e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS Anis Cahyati1,Dra.Made Sulastri2,Mutiara Magta3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru PAUD Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 2
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected], Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting pada anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di RA Nurul Falah Patas. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 22 orang anak RA Nurul Falah Patas pada kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015. Data penelitian tentang peningkatan kreativitas anak diperoleh dengan menggunakan metode observasi dengan instrument berupa lembar observasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kreativitas anak dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting pada kelompok B2 di RA Nurul Falah pada siklus I sebesar 65% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 87,18% tergolong pada katagori tinggi. Jadi, peningkatan kreativitas anak didik sebesar 22,18%. Kata-kata kunci : metode pemberian tugas, finger painting, kreativitas
Abstract This study aims to determine the increase creativity in the application of the method of administration tasks through finger painting activities for children B2 groups the second semester of the school year 2014/2015 in RA Nurul Falah Patas. This type of research is a classroom action research (PTK) are conducted in two cycles. Each cycle consists of a phase of action planning, action, observation and reflection. The subjects were 22 children Nurul Falah RA Patas in group B2 second semester of academic year 2014/2015. Data research on improving children's creativity is obtained by using the method of observation with an instrument such as the observation sheet. The data collected were analyzed using descriptive statistics and quantitative descriptive analysis. The results showed that an increase in the creativity of children in the first cycle at 65% which is in the category was evidently increased in the second cycle into 87.18% belong to the high category. Thus, an increase in the creativity of the students by 22.18%.
Key words: giving assignments, finger painting, creativity
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENDAHULUAN Kualitas pendidikan di Indonesia selalu mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak. Pendidikan dianggap tidak mampu menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten sehingga tidak mampu bersaing pada era globalisasi saat ini. Berdasarkan data dari Kemendikbud pendidikan di Indonesia pada tahun 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara, pada tahun 2012 pendidikan di Indonesia berada di peringkat ke 64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara, kemudian pada tahun 2013 pendidikan di Indonesia berada di peringkat ke-121 dari 185 negara, ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia terbilang rendah. Apa penyebab fenomena ini? Salah satu faktor penyebabnya adalah karena pembelajaran yang hanya mengandalkan buku paket dan penggunaan metode pembelajaran yang dapat dikatan mudah dan ringan yaitu metode ceramah yang merupakan metode yang paling banyak dan peling sering digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung, hal ini menyebabkan pembelajaran yang kurang efektif dan rendahnya kreativitas yang dimiliki oleh anak. Pendidikan anak usia dini merupakan tahapan penting bagi anak. Karena, Pada saat bayi dilahirkan sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya setelah di luar kandungan. Didalam otak terdapat dua belahan otak yang terdiri dari otak kiri dan otak kanan yang memiliki fungsinya tersendiri. Belahan otak kiri berkenaan dengan kemampuan berfikir ilmiah, kritis, logis, konvergen, deduktif, rasional, eksplisit, historikal, abstrak dan linier. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi nonlinier, nonverbal, holistis, emosional, imajinatif, artistik, simbolis, intuitif, kreatif, humanistis, bahkan mistik Namun yang masih menjadi persoalan dilapangan saat ini adalah sistem pembelajaran yang cenderung bersifat akademis yang cenderung hanya mengembangkan otak kiri seperti membaca, menulis, berhitung maupun cara berfikir logis, rasional, ataupun
