e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015)
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING BERBANTUA MEDIA MAZE UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Putu Ayu Vediasmari1, Prof.Dr.Ni Ketut Suarni2, Mutiara Magta3 1.3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected].,
[email protected].,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif setelah diterapkan metode problem solving berbantuan media maze pada anak kelompok B semester II tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Çudha Çrama Singaraja. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 24 anak TK Çudha Çrama pada kelompok B yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 13 anak perempuan Semester II tahun pelajaran 2014/2015. Data tentang kemampuan kognitif anak kelompok B diperoleh dengan menggunakan metode problem solving. Data penelitian tentang perkembangan kognitif dikumpulkan melalui metode observasi dengan instrument berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan dua metode analisis yaitu metode analisis statistik deskriftif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan persentaserata-rata pengembangan perkembangan kognitif anak pada siklus I sebesar 78,1% yang berada pada kategori sedang dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 83,01% berada pada kategori tinggi pada siklus II. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat dapat disimpulkan bahwa metode problem solving berbantuan media maze dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak pada kelompok B Semester II di TK Çudha Çrama Singaraja Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata-kata kunci : metode Problem Solving, peningkatan kemampuan kognitif, media maze Abstarct This study aims to determine the increase in cognitive ability after application of media-assisted method of problem solving maze for children Group B 2014/2015 second semester of lessons in kindergarten Çudha Crama Singaraja. This research is a classroom action research (PTK) which was conducted in two cycles. The subjects were 24 kindergarten children Çudha Crama in group B consisted of 11 boys and 13 girls second semester of the academic year 2014/2015. Data about the cognitive abilities of children in group B was obtained by using the method of problem solving. Data collected research on cognitive development through observation with instruments such as observation sheet. Data were analyzed using two methods of analysis, descriptive statistical methods and quantitative analysis. The results showed an increase in average persentaserata development cognitive development of children in the first cycle of 78.1%, which is the medium category and the second cycle increased to 83.01% at the high category in the second cycle. Based on the research that has been done can be concluded that the method of problem solving aided maze media can enhance the cognitive development of children in group B Semester II in kindergarten Çudha Crama Singaraja academic year 2014/2015. Key words: Problem Solving method, an increase in cognitive ability, media maze
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia lahir hingga usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar anak tumbuh dan berkembang dengan optimal. Pendidikan anak usia dini (PAUD) telah dimasukan secara tegas dalam pasal tersendiri (pasal 28), undang-undang system pendidikan nasional nomor 20 btahun 2003, sedangkan pada pasal 1 butir 14 dikemukakan bahwa “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Hal ini merupakan perwujudan dari yang telah diamanatkan oleh UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Sujiono (2010:2) menyatakan “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pelayanan pendidikan bagi anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan dilingkungan keluarga, sekolah, lembaga atau tempat pengasuhan anak yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak, agar dapat berkembang secara optimal dan memiliki kesiapan memasuki pendidikan dasar”. Sedangkan menurut Rahman (2005:4) pendidikan anak usia dini adalah upaya yang terancam dalam sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini”. Sejalan dengan yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 bahwa: Tujuan pendidikan Taman KanakKanak adalah membantu anak didik mengembangkan bebagai potensi baik
psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, serta sosial emosional kemandirian. Pengembangan diri anak usia dini dapat terwujud dengan baik melalui penyediaan fasilitas, saran dan prasarana, media belajar yang menarik, kurikulim yang berorientasi pada visi dan misi pendidikan serta presos pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi anak guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya di usia emas. Beberapa definisi mengenai PAUD yang dijabarkan diatas sudah menggambarkan dengan jelas betapa pentingnya pendidikan anak usia dini tersebut dijadikan sebagai langkah awal untuk menapak dunia pendidikan kejenjang yang berikutnya. Untuk meningkatkan mutu pendidikan anak sangat diperlukan pemahman yang mendasar mengenai perkembangan diri anak terutama yang terjadi dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran agar bisa berjalan dengan efektif, menyenangkan, dan menarik, diperlukan keterampilan mengajar guru atau pengasuh. Pembelajaran di Taman Kanakkanak semestinya di lakukan secara berkesinambungan mengingat anak usia dini merupakan anak membutuhkan pembiasaan untuk mengerti akan sesuatu. Beberapa penelitian kemampuan otak menunjukan bahwa untuk memaksimalkan kemampuan anak, stimulasi pendidikan harus diberikan sejak tiga tahun pertama dalam kehidupannya. Kita sebagai pendidik perlu juga mengetahui karakteristik anak usia dini secara umum. Adapun beberapa karakteristik yang muncul pada usia tersebut yakni: (1) masa keingintahuan (mulai berfikir dengan 4W+1H), (2) kemampuan berfikir, (3) perkembangan sosialisasi, (4) komunikasi, (5) masa negativise (Apriliani:2012). Semakin dini anak di berikan stimulasi dan latihan-latihan yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan otak hasilnya akan semakin baik karena pertumbuhan dan perkembangannya sangat pesat terjadi pada awal kelahirannya. Maka dari itu anak usia dini disebut anak berada pada
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) usia emas. Sejalan dengan hal ini, maka faktor guru dalam proses pembelajaran sangatlah menentukan, salah satu faktor yang perlu diperhatikan guru ialah sumber belajar/alat bermain sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi anak dalam kegiatan belajar di kelas. Sehingga bermain seraya belajar mempunyai fungsi untuk mengembangkan aspek perkembangan anak terutama perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif akan mampu berkembang dengan baik apabila anak diberikan suatu kegiatan pembelajaran yang mencangkup dengan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya seperti mencari jejak yang lebih kompleks, menunjukan kejanggalan suatu gambar, mampu mengambil keputusan secara sederhana dan menunjukan jalan yang tepat. Salah satu permainan yang dapat membantu perkembangan kognitif konsep bilangan anak dengan baik yaitu dengan bermain maze. Menurut Piaget (2007:240) perkembangan kognitif adalah “istilah umum yang mencangkup segenap model pemahaman yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”. Kemampuan kognitif dapat dikategorikan menjadi perkembangan kognitif pengetahuan umum dan sains, perkembangan kognitif konsep bentuk, warna, ukuran dan pola serta konsep bilangan, lambing bilangan dan huruf. Untuk mencapai keberhasilan dalam kemampuan kognitif konsep bilangan maka diperlukan suatu metode dan media pembelajaran yang tepat serta bervariasi sehingga guru dapat melihat prilaku yang muncul dari anak agar semua potensi yang tersembunyi pada diri anak terlihat sesuai dengan masa peka atau perkembangan yang ditunjukan oleh masing- masing anak, salah satunya dengan menggunakan media maze dan menggunakan metode yang belum pernah diterapkan di sekolah seperti metode problem solving. Menurut Suryani & Agung (2012:58) metode problem solving merupakan “suatu metode yang merangsang daya fikir anak dan melatih anak menghadapi suatu permasalahan yang ada pada lingkungan anak itu sendiri”. Sedangkan menurut
Subini, Dkk (2012:105) Metode Problem Solving adalah “penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama”. Dari pendapat diatas sangat jelas bahwa anak akan menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan cara yang sederhana . Berdasarkan hasil observasi di TK Çudha Çrama Singaraja Kabupaten Buleleng pada tanggal 2 maret 2015 ditemukan rendahnya kemampuan kognitif anak khususnya dikelompok B. hal ini dapat dilihat dari indikator pencapaian perkembangan kognitif konsep bilangan anak di TK Çudha Çrama dengan jumlah anak di kelompok B sebanyak 24 anak, yang memperoleh bintang (***) 5 anak, yang memperoleh bintang (**) 7 anak, sedangkan yang memperoleh bintang (*) 13 anak. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan anak belum tercapai dengan baik. Adapun penyebab lainnya yaitu, minimnya media belajar yang dapat menarik perhatian anak, kurangnya kemampuan guru dalam mengelalola pembelajaran sesuaia dengan metode yang akan diterapkan sehingga metode yang digunakan salalu monoton. Hal ini berdampak terhadap nilai perkembangan kognitif anak yang kurang memuaskan. Upaya perkembangan kognitif dalam konsep berfikir dan menyelesaikan masalah melalui kegiatan bermain sambil belajar atau bermain seraya belajar dapat diterapkan dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang berfariasi salah satunya yaitu metode problem solving dan media maze, dengan demikian anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasimenemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan, dan bermain dapat membantu anak lebih gampang untuk mengingat sesuatu. Adapun peneliti lain yang terkait dengan metode problem solving, penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Lisnawati pada tahun 2012 dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Problem
