e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT Wyn Somodana1, I.B Sutresna2, Md Sri Indriani3. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan (1) mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja;(2) mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja;(3) mendeskripsikan hambatan yang ditemui guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, observasi dan metode wawancara. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil penelitian ini adalah (1) perencanaan model pembelajaran berbasis masalah yang dibuat oleh guru berupa RPP telah sesuai dengan komponen kurikulum 2013;(2) penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan guru telah sesuai dengan sintaks model pembelajaran berbasis masalah;(3) hambatan yang dihadapi atau ditemui guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot adalah dari aspek guru dan peserta didik. Kata-kata kunci : model pembelajaran berbasis masalah, anekdot
ABSTRACT This research is a qualitative descriptive study aimed (1) to describe the planning problem based learning model in learning to write text anecdotes class X SMA Negeri 3 Singaraja; (2) describe the application of problem-based learning model in learning to write text anecdotes class X SMA Negeri 3 Singaraja; (3) describe the obstacles encountered by teachers in implementing problem-based learning model in learning to write text anecdotes class X SMA Negeri 3 Singaraja. Subjects in this study were teachers in class X SMA Negeri 3 Singaraja. The methods used to collect the data in this study is the method of documentation, observation and interview methods. The collected data were analyzed with descriptive methods. The results of this study are (1) planning problem based learning model created by teachers such as lesson plans matching with curriculum in 2013; (2) the application of problem-based learning model that teachers are in accordance with the syntax of problem-based learning model; (3) the constraints faced or encountered teachers in implementing problem-based learning model in learning to write text anecdotes are of the aspects of a teacher and of learners. Key words: problem-based learning model, anecdotes
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) PENDAHULUAN Menulis merupakan seni mengekspresikan ide atau perasaan melalui tulisan, seperti halnya pelukis yang menuangkan ide atau perasaannya ke dalam bentuk lukisan. Menulis merupakan upaya mngekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulis. Ada beberapa jenis keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia, salah satunya adalah keterampilan menulis teks anekdot. Anekdot adalah jenis teks yang berisi peristiwa peristiwa lucu, konyol atau menjengkelkan yang bertujuan untuk menyampaikan kritik ataupun saran. Teks anekdot pada umumnya terdiri dari 5 bagian. antara lain 1.) Abstrak adalah bagian di awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran tentang isi teks. Biasanya bagian ini menunjukkan hal unik yang akan ada di dalam teks. 2.) Orientasi adalah bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimana peristiwa terjadi. Biasanya penulis bercerita dengan detil di bagian ini. 3.) Krisis adalah bagian dimana terjadi hal atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada si penulis atau orang yang diceritakan. 4.) Reaksi adalah bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis menyelesaikan masalah yang timbul di bagian crisis tadi. 5.) Koda merupakan bagian akhir dari cerita unik tersebut. Bisa juga dengan memberi kesimpulan tentang kejadian yang dialami penulis atau orang yang ditulis. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal itu sejalan dengan amanat UU no.20 tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35:
“kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar yang telah disepakati”. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang berlaku saat ini, kemampuan guru untuk mengamplikasikan dan menerapkannya model-model pembelajaran masih perlu untuk dikaji dan diperhatikan. Karena kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia, sehingga tingkat penguasaan dan keterampilan guru untuk menerapkannya sangat dibutuhkan. Peneliti melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), karena pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009:58) bahwa : ” Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”. Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru). Penelitian ini akan membahas bagaimana cara guru menerapkan model pembelajaran ini, sehingga pemahaman dan pengaplikasian guru terhadap kurikulum 2013 yang telah diberlakukan oleh pemerintah dapat dikategorikan baik. Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 3 Singaraja karena sesuai dengan hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti, model pembelajaran berbasis masalah ada dan diterapkan dalam pembelajaran menulis teks anekdot di kelas X sesuai dengan pengembangan dari kurikulum 2013. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) siswa kelas X di SMA Negeri 3 Singaraja dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Singaraja”. Oleh karena, model pembelajaran ini telah diterapkan oleh guru pengajar di sekolah tersebut serta kurangnya penelitian-penelitian mengenai penerapan model-model pembelajaran di dalam kurikulum 2013 tersebut, yang mana hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang cara dan pengaplikasian model pembelajaran ini. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran ini di dalam pembelajaran. Melalui penelitian ini, penulis mencoba meneliti kemampuan guru merencanakan penerapan model pembelajaran berbasis masalah, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan hambatan yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Salah satu usaha untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis
