PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH (Studi Kasus pada Kelas XI SMAN 1 Salatiga) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Peneliti: Novita Felicia (702011127) Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga November 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH (Studi Kasus pada Kelas XI SMAN 1 Salatiga) 1)
Novita Felicia, 2)Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email: 1)
[email protected], 2)
[email protected] Abstract The problem in this study is the number of materials in the subjects of history that can not be solved in the classroom. The learning method used is conventional in which the teacher as lecturer and students as listeners. The research objective to be achieved, namely to determine the effect the implementation of learning blended learning model. This study uses a quasi-experimental design with non-equivalent control group design. Results of research have shown that the application of learning models of blended learning on the subjects of history may impact the students' learning process.
Keywords: Blended learning, students' learning process.
Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya materi dalam mata pelajaran Sejarah sehingga tidak bisa diselesaikan dikelas.Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah konvensional dimana guru sebagai penceramah dan siswa sebagai pendengar. Tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran blended learning. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental Design dengan desain kelompok kontrol non setara. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran blended learningpada mata pelajaran Sejarah dapat memberikan pengaruh terhadap proses belajar siswa. Kata kunci : Blended learning, proses belajar siswa
1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1. Pendahuluan Pelajaran Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter individu yang lebih baik. Dalam proses pembelajarannya lebih menekankan pada kemampuan dan ketrampilan peserta didik untuk memahami serta menanamkan nilai-nilai bersosial yang baik. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai proses pembelajaran disekolah sudah banyak. Hal ini juga dilakukan oleh pihak SMA Negeri 1 Salatiga. Guru dan siswa sudah banyak yang menggunakan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi sebagai proses belajar. Manfaat teknologi yang ada tidak akan sia-sia dan dapat digunakan dengan semaksimal mungkin supaya dapat membantu atau memberikan kemudahan siswa dan guru dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Hasil wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Salatiga pada tanggal 9, 10 dan 11 Juli 2015, yaitu terlalu banyaknya materi pelajaran sejarah sehingga waktu yang ada tidak memungkinkan untuk dapat menyelesaikannya di kelas. Dalam arti butuh tambahan waktu untuk dapat belajar di luar jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus selalu berinovasi dalam proses pembelajaran dengan cara menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat mempermudah siswa untuk belajar. Penggunaan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang menarik merupakan wujud nyata dari kreatifitas guru agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran juga mempermudah siswa dalam belajar, mendorong siswa untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Untuk mempermudah siswa dalam belajar Sejarah sehingga diusulkan untuk menggunakan blended learning yang mengakomodasi pembelajaran di kelas dan di luar kelas dengan bantuan quipperschool. Penggunaan model pembelajaran blended learning pada mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas XI belum dilakukan, maka dilakukan penelitian tentang penerapan blended learning berbantuan quipperschool. Penelitian ini dilakukan sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran blended learning pada mata pelajaran Sejarah dalam proses belajar. 2. Tinjauan Pustaka Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizki Rahmawati, Sudiyanto, Sri Sumaryati. [2015] KEEFEKTIFAN PENERAPAN E-LEARNINGQUIPPERSCHOOL PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSIDI SMA NEGERI 2 SURAKARTA. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) terdapat keefektifan penerapan e-learning- Quipper School pada pembelajaran akuntansi di SMA Negeri 2 Surakarta, berdasarkan T-Test atau uji t dua pihak dihasilkan t hitung = 2,825 > ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5%, (2) Faktor-faktor yang mendukung keefektifan penerapan e-learning Quipper School yaitu tersedianya teknologi komunikasi yang semakin canggih dan dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran, efektif dari segi waktu, membuat siswa merasa
senang, penyajian materi pelajaran yang menarik serta mudah dipahami, penguasaan teknologi informasi siswa yang sudah sangat bagus, dan ketersediaan laptop dan telepon seluler yang memadai. Faktor-faktor yang menghambat keefektifan penerapan e-learning-Quipper School yaitu ketersediaan internet yang belum memadai dan belum menjangkau semua kelas, tidak semua materi pelajaran cocok untuk diajarkan menggunakan e-learning, dan ketersediaan laboratorium komputer yang belum memadai [1]. Selanjutnya, hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ferry Dwi Cahyadi, Suciati, Riezky Maya Probosari. [2011] PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA 4 PUTRA SMA RSBI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase aspek berpikir kritis dari tes esai, seperti siklus 1 56,82%, siklus 261,93%, siklus 3 68,94% dan siklus 4 75,75%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 1) blended learning dapat diterapkan dalam proses pembelajaran biologi, 2) dicampur pembelajaran bisa digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis [2]. Berdasarkan penelitian dan jurnal yang berkaitan, penelitian ini akan menerapkan pembelajaran blended learning dengan berbantuan media berbasis online yaitu quipperschool. Diharapkan dengan diterapkannya blended learning berbantuan quipperschool dapat memberikan pengaruh pada mata pelajaran Sejarah, memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar guru dan siswa. Untuk membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, penelitian sekarang menerapkan model blended learning dengan media bantu quipperschool sebagai sarana bantu dalam proses belajar siswa dan guru. Penelitian sekarang model blended learning diterapkan pada mata pelajaran Sejarah Indonesia untuk siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Salatiga. Quipperschool sebagai media sarana membantu memudahkan guru dan siswa, media ini termasuk di dalam e-learning. E-learning mampu meningkatkan pengalaman belajar sebab siswa dapat belajar dimanapun dan dalam kondisi apapun selama dirinya terhubung dengan internet tanpa harus mengikuti pembelajaran tatap muka (face to face learning) [3]. Model blended learning merupakan pencampuran antara online dan pertemuan tatap muka (face to face meeting) dalam satu aktivitas pembelajaran [4]. Blended learning juga berarti menggunakan sebuah variasi metode yang mengombinasikan pertemuan tatap muka langsung di kelas tradisional dan pengajaran online, memiliki kelebihan yaitu siswa memiliki banyak waktu belajar dibawah bimbingan oleh guru [5]. Dari pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa model blended learning mendukung keuntungan e-learning termasuk pengurangan biaya, efisiensi waktu, dan kenyamanan tempat untuk siswa dapat memahami pribadi dalam masalah penting dan dapat memberi motivasi ketika pembelajaran tatap muka. Pembelajaran blended mengkombinasikan metode pendidikan konvensional (tatap muka) dengan pembelajaran yang ditunjang dengan adanya teknologi [6]. Kelebihan model blended learning: (1) Siswa leluasa untuk mempelajari materi pembelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online, (2) Siswa dapat
melakukan diskusi dengan guru maupun siswa begitu juga sebaliknya diluar jam tatap muka, (3) Guru dapat menambahkan materi maupun meminta siswa untuk membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran, (4) Guru dapat menyelenggarakan kuis, serta memberikan balikan [7]. Tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan blended learning agar hasilnya optimal, yaitu: (1) Tetapkan macam dan materi bahan ajar, (2) Tetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan, (3) Tetapkan format dari online learning, misalnya pdf, atau link yang digunakan, (4) Lakukan uji coba terhadap rancangan yang dibuat, (5) Menyelenggarakan blended learning dengan baik, (6) Menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning [7]. Media Pembelajaran adalah alat atau komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran [8]. Media pembelajaran adalah alat atau bentuk stimulus yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Definisi lain mengenai media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan untuk terjadinya proses belajar [9]. Media pembelajaran juga dapat didefinisikan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjadi [10]. QuipperSchool merupakan salah satu media belajar yang dapat memudahkan siswa dalam belajar dan berbasis online, yang bertujuan memadukan dan memberdayakan guru dengan siswa secara online, menambah ilmu pengetahuan, memberikan kemudahan serta pengaruh positif. Banyak konten dalam quipperschool yang sudah disediakan dan akan digunakan sebagai pembelajaran sesuai yang diinginkan. Tujuannya adalah untuk menambah wawasan yang lebih dalam, belajar menjadi lebih menarik karena fitur quipperschool designya seperti games. QuipperSchool banyak menyediakan materi pelajaran dan soal yang terdiri atas ribuan topik untuk semua mata pelajaran kelas X, XI, XII. Setiap kelas dalam quipperschool dapat menampung hingga 60 siswa dan guru dapat membuat kelas sebanyak yang dibutuhkan. Melalui quipperschool, seorang pendidik juga dapat: 1) Memantau kegiatan belajar para siswa (nilai tugas/ PR siswa), 2) Melihat analisa data/grafik perkembangan diri siswa, 3) Melihat analisa topik mana yang sudah atau belum dikuasai oleh siswa, 4) Mengirimkan pesan pribadi atau menanggapi pertanyaan siswa, 5) Membuat pengumuman untuk siswa. Keuntungan menggunakan quipperschool yaitu bisa diakses dimanapun dan kapanpun, tidak perlu berbayar, layanan ini gratis, pembelajaran dengan diterapkannya blended learning dibantu dengan quipperschool menjadi lebih menarik dan mempermudah siswa dalam belajar [11]. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi (mixed methods) dengan model concurrent embedded (campuran tidak berimbang). Metode kombinasi model concurrent embedded (campuran tidak
berimbang) adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang”, dimana metode kuantitatif adalah sebagai metode primer, sedangkan metode kualitatif sebagai metode sekunder [12]. Rancangan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimental Design dengan desain Nonequivalent Control group design yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen dengan pencapaian kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Pola Rancangan Penelitian [13] Keter angan :
Kelompok
Pretest
Posttest
O1
Perlakuan (treatment) X
Eksperimen Kontrol
O3
-
O4
O2
O1
O4 =post
=pretest kelas eksperimen
test kelas kontrol
O2
=posttest kelas eksperimen
X
=perlakuan atau treatment
O3
=pretest kelas kontrol
-
=tidak ada perlakuan
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah dua kelas dengan jumlah siswa 64. Sampel yang digunakan adalah kelas XI MIA 5 dan XI MIA 6 yang berjumlah masing-masing 32 siswa. Dalam penelitian ini kelas eksperimen dan kontrol (kelas MIA 5 dan MIA 6) adalah kelas dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode blended learning berbantuan quipperschool. Kelas kontrol adalah kelas yang dijadikan pembanding atau diterapkan konvensional. Penelitian ini terdapat variabel penelitian, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, nilai dari orang lain, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya [14]. Adapun variabel yang digunakan ada dua macam yaitu: 1) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi faktor penyebab perubahan pada variabel lain. 2) Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas [15]. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu (1) Tahap persiapan, (2) Tahap pelaksanaan, (3) Tahap pengolahan dan analisis data [16]. Tabel 2 Tahapan Penelitian No. 1.
