“PENERAPAN METODE DEMONTRASI BERBASIS TEKNOLOGI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI”. Anwar,Mohamad Jahja*, Tirtawaty Abjul * Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo (
[email protected]) ABSTRAK Anwar . Penerapan Metode Demontrasi Berbasis Teknologi Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sejarah Pembentukan Bumi Skripsi. Program Studi Geografi, Jurusan Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Gorontalo 2013. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan metode demonstrasi berbasis teknologi dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Geografi di Kelas X3 SMA Negeri 4 Gorontalo. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontaloselama 2 bulan. Penelitian ini menggunakan metode deskritif.Hasilpenelitian diperoleh dengan menggunakan tes yang berisi soal mengenai pembelajara siswa. Adapun hasil belajar siswa dari 25 siswa yang di kenai tindakan pada siswa kelas X SMA 4 Kota gorontalo berlangsung baik dengan persentase ternyata 23 orang (92%) mencapai nilai 75 keatas. Dengandemikianindikatorkinerjayangtelah ditetapkan dipenuhi.Dengan hasil pelaksanaan menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada materi sejarah pembentukan bumi dengan menggunakan pembelajaran metode demonstrasi berbasis teknologi Kata kunci : Hasil belajar, metode berbasis teknologi Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaruan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya IPA, Geografi dan lain-lain.
geografi adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan system dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran geografi diharapkan akan menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan aplikasinya. Selain itu, geografi adalah sarana berpikir dalam menentukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan geografi merupakan metode berpikir logis, sistematis dan konsisten. Oleh karenanya semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu berhubungan dengan geografi. Permasalahan dalam proses belajar mengajar juga terjadi di SMA Negeri 4 Gorontalo sebagaimana pengamatan peneliti bahwa penguasaan siswa terhadap pelajaran geografi masih tergolong rendah. Berdasarkan data hasil belajar nampak bahwa nilai geografi siswa kelas X3 SMA Negeri 4 Gorontalo pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 yaitu jumlah siswa yang memperoleh di bawah 75 sebanyak 21 orang atau 75% dan yang memperoleh nilai di atas 75 sebanyak 7 orang atau 25%. Hal ini menunjukan bahwa prestasi siswa pada mata pelajaran geografi masih tergolong rendah karena masih di bawah standar ketuntasan minimal 75. Pada pembelajaran geografi di SMA Negeri 4 Gorontalo, guru kurang memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep geografi, siswa hanya menyalin apa yang dikerjakan oleh guru. Selain itu siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide dan mengkonstruksi sendiri dalam menjawab soal latihan yang diberikan oleh guru. Permasalahan dalam proses belajar mengajar juga terjadi di SMA Negeri 4 Gorontalo sebagaimana pengamatan peneliti bahwa penguasaan siswa terhadap pelajaran geografi masih tergolong rendah. Berdasarkan data hasil belajar nampak bahwa nilai geografi siswa kelas X3 SMA Negeri 4 Gorontalo pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 yaitu jumlah siswa yang memperoleh di bawah 75 sebanyak 21 orang atau 75% dan yang memperoleh nilai di atas 75
sebanyak 7 orang atau 25%. Hal ini menunjukan bahwa prestasi siswa pada mata pelajaran geografi masih tergolong rendah karena masih di bawah standar ketuntasan minimal 75. Metode demontrasi Metode berasal dari bahasa latin methodos yang berarti jalan yang harus dilalui. Menurut Nana Sudjana ( 2002 : 260 ) bahwa metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar“. Sukartiaso (dalam Moedjiono dan Dimyati 1995 :45 ) mengemukakan bahwa metode adalah cara untuk melakukan sesuatu atau cara untuk mencapai suatu tujuan. Roestiyah (2008: 83) tehnik lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demontrasi. Tetapi siswa tidak melakukan percobaan; hanya melihat saja apa yang di kerjakan oleh guru. Jadi demontrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/atau tim guru menunjukan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih 100 c, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati; mendengar mungkin meraba-raba mersakan proses yang di pertujkan oleh guru tersebut. Dengan demikian metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Tujuan dan kegunaan metode demonstrasi, antara lain: (1) Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas; (2) Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian; (3) Untuk menghindari verbalisme; (4) Cocok digunakan apabila akan memberikan keterampilan tertentu;
Metode domonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan dan mengamati terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Sebelumnya proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat – alat yang digunakan dalam demonstrasi tersebut. Dengan demontrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam; sehingga membentuk pengaertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka langkah-langkah metode demontrasi adalah sebagai berikut : 1)
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2)
Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
3)
Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
4)
Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
5)
Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya.