anekdot adalah dengan cara melakukan penelitian sehingga diperoleh hasil penelitian yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta yang diperoleh berupa data terkait. Berdasarkan rancangan penelitian ini ada lima pokok yang akan dilakukan, yaitu (1) Merumuskan masalah, (2) menentukan jenis data yang perlukan, (3) menentukan prosedur pengumpulan data, (4) menentukan prosedur pengulahan data, (5) menarik Simpulan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja. Kelas X yang ada di SMA N 3 Singaraja terbagi menjadi 6 kelas. Dalam penelitian ini, peneliti memilih kelas X MIA1 sebagai subjek penelitian. Hal itu dikarenakan siswa kelas X MIA1 meerupakan kelas unggulan di kelas X. Objek penelitian ini adalah perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis masalah, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan hambatan yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA N 3 Singaraja. Metode dokumentasi, observasi, dan wawancara merupakan metode utama dalam penelitian ini. Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data mengenai perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot dengan instrumen tabel observasi. Metode wawancara untuk menjawab permasalahan terkait hambatan yang
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara terstruktur. Metode wawancara terstruktur digunakan oleh peneliti untuk mengetahui hambatanhambatan guru ketika menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Wawancara ini dilakukan langsung setelah pengamatan agar masalah penting tidak terlewati atau terlupakan. Terdapat empat buah pertanyaan di dalam instrumen lembar wawancara yang menyangkut tentang beberapa hal diantaranya, mengenai pengetahuan guru tentang model pembelajaran berbasis masalah, pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot, hambatan-hambatan yang ditemui dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, dan solusi yang dapat ditawarkan dalam menanggapi hambatan-hambatan yang telah ditemui. Instrumen penelitian digunakan untuk pengumpulan data, sehingga kegiatan tersebut berjalan secara sistematis. Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini, peneliti yang mengumpulkan data, mengidentifikasi data, dan menganalisis data. Hal ini selaras dengan pendapat Arikunto (2005:35) yang menyatakan, peneliti dapat dikatakan sebagai human instrument. Artinya, penelitilah yang memikul banyak peran dalam mengumpulkan, menyeleksi, dan menafsirkan data. Hal itulah yang akan peneliti alami selama melakukan pengumpulan data. Oleh karena itu, untuk menutupi kekurangan penelitian tersebut, peneliti menggunakan bantuan instrumen untuk mendukung penggunaan metode dalam pengumpulan data. Semua instrumen dalam penelitian ini disiapkan dan dirancang dengan matang untuk mendapatkan data yang mendukung. Instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lembaran yang
berupa daftar cocok (checklist), pedoman wawancara dan tabel pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan kata-kata. Teknik deskriptif kualitatif juga sering diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan “perhitungan” atau hanya menggunakan kata-kata. Teknik deskriptif kualitatif dilakukan untuk untuk mengetahui sejauh mana kemampuan menulis cerita fabel siswa ditinjau dari stuktur gramatikal bahasa Indonesia. Data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi, observasi dan wawancara akan dianalisis untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot seperti Pertama Reduksi Data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta membuang data yang tidak perlu Data-data yang yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu datadata mengenai perencanaan, penerapan dan hambatan dalam model pembelajaran berbasis masalah. Kedua, Klasifikasi dan Penafsiran Data. Dalam hal ini, data yang sudah diidentifikasi dan direduksi, ditata dan diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang dikaji, yaitu perencanaan model pembelajaran berbasis masalah, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan hambatan yang dihadapi guru saat menerapkan model pembelajaran ini dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA N 3 Singaraja. Ketiga, Penyajian Data. Setelah data digolongkan sesuai dengan rumusan masalah, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis untuk memperoleh jawaban yang tepat dan sesuai dengan rumusan masalah, sehingga data tersebut dapat menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Data-data yang telah direduksi akan disajikan uraian data yang
