PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PROGRAM PENGHIJAUAN DAN KONSERVASI TANAH (KEGIATAN AGROFORESTRY DI LUAR KAWASAN HUTAN)
Oleh Y U N A S F I NIP 132288490
DEPARTEMEN KEHUTANANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan kegiatan agroforestry,merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam bidang kehutanan yang mengikutserakan masyarakat secara aktif. Dengan adanya peranserta masyarakat dalam kegiatan agroforestry, maka diharapkan masyarakat juga ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian hutan. Kegiatan agroforestry memberikan manfaat yang besar bagi mayarakat, karena masyarakat dapat memanfaatkan lahan hutan dengan cara menanam berbagai tanaman semusim. Selain itu dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, kegiatan agroforesty juga berguna bagi usaha konservasi tanah. Bentuk bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan agroforestry antara lain Penghijauan, Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam (UP-UPSA), Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPM), Kebun Bibit Desa (KBD) dan lain-lain. Dalam pelaksanaan kegiatan ini masyarakat
dilibatkan
mulai
dari
perencanaan,
pelaksanan
dan
pemeliharaan. Dengan demikian masyarakat merasa ikut memiliki dan mendapat manfaat dari berbagai kegiatan yang dilakukannya.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR ISI
ii
I.
PENDAHULUAN
1
II.
SEKILAS PROGRAM PENGHIJAUAN
3
2. 1. Arah, Maksud dan Tujuan
3
2. 2. Kegiatan Pokok
3
2. 3. Pengertian
3
SISTEM AGROFORESTRY PADA PROGRAM PENGHIJAUAN
8
3. 1. Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam (UPUPSA)
8
3. 2. Rancangan UP-UPSA dan Areal Dampaknya 3. 3. Pembuatan Bangunan Konservasi
8 10
3. 4. Pemantapan Status Lahan
17
3. 5. Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPN)
18
3. 6. Hutan Rakyat/Kebun Rakyat
18
3. 7. Penghijauan Swadaya
20
3. 8. Pengembangan UP-UPSA Lebih Lanjut
20
DAFTAR PUSTAKA
23
III.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR No.
Teks
Halaman
1.
Blok areal dampak
2.
Sub Blok areal dampak
25
3.
Areal dampak mengitari unit contoh Teras Datar Teras Kridit Teras Guludan
26
Penampang melintang teras bangku dan penampang membujur saluran pembuangan air Komposisi penanaman tanaman semusim dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan lahan
30
4. 5. 6. 7. 8.
9
11 28 29
22
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
I. PENDAHULUAN
Pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan. Dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan sangat diperlukan peranserta masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan. Untuk itu keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan masyarakat sekitarnya terutama peningkatan kesejahteraannya. Dalam PELITA VI (tahun 1994 s/d 1999), pembangunan kehutanan dilaksanakan melalui berbagai program pokok yang tercakup dalam Subsektor Kehutanan dan Subsektor Lingkungan Hidup. Diantara program-program tersebut adalah : a. Pemantapan perencanaan pembangunan hutan rakyat yang merupakan program baru dan sekaligus andalan dalam pembangunan kehutanan. Pengembangan hutan kemasyarakatan : agroforestry, sylvopasture dan tumpangsari, hutan bambu, tanaman untuk pengembangan lebah madu, ulat sutera dan kayu manis. b. Pengelolaan dan pengembangan hutan lindung. Rehabilitasi hutan lindung. Pengembangan teknologi dan pemantapan kebijaksanaan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). c. Program rehabilitasi lahan kritis untuk meningkatkan kembali kemampuan lahan hutan dan tanah yang sudah rusak agar dapat berfungsi kembali dalam produksi dan kelestarian lingkungan hidup. d. Penghijauan dan konservasi tanah di luar kawasan hutan dan lingkungan perkotaan. Salah satu program yang disebutkan di atas adalah program Penghijauan dan konservasi tanah yang merupakan upaya rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan. Secara nasional Pekan Penghijauan Nasional, Gerakan Menanam Sejuta Pohon, dan upaya-upaya lain dapat menggerakan masyarakat untuk memelihara lingkungan melalui pendekatan ekosistem DAS setiap tahunnya.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