Teknologi dalam Pembelajaran Jenis teklonogi yang digunakan dalam pembelajaran terdiri dari media audiovisual (filmstrip, televise, dan kaset video) dan komputer. Memang ada bentuk teknologi lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran, namun kedua jenis teknologi tersebut paling banyak penggunaan, untuk menunjang pembelajaran dalam kelas dan memiliki banyak penggunaan,
untuk menunjang pembelajaran dalam kelas dan memiliki dampak terhadap pembuatan keputusan intruksional. 1. Media audiovisual ; penerapan pada prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran 2. komputer ; penggunaan di kelas, jenis-jenis perangkat lunak, dan penunjuk perangka lunak 3. Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan yaitu perkembangan teknologi yang sangat pesat, sejak lama telah dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Seperti penemuan kerja, mesin cetak, radio, video taperecorder, film, televise, overhead projector (OHP), dan computer baik dalam bentuk computer assisted instruction (CAI), computer based instruction (CBI) maupun E-learning telah dimanfaatkan dalam proses pendidikan. Pada hakikatnya alatalat tersebut tidak dibuat khusus untuk keperluan pendidikan, akan tetapi alat-alat tersebut ternyata dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan, bahkan dapat meningkakan efektivitas, efisiensi dan kualitas hasil pembelajaran. Perkembangan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran ini sendiri merupakan kreasi berbagai ahli dalam bidang terkait, yang pada dasarnya ingin berupaya dalam mewujudkan ide-ide praktis dalam menerapkan prinsip didaktik, yaitu pembelajaran yang menekankan perbedaan individual baik dalam kemampuan maupun dalam kecepatan. Ada tiga bentuk penggunaan komputer dalam kelas, yaitu : 1. Untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca computer atau computer literate, 2. Untuk mengajarkand asar-dasar pemograman dan pemecahan masalah computer, dan 3. Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran
Variabel Penelitian Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka peneliti menetapkan variabel penelitian sebagai berikut : a. Variabel Input
: Siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan
belajar dan sebagainya. b. Variabel Proses
: Metode pembelajaran demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. c. Variabel Output
: Hasil belajar siswa
Pelaksanaan Tindakan Jika tahap persiapan sudah matang, maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan, yaitu menerapkan dan melaksanakan tindakan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Apabila tidak menunjukkan hasil yang diharapkan maka diadakan peninjauan kembali terhadap prosedur serta merumuskan rencana perbaikan/penyempurnaan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Siklus I 1. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berbasis teknologi 2. Memberikan bimbingan terhadap siswa, baik yang aktif maupun yang tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran 3. Melaksanakan tes akhir, dan 4. Melaksanakan analisi dan refleksi. Siklus II
Jika pada pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan, maka sebagai alternatif untuk menyempurnakan kesalahan yang terjadi pada siklus I adalah melalui pelaksanaan tindakan pada siklus II. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah. 1. Melanjutkan pelaksanaan tindakan melalui langkah-langkah seperti pada siklus I. 2. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berbasis teknologi 3. Memberikan bimbingan terhadap siswa yang aktif maupun yang tidak aktif dalam menerima materi pelajaran yang disajikan. 4. Melaksanakan tes akhir, dan 5. Melaksanakan analisis dan refleksi. Jika dalam pembelajaran belum memberikan hasil yang ditargetkan berdasarkan indikator kinerja, maka siklus II dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas ini menyajikan materi sejarah pembentukan bumi dengan menggunakan metode demonstasi berbasis teknologi pada siswa kelas X yang berjumlah 25 siswa SMA Negeri 4 Gorontalo tahun 2013. Setiap tindakan dilaksanakan berdasarkan dan menghendaki adanya proses perubahan hingga mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Berikut diuraikan hasil pembelajaran tindakan pada setiap siklus pembelajaran. Hasil pengamatan kegiatan guru dalam siklus I Hasil Observasi Kegiatan Guru Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ada 14 (Empat belas) indikator pengamatan yang merupakan bagian keseluruhan dari tahapan pembelajaran. Ketika dilakukan observasi, diperoleh informasi sebagai berikut. Terdapat 2 atau sebesar 14,29% indikator pengamatan
yang pelaksanaannya termasuk dalam klasifikasi “kurang”, yakni indikator ke-4, 7, 10, dan 23. Selanjutnya, 5 atau sebesar 35,71% indokator pengamatan yang pelaksanaannya termasuk dalam klasifikasi “cukup”. Kemudian, 3 indikator atau sebesar 21,42% termasuk pada klasifikasi “baik” dan 4 indikator atau sebesar 28,58% termasuk pada klasifikasi “sangat baik”. Dengan kata lain bahwa ada 7 indikator atau sebesar 50% . Hasil Observasi Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil observasi terkait dengan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa dari 14 indikator pengamatan, terdapat 3 atau sebesar 21,42% yang termasuk klasifikasi “kurang”, kemudian 4 atau sebersar 28,58% termasuk klafikasi “cukup”sedangkan 3 atau sebesar 21,42% termasuk pada klasifikasi “baik” dan 4 atau sebesar 28,58% termasuk kategori “sangat baik”. Hasil Belajar Siswa Terkait dengan capaian hasil belajar di siklus I ini memperlihatkan data sebagai berikut. Dari 25 siswa yang dites, maka yang telah dinyatakan tuntas hasil belajarnya 15 siswa atau sebesar 60%. Sedangkan yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 10 siswa atau sebesar 40%. Secara klasikal hasil belajar siswa dicapai sebesar 56,53 termasuk dalam klasifikasi “kurang” (lihat lampiran 5). Lebih jelas dapat pula dilihat pada sajian tabel halaman berikut.