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) nantinya akan digambarkan secara rinci dan jelas. Dalam penyajian data ini, data yang didapat akan dihubungkan dengan teori-teori yang relevan yang nantinya akan dapat menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Pada tahap ini, data mengenai perencanaan, penerapan dan hambatan yang dihadapi guru saat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis anekdot siswa kelas X dipaparkan dengan metode deskriptif yang sesuai dengan rancangan penelitian. Keempat, Penyimpulan. Untuk mengetahui keakuratan penelitian, penyimpulan sangat penting dilakukan. Penyimpulan yang dilakukan harus dapat menjawab semua masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut sehingga hasil akhirnya nanti akan diperoleh informasi penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA N 3 Singaraja. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil data dalam penelitian ini adalah pertama, perencanan yang digunakan oleh guru dalam model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja sudah dapat dikatakan sesuai dengan kurikulum 2013 yang diberlakukan di sekolah tersebut. Sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. RPP yang disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhann pengalaman belajar
Kedua, guru telah menerapkan model pembelajran berbasis masalah (problem based learning), karena pembelajaran selalu di awali dengan memberikan rangsangan kepada siswa yaitu berupa pertanyaan dan gambaran umum mengenai permasalah yang ada di lingkungan mereka. Kemudian siswa dituntun untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan kinerja dan pemahaman mereka sendiri. hal ini akan menumbuhkan sikap siswa atau peserta didik untuk mandiri dan belajar memecahkan masalah dan akhirnya melahirkan sebuah karya dari permasalahan tersebut. Ditambah lagi permasalahan yang nyata berada di sekitar mereka akan mempermudah proses penyerapan informasi dan ide yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga siswa akan menjadi lebih antusias untuk memaparkan pemecahannya. Pembentukan kelompok diskusi juga merupakan langkah yang sesuai yang dilakukan guru dalam model pembelajaran berbasis masalah, serta menutup pelajaran dengan menyimpulkan pembealajaran juga merupakan langkah yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah. Ketiga, hasil wawancara dengan ibu
Dra. Made Sutirta Arsini mengenai hambatan yang dihadapi atau ditemui guru saat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam pembelajaran menulis teks anekdot, dan solusi yang bisa diberikan untuk mengatasi hambatan tersebut, ibu Made Sutirta Arsini memiliki dua kendala yaitu dari aspek guru itu sendiri dan dari aspek peserta didiknya. Menurut ibu Made Sutirta solusi yang bisa diberikan untuk mengatasi hambatan atau kendala tersebut adalah setiap guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih dan lebih mendekatkan diri kepada peserta didik sehingga komunikasi antara guru dan siswa menjadi lancar.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Pembahasan Sesuai dengan paparan hasil penelitian di atas, secara rinci temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pertama, Berdasarkan hasil pencatatan dokumen, observasi, dan wawancara, RPP yang disusun oleh guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot di uraikan sebagai berikut. Proses yang dilakukan dalam pembelajaran sudah menunjukkan kesesuaian dengan komponen-komponen yang terdapat dalam RPP. Hal ini sejalan dengan hakikat RPP dalam Modul Pelatihan Guru Bahasa Indonesia SMA/SMK (2013:129), Menjelaskan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dan suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator; (5) materi pembelajaran; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Pengembangan komponen dalam RPP menulis teks anekdot sudah cukup maksimal dan perlu untuk ditingkatkan lagi, karena ada beberapa komponen yang perlu ditingkatkan, komponen yang dimaksud adalah apersepsi. Pemberian apersepsi masih belum terlihat jelas dalam langkahlangkah pembelajaran. Seharusnya apersepsi yang akan diberikan atau dilakukan oleh guru paling tidak harus sudah terlihat dalam RPP. Namun, perencanaan pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah. RPP yang sebenarnya bertujuan untuk mempermudah dan memperlancar pembelajaran, terkesan hanya sebagai kepentingan administrasi sekolah (formalitas). Untuk menghilangkan kesan yang demikian hendaknya guru memperhatikan dan melengkapi komponen
RPP yang masih kurang. Sebagai bentuk kecilnya adalah dalam penyusunan RPP dalam mencantumkan sumber belajar. Di dalam menyusun RPP guru hanya mencantumkan sumber belajarnya saja tanpa mencantumkan judul sumber belajarnya. Halhal yang seperti inilah yang perlu untuk diperbaiki. Walaupun terlihat sepele, namun apabila tidak dihiraukan kejadian ini akan terus-menerus terjadi dan kemudian kesalahan yang sama akan kembali terulang. Kedua, dalam penelitian ini Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terhadap guru Bahasa Indonesia di kelas X MIA1 SMA Negeri 3 Singaraja mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam pembelajaran menulis teks anekdot telah sesuai dengan teori yang telah ada, yaitu berdasarkan tahapantahapan tertentu sesuai dengan sintaks pembelajaran berbasis masalah yang telah ada. Menurut Ibrahim dan Nur (13:2004), Pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri atas lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa, seperti tabel berikut. Tahap Tingkah laku Guru dan Siswa Tahap 1 Guru menjelaskan Orientasi siswa tujuan pembelajaran, pada masalah menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/hasil karya siswa. Tahap 2 Guru membentuk Mengorganisasikan kelompok kooperatif siswa untuk belajar dan membantu siswa mengorganisasikan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Tahap 3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
