10 AgroinovasI
PENERAPAN KONSEP KONSERVASI AGRO-EKOSISTEM PADA BUDIDAYA DURIAN Durian (Durio sp.) merupakan salahsatu tanaman buah tropika yang telah berkembang dan sangat populer ASEAN. Komoditas ini menyimpan potensi ekonomi yang besar sebagai salahsatu penggerak ekonomi dari sektor pertanian. Negara tetangga, Thailand, telah membuktikannya. Malaysia dan Vietnam juga sedang mengikuti langkah negara ini. Di Indonesia sendiri, durian mampu menempati posisi ke-4 produksi buah nasional setelah pisang, jeruk dan mangga. Indonesia merupakan produsen durian terbesar ke-3 di dunia dengan total produksi berkisar 500-700 ribu ton per tahun. Namun demikian kawasan penghasil buah durian umumnya masih bergantung pada tanaman pekarangan dan semi hutan yang diwarisi secara turun temurun. Pohon tumbuh alami tanpa perawatan yang memadai. Lebih dari 70% kebun durian masih dikelola secara subsisten, akibatnya kualitas dan produktivitas tidak mampu memenuhi harapan konsumen. Budidaya durian secara intensif perlu digalakkan di tengah masyarakat. Namun demikian, memperhatikan isu-isu terkini berkaitan dengan lingkungan, penurunan kualitas tanah akibat residu pestisida dan pupuk buatan, serta serangan penyakit ular tanah seperti Phytophthora palmivora, kiranya budidaya durian ke depan perlu diperhitungkan aspek konservasi lingkungan agro- ekosistem, terutama memanfaatkan fauna tanah dalam menjaga kesuburan secara berkelanjutan. Keanekaragaman mikrob dan fauna tanah di tanah (di atas/di bawah permukaan) memiliki peran dalam proses dekomposisi dan mineralisasi hara tanah. Perubahan status budidaya dari subsisten ke cara intensif umumnya memberi dampak negatif pada penurunan status hara tanah, karena terjadi pengurasan hara oleh produktivitas tanaman yang tinggi. Lebih dari itu, beberapa praktek budidaya intensif justru tidak memberi ruang bagi perkembangan mikrob dan fauna tanah. Suatu teladan tanaman yang dikelola secara intensif seperti pada tanaman kakao, kasus yang umum terjadi adalah defisiensi nitrogen, hal ini berkaitan dengan proses mineralisasi nitrogen yang lajunya dikendalikan oleh interaksi antara mikrob dan fauna tanah. Hilangnya mikrob dan fauna tanah menyebabkan reduksi mineralisasi nitrogen sampai 61%, sehingga untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman diperlukan tambahan pupuk nitrogen yang tinggi. Apabila kondisi ini terjadi pada tanaman durian, maka berakibat buruk karena penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan dapat meningkatnya serangan penyakit P. palmivora. Masalah yang serupa bisa juga terjadi pada tanaman durian yang sebelumnya tumbuh alami dan diubah ke budidaya intensif untuk keperluan industri. Sehingga dengan menerapkan konsep konservasi agro-ekosistem diharapkan kegiatan budidaya durian ke depan lebih efisien dan berkelanjutan.
Edisi 6-12 Maret 2013 No.3497 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
11
Karakter Dasar Tanaman Durian Ada dua karakter dasar yang perlu diperhatikan terlebih dahulu berkaitan dengan aspek agro- ekosistem, sebagai berikut: Tanaman Asal Habitat Hutan Durian merupakan tanaman hutan dan belum terdomestikasi secara penuh. Hal ini dapat dilihat dari varietas-varietas durian yang ada merupakan pemutihan dari hasil seleksi pohon tunggal yang tidak jarang merupakan tanaman yang tumbuh liar. Sehingga benih yang sampai ke pekebun merupakan siklus perbanyakan kedua atau ketiga. Kondisi ini berakibat pada rendahnya daya adaptasi. Tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal bila ditanam di luar daerah asal. Perakaran Ektomikoriza Tanaman durian memiliki karakter akar serabut yang cukup unik. Sebagai tanaman asal hutan, durian memiliki perakaran yang disebut ectomycorrhizal root yang berfungsi menyerap air dan hara dari lapisan humus yang tebal di permukaan tanah. Akar ini berukuran cukup besar bila dibandingkan dengan akar serabut tanaman lain, berbentuk gilig dan berwarna kuning kemerahan, akan terlihat tumbuh merata di bawah permukaan tajuk tanaman durian. Pada tanah yang padat, perakaran ini dapat muncul dalam kumpulan kecil bergerombol sedikit di sela-sela retakan tanah, dan akan tampak sekali pada tanah yang mengandung banyak bahan organik. Perakaran ini sangat sensitif terhadap sengatan matahari maupun genangan air. Pada permukaan tanah yang tertutup mulsa atau serasah akan terlihat segar dan banyak. Sebaliknya pada tanah yang terbuka akar mengering bila terkena matahari dan membusuk bila tergenang air. Interaksi Tanaman dan Agro-Ekosistem Secara alami tanaman dan lingkungan agro-ekosistem saling berkaitan satu sama lain membentuk keseimbangan. Inilah yang menyebabkan tanaman durian yang tumbuh liar