Available Online at http://fe.unp.ac.id/ Book of Proceedings published by (c) SNEMA-2015 SEMINAR NASIONAL EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI (SNEMA) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Padang-Indonesia.
ISBN: 978-602-17129-5-5
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram Dalam Mendorong Pusat Pertumbuhan Baru Di Wilayah Perbatasan Kota Medan Oktarini Khamilah Siregar Universitas Pembangunan Panca Budi Jl. Jend.Gatot Subroto Km 4,5 Medan Telp: 061-8455571 E-mail:
[email protected]
Abstract The purpose of this study was to see how many districts that have the potential as a center of the new growth model and the location quotient scalogram Medan border region that would potentially increase local revenues. And saw the influence of regional pendapatn (taxes, fees, profit enterprises, DAU, DAK, DBH) to GDP in current prices in Medan City Government. By using analysis scalogram in 21 districts of Medan there are 5 order. Every year the order has fluctuated because of a growing population as Medan Johor. Analysis of location quotient there is new growth centers such as increasing industrial KIM became 5 subdistrict of Medan Deli despite being in Deli Serdang. The construction of hotels, housing, supermarkets and restaurants in the area subdistrict of Medan Sandpaper, Tembung Medan, Medan Denai due Kualanamo Airport. Construction of residential, hotel, restaurant in Medan Tuntungan because adjacent to the Polytechnic School of Health and the region towards mountain tourism, while Medan Sunggal increasing residential properties and shops. Then, with the simultaneous test that taxes, levies, profit enterprises, DAU, DAK, DBH effect on GDP in current prices in Medan City Government. Growth center is a supporting factor in the advancement of local revenue that would have an impact on economic development in the city of Medan. Keywords: Growth Center, Local Taxes, Levies, profit enterprises, DAU, DAK, DBH
1.
PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi disuatu daerah merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik itu pemerintah, masyarakat dan pihak swasta untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dilakukan sebagai langkah untuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasil output-nya sehingga menciptakan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Teori Friedmann populer dengan istilah center-periphery theory atau teori pusat pertumbuhan, dimana penetapan pusat-pusat perumbuhan sebagai prioritas dalam pembangunan diasumsikan akan memberi efek positif bagi pengembangan wilayah belakangnya. Untuk kasus Indonesia, teori Friedmann banyak diikuti sebagai pendekatan pengembangan wilayah mengingat luasnya dan banyaknya desa dan kota yang harus ditangani sementara alokasi dana pembangunan yang tersedia relatif terbatas. Dalam kenyataan ada kota-kota cenderung berkembang dengan pesat tetapi daerah di sekitarnya kurang bisa berkembang. Kasus yang ada di Indonesia contohnya adalah fenomena Jakarta. Karena Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, politik maka banyak dari penduduk Indonesia yang berduyun-duyun pergi ke sana dengan tujuan mencari kerja atau mendapatkan pekerjaan. Sehingga dalam kenyataannya, sekarang ini 80 % perputaran kegiatan ekonomi Indonesia adalah terjadi di Jakarta. Karena dalam kenyataannya metropolitanisasi lebih cenderung menghambat pembangunan wilayah. Harus ada kesesuaian proporsi yang dikeluarkan pemerintah untuk membangun kota dan daerah. Margelov (2012) mengatakan perdagangan dan kerjasama ekonomi adalah tujuan utama dari SCO. Disini dapat kita melihatnya bahwa kebijakan pusat pertumbuhan baru sangat penting dikembangkan demi memacu dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Kota Medan merupakan kota metropolitan,
Oktarini Khamilah Siregar
dimana banyaknya masyarakat yang imigrasi ke Medan. Kota Medan memiliki pusat industri di wilayah perbatasan Kota Medan, seperti daerah KIM (Kawasan Industri Medan) Mabar, Belawan, Tanjung Morawa. KIM sekarang terdiri dari 3 tempat yang letaknya masih satu kelurahan dan sekarang sesuai dengan permintaan pasar maka KIM bertambah menjadi 5 tempat. Disini pemerintah harus lebih bijak dalam mengelola investasiinvestasi yang masuk supaya tidak berpusat di kota saja akan tetapi jika ada investasi didaerah maka daerah akan bisa berkembang dan masyarakat memperoleh kesejahteraan. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengidentifikasi seberapa banyak kecamatan yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan baru dengan model location quotient dan scalogram di wilayah perbatasan Kota Medan. Melihat pengaruh pendapatan daerah terhadap pusat pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui potensi pusat pertumbuhan yang ada di Kota Medan dengan menggunakan metode location quotient dan scalogram sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Bertambahnya pusat pertumbuhan akan dapat mempengaruhi pendapatan daerah melalui pajak daerah, retribusi daerah dan laba BUMD, dari sudut pandang akuntansi sektor publik dan perpajakan sektor publik.
2.
TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pusat pertumbuhan ialah wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga karena kepesatannya itu dijadikan sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi kawasan-kawasan lain di sekitarnya. Menurut David L. McKee (2008) layanan yang menyediakan stabilitas maka berkontribusi terhadap proses pertumbuhan, dan mungkin merupakan pusat-pusat pertumbuhan sendiri seperti di pasar uang dan asuransi. Anonymous (2009) mengemukakan dengan inovasi sumber daya manusia dan mutakhir yang kuat di India, dengan pengetahuan dan teknologi memperoleh keunggulan kompetitif yang nyata sehingga ekspor akan naik. Sistem moneter internasional tidak lagi didominasi oleh mata uang tunggal sebagai pergeseran kekuatan ekonomi, dan membantu mendorong pertumbuhan di negara-negara berpenghasilan rendah melalui lintas batas transaksi komersial dan keuangan. Manolis Christofakis, Christofakis, M. P.A dan I.O. Manyanhaire (2011) berpendapat membentuk dan menerapkan strategi pembangunan perkotaan melalui pengembangan dan pemograman spasial, berdasarkan model pusat pertumbuhan yang kompleks dan konsep ini memberikan kritik terhadap kendala untuk pengembangan pusat pertumbuhan. Sebagian besar pusat pertumbuhan dipengaruhi faktor ekonomi sosial. Sedangkan Yan Liu dkk, menemukan bukti efek spillover pertumbuhan, permintaan dominan dari kota tetangga atas efek aglomerasi bayangan. Reza Kheyroddin dan Nattapon SANG‑ARUN (2012) bahwa pembangunan perkotaan langsung pada sumbu preferensial urbanisasi dan transportasi dan perkembangan daerah spasial. John Speakman dan Marjo Koivisto, Viktor Komarovskiy, dan Daniel Dranca(2013) bahwa mempertahankan dan mempercepat kinerja pertumbuhan pada mengembangkan wilayah dengan keunggulan komparatif, "titik pertumbuhan" sebagai dasar untuk penyediaan pertumbuhan ekonomi daerah serta dalam memilih kutub pertumbuhan nasional, tidak didasarkan pada penelitian empiris. Pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Sumber Pendapatan daerah berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 terdiri atas: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah,Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan Lain-lain PAD yang sah. b. Pendapatan Dana Perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. c. Lain-lain penerimaan yang sah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana potensi masing-masing kecamatan sebagai pusat pertumbuhan baru dengan model location quotient dan scalogram di wilayah perbatasan Kota Medan. Dan bagaimana pengaruh pendapatan daerah terhadap pusat pertumbuhan ekonomi di Pemerintah Kota Medan. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Hipotesis 1: Terdapat potensi masing-masing kecamatan sebagai pusat pertumbuhan baru dengan model location quotient dan scalogram di wilayah perbatasan Kota Medan Hipotesis 2: Terdapat pengaruh pendapatan daerah terhadap pusat pertumbuhan ekonomi di Pemerintah Kota Medan.
3.
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD di Pemerintah Kota Medan dimana yang menjadi sampel penelitian yaitu 21 kecamatan di pemerintah Kota Medan. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan data sekunder meliputi fasilitas-fasilitas ekonomi, PDRB atas harga berlaku, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba BUMD, DAU, DAK dan DBH (tahun 2006 s.d 2013), dan buku dan jurnal mengenai topik penelitian. 56
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…
Metodologi digunakan berupa pendekatan analisis kuantitatif yang digunakan untuk menemukan potensi pusat pertumbuhan baru dalam peningkatan pendapatan daerah yang berpengaruh terhadap PDRB dalam harga berlaku di pemerintah Kota Medan dengan menggunakan 3 (tiga) analisis yang terdiri analisis location quotient, analisis scalogram, dan analisis regresi berganda.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Scalogram Jumlah Penduduk termasuk menentukan pusat pertumbuhan ekonomi dengan cara menentukan orde suatu pusat pertumbuhan. Berikut ini tabel jumlah penduduk dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 per kecamatan di Pemerintah Kota Medan. Tabel 1 Jumlah Penduduk Kota Medan Pada Kecamatan dari Tahun 2012 s/d 2013 No
