e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENERAPAN METODE OUTBOUND UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK Nur Shintya Isbayani1, Ni Made Sulastri2, Luh Ayu Tirtayani3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected].,
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial emosional pada anak Taman Kanak-kanak di kelompok A setelah penerapan metode outbound. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek dari penelitan ini adalah 16 orang anak kelompok A PAUD ABC Singaraja semester II tahun pelajaran 2014/2015. Data penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan melalui metode observasi menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata persentase keterampilan sosial emosional anak adalah 59,13% berada pada katagori rendah, sedangkan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 75,54% dengan katagori sedang, hal tersebut menandakan bahwa terdapat peningkatan ratarata persentase keterampilan sosial emosional anak kelompok A PAUD ABC Singaraja pada siklus I dan siklus II sebesar 16,41%. Jadi penerapan metode outbound dapat meningkatkan keterampilan sosial emosional anak pada kelompok A PAUD ABC Singaraja semester II tahun pelajaran 2014/2015. Kata-kata kunci: metode outbound, keterampilan sosial, keterampilan emosional. Abstract This Research aimed to know the fine social emotional skills increasing at group A kindergarten after implementing of outbound methods. This research was designed of Classroom Action Reaserach. The subjects of this research were 16 children at group A in Singaraja ABC kindergarten the second semester of academic year 2014/2015. This action research data was used observation method with observations form. The data analysis was used statistic descriptive analysis and quantitative statistic descriptive analysis. This research was conducted with 2 cycles. The result of this research was to showed the first cycle it was percentage of fine motor skills, which was 59,13% and categorized as low. There was an increased in cycle II which was 75,54% and categorized as normal, it was indicated the social emotional skills mean increased first cycle and second cycle at group B children in Singaraja ABC kindergarten of 16,41%. So the implementation of outbound methods could be increased the fine social emotional at group A children in Singaraja ABC kindergarten the second semester of academic year 2014/2015. Key words : outbound methods, social skill, emotional skill.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini adalah suatu pendidikan yang ditujukan kepada anak usia dini untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak untuk persiapan memasuki pendidikan lebih lanjut (Rachmawati dkk, 2011). Sebagaimana dijelaskan dalam Undangundang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 1 (Sujiono, 2009: 6): pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak. Dalam pendidikan anak usia dini terdapat aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam diri anak, diantaranya aspek kognitif, bahasa, dan moral serta sosial. Aspek perkembangan sosial meliputi sikap tenggang rasa, peduli, saling menghargai, saling menghormati, bekerjasama, empati, dan lain sebagainya. Sementara itu yang dimaksud dengan aspek emosional meliputi rasa takut, senang, bahagia, sedih, dan lain sebagainya (Susanto, 2011: 139). Keterampilan sosial emosional saling terhubung dan terkait. Keterampilan sosial emosional merupakan satu unsur kecerdasan yang terbagi menjadi dua kecakapan. Seperti yang dijelaskan Goleman dua kecakapan itu yaitu: kecakapan pribadi dan kecakapan sosial Kecakapan pribadi meliputi kesadaran diri adalah kemampuan merasakan emosi tepat pada waktunya dan kemampuan dalam memahami kecenderungan dalam situasi tersebut, pengaturan diri adalah memahaminya, lalu menggunakan pemahaman tersebut menghadapi situasi secara produktif. Dan Kecakapan sosial meliputi empati yang merupakan pengenalan emosi orang lain dibangun