Salah satu program yang disebutkan di atas adalah program Penghijauan dan konservasi tanah yang merupakan upaya rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan. Secara nasional Pekan Penghijauan Nasional, Gerakan Menanam Sejuta Pohon, dan upaya-upaya lain dapat menggerakan masyarakat untuk memelihara lingkungan melalui pendekatan ekosistem DAS setiap tahunnya. Lahan sebagai sumberdaya alam mempunyai peranan diantaranya sebagai penghasil komoditi pertanian. Meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pokok telah menyebabkan diperlukannya areal pertanian yang lebih luas dan diusahakan lebih intensif. Berdasarkan hal ini maka diperlukan kegiatan pengelolaan lahan yang optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk memenuhi kebutuhan yang makin meningkat tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk pemanfaatan lahan secara optimal adalah melalui kegiatan Agroforestry. Agroforestry merupakan suatu kegiatan yang dapat didefinisikan sebagai " Suatu metode penggunaan lahan secara optimal, yang mengkombinasikan sistemsistem produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang dengan suatu cara berdasarkan asas kelestarian, secara bersamaan atau berurutan baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan ". Penghijauan merupakan salah satu bentuk kegiatan agroforestry di luar kawasan hutan, sistem-sistem agroforestry yang tercakup dalam kegiatan penghijauan antara lain unit percontohan UPSA, unit percontohan UPM, hutan rakyat, kebun bibit desa, kebun rakyat, terasering dan sebagainya.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
II. SEKILAS PROGRAM PENGHIJAUAN
2. 1. Arah, Maksud dan Tujuan Arah program penghijauan adalah-pelestarian sum-berdaya alam anpeningkatan kesejahteraan masyarakat. Maksud program penghijauan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperanserta dalam kegiatan rehabilitasi lahan kritis dan konservasi tanah serta penyelamatan sumberdaya hutan, tanah dan air. Tujuan program penghijauan adalah untuk meningkatkan mutu dan fungsi DAS, ketersediaan sumberdaya baru untuk pembangunan daerah, kesempatan berusaha/bekerja bagi masyarakat,meningkatkan
peranserta masyarakat dan
Pemerintah Daerah guna meningkatkan fungsi lahan dan melestarikan lingkungan hidup. 2. 2. Kegiatan Pokok Kegiatan pokok program penghijauan adalah sebagai berikut 1. Pembuatan dan pemeliharaan UP-UPSA 2. Pembuatan dan pemeliharaan UP-UPM 3. Pembuatan hutan/kebun rakyat 4. Pembuatan kebun bibit desa (KBD) 5. Pembuatan bangunan konservasi tanah 6. Pembuatan dan rehabilitasi teras 7. Penyelenggaraan lomba penghijauan.
2. 3. Pengertian Pengertian yang berkaitan dengan kegiatan pokok adalah : Lahan kritis adalah lahan yang tidak atau kurang berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya baik sebagai media produksi maupun pengatur tata air.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
Penghijauan adalah upaya memulihkan atau memperbaiki kembali keadaan lahan kritis di luar kawasan hutan agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan sebagai media pengatur tata air yang baik, serta upaya mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukannya. Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam (UP-UPSA) adalah contoh usahatani konservasi pada sebidang lahan kering dengan luas 10 Ha, yang dipergunakan sebagai tempat untuk memperagakan teknik-teknik konservasi tanah dan air antara lain ; pembuatan/perbaikan teras dan saluran pembuangan air serta intensifikasi usahatani yang baik dengan memperhatikan kemampuan dan kesesuaian lahan yang bersangkutan. Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPM) Adalah contoh usaha pertanian menetap dengan usaha tani konservasi pada sebidang lahan kering seluas 20 Ha yang dipergunakan sebagai tempat untuk memperagakan teknikteknik
intensifikasi
kemampuan
dan
pertanian
kesesuaian
yang
lahan
baik
yang
dengan
memperhatikan
bersangkutan,
serta
untuk
memperagakan teknik-teknik konservasi tanah dan air antara lain pembuatan teras dan saluran pembuangan air. Terasering adalah bangunan konservasi tanah (pengawetan tanah) yang dibuat sejajar garis kontour yang dilengkapi saluran peresapan, saluran pembuangan air (SPA) serta tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi. Kebun Bibit Desa (KBD) adalah persemaian bibit penghijauan yang dilaksanakan oleh kelompok tani dengan bimbingan teknis PLP dan PPL serta pengelolaannya merupakan satu unit usaha bagi kelompok tani yang bersangkutan dengan bimbingan managerial Tenaga Kerja Mandiri Profesional (TKMP).
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
Hutan Rakyat adalah tanaman yang didominasi oleh jenis kayu-kayuan di lahan kritis milik petani di luar kawasan hutan. Kebun Rakyat adalah areal tanaman campuran pepohonan yang didominasi oleh jenis tanaman buah-buahan dan atau tanaman industri, di lahan kritis milik petani di luar kawasan hutan. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit, dimana air hujan yang jatuh didalam wilayah tersebut mengalir kedalam sungai atau anak-anak sungai dan akhirnya bermuara ke laut melalui sungai utama. Dam Pengendalian (DPi) adalah bangunan pengawetan tanah dan air berupa bendungan kecil dengan konstruksi urugan tanah dan batu/beton, dibuat pada alur curam atau sungai kecil yang berfungsi sebagai pengendali sedimen atau penampung air.