Kecamatan 1
Medan Tuntungan
2
Jumlah Penduduk Tahun 2012
Jumlah Penduduk Tahun 2013
82042
82534
Medan Johor
125913
126667
3
Medan Amplas
116227
116922
4
Medan Denai
142001
142850
5
Medan Area
96675
97254
6
Medan Kota
72685
73122
7
Medan Maimun
39665
39903
8
Medan Polonia
53552
53873
9
Medan Baru
39577
39817
10
Medan Selayang
100455
101057
11
Medan Sunggal
112967
113644
12
Medan Helvetia
145519
146391
13
Medan Petisah
61855
62227
14
Medan Barat
70912
71377
15
Medan Timur
108792
109445
16
Medan Perjuangan
93526
94088
17
Medan Tembung
133841
134643
18
Medan Deli
170931
171951
19
Medan Labuhan
112642
113314
20
Medan Marelan
147318
148197
95709
96280
21 Medan Belawan Sumber: BPS Kota Medan, 2015
Untuk menentukan ordenya digunakan rumus Sturges (Tarigan, 2005), yaitu banyaknya orde (k) = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah banyaknya kecamatan, maka: k = 1 + 3,3 log 21 = 5,36, Sehingga diperoleh jumlah orde adalah 5, dengan interval adalah ( A – B )/ k , dimana bahwa A adalah Jumlah penduduk terbanyak dan B adalah Jumlah Penduduk terendah. Sehingga nterval tahun 2012 = (170931 - 39577)/5 = 24491 dan Interval tahun 2013 = ( 171951 – 39817)/5 = 24637. Diperoleh orde berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut berdasarkan interval kelas diatas Untuk orde tahun 2012 berdasarkan interval kelas maka pembagian orde diatas diperoleh adalah Orde I adalah Medan Deli, Medan Helvetia, Medan Denai dan Medan Marelan, Orde II adalah Medan Johor, Medan Amplas, dan Medan Tembung, Orde III adalah Medan Area, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Labuhan, dan Medan Belawan, Orde IV adalah Medan Tuntungan, Medan Kota, dan Medan Barat dan Orde V adalah Medan Baru, Medan Maimun, Medan Polonia, dan Medan Petisah. Untuk orde tahun 2013 berdasarkan interval kelas berdasarkan pembangian orde diatas diperoleh adalah Orde I adalah Medan Deli, Medan Helvetia, Medan Denai, dan Medan Marelan, Orde II adalah Medan Amplas, dan Medan Tembung, Orde III adalah Medan Area, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Labuhan, Medan Belawan, dan Medan Johor, Orde IV adalah Medan 57
Oktarini Khamilah Siregar
Tuntungan, Medan Kota, dan Medan Barat, Orde V adalah Medan Baru, Medan Maimun, Medan Polonia, dan Medan Petisah 4.2
Analisis Location Quotient Setelah dilakukan analisis tersebut diperoleh daerah atau kecamatan yang memiliki nilai LQ yang lebih dari 1 artinya daerah atau kecamatan tersebut memiliki sektor basis pada komoditi tersebut, daerah tersebut mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan dapat memberikan tambahan kepada daerah lain, untuk dapat mengetahui potensi dari kegiatan/komoditi yang ada di masing-masing wilayah kecamatan. Setelah dilakukan analisis location quotient di 9 sektor lapangan usaha pada beberapa kecamatan di Kota Medan maka sektor yang memiliki LQ > 1 untuk tahun 2012. Untuk sektor pertanian terdapat pada. Kecamatan yang memiliki penghasilan disektor pertanian yang tertinggi dilihat dari nilai LQ yaitu Medan Johor sebesar 18,81. Di sektor pertambangan dan penggalian terdapat pada Medan Barat dengan nilai LQ sebesar 3,35. Di sektor listrik, gas dan air bersih terdapat pada Medan Belawan. Sektor bangunan dengan nilai LQ sebesar 3,59 dan 3,13 yaitu Medan Helvetia dan Denai. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terdapat pada Medan Area merupakan daerah yang memiliki nilai LQ tertinggi sebesar 3,36. Sektor Pengangkutan dan komunikasi terdapat pada dengan nilai LQ sebesar 3,69 kecamatan Medan polonia. Sedangkan sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan terdapat pada Medan Baru memiliki hasil nilai LQ sebesar 3,22 yang menjadi daerah sebagai lapangan usaha disektor jasa. Dari hasil analisis location quotient bahwa 21 kecamatan di Kota Medan masing-masing memiliki keunggulan di setiap sektor lapangan usaha ditahun 2012. Maka Kota Medan untuk setiap kecamatan memiliki potensi pusat pertumbuhan ekonomi secara menyebar di seluruh wilayah Kota Medan baik itu diperbatasan wilayah Kota Medan. Tetapi Kota Medan untuk tanaman makanan masih mengambil dari daerah lain dikarenakan begitu banyak jumlah penduduk setiap tahun makin bertambah maka hasil produksi tanaman makanan tidak cukup untuk konsumsi masyarakat Medan. Hasil analisis location quotient per kecamatan di Kota Medan pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2. Selanjutnya akan dilihat apakah setiap kecamatan di Kota Medan dapat mempertahankan keunggulan sektor lapangan usahanya, atau pindah ke sektor lapangan usaha lainnya. Maka peneliti akan mengolah data kembali dengan menghitung analisis location quotient di 9 sektor lapangan usaha pada beberapa kecamatan di Kota Medan dimana sektor yang memiliki LQ > 1 untuk tahun 2013. Hasil analisis location quotient ditahun 2013 bahwa dimasing-masing kecamatan dalam 9 sektor lapangan usaha yang memiliki LQ >1 adalah untuk sektor pertanian terdapat di daerah yang memiliki keunggulan disektor pertanian dengan nilai LQ sebesar 22.17 adalah Medan Johor. Sektor pertambangan dan penggalian terdapat di daerah yang LQ tertinggi sebesar 3.47 di kecamatan Medan Barat. Pada Sektor listrik, gas dan air bersih terdapat diwilayah dengan nilai LQ yang tertinggi sebesar 6.88 di wilayah kecamatan Medan Belawan. Sektor Bangunan terdapat diwilayah nilai LQ yang tertinggi sebesar 3.53 terdapat di Medan Helvetia. Sektor perdagangan, hotel dan restoran terdapat diwilayah dengan nilai LQ sebesar 5.04 terdapat diwilayah kecamatan Medan Area. Selanjutnya sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat di wilayah kecamatan Medan polonia memiliki keunggulan disektor ini dengan nilai LQ sebesar 4.09. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdapat dinilai LQ tertinggi sebesar 3.77 terdapat di kecamatan Medan Area. Tabel 2 Analisis Location Quotient PDRB Harga Berlaku per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2012 LQ No
Pertani an
Pertamba ngan dan penggali an
Industri pengola han
Listrik, Gas dan Air bersih
7,93
53,36
0,03
18,81
-8706,82
Kecamatan
Bangu nan
Perdagan gan, Hotel dan Restoran
Pengangk utan dan komunika si
Keuangan,p ersewaan dan jasa perusahaan
Jasa -jasa
0
0,46
2,06
0,06
0,42
1,3
0,33
5,15
1,45
0,68
0,3
0,46
1,83
0,85
0,51
0,19
2,56
1
M.Tuntungan
2
M.Johor
3
M. Amplas
0,78
0
0,68
0
2,4
4
M.Denai
1,41
0
0,48
0
3,13
1,5
0,16
0,72
1,22
5
M.Area
0
0
0,24
0
1,35
3,36
0,3
2,4
2,63
6
M.Kota
0
0
0,23
2,14
0,63
2,48
0,34
0,39
0,93
7
M.Maimun
0
0
0,04
0
0,6
2,57
0,02
1,5
0,3
8
M.Polonia
0,02
0
0,01
0
0,18
0,46
3,69
0,26
0,99
9
M.Baru
0
0
0
0
1,4
0,57
0,17
2,07
3,22
6,35
54,97
0,12
0
1,28
1,06
0,19
1,32
1,62
10
M.Selayang
58
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…
11
M.Sunggal
2,79
0,33
0,06
4,41
1,25
0,84
0,55
1,63
1,38
12
M.Helvetia
0,06
0
0,02
0
3,59
1,04
0,15
1,05
1,37
13
M.Petisah
0
0
0,04
0
0,62
2,03
0,1
1,41
1,54
14
M.Barat
0
0
3,35
1,45
0,33
0,41
0,15
1,81
0,61
15
M.Timur
0
0
0,04
0
0,45
0,71
3,28
0,49
0,51
16
M.Perjuangan
0
0
0,12
0
1,01
2,21
0,05
0,49
2
17
M.Tembung
0,02
0
0,27
0
1,33
1,9
0,54
0,66
1,11
18
M.Deli
0,68
0
1,61
0
1,75
1,05
1,3
0,04
0,4
19
M.Labuhan
11,31
0
1,98
0
0,17
1,01
0,11
0,38
0,81
20
M.Marelan
14,69
0
1,69
0
0,44
0,94
0,03
0,26
0,65
21 M.Belawan 13,28 Sumber: data diolah, 2015
0
0,46
7,05
0,05
0,26
1,5
0,29
0,9
Sedangkan sektor jasa-jasa terdapat diwilayah dengan nilai LQ tertinggi sebesar 4,18 terdapat dikecamatan Medan Area. Berdasarkan perbandingan analisis LQ selama 2 tahun dari tahun 2012 dan 2013, maka dapat menyimpulkan keunggulan sektor lapangan usaha sesuai dengan kecamatan masing-masing dan daerah tersebut tetap mempertahankan potensi daerahnya sendiri. Data dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut peraturan daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Medan, bahwa Kecamatan Medan Marelan diprioritaskan sebagai pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok dan pusat rekreasi serta wisata, tetapi berdasarkan data yang diperoleh BPS bahwa ada 8 kecamatan yang menghasilkan sektor pertanian salah satunya masih tetap kecamatan Medan Marelan yang merupakan wilayah perbatasan Kota Medan dekat dengan Hamparan Perak (Kabupaten Deli Serdang) merupakan penghasil tanaman sayuran. Di kecamatan Medan Marelan ini sekarang selain sebagai tempat pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok, juga sebagai pusat properti bangunan dan pusat industri pengolahan dikarenakan daerahnya berdekatan dengan pelabuhan laut. Kecamatan Medan Belawan masih tetap sebagai pusat pelayanan transportasi laut, pusat bongkar muat ekspor-impor, pusat pelayanan pertahanan keamanan, pusat kegiatan industri dan pusat kegiatan perikanan (sektor pertanian). Kecamatan Medan Labuhan tetap masih sebagai pusat kegiatan jasa dan pedagangan, pusat pelayanan transportasi dan pusat pelayanan kesehatan. Tabel 3 Analisis Location Quotient PDRB Harga Berlaku per kecamatan di Kota Medan Tahun 2013