berdasarkan pada kesadaran diri dan keterampilan sosial adalah merupakan aspek penting dalam emosional intellegence (Goleman, 2004 : 42). Anak yang menguasai keterampilan sosial, diharapkan belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, karena keterampilan sosial merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan anak untuk memulai dan memiliki hubungan sosial. Selain itu kemampuan anak dalam kerjasama juga penting untuk suatu kegiatan atau pergaulan berkelompok. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PAUD ABC Singaraja menunjukkan bahwa 8 dari 16 anak mengalami kendala dalam belajarnya yang berasal dari dalam diri karena keterampilan sosial emosional mereka masih kurang. Kurangnya keterampilan sosial emosional ini terlihat dari kurangnya kesadaran anak untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, kurangnya empati atau bersifat mengikut dan kurang bekerja sama dengan orang lain (membina hubungan) dengan teman-teman lain, tidak mampu untuk mengendalikan emosi, seperti menunggu giliran dalam antrean maupun saat bermain sehingga menimbulkan kesulitan lain dalam diri anak untuk mengikuti aturan-aturan yang diberikan oleh guru. Kemudian dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru PAUD ABC Singaraja terdapat hal lain yang menyebabkan anak mengalami masalah pada perkembangan keterampilan sosial emosional anak, yaitu salah satunya karena orangtua yang terlalu sibuk. Anak-anak PAUD ABC Singaraja sebagian besar merupakan anak-anak yang kedua orangtuanya bekerja, dan harus menitipkan anak di TPA (Tempat Penitipan Anak). Orangtua kurang memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, dan anak kurang memiliki waktu untuk berbagi pada orangtua karena waktu yang dihabiskan sebagian besar ialah dengan pengasuh TPA. Di lingkungan tempat tinggal anak, anak selalu bermain sendiri tidak ada teman sebaya yang dapat dijadikan teman maupun sahabat, dan beberapa anak bahkan bermain dengan orang dewasa.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Kemudian hal lainnya ialah pola asuh yang diterapkan orangtua pada anak. Karena kekhawatiran orangtua, anak tidak bermain di luar rumah mapun bermain-main dengan lingkungan/alam sekitarnya. Tentu saja hal ini dapat menghambat perkembangan sosial emosional anak secara optimal. Sehingga tidak dapat mengembangkan keterampilan sosial emosional anak. Dan dengan kurangnya keterampilan sosial emosional yang dimiliki oleh anak, akan berdampak pada perkembangan lainnya. Seperti riset yang dilakukan Ullman (Sujiono, 2009: 73) menemukan bahwa anak-anak yang tidak disukai oleh lingkungan memiliki kemungkinan gagal di dalam sekolah mereka. Hal ini nantinya akan memungkinkan menyebabkan permasalahan sosial emosional ketika mereka beranjak dewasa. Dan memungkinkan juga untuk mereka terlibat dalam melakukan perilaku pelanggaran saat mereka beranjak remaja. Untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial emosional anak usia dini terdapat banyak metode dan tekhnik yang dapat diterapkan. Dan salah satunya adalah outbound. Outbound menurut Asti (Subagyo, 2013) adalah “kegiatan yang menyenangkan dan penuh tantangan”. Bentuk kegiatannya berupa simulasi kehidupan melalui permainan-permainan (games) yang kreatif, rekreatif, dan edukatif, baik secara individual maupun kelompok dengan tujuan untuk pengembangan diri (personal development) maupun kelompok (team development). Permainan dalam outbound dapat dijadikan sebagai terapi bagi anak yang bermasalah, seperti diungkapkan oleh Lesniak (Subagyo, 2013) “The play therapist recognizes the child’s wants, needs, and feelings, which are expressed through play. Each toy selected by the child is a representation of what he/she is trying to communicate”, artinya terapis mengakui bahwa keinginan anak, kebutuhan, dan perasaan, ditunjukkan melalui bermain. Setiap mainan yang dipilih oleh anak merupakan representasi/perwujudan dari apa yang dia sedang coba untuk sampaikan. Outbound menggunakan pendekatan belajar experintal learning
karena pengalaman langsung membuat anak mudah menyerap pengetahuan yang anak alami sendiri (Rochmah, 2012). Melakukan kegiatan outbound membantu mengekspresikan diri dan emosi anak, membantu dalam sosialisasi lingkungan sekitar anak, serta membantu anak mencari pengalaman secara langsung. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka ditetapkan untuk menerapkan metode outbound untuk pengembangan sosial emosional anak khususnya pada keterampilan sosial emosional anak dengan judul penelitian, Penerapan Metode Outbound Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Emosional Anak Kelompok A Semester II Di PAUD ABC Singaraja Tahun Pelajaran 2014/2015. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan sosial emosional khususnya pada anak kelompok A semester II di PAUD ABC Singaraja tahun pelajaran 2014/2015 setelah penerapan metode outbound. Metode outbound menurut Ancok (Samik & Rohita, 2014: 2) adalah “metode yang efektif dalam membangun pemahaman terhadap suatu konsep dan membangun perilaku”. Sebagai konsep untuk membangun prilaku metode outbound mempunyai fungsi sebagai terapi yaitu dengan cara membangun konsep diri anak. Metode outbound dapat pula digunakan untuk membangun modal sosial, yaitu jaringan kerjasama antar individu dalam kelompok yang memfasilitasi pencarian solusi dalam permasahan yang dihadapi mereka. Modal sosial yang dimaksud Ancok adalah kumpulan dari hubungan yang aktif diantara manusia untuk saling percaya, saling pengertian, dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan organisasi untuk saling bekerjasama. Metode outbound dikatakan juga sebagai cara menggali diri sendiri, dalam suasana menyenangkan dan penuh dengan tantangan, mengembangkan potensi, menyelesaikan masalah dan merupakan petualangan seseorang yang menantang untuk diselesaikan. Outbound merupakan kegiatan yang dilakukan di luar ruangan. Dan untuk anak
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) usia dini kegiatan outbound tidak luput juga kegiatan belajar sembari bermain. Menurut Mayke (2001: 53) kegiatan bermain aktif adalah “kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri”. Kegiatan bermain aktif juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh dan gerakangerakan tubuh. Berdasarkan uraian di atas, metode outbound adalah suatu metode yang efektif dengan kegiatan di alam terbuka yang berdasarkan pada prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan yang kreatif, edukatif, rekreatif, dan petualangan sebagai media penyampaian materi, serta anak secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Kegiatan outbound dilakukan melalui permainan-permainan untuk membantu meningkatkan aspek perkembangan anak. Ragam permainan pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu permainan aktif dan permainan pasif. Permainan aktif adalah aktifitas bermain di mana pelakunya secara aktif melakukan gerakan fisik., seperti berlari, memanjat, berjalan, dan sebagaimya. Sementara pada permainan pasif, pelakunya cenderung sangat sedikit melakukan gerakan fisik yang berarti, contohnya adalah menonton televisi, mendengarkan radio, membaca, dan lain-lain. (Supendi dan Nurhidayat, 2008: 9). Jenis permainan outbound yang dapat dilakukan sebagai berikut (Bahari, 2010); (1) Instalasi jembatan tali (High Roof), berjalan di atas jembatan yang terbuat dari tambang ataupun bilahan bambu; (2) Truss fall; (3) Flying Fox; (4) Stepping Carpets; (5) Mencari harta karun; (6) Menjala ikan. Pelaksaan permainan disesuaikan untuk anak usia dini. Karena metode outbound menggunakan prinsip experiental learning (belajar dari pengalaman) metode ini akan lebih efektif kalau peserta langsung praktik. Menurut Susanta (2010: 7) menyatakan bahwa, manfaat outbound yaitu (1) melatih ketahanan mental dan pengendalian diri; (2) menumbuhkan empati; (3) melahirkan semangat kompetisi yang sehat; (4)
meningkatkan jiwa kepemimpinan; (5) melihat kelemahan orang lain bukan sebagai kendala; (6) meningkatkan kemampuan mnengambil keputusan dalam situasi sulit secara cepat dan akurat; (7) membangun rasa percaya diri; (8) meningkatkan rasa kebutuhan akan pentingnya kerja tim untuk mencapai sasaran secara optimal; (9) dapat menghilangkan jarak antara teman baru dan teman lama dan mempererat kekompakan antara teman; (10) sikap pantang menyerah dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta; (11) mengasah kemampuan bersosialisasi; (12) meningkatkan kemampuan mengenal diri dan orang lain. Keterampilan berasal dari kata terampil. Kata keterampilan berasal dari 'terampil' digunakan di sini karena di dalamnya terkandung suatu proses belajar, dari tidak terampil menjadi terampil. Seperti yang dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), Keterampilan ialah “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”. Menurut Susanto (2012: 134) makna sosial ialah, sebagai upaya pengenalan sosialisasi) anak terhadap orang lain yang ada di luar dirinya dan lingkungannya, serta pengaruh timbal balik dari berbagai segi kehidupan bersama yang mengadakan hubungan satu dengan lainnya, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok. Menurut Sujiono (2009: 73) menyatakan bahwa, keterampilan sosial adalah sebagai suatu kemampuan untuk menilai apa yang sedang terjadi dalam suatu situasi sosial; keterampilan untuk merasa dan dengan tepat menginterpretasikan tindakan dan kebuthan dari anak-anak di kelompok bermain; kemampuan untuk membayangkan bermacam-macam tindakan yang memungkinkan dan memilih salah satunya yang paling sesuai. Kemudian Sukmadinata (Susanto, 2012: 135) memberikan definisi bahwa “emosi sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin”. Seperti halnya perasaan, emosi juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif hingga yang