Dam Penahan (DPn) adalah bangunan konservasi tanah dan air yang berupa bendungan kecil dengan konstruksi bronjong dibuat pada alur yang berfungsi menahan sedimen. Pengaman Jurang (Gully Plug) adalah bangunan pengawetan tanah dan air, berupa bendungan kecil dengan konstruksi yang dapat dibuat dari urugan tanah dan gebalan rumput, dari bronjongan atau dari kayu/bambu yang ukurannya lebih kecil dari dam pengendali/penahan dan berfungsi menahan sedimen yang berasal dari erosi parit. Bangunan Terjunan (Drop Structure) adalah konstruksi yang dapat dibuat dari batu, bambu/kayu, gebalan rumput yang berfungsi untuk memperlambat dan mematahkan/mengurangi kekuatan aliran permukaan.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
Saluran Pembuangan Air (SPA) adalah saluran dengan ukuran tertentu yang dibuat tegak lurus countur dilengkapi bangunan terjunan yang berfungsi menampung dan menyalurkan aliran pembuangan. Pelindung Tebing Sungai adalah bangunan penguat tebing sungai bisa berbentuk teras, bangunan sipil dan vegetatif yang lokasinya terletak pada minimal 5 meter dari tanggul sungai atau sesuai petunjuk dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten/Cabang Dinas Pengairan bila bantaran sungai tidak berfungsi. Rehabilitasi Teras adalah kegiatan penyempurnaan teras dan bangunan lainnya yang sudah ada. Rencana Teknik Penghijauan (RTP) adalah suatu rencana detail operasional teknis kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yang memuat tentang lokasi, luas,tahapan, tata waktu, tenaga dan biaya setiap jenis pekerjaan yang disusun berdasarkan rencana yang telah ada dan disesuaikan dengan kondisi fisik serta sosial ekonomi setempat. Penghijauan Input Langsung (Berbantuan Langsung) adalah penghijauan di areal inti seluas 250 Ha dengan mendapat input langsung dari Pemerintah berupa penyuluhan dan biaya untuk setiap jenis kegiatan yang direncanakan. Penghijauan Areal Dampak adalah penghijauan di luar areal inti proyek yang dilaksanakan masyarakat/kelompok tani, petani pemilik/penggarap yang menerima penyuluhan dan bantuan bibit KBD dan atau bantuan dari kelompok tani inti (unit percontohan) sebagai hasil revolving fund. Penghijauan Swdaya adalah penghijauan di luar areal inti dan areal dampak yang dilaksanakan oleh masyarakat/kelompok tani dengan dana/usaha sendiri (swadaya). Petugas Lapangan Penghijauan (PLP) adalah pegawai yang bertugas, bertanggung jawab dan wewenang melakukan kegiatan penyuluhan dan bimbingan teknis penghijauan secara penuh oleh pejabat yang berwenang
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
(dengan keluarnya SK Menteri Kehutanan No.41/Kpts-II/1990 bagi PLP yang sudah pegawai negeri diangkat menjadi pejabat fungsional). Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang terikat secara informasl atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama didalam pengaruh seorang kontak tani sebagai pemimpin dikelompok.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
III. SISTEM AGROFORESTRY PADA PROGRAM PENGHIJAUAN
3. 1. Unit Percontohan Usaha Pelestarian Ssumberdaya Alam (UPUPSA) UP-UPSA merupakan model usaha tani lahan kering terpadu. Setiap satuan unit UP-UPSA luas lahan yang dipergunakan sebagai contoh adalah seluas ± 10 Ha (per unit) yang dipergunakan untuk memperagakan teknik-tenik rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dan intensifikasi pertanian lahan kering yang baik dengan memperhatikan kemampuan lahan yang bersangkutan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan UP-UPSA adalah : 1.Pembuatan
Rancangan
UP-UPSA
dan
sekaligus
Rancangan
areal
dampaknya (lokasi, peta, pembuatan blok, peserta, pola tanam, penyuluhan dan sebagainya). 2. Pelaksanaan pembuatan UP-UPSA a. Pembuatan bangunan konservasi - Pembuatan teras - Saluran pembuangan air (Water Way) - Saluran pembagi (Diversion Ditch) - Bendungan pengendali (Check Dam) b. Pembuatan tanaman - Penyiapan lapangan - Pembibitan - Penanaman - Pemeliharaan tanaman 3. Pemantapan status lahan
3. 2. Rancangan UP-UPSA dan Areal Dampaknya Rancangan dampak UP-UPSA merupakan hal yang tidak dapat Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
dipisahkan karena menjadi satu dengan Rancangan UP-UPSA yang bersangkutan. Isi dari Rancangan tersebut antara lain : a. Risalah umum UP-UPSA b. Rencana teknik dan rencana buatan UP-UPSA c. Rencana perlakuan Dalam rancangan UP-UPSA terdapat kegiatan pembagian blok yang disesuaikan dengan kondisi lapangan serta keadaan masyarakat. Pembagian blok dapat mengikuti 3 (tiga) Pola alternatif sebagai berikut : 1. Areal dampak dibagi ke dalam ± 4 blok, yang masing-masing merupakan target dampak tahunan. Secara skematis pembagian blok seperti ini dicontohkan pada Gambar 1.