sekedar menghafal. sehingga mengabaikan perkembangan otak kanan seperti menggambar, bermain musik, bermain drama yang jarang untuk dilakukan. Dengan demikian terjadilah ketidakseimbangan fungsi otak kiri dan kanan. Hingga terjadinya penurunan kreativitas (creativity drop) pada anak sebagaimana dilaporkan Torrance (Rachmawati dan kurniati, 2010:26). Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting karena merupakan pembentukan dasar kepribadian yang menentukan pengalaman anak selanjutnya. karakteristik anak menjadi mutlak dipahami untuk memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal mengingat pentingnya usia tersebut. Mengembangkan kreativitas anak memerlukan peran penting pendidik hal ini secara umum sudah difami. Anak kreatif memuaskan rasa keningintahuanya melalui berbagai cara seperti bereksplorasi, bereksperimen, dan banyak mengajukan pertanyaan pada orang lain. Suratno (2005:19) menjelaskan “anak kreatif dan serdas tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan memberikan kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.” fenomena yang ada saat ini kreativitas yang dimiliki oleh anak didik pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat diketahui dengan masih banyaknya orang yang belum mampu menghasilkan karyanya sendiri. Mereka masih meniru kaya milik orang lain. Keadaan tersebut disebabkan karena kurangnya pengembangan kreativitas sejak dini. Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan di RA Nurul Falah pada anak kelompok B2, dalam pembelajaran menunjukkan bahwa banyak anak yang kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran di dalam kelas anak-anak juga memiliki kreativitas yang rendah. Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode maupun produk yang orisinil yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi, yang berdaya guna dalam berbagai
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
bidang untuk memecahkan suatu masalah (Rachmawati dan Kurniati, 2010:14). Kreativitas yang masih rendah pada anak kelompok B2 di RA Nurul Falah, dapat dilihat dari kegiatan anak sehari-hari dimana anak-anak masih terbiasa menunggu guru, tidak memiliki ide sendiri, belum bisa mengungkapkan idenya sendiri secara efektif yang bersifat imajinatif jika tidak dibantu oleh guru, anak masih tergantung dengan guru, misalnya ketika anak diminta untuk menggambar bebas anak tidak punya inisiatif sendiri untuk menggambar, guru harus menuntun anak untuk menggambar, itupun anak masih terlihat kaku untuk melakukanya. Terkait dengan permasalahan diatas solusi yang dapat diberikan dalam mengatasi permasalahan kreativitas yaitu melalui metode pemberian tugas. Dengan metode ini anak diberi kesempatan untuk menuangkan idenya dalam menyelesaikan pekerjaanya sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Sehingga memungkinkan anak memperoleh pengalaman langsung yang sangat berarti bagi kehidupan anak selanjutnya. Metode berasal dari kata “methodos” secara etimologis “methodas” berasal dari kata metha dan hodos. Metha artinya “dilalui” dan Hodos berarti “jalan” yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.” (Agung, 2011:1) Menurut Sagala (2013:219) “metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar anak melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabkannya”. Menurut Herniofriyanti (dalam Ardina, 2014:13) tujuan metode pemberian tugas yaitu, (1) Anak memperoleh pemantapan mempelajari materi pembelajaran secara lebih efektif, karena dalam kegiatan melaksanakan tugas cara belajar yang kurang tepat. (2) Untuk meningkatkan keterampilan berpikir yaitu kemampuan sederhana sampai yang kompleks. (3) Anak mampu meningkatkan kemampuan berfikirnya dalam kaitan pengembangan kreativitas, bahasa , berhitung , musik, bermain.
