Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
ISSN: 2088-0316
Penerapan Membaca Terbimbing (Guided Reading Procedure) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima Nurlailah Sekolah Dasar Negeri 21 Kota Bima ABSTRAK Penelitia ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran membaca siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima dengan menerapkan prosedur membaca terbimbing (Guided Reading Procedure) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dan untuk mendeskripsikan adanya peningkatan kemampuan membaca siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima pada mata pelajaran Bahasa Indonesia malalui prosedur membaca terbimbing (Guided Reading Procedure). Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan teman sejawat. Penggunaan sistem ini bertujuan memperbaiki pembelajaran di sekolah dengan rancangan penelitian berdaur ulang (siklus). Hasil penelitian sebagai berikut; Penerapan prosedur membaca terbimbing (Guided Raeding Procedure) dalam pembelajaran membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN 21 Kota Bima yaitu: (1) Bahwa pada siklus I siswa belum melaksanakan keseluruhan tugas dengan baik seperti membaca tepat waktu, mengorganisasikan bacaan dalam bentuk skema/bagan, menjawab pertanyaan penerapan dan menceritakan kembali bacaan dengan singkat. (2) Pada siklus II siswa sudah menunjukkan perubahan dari kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada siklus I. (3) Siswa telah mengalami perubahan dan termotivasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca sehingga minat siswa dapat meningkat dengan baik sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. (4) Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus penelitian terhadap kegiatan pembelajaran membaca dengan menerapkan model GRP (Guided Reading Procedure) telah meningkatkan kemampuan membaca siswa. Di mana dimulai dari siklus I dengan nilai ratarata 64,24, nilai rata-rata pada siklus II yaitu 73,29 dan nilai rata-rata pada siklus III yaitu 85,16. Dengan demikian nilai rata-rata pada siklus III sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu dengan nilai 70. Kata Kunci: Membaca Terbimbing (Guided Reading Procedure), Kemampuan Membaca PENDAHULUAN Kehidupan modern ditandai dengan IPTEK, yang menurut setiap orang memiliki kecepatan dan ketepatan dalam menafsirkan dan menyerap informasi, yang sebagian besar termuat melalui media cetak. Hal ini menuntut setiap manusia yang ingin maju untuk meluangkan waktu dalam membaca. Pengajaran membaca merupakan salah satu bidang garapan yang memegang peranan penting dalam pengajaran Bahasa Indonesia, karena tanpa memiliki pengetahuan membaca maka akan mengalami kesulitan belajar pada masa yang akan datang atau tingkat sekolah selanjutnya. Mengingat betapa besar peran penting membaca dalam keberhasilan seseorang, maka upaya meningkatkan kemampuan membaca dan kebiasaan membaca harus ditangani sejak dini. Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan
formal pertama yang turut andil di dalam menentukan keberhasilan anak didik selanjutnya. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan dan kebiasaan membaca juga turut diwarnai oleh upaya-upaya pihak sekolah. Melalui membaca, seseorang dapat memperoleh pengalaman baru dan dapat batas ruang dan waktu. Segala peristiwa yang terjadi di tempat lain pada masa lampau atau masa sekarang atau kemungkinan kejadian pada masa yang akan datang dapat diketahui dan dicermati melalui membaca Tulalessy (1999: 4). Hal itu sesuai dengan pendapat Nugroho (2007: 7) bahwa membaca adalah proses untuk mendapatkan informasi, pengetahuan atau pencerahan. Pendapat lain juga dikemukakan Akhaidah, d.k.k (1992: 25) bahwa “Membaca adalah untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi tentang
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
127
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah yang canggih”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah seseorang dapat memperoleh pengalaman baru, ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendapatkan informasi dengan cepat untuk memandu kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran untuk meningkatkan kemampuan membaca pada siswa dan masyarakat untuk memajukan masyarakat itu sendiri, seperi yang dikatakan H. Ilham Arif Sirajuddin “Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang menyadari pentingnya membaca” (Dunia Pendidikan 5 juni 2005). Khususnya bagi siswa, kemampuan membaca bukan saja menjadi bekal untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, melainkan menjadi bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bahkan menjadi bekal yang bernilai untuk turun ke dunia kerja. Dapat dipastikan bahwa anak didik yang memiliki kemampuan membaca yang baik, akan lebih mudah memperoleh informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terekam dalam media cetak atau media tulis yang lebih banyak mempunyai informasi tentang dunia kerja dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, peningkatan kemampuan membaca di sekolah-sekolah dewasa ini adalah salah satu keharusan apabila kita menginginkan secara keseluruhan. Jalur pendidikan sekolah merupakan jalur yang paling efektif untuk meningkatkan kemampun membaca anak, selain jalur pendidikan keluarga, masyarakat dan pendidikan luar sekolah. Peningkatan kemampuan membaca melalui jalur sekolah umumnya, telah dilakukan oleh para guru di sekolah dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan membaca efektif anak didik melalui pendekatan metode yang bervariasi. Tetapi hasilnya belum memuaskan di berbagai kalangan. Hal ini sesuai dengan pengamatan awal pada tanggal 21 Oktober 2014 yang dilakukan di Kelas V SDN 21 Kota Bima pada mata pelajaran Bahasa Indonesia . Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa Anak kurang mampu untuk membaca dan kurangnya motivasi untuk membaca. Hasil wawancara dengan guru, bahwa siswa kurang mampu untuk membaca dan kurangnya keinginan dan kemauan untuk membaca.