A
= Lokasi UP-UPSA (inti)
C A,B,C,D
D
B
= Nama blok rencana dampak tahunan
Gambar 1. Blok areal dampak 2. Areal dampak dibagi dalam ± 4 blok dan masing-masing blok dibagi ke dalam sub blok. Tahap rehabilitasi dilaksanakan mengikuti pembagian sub blok tersebut, seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Sub Blok areal dampak
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
3. Areal dampak dibagi kedalam 4 blok yang mengitari unit percontohan. Blok yang merupakan target dampak tahun pertama adalah blok yang terletak disekitar UP-UPSA dan selanjutnya diteruskan pada blok-blok disebelah luarnya (Gambar 3).
Gambar 3. Areal dampak mengitari unit contoh 3 .3. Pembuatan Bangunan Konservasi 1. Pembuatan teras a. Teras Datar (level terrace) Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 % dengan tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras datar dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan rumput (Gambar 4.) b. Teras Kridit (ridge terrace) Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 - 10 %, bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit dimulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan ditanami dengan tanaman seperti caliandra.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
Gambar 4. Teras Datar Jarak antara jalur adalah 5 - 12 m. Jalur tanaman tersebut menahan sedimen hasil erosi yang tertimbun disebelah dalam larikan, sehingga permukaan tanah bagian atas turun dan bagian bawah dekat jalur tanaman akan naik. Bidang olah teras menjadi datar atau mendapat kemiringan tertentu, sehingga erosi dapat dihentikan. Proses tersebut dapat dipercepat dengan cara menarik tanah ke bawah setiap kali dilakukan pengolahan tanah (Gambar 5).
Gambar 5. Teras Kridit
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
c. Teras Guludan (cotour terrace) Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 - 50 % dan bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah (Gambar 6).
selokan teras
bangunan terjunan dari ps. batu
Gambar 6. Teras Guludan d. Teras Bangku (bench terrace) Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 - 30 % dan bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija (Gambar 7).
Gambar 7. Penampang melintang teras bangku dan penampang membujur saluran pembuangan air
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
2. Saluran Pembuangan Air (Water Way) "Saluran pembuangan dibuat untuk menampung sisa air permukaan yang tidak meresap ke dalam tanah. Sebelum saluran dibuat, sedapat mungkin dimanfaatkan saluran alam. Bentuk penampang melintang saluran biasanya parabolik, trapesium atau segitiga. Agar dasar dan tepi saluran tidak cepat terkikis, maka 1/4 dari permukaan saluran diperkuat dengan gubalan rumput dan untuk mencegah hanyutnya gubalan dipatok dengan bambu atau diusahakan agar permukaan gubalan rumput sama tinggi dengan permukaan tanah yang tidak ditanami rumput. Kecepatan aliran air dapat diatur dengan cara mengatur kemiringan saluran dan jenis serta kerapatan rumput, disesuaikan dengan sifat ketahanan tanah terhadap erosi. Apabila kecepatan yang dikehendaki tidak dapat diperoleh karena kemiringan yang terlalu besar, sepanjang saluran dibuat trucuk dan terjunan. Trucuk dibuat dengan kemiringan 1 : 4 atau dengan gubalan rumput dengan kemiringan 1 : 1. Pada tanah padas gubalan rumput tidak diperlukan. 3. Saluran Pembagi (Diversion Ditch) Saluran pembagi dibuat pada lereng dan bertujuan menangkap aliran air permukaan dan membelokkan ke saluran pembuangan, gunanya untuk mengamankan tempat bangunan tertentu, seperti bangunan pertanian, teras, dan sebagainya. Kemiringan saluran adalah 0,3 %, sedang lebar dan dalamnya tergantung kepada luas daerah dimana aliran permukaan akan ditampung. Tepi sebelah dalam saluran ditanami dengan tanaman teras sehingga air dapat tersaring dan saluran tidak cepat penuh oleh sedimen hasil erosi. Kemiringan tepi saluran 1 : 1. 4. Bendungan Pengendali (Check Dam) Bendungan pengendali atau Check Dam adalah waduk kecil dengan konstruksi khusus, dibuat di daerah berbukit dengan kemiringan lapangan di bawah 30 %. Bendungan pengendali bertujuan untuk menampung air permukaan dan sedimen hasil erosi, meningkatkan jumlah air yang