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) Solving Melalui Permainan Puzzle Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B3 TK Srikandi Denpasar”. permasalahan yang terkait dengan perkembangan kognitif yaitu: anak belum dapat berfikir abstrak, tidak dapat membedakan mana yang benar dan salah sehingga menyebabkan anak susah untuk mengambil keputusan sendiri pada saat diberikan tugas maupun menemukan masalah yang dihadapinya. Anak lebih cendrung melihat tugas dari temannya. Ini dikarenakan guru kurang memperhatikan anak didiknya dan kurangnya startegi guru dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang diadakan kurang menarik untuk meningkatkan perkembangan kognitifnya. Anakpun cepat merasa jeuh dan bosan dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas. Terkait dengan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan dengan menggunakan media maze yang dapat dilakukan sambil bermain mampu untuk mengembangkan perkembangan kognitif konsep bilangan anak. Melalui kegiatan yang mengguanakan media maze anak dapat mengekspresikan diri dalam berkreatifitas dan dalam menyelesaikan masalah yang ada dihadapan anak dan anak mampu untuk membedakan angka-angka yang terdapat pada jalan-jalan setapak di dalam kolom maze tersebut. Sehubungan hal tersebut maka peneliti mencoba untuk meneliti tentang peningkatan perkembangan kognitif anak melalui penerapan metode problem solving. Dari sekian banyak media bisa digunakan sebagai alat mengajar di TK. Namun hendaknya media harus benarbenar cocok dengan metode yang akan diterapkan pada proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa metode problem solving berbantuan media maze diduga berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Untuk itu dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Problem Solving Dengan Berbantuan Media Maze Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Pada Anak Kelompok B Semester II Di TK
Çudha Çrama Singaraja Tahun Pelajaran 2014/2015”. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional (Agung. 2010). Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 pada bulan Mei tahun 2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B di Taman Kanak-kanak Çudha Çrama Singaraja, Kecamatan Bulelengr, Kota Singaraja dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah anak Taman Kanak-kanak kelompok B semester II di Taman Kanak-kanak Çuha Çrama Singaraja. Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 24. Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif anak Taman Kanak-kanak Çudha Çrama, pada semester II dalam kegiatan pembelajaran mengenal konsep bilangan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Adapun gambar alur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Pada tahap rencana tindakan, dilakukan kegiatan menyamakan persepsi dengan guru mengenal konsep bilangan, menyiapkan materi yang akan diajarkan, menyusun rencana kegiatan harian, menyiapkan media maze, dan menyiapkan intrumen penilaian berupa pedoman observasi. Pada proses selanjutnya pelaksanaan, dilakuakn kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang dipersiapkan. Dalam kegiatan evaluasi/observasi dilakukan guna mengamati guru dan anak dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan observasi meliputi mengobservasi guru dalam mengajar di kelas dari membuka pelajaran, menyampaikan materi sampai menutup pelajaran, dan mengobservasi
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) anak dalam proses bermain. Tahap terakhir adalah refleksi, yakni mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan pada tiap siklus. Dalam penelitian ini, peneliti sekaligus menjadi praktisi (yang memberikan tindakan) dan berkolaborasi dengan guru. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu metode problem solving dan media maze, variabel terikat yaitu perkembangan kognitif. Definsi dari masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Metode Problem Solving adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan ilmu yang tepat kepada anak paada saat berlangsungnya proses pembelajaran sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal dengan mencapai kompetensi yang ditetapkan melalui aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak atas dasar kesenangan bukan karena sesuatu yang dijanjikan, hadiah atau pujian dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Metode Problem Solving dengan berbantuan media maze sangatlah efektif digunakan dalam meningkatkan perkembangan kognitif pada anak. Salah satu konsep yang dapat ditanamkan melalui metode problem solving adalah perkembangan kognitif. Kemampuan kognitif ini mampu menggambarkan tingkat pemahaman konsep bilangan anak. Kemampuan yang diteliti tersebut adalah