Tahapan Penelitian Tahap Persiapan
Keterangan -Menyusun daftar pertanyaan wawancara pra penelitian -Wawancara sebelum penelitian -Studi Literature -Menentukan populasi dan sampel -Menyusun wawancara setelah penelitian
2.
Tahap Pelaksanaan
3.
Tahap Pengolahan dan analisis data
-Menyusun angket -Menyiapkan materi dan RPP -Menyiapkan media (quipperschool) -Menyusun soal tes -Memberikan tes awal (pretest) kelas kontrol dan eksperimen -Memberikan treatment atau perlakuan -Memberikan tes akhir (posttest) kelas kontrol dan eksperimen -Memberikan angket siswa -Wawancara setelah penelitian -Mengolah hasil pretest -Mengolah hasil posttest -Mengolah hasil angket dan wawancara
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi penyusunan daftar pertanyaan untuk wawancara pra penelitian. Wawancara pra penelitian dilakukan dengan guru sejarah kelas XI MIA 5, XI MIA 6 dan salah satu siswa. Studi Literature untuk mengumpulkan referensi mengenai permasalahan yang akan diteliti. Menentukan populasi dan sampel penelitian yang nantinya akan diterapkan model pembelajaran blended learning dengan bantuan quipperschool. Membuat instrument penelitian berupa wawancara setelah penelitian, serta menyusun angket. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa materi yang akan dibahas atau diajarkan dalam penelitian serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menyiapkan media yang akan dipakai guna membantu proses penelitian yaitu quipperschool serta mendesain supaya cocok dengan tujuan yang diharapkan. Membuat instrument penelitian berupa tes, tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam artian evaluasi atau tugas setelah siswa membaca atau mempelajari materi. Pada tahap pelaksanaan, siswa diberikan pretest untuk kelas eksperimen dan kontrol, guna melihat kemampuan siswa atau evaluasi sebelum diberi perlakuan. Setelah diberi pretest, kemudian diberikan treatment atau perlakuan pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool. Treatment atau perlakuan guna melihat nilai belajar siswa setelah diberi perlakuan yaitu diberikan posttest. Memberikan angket kepada siswa yang berisi tanggapan atau respon siswa terhadap model pembelajaran blended learning yang diterapkan. Melakukan wawancara setelah penelitian, kemudian merekap atau mengolah skor angket untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Tahapan yang terakhir adalah tahap pengolahan dan analisis data, mengolah data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol, mengolah data hasil angket, merekap wawancara. Hasil dari tugas atau evaluasi akan dibandingkan antara sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat pengaruh model blended learning pada mata pelajaran sejarah terhadap peningkatan nilai tugas pada proses belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran blended learning berbantuan aplikasi quipperschool sebagai media evaluasi. Langkah selanjutnya menghitung hasil perhitungan semua data yang dianalisa kemudian diambil kesimpulan
berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data. Pembuatan laporan penelitian atau penarikan kesimpulan dibuat berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Metode wawancara digunakan untuk mengetahui informasi mengenai keadaan awal dan akhir penelitian. Wawancara sebelum penelitian digunakan untuk mengetahui informasi dari guru mengenai model pembelajaran blended learning. Wawancara setelah penelitian digunakan untuk mengetahui keadaan atau hasil setelah diterapkan model pembelajaran blended learning. (2) Metode test bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa baik pretest dan posttest atau baik sebelum diberi perlakuan maupun sesudah diberi perlakuan. (3) Metode angket digunakan untuk dapat mengumpulkan data dari siswa-siswi yang berisi tanggapan atau respon siswa terhadap model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool. Adapun Desain pembelajaran blended learning dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 1 Desain pembelajaran blended learning (dimodifikasi dari Soekartawi, 2005) [17]. No. 1