Setiap metode pembelajaran, memiliki kelebihan maupun kelemahan, begitujuga dengan metode pemberian tugas. Adapun kelebihan dari metode pemberian tugas menurut Sagala (2013:219) sebagai berikut. (1).Pengetahuan yang diperoleh anak dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik. (2). Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.(3). Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari.(4). Tugas dapat membina kebiasaan anak untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. (5). Metode ini dapat membuat anak bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. Selain memiliki kelebihan, metode pemberian tugas juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan metode pemberian tugas menurut Sagala (2013: 219) sebagai berikut: (1)Sering kali anak melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peritiwa belajar. (2)Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan. (3)Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung jawab bagi guru, apalagi bila tugas tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan mental mereka dapat terpengaruh. (4)Karena kalau tugas diberikan secara umum mungkin seseorang didik akan mengalami kesulitan karena sukar selalu menyelesaikan tugas dengan adanya perbedaan individual. . Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak haruslah sesuai dengan dunia nyata dan sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar anak dan mampu membentuk perilaku anak. Dalam kehidupan nyata, anak-anak mempunyai cara unik dalam menuangkan imajinasinya maupun pengalaman yang mereka
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
temukan atau hal-hal baru yang ditemui melalui kegiatan finger painting. Finger painting adalah “kegiatan melukis menggunakan jari-jari dan tangan yang bersentuhan dengan cat lukis.” (Achsin, 1986:15). Achsin menjelaskan finger painting adalah melukis dengan jari dengan tekhnik bersentuhan langsung. Selanjutnya Salim (dalam Yanti 2014:3) menyatakan bahwa: finger painting (melukis dengan jari) merupakan salah satu teknik melukis dengan mengoleskan cat pada kertas basah menggunakan jari jemari yang dapat dilakukan anak untuk menuangkan imajinasinya melalui lukisan yang dibuat dengan jari jemari anak, dalam kegiatan ini dapat melatih motorik halus dan kreativitas yang dimiliki anak. Pamadhi (2009:310) yang menyatakan bahwa tujuan kegiatan finger painting adalah “melatih motorik halus anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil, mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru), melatih imajinasi dan kreativitas anak, dan melatih kelenturan jari serta gerakan tubuh anak. Kreativitas sangatlah penting untuk dikembangkan sejak dini, seperti yang dikemukakan oleh Munandar (1992:46) yang menyatakan bahwa: Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, perlu sikap dan prilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan baru dan mencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta) Hal senada juga dinyatakan oleh H. Oding (2010:135) yang menyatakan bahwa kreativitas merupakan suatu proses interaksi dalam diri manusia untuk menghasilkan suatu idea atau gagasan baru dalam memecahkan suatu permasalahan dalam masyarakat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional (Agung. 2010). Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 pada bulan Mei tahun 2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B2 di RA Nurul Falah Patas dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini melibatkan siswa kelas B2 RA Nurul Falah, dengan jumlah 22 orang anak yang terdiri dari 12 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Kelas B2 dipilih sebagai subjek penelitian karena pada kelas ini ditemukan permasalahan-permasalahan seperti yang diungkapkan pada latar belakang, dimana kuarang aktifnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Adapun gambar alur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Refleksi Pengamatan
Siklus I
Perencanaan
Tindakan Refleksi Pengamatan
SIKLUS II Tindakan
Perencanaan Siklus ke-‐n
Gambar 1. tahapan dalam siklus pembelajaran (Dimodifikasi dari Arikunto, dkk 2012:16) Tahap tindakan ini dilaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun pada
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