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) bersifat negatif. Sedangkan Crow & Crow (Susanto, 2012: 135), memberikan pengertian emosi sebagai “pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik, dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak”. Menurut Campoes dan Saarni dkk. (Santrock, 2007: 6) mendefinisikan emosi sebagai “persaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well being dirinya”. Juntika (Susanto, 2012: 141), emosi didefinisikan sebagai “suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku”. Dan Daniel Goleman (Susanto, 2012: 141), menyatakan bahwa “emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiranpikiran khasnya pada suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak”. Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa keterampilan sosial emosional ialah kecakapan/kemampuan untuk berinteraksi/berhubungan baik dengan orang lain yang menghasilkan suatu sikap dan perilaku, yang juga mempengaruhi kepercayaan diri melalui pengalaman langsung yang terjadi pada anak. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). “Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan” (Agung, 2012:24). Senada dengan hal itu, menurut Elliot dalam Zuriah (2006:70) “penelitian tindakan kelas adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada di dalamnya” Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu jenis penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas,
segera dan berhubungan dengan kegiatan pada saat proses pembelajaran berlangsung di dalam atau di luar kelas dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada di dalamnya. Refleksi Awal
Rencana Tindakan 1
Refleksi Siklus 1
Observasi/ Evaluasi 1
Pelaksanaan Tindakan 1
Siklus I
Rencana Siklus 2
Pelaksanaan Tindakan 2
Refleksi Siklus 2
Observasi/ Evaluasi 2
Siklus II
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan (Agung, 2014:140) Rancangan penelitian kelas di atas dapat diuraikan sebagai berikut. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A PAUD ABC Singaraja yang berjumlah 16 orang dengan 11 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Penelitian ini menggunakan 2 siklus. Bagian utama dari setiap siklus adalah perencanaan, adapun perencanaanya antara lain, membuat Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH), membentuk kelompok, membuat lembar kerja anak, dan instrumen penilaian. Selanjutnya tahap Pelaksanaan Tindakan, merupakan upaya yang dilakukan untuk perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kemudian tahap Observasi dan Evaluasi yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan, dan tahap terakhir adalah refleksi, peneliti dan guru dapat melakukan perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang terjadi. Definisi variabel operasional pada penelitian ini yaitu Keterampilan sosial emosional merupakan kecakapan atau kemampuan untuk berinteraksi atau berhubungan baik dengan orang lain, dapat bekerjasama menyelesaikan tugas, dapat atau suka menolong, sabar menunggu giliran, mengendalikan emosi dengan cara
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) yang wajar, mengikuti aturan permainan, dengan mampu menunjukkan kebanggaan terhadap hasil kerjanya. Tentunya pengalaman ini terbentuk dari kegiatan yang dilakukan anak sehari-harinya. Anak bermain, anak berinteraksi dengan keluarga, teman sebaya, lingkungan, sekolah dan lain-lainnya, yang mampu mempengaruhi peningkatan keterampilan sosial emosional anak. Metode outbound adalah suatu metode yang digunakan melalui pemberian pengalaman langsung pada anak di alam terbuka atau di luar kelas formal yang dilakukan di dalam kelas dengan permainan-permainan yang menyenangkan, dan sesuai untuk anak TK, sehingga pembelajaran yang diterapkan dapat diterima, dipahami, dan diterapkan kembali oleh anak. Penerapan metode outbound juga memerlukan perencanaan yang tepat seperti membuat rancangan kegiatan permainan