2
Tahap-tahap prosespembelajaran Tahap penetapan materi bahan ajar
Kegiatan Guru
Kegiatan siswa
Tahap menetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan
2. Rancangan dari blended learning yang 2. Siswa diminta untuk digunakan kerja kelompok membentuk kelompok a. Guru menampilkan film pendidikan a. Siswa memperhatikan film terkait dengan tokoh nasionalisme pendidikan yang ditayangkan b. Guru memberikan waktu untuk siswa b. Siswa diberi waktu untuk berdiskusi berdiskusi menceritakan c. Guru menampilkan gambar tokoh-tokoh kembali apa yang ada dalam nasionalisme dari berbagai Negara film tersebut d. Guru mendorong siswa untuk bertanya c. Siswa memperhatikan hal-hal yang terkait dengan gambar gambar tokoh-tokoh yang diamati. nasionalisme yang e. Guru menampilkan gambar tokoh ditampilkan Nasionalisme di Indonesia. d. Siswa diminta untuk f. Guru mendorong siswa untuk bertanya mengamati gambar tokoh hal-hal yang terkait dengan gambar nasionalisme di Indonesia yang diamati. e. Siswa diminta untuk g. Guru menegaskan kembali topik berdiskusi mengenai topik Pembelajaran yang akan dibahas pada yang ditentukan hari ini. f. Siswa bertanya mengenai halh. Guru memberikan pengantar tentang hal yang terkait yang sedang munculnya nasionalisme di Indonesia dibahas i. Memberi waktu kepada peserta didik g. Siswa memperhatikan guru untuk berdiskusi. menjelaskan topik yang akan Kelompok I mendiskusikan dan dibahas membuat rumusan tentang : Organisasi h. Siswa memperhatikan guru Budi Utomo menyampaikan pengantar Kelompok II mendiskusikan dan materi akar-akar
1. Guru menetapkan macam dan materi 1. Siswa mempersiapkan buku bahan ajar, materi dalam wujud buku cetak masing-masing maupun cetak panduan maupun LKS LKS
membuat rumusan Organisasi Sarekat Islam Kelompok III mendiskusikan dan membuat rumusan tentang organisasi Indische Partij j. Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok atau perwakilan k. Kelompok lain menanggapi dan bertanya
3.
nasionalisme. i. Siswa berdiskusi secara berkelompok membahas topik yang akan dibahas. j. Siswa mempresentasikan hasil dari diskusi masingmasing kelompok k. Siswa dari kelompok lain memberikan pertanyaan atau menanggapi.
Tahap penetapan format dari on-line learning apakah bahan ajar tersedia dalam format html (sehingga mudah di cut dan paste) atau dalam format PDF (tidak bisa dicut and paste). Tahap uji coba terhadap rancangan yang dibuat
a. Guru memberikan informasi mengenai 3. Siswa mendapat informasi alamat website atau link yang akan untuk mengakses alamat dipelajari selanjutnya yaitu website yang akan digunakan www.quipperschool.com dalam pembelajaran selanjutnya yaitu www.quipperschool.com a. Guru meminta siswa untuk mengakses nya dan mencoba-coba masuk dalam alamat website nya
4. Siswa mencoba-coba mengakses dan mempelajari quipperschool
5
Tahap Menyelenggarakan blended learning dengan baik sambil juga menugaskan instruktur khusus (guru)
5. Siswa belajar bagaimana cara membuat akun yang akan digunakan dalam pembelajaran selanjutnya, mengecek atau mendaftar bagi yang belum mempunyai akunnya, mengecek bagi yang sudah pernah log in sebelumnya.
6.
Tahapan persiapan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning
5. Mendaftar sebagai akun a. Guru wajib menjawab ataupun mengajari siswa yang bertanya mengenai bagaimana cara membuat akun quipperschool yang akan dipakai. b. Guru memberikan pengarahan terhadap pemakaian website yang digunakan c. Guru memastikan semua akun siswa sudah jadi dan dilakukan pengecekan atau penerimaan kode kelas,dll. a. Setiap guru mempunyai kriteria bagaimana blended learning yang digunakan bisa dikatakan berhasil b. Semua sudah di desain, materi, soal evaluasi untuk siswa. c. Guru meminta siswa untuk melakukan evaluasi dengan cara mengakses dalam quipperschool.