tahap perencanaan. Secara garis besar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan realistik ini mencakup pendahuluan dengan mengawali pembelajaran dengan mengangkat masalah yang bersifat realistik, kemudian menuju ke tahap inti dimana siswa melaksanakan pembelajaran dengan bersama dan digunakan media yang sesuai, serta dilanjutkan dengan tahap penutup dengan mengajak siswa menyimpulkan materi. Di akhir pembelajaran, siswa diajak untuk mengingat kembali kegiatan kegiatan pambelajaran yang telah dilakukan. Pada akhir siklus, dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran. Pada tahap ini dikaji kekurangankekurangan dan hambatan-hambatan yang dialami dari tindakan yang telah diberikan untuk dijadikan pertimbangan dalam merancang dan melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya. Keaktifan kegiatan finger painting merupakan hasil yang dicapai anak dalam suatu aktivitas berfikir dan yang tampak pada anak saat proses belajar meneliti secara langsung dan sederhana yang tercermin pada tingkah lakunya. Adapun indikator keaktifan belajar dalam kegiatan finger painting adalah: (1) antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) interaksi siswa dengan guru, (3) interaksi siswa dengan siswa, (4) aktivitas siswa dalam kerja kelompok, (5) partisipasi siswa dalam penyimpulan hasil belajar. Dalam lembar pengamatan tersebut setiap pernyataan memiliki lima alternatif dengan kategori sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif, kurang kreatif, sangat kurang kreatif, dan data yang dihasilkan dari observasi tersebut bersifat interval (skor). Prestasi kegiatan finger painting adalah suatu perubahan yang terjadi pada kemampuan diri anak dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor, ditunjukkan dengan skor yang dicapai siswa setelah penerapan kegiatan finger painting. Dalam proses kegiatan finger
painting prestasi belajar yang dicapai siswa mencakup tiga ranah di atas. Namun pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek kreatifitas berfikir yang paling utama. Untuk kegiatanya diukur dengan metode tes melakukan kegiatan yang diberikan serta instrumen berupa penugasan dan bagaimana besarnya rasa ingin tahu anak dalam kegiatan finger painting tersebut. Dengan cara demikian, maka data tentang kreativitas anak yang diperoleh bersifat interval (skor). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi digunakan untuk mengukur hasil perkembangan kreativitas anak dalam kegiatan finger painting. Observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan kreativitas anak dalam kegiatan finger painting adalah metode pemberian tugas. Pengamatan (observasi) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala tingkah laku yang tampak (Erman Amti dan Marjohan,1993). Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan siswa dalam menerapkan metode pemberian tugas dengan melalui kegiatan finger painting. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu perlu bimbingan dengan tanda bintang satu (¶), cukup baik dengan tanda bintang dua (¶¶), dan baik dengan tanda bintang tiga (¶¶¶), serta sangat baik dengan tanda bintang empat (¶¶¶¶). Setelah data dalam penelitian terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum, Agung (2010:76). Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b)
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d) menghitung modus, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya keaktifan dan prestasi belajar sains siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Kriteria keberhasilan penelitian ini dilakukan berdasarkan observasi tiap-tiap siklus yang merupakan kegiatan penting dilakukan untuk dijadikan bahan perbaikan dari tindakan-tindakan yang dianggap kurang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam mencapai keberhasilan dalam penelitian. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan positif atau peningkatan positif skor rata-rata siklus 1 ke siklus berikutnya berada pada kriteria 80-89 sebagai kriteria tinggi. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus 1 ke siklus berikutnya mencapai kriteria tinggi skor 80-89, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Metode pemberian tugas Melalui kegiatan finger painting untuk Meningkatkan Kreativitas pada Anak Kelompok B2 Semester II RA Nurul Falah Patas Tahun Pelajaran 2014/2015 berjalan dengan baik dan efektif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I dalam penelitian ini dilaksanakan dari Mei 2015 sampai Juni 2015. Penelitian ini dilakukan dalam tiga minggu, dimana tiap minggu terdiri dari tiga kali pertemuan. Pertemuan pada minggu pertama sampai minggu kedua dilakukan tindakan pembelajaran dan melaksanakan evaluasi diakhir penilaian kreativitas anak yang berjumlah 22 orang. Data hasil belajar anak pada kreativitas disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me), Mean (M), grafik polygon, serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Pelaksanaan penelitian penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting untuk meningkatkan
kreativitas anak dengan menggunakan empat indikator. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan kegiatan finger painting untuk meningkatkan kreativitas diperoleh ratarata hasil belajar pada siklus I sebesar 65%. Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo < Md < M (9,00 <10,00<10,40), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data hasil kegiatan finger painting untuk meningkatkan kreativitas pada siklus I merupakan kurva juling positif. Kurva ini memiliki arti skor kreativitas cenderung sedang.