Membilang/menyebutkan urutan bilangan dari 1-20, Menunjuk lambang bilangan 1-20, Membuat urutan bilangan 1-20, Mengurutkan lambang bilangan 1-20 (Permendiknas 58 tahun 2009). Pemahaman konsep bilangan dengan menggunakan media akan mempermudah anak dalam memahami konsep bilangan secara lebih mendalam. Hal ini menggunakan gambar pada maze. Sementara itu, untuk mengumpulkan data peneliti hanya menggunakan satu buah metode yakni metode observasi. Metode observasi adalah “suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan” Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan kedalam kualitas yang sesuai dengan pedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, 1) bintang (*) belum berkembang, 2) bintang (**) mulai berkembang, 3) bintang (***) berkembang sesuai harapan, dan 4) bintang (****) berkembang sangat baik. Instrumen yang di gunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah PTK, dalam penelitian ini data yang diperlukan dari hasil adalah perkembangan kognitif anak. Dalam penelitian ini, penelitilah menjadi instrumen utama yang turun kelapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Disamping peneliti sebagai instumen utama, peneliti ini juga akan menggunakan instrumen bantu berupa foto. Untuk mendapatkan data yang diinginginkan maka disusunlah kisi-kisi istrumen penelitian untuk memudahkan dalam proses penelitian. Berikut ini kisi-kisi instrmen penelitian penerapan metode problem solving untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah“suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan membilang anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan perkembangan kognitif pada anak kelompok B di Taman Kanak kanak Çudha Çrama Singaraja. Dalam penelitian ini, penelitilah yang menjadi instrumen utama yang turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Disamping peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini juga akan menggunakan instrument bantu berupa lembar panduan observasi dan foto. Untuk mendapatkan data yang diinginkan maka disusunlah kisi-kisi. instrumen penelitian
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) untuk memudahkan dalam proses penelitian. Untuk mendapatkan data yang diinginkan maka disusunlah kisi-kisi instrumen penelitian untuk memudahkan dalam proses penelitian. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian penggunaan media maze melalui kegiatan belajar untuk meningkatkan perkermbangan kognitif anak yang berada di bawah ini. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus II dan jika dikonversi pada pedoman PAP Skala lima tentang tingkat kemampuan kognitif berada pada rentangan 80-89 dengan kriteria tinggi. Peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II mampu dan mecapai kriteria sedang menunjukkan bahwa penggunaan media maze melalui kegiatan meningkatan perkembangan kognitif anak berjalan secara efektif dan efesien. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian dilaksanakan di kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Çudha Çrama Singaraja. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Çudha Çrama Singaraja yang berjumlah 24 anak yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 13 anak perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus dimana siklus I terdiri dari enam kali pertemuan, yaitu enam kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian setelah melakukan pembelajaran, sedangkan pada siklus II terdiri enam kali pertemuan, yaitu enam kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian dilakukan setelah melakukan pembelajaran. Siklus I, pertemuan satu sampai enam menerapkan RKH (lampiran), dan diadakan evaluasi penilaian setelah pembelajaran pada siklus I (lampiran). Sedangkan siklus II untuk pertemuan pertama sampai enam menerapkan RKH (lampiran), dan diadakan evaluasi penilaian setelah pembelajaran pada siklus II (lampiran). Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan dengan media Maze. Selanjutnya data yang
telah didapat tersebut dianalisis dengan menggunakan model-model yang diterapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan dari akhir bulan mei 2015. Siklus I dalam penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 19 Mei 2015 sampai 12 Juni 2015. Penelitian ini dilakukan dalam tiga minggu, dimana tiap minggu terdiri dari enam kali pertemuan. Pertemuan pada minggu pertama sampai minggu kedua dilakukan tindakan pembelajaran dan melaksanakan evaluasi diakhir penilaian kemampuan kognitif anak yang berjumlah 24 orang. Data hasil belajar anak pada kemampuan kognitif disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me), Mean (M), grafik polygon, serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Pelaksanaan penelitian penerapan metode problem solving berbantuan media maze untuk meningkatkan kemampuan kognitif menggunakan empat indikator. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan media maze untuk meningkatkan kemampuan kognitif diperoleh rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 78,1%. Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo < Me < M (11 < 12 < 12,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data hasil belajar perkembangan kognitif pada siklus I merupakan kurva juling positif. Kurva ini memiliki arti skor perkembangan kognitif cenderung rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan peneliti selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kriteria rendah, maka masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: Anak masih terlihat bingung dengan alat peraga yang peneliti gunakan, anak belum terbiasa belajar menggunakan alat peraga maze mengenal konsep bilangan, serta ada beberapa anak yang tidak merespon kegiatan pembelajaran saat proses pembelajaran berlangsung. Beberapa anak
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) tidak menyukai alat peraga seperti maze karena maze tidak menarik disebabkan maze yang digunakan kurang menarik.
10 8
siklus berikutnya dan mampu mencapai kriteria tinggi maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media maze melalui kegiatan kemampuan mengenal konsep bilangan berjalan secara efektif dan efisien. Adapun grafik poligon pada siklus II.
6
8
4
7
2
6
0
5 15
14
13
12
11
4 3
me : 12
2
Mo:11 M:12,5
1
Gambar 1. Grafik Poligon Siklus I
0 12
13
14
15
16
17
Tabel 2. Data statistik siklus I dan siklus II Data Statistik
Siklus I
Siklus II
Rentangan
9
6
Mean Modus
11 12
13,01 16,00
Median
12,5
14,00
Gambar 2. Grafik Poligon Siklus II
Rata-rata persen
78,1%
83,01%
Melalui perbaikan peroses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: anak yang awalnya perkembangan kognitifnya kurang bagus dalam proses pembelajaran menjadi baik, peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberi motivasi pada anak apabila ada anak yang belum bisa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pada saat proses pembelajaran, secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai. Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan media maze untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak
Selanjutnya rata-rata hasil belajar kemampuan mengenal konsep bilangan pada siklus II sebesar 83,01%. Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo > Md > M (16,00 > 14,00 > 13,01), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data hasil belajar perkembangan kognitif pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya pengaruh kemampuan kognitif pada anak kelompok B TK Çudha Çrama Singaraja. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan skor ratarata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika di konversikan pada pedoman PAP Skala lima tentang tingkat kemampuan kognitif berada pada rentangan 80-89 dengan kriteria tinggi. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke
M : 12,6
Md: 14,00
Me : 13,00
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata presentase (M%) hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan
tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Setelah dilakukan observasi, diketahui bahwa peningkatan yang signifikan pada siklus II disebabkan oleh sudah terbiasanya anak dengan media maze yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan kognitif. Tidak hanya itu saja, penyempurnaan dalam penerapan metode problem solving pada siklus II juga sangat berperan terhadap peningkatan tersebut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan media maze untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak. diperoleh rata-rata hasil belajar perkembangan kognitif pada siklus I sebesar 78,1% dan rata-rata hasil belajar meningkatkan perkembangan kognitif pada siklus II sebesar 83,01%. Ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 4,91%. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan peneraapan metode problem solving dengan menggunakan media maze. Metode problem solvingmerupakan salah satu caramemberikan pengalaman belajar dengan berpikir bagi anak TK dengan mengerjakan maze yang terdapat beberapa lambang bilangan. Menurut Drever (1996 : 46 ), kognitif adalah istilah yang umum yang mencangkup segenap model pemahaman yakni apersepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran. Tahap Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi maka dapat dilakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana refleksi ini adalah mengkajihasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan jika terjadi kendala, akan dicari pemecahan
