PELATIHAN OUTBOUND BINA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK DENGAN TEMAN SEBAYA
Naskah Publikasi
Oleh Dewi Eko Wati, S. Psi T 100 060 068
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
PELATIHAN OUTBOUND BINA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK DENGAN TEMAN SEBAYA
Naskah Publikasi
Oleh Dewi Eko Wati, S. Psi T 100 060 068
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ii
iii
iv
ABSTRAK
PELATIHAN OUTBOUND BINA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK DENGAN TEMAN SEBAYA Dewi Eko Wati, Nisa Racmah Nur Anganthi, Setia Asyanti Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta Interaksi sosial anak dengan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan sosial anak. Interaksi sosial adalah hubungan sosial antara individu yang satu dengan yang lain, yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Melalui interaksi sosial anak-anak akan belajar kepemimpinan dan keterampilan komunikasi, kerjasama, peran, dan aturan. Tujuan penelitian ini adalah menguji apakah pelatihan outbound bina sosial mampu meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak usia 10-12 tahun dengan teman sebaya. Populasi penelitian adalah siswa kelas IV, V, VI MIM Program Khusus Kenteng, Nogosari, Boyolali yang berjumlah 28 orang. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 10 orang terdiri dari 5 orang kelompok eksperimen dan 5 orang kelompok kontrol. Teknik pemilihan subjek dengan purposive dan teknik pengelompokan subjek dengan random. Hipotesis yang diajukan adalah pelatihan outbound bina sosial mampu meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak usia 10-12 tahun dengan teman sebaya. Metode pengumpulan data menggunakan skala interaksi sosial yang disusun berdasarkan aspek interaksi sosial menurut Partowisastro. Metode penelitian ini menngunakan eksperimen dengan rancangan pre test-post test control group design. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon untuk pretest dan posttest kelompok eksperimen diperoleh nilai signifikansi 0,02; p<0, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pelatihan outbound bina sosial mampu meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak usia 10-12 tahun dengan teman sebaya. Implikasinya ialah pelatihan outbound bina sosial dapat digunakan sebagai model pelatihan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak usia 10-12 tahun dengan teman sebaya.
keyword: outbound bina sosial, kemampuan interaksi sosial anak, teman sebaya
v
DAFTAR ISI
Halaman Halaman sampul depan ................................................................................
i
Halaman pengesahan....................................................................................
iii
Abstrak .........................................................................................................
v
Daftar isi .......................................................................................................
vi
Pendahuluan .................................................................................................
7
Metode penelitian .........................................................................................
11
Hasil .............................................................................................................
12
Pembahasan..................................................................................................
14
Kesimpulan ..................................................................................................
14
vi
terjadi
PENDAHULUAN Akhir
masa
kanak-kanak
(late Childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu
menjadi
matang secara
seksual. Masa akhir kanak-kanak ditandai
oleh
kondisi
di
tempat-tempat
pribadi
daripada di tempat umum, dan lebih sering terjadi diantara anak-anak yang sama jenis kelamin daripada diantara anak-anak yang berbeda jenis kelamin.
yang
Berdasarkan
hasil
survei
mempengaruhi penyesuaian pribadi
awal, melalui wawancara dengan
dan penyesuaian sosialnya Akhir
wali kelas IV, V, dan VI diperoleh
masa
hasil siswa kelas IV yang mengalami
kanak-kanak
adalah
usia
berkelompok atau ”usia gang”, yaitu
permasalahan
usia yang pada saat itu kesadaran
sejumlah 10 anak (38,46%), kelas V
sosial berkembang pesat. Pada masa
sebanyak 7 anak (26,92%), dan kelas
ini
VI sebanyak 7 anak (26,92%).
perhatian utama anak tertuju
pada keinginan diterima oleh temanteman sebayanya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan temantemannya (Hurlock, 1996).
interaksi
Anak-anak
sosial
yang
mengembangkan
mampu
kemampuan
interaksi sosial dengan baik maka akan menjadi pribadi yang percaya diri sehingga tidak akan mudah
Barker dan Wright (dalam
merasa
kecewa
dengan
pasang
Santrock, 2002), anak usia 7-11
surutnya interaksi sosial. Hal-hal
tahun menghabiskan 40% waktu
tersebut
siangnya untuk berinteraksi dengan
kemampuan penyesuaian sosial dan
sebaya, lebih banyak dari kanak-
profesionalnya di kemudian hari
kanak awal yang hanya sebesar 10-
(Bullock, 1998).