frekuensi 10 8 6 4 2 0 12
11
M : 10,40 Md : 10,00
10
9
Mo : 9,00
Gambar 2. Grafik Polygon Siklus I Dari hasil pengamatan dan temuan peneliti selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kriteria sedang, maka masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: media yang diberikan kurang, sehingga ketika melakukan kegiatan anak harus menunggu untuk mendapat menggunakan media yang diperlukan, selain itu penataan ruang yang terlalu sempit yang
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
membuat anak menjadi kurang leluasa untuk melakukan kegiatan. Selanjutnya rata-rata hasil peningkatan kreativitas pada siklus II sebesar 87,18%. Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo > Md > M (15,00 > 14,00 > 13,95), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data hasil kegiatan finger painting untuk meningkatkan kreativitas pada siklus II merupakan kurva juling negatif.
frekuensi 12 10 8 6 4 2 0 15
14
13
12
M : 13,95 Mo : 15,00
Md : 14,00
Gambar 3. Grafik Poligon Siklus II Melalui perbaikan peroses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: Anak yang awalnya kurang aktif dalam kegiatan finger painting menjadi aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan, anak menjadi lebih senang dalam belajar karna kegiatan finger painting lebih menyenangkan.pada saat proses pembelajaran, secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat
tercapai sesuai dengan yang direncanakan. Secara umum proses kegiatan finger painting untuk meningkatkan kreativitas anak sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata presentase (M%) hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Setelah dilakukan observasi, diketahui bahwa peningkatan yang signifikan pada siklus II disebabkan oleh sudah terbiasanya anak dengan kegiatan finger painting yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas. Tidak hanya itu saja, penyempurnaan dalam penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting pada siklus II juga sangat berperan terhadap peningkatan tersebut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa rancangan tindakan siklus II yang merupakan perbaikan tindakan pada siklus I, memberikan peningkatan kreativitas anak. Dari hasil observasi, pada akhir siklus II diperoleh rata-rata persentase anak mencapai 87,18% jika dikonversikan dengan PAP skala lima rata-rata persentase peningkatan kreativitas anak termasuk dalam kriteria tinggi, sehingga rata-rata persentase kreativitas anak dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 22.18% yaitu dari 65% pada siklus I menjadi 87,18% pada siklus II. Keberhasilan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan metode pemberian tugas adalah metode yang cocok untuk anak. Karena memberikan kegiatan finger painting kepada anak merupakan cara yang tepat supaya anak lebih memahami tentang suatu hal, karena dengan berkreasi melalui finger painting anak dapat mempelajari secara nyata tentang suatu benda yang kemudian mengamati akibatnya, dalam artian anak mengamati dan melakukan percobaan sendiri secara individu. Hal ini sesuai dengan teori Trianto (2011:96) pengertian metode pemberian tugas adalah ”cara memberikan penugasan kepada anak
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
dimana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya”. Selain itu Suryani dan Agung (2012:62) menyebutkan bahwa ”metode pemberian tugas adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari”. Hasil penelitian dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting untuk meningkatkan kreativitas anak kelonpok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di RA Nurul Falah Patas, dapat dikatakan berhasil serta sangat memberikan hasil positif dalam proses belajar anak. Pembahasan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kreativitas pada anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2015/2016 di RA Nurul Falah Patas setelah menerapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting. Penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting, merupakan kegiatan yang menyenangkan karena anak diajak untuk melakukan kegiatan secara langsung yang lebih menarik dengan memadukan berbagai warna dan mengkolaborasikan media dan melatih imajinasi anak yang membuat belajar anak lebih menyenangkan sehingga anak dapat belajar lebih mudah, memiliki sikap alami dan dapat meningkatkan kreativitas anak dengan melakukan kegiatan belajar seraya bermain, yang merupakan tujuan dari kegiatan finger painting itu sendiri. Sesuai dengan pernyataan Pamadhi (2009:310) yang menyatakan bahwa tujuan kegiatan finger painting adalah “melatih motorik halus anak yang melibatkan gerak otototot kecil, mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru), melatih imajinasi dan kreativitas anak, dan melatih kelenturan jari serta gerakan tubuh anak. Bagi anak usia dini yang masih tergolong produktif dan aktif jenis permainanyang paling tepat dilakukan karena dalam permainan aktif anak akan dilatih kemampuan kreativitasnya.