yang akan diterapkan pada anak-anak agar berjalan lancar. Penelitian ini menggunakan 2 variabel, yaitu metode outbound variabel bebas dan keterampilan sosial emosional sebagai variabel terikat. Pengumpulan data tentang keterampilan sosial emosional anak menggunakan metode observasi. Metode observasi ialah “suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan “pengamatan dan pencatatan” secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2012:61). Penskoran penilaian keterampilan sosial emosional anak melalui metode outbound adalah dengan memberikan tanda bintang (*) (Permen No. 58, Tahun 2009) menyatakan, Bintang 1 (*) belum berkembang, bintang 2 (**) mulai berkembang, bintang 3 (***) berkembang sesuai harapan, bintang (****) berkembang sangat baik. Penelitian ini menggunakan dua metode analisis data yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Agung menyatakan bahwa metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo)
untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (dalam Gede Sukerta, 2010:29). Dalam penerapan metode analisis deskriptif ini, data yang diperoleh dan hasil dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekeunsi, b) menghitung angka rata-rata (Mean), c) menghitung median, d) menghitung modus, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Dalam buku metodologi penelitian pendidikan Agung (2012:67) menyatakan bahwa “metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode ini digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya keterampilan sosial emosional anak ke dalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan pada siklus I sebanyak 9 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 9 kali pertemuan. Rekapitulasi perhitungan data peningkatan keterampilan sosial emosional anak dapat diihat pada gambar 2. 5 4
3 2 1 0 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
M = 14,19
Mo=16 Md = 15
Gambar 2. Grafik Polygon keterampilan sosial emosional pada siklus I
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Pada penelitian siklus I perhitungan data keterampilan motorik anak di atas terlihat bahwa M<Me<Mo (14,19<15<16), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data keterampilan sosial emosional anak kelompok A PAUD ABC Singaraja pada siklus I merupakan kurve juling negatif yang diinterpretasikan bahwa skor yang diperoleh anak cenderung tinggi dan ratarata persen (M %) pada siklus I sebesar 59,13%. Apabila dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan (55% - 64%) yang berarti bahwa hasil keterampilan sosial emosional siklus I berada pada kategori rendah. Secara garis besar proses pembelajaran dengan penerapan metode outbound belum berlangsung sesuai harapan. Ini dapat dilihat pada gambar 02 gambar grafik polygon siklus I. Hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan keterampilan sosial emosional anak kelompok A berada pada kategori rendah. Hasil keterampilan sosial emosional anak didik kelompok A dengan penerapan metode outbound masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada saat dilaksanakan penerapan siklus I yaitu, beberapa anak anak terlihat kurang tertarik pada kegiatan yang tidak membutuhkan kerjasama tim seperti permainan trust fall, anak masih sulit menyesuaikan aturan permainan yang berlaku, anak kurang tertarik pada reward yang diberikan, beberapa anak masih kesulitan untuk menunggu giliran, dan seorang anak membutuhkan perhatian khusus selama kegiatan berlangsung. Maksudnya ialah terdapat anak dengan kebutuhan khusus. Pada penelitian siklus II perhitungan data keterampilan motorik anak di atas terlihat bahwa M<Me<Mo (18,13<19<20), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data keterampilan sosial emosional anak kelompok A PAUD ABC Singaraja pada siklus II merupakan kurve juling negatif yang diinterpretasikan bahwa skor yang diperoleh anak cenderung tinggi dan dan rata-rata persen (M %) pada siklus I sebesar 75,54%. Apabila dikonversikan ke
dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan (65%-79%) yang berarti hasil keterampilan sosial emosional pada siklus II berada kategori sedang. Secara garis besar proses pembelajaran dengan penerapan metode outbound berlangsung sesuai harapan, hal ini terlihat dari adanya peningkatan keterampilan sosial emosional. Ini dapat dilihat pada gambar 03 Grafik Polygon Siklus II. 5 4
3 2
1 0 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Mo=20
.