Tabel 2 Klasifikasi Akhir Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Diklus I Ketuntasan
Jumlah Siswa
Persentase
Tuntas
15
60
Tidak Tintas
10
40
Jumlah
25
100%
Rata-Rata Nilai
Daya Serap Klasikal
71,24 71,24
Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Guru Hasil pemantauan proses pembelajaran pada siklus II ini diperoleh informasi sebagai berikut. Keseluruhan indikator pengamatan telah terlaksana secara optimal, yakni 13 indikator atau sebesar 52% tergolong klasifikasi “baik sekali” dan 12 indikator atau sebesar 48% tergolong klasifikasi “baik” Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan data sebagai berikut. Dinyatakan “tuntas” telah dicapai sebanyak 23 siswa atau sebesar 90% sedangkan 2 siswa lainnya atau sebesar 8% dinyatakan “tidak tuntas”. Secara klasikal, daya serap mencapai 79,76 termasuk pada klasifikasi dan dinyatakan “tuntas” (lihat lampiran 10). Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel berikut.
Pembahasan Belajar merupakan kegiatan terencana yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Hal itu pula yang manjadi landasan objektif dalam pelaksanaan pembelajaran materi Sejarah Pembentukan Bumi melalui metode demonstasi berbasis teknologi. Hasil yang dicapai akan terlihat dari perubahan kemampuan dalam menguasai materi tersebut. Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terdapat banyak masalah yang di hadapi oleh peneliti antara lainya adalah pelaksanaan dalam mengungkapkan apersepsi, belum optimal sehingga siswa masih kurang mengerti dengan apa yang sudah di jelaskan oleh guru. Selanjutnya di dalam penyajian materi dengan mendemonsrasikan fenomena tentang peristiwa pembentukan bumi melalui slide LCD, siswa belum mengetuhui tenhtang fenomena peristiwa sejarah pembentukan bumi, sehingga hasil belajar siswa masih tetap belum maxsimal sesuai dengan indikator yang akan di capai. Kemudian penguasaan materi yang akan di ajarkan kepada siswa belum maxsimal, sehingga siswa cenderung kebanyakan bermain pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Selanjutnya pendekatan terhadap siswa belum terjalin komunikasi yang baik, sehingga siswa hanya terfokus membaca buku pada mata pelajaran yang lain. Pengelolaan Pembelajaran Pada siklus I, pengelolaan pembelajaran belum berjalan dengan baik. Akan tetapi ada beberapa aspek pengamatan yang sudah tuntas. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran komunikasi antara guru dan siswa sangat penting karena pada prinsipnya belajara mengajar membangun komunikasi antara kedua belah pihak. dan siklus I, peneliti mengalami kesulitan membangun komunikasi dengan siswa akibatnya tujuan pemelajaran yang akan dicapai tidak maksimal.
Pada pelaksanaan siklus II seluruh aspek aspek yang cukup baik pada siklus I di perbaiki, guna memperbaiki pengelolaan pembelajaran. Perbaikan pada siklus II ini sangat memuaskan, karena kategori sangat baik, dan baik ada siklus ini mengalami peningkatan. Penyebab keberhasilan adalah karena terciptanya komunikasi dan terbangunya ikatan emosional antara guru dan siswa, sehingga sangat membantu dan mencapai tujuan pembelajaran. Perbedaan antara pencapaian kategori pada pengelolaan pembalajaran kooperatif yag dicapai pada siklus I dan siklus II dapat di lihat pada grafik di bawah ini.
a.