20%.
Kegiatan
yang
umumnya
dilakukan adalah bermain, jalanjalan, dan bersosialisasi. Kebanyakan interaksi
dengan
teman
sebaya
terjadi diluar rumah, lebih sering
berimplikasi
Sebaliknya, anak
kurang
mengembangkan
terhadap
apabila
anakmampu
kemampuan
interaksi sosialnya maka hal ini akan
berdampak panjang. Feldman (2009)
(Walgito, 2011) yaitu interaksi sosial
menyatakan bahwa anak-anak yang
mencakup
kurang mampu berinteraksi dengan
saling
baik pada masa kanak-kanak akhir
situasinya.
cenderung memiliki harga diri yang
sosial anak dengan teman sebaya
rendah dimasa dewasa muda dan
mengandung pengertian niat atau
bahkan menunjukkan depresi.
kehendak anak untuk melakukan
termasuk
kemampuan
timbal
interaksi
balik
antara
dengan kelompok, kelompok dengan
mampu membina pertemanan yang akan
mempengaruhi
individu dengan individu, individu
Bullock (1998) anak yang tidak
juga
seseorang
hubungan
Hal senada diungkapkan oleh
memuaskan
bagaimana
kelompok lainnya yang memiliki
merasa
tingkat usia dan kematangan yang
terpencil dan tidak bahagia. Bagi
kurang lebih sama dan masing-
anak-anak ini, sekolah merupakan
masing
tempat yang tidak menyenangkan,
orang
yang
terlibat
di
dalamnya memainkan peran secara
dan akibatnya mereka dapat sering
aktif.
membolos atau putus sekolah sama sekali.
Aspek-aspek interaksi sosial Interaksi
Chaplin
sosial
(Walgito,
menurut
menurut
2011)
Partowisastro
(1999)
sebagai berikut:
adalah
hubungan sosial antara individu yang
Keterbukaan
yaitu
satu dengan yang lain, yang saling
keterbukaan
individu
mempengaruhi satu dengan yang
terhadap
lainnya.
penerimaan
Jadi
di
sini
a.
terdapat
kelompok
kehadiran
hubungan yang saling timbal balik.
individu
Hubungan
kelompoknya.
ini
dapat
berupa
hubungan antar individu, individu
b.
dan
lain
dalam
Kerjasama yaitu Keterlibatan
dengan kelompok, kelompok dengan
individu
kelompok
kelompoknya
dan
mau
mengenai pengertian interaksi sosial
memberikan
ide
bagi
juga
kemajuan kelompoknya serta
yang
dikemukakan
lain.
oleh
Pendapat
Taylor
8
dalam
kegiatan
saling
c.
bicara
dengan
gairah
untuk
bersosialisasi
hubungan yang erat.
sehingga penyesuaian dirinya
Frekuensi hubungan individu
terganggu.
dalam
kelompok
yaitu
individu
dalam
intensitas bertemu
dengan
kelompoknya berbicara
b. Kondisi psikologis. Keadaan psikis individu yang terjaga
anggota
dan
dengan baik akan mendukung
saling
individu dalam penyesuaian
dalam hubungan
diri. Individu yang sering
yang dekat.