tugas belajar yang akan dilakukan. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang akan didiskusikan. Guru memonitoring siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap pemecahan masalah yang disampaikan dalam diskusi.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot telah melalui kelima tahapan yang berlaku dalam model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Dari observasi guru pengajar bahasa Indonesia, telah menerapkan kelima tahap tersebut, hanya saja pelaksanaan model pembelajaran ini harus dilakukan dalam dua pertemuan. Pada mulanya, pada saat guru memasuki ruang kelas yang pertama kali dilakukan adalah mengucapkan salam pengenjali umat dan berdoa bersama siswa di dalam kelas. Setelah kegiatan itu selesai dilakukan guru baru mengecek kehadiran siswa, kemudian melakukan apersepsi dan menyampaikan kompetensi dasar yaitu mengenai indikator dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dengan cara memberitahukan langsung kepada siswa. Setelah kegiatan itu berlangsung, guru memulai pelajaran dengan memberikan gambaran mengenai kejadiankejadian atau fakta yang sedang hangat diperbincangkan media elektronik, salah satu contohnya mengenai banjir. Seraya membahas atau menyampaikan tentang
kejadian-kejadian disekitar tersebut, guru menyambungkannya ke materi pembelajaran menulis teks anekdot dan kemudian menjelaskan mengenai konsep, prinsipprinsip dan prosedur-prosedur dalam memproduksi teks anekdot. Guru memberikan kesempatan untuk siswa untuk menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami. Kegiatan selanjutnya sebelum meminta siswa untuk mengamati dan berdiskusi, guru terlebih dahulu menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai dalam pembelajarann. Seluruh kegiatan dalam pembelajaran ini termasuk pada tahapan pertama, yaitu orientasi siswa pada masalah. Kemudian kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah membagi siswa menjadi beberapa kelompok, memberikan masing-masing kelompok suatu permasalahan untuk mereka pecahkan atau mencarikan solusi dari permasalahan tersebut, dan menyampaikan aturan ketiak berdiskusi mengenai permasalahan tersebut. Jadi dalam hal ini siswa dituntut untuk belajar menemukan sendiri apa yang seharusnya mereka pelajari dan siswa diajarkan untuk berpikir kritis dalam pemecahan permasalahan yang ada. Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Dewey (dalam Trianto, 2009:91), Bahwa pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyususun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini sesuai untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Kegiatan yang dilaksanakan guru dengan membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan topik permasalahan kepada setiap kelompok termasuk ke dalam tahapan yang kedua dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Langkah selanjutnya setelah menyampaikan peraturan diskusi, guru menyuruh siswa untuk bergabung dengan kelompok mereka masing-masing. Walaupun dalam pembentukan kelompok guru terlihat asal, yaitu dengan cara memasangkan siswa dengan teman sebangku dan teman yang duduk berdekatan tetapi hal ini sangat efektif untuk membuat kondisi ruang kelas tetap tenang dan mempercepat proses pembentukan kelompok. Kegiatan yang dilakukan oleh setiap kelompok adalah mendiskusikan setiap topik dalam kelompoknya dan menyusun kerangka teks, kemudian mengembangkannya menjadi teks anekdot yang utuh. Pada saat kegiatan diskusi, guru hanya mengawasi dan membimbing dan sesekali menjelaskan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru juga menyuruh siswa harus bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya agar mendapatkan hasil yang terbaik, tetapi dilarang untuk berdiskusi dengan anggota kelompok lain. Lagi-lagi hal ini dilakukan guru untuk menjaga kelas untuk tetap tenang. Jadi guru dalam model pembelajaran berbasis masalah inin hanya berperan sebagai fasilitator, dan siswa sendiri yang lebih aktif untuk menemukan sendiri apa yang harus mereka pelajari. Langkah-langkah pembelajaran ini telah mencerminkan tahapan pembelajaran berbasis masalah yang ketiga, yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Langkah selanjutnya adalah guru menyuruh siswa untuk menyampaikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Jadi setiap kelompok menyampaikan hasil karyanya ke kelompok yang lainnya. Kegiatan yang dilakukan guru dengan menyuruh siswa untuk menyampaikan hasil diskusi dan tulisan telah sesuai dengan tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah yang keempat, yaitu mengenai mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Langkah yang dilakukan guru setelah menyampaikan hasil diskusi setiap kelompok adalah mengomentari diskusi yang telah dilaksanakan. Kegiatan akhir yang
