Vol.VII No.3B Juni 2016
ISSN 1693-7945
PENERAPAN MODEL BERTUKAR PASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KEMBALI DONGENG PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 CIWARINGIN KABUPATEN CIREBON Oleh: Muhammad Sholeh STKIP NU Indramayu, Jawa Barat ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan menulis, khususnya menulis kembali dongeng pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ciwaringin Tahun Pelajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan penerapan model Bertukar Pasangan dalam pembelajaran menulis kembali dongeng pada siswa kelas VII. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi eksperimen dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas VII I yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII G yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol. Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis dan lembar observasi. Setelah dilakukan analisis data kemampuan menulis kembali dongeng siswa pada kelas eksperimen meningkat setelah mereka diberikan perlakuan pembelajaran dengan menerapkan model Bertukar Pasangan. Hasil tulisan dongeng siswa kelas eksperimen lebih baik bila dibandingkan dengan hasil tulisan dongeng siswa kelas kontrol. Terdapat perbedaan nilai yang signifikan di antara dua kelas tersebut. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa model Bertukar Pasangan efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis kembali dongeng pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Kata Kunci: Model Bertukar Pasangan, Menulis Dongeng PENDAHULUAN Pembelajaran menulis di sekolah merupakan salah satu bagian dari pengajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Akan tetapi pembelajaran ini kurang diminati siswa. Ini terbukti dari hasil observasi awal yang penulis lakukan di SMP Negeri 1 Ciwaringin. Adapun salah satu faktor penyebab kurang berminatnya siswa terhadap pembelajaran menulis adalah faktor penggunaan model pembelajaran. Selama ini model tradisional adalah model yang paling sering digunakan oleh guru saat mengajar, guru menjelaskan teori-teori kepada siswa melalui ceramah dan siswa hanya menjadi pendengar yang baik sehingga pembelajaran hanya bersifat satu arah. Setelah itu, siswa diberi tugas untuk menjawab dan mengerjakan soal-soal. Sistem pengajaran semacam ini sama sekali tidak efektif karena partisipasi aktif siswa tidak dilibatkan sehingga siswa menjadi jenuh dan tidak bergairah untuk belajar. Selain itu, karena partisipasi aktif siswa tidak dilibatkan, akhirnya berpengaruh juga terhadap kreativitas siswa untuk menulis.
10
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.3B Juni 2016
Permasalah di atas tentu harus segera dipecahkan. Model pembelajaran Bertukar Pasangan diharapkan mampu menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Model Bertukar Pasangan merupakan model pembelajaran kelompok. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan temannya. Model ini membantu siswa untuk memeroleh pengetahuan dari temannya sekaligus membantu memecahkan masalah yang berkenaan dengan materi yang sedang mereka pelajari melalui kegiatan diskusi. Penggunaan Model Bertukar Pasangan juga akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, dan mencari jawaban sehingga diharapkan siswa akan lebih memahami pentingnya bekerja sama yang sportif dan akan lebih memaknai belajar. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis mencoba menerapkan model Bertukar Pasangan dalam pembelajaran menulis, khusunya menulis kembali dongeng pada siswa kelas VII SMP. Rustaman (2003) menyatakan bahwa model Bertukar Pasangan adalah suatu metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan membagi siswa menjadi berpasangpasangan untuk mengerjakan suatu tugas dari guru kemudian salah satu pasangan dari kelompok tersebut bergabung dengan pasangan lain untuk saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban masing-masing. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa model Bertukar Pasangan merupakan model pembelajaran dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi, di mana siswa akan bertrukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya. Dengan diterapkannya sistem pembelajaran kelompok dalam model ini diharapkan model ini dapat membantu siswa untuk dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong untuk berprestasi, serta melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa SMP/MTs kelas VII dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut Nurhadi (2007:89) yang dimaksud dengan menulis kembali dongeng adalah kemampuan atau kesanggupan siswa untuk menulis kembali gambaran isi cerita dongeng yang telah