terbentur dengan pengalaman
Faktor-faktor
yang
traumatis, frustrasi, konflik
mempengaruhi interaksi sosial
dan
menurut
(1988)
terganggu dalam penyesuaian
juga
dirinya karena dalam dirinya
bahwa
Schneiders interaksi
sosial
kecemasan
akan
dipengaruhi oleh faktor internal
merasakan
kegoncangan
dan faktor eksternal. Adapun
perilaku,
faktor internal sebagai berikut:
psikis yang mengarah kepada
a. Kondisi fisik. Kondisi atau
penolakan
ketidaknyamanan
dan
keadaan fisik yang bersifat
ketidaksesuaian diri individu
bawaan
dan lingkungan.
yang
menurut
individu kurang memuaskan atau
tidak
membuat
normal
individu
Adapun faktor eksternal yang
akan
mempengaruhi interaksi sosial
merasa
menurut
rendah diri (minder) dengan keadaan
dirinya
akan
diri.
a. Kondisi lingkungan rumah, keluarga
Kondisi
Individu
fisik yang terganggu seperti
untuk
merasa
dan yang
lingkungan
kelelahan atau sakit akan memungkinkan
(1988)
ialah:
sehingga
menghambat
penyesuaian
Schneiders
sekolah. mempunyai
sekolah
yang
mendukung dan mempunyai
individu
keluarga yang bahagia yang
kehilangan
memberikan
9
pengarahan,
kasih sayang, perhatian dan
menurunkan perilaku agresif dan
kedamaian
dirinya
meningkatkan kemampuan interaksi
individu
sosial anak. Hal ini dilihat dari
akan
dalam
membantu
dalam menyesuaikan diri. b.
Kebudayaan. kebudayaan norma
observasi langsung dan skor pada pre dan post behavior assessment system
Faktor
for children 2 (BASC 2).
yang meliputi sosial
dalam
Beberapa
masyarakat, religi dan adat-
menggunakan
istidat
ahli pendekatan
lain yang
merupakan
suatu
berbeda dalam penelitiannya yaitu
individu
dalam
outbound training. Handayani (2001)
pedoman
melakukan penyesuaian diri
tentang
dengan
training untuk meningkatkan harga
lingkungannya.
Individu
yang
terbebani
dan
merasa
efektifitas
outwardbound
diri dan kemampuan bekerja sama.
meyimpang
Hasil
penelitiannya
menunjukkan
terlalu jauh dari pedoman
bahwa outbound training mampu
tersebut
meningkatkan
akan
mengalami
harga
hambatan dalam penyesuaian
kemampuan
bekerja
diri.
mahasiswa.
Umar
Beberapa mengenai
training
sosial
sebagai
media
bisa
Outbound
cerita
sebuah
digunakan
intervensi
juga
peningkatan
Hasilnya
ada
percaya
diri,
kepemimpinan, dan kerjasama tim.
meningkatkan
kemampuan interaksi sosial anak.
bertema
tim.
peningkatan
sosial untuk menurunkan perilaku
ialah
(2011)
pengaruh outbound training terhadap
tentang penggunaan cerita bertema
penelitiannya
terhadap
kerjasama
Benish dan Bramlett (2011) meneliti
Hasil
pada
percaya diri, kepemimpinan, dan
sudah pernah dilakukan sebelumnya.
dan
sama
sama tentang pengaruh outbound
meningkatkan
kemampuan interaksi sosial anak
agresif
dan
melakukan penelitian yang bertema
penelitian
upaya
diri
training
petualangan
yang
adalah berisi
tantangan, bertemu dengan sesuatu
untuk
yang tidak diketahui tetapi penting
10
untuk dipelajari, belajar tentang diri
mampu meningkatkan kemampuan
sendiri, tentang orang lain dan semua
interaksi sosial anak dengan teman
tentang potensi diri sendiri (Muksin,
sebaya.
2010).
Masih
menurut
Muksin
METODE PENELITIAN
(2010) outbound adalah sebuah cara
Penelitian
untuk menggali dan mengembangkan
ini
merupakan
potensi anak dalam suasana yang
penelitian eksperimen. Variabel yang
menyenangkan.
menjadi fokus dalam penelitian ini
Pelatihan sosial
outbound
merupakan
pelatihan
suatu
terencana
meliputi
bina
sosial.