M = 18,13 Md = 19
Gambar 3. Grafik Polygon tentang keterampilan sosial emosional pada siklus II Pembahasan Berdasarkan analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase keterampilan sosial emosional anak melalui penerapan metode outbound pada anak kelompok A PAUD ABC Singaraja yaitu pada siklus I sebesar 59,13% dengan kategori rendah dan rata-rata persentase keterampilan sosial emosional anak melalui penerapan metode outbound pada anak kelompok A PAUD ABC Singaraja pada siklus II sebesar 75,54% dengan kategori sedang. Rata-rata persentase tersebut menunjukan bahwa terjadinya peningkatan dari siklus I menuju siklus II sebesar 16,41%. Penerapan metode outbound yang dilaksanakan pada siklus I berada pada kategori rendah. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa kendala-kendala yang ditemui oleh peneliti diantaranya yaitu: terlihat Adapun kendala-kendala yang
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) dihadapi pada saat dilaksanakan penerapan siklus I yaitu, beberapa anak anak terlihat kurang tertarik pada kegiatan yang tidak membutuhkan kerjasama tim seperti permainan trust fall, anak masih sulit menyesuaikan aturan permainan yang berlaku, anak kurang tertarik pada reward yang diberikan, beberapa anak masih kesulitan untuk menunggu giliran, dan seorang anak membutuhkan perhatian khusus selama kegiatan berlangsung. Maksudnya ialah terdapat anak dengan kebutuhan khusus. Adapun solusi dari kendala-kendala tersebut yakni memperbaharui permainan yang kurang diminati dengan cara bermain untuk mendorong anak lebih berani dan membuat anak bersemangat yaitu permainan trust fall dimainkan dengan tiga orang, dengan cara dua orang menahan satu orang yang jatuh. Hal ini dilakukan agar anak lebih percaya dan berani untuk tidak takut jatuh. Kemudian guru memberikan arahan pada aturan yang diberlakukan, dilakukan dengan berulang. Sebelum memulai dan ketika akan dimulainya permainan diberikan pengarahan mengenai aturan permainan. Kemudian jenis reward yang diberikan diganti, yang semula hanya nilai bintang diganti dengan koin anak atau sejenisnya. Koin tersebut nantinya akan ditukarkan anak menjadi merchandise di akhir tahun pelajaran, hal tersebutlah yang membuat anak semangat untuk bermain. Kemudian saat kegiatan flying fox anak-anak diharuskan untuk bermain secara bergiliran. Anak-anak yang tidak tertib dan tidak sabar untuk menunggu giliran setelah pemberlakuan aturan, maka atas saran guru kelompok A diberikanlah time out. Contohnya, ketika anak tidak mau menunggu giliran untuk berjalan pada permainan outbound sebelum flying fox, maka time out yang diberlakukan ialah anak anak duduk selama kegiatan berlangsung atau anak tidak diperbolehkan ikut naik flying fox. Kegiatan flying fox ini adalah kegiatan yang paling digemari anak-anak, namun juga menyebabkan anak-anak kurang sabar untuk menunggu giliran. Oleh karena itu diperlukan aturan tertentu yang mampu membantu dalam kegiatan ini agar
tercapai indikator yang diinginkan. Dan untuk salah seorang anak berkebutuhan khusus yang termasuk dalam subjek penelitian, selama anak mengerti dan mau ikut kegiatan yang berlangsung, maka anak tersebut dapat diikutkan dalam kelompok. Namun, tetap dalam pengawasan. Kegiatan outbound yang dilakukan tidak membutuhkan banyak kegiatan yang membuat anak tertekan/ketakutan, kegiatan ini lebih banyak bermain melalui sebuah permainan yang membuat anak-anak bersemangat, jadi sangat baik bagi anak berkebutuhan khusus untuk diikut sertakan meski dalam pengawasan. Juga penelitian dibantu oleh seorang guru lainnya, yang bertugas memperhatikan anak berkebutuhan tersebut. Berdasarkan solusi yang telah diberikan dalam penelitian, maka terjadi peningkatan keterampilan sosial emosional pada saat penerapan metode outbound dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini didukung oleh pendapat dari Susanta (2010: 8) bahwa Outbound adalah “kegiatan luar ruangan yang tujuannya untuk relaks dan santai, dengan rangkaian petualangan atau permainan yang relatif ringan”. Kegiatan di luar ruangan ini lebih memusatkan pada pemanfaatan lingkungan di luar ruangan yang biasanya digunakan anak dalam proses belajar mengajar yang lebih formal. Dan pendapat Rochmah (2012: 174) outbound adalah “suatu kegiatan pembelajaran di alam terbuka yang berdasarkan pada prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi”. Artinya dalam program outbound tersebut anak secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan konsep interaksi antar anak dan alam melalui kegiatan simulasi di alam terbuka. Hal tersebut diyakini dapat memberikan suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berfikir serta persepsi yang kreatif dan positif dari setiap siswa guna membentuk jiwa kepemimpinan, kebersamaan (teamwork), keterbukaan, toleransi dan kepekaan yang mendalam.