Gam Pengamatan Aktivitas siswa Pelaksanaan aktivitas siswa pada siklus I, sudah berjalan dengan baik akan tetapi masih ada
beberapa aspek yang belum tuntas, dikarenakan siswa belum memahami arti dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru, sehingga ketuntasan pada aktivitas siswa pada siklus I belum maksimal. Sedangkan pada pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan, dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dapat menjawab pertanyaan pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini tidak dilanjutkan lagi pada siklus
berikutnya. Aspek aspek yang ada siklus sebelumnya mendapat kategori cukup baik dan kurang baik, maka pada siklus II mendapat kategori baik dan sangat baik. Perbedaan antara pencapaian kategori aktivitas siswa pada siklus I adan siklus II dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 2. Hasil perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II 1. Hasil perbandingan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II a. Hasil belajar siswa Hasil evaluasi pada siklus I menuntaskan 16 siswa dari 8 butir soal yang di berikan. Persentase yang dicapai oleh siswa yang tuntas 15 orang atau sebasar 60%, dengan daya serap klasikal sebesar 71,24 %. Tidak tercapainya persentase siswa yang tuntas pada sikus I disebabakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa untuk mengerjakan siswa untuk mengerjakan soal-soal pemahaman dan penerapan.
Berdasarkan hasil analisis, maka guru mengadakan perbaikan dan penyempurnaan ada proses selanjutnya yaitu pada siklus II. Tindakan yang dilakukan yang diberikan bahan pada siswa mengenai materi yang dibelajarkan dan mengorganisir siswa kembali pada kelompok untuk melakukan wawancara. Setelah diadakan evaluasi kembali, hasilnya adalah seluruh siswa yang dikenai tindakan sebanyak 23 orang tuntas dengan persentase sebesar 92 % dengan daya serap klasikal pada siklus II adalah sebesar 79,76%. Perbedaan antara pencapaian kategori hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
4. Hasil perbandingan tes belajar siswa pada siklus I dan siklus II Berdasarkan deskripsi hasil penelitan dan pembahasan di atas, maka dapat dijelaskan melalui pengertian metode demonstrasi. Metode Demontrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan secara langsung obyeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertujukan proses tertentu. Dengan demikian metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di peroleh bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi berbasis teknologi, sangat evektif sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. “Hasil belajar siswa pada materi sejarah pembentukan bumi pada mata pelajaran geografi di kelas X SMA Negri 4 kota gorontalo meningkat dan dapat di terima, maka penelitian dinyakan selesai dan terpenuhi PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode demonstasi berbasis teknologi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sejarah pembentukan bumi, dan dinyatakan dapat diterima. Hal ini dapat ditujukkan melalui: 1) Penggunaan metode demonstasi berbasis teknologi, setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan kelompok-kelompok yang lainnya sehingga pada saat ditunjuk dapat berperan aktif dan dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. 2) Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar dengan menggunkan metode demonstasi berbasis teknologi, hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan 15 orang siswa (60%) dengan nilai rata-rata 71,24. Pada siklus II prosentasi tersebut menigkat menjadi 23 orang siswa (92%) yang memperoleh nilai 7.5 ke atas dengan nilai rata-rata 79,76 sehingga dapat dinyatakan bahwa dalam proses pembelajaran diterapkan metode demonstrasi berbasis teknologi hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi materi sejarah pembentukan bumi dikelas X SMA Negeri 4 Gorontalo dapat meningkat. Berdasarkan simpulan tersebut, maka sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain sebagai berikut:
1) Dalam proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung, guru hendaknya memilih model/metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga siswa dapat berperan aktif dan dapat memahami materi yang diajarkan. 2) Dalam pembelajaran Geografi perlu diterapkan metode demonstrasi berbasis teknologi karena tipe tersebut memiliki beberapa keunggulan yang membuat siswa dapat bertanggung jawab dan mengembangkan kemampuan kognitif dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. 3) Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi rekan-rekan guru geografi untuk mengembangkan kemampuan dan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2005. Manajement Penelitian. Jakarta: Rineka cipta ESIS. Geografi untuk SMA Kelas X. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamzah B Uno, 2009. Metode Pembelajaran Menciptakan proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara Hamid Muhamad.2005.Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi. Jakarta: Deprtemen Pendidikan Nasional. Rusman, 2011. Model-model pembelajaran. Bandung : rosdakaraya Roestiyah N.K 2008. strategi pembelajaran mengajar. Jakarta: PT Rineka cipta Sudjana, 2009.Dasar Dasar Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Offset Sudjana,. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya Wardiyatmoko, 2006. Geografi SMA Untuk Kelas X. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pertama Winataputra, udin.s. 1997. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: departemen pendidikan nasional http://agsasman3yk.wordpress.com/2009/08/30/standardisasi-guru-dalampembelajaran-berbasis-teknologi-informasi-dan-komunikasi. http://teknolonipendidikan.wordpress.com/2006/03/21/prinsip-pengembangan- mediapendidikan-sebuah-pengantar/
Meiriana Kartika Sari. 2013. Developing Cooperative Learning Model Two Stay Two Stray Type by Using Picture and Picture Model. Skripsi, Geography Study Program, Physics Department, Mathematics and Natural Sciences Faculty, State University of Gorontalo. Under the guidance of Mr. Prof. Dr. H. Yoseph Paramata, M.Pd and Mrs. Nurfaika, S.Si, M.Sc. This research is an inquiry of development that intent on producing a new product of learning model which is effective and favorable for students. Learning model that is developed is cooperative learning model type Two Stay Two Stray by using Picture and Picture learning model. The procedure in this inquiry of development refers to development model by Thiagarajan dan Sammel (1974) that was acquainted with 4-D (four-D model) meant Define, Design, Develop, and Disseminate by using descriptive technique in analyzing the data. This inquiry of development is only discussed to limit testing. The test applies in SMAN 4 Gorontalo, and XI IPS 5 as the sample. The result of this model development named by the researcher as Guest and Picture learning model. Key Words: Research development, Two Stay Two Stray, Picture and Picture, FourD. I.