128
ISSN: 2088-0316
Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah dan teman sejawat (guru), maka peneliti menindaklanjuti di kelas melalui tes awal. Setelah dianalisis, dari keseluruhan siswa terbukti bahwa kemampuan membaca siswa masih rendah. Karena kurangnya motivasi membaca siswa dan kurangnya keinginan mereka terhadap bahan pembelajaran tertentu, termasuk bahan pembelajaran Bahasa Indonesia. Informasi kurangnya kemampuan membaca siswa SD pada umumnya telah dilaporkan oleh Sitepu (dalam jurnal pendidikan, 1999: 17). Hal ini memberikan gambaran bahwa pembinaan dan pembimbingan dalam membaca di kalangan siswa perlu terus ditingkatkan. Siswa perlu disadarkan bahwa membaca adalah pintu gerbang untuk mencapai dunia ilmu pengetahuan dan prestasi belajar yang lebih baik. Khusus pelajaran Bahasa Indonesia secara keseluruhan. Kemampuan membaca merupakan modal dasar bagi anak untuk menguasai komponen pembelajaran Bahasa Indonesia, aspek kebahasaan dan penggunaan. Menurut Nurhadi (1997:25) bahwa: Semakin banyak waktu yang digunakan untuk membaca, maka semakin tinggi tingkat budaya bangsa tersebut. persoalannya bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif sehingga benar-benar orang yang membaca dapat mengikuti ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dicapai bila dari pembaca menanamkan minat membaca yang tinggi serta memahami proses kegiatan membaca itu sendiri. Berlatih membaca seperti ini dapat melakukan secara bebas, individual ataupun terbimbing dan terstruktur dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima dengan menerapkan prosedur membaca terbimbing (Guided Reading Procedure). Berdasarkan hal di atas maka penulis mengadakan penelitian pada siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima, sehingga ini ditetapkan judul sebagai berikut “Penerapan Prosedur Membaca Terbimbing (Guided Reading Procedure) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima”. Prosedur Membaca Terbimbing (GRP) Model GRP (prosedur membaca terbimbing) dikembangkan oleh Manzo’s dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
membaca, membantu siswa meningkatkan keterampilan mengorganisasikan, pemahaman dan daya ingat baca siswa (dalam Diktat Khalik, 2003: 11-12) adapun tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut : a. Siswa diberikan teks bacaan yang berkisar 200-300 kata (Kelas V) bacaan tersebut dibaca secara survei (membaca dengan cara hanya mencari hal-hal/siswa mencatat informasi yang penting saja). Setelah itu, siswa menutup bukunya. b. Siswa mengemukakan apa saja yang dia ingat dalam bacaan dan selanjutnya guru/ siswa mencatat bentuk ingatannya di papan tulis/ kertas. c. Siswa membuka bacaan kembali untuk menyempurnakan, mengoreksi, atau menembahkan hal-hal pemting yang dianggap masih kurang jelas. d. Guru membimbing siswa mengorganisasikan/mengelompokkan hasil membacanya dalam bentuk jaring laba-laba, bagan, skema atau bentuk lain yang lebih menarik. e. Guru menanyai siswa dengan pertanyaan pemahaman atau penerapan untuk mengintegrasikan pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan sebelumnya. f. Guru memberikan pertanyaan untuk mengecek daya ingat pendek siswa.Guru memberikan tes akhir berupa pertanyaan untuk mengecek daya ingat panjang siswa. Saleh (2006: 106) pula menyatakan bahwa membaca terbimbing (Guided Reading) bertujuan untuk membimbing siswa memahami wacana. Untuk dapat melakukan bimbingan ini terlebih dahulu guru harus dan sudah mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam berpikir. Berdasarkan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa inilah guru akan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan membantu siswa dalam memahami wacana. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca terbimbing adalah suatu kegiatan untuk membimbing siswa dalam mengorganisasikan bacaan dalam bentuk skema sehingga dapat memahami wacana dengan baik dan dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan cara membuat pertanyaanpertanyaan yang ada kaitannya dengan wacana yang telah dibaca. Kemampuan Membaca Burns, d.k.k (dalam Rahim, 2005:1)” menyatakan bahwa kemampuan membaca
ISSN: 2088-0316
merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat yang gemar belajar. Namun, anakanak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terusmenerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Tanda-tanda jalan mengarahkan orang yang bepergian sampai pada tujuannya, menginformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan, dan mengingatkan aturanaturan lalu lintas. Soedarso 2004: 4) mengemukakan bahwa Kemampuan membaca adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan segala aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat. Menurut Akhadiah, d.k.k (1992:25) kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan yang kompleks, artinya banyak segi dan banyak pula faktor yang mempengaruhinya, yakni motivasi yang dimiliki orang yang membaca, lingkungan keluarga, bahan bacaan dan lain-lain. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia dalam melakukan aktivitas membaca untuk menadapatkan segala informasi. Makna Membaca Iswara d.k.k (dalam jurnal pendidikan, 2004:55) mengemukakan bahwa ada tiga kelompok defenisi membaca. Kelompok pertama, membuat defenisi membaca sebagai tafsiran terhadap pengalaman secara umum. Kelompok ini bahwa membaca dimulai dengan penerapan terhadap peristiwa yang berulangulang datang, seperti matahari yang terbit setiap hari, bulan yang bersinar pada malam hari, dan seluruh kegiatan rutinitas manusia yang dilakukan secara terus menerus. Membaca dimulai dengan penataan tanda-tanda yang dimiliki oleh benda tertentu. Kelompok kedua berpandangan bahwa membaca merupakan penafsiran atas lambang-
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
129
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
