (nasional) dan bahasa negara; 2. Siswa memahami bahasa dan sastra Indonesia dari bentuk, makna, dn fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan; 3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa dan sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosi, dan kematangan sosial; 4. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis); 5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untung mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahsa;
6. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia; Dalam KBK pengajaran bahasa Indonesia dikembalikan pada kedudukan yang sebenarnay, yaitu melatih siswa membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan mengapresiasikan sastra yang sesungguhnya. Tugas guru adalah melatih siswa membaca sebanyak-banyaknya, menulis sebanyakbanyaknya, dan berdiskusi sebanyak-banyaknya (Nurhadi, 2004 :191). Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dalam pemelajaran bahasa Indonesia harus lebih menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pemelajaran. Hal tersebut penting dalam pemelajaran, siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan guru, tetapi siswalah yang seharusnya menggali bakat dan potensinya dalam pemelajaran. Kompetensi dasar mencakup aspek kemampuan berbahasa dan bersastra. Kemampuan bersastra diintegrasikan kedalam kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan bersastra (Depdiknas, 2003 : 13). Kriteria penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa yaitu sebagai berikut ; Yang pertama yaitu kesesuaian judul da nisi jika isi dan judul sesuai maka akan mendapat skor 4, jika judul dan isi kurang relevan maka akan mendapat skor 2, jika isi dan judul tidak relevan di beri skor 1 dan jika tidak mengerjakan maka tidak mendapat skor atau 0. Penilaian kedua yaitu pilihan kata atau dikti, jika pilihan kata tepat dan variatif maka mendapatkan skor 4, jika pilihan kata tepat tapi kurang variatif maka diberikan skor 2, sedangkan jika beberapa kata yang tidak variatif maka mendapatkan skor 1, jika tidak mengerjakan maka tidak mendapatkan skor atau 0. Penilaian ketiga yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam berita, yaitu jika terdapat unsur what maka mendapat skor 2, unsur when diberi skor 2, jika terdapat unsur where diberi skor 2, jika terdapat unsur why diberi skor 2, jika terdapat unsur who maka diberi nilai 2, dan jika terdapat unsur how maka diberi skor 2. Dari keseluruhan total skor maksimal yaitu 20.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dibuat atas persetujuan Kepala Sekolah dan Guru SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP SMP Negeri 1 Ciomas
Kabupaten Bogor. Berdasarkan judul penelitian, yaitu Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Kabupaten Bogor., maka peneliti menggunakan metode eksperimen. Alasan menggunakan metode eksperiman karena penelian ini melibatkan kegiatan percobaan untuk melihat hasil yang diketahui dari variabelvariabel yang diselidiki, sehingga dapat diketahui besar efektivitas penggunaan model Group Investigation dalam pembelajaran keterampilan menulis. Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Metode eksperimen digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antar dua faktor yang sengaja ditimbulkan (Arikunto, 2006:3). Karena penelitian ini melibatkan percobaan untuk melihat hasil yang diketahui dari variabelvariabel yang diselidiki, sehingga dapat diketahui seberapa besar efektifitas penerapan model Group Investigation dalam pembelajaran keterampilan menulis berita. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode eksperimen. Metode eksperimen digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antar dua faktorang yang sengaja ditimbulkan (Arikunto, 2006:3).Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dari tanggal 18 oktober hingga tanggal 26 oktober.Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas yang terdiri atas sembilan kelas berjumlah 324 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 siswa yaitu kelas 8-3 yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas eksperimen, dan kelas 8-9 berjumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan teknik angket. Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis berita, sedangkan teknik angket digunakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa pada saat pembelajaran menulis berita dengan menggunakan model Group Investigation.Angket adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari beberapa responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 1998 : 140). Angket diberikan kepada siswa sebanyak satu kali kepada kelas eksperimen. Angket yang