LQ No
Kecamatan
Bang unan
Perdagan gan, Hotel dan Restoran
Pengan gkutan dan komuni kasi
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Jasajasa
0
0,46
1,91
0,06
0,42
1,29
0,33
5,07
1,38
0,6
0,32
0,43
1,75
Pertan ian
Pertamban gan dan penggalian
Indus tri pengo lahan
Listrik, Gas dan Air bersih
8,46
50,45
0,02
22,17
-10676,87
1
M.Tuntungan
2
M.Johor
3
M. Amplas
0,94
0
0,66
0
2,36
0,8
0,57
0,19
2,53
4
M.Denai
1,34
0
0,44
0
2,79
1,26
0,16
0,65
1,1
5
M.Area
0
0
0,27
0
1,34
5,04
0,52
3,77
4,18
6
M.Kota
0
0
0,24
2,18
0,62
2,29
0,37
0,38
0,92
7
M.Maimun
8
M.Polonia
9
M.Baru
0
0
0,04
0
0,59
2,38
0,02
1,48
0,3
0,02
0
0,01
0
0,18
0,43
4,09
0,26
0,98
0
0
0
0
1,38
0,53
0,18
2,05
3,18
7,08
65,26
0,13
0
1,25
0,97
0,21
1,29
1,59
10
M.Selayang
11
M.Sunggal
3
0,38
0,06
4,49
1,23
0,78
0,6
1,61
1,36
12
M.Helvetia
0,08
0
0,02
0
3,53
0,96
0,17
1,04
1,35
13
M.Petisah
0
0
0,05
0
0,61
1,88
0,11
1,39
1,52
59
Oktarini Khamilah Siregar
14
M.Barat
0
0
3,47
1,47
0,32
0,38
0,17
1,79
0,61
15
M.Timur
0
0
0,04
0
0,44
0,66
3,64
0,48
0,5
16
M.Perjuangan
0
0
0,12
0
0,99
2,04
0,66
0,48
1,98
17
M.Tembung
0,03
0
0,24
0
1,32
1,77
0,6
0,65
1,1
18
M.Deli
0,81
0
1,48
0
1,78
1
1,48
0,04
0,4
19
M.Labuhan
10,79
0
2,42
0
0,16
0,9
0,12
0,36
0,77
20
M.Marelan
16,97
0
1,63
0
0,42
0,85
0,03
0,25
0,62
21
M.Belawan
13,95
0
0,5
6,88
0,04
0,24
1,68
0,29
0,92
Kecamatan Medan perjuangan dan Medan Tembung sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pelayanan olahraga. Kecamatan Medan Area sebagai pusat pelayanan ekonomi, pusat pelayanan transportasi. Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Petisah sebagai pusat pelayanan ekonomi dan transportasi. Kecamatan Medan Selayang sebagai pusat kegiatan perdagangan dan pusat pendidikan. Sedangkan Kecamatan Medan Timur dan Medan Deli sebagai pusat perdagangan, pusat transportasi dan pusat sosial budaya serta pertahanan keamanan. Sehingga masing-masing kecamatan masih tetap bertahan dalam keunggulan sektor lapangan usahanya sesuai dengan PERDA Pemerintah Kota Medan, tetapi setiap kecamatan tidak memiliki 1 keunggulan sektor lapangan usaha saja melainkan lebih dari satu. Ini berarti pusat pertumbuhan menyebar kesegala daerah dengan berbagai keunggulan produksi sektor lapangan usahanya maka akan dapat meningkatkan pendapatan Pemerintah Kota Medan melalui pembangunan perekonomiannya sesuai dengan kemajuan teknologi sekarang. 4.3 a)
Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Pemerintah Kota Medan Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Uji Normalitas
Gambar 1 Histogram
Gambar 2. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Pada Tampilan grafik histogram, data distribusi nilai residual menunjukkan berdistribusi normal, hal ini dinyatakan pada gambar berbentuk bel yang hampir sempurna (simetris). Uji statistik untuk menguji normalitas residual pada penelitian ini dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnof (1-sampel K-S test). Tabel 4. One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 14 a Normal Parameters Mean ,0000000 Std. Deviation 3872594,91778 679 Most Extreme Differences Absolute ,142 Positive ,142 Negative -,123 Kolmogorov-Smirnov Z ,533 Asymp. Sig. (2-tailed) ,939 a. Test distribution is Normal.
60
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.939, dan tidak signifikan pada α = 0.05 (asymp.Sig = 0.939 > 0.05) sehingga hipotesis Ho diterima, yang mengatakan data residual berdistribusi normal. 2) Uji Multikolinieritas Hasil uji statistik nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10, dan demikian juga hasil perhitungan Variance Infllation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10. Tabel 5 Collinerity Statistics
Model T (Constant ,464 ) X1 1,381 X2 1,077 X3 -,875 X4 4,612 X5 2,190 X6 -,495 a. Dependent Variable: Y
Sig.