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
meresap ke dalam tanah. Daerah aliran bendungan pengendali tidak lebih dari 150 Ha dan tinggi badan tanggul maksimum 10 m. Tempat dimana bendungan akan dibuat harus mempunyai kecekungan dengan daya tampung air yang besar. Oleh karena itu perlu diketahui perbandingan yang tepat antara luas bendungan pengendali dan daerah alirannya. Dengan diketahui perbandingan antara luas daerah aliran dan luas bendungan pengendali, akan mempermudah menentukan arah miringnya saluran pembagi yang akan dibuat. Dalam pembuatan bangunan konservasi ini dapat dipadukan dengan Teknologi Lahan Pertanian Miring (TLPM) adalah suatu paket teknologi mengenai konservasi tanah dan produksi pangan dengan beberapa cara konservasi tanah yang berbeda secara terpadu pada suatu lahan. Pada prinsipnya TLPM adalah suatu metode penanaman tanaman dengan jalur 3 - 5 m diantara tanaman penambat nitrogen yang ditanam menurut kontur. Jenis penambat N ini ditanam rapat, ketika tanaman tersebut mencapai tinggi 1.5 - 2 m dipangkas pada ketinggian 40 cm dan hijauannya ditempatkan di antara jalur tanaman sebagai pupuk organik. Teknologi Lahan Pertanian Miring merupakan suatu pola agroforestry, hal ini dapat dilihat dengan adanya suatu pola tanam campuran yang dapat dianggap sebagai suatu bentuk agroforestry karena didalamnya terdapat jalur-jalur tanaman seperti kopi, coklat, jeruk dan buah-buahan. Diantara jalur tanaman tahunan tersebut ditanami dengan tanaman pangan seperti biji-bijian (jagung, padi gogo, gandum, dll), kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dll), kentang, nanas, melon dll. Adanya rotasi tanaman memungkinkan petani untuk panen beberapa kali dalam setahun. Dalam sistem TLPM juga ditanam tanaman untuk produksi kayu (pertukangan, industri) dan kayu bakar di sekeliling lahan pertanian sebagai tanaman pembatas atau pagar. Contoh jenis-jenis tanaman yang dapat digunakan untuk pembatas tersebut adalah mahoni, cemara, turi, dan lainlain. Selama dalam tahap pengembangan TLPM ini diperlukan kriteria sebagai berikut :
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
1.
Membantu dalam mempertahankan struktur dan kesuburan tanah
2.
Dapat diterapkan pada paling sedikit 50 persen lahan pertanian berbukit
3. 4.
Dapat diterima oleh tradisi masyarakat Berfokus pada petani kecil
5.
Ekonomis
Beberapa keuntungan dari TLPM adalah sederhana, mudah dilaksanakan, murah dan tepat guna bagi pertanian lahan kering. Merupakan teknologi yang dikembangkan untuk petani yang peralatannya sederhana, modalnya sedikit dan mengetahui sedikit tentang pertanian. Dalam sistem TLPM ini seorang petani dapat menanam jenisjenis tanaman yang sudah mereka kenal dan dapat juga menerapkan pola pertanian yang lama. Jika petani meninggalkan lahan pertanian mereka yang menggunakan sistem TLPM tersebut, maka tanaman penambat N tetap tumbuh hingga menaungi areal tanaman sekitarnya. Sebelum lahan ditanami kembali, tanah telah diperkaya oleh sejumlah besar N yang difiksasi oleh tanaman, selain itu tidak terjadi erosi. Kayunya dapat dipanen untuk keperluan kayu bakar atau arang. Pembuatan Tanaman Faktor terpenting dalam hal pemilihan tanaman untuk penghijauan adalah tempat tumbuh yang sesuai, kemudian baru manfaat baik ekonomi maupun manfaat tidak langsung lainnya seperti hidrologi, kesuburan tanah, kenyamanan lingkungan, konservasi flora dan lain-lain. Beberapa kriteria penetapan jenis pohon untuk tujuan penghijauan adalah sebagai berikut : 1.
Mampu tumbuh ditempat terbuka dibawah sinar matahari penuh (jenis pionir / intolerant), beriap besar.
2.
Mampu bersaing dengan alang-alang dan gulma lainnya, tumbuh awal tinggi dan cepat serta agresif cepat menutup tanah.
3.
Mudah bertunas lagi bila dipangkas atau terbakar.
4.
Sesuai dengan keadaan tanah kurus, miskin hara, tanah asam dan tahan kekeringan.
5.