diberikan kepada kelas eksperimen berjenis angket tertutup, artinya angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 1998 : 141).Angket digunakan oleh peneliti berguna untuk mengetahui dan mencari informasi pendapat siswa kelas VIII SMP NEGERI 1 Ciomas Kabupaten Bogor mengenai kendala-kendala yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif dengan teknik Group Investigation . Dalam penelitian pembelajaran kemampuan menulis berita dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation hanya diberikan kepada kelas eksperimen. Angket yang disebarkan bersifat tertutup artinya alternatif jawaban sudah disediakan, pilihan jawaban hanya ada A, B, C atau tidak ada pilihan lain. Model pembelajaran Group Investigation adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru yang dilakukan dengan cara memberi siswa pengarahan, lalu membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok diberi bacaan atau teks berita dan lembar kerja yang berbeda, dan setiap kelompok harus menemukan hal-hal yang terdapat dalam bacaan dan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja, lalu masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Kemampuan menulis berita adalah kemampuan siswa kelas VIII SMP NEGERI 1 Ciomas Kabupaten Bogor dalam menulis kejadian atau peristiwa hangat berdasarkan unsur-unsur yang terdapat dalam berita. Penelitian eksperimen ini sebagai salah satu cara mendapatkan hasil dari perlakuan yang diberikan oleh peneliti pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol hanya sebagai pembanding dalam menentukan hasil kemampuan siswa dalam menulis berita. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberi perlakuan, dengan menggunakan model Group Investigation sedangkan kelompok kelas kontrol merupakan kelompok yang menggunakan
Interval Nilai 85-100 75-84 60-74 40-59 0-39
model Cooferative Integrate Reading and Composition (CIRC). Kedua kelompok diukur untuk memastikan apakah penggunaan model Group Investigation pada kelas eksperimen dapat memberikan perubahan yang lebih besar dari pada kelas kontrol. HASIL PENELITIAN Peneliti menyajikan hasil penelitian Penerapan Model Group Investigation dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas Bogor. Uraian pada bab ini meliputi hasil penelitian (data tes, baik prates maupun postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, data angket, pembahasan hasil data dan pembuktian hipotesis). Temuan penelitian dimulai dari rekapitulasi prates kelas eksperimen dan postes kelas eksperimen, kemudian dilanjutkan pada prates kelas kontrol dan postes kelas kontrol hingga mencapai ketuntasan hasil belajar. Hasil tes yang dilakukan di kelas eksperimen. Pada tes pertama (prates) memahami puisi diperoleh hasil bahwa siswa mempunyai kemampuan pada taraf kurang mampu dalam menulis berita, dengan nilai rata-rata 5,04. Tes kedua (postes) menulis berita diperoleh hasil nilai rata-rata 7,5 angka tersebut berada pada taraf mampu. Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan mean dengan menggunakan t-test, diperoleh harga to adalah 3,50. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa harga to signifikan karena nilai to yaitu 1,67<3,50>2,39.
Tabel 1 REKAPITULASI DATA POSTES MENULIS BERITA KELAS EKSPERIMEN Interval persentase Frekuensi Persentase Interpretasi Penguasaan 85%-100% Sangat mampu 75%-84% Mampu 60%-74% 9 25% Cukup mampu 40%-59% 27 75% Kurang mampu 0%-39% Tidak mampu
Berdasarkan tabel di atas, data prates kelas eksperimen dapat terlihat bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 75-84 dengan interpretasi mampu dan tidak ada yang mendapatkan nilai 85-100 dengan
interpretasi mampu sekali. Selanjutnya terdapat 9 siswa atau 25% mendapatkan nilai 60-74 dengan interpretasi cukup mampu, 27 siswa atau 75% mendapatkan nilai 40-59 dengan interpretasi kurang
mampu dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 0-39 dengan interpretasi tidak mampu. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan prates siswa dikelas eksperimen dalam menulis berita dengan presentase tertinggi yaitu 75% pada interval penguasaan nilai 40-59 dengan interpretasi kurang mampu.sedangkan persentase terendah yaitu 25% pada interval penguasaan nilai 60-74 dengan interpretasi cukup mampu.