lambang grafis. Kelompok ini memandang membaca sebagai kegiatan diperoleh makna dari bebrbagai gabungan huruf. Fonem (bunyi) itu diajarkan kepada anak dengan langkah pengenalan huruf demi huruf dan bunyi demi bunyi sehingga akhirnya dapat dipahami seluruhnya, dan tatkala anak memahami keseluruhan makna huruf itulah dia mengetahui cara membaca. Di samping itu kelompok ini memandang bahwa membaca sebagai pengembangan kemampuan merespon yang sangat beragam seperangkat bangun grafis yang khas. Proses belajar membaca dalam bahasa ibu merupakan proses mentransfer lambanglambang auditoris menjadi lambang-lambang yang pernah dikenalinya. Kelompok ketiga memandang membaca sebagai kegiatan yang meliputi berbagai proses pendekatan dan pelestarian makna melalui penggunaan kertas bertulis. Horn (dalam jurnal pendidikan, 2004:76). Selanjutnya Farida Rahim (2005: 5) menjelaskan bahwa “membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melibatkan tulisan, tetapi melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif” . Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca merupakan aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Dechant (dalam jurnal pendidikan, 2004:56) membuat defenisi membaca dapat digolongkan ke dalam kelompok ketiga, yakni membaca itu bukanlah pengenalan lambang-lambang grafis semata-mata. Membaca itu merupakan kemampuan yang jauh melebihi kemampuan menangkap makna yang ada pada materi yang dicetak. Lebih lanjut Kridalakasana (dalam Haryadi, 1996:32) menyatakan bahwa Membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambanglambang grafis dan penebakanya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengajaran keras-keras selanjutnya membaca dapat dilekat sebagai proses dan hasil. Ada pula yang mendefenisikan membaca difokuskan pada fungsinya. Adler (dalam jurnal pendidikan, 2004:57) membuat defenisi membaca sebagai alat utama yang harus
130
ISSN: 2088-0316
dimiliki orang yang menghendaki kehidupan yang baik. Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca dipandang sebagai proses yang berkaitan dengan bahasa dalam bentuk tulisan. Artinya membaca itu merupakan kegiatan berbahasa sehingga merupakan kegiatan yang ada dalam ruang lingkup kepedulian bagi siapa saja terhadap bacaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Menurut Arnold (dalam Rahim, 2005:1629) banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca yaitu faktor fisiologis, intelektual, lingkungan dan psikologis yaitu sebagai berikut. a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis menyangkut kesehatan fisik, pertimbangan neorologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. b. Faktor Intelektual Istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz (Rahim, 2005: 17) sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Pendapat ini sesuai yang dikemukakan Rubin (dalam Rahim,2005: 17) bahwa banyak hasil penelitian yang memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik. Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru juga turut mempengaruhi kemampuan membaca anak. c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa. Faktor lingkungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
1)Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. 2)Faktor sosial ekonomi, orang tua dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengruhi kemampuan verbal siswa. d. Faktor Psikologis Faktor lain yang juga mempenagruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat dan penyesuaian diri. 1)Motivasi adalah faktor kunci dalam pembelajaran membaca. Eanes (dalam Rahim, 2005: 19) mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya dalah guru harus mendemonstarsikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan. 2)Minat baca adalah keinginan yang kuat diserati usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaranny sendiri. 3)Ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu stabilitas emosi, kepercayaan diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. METODE PENELITIAN Setting dan Subjek Penelitian Pelaksanaan penelitan ini di SDN Rato Lambu. Pemilihan lokasi ini yaitu berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) tempat pelaksanaan mengajar menjadi guru. (2) Berdasar pada saat menagajar peneliti melihat minat baca siswa di sekolah ini masih kurang dan siswa masih kurang mampu dalam membaca. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima. dengan jumlah siswa 17 orang. Aktivitas guru difokuskan untuk membantu meningkatkan minat baca siswa pada mata
ISSN: 2088-0316
Bahasa Indonesia, sedangkan aktivitas siswa difokuskan pada proses pembelajaran membaca. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan teman sejawat. Penggunaan sistem ini bertujuan memperbaiki pembelajaran di sekolah dengan rancangan penelitian berdaur ulang (siklus). Secara garis besar prosedur/ pengembangan tindakan dapat dilakukan melalui empat tahapan kegiatan yakni tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi Arikunto (2006:16). Namun dalam penelitian tindakan kelas menggunakan tahap orientasi pada awal kegiatan. Sedangkan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam tiga siklus di mana setiap siklus dilakukan satu kali pembelajaran. Kelima tahap dari kelima siklus digambarkan sebagai berikut: Pra tindakan a. Mengadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah dalam hal pelaksanaan penelitian. Hasil konsultasi dan hasil wawancara bahwa kurangnya kemampuan baca siswa disebabkan oleh pendekatan yang kurang efektif dalam pembelajaran membaca dan kurangnaya bubu-buku bahan bacaan. b. Melakukan diskusi dengan guru kelas V SDN 21 Kota Bima untuk mendapatkan gambaran bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia . Hal ini peneliti mendapatkan gambaran bahwa siswa kurang mampu dalam membaca, kurang ingin dan kurangnya kemampuannya untuk membaca. c. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah dan guru, peneliti mengadakan observasi awal terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca di kelas, sekaligus memahami karakteristik pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pengajaran membaca di kelas sebagai langkah awal membuat rancangan pembelajaran membaca dengan menerapkan prosedur membaca terbimbing (Guided Reading Procedure) yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan. Rencana Tindakan Rencana tindakan dilakukan sebanyak tiga siklus yakni sebagai berikut: a. Mengadakan kesepakatan antara peneliti dan guru di mana rancangan harus dilakukan