Permainan aktif dapat didapatkan melalui kegiatan finger painting yang merupakan salah satu kegiatan kegiatan pengembangan kreativitas dengan menciptakan produk (hasil karya) yang mengajak anak untuk belajar seraya bermain. Melalui kegiatan finger painting anak melakukan kegiatan pembelajaran sekaligus bermain yang membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan bagi anak. Kegiatan finger painting tidak hanya memberikan kesenangan tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otak anak dan kemampuan sensorik. Dengan kegiatan finger painting memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan lebih bermakna bagi anak. Dengan melakukan sentuhan warna dipadukan dengan imajinasi anak yang membuat anak tidak akan mudah bosan dalam belajar karna kegiatan finger painting memberikan kebebasan untuk anak menuangkan ide atau kreasi yang dimilikinya. Pada setiap awal kegiatan disampaikan tujuan pembelajaran supaya anak tahu tujuan pembelajaran yang akan dipelajari, kemudian guru dan anak melakukan tanya jawab mengenai tema yang dibahas sesuai dengan pengalaman ataupun pengetahuan yang dimiliki oleh anak. Kemudian guru memberikan media dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan contoh langkah-langkah dalam melakukan kegiatan. Setelah anak memahami, barulah anak diberikan waktu untuk memulai kegiatan. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, guru mendampingi dan membimbing anak. Setelah kegiatan selesai anak menunjukkan hasil karya untuk diberikan penilaian. Kegiatan ini dilakukan agar anak dapat meningkatkan kreativitas dengan pemberian tugas finger painting. Hasil observasi, pada siklus I diperoleh data bahwa skor anak adalah 9,3 dan rata-rata persentase kreativitas anak adalah 65%, jika di konversikan dengan PAP skala lima anak masuk kriteria sedang. Dilihat dari refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I, terlihat adanya kendala-kendala yang
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
munculdalam proses pelaksanaanya. Kendala tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu: a). Anak masih belum maksimal dalam melakukan kegiatan finger painting, dikarenakan dikarenakan media atau bahan yang digunakan masih kurang, misalnya: pada saat kegiatan pencampuran warna, peneliti hanya menyiapkan beberapa adonan pewarna yang akan digunakan oleh anak, Sehingga pada saat melakukan kegiatan anak belum maksimal dalam melakukan kegiatan finger painting, b). Anak terlihat sedikit gaduh, dikarnakan ruang gerak anak terbatas, sehingga mengakibatkan anak kurang fokus dalam melakukan kegiatan finger painting. Berdasarkan dari kekurangankekurangan yang dihadapi pada siklus I, didiskusikan kembali tindakan untuk selanjutnya yang akan diterapkan pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan diantaranya: a). Menyiapkan media atau bahan, seperti: menyiapkan media atau bahan alangkah baiknya jika disesuaikan dengan jumlah anak, atau dapat junga menyiapkan 3-4 anak permedianya, atau disesuaikan dengan jumlah meja anak, agar anak tidak saling rebutan, b). Pengaturan posisi tempat duduk anak haruslah diperhatikan, benda-benda yang tidak diperlukan hendaknya disingkirkan terlebih dahulu, dan pastikan anak terjauh dari benda-benda yang berbahaya, hal ini penting untuk dilakukan agar anak tetap fokus dan nyaman dalam melakukan kegiatan eksperimen sains. Hal ini sesuai dengan teori Blocher (dalam Mariana dkk, 2010) menjelaskan bahwa pada lingkungan belajar ini merupakan suatu konteks fisik, sosial dan psikologis yang dalam konteks tersebut anak belajar dan memperoleh perilaku baru. Sedangkan menurut Wragg (dalam Mariana, dkk 2010) menyatakan bahwa upaya pengelolaan lingkungan belajar dimaksudkan agar lingkungan mampu menstimulasi anak-anak berpatisipasi dalam kegiatan belajar dengan optimal. Sehingga pada rancangan tindakan siklus II yang merupakan perbaikan tindakan pada siklus I, memberikan peningkatan kreativitas anak. Dari hasil observasi, pada akhir siklus II