Interval nilai 85-100 75-84 60-74 40-59 0-39
Tabel 2 REKAPITULASI DATA POSTES MENULIS BERITA KELAS EKSPERIMEN Interval persentase Frekuensi Persentase Interpretasi penguasaan 85%-100% 1 2,7% Sangat mampu 75%-84% 27 75% Mampu 60%-74% 4 11,1% Cukup mampu 40%-59% 2 5,5% Kurang mampu 0%-39% Tidak mampu
Berdasarkan tabel di atas, data postes kelas eksperimen dapat terlihat bahwa 1 siswwa atau 2,7% mendapatkan nilai 85-100 dengan interpretasi sangat mampu, 27 siswa atau 75% mendapatkan nilai 75-84 dengan interpretasi mampu, 4 siswa atau 11,1% mendapatkan nilai 40-59 dengan interpretasi kurang mampu, dan tidak ada yang mendapatkan nilai 0-39 dengan interpretasi tidak mampu.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan postes siswa di kelas eksperimen dalam menulis berita dengan presentase tertinggi yaitu 75% pada interval penguasaan nilai 75-84 dengan interpretasi mampu, namun presentasi tertinggi dengan interpretasi sangat mampu yakni 2,7% sedangkan, presentase terendah yaitu 5,5% pada interval penguasaan nilai 40-59 dengan interpretasi kurang mampu.
Tabel 3 REKAPITULASI DATA PRATES MENULIS BERITA KELAS KONTROL Interval Nilai Interval Presentase Frekuensi Presentase Interpretasi Penguasaan 85-100 85%-100% Sangat mampu 75-84 75%-84% Mampu 60-74 60%-74% 2 5,6% Cukup mampu 40-59 40%-59% 34 94,4% Kurang mampu 0-39 0%-39% Tidak mampu tidak ada yang mendapatkan nilai 85-100 dalam Berdasarkan tabel di atas, data prates kelas interpretasi sangat mampu. Lalu terdapat 2 siswa kontrol dapat terlihat tidak ada yang mendapatkan atau 5,6% mendapatkan nilai 60-74 dengan nilai 75- 84 atau dalam interpretasi mampu, dan
interpretasi cukup mampu, 34 siswa atau 94,4% mendapatkan nilai 40-59 dengan interpretasi kurang mampu, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 0-39 dengan interpretasi tidak mampu.
Interval Nilai 85-100 75-84 60-74 40-59 0-39
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan prates siswa dikelas kontrol dalam menulis berita dengan presentase tertinggi yaitu 94,4% pada interval penguasaan kurang mampu, sedangkan presentase terendah yaitu 5,6% pada interval penguasaan cukup mampu.
Tabel 4 REKAPITULASI DATA POSTES MENULIS BERITA KELAS KONTROL Interval Persentase Frekuensi Persentase Interpretasi Penguasaan 85%-100% Sangat mampu 75%-84% 3 8,33% mampu 60%-74% 16 44,4% Cukup mampu 40%-59% 6 16,6% Kurang mampu 0%-39% 11 30,5% Tidak mampu
Berdasarkan tabel di atas, data postes kelas kontrol tidak ada yang mendapatkan nilai 85-100 dengan interpretasi sangat mampu, lalu terdapat 3 siswa atau 8,33% mendapatkan nilai 75-84 dengan interpretasi mampu, 16 siswa atau 44,4% mendapatkan nilai 60-74 dengan interpretasi cukup mampu, 11 siswa atau 30,5% mendapatkan nilai 039 dengan interpretasi tidak mampu.Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkanbahwa kemampuan postes siswa dikelas kontrol dalam menulis berita dengan presentase tertinggi yaitu 44,45 pada interval
penguasaan nilai 60-74 dengan interpretasi cukup mampu. Sedangkan presentase terendah 8,33% pada interval 75-84 dengan interpretasi mampu. PEMBAHASAN Hasil penelitian dibahas pada perbandingan nilai prates dan postes kelas eksperimen dan kelas control(5W+1H), untuk memperjelas maka disajikan sesuai dengan tabel di bawahini.