1
Collinearity Statistics Toleranc e VIF
,657 ,210 ,317 ,410 ,002 ,055 ,635
,118 ,136 ,038 ,086 ,127 ,321
8,510 7,358 7,641 9,671 7,851 3,115
3) Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar scatterplots menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, yang mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 3. Scatterplot
4) Uji Autokorelasi
Model 1
R ,993
R Square a
,986
Tabel 6 Uji Durbin Waston b Model Summary Change Statistics Adjusted R R Std. Error of the Square F Square Estimate Change Change df1 df2 ,974
5277457,29041
,986
81,862
6
7
Sig. F Change ,000
DurbinWatson 2,285
a. Predictors: (Constant), X6, X1, X5, X2, X4, X3 b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Waston sebesar 2.285, maka angka DW berada diantara 2 sampai +2 hal ini tidak terjadi autokorelasi. 4.4 Pengujian Hipotesis 1) Uji Simultan (Uji F)
61
Oktarini Khamilah Siregar
Tabel 7 Uji Simultan b ANOVA Model Sum of Squares Df Mean Square 1 Regression 1,368E16 6 2,280E15 Residual 1,950E14 7 2,785E13 Total 1,387E16 13 a. Predictors: (Constant), X6, X1, X5, X2, X4, X3 b. Dependent Variable: Y
F 81,862
Sig. a ,000
Dari hasil Output SPSS, hasil uji Anova diperoleh F-hitung sebesar 81,862, F-tabel (7:0.05) = 3.79 dengan tingkat probabilitas 0.000. Dengan demikian disimpulkan, p = 0.000 < α = 0.05, bahwa Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba BUMD, DAU, DAK dan DBH secara simultan berpengaruh terhadap pusat pertumbuhan ekonomi (PDRB). 2) Uji Parsial (Uji-t) Tabel 8 Uji Parsial Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 2247372, 4843700,52 154 1 X1 ,021 ,015 ,181 X2 ,067 ,062 ,131 X3 -1,654 1,890 -,202 X4 ,065 ,014 ,706 X5 ,305 ,139 ,275 X6 -,014 ,028 -,039 a. Dependent Variable: Y
T
Sig.
,464
,657
1,381 1,077 -,875 4,612 2,190 -,495
,210 ,317 ,410 ,002 ,055 ,635
Berdasarkan tabel diatas diperoleh model persamaan regresi berganda sebagai berikut; PDRB = 2247372,154 + 0,021 PD + 0,067 RD – 1,654 LB BUMD + 0,065 DAU + 0,305 DAK – 0,014 DBH. Kemudian hasil uji parsial dalam penelitian ini adalah Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap PDRB, Retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap PDRB, Laba BUMD tidak berpengaruh terhadap PDRB, DAU berpengaruh terhadap PDRB , DAK berpengaruh terhadap PDRB dan DBH tidak berpengaruh terhadap PDRB. 3) Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model 1
R ,993a
R Square ,986
Adjusted R Square ,974
Std. Error of the Estimate 5277457,29041
Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 ,986
81,862
6
7
Sig. F Change ,000
a. Predictors: (Constant), X6, X1, X5, X2, X4, X3
Dari hasil output diatas, bahwa diperoleh nilai R Square sebesar 0.986 dan nilai Adjusted R Square sebesar 0.974. Hal ini menunjukkan bahwa 97,40 % variabel PDRB di jelaskan oleh variabel Pajak daerah, retribusi daerah, Laba BUMD, DAU, DAK dan DBH sedangkan sisanya 2,60% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti Inflasi, Belanja Pemerintah, Investasi dan lainnya. 4.5 Pembahasan Pusat pertumbuhan merupakan suatu wilayah yang berkembang secara pesat khususnya kegiatan ekonomi sehingga menjadi pusat pembangunan daerah. Berdasarkan analisis scalogram di Kota Medan maka terdapat 5 orde pusat pertumbuhan pada masing-masing kecamatan. Dimana posisi yang paling tinggi terdapat pada orde 1, setiap tahunnya posisi orde untuk masing-masing kecamatan berbeda disebabkan karena jumlah
62
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…
penduduk Kota Medan setiap tahun bertambah seperti Kecamatan Medan Johor ditahun 2012 berada pada posisi orde ke 2 kemudian ditahun 2013 naik ke orde 1 disebabkan jumlah penduduk di Medan Johor bertambah karena angka kelahiran atau urbanisasi penduduk. Sedangkan dengan menggunkan analisis location quotient masing-masing kecamatan memiliki nilai LQ >1, LQ =1 dan LQ < 1 dari 9 sektor lapangan usaha. Dimana kecamatan memiliki keunggulan produksi sektor lapangan usaha lebih dari 1, namun Kota Medan masih kekurangan produksi di sektor pertanian khususnya tanaman makanan karena jumlah penduduk yang setiap tahun makin bertambah sehingga tidak mampu memenuhi konsumsi masyarakat di Kota Medan. Maka solusinya Pemerintah Kota Medan untuk memenuhi kebutuhannya dalam subsektor tanaman makanan (sayur-mayur) diperoleh di daerah lain yaitu Kabupaten Tanah Karo dan Kabupaten Deli Serdang yang merupakan wilayah perbatasan Kota Medan. Berdasarkan Perda Kota Medan No.13 tahun 2011 bahwa masingmasing kecamatan masih bisa mempertahankan keunggulan sektor lapangan usahanya. Perbatasan Kota