Desain
penelitian
yang
dipakai dalam penelitian ini adalah
sosial dari outbound yaitu : a) untuk
yaitu
terikat yaitu kemampuan interaksi
alam
terbukadengan menggunakan aspek
kemampuan
bebas
outbound bina sosial dan variabel
bentuk
di
variabel
pre test-post test control group
melakukan
design.
penilaian dalam situasi kelompok, b) Subjek dalam penelitian ini
berkomunikasi dengan orang lain, c) kemampuan untuk
adalah: a) anak yang berusia 10-12
merubah dan
menilai ide-ide dalam kelompok, d)
tahun,
mengembangkan
kemampuan interaksi sosial yang
kepribadian
yang
mengembangkan
sifat-sifat positif, sikap
b)
yang
pelatihan outbound training. Jumlah
baik. Berdasarkan uraian di atas
berdasarkan
penulis
Subjek
masalah
10
“apakah pelatihan outbound bina
penelitian
sosial
kelompok
kemampuan
meningkatkan
orang
yang
random
yang
sampling.
digunakan
ini
terdiri
dalam
dari
yaitu
dua
kelompok
dengan teman sebaya?”. Penelitian
Kelompok
eksperimen
ini bertujuan untuk menguji apakah
kelompok
yang
pelatihan
pelatihan
outbound
bina
dipilih
eksperimen dan kelompok kontrol.
interaksi sosial anak
outbound
skala
rendah, c) belum pernah mengikuti
subjek
mampu
nilai
e)
menggambarkan karakter moral yang
merumuskan
memiliki
sosial
11
adalah
mendapatkan bina
sosial
sedangkan kelompok kontrol adalah
yang diobservasi perilaku selama
kelompok yang tidak mendapatkan
pelatihan dan ekspresi wajah
pelatihan outbound bina sosial.
Adapun
Alat yang digunakan untuk pengumpulan
data
interaksi sosial, observasi.
adalah
penelitian (a) pretest: dilakukan pada
skala
tanggal
wawancara, dan
Aspek
ukur
pelaksanaan
6
April
2012
sebelum
penelitian dimulai. Pada hari itu
yang
dilakukan pengisian skala pretest,
interaksi
perkenalan, dan ice breaking, (b)
keterbukaan,
pelaksanaan pelatihan outbound bina
kerjasama, dan frekuensi hubungan
sosial bertempat di Waduk Cengklik,
dalam
(Partowisastro,
Boyolali selama 5 jam dari pukul
1999). Skala ini disusun oleh peneliti
06.30-11.15. (c) posttest: dilakukan
dan telah diujicobakan sehingga
tanggal 8 April 2012
diperoleh
hasil indeks korelasi
setelah pelatihan selesai (d) follow
bergerak dari (rbt)= 0,402 sampai
up: dilakukan tanggal 14 April 2012.
dengan (rbt)= 0,755; (r-kriteria) >0,
Hal ini dilakukan untuk mengetahui
3. Dan koefisien reliabilitas alat ukur
kemampuan interaksi sosial subjek 1
(rtt)= 0, 875. Wawancara dilakukan
minggu setelah pelatihan dilakukan
digunakan dalam skala sosial
ialah
aspek
kelompok
sebelum dan sesudah penelitian. Wawancara
sebelum
langsung
Data yang diperoleh diolah
penelitian
dengan statistik non parametrik: uji
ditujukan kepada guru sebagai survei
Wilcoxon
awal,
siswa
pengaruh pelatihan outbound bina
dilakukan untuk mengetahui catatan
sosial terhadap kemampuan interaksi
perilaku anak terkait kemampuan
sosial
interaksi sosial. Wawancara setelah
dengan
penelitian ditujukan kepada siswa
program SPSS.
untuk
sedangkan
kepada
mengetahui
pengaruh
untuk
anak.
