PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI FLUIDA DINAMIS KELAS XI MIA 2 SMA NEGERI 1 TUMPANG
Firmanilah Kamil, Parno, Purbo Swasono Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskrispsikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing guna meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Data hasil keterampilan proses sains siswa diperoleh dari hasil observasi dengan nilai 41,37 pada siklus I menjadi 81,93 pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang setelah penerapan model inkuiri terbimbing pada pokok pembahasan fluida dinamis. ABSTRACT This classroom action research aims to describe the model of guided inquiry learning in order to improve students' science process skills. This study was conducted in two cycles. Data from students' science process skills gained from the observation with a value of 41.37 in the first cycle to 81.93 in the second cycle. The results showed an increase in science process skills of students of class XI MIA 2 SMA 1 Tumpang after the application of the guided inquiry on the subject of dynamic fluid. .
Keywords: science process skill, guided inquiry, dynamic fluida, classroom action research
Keterampilan proses sains dapat membantu siswa dalam menemukan konsep berdasarkan fakta dari kejadian alam. Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Materi Fluida merupakan materi yang penting dalam mata pelajaran fisika karena banyak penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seperti yang diterapkan pada alat penyemprot, karburator, tabung pilot, sayap pesawat, dan venturimeter. Peneliti mengambil bab fluida dinamis yang terdiri dari beberapa materi yaitu sifat fluida ideal, persamaan kontinuitas, persamaan Bernoulli, dan penerapan fluida dinamis dalam kehidupan sehari-hari. Materi fluida dinamis ini akan mudah diserap siswa jika dipelajari dengan demonstrasi dan praktikum, karena akan lebih menarik dan dapat membangun pengetahuan siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang pada hari Jum’at, 26 September dan 3 Oktober 2014, keterampilan proses sains dalam proses belajar mengajar masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yang dilakukan pada kelas yang berjumlah 36 siswa dengan 13 siswa putra dan 23 siswa putri ini. Saat praktikum gerak harmonis sederhana keterampilan proses sains di kelas XI MIA 2 sebesar 15,74% dengan rincian sebagai berikut: mengobservasi 0%, menentukan variabel 0 %, menyusun hipotesis 0 %, melakukan eksperimen 36,1% (13 anak), mengukur 36,1 %(13 anak), menabelkan data 33,3%(12 anak), memproses data 27,78%(10 anak), menyimpulkan 5,56%(2 anak), dan mengkomunikasi 2,78%(1 anak). Model yang cocok diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003), inkuiri terbimbing merupakan proses yang bergerak dari langkah observasi sampai langkah pemahaman. Inkuiri terbimbing dimulai dengan observasi yang menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivistik. Pembelajaran dalam pandangan konstruktivistik memberi peluang kepada siswa untuk terlibat aktif, meningkatkan interaksi dalam mencapai tujuan belajar, dan saling mengisi dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai yang diungkapkan Jeffry (2010) bahwa pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran yang
lebih menekankan peran aktif mahasiswa (siswa) baik fisik maupun mental dalam menemukan suatu konsep. Implementasinya lebih menekankan pada pengkondisian lingkungan belajar yang berorientasi pada tindakan untuk meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan serta memecahkan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin menumbuhkan keterampilan proses sains menggunakan model inkuiri terbimbing dengan penelitian berjudul “Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Fluida Kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang”. METODE Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dengan materi yang berbeda. Setiap siklus terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1) data keterlaksanaan kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing, 2) data aspek keterampilan proses sains siswa. Kedua data ini diperoleh dari lembar observasi. Data keterlaksanaan model pembelajaran Inkuri Terbimbing akan dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif. Perhitungan persentase keterlaksanaan inkuiri terbimbing menggunakan persamaan sebagai berikut. Keberhasilan tindakan penelitian =
100%
(diadopsi dari Arikunto, 2012:299) Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran: 91% - 100%
= baik sekali
75% - 90%
= baik
50% - 74%
= cukup
25% - 49%
= kurang
1% - 24%
= gagal
Data keterampilan proses sains dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. P=