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
131
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
bersama antara guru yang melakukan tindakan dengan peneliti yang mengamati proses jalannya tindakan. b. Merancang bagian isi pelajaran membaca pada mata pelajaran Seni Budaya dengan menerapkan model Guided Reading Procedure (prosedur membaca terbimbing). c. Merancang strategi dan skenario pembelajaran membaca dengan menerapkan model Guided Reading Procedure (prosedur membaca terbimbing). d. Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpulan data. Pelaksanaan Tindakan Tahap ini merupakan implementasi pelaksanaan rancangan yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti sebagai observer dan guru kelas. Tahap Observasi Observasi dilakukan secara umum dalam setiap pelaksanaan pembelajaran membaca dengan menerapkan model Guided Reading Procedure disesuaikan dengan rencana tindakan pada setiap siklus pelaksanaan penelitian. Analisis Refleksi Refleksi dilakukan setiap selesai pelaksanaan tindakan setiap siklus pembelajaran sehingga instrumen penelitian model Guided Reading Procedure dalam pembelajaran membaca mendapat peningkatan dan perbaikan hasil refleksi pada siklus pertama menjadi bahan tindakan untuk siklus berikutnya sehingga kelemahan yang dilakukan berkurang atau pelaksanaannya menjadi lebih baik. a. Menyusun kegiatan pembelajaran membaca dengan menerapkan model Guided Reading Procedure berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua dan sesuai dengan substansi materi pembelajaran siklus ketiga. b. Melaksanakan pembelajaran membaca dengan menerapkan model Guided Reading Procedure. c. Melakukan observasi penerapan model Guided Reading Procedure dalam pembelajaran membaca. Fokus pengamatan disesuaikan dengan refleksi pada siklus pembelajaran kedua. d. Melakukan diskusi balikan untuk mencari keabsahan data yang didapat selama pelaksanaan penelitian. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Jenis data penelitian Jenis data dalam penelitian adalah
132
ISSN: 2088-0316
a. Sumber data: yaitu personil penelitian yang terdiri dari siswa dan guru. b. Jenis data: jenis data yang didapatkan adalah melalui lembar observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Data tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran membaca dengan metode Guided Reading Procedure diambil dengan menggunakan lembar observasi. Data tentang hasil belajar sebagai tolak ukur penguasaan siswa terhadap bahan bacaan dengan menggunakan tes hasil belajar. 2. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian ini dilakukan prosedur sebagai berikut: a. Tes Tes awal diberikan peneliti untuk mengetahui kemampuan membaca siswa dalam melakukan kegiatan pembelajarn membaca. Dari hasil tes ini digunakan pada setiap pelaksanaan tindakan dengan tujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam menikuti pembelajaran dan merumuskan analisis dan refleksi untuk pelaksanaan tindakan berikutnya. b. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara mendalam pemhaman siswa terhadap isi bacaan yang telah dibacanya. c. Tes Hasil Belajar Data yang diperoleh dari tes hasil pembelajaran adalah data berupa data hasil kerja siswa yang diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Teknik Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan atas pertimbangan, bahwa jenis data yang diperoleh di lapangan berbentuk kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas siswa dan guru. Dimana data-data tersebut akan diubah menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah. Model analisis yang digunakan pada saat pengumpulan data sesuai dengan analisis yang dikemukakan oleh Mills (dalam Hafid 2007: 9) adalah merangkum secara akurat data dengan benar. Data yang dianalisis adalah aspek siswa terdiri atas aktivitas proses dan hasil. Deskripsi Kegiatan
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
Sesuai dengan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di Kelas V SDN 21 Kota Bima, terlihat bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca. Guru tidak membimbing dalam hal membaca, pada akhir pembelajaran guru tidak menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Proses pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa kurang mampu dan termotivasi untuk membaca dan tidak dapat mencapai pemahaman isi bacaan sesuai dengan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dari 17 siswa kelas V SDN 21 Kota Bima. masih ada yang kurang mampu dalam membaca dan yang kurang ingin untuk melakukan kegiatan membaca. Untuk lebih lanjut peneliti mencoba memberikan tes awal yang ada kaitannya dengan materi bacaan. Jumlah soal yang diberikan sebanyak 6 nomor. Setelah divalidasi ternyata ada sekian siswa yang belum memahami tentang ini, yang mampu sekali 1 orang dengan nilai (85), yang mampu 4 orang dengan nilai (76), cukup mampu 4 orang dengan nilai (61), kurang mampu 5 orang dengan nilai (46 dan 54) dan ada yang kurang sekali 3 orang dengan nilai (38). Dari soal-soal tes awal tersebut di atas peneliti mencoba mewawancarai berdasarkan kategori mampu, cukup mampu, kurang mampu dan kurang sekali dengan hasil wawancara. Dari hasil wawancara setiap kelompok, peneliti menyimpulkan bahwa pada umumnya siswa tidak memahmi isi bacaan yang telah dibacanya, tidak membaca teks bacaan secara keseluruahan dan kurangnya motivasi dan keinginan dalam melakukan kegiatan membaca. Beberapa kelemahan yang terekam atau teramati dari proses pembelajaran seperti dikemukakan di atas antara lain sebagai berikut: a. Siswa langsung disuruh membuka buku Seni Budaya sesuai dengan halaman yang telah ditentukan. b. Siswa tidak dibimbing yang kurang memahami isi bacaan. c. Kurangnya kemampuan dan minat siswa untuk membaca. d. Situasi proses belajar mengajar kurang hidup karena tidak terjadi komunikasi multi arah antara guru dan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan siswa. Kondisi dan situasi pembelajaran dengan permasalahan seperti tersebut di atas perlu diperbaiki dan disempurnakan sehingga siswa