Pendahuluan Penelitian pengembangan pendidikan adalah suatu proses kajian sistematik untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk yang digunakan dalam pendidikan. Menurut Gay, Mills, Airasian (dalam Emzir, 2010 : 263) dalam bidang pendidikan tujuan utama penelitian dan pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan disekolah-sekolah. Produk-produk yang dihasilkan oleh penelitian dan pengembangan mencakup materi pelatihan guru, materi ajar, seperangkat tujuan perilaku, materi media dan sistem manajemen. Model pengembangan 4-D (Four-D) merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model 4D merupakan singkatan dari Define, Design, Development and Dissemination. Model pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian pengembangan ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan model Picture and Picture. Dalam model pembelajaran Two Stay Two stray siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada
siswa. Sedangkan dalam model Picture and Picture penerapannya menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi dalam memfasilitasi siswa agar aktif belajar. Melalui gambar memungkinkan siswa dapat mengembangkan konsep-konsep grafis yang dijelaskan atau diilustrasikan dari suatu gambar. Pengembangan model ini dilakukan dengan menerapkan secara bersama-sama kedua model tersebut. Picture and Picture digunakan sebagai strategi dalam pelaksanaan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Dalam pelaksanaan Two Stay Two Stray siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan empat orang siswa disetiap kelompoknya. Materi yang didiskusikan di setiap kelompok diganti dengan gambar dari teknik picture and picture. Langkah-langkah dari pengembangan kedua model tersebut sebagai berikut : 1. Kegiatan Awal (Pendahuluan), meliputi 1) Apersepsi “guru memperlihatkan video tentang lingkungan hidup pada seluruh siswa, kemudian guru memberi kesempatan siswa untuk mengamati video yang sedang diputarkan” 2) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya sampai dapat berkenaan dengan materi yang akan dipelajari. 3) Guru mengarahkan jawaban siswa pada materi yang akan dipelajari. 4) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Kegiatan inti, meliputi 1) Guru mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar dan membagi bahan ajar serta LKS pada siswa, 2) Selanjutnya guru menyajikan materi pengantar serta memperlihatkan/menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran, 3) Guru meminta siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan bersama-sama dalam kelompoknya, 4) Guru melakukan pembimbingan pada setiap kelompok bekerja dan belajar, 5) Setelah selesai, guru meminta dua anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu pada kelompok lain, 6) Dua yang tinggal dalam kelompok diberi tugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka pada tamu yang datang, 7) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain, 8) Guru menunjuk/memanggil perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan gambar yang telah diurutkan secara logis, 9) Selanjutnya guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran siswa mengurutkan setiap gambar tersebut, 10) Dari alasan urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, 11) Guru meminta setiap kelompok untuk membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka
3. Kegiatan Penutup, meliputi 1) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan gambar yang telah diurutkan setiap kelompok, 2) Guru mengevaluasi hasil belajar siswa, 3) Guru memberi penghargaan pada kelompok yang penyusunan gambarnya paling tepat. II. Metode Penulisan Prosedur penelitian pengembangan ini mengacu pada model pengembangan oleh Thiagarajan dan Sammel (1974) yang dikenal dengan istilah 4-D (four-D model) yakni Define (pendefinisian/penetapan), Design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Tahapan pengembangan model tersebut dapat dilihat pada diagram alir berikut : Analisis awal Define Analisis karakteristik belajar siswa
Analisis model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa
Mengembangkan Model Pembelajaran two stay two stray dengan model picture and picture
Uji model teoritik
Uji coba empiris
Desain
perbaikan
Develop
Pengambilan keputusan
Pengembangan model ini hanya sampai pada uji coba terbatas, dengan 1 kali pertemuan. Laporan Hasil Dessiminate Uji coba terbatas dilaksanakan di SMAN 4 Gorontalo dengan subyek penelitian yakni seluruh 3.1. 4Tahapan pengembangan modelpenelitian dilakukan dengan siswa kelas XI IS5Gambar di SMAN Gorontalo. Penentuan subyek menggunakan teknik pengambilan cluster random sampling. Indikator keberhasilan model dapat dilihat dari tes hasil belajar dan lembar aktivitas belajar siswa. Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2006 : 22) menjelaskan bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yakni keterampilan dan
kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam penelitian pengembangan ini, ada beberapa teknik yang dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu 1) observasi, observasi yang dilakukan pada penelitian pengembangan ini yakni untuk melakukan uji coba terhadap model pembelajaran yang dilakukan, apakah model yang dikembangkan itu berhasil atau tidak deperoleh informasinya melalui observasi ini. 2) Tes hasil belajar, Untuk mengetahui apakah model yang peneliti kembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak maka peneliti menggunakan tes tertulis dalam bentuk essay. Tes hasil belajar dibuat berdasarkan indikator soal yang diambil dari tujuan pembelajaran. Aspek penilaian yang digunakan dalam instrument tes ini adalah aspek kognitif tingkat mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), mengenalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan berkreasi (C6). 1) Mengingat
(C1) berupa
mengurutkan,
menjelaskan,
mengidentifikasi,
menamai,
menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb. 2) Memahami (C2) berupa menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb. 3) Menerapkan (C3) meliputi melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb 4) Menganalisis (C4) berupa menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb. 5) Mengevaluasi (C5) meliputi menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.