Tabel 5 PERBANDINGAN NILAI PRATES DAN POSTES KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Prates Postes Keterangan Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Nilai maksimal 60 60 85 75 Nilai minimal 40 40 55 40 Nilai rata-rata 5,04 4,6 7,5 5,1 Kurang Kurang Mampu Kurang
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut. Hasil tes yang dilakukan di awal (prates) menulis berita yang diperoleh pada kelas kontrol bahwa siswa kurang mampu dalam menulis berita tanpa menggunakan model pembelajran Group Investigation dengan nilai rata-rata 4,6 sedangkan pada hasil tes akhir (postes) menulis berita pada kelas kontrol bahwa siswa mengalami peningkatan namun masih dalam interpretasi kurang mampu dalam menulis berita tanpa menggunakan model Group Investigation dengan nilai rata-rata 5,1. Hasil tes awal (prates) menulis berita yang diperoleh pada kelas eksperimen bahwa siswa kurang mampu dalam menulis berita tanpa menggunakan model Group Investigation dengan nilai rata-rata 5,04, sedangkan pada hasil tes akhir (postes) menulis berita pada kelas eksperimen bahwa siswa mengalami peningkatan menjadi mampu dalam menulis berita menggunakan model Group Investigation dengan nilai rata-rata 7,5. Berdasarkan data hasil siswa bahwa terdapat peningkatan nilai siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Group Investigation dari interpretasi kurang mampu menjadi mampu. Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan mean dengan menggunakan rumus ttes, diperoleh harga to adalah 3,50, t0,95 = 1,67 dan harga t0,99 = 2,39 dengan demikian to lebih besar dari pada tt 1,67<3,50>2,39. Jadi, hasil analisis menunjukan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation merupakan salah satu cara menulis berita berdasarkan unsur-unsur yang terdapat pada berita. Dengan demikian terlihat bahwa model Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan menulis berita. Penggunaan model Group Investigation yang menjadi model penelitian ini pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas tidak mempunyai kendala dalam menulis berita terbukti dari hasil angket siswa yang menjelaskan dari 36 siswa DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Jakarta : PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2010 : Bahasa Jurnalistik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Lie, Anita. 2010. Coopetative Learning. Jakarta: Grasindo. Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik. Bandung : Nuansa.
sebanyak 12 siswa (33,3%) menjawab ia mengalami kendala ketika menulis berita menggunakan model Group Investigation dan 24 siswa (66,7%) menjawab ia mengalami kendala menulis berita menggunakan model group Investigation. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya siswa menjawab ia mengalami kendala dalam menulis berita dengan menggunakan model Group Investigation dan sebagian besar menjawab tidak mengalami kendaladalam menulis berita dengan menggunakan model Group Investigation. KESIMPULAN Penggunaan model Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan menulis berit pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas dan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ciomas sebagian besar tidak mengalami kendala dalam menulis berita dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation, namun ada beberapa siswa yang masih mengalami kendala pada saat menulis berita berdasarkan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah berita (5W+1H).Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai menulis berita di kelas eksperimen.Hasil prates yang dilakukan di kelas eksperimen diperoleh data bahwa siswa mempunyai tingkat kemampuan p 50%, dengan nilai rata-rata 5,04. Hasi postes yang diperoleh di kelas eksperimen setelah menggunakan model pembelajaran group investigation berada pada taraf mampu atau berada pada tingkat kemampuan 75,4%, dengan nilai rata-rata 7,5, dengan kata lain berarti mengalami peningkatan 25% atau 25,4. Bukti ini dikuatkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara skor hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan mean menggunakan rumus t-tes, diperoleh harga t0= 3,50 lebih besar dari harga tt baik ditaraf signifikan t0,95 = 1,67 maupun taraf signifikan t0,99 = 2,39.
Lie,
Anita. 2005. Coopertaive Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta :Gramedia. Pranoto, Naning. 2004. Creative writing. Jakarta: Primadia Pustaka. Romli, Asep Syamsul. 2001. Jurnalistik Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sabarti, Akhadiah. 1986. Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tarigan, Herdry Guntur. 2008. Menulis. Bandung : Angkasa. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Putra. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Yudha, Asep Wirajaya. 2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasion
memulai pendidikan formal pertama tahun 1997 masuk ke Sekolah Dasar Negeri Bogor Baru dan lulus tahun 2003, melanjutkan ke Sekolah Menegah Pertama Negeri 11 Bogor dan lulus tahun 2006, lalu melanjutkan Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 1 Bogor lulus tahun 2009. Pada tahun 2009 melanjutkan Pendidikan ke Universitas Pakuan Bogor, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, mengambil jurusan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
2. BIODATA PENULIS
1.
Ryndy Setiawati Oktaviani, dilahirkan di Bogor, pada tanggal 17 Oktober 1990. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Dedi Rachmat dan Ibu Titin Suhertini. Ryndy Setiawati Oktaviani
3.
Suhendra,Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Universitas Pakuan. Rina Rosdiana, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Universitas Pakuan.