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Keterampilan sosial emosional anak perlu dikembangkan sejak dini karena banyak hal yang akan dilakukan anak denganorang lain. Kegiatan sehari-hari anak juga memerlukan keterampilan sosial emosoinal untuk menunjang keberhasilan kegiatan anak misalnya dalam bermain dengan teman sebaya atau lingkungan sekitar. Keterampilan sosial emsosional anak akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia pada anak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Samik dan Rohita tentang “Meningkatkan Kemampuan Sosial Melalui Metode Outbound Anak Usia 3-4 Tahun Di PPT Umi Qolbu”. yaitu hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan sosial emosional anak dengan penerapan metode outbound. Hal ini terlihat dari hasil proses pembelajaran menggunakan metode outbound sebagai berikut: (a) bersabar menunggu giliran total hasil observasi mencapai persentase siklus I mencapai 73% atau sekitar 14 anak sesuai harapan dari 20 anak, dan pada siklus II mencapai 90%, (b) Menunjukan sikap toleran dapat bekerjasama dalam kelompok pada siklus I mencapai persentase 72% atau sekitar 14 yang sesuai harapan dari 20 anak, dan pada siklus II mencapai 91%, (c) berbagi alat main pada siklus I mencapai persentase 71% atau 17 anak yang sesuai harapan dari 20 anak, dan pada siklus II mencapai 91%, (d) memberikan kesempatan main pada teman siklus I mencapai persentase 67.5% atau 18 anak yang sesuai harapan dari 20 anak, dan pada siklus II mencapai 93%. Penelitian lain yang mendukung ialah oleh Umi Faizah pada tahun 2014 tentang “Pengaruh Metode Outbound Terhadap Perkembangan Kecerdasan Kinestetik Anak Pada Kelompok Bermain PAUD Cahaya Nurani Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2013/2014”. Berdasarkan hasil penelitian data hasil analisis data kuantitatif di diperoleh nilai sebesar 0,971 maka apabila uji signifikan dengan harga kritik Rho Spearman dengan N=20 dan interval kepercayaan adalah 5% sebesar 0,450 maka Rho hitung > Rho tabel. Adapun tingkat keberpengaruhan metode outbound terhadap perkembangan kecerdasan
kinestetik anak pada kelompok bermain PAUD Cahaya Nurani Kabupaten Jember tahun pelajaran 2013/2014 ditunjukkan dengan hasil perhitungan yang artinya semakin baik kualitas metode outbound maka akan berpengaruh positif terhadap perkembangan kecerdasan kinestetik anak di kelompok bermain PAUD Cahaya Nurani Kabupaten Jember. Peningkatan keterampilan sosial anak dari skor observasi awal ke siklus II dapat dilihat dari perubahan meningkatnya anak untuk menolong dilhat pada saat teman takut selama bermain trust fall. Perubahan ini terlihat ketika teman pasangannya merasa takut untuk menjatuhkan dirinya, anak mencoba bergilir untuk melakukan kegiatan tersebut, sehingga anak yang takut tersebut mau mencoba dan melakukan kegiatan bermain bersamasama. Perubahan lainnya yaitu pada ketentuan aturan yang diberlakukan saat bermain. Anak-anak mulai bisa untuk mengikuti aturan untuk tetap di dalam carpets yang disediakan, dan kaki tidak melewati carpets. Anak-anak yang awalnya sulit untuk mengikuti aturan tersebut mulai memperlihatkan perubahan. Ketika salah seorang teman anggota di kelompok tersebut keluar, anak-anak cepat untuk memasukkan kakinya sembari melangkah melalui carpets yang disediakan. Anak-anak juga mengalami perubahan pada kerjasamanya. Mereka dapat bekerjasama untuk menyelasaikan tugas yang diberikan guru selama kegiatan berlangsung secara bersama-sama. Hal ini terlihat saat anak bersama-sama mencari harta karun yang diperintahkan oleh guru untuk dikumpulkan. Dan saat bermain flying fox anak-anak mulai terlihat bersabar untuk menunggu giliran. Mereka menunggu giliran dengan sabar dan memperhatikan teman lainnya yang terlebih dahulu naik. Mereka mampu menunjukkan kebanggaan mereka setelah berhasil melewati arena outbound dengan menyelesaikan kegiatan di arena tersebut. Bahkan beberapa anak berteriak yeay karena mampu melewati arena tersebut, dan beberapa bercerita pada guru setelah melewati arena tersebut dengan antusias. Anak-anak juga mampu untuk tidak menangis dan ngambek pada saat