6) Berkreasi
(C6) meliputi
merancang,
membangun,
merencanakan,
memproduksi,
menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb. Instrumen merupakan kedudukan yang paling tinggi dalam suatu penelitian karena sebagai alat pembuktian. Adapun instrument yang digunakan pada penelitian pengembangan ini adalah lembar pengamatan oleh ahli, lembar aktivitas mengajar guru, lembar aktivitas belajar siswa, dan tes essay. Untuk menguji validitas instrument yang digunakan peneliti menggunakan persamaan product moment
(Arikunto, 2010 : 171).
Sedangkan untuk menunjukkan apakah instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, peneliti menggunakan persamaan alfa crombact (Arikunto, 2010 : 180). III. Hasil dan pembahasan Penelitian pengembangan ini dilaksanakan dan diuji cobakan pada siswa kelas IX IPS 5 SMA Negeri 4 Gorontalo. Uji coba ini melibatkan siswa dengan jumlah 26 orang. Setelah dilaksanakan uji coba sesuai dengan tahap perencanaan maka dihasilkan model pembelajaran cooperative Guest and Picture. Adapun tahapan pengembangan sehingga menghasilkan model pembelajaran Guest and Picture adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan Model Dalam kegiatan penyusunan model, peneliti berupaya mengkombinasikan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan model Picture and Picture. Prinsip kerja dari model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray ialah dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4 orang. Setiap kelompok yang terbentuk diberikan tugas. Pemberian tugas ini mengambil langkah dari picture and picture yakni dalam bentuk gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pada bagian tersebutlah inti dari pengembangan kedua model ini. 2. Uji Teoritik Model Uji teoritik model ini merupakan langkah dimana setiap perangkat dari model yang dikembangkan divalidasi. Proses validasi dilakukan oleh 3 orang ahli. Setiap ahli mengoreksi dan memberikan masukan pada setiap perangkat yang peneliti buat. Tujuan dari uji teoritik
model ini yaitu agar perangkat yang digunakan dalam uji coba dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pembelajaran. Dari tahapan tersebut diperoleh model pembelajaran baru yang peneliti beri nama Model pembelajaran kooperatif tipe Guest and Picture (tamu dan gambar). Guest berarti tamu dan Picture berarti gambar. Penamaan tersebut menurut peneliti cocok dengan sistem kerja model tersebut, yakni bertumpu pada gambar, kegiatan saling mengunjungi kelompok. Dalam pelaksanaan model pembelajaran Guest and Picture ada beberapa perangkat yang mendukung keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Guest and Picture. Perangkat pendukung tersebut adalah sebagai berikut: 1. Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Malalui silabus ini nantinya dapat memudahkan kita untuk menyusun perangkat pembelajaran lainnya, seperti Rencana Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar. Silabus bermanfaat sebagai pedoman pengembangan pembelajaran lebih lanjut seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian. 2. Rencana Pembelajaran (RPP) Rencana pembelajaran (RPP) merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Pada hakikatnya RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan kita lakukan dalam proses pembelajaran. RPP dapat membantu seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar agar setiap kegiatan dalam kelas lebih terstruktur, sistematis dan efektif sehingga nantinya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Lembar kerja siswa merupakan salah satu komponen dari perangkat pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur kemampuan serta pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Lembar kerja siswa (LKS) adalah media belajar yang diberikan oleh guru kepada setiap siswa dalam suatu kelas untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. LKS dapat
digunakan sebagai penguat siswa dalam memahami materi pelajaran, siswa akan lebih mudah paham
apabila
selain
mendengar
melalui
penjelasan
guru
mereka
juga
langsung