mengetahui
Analisis
dilakukan
menggunakan
komputer
HASIL
pelatihan. Observasi dilakukan pada
Hasil penelitian menunjukkan
saat penelitian berlangsung. Hal-hal bahwa
12
ada
perbedaan
yang
signifikan pretest, posttest, follow up
sisi
kelompok eksperimen yang artinya
0,042/2= 0,02; p<0,05. Hal ini
pelatihan
outbound
berarti hipotesis diterima. Artinya
efektif
untuk
bina
sosial
meningkatkan
maka
probabilitas
menjadi
pelatihan
outbound
kemampuan interaksi sosial anak .
efektif
untuk
Hasil perhitungan data kelompok
kemampuan interaksi sosial anak.
eksperimen dapat dilihat pada tabel
bina
sosial
meningkatkan
Berdasarkan tabel 1, sesuai
1.
dengan analisis uji Wilcoxon follow up-
Tabel 1. Hasil perhitungan nonparametrik uji Wilcoxon pretest, posttest, follow up kelompok eksperimen PosttestPosttestpretest follow up Z -2.032 (a) -2.041 (a) Asymp. Sig. (2- .042 .041 tailed) a. based on negative ranks b. wilcoxon signed ranks test Berdasarkan tabel 1, statistik
hitung
Sedangkan
statistik
(Z)= tabel
posttest
Asymp. 0.041/2=
Sig.
yaitu
(Z)=
-2.041,
(2
tailed)
adalah
0.002;
p<0,05
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan follow up- posttest. Artinya pelatihan outbound bina sosial efektif untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak. Perbandingan skor interaksi
-2.032.
sosial pada saat pretest, posttest dan
dapat
follow up kelompok eksperimen lebih jelas dilihat pada grafik 1.
dihitung pada tabel Z dengan taraf signifikansi= 5%, maka luas kurva normal adalah 50%-5%= 45% atau 0,45. Pada tabel Z, untuk luas 0,45 didapat angka Z tabel sekitar -1,645. Oleh karena Z output lebih besar dari Z
tabel
(-3.070>-1,645),
maka
hipotesis diterima. Hasil analisis tersebut
diperkuat
dengan
hasil Grafik 1. Perbandingan skor pretest, posttest, follow up kelompok eksperimen
Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,042. Oleh karena kasus ini adalah uji satu
13
Hasil analisa uji wilcoxon pretest, posttest, dan follow up kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 2
sosial
yang
signifikan
pada
kelompok kontrol. Untuk memperjelas lagi, pada grafik 2 ditampilkan perubahan kemampuan interaksi sosial pada masing-masing subjek kelompok kontrol dalam bentuk grafik
Tabel 2. Hasil perhitungan nonparametrik uji wilcoxon pretest,posttest, follow up kelompok kontrol Posttest- Posttestpretest follow up Z -.730 (a) -.414 (a) Asymp. Sig. (2.465 .679 tailed) a. based on negative ranks b. wilcoxon signed ranks test Hasil analisis uji wilcoxon posttest-pretest menunjukkan nilai
Grafik 2. Perbandingan skor pretest, posttest, follow up kelompok kontrol
Z= -.730 dan Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0.465/2= 0.23 ; p<0,05.
PEMBAHASAN
Secara keseluruhan, hasil tersebut menunjukkan
bahwa
tidak
ada
Tujuan penelitian ini adalah
perbedaan yang signifikan antara
untuk
pretest dan posttest pada kelompok
outbound
kontrol.
kelompok
meningkatkan kemampuan interaksi
kontrol tidak terjadi peningkatan
sosial anak dengan teman sebaya.
kemampuan
sosial.