ISSN: 2088-0316
dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat berinteraksi dengan siswa yang lain dalam memahami isi bacaan. Salah satu model yang dianggap cocok untuk menjawab masalah tersebut adalah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan Model Guided Reading Procedure (Prosedur membaca terbimbing). Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) setiap siklusnya memuat perencanaan (Planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), evaluasi (evaluation), dan refleksi (reflecting). Siklus I a. Rencana Tindakan Pembelajaran dilaksanakan sebagai upaya untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca dengan menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan Model Guided Reading Procedure (GRP) sehingga dapat memahami isi/makna yang terkandung dalam bacaan. Dalam hal ini siswa dibantu supaya dapat menceritakan kembali bacaan dengan singkat dapat menjawab pertanyaanpertanyaan teks bacaan dengan baik. Tujuan yang diharapkan adalah siswa dapat mencatat hal-hal yang penting dalam bacaan, mengorganisasikan isi bacaan dalam bentuk skema/bagan, menjawab pertanyaanpertanyaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peneliti menyusun lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan pembelajaran, menyiapkan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan topik/materi yang akan diajarkan serta menyusun alat evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tanggal 23 Oktober 2014 merupakan pertemuan pertama dalam pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus I .Sebelum peneliti yang bertindak sebagai guru memulai pelajaran, terlebih dahulu memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari nantinya. Selanjutnya peneliti yang bertindak sebagai guru memberitahukan tema yang akan dipelajari dan membagikan lembar bacaan pada setiap siswa. Setelah semua siswa mendapat lembar bacaan, peneliti memberikan petunjuk kegiatan pembelajaran. Setelah dialog di atas berlangsung, peneliti menjelaskan kepada siswa bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam teks
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
133
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
bacaan, pertama adalah harus memahami isi/makna bacaan tersebut. Dalam hal ini siswa harus dapat menceritakan kembali secara ringkas teks bacaan yang telah dibaca. c. Pengamatan (Observasi) Hasil pengamatan pada siklus I masih banyak kelemahan yang terdapat pada guru maupun pada siswa. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, selanjutnya dilakukan evaluasi, soal-soal yang digunakan untuk mengevaluasi pada siklus pertama berasal dari materi yang telah diajarkan pada siklus I dengan jumlah soal dua nomor yaitu mencatat hal-hal yang penting dalam bacaan dan menjawab pertanyaan bacaan. Hasil tes pada siklus I belum menunjukkan kualifikasi yang baik. Adapun siswa yang mendapat kategori sangat baik yaitu 3 orang dengan nilai (85), kategori baik 3 orang dengan nilai (76), kategori cukup baik 5 orang dengan nilai (69 dan 61), kategori kurang baik 5 orang (53 dan 46) dan kategori kurang sekali 1 orang dengan nilai (38) terlampir. Nilai ratarata pada siklus I menunjukkan peningkatan dari nilai tes awal. Meningkatnya nilai ini disebabkan oleh tindakan pada siklus I. Namun demikian rata-rata pada siklus I belum mencapai indikator kerja/ keberhasilan, oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan siklus II. d. Analisis Refleksi Peneliti bersama (tim kolaborasi) teman sejawat menganalisis hasil temuan pada siklus I. Dari hasil observasi (pengamatan) siklus I masih ditemukan beberapa kelemahan yang ada pada peneliti yang bertindak sebagai guru maupun pada siswa. Kelemahan guru yaitu kurang mengarahkan siswa untuk menulis informasi yang penting dalam bacaan, peneliti kurang memperhatikan siswa yang belum mengerti, guru kurang membimbing siswa dalam mengorganisasikan isi bacaan dalam bentuk skema. Kelemahan pada siswa yaitu kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru untuk memahami isi bacaan dan kurangnya kemauan siswa untuk mengoreksi dan menambahkan hal-hal yang penting yang masih kurang dalam catatannya serta siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan oleh guru. Itulah beberapa hal yang diduga sebagai penyebab belum tercapainya indikator kinerja/keberhasilan yang telah ditetapkan. Untuk itu peneliti perlu mencari solusi cara yang lebih afektif dalam membimbing siswa supaya lebih memahami isi bacaan dan
134
ISSN: 2088-0316
bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan model Guided Reading Procedure (GRP) dapat meningkatkan kemampuan dan keberhasilan proses belajar membaca Siklus II a. Rencana Tindakan Dari hasil observasi (pengamatan) dan refleksi pada siklus I dapat dijadikan sebagai acuan untuk merumuskan dan melaksanakan tindakan siklus II. Peneliti menyusun rencana pembelajaran membaca dengan menerapkan model GRP dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengacu pada rancangan pembelajaran pada siklus I. Peneliti memberikan stimulus kepada siswa agar dapat membaca bacaan dengan baik dan dapat memahami isi bacaan. Adapun tujuannya yaitu supaya siswa dapat mengorganisasikan bacaan dalam bentuk skema/bagan dan dapat menceritakan kembali bacaan dengan singkat serta meningkatkan peran guru dalam proses pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan memberikan soal berdasarkan teks bacaan. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dalam proses belajar mengajar dilaksanakan seperti halnya pelaksanaan tindakan pada siklus I. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2013. Pelaksanaan siklus II ini, penekanannya untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus I, baik kelemahan yang terdapat pada siswa maupun kelemahan yang terdapat pada guru. c. Hasil Observasi Hasil pengamatan pada siklus II sudah menunjukkan nilai yang cukup baik, namun masih ada kelemahan yang terdapat pada guru maupun siswa. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, selanjutnya dilakukan evaluasi. Soal-soal yang digunakan untuk mengevaluasi pada siklus II berasal dari materi yang telah diajarkan pada materi siklus II dengan jumlah soal dua nomor yakni mencatat hal-hal yang penting dan menjawab pertanyaan bacaan. Hasil tes pada siklus II menunjukkan peningkatan dari nilai siklus I dengan kualifikasi yang cukup baik. Adapun siswa yang mendapat kategori yang sangat baik yaitu 6 orang dengan nilai (85 dan 92), kategori baik yaitu 3 orang dengan nialai (76), kategori cukup yaitu 6 orang dengan nilai (61 dan 69), kategori kurang yaitu 2 orang
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
dengan nilai (53). Meningkatnya nilai ini disebabkan oleh tindakan siklus II. Namun demikian rata-rata pada siklus II belum mencapai indikator keberhasilan, oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan siklus III. d. Analisis Refleksi Peneliti bersama teman sejawat menganalisis hasil temuan pada siklus II. Dari hasil observasi siklus II masih ditemukan beberapa kelemahan yang ada pada peneliti yang bertindak sebagai guru dan kelemahan yang ada pada siswa. Kelemahan guru yaitu cara membimbing siswa mengorganisaikan bacaan dalam bentuk skema belum bterlaksana secara optimal dan peneliti belum terlalu merata dalam mengamati segala aktivitas siswa. Sedangkan kelemahan yang terdapat pada siswa yaitu sebagian siswa masih kurang mampu mengorganisasikan bacaan dalam bentuk skema dan masih ada siswa yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan penerapan. Dari hasil refleksi ini, siswa sudah dianggap mampu namun masih ada kelompok yang perlu pembimbingan sehingga perlu dilanjutkan pada siklus III. Itulah beberapa hal yang diduga sebagai penyebab belum tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Untuk itu peneliti perlu mencari solusi cara yang lebih efektif untuk membimbing siswa dalam melakukan kegiatan membaca dan dapat memahami isi bacaan sehingga dapat meningatkan hasil belajar dan meningkatkan minat baca siswa. Dengan demikian diharapkan model GRP dapat meningkatkan hasil belajar membaca dan meningkatkan minat baca siswa. Siklus III a. Rencana Tindakan Pembelajaran membaca dilaksanakan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan minat baca siswa. Pada siklus III guru menyusun rencana pembelajaran membaca dengan menerapkan model GRP dengan tujuan untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa yang baik. Dan menyusun alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan Dari hasi observasi dan refleksi pada siklus II dapat dijadikan sebagai acuan untuk merumuskan dan melaksanakan tindakan siklus III. Pelaksanaan tindakan siklus III lebih meningkatkan pada hasil yaitu dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ISSN: 2088-0316
terdapat pada siklus II. Tindakan siklus III dilaksanakan pada tanggal 2 November 2016, pada pertemuan yang ketiga ini peneliti selalu memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dalam belajar khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran membaca. Selanjutnya peneliti memberikan bahan bacaan yang baru. c. Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dan analisis hasil proses pembelajaran nilai rata-rata pada siklus III sudah menjukkan nilai yang sangat baik. Siswa yang mendapat nilai sangat baik yaitu 9 orang dengan nilai (9,9 9,8 9,5 9,4, 9,1 9, 8,9, dan 8,8 ), dan nilai baik yaitu 8 orang dengan nilai (8,4, 8,2, 8, 7,7 7,6 dan 7,1 ). Dari hasil ini menunjukkan peningkatan dari nilai rata-rata pada siklus II . Siswa yang mendapat nilai sangat baik yaitu 5 orang dengan nilai (8,9 8, 6 dan 8,5), nilai baik yaitu 4 orang dengan nilai (8, 7,5 7,2, 7,1 dan 7 ), nilai cukup baik yaitu 6 orang dengan nilai (6,7, 6,1, 6, dan 5,7) dan nilai kurang baik yaitu 2 orang dengan nilai (5,4). Meningkatnya nilai ini disebabkan oleh perlakuan/tindakan pada siklus III yang memperhatikan dan mengacu kepada pembelajaran membaca dengan model GRP. Nilai rata-rata pada siklus III sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu minimal 75% siswa memperoleh nilai paling sedikit 7,0. Setelah dilakukan tindakan pada siklus III, selanjutnya dilakukan evaluasi secara individual. Soal-soal yang digunakan untuk mengevaluasi berdasarkan materi yang telah diajarkan pada siklus III. Hasil tes pada siklus III menunjukkan nilai dengan kualifikasi sangat baik. Adapun siswa yang mendapat nilai sangat baik yaitu 9 orang dengan nilai (100, 92, dan 85)dan mendapat nilai baik yaitu 8 orang dengan nilai (76).Nilai rata-rata pada siklus III menunjukkan peningkatan dari nilai rata-rata pada siklus II. Meningkatnya nilai ini disebabkan oleh tindakan pada siklus III yang memperhatikan dan mengacu kepada pembelajaran membaca model GRP. d. Analisis Refleksi Peneliti bersama tim kolaborasi menganalisis hasil temuan pada siklus II, baik dalam proses pembelajaran maupun pada hasil evaluasi, kelemahan yang ada pada guru maupun siswa sudah mulai tereliminir. Kelemahan yang ada pada guru yaitu membimbing siswa dalam mengorganisasikan