dibaca atau didengarnya dari awal hingga akhir ke dalam bentuk tulisan. Penilaian yang digunakan dalam menulis kembali dongeng yaitu latar dalam dongeng, tokoh-tokoh dalam dongeng, penggunaan bahasa, kesesuaian isi dongeng, kreativitas penulisan dongeng serta ejaan dan tanda baca. Berdasarkan uraian definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis kembali dongeng adalah proses menuliskan kembali gambaran isi cerita dongeng yang telah dibaca atau didengar dengan memerhatikan urutan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam dongeng tersebut. Dalam kegiatan ini kemampuan siswa masih terikat pada teks yang diberikan, terutama mengenai isi, jalan cerita dan konsep pemikiran. METODELOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen semu (quasi exsperiment). Adapun desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 11
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.3B Juni 2016
Ciwaringin. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII dengan jumlah 281 orang yang terbagi menjadi 9 kelas. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik sampling purposive atau sampel bertujuan. Dengan teknik ini telah didapat dua kelas yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII I sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 30 orang dan kelas VII G sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 30 orang. Kedua kelas ini diambil sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa prestasi belajar siswa di kedua kelas tersebut memliki kemampuan yang sama. PEMBAHASAN 1. Proses Belajar Mengajar Dari hasil penelitian, penulis menilai proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas eksperimen efektif. Hal ini dikarenakan cara belajarnya berbeda yaitu dengan menggunakan model Bertukar Pasangan sehingga siswa merasa termotivasi dan bersemangat untuk belajar. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar. Pada pembelajaran ini siswa terlihat aktif berdiskusi menentukan pokok-pokok dongeng dan menulis kembali dongeng dengan kelompoknya/pasangannya, mereka juga aktif melakukan kegiatan bertukar pasangan untuk mencari informasi tugas pembelajaran mereka dari kelompok lain, lalu berdiskusi kembali dengan kelompok/pasangan semula untuk menganalisis dan mencocokkan hasil temuan mereka. Saat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut di atas tentunya terjadi komunikasi yang baik diantara siswa, dengan demikian artinya model ini juga dapat menambah kekompakan dan rasa percaya diri pada siswa. Sehingga menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Adapun aktivitas siswa di kelas kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan model diskusi terlihat kurang baik, siswa terlihat kurang aktif dan kurang bersemangat dalam belajar. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung kegiatan tersebut kurang berjalan dengan baik, terlihat ada sebagian siswa yang tidak telibat dalam kegiatan diskusi. Hal ini, dikarenakan siswa sudah bosan dengan model diskusi yang sudah sering diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sehingga mereka kurang bersemangat untuk belajar. Pada kelas kontrol guru hanya menerapkan model diskusi sehingga siswa merasa bosan dan kurang bersemangat untuk belajar. Selain itu, informasi yang didapat dari hasil diskusi pun hanya dari teman sekelompoknya tanpa ada informasi dari kelompok lain sehingga tulisan dongeng siswa pun kurang baik. Sedangkan pada kelas eksperimen guru menerapkan model Bertukar Pasangan yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian dalam model ini juga terdapat aktivitas bertukar pasangan. 2. Hasil Tes a. Hasil Tes Awal Dari data hasil tes awal dapat dilihat kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam pembelajaran menulis kembali dongeng. Berikut adalah data hasil tes awal menulis kembali dongeng siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. 12
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.3B Juni 2016
Tabel 1 Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai 1767