Diterimanya hipotesis yang diajukan
Berdasarkan tabel 2, sesuai dengan
dalam penelitian ini membuktikan
analisis uji Wilcoxon follow up-
bahwa
posttest yaitu (Z)= -.414, Asymp.
sosial dapat digunakan sebagai salah
Sig. (2 tailed) adalah 0.679/2= 0.33;
satu teratment untuk meningkatkan
p<0.05 menunjukkan bahwa tidak
kemampuan interaksi sosial anak.
ada perbedaan yang signifikan follow
Hal ini didasarkan pada peningkatan
up-
skor kemampuan interaksi sosial
Artinya
posttest.
pada
interaksi
Artinya
tidak ada
peningkatan kemampuan interaksi
subjek
14
menguji apakah bina
pelatihan
penelitian
pelatihan
sosial
mampu
outbound
yang
bina
telah
mengikuti pelatihan outbound bina
dimunculkan
sosial.
dengan orang lain. Permainan ball Hasil
survei
estafet
awal
mengenai
diri
dan
waktu.
Permainan toxic water mengajarkan
kelas IV, V, VI ialah interaksi sosial sebaya.
mengajarkan
pengaturan
yang banyak dialami oleh siswa
teman
berinteraksi
kerjasama, pembagian tugas, dan
menunjukkan bahwa permasalahan
dengan
saat
tentang
Bullock
kemampuan
inovatif,
(1998) menyatakan bahwa anak yang
kreatif
kesabaran,
dan
mengetahui
kelebihan dan kelemahan kawan dan
tidak mampu membina pertemanan
menghargainya.
yang memuaskan juga akan merasa
walk
terpencil dan tidak bahagia. Bagi
Permainan
blind
mengajarkan
tentang
komunikasi efektif, kedisiplinan, dan
anak-anak ini, sekolah merupakan
mengatur strategi. Permainan water
tempat yang tidak menyenangkan,
estafet
dan akibatnya mereka dapat sering
mengajarkan
tentang
kekompakan dan bekerja efektif.
membolos atau putus sekolah sama
Semua
sekali.
subjek
terlihat
antusias
mengikuti jalannya pelatihan. Setiap Untuk
perilaku
membentuk/merubah
subjek
pelatihan
selesai permainan selalu ada diskusi.
maka
Diskusi ini bertujuan untuk memberi
dalam pelatihan ini menggunakan
kesempatan
tahapan
outbound
untuk memberi penilaian terhadap
menurut Boyett dan Boyett (dalam
materi yang telah disampaikan. Dari
Ancok, 2007). Tahapan yang dilalui
kelima subjek, hanya terdapat 1
yang pertama tahap pembentukan
subjek yang bertanya yaitu KPI.
pengalaman (experience). Pada tahap
Meskipun demikian, subjek yang lain
ini anak dilibatkan dalam setiap
tetap memperhatikan trainer.
kegiatan outbound
pelaksanaan
atau
permainan
bersama
dengan
dalam
Tahap
anak
perenungan
lainnya dalam tim atau kelompok. Melalui
permainan
para
kepada
kedua
para
subjek
yaitu
pengalaman
tahap
(reflect).
Pada tahap ini trainer bertanya apa
subjek
yang dirasakan subjek dan manfaat
belajar tentang perilaku yang harus
15
yang diperoleh di masing-masing
yaitu
permainan. Para subjek menyatakan
menjadi tujuan pelatihan. Dengan
senang
yang
melakukan hal tersebut maka trainer
diberikan. Para subjek dapat belajar
menanamkan norma subjektif yang
tentang
merupakan
dengan
pelatihan
kerjasama,
lebih
dekat
melakukan
perilaku
bagian
yang
dari
teori
dengan teman, saling memaafkan,
kemampuan perilaku. Pada tahap ini
dan saling menghargai. Dilanjutkan
trainer juga menanyakan kepada
tahap
pembentukan
semua subjek kendala atau hambatan
konsep (form concept). Pada tahap
apa yang akan ditemui ketika akan
ini trainer memilah manfaat dan
mengaplikasikan cara berinteraksi
pengalaman yang dirasakan subjek
yang baik. Menurut para peserta
dengan materi pelatihan yang telah
kendalanya ialah masalah bergaul
disampaikan
terkadang tidak muncul dari diri
ketiga
Trainer
yaitu
melalui
ceramah.
menyampaikan
kerjasama, teman,
lebih
dan
dekat
saling
bahwa
subjek
dengan
sehingga susah untuk mengendalikan
menghargai
diri.
akan
Trainer
tetapi
dari
teman
memberikan
solusi
merupakan modal perilaku dalam
bahwa masalah itu bisa diatasi
berinteraksi dengan orang lain atau
dengan mengingatkan kepada teman
teman.
akan dampak dari perilakunya yang tidak baik.