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
135
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
bacaan masih kurang merata, namun demikian dapat diatasi dengan cara kolaborasi yang baik antara peneliti dan teman sejawat. Kelemahan yang terjadi pada siswa yaitu kurang mampu mengorganisasikan bacaan, hal ini bisa diatasi dengan pengarahan guru yaitu bahwa setiap siswa akan menuliskan hasil catatannya di papan tulis, dan diharapkan pada semua siswa untuk lebih mempersiapkan diri. Dengan demikian diharapkan model GRP (Guided Reading Procedure) dapat meningkatkan minat baca siswa. Pada pelaksanaan tindakan siklus III telah menunjukkan perubahan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II serta menunjukkan peningkatan hasil belajar membaca siswa, sehingga pelaksanaan tindakan dihentikan pada siklus III. Pembahasan Pada penelitian ini dilakukan selama tiga siklus, sebelum dilaksanakan siklus I terlebih dahulu peneliti melakukan pra tindakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki oleh para siswa, dijadikan sebagai centry behavior . Hasil pra tindakan menunjukkan kemampuan siswa rata-rata masih dibawah 6,0. hal ini menunjukkan perlu adanya suatu tindakan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Berdasarkan paparan dan penelitian yang telah dikemukakan pada paparan hasil pemilihan dan temuan penelitian pada setiap siklus sebagai berikut: Siklus I Pembelajaran yang dilakukan pada siklus ini sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan menerapkan model GRP (Guided Reading Procedure). Kegiatan pembelajaran dilakukan 1 x pertemuan pada tindakan satu. Langkah-langkah yang dilakukan pada pembelajaran ini adalah membaca sekilas bacaan selama tiga menit, setiap siswa disuruh mencatat hal-hal apa saja yang diingat dalam bacaan, siswa disuruh membuka kembali teks bacaannya sambil mencocokan dan mengoreksi kalimat yang ditulis sebelumnya, guru membimbing siswa dalam mengorganisasikan isi bacaan di papan tulis dan bertanya jawab dengan siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan siswa yang baru dengan yang lama.
136
ISSN: 2088-0316
Dengan membaca kembali bacaan yang telah diberikan diharapkan siswa dapat memahami isi bacaan dengan baik dan dapat memperbaiki kecepatan membacanya. Karena membaca merupakan hal yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi bacaan yang telah dibacanya. Berdasarkan pelaksanaan tindakan tersebut dianalisis hasil pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa. Abdurrahman (2003: 201) menjelaskan bahwa tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh anak terutama pada membaca secara lancar suatu bacaan tetapi tidak memahami isi bacaan tersebut. Hasil pengamatan terhadap kegiatan guru di kelas pada siklus I setiap komponen belum tercapai dengan baik. Ada beberapa komponen yang belum tercapai dengan baik/ada komponen yang persentasenya masih agak rendah, diantaranya adalah guru kurang mengarahkan siswa untuk mencatat informasi yang penting, guru dalam membimbing siswa untuk mencatat hal-hal yang penting dalam bacaan belum terlaksana secara optimal, membimbing siswa yang belum mengerti dalam melengkapi kalimat kurang merata. Demikian pula guru kurang membimbing siswa dalam mengorganisasikan isi bacaan. Guru juga dalam memberikan pertanyaan jangka panjang masih kurang serta tidak memberitahukan ringkasan cerita yang lebih singkat. Hasil observasi terhadap kegiatan siswa di kelas pada siklus I yaitu belum tercapai dengan baik. Ada beberapa komponen yang persentasenya masih agak rendah, diantaranya adalah siswa kurang memperhatikan penjelasan guru untuk memahami isi bacaan., Tidak semua siswa benar dalam mengorganisasikan isi bacaan dalam bentuk skema. Dan tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan pengembangan penerapan jangka panjang. Demikian pula tidak semua dapat menceritakan kembali bacaan dengan singkat. Siklus II Pada pembelajaran siklus II, tetap menggunakan model yang sama untuk lebih meningkatkan minat baca siswa dengan cara mengorganisasikan isi bacaan dalam bentuk skema sehingga dapat memahami isi bacaan yang telah dibacanya. Dalam kegiatan ini peneliti bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
pelaksanaan tindakan suklus I, baik kelemahan yang terdapat pada guru maupun kelemahan yang terdapat pada siswa. Hasil observasi terhadap kegiatan guru di kelas pada siklus II setiap komponen sudah tercapai dengan baik. Namun masih ada beberapa komponen yang masih agak rendah persentasenya di antaranya yaitu guru dalam membimbing siswa untuk mengorganisasikan isi bacaan dalam bentuk skema masih kurang dan mengarahkan siswa untuk mejawab pertanyaan jangka panjang masih kurang. Dengan demikian temuan hasil pengamatan terhadap kegiatan guru pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus II sudah menunjukkan perubahan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Hasil observasi terhadap kegiatan siswa pada siklus II sudah tercapai dengan baik. Namun masih ada beberapa komponen yang persentasenya masih agak rendah di antaranya adalah siswa dalam membuat skema di bukunya masing-masing masih kurang, siswa dalam menjawab pertanyaan jangka panjang belum sempurna dan menceritakan kembali isi bacaan belum terlalu lengkap. Namun demikian sudah menunjukkan nilai rata-rata yang cukup baik dan sudah menunjukkan perubahan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I. Siklus III Pada pembelajaran siklus III meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga siswa dapat termotivasi dan berminat dalam melakukan kegiatan membaca dengan menekankan pada siswa mengorganisasikan isi bacaan dalam bentuk skema dan memberikan pertanyaan penerapan berdasarkan teks bacaan. Pada pelaksanaan tindakan ini, bertujuan untuk memperbaiki komponen-komponen yang masih rendah persentasenya pada pelaksanaan tindakan siklus II, baik komponen yang terdapat pada guru maupun komponen yang terdapat pada siswa. Hasil observasi pada siklus III setiap komponen sudah tercapai dengan baik. Kelemahan-kelemahan yang terdapat pada guru dan siswa pada siklus I dan II sudah dapat diatasi dengan baik, karena berkat kerja sama atau kolaborasi antara peneliti dan teman sejawat dalam membibing siswa yang belum mampu dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Pada pelaksanaan tindakan siklus III telah menunjukkan perubahan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II serta menunjukkan