Dapat cepat bersimbiosa dengan jasad renik tanah : mikoriza, bakteri dan sebagainya. Jenis-jenis legume sangat baik.
6.
Biji atau bagian vegetatif untuk pembiakannya mudah diperoleh dan disimpan.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
7.
Disenangi oleh rakyat karena mempunyai manfaat yang ganda, termasuk untuk makanan ternak dan kayu bakar.
a. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan meliputi kegiatan antara lain pemasangan ajir untuk menentukan jarak dan arah larikan atau jalur tanaman serta pengolahan tanah untuk pembuatan lobang tanaman. Pemasangan ajir di lahan yang diolah seluruhnya, dilakukan sesudah pengolahan tanah. Pengolahan tanah dikerjakan pada akhir musim kemarau atau bersamaan dengan pembuatan teras. Pemupukan organik dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah atau pupuk organik dicampur dengan tanah lapisan atas lobang galian tanaman. Jarak tanam ditentukan di lapangan sesuai dengan rencana atau tergantung pada jenis tanamannya bila ditanam secara penuh dengan tanaman tahunan. Lobang tanaman dibuat dengan ukuran yang sesuai dengan persyaratan teknis untuk jenis tanaman yang akan digunakan. b. Pembibitan Bibit
yang
akan
ditanam,
dipilih
yang
memenuhi
persyaratan
:
pertumbuhannya subur, tidak cacat dan segar, bebas dari hama dan penyakit, dengan jumlah yang cukup serta telah memenuhi persyaratan umur dari bibit yang bersangkutan. Tergantung pada jenis tanaman, bibit disiapkan dalam bentuk : anakan dalam bumbung, stump, cabutan, atau "poles". Bibit yang telah disiapkan harus segera diangkut/dipindahkan ke lapangan. c. Penanaman Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan oleh anggota kelompok pada
lahan
masing-masing
atau
secara
serentak
dengan
dipimpin/digerakkan oleh Ketua Kelompok. Penanaman dilakukan pada lobang tanaman atau larikan/jalur tanaman yang telah dipersiapkan. Untuk bibit yang dalam kantong plastik, bumbung dibuka perlahan-lahan jangan sampai tanahnya pecah, bibit diletakkan pada lobang tanaman kemudian diisi tanah gembur dengan hatihati serta dipadatkan dan tanah disekitar batang ditinggikan.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
d. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pendangiran serta penyulaman. Penyiangan dan pendangiran dimaksudkan untuk membersihkan rumput pengganggu atau gulma tanaman dan menggemburkan tanah di sekeliling tanaman. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau kurang sehat dengan tanaman sejenis, dikerjakan pada saat-saat hujan terbanyak. 3 .4. Pemantapan Status Lahan Status lahan areal dampak UP-UPSA dapat berupa : 1. 2. 3. 4.
Lahan milik yang digarap sendiri Lahan milik yang digarap petani penggarap Lahan adat Lahan negara
5. Lahan desa, dan lain-lain. Bagi petani yang menggarap lahan bukan miliknya, petugas di lapangan hendaknya membantu pengurusan status lahan dan status hubungan antara petani penggarap dengan petani pemilik, desa, atau pemerintah, sehingga petani penggarap cukup merasa mantap atau merasa aman dalam menggarap lahan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh petugas lapangan diantaranya mengadakan pendekatan-pendekatan kepada Kepala Desa, Pemuka adat setempat, Petugas Agraria, Camat dan lain-lain. Status lahan yang diusahakan tersebut dapat berupa : 1. Sertifikat tanah 2. Surat izin penggarapan lahan bagi lahan negara dan lahan desa 3. Perjanjian bagi hasil antara petani penggarap dan petani pemilik lahan.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
3. 5. Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPN) Tujuan UP-UPM adalah untuk memperkenalkan usaha tani lahan kering terpadu kepada petani-petani tradisional, terutama peladang berpindah di luar Jawa. Luas satu unit UP-UPM adalah 20 Ha yang dikuasai oleh ± 10 rumah tangga. Yang dperagakan pada UP-UPM adalah caracara/teknik pertanian menetap, termasuk upaya-upaya konservasi tanah.