Tahap keempat yaitu tahap pengujian konsep (test concept).
Data terkait dengan perilaku
Pada tahap ini dilakukan publishing.
subjek
Trainer mengulas kembali mengenai
peroleh dari hasil observasi. Selama
tujuan pelatihan dikaitkan dengan
pelatihan
terlihat
materi dan permainan. Selain itu,
antusias,
menikmati
pada tahap ini trainer juga memberi
permainan
yang
motivasi
bersemangat,
dan
kepada
subjek
yaitu
selama
pelatihan
subjek setiap
cukup sesi
diberikan, aktif positif
dalam
memberi penguatan berupa pujian
kelompok.
dan tepuk tangan agar para peserta
mereka tunjukkan selama mengikuti
melakukan perilaku yang diharapkan
pelatihan mendukung meningkatnya
16
Perilaku
peneliti
yang
kemampuan interaksi sosial yang
eksperimen antara skor pretest dan
dimiliki. Selain hasil observasi, hasil
posttest
skor pretest, posttest, dan follow up
pelatihan
menunjukkan
5
mampu meningkatkan kemampuan
subjek yang mengalami peningkatan
interaksi sosial anak dengan teman
skor dan kategori baik dari rendah ke
sebaya.
bahwa
terdapat
sedang. Dalam penelitian ini semua
outbound
Berdasarkan
yang bisa diperoleh dari pelatihan yang diberikan sehingga berdampak
data
terhadap
outbound
yang
diketahui
bahwa
bina
sosial
KESIMPULAN
subjek mampu mengambil manfaat
perilaku
dapat
muncul
diketahui bina
hasil
bahwa sosial
analisis pelatihan mampu
meningkatkan kemampuan interaksi
selama pelatihan berlangsung.
sosial anak dengan teman sebaya. Berdasarkan perbandingan
data
hasil kelompok
17
DAFTAR PUSTAKA Ancok, D. 2007. Outbound Manajemen Training. Yogyakarta: UII Press Bramlet, B. (2011). Educational Psychology in Practice, Vol 27 No 1, March 2011, p.p 1-17. diakses tanggal 13 Maret 2013 pukul 11.00 Bullock, J. R. (1998). Loneliness in Young Children. www.eric.ed.gov. diakses tanggal 13 Maret 2013 pukul 10.00 WIB. Feldman, R.S. Understanding Psychology. New York: Mc Graw Hill Publishing Handayani. 2001. Efektifitas Outwardbound Training Untuk Meningkatkan Harga Diri dan Kemampuan Kerjasama. Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol 2 No 2 Agustus 2001: 44-50 Hurlock, E. 1996. Psikologi Perkembangan. Alih bahasa: dr. Med. Metasari T dan Dra. Muslichah Z. Jakarta: Erlangga Muksin. 2010. Outbound For Kids. Jogjakarta: Cosmics Books Partowisastro. 1999. Dinamika Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga Santrock, J.W. 2002. Child Development. New York: Mc Graw Hill Inc Sarwono, S.W. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika Schneiders, A.A. (1988). Personal Adjusment and Mental Hiegiene. New York: Penehart and Winston. Umar, T. Pengaruh Outbond Training Terhadap Peningkatan Rasa Percaya Diri Kepemimpinan Dan Kerjasama Tim ( Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ). Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 3 Tahun 2011 Walgito, B. 2011. Teori-teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi
18