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) kegiatan menjala ikan. Awal penerapan anak-anak masih malas untuk menangkap teman lainnya. Hal ini disebabkan anak perlu berlari untuk menangkap teman lainnya dan halaman yang luas membuat anak cukup kesulitan, sehingga diberlakukanlah batasan pada anak untuk berlari. Hal ini mampu membuat anak untuk lebih ekspresif. Anak mampu mengatakan keluhannya sehingga anak mampu mengendalikan emosi dengan cara yang wajar. Tidak diam dan membuat guru kesulitan membaca emosi anak Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa dengan penerapan metode outbound dapat meningkatkan keterampilan sosial emosional anak kelompok A PAUD ABC, maka strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa metode outbound dapat meningkatkan keterampilan sosial emosional anak kelompok A semester II di PAUD ABC Singaraja Tahun Pelajaran 2014/2015. Keterampilan sosial emosional anak terlihat meningkat dari perolehan ratarata skor pada observasi awal sebesar 40.3% menjadi sebesar 57,73% pada tindakan siklus I dengan kategori rendah dan menjadi 70,38% dengan kategori sedang pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial emosional anak mengalami peningkatan setelah penerapan metode outbound. Saran Bertolak dari simpulan penelitian, diajukan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, agar guru lebih banyak membantu siswa untuk melakukan pembelajaran di luar kelas, sehingga anak tidak merasa bosan. Kedua, guru diharapkan melakukan penelitian-penelitian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan keterampilan sosial emosional anak secara berkesinambungan.
Ketiga, sekolah diharapkan memberi dorongan dan motivasi kepada guru untuk melakukan penelitian-penelitian, khususnya yang berhubungan dengan masalah pembelajaran di TK. Keempat, orang tua diharapkan ikut aktif dalam kegiatan anak di sekolah dan memberikan dorongan serta motivasi untuk membangun kepercayaan diri anak dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja -----------2010. Penelitian Pendidikan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bahari,
Ahmad. 2010. Ide-ide Super Permainan-permainan Outbound. Jogjakarta: Harmoni
Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009. Tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD Faizah, Umi. 2014. Pengaruh Metode Outbound Terhadap Perkembangan Kecerdasan Kinestetik Anak Pada Kelompok Bermain PAUD Cahaya Nurani Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (diterbitkan). Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. Tersedia pada http://repository.unej.ac.idbitstream/ handle/123456789/56030/Umi%20F aizah / _1.pdf. (diakses pada tanggal 11 desember 2014)
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Goleman, Daniel. 2004. Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Koyan, I W. 2007. Statistika Dasar dan Lanjut (Teknik Abalis Data dan Kuantitatif). Singaraja: Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha. Rakhmawati, Ellya dkk. 2011. Permainan Tradisional Sebagai Media Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. http://download. portalgaruda.org/article.php?article= 6984&val=530.Volume 1 No. 1. (diakses pada tanggal 16 februari 2015) Rocmah, Luluk Iffatur. 2012. Model Pembelajaran Outbound Untuk Anak Usia Dini. Tersedia pada Journal.umsida.ac.id/files/LULUKV 1.2.pdf. (diakses pada tanggal 21 januari 2015) Rohita, dan Samik. 2014. Meningkatkan Kemampuan Sosial Melalui Metode Outbound Anak Usia 3-4 Tahun Di PPT Umi Qolbu. Tersedia pada http://ejournal.une sa.ac.id/article/10821/19/article.pdf vol 3 no 3. (diakses pada tanggal 21 januari 2015) Subagyo, Imam. 2013. Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Outbound Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa. Tersedia pada http://journal .unnes.ac.id/sju /index.php/jubk/article/download/27 24/2512. (diakses pada tanggal 21 januari 2015) Sujiono, Yuliana Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Sukerta, Gede. 2010. Penerapan Metode Ceramah dan Metode Pemecahan Masalah Melalui Kelompok Kecil Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas IV Catur Wulan III Tahun Ajaran 2001/2002 di Sekolah Dasar Nomor 7 Canggu Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha. Supendi, Pepen dan Nurhidayat. 2008. Fun Game 50 Permainan Menyenangkan di indoor dan outdoor. Jakarta: Penebar Swadaya Susanta, Agustinus. 2010. Outbound Profesional. Pengertian, Prinsip Perancangan, dan Panduan Pelaksanaan. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, Dan Permainan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.Jakarta: Sinar Grafika Offset