diperoleh rata-rata persentase anak mencapai 87,18% jika dikonversikan dengan PAP skala lima rata-rata persentase peningkatan kreativitas anak termasuk dalam kriteria tinggi, sehingga rata-rata persentase kreativitas anak dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 22.18% yaitu dari 65% pada siklus I menjadi 87,18% pada siklus II. Keberhasilan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan metode pemberian tugas adalah metode yang cocok untuk anak. Karena memberikan penugasan kepada anak merupakan cara yang tepat supaya anak lebih memiliki rasa tanggung jawab dan memberikan pengalaman belajar secara nyata kepada anak. Hal ini sesuai dengan teori Sagala (2013:219)yang menyatakan bahwa “metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar anak melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabkannya”. Selanjutnya Subana & Sunarti (2006:199) juga menyatakan bahwa “teknik penugasan atau resitasi merupakan teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami kegiatan belajar secara nyata”. Penelitian ini dihentikan pada siklus II karena pada siklus II telah terjadi peningkatan persentase kreativitas dari siklus I. hasil penelitian dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting sangat efektif untuk meningkatkan kreativitas anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di RA Nurul Falah Patas. Hasil penelitian dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting untuk meningkatkan kreativitas anak kelonpok B2 semester II tahun pelajaran 2015/2016 di RA Nurul Falah Patas, dapat dikatakan berhasil serta sangat memberikan hasil positif dalam proses belajar anak.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting untuk meningkatkan kreativitas pada anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di RA Nurul Falah Patas. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kreativitas anak sebesar 65% yang berada pada kategori sedang. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase kreativitas anak sebesar 87,18% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi terjadi peningkatan kreativitas anak dari siklus I ke siklus II sebesar 22,18%.
Koyan Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha. Loke, Slow Heng, dkk. 2005. Pedagogi Merentas Kurikulum. Jakarta: PTS Profesional Publishing. Maryana,
Saran yang dapat diajukan kepada pihak sekolah yaitu agar menyarankan kepada guru disekolah untuk menerapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting untuk meningkatkan kreativitas anak. Kepada guru kelas agar Mengoptimalkan metode pemberian tugas melalui kegiatan finger painting kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan kreativitas anak sehingga terdapat peningkatan dalam hasil belajar anak. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi agar dapat membuat anak antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Kepada peneliti lain hendaknya melakukan penelitian disarankan untuk melakukan penelitian yang lebih dalam pada hal-hal yang tidak terjangkau dalam penelitian dan dalam jangka waktu yang lebih lama. Kreatif Media
Aqib, Zainal.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Yrama Widya.
dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mutiah Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Musfiroh
Saran
DAFTAR RUJUKAN Asyhar, Rayandra H. 2012. Mengembangkan pembelajaran. Jakarta:Referensi.
Baharuddin dan Wahyuni, Esa N.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Tadkiroatun. 2010. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.
Munandar, Utami. 1999. Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:PT Rineka Cipta Racmawati dan Kurniati. 2011. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanakkanak. Jakarta:Kencana Sumanto.
2005. Pengembangan Kreatifitas Senirupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Susanto,Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:Prenada Media Group Sukardi.
2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:Bumi Aksara
Suryani & Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:Ombak Supriadi, H. Oding. 2010. Perkembangan Peserta Didik.Yogyakarta:Karunia Kalam Semesta.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Suharsimi, Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara Trianto.2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana. Uno,Hamzah.2012. Model pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara. Wulan,
Ratna. 2011. Mengasah Kecerdasan pada Anak. Yogyakarta:Pustaka Pelajar