4
6. Siswa diminta untuk mulai mengerjakan soal evaluasi yang sudah disediakan di dalam quipperschool.
Teknik analisis data dalam penelitian ini antara lain : (1) Reduksi data. (2) Penyajian data. (3) Penarikan kesimpulan. Selain itu juga menggunakan teknik analisis data Trianggulasi. 4. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan lembar wawancara yang telah dilakukan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran blended learning dilaksanakan selama empat pertemuan. Tahapan dari blended learning ini memiliki 6 tahapan yang akan dibahas dibawah ini meliputi menetapkan materi dan bahan ajar, menetapkan rancangan blended learning yang digunakan, menetapkan format dari online learning, melakukan uji coba terhadap rancangan
yang dibuat, menyelenggarakan blended learning dengan baik, menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning. Adapun hasil dari tahapan tersebut mendapat kendala dan solusi. Sebelum masuk ke dalam penjelasan tahapan, disini ada penjelasan mengenai model blended learning terlebih dahulu. Blended learning adalah model pembelajaran yang menggabungkan ciriciri terbaik dari pembelajaran di kelas tatap muka dan ciri-ciri terbaik pembelajaran online. Ada dua kategori utama dalam blended learning, antara lain : (1) Peningkatan bentuk aktivitas tatap muka (face to face). Dalam hal ini blended learning merujuk pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktivitas tatap muka, baik dengan jejaring (web) misalnya yang tidak mengubah model aktivitas, (2) pembelajaran campuran (hybrid learning) pembelajaran model ini mengurangi aktivitas tatap muka tapi tidak menghilangkannya. Tujuan penerapan blended learning adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran, sedangkan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal. Blended learning menjadi sangat penting dan dibutuhkan pada saat: (a) Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya, (b) mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan siswa, (c) siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar, (d) membantu proses percepatan pengajaran. Alasan dalam pemilihan blended learning adalah (1) Siswa leluasa untuk mempelajari materi pembelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online, (2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan guru maupun sebaiknya diluar jam tatap muka, (3) Guru dapat menambahkan materi maupun meminta siswa untuk membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran, (4) Guru dapat menyelenggarakan kuis, dan memberikan balikan. Tahapan dari blended learning ini memiliki 6 tahapan, meliputi menetapkan materi dan bahan ajar, menetapkan rancangan blended learning yang digunakan, menetapkan format dari online learning, melakukan uji coba terhadap rancangan yang dibuat, menyelenggarakan blended learning dengan baik, menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning. Adapun hasil dari tahapan tersebut mendapat kendala dan solusi. Tahapan yang pertama adalah Menerapkan materi bahan ajar, guru menentukan bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa, bahan ajar yang dapat dipelajari dengan berinteraksi melalui tatap muka. Dalam pertemuan pertama guru dan siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar secara tatap muka di kelas. Materi dan bahan ajar yang digunakan yaitu LKS, buku materi sejarah, dan sumber lain dari internet yang sudah guru persiapkan untuk siswa. Bahan ajar yang dapat dipelajari oleh siswa yaitu, guru memberikan pengumuman untuk belajar atau mempelajari materi selanjutnya dirumah sebelum dibahas atau sebelum guru menjelaskan. Kendala yang dialami pada tahapan pertama, yaitu siswa bermalas-malasan mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru melalui buku materi sejarah. Untuk mengatasi hal tersebut,
guru melakukan variasi melewati cerita-cerita humor supaya siswa semangat belajar lagi, siswa menyimak cerita guru, begitu cerita selesai, guru mengajak untuk kembali ke materi yang tadi disampaikan. Tahapan kedua, Menetapkan rancangan blended learning yang digunakan. Pada tahapan ini guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok. Dalam membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-7 siswa. Guru menampilkan gambar-gambar tokoh nasionalisme dan film dokumenter nasionalisme. Guru meminta siswa untuk berdiskusi menganalisis atau menceritakan kembali film yang mereka tonton. Kendala yang dialami pada tahapan ini yaitu, masih ada siswa yang mengobrol atau cerita diluar konten yang sedang di diskusikan. Untuk mengatasi hal ini, siswa diberi waktu yang minim atau siswa yang mengobrol diluar konten ditunjuk untuk maju menyampaikan analisis yang dikerjakan atau menyampaikan hasil dari diskusi kelompoknya. Tahapan ketiga, Menetapkan format dari pembelajaran online- apakah bahan ajar tersedia dalam format HTML (sehingga mudah di cut dan paste) atau dalam format PDF (tidak bisa di cut atau paste). Karena pembelajaran online yang digunakan menggunakan jaringan internet, guru meminta siswa untuk mengaksesnya di rumah supaya bisa dicoba dulu sebelum guru menjelaskan di kelas. Guru meminta siswa untuk membuat akun quipperschool yang akan dipakai dalam evaluasi pembelajaran. Tahapan ke empat, Melakukan uji coba pada rancangan yang dibuat, guru mengecek apakah akun yang dibuat serta materi atau