3. 6. Hutan Rakyat/Kebun Rakyat a. Sasaran Lokasi a.1) Lokasi kritis untuk hutan rakyat dengan keadaan lapangan curam serta kemiringan lereng lebih besar dari 40 % yang secara teknis tidak bisa dioleh untuk dijadikan lahan pertanian dengan tanaman semusim tetapi harus dengan tanaman tahunan. a.2) Lahan kritis yang dalam keadaan tidak digarap lagi dan atau kurang produktif sebagai lahan pertanian untuk tanaman semusim. a.3) Lahan kritis yang karena pertimbangan khusus (misalnya untuk perlindungan mata air, bangunan air dan sebagainya) perlu dijadikan areal untuk tanaman tahunan. a.4) Lahan kritis yang meskipun kemiringan lereng kurang dari 40 % tetapi lapisan olahnya dangkal dan mudah longsor (dangkal). a.5) Lahan kritis yang meskipun kemiringan lereng kurang dari 40 % tetapi lapisan olahnya dangkal dan mudah longsor (dangkal). a.6) Terletak didalam Rencana Teknik Penghijauan (RTP) dengan Pola Rehabilitasi Terpadu. b. Pola tanam dan jenis tanaman b.1) Hutan Rakyat •
Jenistanaman pokokhutanrakyatdidominasi oleh tanaman tahunan/kayukayuan berdaur panjang dengan fungsi serba guna (jenis MPTS) selain
menghasilkan
produk
utama
kayu
juga
dapat
menghasilkan produk non kayu seperti biji, buah, getah dan lain-lain serta mampu memberikan perbaikan lingkungan.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
•
Diutamakan
jenis
tanaman
unggulan
setempat
(lokal)
mempunyai nilai ekonomis yang baik (acces pasar yang baik), dan cepat menghasilkan. •
Luas minimal 25 Ha, sepanjang dapat diarahkan menjadi unit usaha.
•
Pendaftaran peserta, dan pernyataan mau melakukan pemeliharaan secara swadaya.
b.2) Kebun Rakyat •
Pola tanam kebun rakyat diatur agar dapat dilakukan secara kombinasi dengan kegiatanusaha tani lainnya, misalnya penanaman tanaman semusim secara tumpangsari.
•
Jenistanamanpokokkebunrakyatdidominasioleh tanaman industri (sebagai hasil utama non kayu) serta mampu memberikan perbaikan lingkungan.
•
Diutamakan jenis tanaman unggulan setempat (lokal), mempunyai nilai ekonomis yang baik (acces pasar yang baik) dan cepat menghasilkan.
•
Luastanaman25Hasepanjangdapatdiarahkanmenjadi satu unit usaha.
•
Pendaftaran peserta dan pernyataan mau melakukan pemeliharaan secara swadaya.
c. Pembuatan Rancangan Hutan/Kebun Rakyat Pembuatan rencangan hutan/kebun rakyat yang merupakan bagian dari Rencana Teknik Penghijauan (RTP) dengan pola Rehabilitasi Terpadu, meliputi pekerjaan pemasangan batas dan pengukuran lokasi, penetapan pola tanam, jenis tanaman, batas pemilikan, dan perpetaan/peta lokasi serta penyusunan rancangan yang terdiri dari rencana fisik dan biaya.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
3 .7. Penghijauan Swadaya a. Sasaran Lokasi a.1. Lahan yang berada di luar areal inti dan areal dampak a.2. Lahan mlik/garapan masyarakat yang secara sadar mau dan mampu melaksanakanan penghijauan dan bersedia untuk menerima arahan berupa bantuan teknis penyuluhan dari PLP. b. Pola Penghijauan Swadaya b.1) Pola penghijauan swadaya dapat berupa UPSA, UPM, Hutan Rakyat, dan Rehabilitasi Teras. b.2)
Untuk berkembangnya penghijauan swadaya disediakan bantuan insentif berupa " Hadiah lomba penghijauan swadaya " bagi kelompok tani berprestasi.
c. Penyusunan Rancangan Penghijauan Swadaya Perencana penghijauan swadaya yang merupakan bagian dari rencana teknik penghijauan dengan pola rehabilitasi terpadu dibuat rancangannya yang dilengkapi dengan peta lokasi/situasi, dan rencana fisik serta rencana biaya swadaya masyarakat.