100 %
(diadopsi dari Arikunto, 2012:299)
Keterangan: P = persentase tingkat keterampilan proses F = jumlah nilai tingkat keterampilan proses N = jumlah nilai tingkat keterampilan proses ideal Kriteria yang disunakan sama dengan keerlaksanaan pembelajaran. Pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan berhasil apabila keterlaksanaan telah mencapai
. Indikator
keberhasilan keterampilan proses sains adalah HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dijelaskan sebagai berikut: Pembelajaran ditunjang dengan RPP, LKS, media percobaan dan powerpoint. LKS yang dibuat sesuai dengan tahapan inkuiri terbimbing yakni orientasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan masalah. Pembelajaran pada pertemuan I siklus I membahas materi hukum kontinuitas, pada pertemuan pertama siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang mereka jalani terbukti dengan banyanknya siswa yang sibuk sendiri pada tahap orientasi masalah, belum ada siswa yang berani merumuskan masalah, siswa belum mapu merumuskan hipotesis, siswa mengajukan pertanyaan selama kegiatan mengumpulkan data, siswa perlu bimbingan penuh dalam diskusi tahap menguji hipotesis, dan belum ada siswa yang merumuskan kesimpulan keseluruhan. Nilai keterampilan proses sains siswa pada pertemuan pertama juga masih rendah. Siswa mengerjakan soal evaluasi di akhir pertemuan. Keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan II siklus I mengalami peningkatan meskipun belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yakni 75%. Siswa mulai berani megajukan rumusan masalah dan hipotesis. Siswa masih bertanya kepada guru ketika berdiskusi untuk menguji hipotesis, namun telah ada siswa yang berani merumuskan kesimpulan meskipun tidak ditunjuk karena keterbatasan waktu. Siswa mengisi angket penilaian aspek afektif dan mengerjakan soal evaluasi. Keterampilan proses sains pada pertemuan ini juga belum mencapai 70% sehingga pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. Siswa telah melaksanakan pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan baik pada siklus II. Secara keseluruhan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. siswa mengobservasi video dengan baik pada tahap orientasi masalah.
Siswa dapat menentukan variabel yang terdapat pada video dengan cara merumuskan masalah. Siswa dapat merumuskan hipotesis berdasarkan rumrusna masalah yang telah diajukan. Percobaan sederhana yang dilakukan dapat membuat siswa terampil dalam merangkai alat dan bahan percobaan, melakukan pengamatan dan pengukuran serta menabelkan data percobaan. Data hasil ercobaan dianalisis dengan baik kemudian disesuaikan dengan hipotesis yang telah dibuat, jika sama maka hipotesis benar dan sebaliknya. Setelah siswa melakukan presentasi, siswa merumuskan kesimpulan menyeluruh berdasarkan orientasi, percobaan, dan presentasi, pada siklus II ini siswa telah mampu menyimpulkan bahkan menyempurnakan kesimpulan teman. Pembelajaran siklus II diakhiri dengan penilaian aspek afektif dan soal evaluasi. Data keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing tertera pada tabel 1. Data keterampilan proses sains siswa tampak pada tabel 2. Tabel 1. Data hasil keterlaksanaan pembelajaran model inkuiri terbimbing SIKLUS I N Ikuiri Terbimbing
Kriteria
SIKLUS II
Kriteria
Pertemuan
Pertemuan
Pertemuan
Pertemuan
1
2
1
2
o Sis
Guru
Sis
Guru
Sis
wa
(%)
wa
(%)
wa
(%)
(%)
1
Orientasi
75
2
Merumuskan masalah
3
Merumuskan hipotesis
62.5
Guru Sisw (%)
(%) 75
(%)
(%)
Cukup
81
87.5
100
100 Baik sekali
50 58.35
50 58.35 Cukup
75
91.6
100
100 Baik
67
75
83
83.3
91.6
100 Baik sekali
66.7
75
a
Guru
83.3 Cukup
5 4
Mengumpulkan data
70 53.55
75 68.15 Cukup
80
85
93.2 93.15 Baik
5
Menguji hipotesis
52
54 61.35 Cukup
84
90.6
90.9 93.15 Baik
6
Merumuskan
44 43.75
56
50 Kurang
81
87.5
93.8
60
64
66
81
88
95
50
100 Baik
kesimpulan
Keterlaksanaan
55.8
98
57.7
65.16
84.23
96.3125
Kriteria
Cukup
Cukup
Baik
Baik sekali
Siswa
61.95
Cukup
87.88
Baik
Guru
60.92
Cukup
92.66
Baik sekali
Tabel 2. Data keterampilan proses sains siswa SIKLUS I No
Kriteria
SIKLUS II
Kriteria
Sub Keterampilan
Pertemuan
Pertemuan
Rata-
Pertemuan
Pertemuan
Rata-
Proses Sains
1
2
rata (%)
1
2
rata (%)
1
Mengobservasi
58.8
69.7
64.26
Baik
77.78
87.88
82,83
Baik
2
Menentukan
32.4
54.5
43,45
Cukup Baik
68.06
86.36
77,21
Baik
26.5
46.97
36,72
Kurang Baik
61.11
84.85
72,98
Cukup
68.8
70.2
69,47
Baik
71.94
93.56
82,75
Baik
42.2
50.76
45,46
Cukup Baik
83.33
87.88
85,61
Baik
Variabel 3
Menyusun Hipotesis
4
Melakukan Eksperimen
5
Mengukur dan atau Menyusun Tabel Data
6
Memproses Data
38.2
52.02
45,13
Cukup Baik
82.41
87.88
85,14
Baik
7
Menyimpulkan
5.9
12.12
9
Sangat
78.7
88.89
83,8
Baik
77.78
92.42
85,1