soal yang sudah dirancang bisa diakses dan tidak ada gangguan. Tahapan kelima, Menyelenggarakan blended learning dengan baik, siswa banyak yang bertanya bagaimana melakukan pendaftaran sebagai peserta, bagaimana siswa melakukan akses terhadap bahan ajar. Guru menjelaskan apa yang ditanyakan siswa dan melakukan praktik guna siswa mengerti bagaimana caranya login, serta mengakses materi dan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam pertemuan ini, guru meminta siswa untuk membaca materi yang sudah guru upload di dalam quipperschool. Dengan cara siswa masuk terlebih dahulu lewat akun yang sudah dibuat. Kendala yang ditemui yaitu tidak semua siswa mempunyai koneksi internet di rumah. Untuk mengatasi hal tersebut, perwakilan siswa dilaksanakan minimal satu siswa mengakses mewakili kelompok. Tahapan keenam, Menyiapkan kriteria evaluasi pelaksanaan blended learning. Kriteria disini guru menyiapkan isi materi yang sesuai dengan kualitas pembelajaran dalam arti tidak keluar dari konten pembelajaran. Guru memandu siswa untuk mengakses quipperschool dan siswa melakukan evaluasi secara berkelompok atau mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang ada dan diperintahkan disitu. Alasan menggunakan quipperschool adalah untuk mempermudah siswa dalam belajar. Menurut salah satu siswa tahapan evaluasi ini cukup menyenangkan karena berhubungan dengan komputer dan internet. Melihat fitur nuansa pedesaan seperti tampilan games membuat siswa semangat dalam belajar dengan mengguakan quipperschool. Quipperschool merupakan salah satu media belajar yang memudahkan siswa yang berbasis online, yang bertujuan memadukan dan memberdayakan guru dengan siswa secara online, memberikan kemudahan dalam
belajar. Pembelajaran yang dilakukan dengan memadukan sistem online dan tatap muka. Proporsi substansi konten menggunakan online, kadang menggunakan diskusi dan kadang menggunakan pertemuan tatap muka yaitu 30 sampai 79% diskusi dan face to face dan 30% kontennya disampaikan online [20]. Adapun desain pembelajaran dengan quipperschool:
Gambar 1 Tampilan soal Pada gambar 1 menunjukkan tampilan soal yang dirancang oleh guru dalam quipperschool. Soal terdiri dari 25 nomor. Siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal, soal ini guna untuk evaluasi siswa setelah mengalami proses belajar. Soal dikerjakan secara berdiskusi dalam kelompok dan salah satu mengaksesnya untuk mewakili kelompok. Di dalam soal sudah tersedia pilihan ganda, supaya mempermudah siswa menemukan jawabannya. Karena pilihan jawaban yang disediakan a-e saja, jadi tidak keluar dari pilihan yang tersedia.
Gambar 2 Tampilan materi Pada gambar 2 menunjukkan tampilan materi yang guru upload untuk siswa bertujuan siswa dapat mandiri membacanya. Materi disediakan dalam format ppt, pdf, juga doc. Tinggal membaca dan mempelajarinya.
Gambar 3 Grade perkembangan siswa Pada gambar 3, guru juga dapat melihat perkembangan siswanya. Melalui grade dan ada tanda bintang kuning yang mengatakan terkuasai topik yang dikerjakan bila nilainya mendapat 100.
Gambar 4 Guru melihat siswa atau memantau topik yang dikuasai Pada gambar 4, selain guru dapat melihat perkembangan siswanya, guru juga dapat memantau topik mana yang sudah dikuasai atau belum oleh siswanya.
Gambar 5 Tampilan grup Pada gambar 5, guru juga bisa membuat grup di dalam quipperschool untuk memasukkan anggotanya yaitu siswanya. Di dalam grup disitu tempat untuk sharing siswa dengan guru begitu juga sebaliknya. Tujuan dibuat grup yaitu supaya siswa mudah dalam melakukan diskusi dengan guru tanpa harus bertatap muka langsung.
Gambar 6 Tampilan guru memberikan pengumuman Pada gambar 6, guru juga dapat memberikan pengumuman kepada siswanya tanpa bertemu langsung atau bertatap muka. Tujuan dari pengumuman adalah guru dapat menginformasikan pengumuman mengenai tugas atau sub bab materi yang harus dipelajari siswa dirumah.
Gambar 7 Tampilan pesan pribadi guru dan siswa Pada gambar 7, guru dan siswa juga dapat melakukan pengiriman pesan secara pribadi baik mengingatkan tugas yang belum terkumpul ataupun mengenai hal yang bisa diwakilkan kepada salah satu ketua kelas. Misalnya pengumuman untuk satu kelas hanya ketua kelas yang diberitahu untuk menyampaikannya kepada teman sekelas. Kendala yang ditemukan pada saat diterapkannya model pembelajaran blended learning di kelas antara lain, siswa masih butuh waktu selama proses berdiskusi karena siswa begitu aktif dalam memanfaatkan waktu. Siswa banyak mengajukan pertanyaan ketika proses diskusi berlangsung. Siswa juga membutuhkan pendapat dari kelompok lain juga dari guru dalam proses belajar selama dikelas. Cara mengatasi kendala yang ditemui, misalnya dengan penambahan waktu diluar jam pelajaran supaya siswa dan guru bisa dengan leluasa dalam bertukar pendapat dan saling berdiskusi antara siswa dan guru ataupun sebaliknya untuk mendapatkan umpan balik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data yang dibutuhkan akan diproses dan dikumpulkan untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dikemukakan. Dengan tahapan metode blended learning yang diterapkan terhadap penggunaan media quipperschool diharapkan dapat berpengaruh terhadap nilai belajar siswa. Dalam hal ini, tahapan-tahapan blended learning dapat membantu dalam proses belajar siswa dalam memahami dan memanfaatkan aplikasi quipperschool dalam pembelajaran. Dengan pemilihan blended learning, siswa lebih leluasa untuk mempelajari materi secara tatap muka maupun secara online, sehingga dalam penelitian ini diterapkan quipperschool, karena quipperschool bisa diakses dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun, layanan ini tidak perlu berbayar, dan juga gratis. Dari penjelasan yang telah dikemukakan, dalam hal ini blended learning diintegrasikan dengan quipperschool karena blended learning menggabungkan ciri-ciri terbaik pembelajaran online untuk meningkatkan pelajaran mandiri secara aktif oleh peserta didik dan mengurangi jumlah waktu tatap muka di kelas. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan test hasil tugas atau evaluasi tugas siswa diperoleh dari soal pilihan ganda dan analisis film sebanyak 25 soal. Hasil penelitian eksperimen yang dilakukan telah menyelesaikan masalah nilai belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Indonesia di SMA N 1 Salatiga. Untuk melihat nilai belajar siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment), maka perlu dilakukan pengolahan dan analisis data terhadap nilai pretest dan posttest. Diperoleh pada nilai pretest kelas eksperimen sebesar 56.88 dan kelas kontrol sebesar 51.18, sedangkan untuk hasil posttest
kelas eksperimen sebesar 91.56 dan kelas kontrol sebesar 78.59. Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai belajar siswa pada kelas ekperimen dan kontrol. Berikut dapat dilihat perbedaan dalam grafik dibawah ini:
Grafik 1 Perbedaan hasil nilai pretest-posttest pada kelas kontrol dan eksperimen Pembelajaran dengan menerapkan model blended learning berbantuan quipperschool dapat dijadikan salah satu alternatif guru dalam pembelajaran sehingga siswa dapat aktif dan meraih nilai yang diinginkan. Selain dari nilai ratarata pretest posttest siswa, untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang telah diberikan, digunakan pula analisis ketuntasan belajar. Secara individual, siswa dinyatakan tuntas apabila nilai belajar siswa melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Tingkat ketuntasan siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada grafik 2.
Grafik 2 Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Dari grafik 2 terlihat bahwa pada kelas eksperimen sebanyak 32 siswa dinyatakan tuntas belajar atau memenuhi KKM yaitu sebesar 100%. Sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 27 siswa dinyatakan tuntas belajar atau memenuhi KKM yaitu sebesar 84,38%, sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan memberi perlakuan (treatment) berupa penerapan model blended learning berbantuan quipperschool pada kelas eksperimen dan penggunaan metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, tingkat ketuntasan belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Rata-rata nilai belajar siswa yang meningkat berpengaruh terhadap naiknya tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas eksperimen.
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan angket/kuesioner yang diberikan terhadap responden siswa.
Setuju dan sangat setuju
25.47% (8 siswa) 74.36 % (24 siswa)
Tidak setuju dan sangat tidak setuju
Hasil yang diperoleh dari respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model blended learning berbantuan quipperschool yaitu: Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran blended learning, pada rerata prosentase siswa yang setuju dan siswa yang sangat setuju memperoleh 74.36% atau sebesar 24 siswa dari 32 siswa. Dapat disimpulkan dari 24 siswa menyenangi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool. Sebesar 25.47% dari 32 siswa, yaitu sebesar 8 siswa yang tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pembelajaran menggunakan model blended learning berbantuan quipperschool. Dengan perbedaan yang ada, siswa tidak setuju dan tidak menyenangi dengan penerapan model blended learning dengan alasan jika hanya berdiskusi tanpa variasi lain, menurut siswa adalah hal yang biasa. Dengan model blended learning, siswa sangat menyukai berkreativitas dengan teknologi baru seperti online learning. Hal ini diketahui siswa masih asing terhadap model pembelajaran blended learning. Prosentase siswa yang setuju dan sangat setuju masih lebih tinggi dari pada prosentase siswa yang sangat tidak setuju, maupun tidak setuju. Hal ini membuktikan bahwa banyak siswa yang menyenangi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran blended learning. Adapun tanggapan guru TIK kelas XI dari wawancara yang telah dilakukan, bahwa model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool sebagai media sarana membantu dalam proses belajar siswa. Dalam hal ini, model pembelajaran yang mampu mengajarkan siswa belajar mandiri secara berkreativitas memunculkan ide baru, berkelompok serta mengeluarkan pendapat sehingga dapat memanajemen waktu dengan baik untuk mempelajari materi Sejarah kelas XI. Daalm hal ini, sejalan dengan tanggapan siswa bahwa lebih menyenangkan dan lebih mudah dalam belajar maupun memahami materi pelajaran dengan model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool sebagai media sarana membantu proses belajar siswa tanpa harus bertatap muka dengan guru, siswa bisa mempelajari materi di dalam quipperschool tetapi tidak meghilangkan unsur tatap muka.