3 .8. Pengembangan UP-UPSA Lebih Lanjut 1. Pola Usaha Tani Konservasi DAS Pola usaha tani konservasi DAS yaitu suatu kegiatan usahatani oleh kelompok tani sebagai dampak dari UPUPSA yang berhasil. Dalam usahataninya pada awalnya petani diberikan modal dari pemerintah (Departemen Kehutanan) berupa kredit tanpa bunga. Kredit ini bersifat " Revolving " bergilir, secara umum disebut Kredit Usaha Tani Konservasi DAS (KUK DAS). Pemberian kredit semacam ini saat ini sudah bersifat
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
Nasional yang dimulai tahun 1992/1993. Adapun Kriteria lokasi KUK-DAS antara lain sebagai berikut : 1. Lokasinya adalah bekas atau dampak UP-UPSA 2. Memiliki kelompok tani 3. Luas satu hamparan minimal 25 Ha 4. Tidak sedang menikmati kredit apapun dari pemerintah 5. Memiliki rencana kelompok dan rencana Defenisi Kelompok 6. Lama kredit adalah 5 tahun. Kegiatan yang dilaksanakan pada lokasi KUK-DAS antara lain : 1. Pemeliharaan teras 2. Penanaman tanaman semusim (padi, jadung, kacang dan lain-lainnya 3. Penanaman tanaman penguat teras (pohon, rumput) 4. Pemeliharaan SPA 5. Pemeliharaan ternak 6. Pemberian soprotan 2. "Model Farm Agroforestry: di DAS Citanduy Kegiatan pokok "Model Farm" adalah dua macaw yaitu pembuatan teras bangku pada lahan dengan kemiringan kurang dari 50 % (Model Farm Teras) dan penerapan teknologi Agroforestry pada lahan yang berkemiringan lebih dari 50 %, tetapi ke dalam tanahnya kurang dari 30 cm. Kedua model tersebut dianjurkan penggunaan suatu paket teknologi yang mencakup perbaikan pola tanam, penggunaan pupuk dan pestisida bila diperlukan, penanaman rumput, pemeliharaan ternak. Model Farm Agroforestry dianjurkan menggunakan paket teknologi sebagai berikut : a. Penanaman tanaman harus mengikuti garis kontur b. Dalam 2 - 3 tahun pertama tanaman semusim dicampur dengan tanaman keras
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
c. Penggunaan pupuk dan pestisida bila diperlukan d. Pemeliharaan ternak (sepanjang pakannya tersedia) Bentuk pengaturan komposisi tanaman semusim dan tanaman tahunan di Daerah Aliran Sungai (Gambar 8) berdasarkan kemiringan lahan adalah sebagai berikut : - Pada kemiringan < 15 % tanaman semusim 75 % dan tanaman tahunan 25 %. - Pada kemiringan 15 - 30 % tanaman semusim 50 % dan tanaman tahunan 50 %. - Pada kemiringan 30 - 45 % tanaman semusim 25 % dan tanaman tahunan 75 %. - Pada kemiringan > 45 % tanaman tahunan 100 %.
Tan. Semusim 75 % Tan. Tahunan 25 %
Gambar 8. Komposisi penanaman tanaman semusim dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan lahan
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
IV. KESIMPULAN
1. Penghijauan adalah upaya memulihkan atau memperbaiki kembali keadaan lahan kritis di luar kawasan hutan agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan sebagai media pengatur tata air yang baik, serta upaya mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukannya. 2. Tujuan program penghijauan adalah untuk meningkatkan mutu dan fungsi DAS, ketersediaan sumberdaya baru untuk pembangunan daerah, kesempatan berusaha/bekerja bagi masyarakat, peranserta masyarakat dan Pemerintah Daerah guna meningkatkan kesejahteraan, fungsi lahan dan melestarikan lingkungan hidup. 3. Kegiatan pokok pada program penghijauan antara lain Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam (UP-UPSA), Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPM), Hutan Rakyat/Kebun Rakyat, Kebun Bibit Desa, Bangunan Konservasi, Lomba Penghijauan dan lain-lain. 4. Berdasarkan pengertian, tujuan dan kegiatan program penghijauan tersebut ternyata terdapat sistem-sistem agroforestry yang dilaksanakan oleh masyarakat di luar kawasan hutan. Adapun sistem-sistem agroforestry di luar kawasan hutan yang dilaksanakan tersebut antara lain : a. Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam (UP-UPSA) b. Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPM) c. Hutan Rakyat/Kebun Rakyat d. Penghijauan Swadaya e. Pengembangan UP-UPSA lebih lanjut : - Pola usahatani Konservasi DAS - Model Farm Agroforestry.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1987. Pedoman Pengembangan Dampak Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam/ Usaha Pertanian Menetap (UP-UPSA/UPM). Direktorat Penghijauan dan Pengendalian Perladangan Departemen Kehutanan. Jakarta. Departemen Pertanian. 1987. Penelitian Terapan Pertanian Lahan Kering dan Konservasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Gintings, A.N. Triwilaida. T. Sukandi. 1990. Bagaimana Mengusahakan Lahan Pertanian Berbukit dengan Prinsip Konservasi Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor. Kartasubrata, J. 1992. Agroforestry, dalam Buku Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Manan, S. 1995. Penetapan Jenis-jenis Pohon Prioritas Untuk Reboisasi dan Penghijauan di Indonesia. Workshop. Puncak Bogor. Sekretariat Tim Pengendalian Bantuan Penghijauan dan Reboisasi. 1995. Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Bantuan Penghijauan dan Reboisasi. Jakarta. 1989. Pengelolaan Hutan Rakyat. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan. Jakarta.
Yunasfi : Penerapan Sistem Agroforestry Pada Program Penghijauan dan Konservasi Tanah, 2007 USU Repository © 2008