Baik
75,14
88,72
Kurang Baik 8
Mengkomunika-
11.8
21.2
Persentase Total
Sangat Kurang Baik
si Presentase
16,49
35,575
47,18 41,37
Cukup Baik
81,93
Peningkatan keterampilan proses sains yang terjadi dari siklus I ke siklus II tidak lepas dari perbaikan keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa. Kelemahankelemahan pembelajaran yang terdapat pada siklus I dibahas pada kegiatan refleksi sehingga dapat ditentukan tindak lanjut yang seharusnya dilakukan. Keterampilan observasi meningkat karena guru meningkatkan tahap orientasi, guru membuat video lebih menarik agar siswa fokus. Keterampilan menentukan variabel meningkat karena guru memberi bimbingan siswa agar dapat merumuskan masalah dengan baik. Keterampilan merumuskan hipotesis meningkat dengan meningkatnya tahap merumuskan hipotesis pada pembelajaran model inkuiri terbimbing. Keterampilan melakukan eksperimen, melakukan pengkuran dan menabelkan data meningkat karena guru meningkatkan tahap mengumpulkan data dengan cara mengingatkan kelompok agar membaca prosedur sebelum mengambil data,
Baik
memperbaiki prosedur pada LKS dan membimbing setiap kelompok. Keterampilan menganalisis data meningkat karena guru memperbaiki pertanyaan yang ada pada tahap menguji hipotesis dalam LKS. Keterampilan menyimpulkan meningkat dari siklus I ke siklus II, keterampilan ini terlihat dari penulisan kesimpulan pada LKS dan saat siswa diminta merumuskan kesimpulan secara utuh. Keterampilan mengkomunikasi siswa juga meningkat dari siklus I ke siklus II, pada siklus I belum ada kelompok yang maju untuk presentasi, namun pada siklus II telah ada kelompok yang mempresentasikan hasil percobaan dan diskusi. Rangkaian pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah dilaksanakan merupakan pembelajaran dengan tahap yang berkesinambungan seperti yang dikatakan Nurhadi dan Senduk (2003) bahwa inkuiri terbimbing merupakan proses yang bergerak dari langkah observasi sampai langkah pemahaman. Bimbingan yang diberikan guru pada setiap tahap berangsur berkurang sesuai dengan peningkatan kemampuan siswa, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Yunus dkk (2015) yakni pada proses awal pembelajaran guru memberikan banyak bimbingan kemudian secara teratur mengurangi frekuensi bimbingan dengan demikian siswa dapat menjadi penyelidik yang baik dan pengetahuan ilmiahnya dapat terpenuhi. Pembahasan ini menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbmbing mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing dimaksudkan untuk membimbing siswa menemukan konsep secara mandiri melalui kegiatan percobaan (Wijayanti dkk, 2010). Rangkaian kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing saling terkait dengan keterampilan proses sains yang dilatihkan seperti yang telah dibahas. Hal ini juga diperkuat oleh Ambarsari dkk (2013) dalam jurnalnya yang menyebutkan bahwa pada pendekatan inkuiri siswa lebih banyak melakukan aktivitas dalam belajar dibandingkan pada pendekatan konvensional dan mampu meningkatkan keterampilan proses sains dasar. Model inkuiri terbimbing terbukti dapat meningkatkan keseluruhan dari keterampilan proses sains, penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Ariesta dan Supartono (2011) dengan hasil terjadi peningkatan kerja ilmiah mahasiswa dengan dikembangkannya bentuk perangkat perkuliahan kegiatan laboratorium fisika dasar II berbasis inkuiri terbimbing
PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa 1. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang telah terlaksana dengan baik oleh guru maupun oleh siswa pada semua tahap pembelajaran. Tahap pembelajaran yang dilaksanakan yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Keterlaksanaan penerapan model pembelajaran pada siklus I adalah sebesar 61.95% untuk siswa dengan kriteria cukup, sedangkan guru melaksanakan model pembelajaran sebesar 60.92% dengan kriteria cukup. Pembelajaran yang dilaksanakan belum memenuhi indikator keberhasilan yakni 75%, sehingga dilanjutkan pada siklus II. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87.88% untuk siswa dengan kriteria baik dan 92.66% untuk guru dengan kriteria baik sekali. Penerapan model inkuiri terbimbing pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan 75% sehingga siklus dihentikan. 2. Keterampilan Proses IPA siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Tumpang pada siklus I adalah sebesar 41.37% dengan kriteria cukup. Nilai ini belum memenuhi indikator keberhasilan 70% sehingga pembelajaran dilanjutkan ke siklus II. Terjadi peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada siklus II yakni menjadi 81,93% dengan kategori baik. SARAN Model pembelajaran Inkuri Terbimbing dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif cara dalam proses pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran agar pelajaran fisika menjadi lebih menarik dan menghasilkan hasil belajar yang tinggi. Sekolah hendaknya menyediakan jumlah dan jenis alat praktikum yang memadai sehingga saat melakukan percobaan tidak mengalami kesulitan dan berjalan lancar. Siswa menyiapkan materi pelajaran yang akan dipelajari agar saat proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Siswa seharusnya berberan aktif dalam melakukan praktikum agar terampil dalam menggunakan alatalat dan terbiasa melakukan praktikum. Siswa berlatih mengemukakan pendapat dan berkomunikasi saat melakukan diskusi.