Terkait dengan tanggapan terhadap model pembelajaran blended learning, guru mengatakan bahwa siswa menjadi lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran sejarah, aktif dalam berdiskusi kelompok maupun bertukar pendapat dalam mempelajari materi. Hal tersebut sejalan dengan tanggapan siswa bahwa mereka menjadi lebih aktif dan berani menyampaikan pendapat dalam berdiskusi. Dalam kegiatan diskusi kelompok di kelas tatap muka maupun dalam mempelajari materi secara mandiri untuk evaluasi setelah membaca materi yang diberikan guru atau sudah disediakan guru di dalam quipperschool. Mengenai ketertarikan terhadap model pembelajaran, guru mengatakan bahwa siswa tertarik dan antusias terhadap model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool, karena siswa menjadi senang dalam berargumen mengeluarkan pendapat mereka dengan anggota kelompok secara langsung maupun melalui quipperschool tanpa harus guru memancing siswa dengan menunjuk maupun melemparkan pertanyaan. Hal ini sejalan dengan tanggapan siswa bahwa belajar berbantu quipperschool merupakan kegiatan pembelajaran yang menarik karena mereka dapat berdiskusi kelompok secara langsung dan bisa bertukar pendapat melalui fitur yang sudah ada dalam quipperschool. Terkait dengan rasa senang, guru mengakui bahwa siswa terlibat dalam diskusi dan antusias dalam proses pembelajaran yang dilakukan tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa dapat berlatih mempelajari materi atau mengerjakan tugas dengan mandiri maupun berkelompok dengan santai dan tidak ada tekanan akibat banyaknya materi yang belum sempat masuk dalam kepala. Hal ini sejalan dengan tanggapan siswa yang merasa senang, nyaman dan tidak membosankan. 5. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model blended learning berbantuan quipperschool pada mata pelajaran sejarah dapat memberikan pengaruh terhadap proses belajar untuk kelas XI SMAN 1 Salatiga. Dengan masalah yang ada dalam penelitian, yaitu banyaknya materi pelajaran sejarah sehingga tidak memungkinkan untuk diselesaikan di kelas, kemudian dicari solusi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran blended learning berbantu quipperschool dapat mengatasi masalah yang ada dalam penelitian. 6. Saran Untuk menyempurnakan penelitian ini, disarankan agar dapat dipergunakan pelaksanaan model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool pada mata pelajaran lain supaya dapat dilanjutkan sebagai program untuk meningkatkan hasil belajar dan dan menambah variasi pada proses pembelajaran yang dilakukan. Bagi penelitian yang akan datang, disarankan untuk memanfaatkan teknologi baru guna memperbaiki mutu pendidikan.
7. Daftar Pustaka
[1]
Rizki Rahmawati, Sudiyanto, Sri Sumaryati. (2015). KEEFEKTIFAN PENERAPAN E-LEARNING-QUIPPER SCHOOL PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 1, No. 1, hlm. 1-12. Surakarta : FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. [2] Ferry Dwi Cahyadi. (2011). PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA 4 PUTRA SMA RSBI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Jurnal Volume 4, Nomor 1, halaman 15-22. Surakarta : FKIP UNS. [3] Castle, SR. & McGuire, CJ. 2010. An analysis of student self assessment of online, blended, and face to face learning environments: implication for sustainable education delivery. (Versi elektronik). Journal of International Education Studies., vol 3 no 3, 36. [4] Mujiyanto. 2012. Pengaruh Model Blended Learning terhadap Pemahaman Konsep Ditinjau dari Penalaran Formal Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Balikpapan. Thesis tidak diterbitkan, Malang: PPs UM. [5] Rahayu, E.S., & Nuryata, I.M. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Sekarmita Training publishing. [6] Uzun, A. & Senturk, A. 2010. Blending Makes the difference: Comparison of Blended and Traditional Instruction on Students Performance and Attitudes in Computer Literacy. Contemporary Educational Technology,(Online), 1 (3): 196-207, (http://cedtech.net/articles/13/131.pdf), diakses tanggal 2 Januari 2012. [7] Soekartawi. 2005. Issues e-Learning/Web-BasedLearning/Distance Learning dan Kemungkinan Pelaksanaannya di Indonesia. Seminar Nasional Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, 2 April 2005. Mengambil dalam https://www.academia.edu/5612646/BLENDED_LEARNING_EKOLOGI [8] Arsyad,Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada [9] Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: ALFABETA [10] Musfiqon, (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. [11] http://www.quipperschool.com/id/signup.html [12]
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.
[13] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
[14] Widoyoko, Eko, Putro. (2013). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. [15] Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. [16] Munari. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Berbantu Fan Page (Facebook) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran TIK Kelas IX SMPN 1 Tengaran. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. [17] Soekartawi. 2005. Issues e-Learning/Web-BasedLearning/Distance Learning dan Kemungkinan Pelaksanaannya di Indonesia. Seminar Nasional Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, 2 April Mengambil dalam 2005. https://www.academia.edu/5612646/BLENDED_LEARNING_EKOLOGI