di hutan lebih tahan dan berumur lama. Karena antara tanaman dan unsur agro-ekosistem biotik (fauna dan mikroorganisme) dan abiotik (tanah, bahan organik, bebatuan dan iklim mikro) saling berkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Tanaman dan herba berperan dalam menahan paparan langsung sinar matahari terhadap tanah sehingga dapat melindungi fauna dan mikroorganisme tanah serta menjadi penyangga dari fluktuasi suhu siang dan malam. Organorgan tanaman juga menyediakan bahan organik sebagai bahan makanan serta memperbaiki struktur tanah bagi kelangsungan hidup sebagian fauna dan mikroorganisme. Kondisi ini dapat meningkatkan proses dekomposisi bebatuan menjadi unsur hara. Kondisi lingkungan seperti ini memberikan tempat yang optimal bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang (Gambar 3). Badan Litbang Pertanian
Edisi 6-12 Maret 2013 No.3497 Tahun XLIII
12
AgroinovasI
Gambar 1. Kondisi yang kontras tanaman durian di habitat asal (kiri) dan di kebun yang dikelola secara intensif (kanan)
Gambar 2. Akar serabut ectomycorrizal durian sensitif terhadap cekaman kekeringan dan genangan air
Gambar 3. Ilustrasi interaksi antarunsur biotik dan abiotik pada tanaman durian di habitat alami
Gambar 4. Tanaman tumpangsari berfungsi ganda, untuk penutup tanah, sumber bahan organik, dan penghasilan tambahan untuk petani Edisi 6-12 Maret 2013 No.3497 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 13 Apabila terjadi perubahan pada salahsatu unsur, maka dapat mengganggu keseimbangan dan mempengaruhi unsur yang lain. Pada tanaman durian yang ditanam secara monokultur, biasanya pekebun melakukan pembersihan daerah di bawah tajuk secara berlebihan, sehingga tanah menjadi terbuka. Pada saat musim kemarau perakaran akan terpapar matahari langsung sehingga perakaran menjadi kering dan mati, sedangkan Gambar 5. Rumput gulma yang tumbuh di bawah pohon pada musim hujan, aliran air durian berperan positif dalam konservasi agro-ekosistem permukaan akan membawa tanah dan bahan organik serta menyebabkan pencucian hara. Pada keadaan lebih lanjut tanaman akan merana karena lingkungan tumbuh sudah tidak mendukung lagi. ASPEK BUDIDAYA TERKAIT KONSEP KONSERVASI AGRO-EKOSISTEM Penutup Tanah dan Tumpangsari Tanaman penutup tanah diterapkan untuk menciptakan kondisi seperti keadaan pada habitat alami, sehingga permukaan tanah tidak terdedah langsung pada matahari dan suhu siang malam akan lebih stabil. Kondisi ini penting pada saat tanaman berumur muda, di mana tajuk durian belum menutup seluruh permukaan area tanaman. Penutup tanah bisa menggunakan tanaman yang umum digunakan seperti kacang-kacangan, atau tanaman produktif yang ditanam sebagai tumpangsari seperti tanaman palawija. Sistem tanam tumpangsari sebenarnya sudah banyak diterapkan pada tanaman durian, terutama dengan tanaman perkebunan kopi atau kakao. Sistem ini memberikan keuntungan ganda, selain untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pokok juga memberikan hasil tambahan. Bila ditumpangsari dengan tanaman semusim juga berarti akan memberikan pendapatan secara dini. Kelebihan ini dapat diterapkan untuk meningkatkan minat pekebun yang selama ini ditengarai rendah karena beranggapan kalau menanam durian membutuhkan waktu yang lama yaitu 5-7 tahun untuk memetik hasilnya. Dengan tumpangsari memetik hasil hanya selama umur tanaman semusim, karena pada 4 tahun pertama durian seolah-olah sebagai tanaman sela. Pada situasi yang tidak memungkinkan pelaksanaan tumpangsari karena keterbatasan tenaga atau tanaman yang sudah cukup rapat, kita dapat memanfaatkan sisi positif dari gulma. Pada tanaman semusim mungkin tumbuhan herba dapat mengganggu karena terjadi persaingan di antara keduanya dan gulma bisa Badan Litbang Pertanian
Edisi 6-12 Maret 2013 No.3497 Tahun XLIII
14 AgroinovasI mendominasi. Sebaliknya pada tanaman pohon, gulma berada pada posisi di bawah tajuk tanaman, sehingga tidak dapat mendominasi tanaman pokok dan akan mati kalau tajuk tanaman pokok sudah saling bertemu. Nilai positif herba pada tanaman durian di samping sebagai penutup tanah, ia juga berperan dalam menyediakan bahan organik, dan mencegah pencucian pupuk dengan menahan laju aliran permukaan. Fungsi penting yang mungkin sering dilupakan ialah rumput-rumputan yang mampu menyimpan sementara pupuk yang diberikan pada tanaman. Setiap kali tanaman pokok diberi asupan pupuk, tidak semuanya langsung diserap, tetapi sebagian diserap oleh gulma. Selanjutnya tumbuhan ini menghasilkan bahan organik yang terdekomposisi menjadi hara tanaman. Untuk menjaga nilai estetika, maka rumput dan gulma yang tumbuh cukup dipotong. Bila perlu disemprot dengan mikrob dekomposer