merealisasikannya melalui tugas yang diberikan sehubungan dengan materi pembelajaran. 4. Tes Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap siswa. Pemberian tes menuntut adanya respon atau jawaban dari sekelompok siswa yang diberi tes guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Melalui tes, kita dapat mengetahui sejauh mana siswa memahami setiap meteri pembelajaran yang diberikan. Dalam penelitian pengembangan ini peneliti menggunakan tes tulisan sebagai salah satu cara memperoleh informasi mengenai pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan berdasarkan model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture (model yang dikembangkan). 5. Bahan Ajar Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar mencakup isi dari materi pembelajaran. Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti berupaya mengembangkan bahan ajar yang dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Sedangkan bagi guru bahan ajar dapat membantu guru berinteraksi dengan siswa. Dalam penelitian pengembangan ini bahan ajar yang digunakan peneliti kembangkan menggunakan metode menata informasi (compilation atau wrap around text). Artinya bahan ajar yang digunakan dibuat dengan mengkompilasi seluruh bahan atau materi pembelajaran yang diambil dari buku teks, jurnal ilmiah, dan E-book. Penelitian pengembangan ini bermaksud untuk mengkombinasi dua buah model, dan pada akhirnya akan menghasilkan model pembelajaran yang baru. Dalam kasus ini, peneliti mengkombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan Picture and Picture. Penggabungan kedua model ini menghasilkan sebuah model pembelajaran baru yang peneliti beri nama Model Kooperatif Guest and Picture (Tamu dan Gambar) kemudian model yang dihasilkan tersebut peneliti uji coba pada siswa kelas XI IS 5 di SMA Negeri 4 Gorontalo. Uji coba yang dilakukan termasuk uji coba terbatas. Melalui kegiatan uji coba tersebut, terlihat bahwa keterlaksanaan model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture cukup baik. Siswa berpartisipasi dengan baik saat pembelajaran. Hampir seluruh siswa memperhatikan guru saat
menyajikan materi, sebagian besar mereka juga antusias untuk berdiskusi dan saling bertanya sesama teman saat ada yang belum mereka ketahui. Keberhasilan model pembelajaran Guest and Picture selain dilihat dari bagaimana aktivitas siswa, dapat juga dilihat dari baiknya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Guest and Picture ini cukup baik, skor tertinggi yang diperoleh siswa ialah 98,75 dan skor terendah ialah 46,25 dengan nilai rata-rata 83,25. Standar kelulusan kompetensi dasar yaitu 75 dan sebagian besar siswa memenuhi standar kelulusan tersebut. Analisis hasil ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
1
1 7
2 10
Butir Soal 3 4 5 5 4.5 12
2
3
5
5
7
15
5
15
3
5
8
5
7
15
10
4
7
7
7
7
10
5
2
6
4
3
6
4
10
6
7
7
7
8
7
9
No
6 10
7 12
Skor total 60.5
Nilai akhir
Ketuntasan
76
T
55
69
TT
11
61
76
T
15
15
68
85
T
5
5
12
37
46
TT
5
10
13
20
68
85
T
4
4.5
12
12
18
64.5
81
T
8
7
7
15
15
20
79
99
T
7
6
5
5
10
12
18
63
79
T
10
5
8
7
7
15
12
15
69
86
T
11
7
9
3
7
10
15
20
71
89
T
12
7
10
7
7
15
10
16
72
94
T
13
5
6
5
4.5
12
12
20
64.5
81
T
14
5
10
5
7
12
15
18
72
90
T
15
7
6
7
7
10
12
18
67
84
T
16
7
8
7
5
12
15
20
74
93
T
17
5
10
7
7
8
12
18
67
84
T
18
3
8
7
5
13
15
12
63
79
T
19
7
10
7
7
10
12
15
68
85
T
20
7
10
5
7
12
15
18
74
93
T
21
1 5
2 8
Butir Soal 3 4 5 7 4.5 15
22
7
10
7
7
15
10
20
23
7
6
7
7
14
13
24
5
10
5
5
12
25
3
8
7
7
26
7
6
5
7
No
6 12
7 15
Skor total 66.5
Nilai akhir
Ketuntasan
83
T
76
95
T
18
72
90
T
10
16
63
79
T
13
15
20
73
91
T
10
10
18
63
79
T
Adapun beberapa keunggulan dari model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture ini yakni Pertama, model pembelajaran ini dapat menbuat siswa lebih komunikatif, karena dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk dapat berbagi informasi dengan kelompok lain. Kedua, model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk berfikir kritis dan meningkatkan daya nalar melalui analisis gambar. Ketiga, melalui proses diskusi, model pembelajaran ini dapat meningkatkan tanggung jawab siswa berdasarkan alasan mereka mengurutkan gambar. Keempat, model pembelajaran ini lebih berkesan, sebab siswa dapat berinteraksi lebih dekat dengan kelompok lain melalui gambar yang diberikan. Agar diperoleh hasil pengembangan model yang optimal, berbagai upaya telah peneliti lakukan dalam pelaksanaan penelitian ini, akan tetapi masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan, sehingga membuat pengembangan model ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya sebagai berikut. Pertama, dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture ini memerlukan alokasi waktu yang ckup lama, mengingat begitu banyak langkahlangkah yang harus dilaksanakan dalam model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture ini, sedangkan waktu yang digunakan peneliti saat uji coba hanya 2 jam. Agar bisa digeneralisasikan