DAFTAR RUJUKAN Ambarsari, W., Sentosa, S., & Maridi. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(1):81-95. Ariesta, R & Supartono. 2011. Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar Ii Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(2011): 62-68. Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. (2011). Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Andi Offset. Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Asmawati, Eka yuli sari. 2015. Lembar Kerja Siswa (LKS) Menggunakan Model Guided Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika,3(1): 1-16. Deta, U.A., Suparmi & S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9(2015):28-34. Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Handhika, Jeffry. 2010. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Aktivitas dan Perhatian Mahasiswa. JP2F, 1(1):9-23. Hidayat, Syamsir, Festiyed, Ahmad Fauzi. 2012. Pengaruh Pemberian Assessment Essay Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ekspositori Dan Inkuiri Di Kelas Xi Ia Sma N 1 Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 1(2012):1-14. Khan, Muzaffar and Iqbal, Muhammad Zafar. 2011. Effect of Inquiry Lab Teaching Method on the Development of Scientific Skills Through the Teaching of Biology in Pakistan. Language in India, 11(1): 169-178. Khotimah, Laela ngasarotur risfiqi, dan Partono. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Metro Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Fisika, 3(1): 64-72. Kristianingsih, D.D., S.E. Sukiswo, S. Khanafiyah. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial Riddle pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6(2010):10-13 Kurniawati, I.D., Wartono, M. Diantoro. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10(2014):36-46. Marnita. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Mahasiswa Semester I Materi Dinamika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9(2013):4352. Mc. Bridge, J.W, Muhammad I.B, Mohammad A.H, and Martin F.2004. Using an Inquiry Approach to Teach Science to Secondary School Science Teachers. Journal of Physics Teacher Education, 39 (5) : 434-439. Novianti, Nike. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses IPA dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII BSMP Negeri 1 Wagir. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas MIPA UM.
Nurhadi dan Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang: UM Press. Nurochma, Rofa, dkk. 2013. Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII Smp Negeri 1 Jaten Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(1): 34-48. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 59 Tahun 2014. 2014. Jakarta. Lampiran 3 Mapel Peminatan 10c. Praptiwi, L. dkk, 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Unjuk Kerja Siswa SMP RSBI. Unnes Science Education Journal, 1(2):86-95. Rachmadani, Puspa Handaru. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XMIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas MIPA UM. Rahayu, E., H. Susanto, & D. Yulianti. Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,7(2): 106-110. Henlenti, dkk. 2014. Pengembangan Media Praktikum Laboratorium Virtual untuk Pembelajaran Optika Kelas VIII SMP Negeri 1 Tungkal Ulu. Edu-Sains,3(2): 57-63. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Prenada Media Grup. Sudirman, N. dkk. 1988. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Karya. Suryobroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Wahyudin, dkk. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6(2010): 58-62. Wardani, Sri, dkk. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berorientasi Problem-Based Instruction. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 3(1):391-399. Wijayanti, P.I. dkk. 2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6(2010): 1-5 Yunus, S.R., dkk. 2013.Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Auditorik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,2(1):48-52.