yang banyak tersedia di pasaran. Penggunaan Pupuk Organik Bahan organik merupakan sumber nutrisi super lengkap bagi tanaman. Ia tidak saja mengandung unsur hara makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (Mn, Zn, Fe, Cu), tetapi juga unsur yang lebih sedikit jumlahnya (unsur nano) seperti asam organik (asam humat, laktat, oksalat, fulat, asetat), ZPT (auksin, sitokinin, giberelin) dan polifenol. Kelengkapan nutrisi yang dikandung bahan organik tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan pabrik, karena sebagian senyawa-senyawa yang lebih kecil ini belum dapat disintesis sehingga tidak dapat tersedia secara buatan. Satusatunya sumber hanya dari bahan organik. Hal inilah yang menyebabkan tanaman yang diberi asupan bahan organik lebih vigor dibandingkan dengan pemberian pupuk buatan. Namun yang perlu diingat ialah tingkat kematangan bahan organik, terutama yang berasal dari pupuk kandang harus dipastikan telah matang sempurna. Bukan pupuk kandang yang masih baru, karena proses fermentasi pupuk kandang yang masih baru justru dapat merusak perakaran tanaman. Bahan organik yang sudah umum dapat digunakan berupa kompos dan bokasi. Sekarang juga tersedia pupuk organik pabrikan atau pupuk organik cair (POC) yang dapat dibuat dari bahan yang tersedia di sekitar kita. Bahan organik bermanfaat untuk meningkatkan pasokan hara, memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh dengan baik. Bahan organik merupakan salahsatu bahan agregat dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah antara lain terhadap peningkatan porositas tanah, sedangkan terhadap sifat biologi, bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara Edisi 6-12 Maret 2013 No.3497 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
15
Gambar 6. Perbandingan kondisi perakaran durian akibat penyiangan berlebihan di daerah bawah tajuk (kiri) dan pemberian mulsa serasah (kanan)
lain terhadap kapasitas pertukaran kation dan anion, pH tanah, daya sangga tanah, serta terhadap keharaan tanah. Secara khusus pada tanaman durian, bahan organik bermanfaat juga untuk menekan serangan cendawan P. palmivora. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa pupuk kandang ayam merupakan sumber bahan organik yang paling baik dan mampu menekan pertumbuhan protista ini pada durian. Pemberian bahan organik juga diduga dapat meningkatkan daya tahan dan recovery tanaman durian terhadap serangan penyakit. Beberapa kasus tanaman terserang penyakit P. palmivora di lapangan dapat kembali normal setelah aplikasi bahan organik. Penyiangan Bawah Tajuk ke Arah Dalam Praktek kultur teknis yang biasa diterapkan pada budidaya durian secara intensif ialah pengelolaan areal bawah tajuk tanaman. Pengelolaan yang baik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sebaliknya kesalahan yang sering terjadi yaitu penyiangan tanpa mengembalikan material ke daerah perakaran. Pada kasus yang parah daerah perakaran jadi cekung akibat dicangkul dari tengah ke bagian tepi. Praktek ini menyebabkan rusaknya sistem perakaran, terutama akar Badan Litbang Pertanian
Edisi 6-12 Maret 2013 No.3497 Tahun XLIII
16
AgroinovasI
ektomikoriza. Pada musim kemarau perakaran mengering, sedangkan pada musim hujan tanaman tergenang air sehingga busuk dan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Untuk menghindari efek negatif, penyiangan dilakukan dari tepi menuju ke bagian tengah, atau cukup dilakukan dengan mencabut dan mengembalikan rumput ke bawah tajuk sebagai mulsa. Bila memungkinkan hindari menggunakan cangkul saat membersihkan areal ini maupun saat memupuk. Pupuk sebaiknya disebar merata di areal bawah tajuk kemudian ditutup dengan mulsa/seresah serta ditimbun tanah dari tepi tajuk, sehingga areal ini berbentuk cembung. Penutup Pemulsaan dan tumpangsari, penggunaan bahan organik, serta penyiangan ke arah tengah areal bawah tajuk tanaman pada budidaya durian sesuai dengan prinsip konservasi agro- ekosistem. Bila praktek budidaya ini dilaksanakan secara konsisten dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan menjaga budidaya durian secara berkelanjutan. (Sumber : Pustaka terdapat pada naskah asli penulis). Santoso, PJ Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jl. Raya Solok-Aripan, KM 8, Solok Sumatera Barat 27301
Petunjuk Cara Melipat: Cover
Cover
1. Ambil dua Lembar halaman 11,12, 21 dan 22
Cover
2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan.
4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan
Edisi 6-12 Maret 2013 No.3497 Tahun XLIII
Cover
Cover
3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali
5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku
Badan Litbang Pertanian