Medan khususnya diwilayah kecamatan Medan Johor, Medan Selayang dan Tuntungan sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan pertanian (hasil perkebunan buah-buahan), penggalian, perdagangan, hotel, restoran serta jasa perusahaan. Wilayah kecamatan ini sangat dekat dengan wilayah objek wisata di Kabupaten Tanah Karo sehingga prospek dalam bidang bisnis akan dapat meningkatkan perekonomian para investor. Untuk Kecamatan Medan Amplas, Tembung dan Denai sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan bangunan, jasa, perdagangan, hotel dan restoran karena daerah ini dekat dengan Bandara Kaulanamo Internasionl sehingga masyarakat sibuk pindah ke daerah ini, disebabkan daerah yang strategis dalam berbisnis, tetapi Kecamatan Medan Denai juga sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan subsektor perkebunan buah-buahan. Dengan adanya bandara tersebut maka membantu meningkatkan pendapatan daerah Kota Medan dalam Bidang Transportasi khususnya angkutan rel (Kereta Api) dan Jalan Raya ( Bus Damri). Kecamatan Medan Marelan sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan pertanian pada subsektor tanaman makanan (sayur) dan industri pengolahan, kecamatan berbatasan dengan daerah hamparan perak (Kabupaten Deli Serdang) sebagai penghasil pertanian dalam subsektor tanaman sayur. Kondisi kecamatan Medan Marelan saekarang sudah mulai maju karena terdapatnya mall di kawasan ini dan banyak dibangun properti sehingga tanaman untuk lahan pertanian akan hilang. Kecamatan Medan Deli sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan industri pengolahan, perdagangan, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi. Kecamatan ini merupakan pusat Kawasan Industri Medan yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, sesuai dengan permintaan KIM sekarang menjadi 5 yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan kecamatan Medan Sunggal sebagai pusat pertumbuhan dalam kegiatan pertanian pada subsektor perkebunan, listrik, dan air bersih, bangunan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dimana kecamatan ini merupakan perlintasan jalur sumatera perbatasan antara Kabupaten Deli Serdang dan Menuju Pemerintah Kota Binjai. Kota Medan merupakan Kota metropolitan yang memiliki bertambah penduduk setiap tahunnya dan daerah tempat pusat perdagangan dari beberapa daerah Pemerintah Kabupaten dan Kota di Indonesia. Sebagai Kota perdagangan pemerintah Kota Medan haruslah dapat memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana serta infrastruktur yang lebih baik, karena ini akan mempengaruhi siklus bisnis di Kota Medan dan berdampak pada pembangunan perekonomian Kota Medan. Dalam konsep pusat pertumbuhan bahwa Kota Medan merupakan sebagai tempat sentral berhierarki tujuh karena daerah Kota Medan merupakan kawasan yang luas jangkauanya di berbagai kawasan lainnya dan merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara. Jadi pusat pertumbuhan di Kota Medan menyebar kesegala wilayah kecamatan Kota Medan. Dengan semakin pesatnya pusat pertumbuhan maka akan membantu dalam meningkatan pendapatan daerah dan membuka lapangan pekerjaan di daerah tersebut. Sekarang ini pusat pertumbuhan khususnya pembelanjaan yaitu Mall di Kota Medan semakin bertambah, kemudian dipusat kota makin bertambahnya gedung-gedung besar yaitu hotel berbintang dan bangunan perkantoran dan transportasi. Pusat pertumbuhan merupakan faktor pendudkung untuk kemajuan pendapatan daerah sehingga peneliti akan melihat apakah dengan semakin tumbuhnya pusat pertumbuhan di Kota Medan akan mempengaruhi pendapatan daerah dan secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi menjadi meningkat. Diperoleh hasil secara simultan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto (pertumbuhan ekonomi) di Pemerintah Kota Medan.
5.
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hasil analisis scalogram terdapat 5 orde pada kecamatan dimana posisi tertinggi terletak pada Orde 1, dan setiap tahun terjadi fluktuasi posisi orde pada setiap kecamatan disebabkan oleh semakin meningkat jumlah penduduknya seperti Kecamatan Medan Johor. b. Hasil analisis location quotient bahwa terdapat pusat pertumbuhan baru di wilayah perbatasan Kota Medan seperti kecamatan Medan Deli bertambahnya Kawasan Industri Medan menjadi 5 meskipun berada di Kabupaten Deli Serdang tetapi membuka lapangan pekerjaan, dan Medan Amplas Medan Denai dengan dibangunnya hotel daerah menuju Bandara Kualanamo. Medan Tembung dibangunya properti swalayan 63
Oktarini Khamilah Siregar
c.
a.
b.
c.