untuk ruang lingkup yang lebih luas, maka nantinya penerapan model pembelajaran ini dapat menggunakan alokasi waktu maksimal 3 jam, dengan harapan proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan menyenangkan bagi siswa. Kedua, subyek penelitian berjumlah 26 orang, sehingga pembagian kelompok tidak berjalan dengan efektif. Agar pembagian kelompok dapat berjalan efektif maka nantinya penerapan model pembelajaran ini sebaiknya diterapkan pada siswa yang berjumlah dengan kelipatan 4 orang. Ketiga, media yang digunakan dalam penelitian berupa gambar-gambar yang diunggah melalui internet, sehingga siswa kurang memahami makna yang terkandung dalam gambar dan pada akhirnya timbul kesalahan penafsiran gambar.
Agar siswa lebih mudah memahami gambar, sebaiknya pada penerapan model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture ini selanjutnya menggunakan gambar-gambar yang diambil dari lingkungan sekitar. IV. Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu penelitian pengembangan ini menghasilkan produk berupa model pembelajaran yang peneliti beri nama model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture. Pengembangan model pembelajaran ini bermaksud agar dapat menghasilkan model pembelajaran baru yang efektif dan menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari hasil penelitian pengembangan melalui uji coba terbatas, menurut peneliti model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terlihat dari hasil belajar siswa skor tertinggi mencapai 98,75 dengan nilai rata-rata 83,25. Adapun beberapa keunggulan dari model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture yaitu Pertama, model pembelajaran ini dapat menbuat siswa lebih komunikatif, karena dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk dapat berbagi informasi dengan kelompok lain. Kedua, model pembelajaran ini mengungkinkan siswa untuk berfikir kritis dan meningkatkan daya nalar melalui analisis gambar. Ketiga, melalui proses diskusi, model pembelajaran ini dapat meningkatkan tanggung jawab siswa berdasarkan alasan mereka mengurutkan gambar. Keempat, model pembelajaran ini lebih berkesan, sebab siswa dapat berinteraksi lebih dekat dengan kelompok lain melalui gambar yang diberikan. Dari kesimpulan di atas, peneliti menyerankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran hendaknya guru memiliki kreatifitas dalam memilih dan mengembangkan model pembelajaran terutama model pembelajaran yang menarik dan efektif yang dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar. 2. Diharapkan kepada para guru khususnya guru mata pelajaran geografi agar kiranya dapat mencoba menerapkan model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture pada proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap model pembelajaran Kooperatif Guest and Picture pada materi materi geografi lainnya dan tidak menutup keemungkinan pada mata pelajaran lainnya. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta Asikin, Muhammad & Cahyono, Nur Adi. 2011. Penelitian Pengembangan Dalam Bidang Pendidikan. Semarang: FMIPA Unnes diakses tanggal 28 Maret 2013 dalam (http://adinegara.com/wp-content/uploads/2011/06/makalah-R-n-D.pdf) Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta Djamarah,Bahri, dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta : PT Rineka Cipta Endarto, Danang, dkk. 2009. Geografi Untuk SMA/MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pend. Nasional : Jakarta Emzir. 2010. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers Huda, Miftahul. 2011. Coopeatif Learning Model, Tekhnik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Belajar Muchayat. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Ideal Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter. Jurnal PP Volume 1, no. 2 : Kabupaten Rembang diakses pada tanggal 28 Maret 2013 Prihadi, Singgih. Dkk. 2007. Geografi Untuk SMA dan MA kelas XI. Surakarta : Grahadi Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Maja Rosdakarya Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Suhandini, Purwadi. 2007. Kompetensi dasar Geografi Untuk Kelas XI SMA dan MA. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Sumardi, dkk. 2009. Geografi 2 Lingkungan Fisik dan Sosial Untuk SMA/MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pend. Nasional : Jakarta
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAKEM. Surabaya : Pustaka Belajar Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligences. Jakarta : PT. Dian Rakyat