ISSN: 2088-0316
peningkatan hasil belajar membaca siswa, sehingga pelaksanaan tindakan dihentikan pada siklus III. Berdasarkan hasil observasi dan hasil penelitian ditemukan bahwa penerapan model GRP (Guided Reading Procedure) untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima mulai dari pra tindakan, siklus I ,siklus II dan siklus III menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini terbukti rata-rata yang dicapai pada siklus I 64 yang termasuk kategori cukup, nilai rata-rata pada siklus II 73 termasuk kategori baik menjadi 85 termasuk kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat, motivasi dan kreativitas siswa. Hasil ini berarti terdapat peningkatan kemampuan membaca siswa Kelas V SDN 21 Kota Bima. Untuk lebih meningkatkan minat baca siswa diperlukan motivasi baik itu secara internal maupun secara eksternal. Kondisi akan menguntungkan bagi tingkat keinginan, kemauan dan perhatian siswa terhadap bahan yang akan dipelajarinya atau bahan yang akan dibaca karena diawali dengan semangat partisipasi aktif yang secara langsung kreatif siswa telah muncul. Usaha peningkatan kemampuan membaca siswa dapat mewujudkan tujuan dalam kurikulum KTSP Bahasa Indonesia (2007:6) bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. (2) menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. (3) memahami Seni Budayadan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. (4) menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia . Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menajadi manusia yang beriman dan bertaqwa
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
137
Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Arifin, (2007: 46). Kenyataan ini dapat dilihat kreatifitas, keaktifan dalam proses belajar siswa dengan berbagai cara yang ditempuh oleh guru dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa. Terjadinya hasil belajar siswa tidak terlepas dari pembelajaran yang dilakukan dengan penuh usaha yang dibarengi dengan kesadaran serta respon siswa yang mengarahkan bahwa peningkatan kemampuan membaca siswa kelas V SDN 21 Kota Bima yang dianggap sulit ternyata mudah dipelajari dengan tuntutan cara kerja yang baik dalam suatu kegiatan seharihari membaca. Sebagaimana halnya guru memegang peranan penting yang sangat sentral dalam menciptakan suasana sekolah khususnya meningkatkan kreativitas peserta didik dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa yang dianggap umum dan perlu diketahui oleh siswa, guru merupakan figur utama bagi anakanak di sekolah karena itu bukan saja cara dan kemampuan guru dalam memberikan motivasi yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan kreatifitas anak melainkan keseluruhan pribadi dan penampilan guru. Berkenaan dengan karakteristik guru yang diharapkan (Erikson d.d.k, 1992) berpendapat bahwa guru yang baik hendaknya dapat menumbuhkan perasaan mampu untuk partisipasi, (Sense of industry) dipercayai dan dihargai oleh masyarakat mengetahui kegiatan antara kerja, bermain dan belajar, memiliki dan mengetahui upaya-upaya khusus yang dilakukan anak dan mendorong abilitas-abilitas khusus anak, dilanjutkan bahwa ada beberapa ciri kepribadian guru yang dapat mempengaruhi tingkat minat baca siswa adalah antusias, cakap untuk memecahkan permasalahan, bersikap tenang, mudah mengadaptasikan diri, hangat, fleksibel dan sadar akan perbedaan kreatifitas individu anak. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus penelitian terhadap kegiatan pembelajaran membaca dengan menerapkan model GRP (Guided Reading Procedure) telah
138
ISSN: 2088-0316
meningkatkan kemampuan membaca siswa. Di mana dimulai dari siklus I dengan nilai rata-rata 64,24, nilai rata-rata pada siklus II yaitu 73,29 dan nilai rata-rata pada siklus III yaitu 85,16. Dengan demikian nilai rata-rata pada siklus III sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu dengan nilai 70. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Seni Budayayang Efektif Di Sekolah Dasar. Depdiknas Direktorat Jenderal Pend. Tinggi Direktorat Ketenagaan. Abdurrahman.2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesuliatan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Akhadiah, d.k.k. 1992. Seni BudayaI. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arifin, Anwar. 2007. Profil Baru Guru dan Dosen Indonesia. Jakarta: Penerbit Pustaka Indonesia Kerjasama Pokja Diknas DPP Partai Golkar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Darmiyati. 1996. Keterampilan Berbahasa di kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud Hafid, d.k.k. 2007. Artikel Hasil PTK, Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Pendekatan proses Dan Asesment Fortofolio Siswa Kelas XI SDN 1 Watampone. UNM Haryadi. 1996. Peningkatan Keterampilan BerPendidikan Agama Islam . Jakarta: Depdikbud Khalik, Abdul. 2003. Strategi Pembelajaran Seni Budayadi Kelas Tinggi. Parepare : UNM 2007. KTSP Seni BudayaKelas V. Depdiknas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD Nurhadi.1997. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung : Sinar Baru. Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara Sirajuddin, Ilham Arif. 2005. Gerakan Gemar Mmbaca. Makassar: Dunia Pendidikan Soedarsono. 2004. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. .2004. Jurnal Pendidikan
Jurnal Pendidikan Bahasa, LPPM STKIP Taman Siswa Bima