Subjek Nilai Subjek Jumlah 30 siswa 1735 30 siswa Rata-rata 58,9 57,83 Berdasarkan nilai tes awal di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen mendekati nilai rata-rata kelas kontrol atau dengan kata lain tidak ada perbedaan nilai yang signifikan diantara kedua kelas tersebut. b. Hasil Tes Akhir Dari data hasil tes akhir yang telah diperoleh penulis, dapat dilihat perbedaan kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut adalah data hasil tes akhir menulis kembali dongeng siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol. Tabel 2 Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai Subjek Nilai Subjek Jumlah 2225 30 siswa 1869 30 siswa Rata-rata 74,16 62,3 Berdasarkan nilai tes akhir di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol atau dengan kata lain terdapat perbedaan nilai yang signifikan diantara kedua kelas tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, setelah diberikan perlakuan pada umumunya siswa kelas eksperimen dapat menuliskan kembali dongeng dengan baik. Mereka sudah tepat dalam menentukan pokok-pokok dongeng, menyesuaikan penulisan dongeng dengan pokok-pokok dongeng, mengurutkan cerita, mendeskripsikan latar, mendeskripsikan tokoh dan perwatakan, menentukan pilihan kata serta penggunaan ejaan. Peningkatan terjadi pada semua aspek tersebut. Kemudian, hasil penghitungan statistik uji t dua sampel independen (independent samples t test) juga membuktikan bahwa diperoleh thitung sebesar 4,627 dan ttabel sebesar 1,994. Jadi, thitung = 4,627 > ttabel = 1,994 menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan nyata antara nilai menulis kembali dongeng kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dari penghitungan tersebut dapat dibuktikan bahwa penerapan model Bertukar Pasangan dalam pembelajaran menulis kembali dongeng pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ciwaringin tahun pelajaran 2014/2015 dinyatakan efektif. SIMPULAN Berdasarkan rangkaian logis isi uraian secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Model Bertukar Pasangan efektif ditarapkan dalam pembelajaran menulis kembali dongeng pada siswa kelas VII. Hal ini terbukti dari peningkatan kemampuan menulisnya. Hasil menulis kembali dongeng sebelum perlakuan memiliki skor ratarata sebesar 58,9 dan mengalami peningkatan skor rata-rata sebesar 74,16 setelah
13
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.3B Juni 2016
mendapatkan perlakuan. Peningkatan terjadi pada setiap aspek penilaian yaitu kemampuan menentukan pokok-pokok dongeng, kesesuaian penulisan dongeng dengan pokok-pokok dongeng, urutan cerita, deskripsi latar, deskripsi tokoh dan perwatakan, pilihan kata, dan ejaan. Peningkatan ini merupakan dampak dari penerapan model Bertukar Pasangan yang diterapkan di kelas eksperimen. 2. Pembelajaran menulis kembali dongeng dengan menggunakan model Bertukar Pasangan juga memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan model diskusi. Hasil penghitungan statistik dengan menggunakan uji t dua sampel independen (independent samples t test), diperoleh thitung sebesar 4,627 dan ttabel sebesar 1,994. Jadi thitung (4,627) > ttabel (1,994), menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan nyata antara nilai menulis kembali dongeng kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Penggunaan model yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda pula. Semakin efektif model yang digunakan, hasilnya akan semakin baik. Hal ini memperlihatkan pengaruh penggunaan model pada kelas eksperimen dapat menghasilkan dampak yang lebih efektif dibandingkan dengan model yang diterapkan pada kelas kontrol. 3. Saat proses belajar mengajar siswa memperlihatkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menulis kembali dongeng dengan menggunakan model Bertukar Pasangan. Siswa mengikuti setiap tahap pembelajaran dengan baik. Siswa terlihat fokus dan serius selama proses pembelajaran. Selama proses kegiatan pembelajaran siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi, bertukar pasangan, menganalisis hasil temuan, dan menyempurnakan hasil pekerjaan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Asmani, JM. 2011. 7 Tips Aplikasi Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Yogjakarta: Diva Press. Azis, A., dkk. 2012. Pedoman Umum Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Bee Media Indonesia. Kosasih, E. dan Restuti. 2009. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Hayon, J. 2007. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: PT Grasindo Gramedia. Huda, M. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. 2014. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
14
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.3B Juni 2016
Junaidi. 2011. Pengembangan Evaluasi pembelajaran PAI. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia. Kristantohadi, D. 2010. Peribahasa Lengkap dan Kesusastraan Melayu Lama. Yogyakarta: Tabora Media. Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo. Marno. 2011. Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia. Nadaek, W. 2006. Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses? Bandung: Sinar Baru Algesindo. Nurhadi, dkk. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Rampan, Korrie. 2012. Kreatif Menulis Cerita Anak. Bandung: Nuansa.
15