dilaksanakan guru adalah mengakhiri pelajaran dengan cara memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Langkah akhir ini telah mencerminkan tahapan kelima dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Jadi penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja yang telah dilaksanakan oleh guru bahasa Indonesia sudah sesuai dengan teori ada dan kurikulum 2013 mengenai model pembelajaran berbasis masalah. Ketiga, berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dan ditemui oleh guru ketika menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Hambatan yang dihadapi oleh ibu Made Sutirta Arsini telah peneliti wawancarai, yaitu dari aspek guru dan peserta didik. Dari aspek guru, hambatan yang dihadapi yakni pengelaman guru dalam menentukan topik yang menarik dan kemampuan guru untuk mengatur waktu yang diperlukan dalam pembelajaran, karena dalam model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang relatif lama. Aspek dari peserta didik, dijelaskan bahwa kemapuan siswa yang tidak sama sangat membutuhkan perhatian yang lebih. Kurangnya kemampuan siswa untuk berpikir kritis menjadi hambatan yang sangat sulit untuk dihadapi oleh guru, karena model pembelajaran berbasis masalah tersebut menuntut siswa untuk dapat berpikir secara kritis. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulkan dibuat sesuai dengan rumusan masalah sehingga berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan di atas, dapat disimpulan sebagai berikut. (1) Perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam Pembelajaran
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Menulis Teks Anekdot. RPP tersebut sudah mencakup komponen-komponennya yang sesuai dengan kurikulum 2013 (K 13); (2) Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja yang telah dilaksanakan oleh Ibu Made Sutirta Arsini sebagai guru pengajar bahasa Indonesia di kelas X telah sesuai dengan sintaks pembelajaran berbasis masalah. Hambatan atau kendala yang dihadapi guru saat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja terletak pada aspek guru itu sendiri dan peserta didik. 5.1 Saran Berdasarkan simpulan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang disampaikan di bawah ini. (1) Guru, khususnya guru bahasa Indonesia agar terus belajar mengembangkan perencanaan dan penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, agar dalam pembelajaran khususnya menulis teks anekdot menjadi lebih mudah dan menarik bagi siswa, sehingga semangat dari siswa pun akan meningkat untuk mengikuti proses belajarmengajar dan akhirnya pembelajaran menjadi menyenangkan. (2) Guru bahasa Indonesia harus mengantisipasi hambatan yang dihadapi, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (3) Diharapkan pihak sekolah membantu dari segi sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang menunjang dapat memudahkan guru dalam menyajikan materi agar lebih kreatif dan bervariatif. (4) Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam daripada penelitian ini.
UCAPAN TRIMAKASIH Penulis mengcapkan trimakasih kepada: Drs. Ida Bagus Sutresna, M. Si, selaku pembimbing I dan Dra. Made Sri Indriani, M.Hum selaku pembimbing II yang memberikan motivasi, dukungan dan membimbing dengan sabar, dari awal sampai skripsi ini selesai. Kepala Sekolah yang menjadi tempat penelitian dilakukan, telah memberikan ijin pada penulis untuk melaksanakan penelitian
Daftar Rujuakan Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara. -------. 2005. Managemen Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.Jakarta: Erlangga. Eggen, Paul, Don Kauchak.2012. Strantegi dan Model Pembelajaran Mengajar Konten dan Ketrampilan Berpikir edisi 6. Jakarta:PT Indeks Permata Puri Media. Elbow, Peter. 2007. Writing Without Teachers: Merdeka dalam Menulis!. Jakarta: Indonesia Publishing. Enre, Fachrudin Ambo. 1988. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Surabaya: University Press. Gosong, I Made. 1998. Pertanyaan yang Diajukan oleh Guru dalam Pembelajaran Membaca. Disertasi (tidak diterbitkan). Malang, IKIP Malang. Hardjojo, Sartina. 1998. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta : Depbikbud. Hariwijaya, M. 2009. Cara Mudah Menyusun Proposal Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Yogyakarta: Pararaton. Karmayasa, Gede. 2012. Penerapan Model Contextual and Learning dalam Pembelajaran Menyimak di Kelas XI
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) SMA Negeri 1 Tejakula. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha. Komaidi, Didik. 2011. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mardalis. 2009. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia :Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (tidak diterbitkan). Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Peembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Predana Media Group. Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung, Angkasa. Soimah, Nurus. 2010. Efetivitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di SMA Negeri 1 Tumpang. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudjana,D. 1982. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah.
Bandung:Lembaga Penelitian IKIP Bandung. Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. -------. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuatitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta. Sutama, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan (Jilid II). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Penerbit Masmedia Buana Pustaka. Tarigan, Hendry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa -------. 1994. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wendra, I Wayan. 2011. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha. Widyamartajaya. 1978. Kreatif Mengarang. Yogyakarta: Kanisius. Zabadi, Fairul, dkk.2013. Buku Guru : Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta. Politeknik Negeri Media Kreatif.