(bisnis), Medan Tuntungan, Medan Johor dan Medan Selayang bertambahnya properti bangunan, hotel dan restoran karena daerah tersebut terdapat sekolah Politeknik Kesehatan dan kawasan menuju wisata pegunungan dan Kecamatan Medan Sunggal bertambahnya properti bangunan perumahan dan pertokoan. Kemudian pusat pertumbuhan baru di pusat kota adalah adanya transportasi jalan raya dan kereta api disebakan karena adanya Bandara Kualanamo dan dibangunnya hotel dan pusat perbelanjaan seperti Center Point serta properti perumahan dan pertokoan di Kecamatan Medan Helvetia, Medan Marelan dibangunnya properti perumahan dan pertokoan (bisnis). Bahwa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, DAU, DAK dan DBH berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB dalam harga berlaku) . Berdasarkan uraian simpulan di atas, sejumlah saran yang dapat diberikan antara lain: Pemerintah Kota Medan harus dapat mengontrol perkembangan pusat pertumbuhan di Kota Medan sesuai dengan Perda Kota Medan pada setiap kecamatan yang memiliki potensi sektor lapangan usahanya dan pembuatan cluster dari keunggulan sektor lapangan usaha. Karena masing-masing kecamatan masih menguasai sektor lapangan usaha yang lain sehingga tidak ada konsentrasi untuk sektor lapangan usaha tersebut. Untuk kecamatan Medan Marelan, pemerintah menetapkan sebagai pusat pelayanan kebutuhan pokok yaitu pertanian dalam tanaman makanan, tetapi dengan perkembangan pusat pertumbuhan daerah ini lebih mendukung properti dan jumlah penduduk yang bertambah membuat lahan pertanian menjadi sempit karena diganti dengan bangunan properti maka disini pemerintah harus dapat lebih tegas dalam peraturan daerah tersebut. Pemerintah Kota Medan harus memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana (infrastruktur) yang akan mempengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan di Kota Medan khususnya seperti jalan dan lainnya berdampak dalam pembangunan perekonomian Kota Medan. Pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan menggunakan metode yang berbeda seperti metode cluster atau pengembangkan variabel penelitian dari variabel yang telah digunakan oleh peneliti.
REFERENSI David , McKee. (2008). Services, Growth Poles And Advanced Economies. Service Business (2008) 2: 99–107. DOI 10.1007/s11628-007-0026-y. Daniel Dranca. (2013). Cluj-Napoca Metropolitan Zone: Between A Growth Pole And A Deprived Area, Transylvanian Review of Administrative Sciences: No. 40 E, pp. 49-70. Christofakis M, And Papadaskalopoulos A.(2011). The Growth Poles Strategy In Regional Planning: The Recent Experience Of Greece), Theoretical and Empirical Researches in Urban Management: Volume 6, Issue 2. I.O. Manyanhaire, R.Rwafa and J. Mutangadura.(2011). A Theoretical Overview Of The Growth Centre Strategy: Perspectives For Reengineering The Concept In Zimbabwe, Journal of Sustainable Development in Africa (Volume 13, No.4), ISSN: 1520-5509.V John Speakman Marjo Koivisto. (2013). Growth Poles: Raising Competitiveness and Deepening Regional Integration: World Economic Forum. Kheyroddin.Reza and Piroozi. Reza. (2012). Suburbanization To The Suburban Growth Poles, From Planning To Implementation, A Study Of Paris Metropolitan Area : Association De Science Régionale De Langue Française. E Kholish Kurniawan. (2013). Pengaruh Dari Pertumbuhan Suatu Kota Terhadap Perkembangan Ekonomi Di Wilayah Sekitarnya Mankiw. (2006). Makro Ekonomi :Penerbit Erlangga. Medan dalam angka tahun 2012 dan 2013. Nattapon SANG‑ARUN. (2012). Development Of Regional Growth Centres And Impact On Regional Growth: A Case Study Of Thailand’s Northeastern Region: Urbani izziv, volume 24. Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. 64
Penerapan Model Location Quotient Dan Scalogram…
Peraturan Daerah Kota Medan No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2013. Sukirno, Sadono. (2008). Teori Pengantar Makroekonomi. PT. Raja Grafindo Perkasa: Jakarta. Sjafrizal. (2009). Teknik Praktisi Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah. Baduose Media: Padang. ----------.(2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. PT. Raja Grafindo Perkasa: Jakarta Tarigan, Robinson.(2005). Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi Edisi Revisi : PT.Bumi Aksara Jakarta. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Yudistri Pebriana, Intan.(2005). Analisa Pusat Pertumbuhan Ekonomi pada Tingkat Kecamatan di kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan . Jurnal Penelitian Bidang Ekonomi : Vol 4 No.1 tahun 2005. Viktor Komarovskiy.(2013). The Role Of The Concept Of “Growth Poles” For Regional Development. Journal Of Public Administration, Finance And Law:Issue 4. Yan Liu dkk. (2011). Do bigger cities contribute to economic growth in surrounding areas? Evidence from county-level data in China. National Natural Science Foundation of China (71003026) .
65