masalahnya untuk direncanakan tindakan pada selanjutnya. Data hasil kemampuan kognitif anak pada siklus II terhadap 24 orang anak kelompok B di TK Çudha Çrama Singaraja menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 10.Sebelum menyajikan data pada tabel maka ditentukan terlebih dahulu rentangan data hasil perkembangan anak kelompok sampel. Menurut Piaget (dalam Dhieni, 2007:2.15), menyatakan bahwa anak belajar mengenal konsep melalui gambargambar dan benda yang ada disekitar.Penerapan metode problem solving dilakukan dalam beberapa kegiatan yang dapat membangkitkan motivasi anak dalam belajar. Penerapan metode problem solving juga dibantu dengan media pembelajaran yaitu media maze. Media maze akan memberikan pengaruh besar terhadap pemahaman anak dibandingkan dengan anak yang mendengarkan saja. Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukan bahwa penerapan media maze (mencari jejak) guna meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada kelompok B di TK Çudha Çrama ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan media maze yang di setiap jalannya ditambahkan angka-angka dan gambar-gambar yang berwarna cerah agar anak senang pada saat proses pembelajaran dan tidak mudah bosan pada saat belajar. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode problem solving berbantuan media maze dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak semester II di TK Çudha Çrama Singaraja. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode problema solving berbantuan media maze dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Çudha Çrama Singaraja dapat
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan kognitif anak sebesar 78,1% yang berada pada kategori sedang. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase perkembangan kognitif anak sebesar 83,01% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi terjadi peningkatan perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar 4,91%. Adanya peningkatan perkembangan kognitif pada anak dapat dilihat dari antusias anak saat dalam mengerjakan maze dikarenakan media maze yang digunakan sangat sederhana sehingga anak tidak kebingungan saat mencari jejak yang terdapat disetiap gambarnya. Menggunakan medi Maze dengan gambar-gambar yang menarik membuat anak tertrik dan antusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran didalam kelas. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Kepada Kepala TK Pihak sekolah agar dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang proses pembelajaran. a)Kepada Guru Kelas (1)Guru agar lebih memperhatikan situasikegiatan pembelajaran sehingga siswa betul-betul merasakan suasana yang menarik dan tenang dalam belajar karena suasana sangat mendukung dalam proses belajar. (2).Guru kelas hendaknya dapat melakukan pendekatan terhadap anak, agar anak merasa percaya diri dan tidak takut sehingga mau mengeluarkan ide atau gagasannya. b)Kepada Peneliti Lain Keterbatasan waktu menjadi permasalahan di siklus I dan II, sehingga penelitian ini tidak mencapai kreteria sangat tinggi. Kepada peneliti lain diharapkan agar bisa meneruskan penelitian ini sehingga mencapai hasil yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2005.Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil PTK. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Apriliani, Ni Wayan. 2013. Penerapan Model Number Head together Dengan Media Dadu Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 Di TK Saraswati 1 Denpasar. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Jurusan PG PAUD FIP Universitas Pendidikan Ganesha. -------, 2010. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP Undiksha Singaraja. -------, 2012. Metodologi Pendidikan. Singaraja: Singaraja.
Penelitian Undiksha
Eliyawati,2005. Pengembangan Sumber Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2009. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI. Hamalik, Oemar. 1985. Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Almuni. Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga Ibrahim, dkk. 2004. Media Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang. Koyan, I W. 2012. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Abalis Data dan Kuantitatif). Singaraja: Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha Mutiah, 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Mukhan, Suhadi. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual Anak. Tersedia Pada http://id.shvoong.com/socialscienes/p sycology.
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1– Tahun 2015) Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Subini, Nini, dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka. Sudono, 2000. Sumber Belajar Dan Alat Permainan (Untuk Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: PT Grasindo Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Suryani, Agung.2012.Strategi Mengajar.Yogyakarta: Ombak
Belajar Penerbit
Suyanto, Dkk. 2007. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta. Undiksha.2012. Pedoman Panduan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha