Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
©Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol. xx Agustus 2015
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Kontraktor BUMN dan Swasta Nasional FAJRI FAUZAN HAQ1, EMMA AKMALAH2, MIA WIMALA2 1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email :
[email protected]
ABSTRAK Kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada industri konstruksi di Indonesia masih dianggap rendah. Meskipun berbagai usaha untuk menghindari kecelakaan telah dilakukan, tingkat kematian pada proyek konstruksi di negara berkembang masih 3 kali lebih besar dibandingkan dengan negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan K3 di perusahaan kontraktor BUMN dan swasta di daerah Bandung dan Tangerang. Kuesioner dan observasi langsung ke lokasi proyek dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan. Selanjutnya, data dianalisis untuk menggambarkan dan membandingkan tingkat penerapan K3 pada masing-masing perusahaan kontraktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan swasta lebih baik dalam mengupayakan sistem manajemen K3 dibandingkan dengan perusahaan BUMN. Hal ini disebabkan perusahaan swasta dituntut bekerja lebih profesional dengan hasil berkualitas tinggi karena hasilnya terkait langsung dengan kesinambungan hajat perusahaan. Kata kunci: keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan kontraktor, BUMN, perusahaan swasta. ABSTRACT Awareness of occupational safety and health in construction industry in developing countries including Indonesia is still very low. Previous studies stated that the deadly accidents number in construction projects in developing countries are three times higher than developed countries, despite various actions that have been taken to prevent them from happening. This research aimed to analyze the implementation of occupational safety and health in owned-stated enterprises and private contractor companies in Bandung dan Tangerang. This research was conducted by observation and questionnaire distribution to identify and compare the level of implementation on both types of companies. The result showed that private construction companies have implemented the occupational safety and health better than state-owned enterprises, mostly because private companies are expected to be professional and deliver excellent quality of service due to higher level competitiveness than state-owned enterprises. Keywords: occupational safety and health, contractor companies, owned-stated enterprises, private companies. Reka Racana - 1
Fajri Fauzan Haq, Emma Akmalah, Mia Wimala
1. PENDAHULUAN Kesadaran akan pentingnya K3 di negara-negara berkembang sangat rendah terutama di Indonesia, Hal ini berbanding terbalik dengan terus bertambahnya penyerapan sumber daya manusia. Meskipun kecelakaan kerja dalam industri konstruksi di Indonesia mengalami tren penurunan sebanyak 65% selama kurun waktu 12 tahun dari tahun 2001 sampai dengan 2013, tetapi angka kecelakaan kerja yang terjadi masih cukup besar (Wirahadikusumah, 2007). Sesungguhnya pemerintah Indonesia sudah lama memperhatikan pentingnya K3 bagi seluruh tenaga kerja di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan dikeluarkannya berbagai macam peraturan dan perundangan yang mengatur tentang keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Namun demikian, tingkat kecelakaan yang terjadi hingga saat ini masih tinggi. Dengan kondisi tersebut penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada proyek konstruksi di Indonesia haruslah dicari solusinya. Penerapan sistem standar K3 di perusahaan kontraktor merupakan suatu faktor penting dalam mengantisipasi kecelakaan kerja sehingga permasalahan tingkat kecelakaan kerja dapat menurun. Penelitian ini mengacu pada Undang-Undang Pemerintah Indonesia, Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dan Occupational Heath and Safety Management System (OHSAS 18001). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan implementasi standar K3 antara perusahaan kontraktor badan usaha milik negara (BUMN) dan swasta nasional, permasalahan dan tantangan penerapan standar K3 di proyek perusahaan kontraktor dan mencari jenis kecelakaan kerja terbanyak di lokasi proyek. Setelah mengetahui permasalahan K3 di Indonesia maka hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan kepada perusahaan kontraktor dan pemerintah, serta memberi referensi terhadap generasi berikutnya akan pentingnya K3 dalam industri jasa konstruksi. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil studi kasus di Kota Bandung dan Tangerang pada dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan dua perusahaan swasta nasional. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian kuesioner kepada perusahaan kontraktor dan observasi langsung ke lokasi proyek. Pemberian kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data K3 yang sudah diterapkan oleh perusahaan kontraktor dan observasi langsung bertujuan untuk mengetahui realita penerapan K3 di lapangan. Aspek yang ditinjau dalam kuesioner dan observasi adalah kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja, sosialisasi K3, tempat kerja, alat perlindungan diri, faktor penyebab kecelakaan kerja, material dan alat kerja, dan sistem manajemen K3. Penelitian ini menggunakan skala likert sebagai parameter dalam pengukuran data kuesioner dan observasi, setelah diketahui nilai kuantitatif dari skala likert kemudian dikonversi menjadi persentase. Selanjutnya, analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan data kuesioner dan observasi, analisis komparatif digunakan untuk membandingkan data kuesioner dan observasi serta perbandingan tingkat penerapan K3 antar perusahaan BUMN dan swasta nasional, dan analisis kesenjangan digunakan untuk mengetahui perbedaan implementasi K3 dengan standar sistem manajemen K3 dalam penelitian ini.
Reka Racana - 2
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Kontraktor BUMN dan Swasta Nasional
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Survei dilakukan dengan cara mendatangi perusahaan kontraktor yang berada di sekitar kawasan Bandung dan Tangerang. Berikut ini gambaran proyek perusahaan kontraktor yang menjadi bahan penelitian: 1.
Proyek gedung baru instansi perguruan tinggi negeri berlokasi di dago utara, Bandung. Gedung baru ini terletak di bagian belakang komplek kampus. Proyek gedung baru ini berlantai 7 dikerjakan oleh perusahaan kontraktor BUMN PT. W.
2.
Proyek pembangunan hotel milik perusahaan BUMN berlokasi tidak jauh dari pusat kota (Gedung Sate). Proyek Hotel ini berlantai 9 dikerjakan oleh perusahaan kontraktor BUMN PT. X.
3.
Proyek hotel swasta berlokasi di kawasan dago utara, Bandung. Proyek hotel ini dekat dengan kawasan wisata belanja seperti supermarket Super Indo Dago, Dago Plaza, Rumah Makan Hanamasa, Dukomsel. Proyek pembangunan Hotel ini berlantai 13 dikerjakan oleh perusahaan kontraktor swasta nasional PT. Y.
4.
Proyek pembangunan Rumah Sakit yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, di pusat Kota Tangerang dan dekat pasar kota. Proyek pembangunan Rumah Sakit ini berlantai 5 dikerjakan oleh perusahaan kontraktor swasta nasional PT. Z.
Pengelompokan kriteria dari skala likert dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kriteria Penerapan K3 Dari Skala Likert
Parameter Range (%)
Tidak Memperhatikan 0 - 40
Kurang Memperhatikan 41 - 60
Cukup Memperhatikan 61 - 80
Sangat Memperhatikan 81 - 100
Hasil pengolahan data kuesioner dan observasi dijelaskan sebagai berikut: 1.
Aspek Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja
PT. W, PT. Y, dan PT. Z pada umumnya telah memperhatikan komponen kebersihan, fasilitas K3, keamanan lokasi proyek, pencegahan kebakaran, dan jaminan pekerja. Hal yang dapat diperbaiki pada keempat perusahaan kontraktor adalah memeriksa kesehatan pekerja baik sebelum pekerjaan dimulai ataupun saat pekerjaan sedang dilaksanakan. PT. Y sangat memperhatikan implementasi aspek ini dengan persentase 98% karena selalu menjaga kebersihan proyek setiap saat, memfasilitasi alat K3 secara lengkap terutama alat pemadam kebakaran di seluruh area proyek, menjaga ketat lokasi proyek, dan menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja. PT. X kurang memperhatikan aspek ini dengan persentase 60% karena belum menjaga kebersihan proyek, minimnya fasilitas K3, kurangnya kesadaran untuk tidak merokok di area proyek, minimnya alat pemadam kebakaran, dan sedikitnya alat keselamatan kerja. Hasil analisis deskriptif dalam aspek kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja dapat dilihat pada Gambar 1.
Reka Racana - 3
Fajri Fauzan Haq, Emma Akmalah, Mia Wimala
Aspek Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja PT. Z PT. Y Data Observasi PT. X
Data Kuesioner
PT. W
(%) 0
20
40
60
80
100
Gambar 1 Persentase Penerapan Aspek Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja
2.
Aspek Sosialisasi K3
Hasil analisis deskriptif dalam aspek sosialisasi K3 dapat dilihat pada Gambar 2. Aspek Sosialisasi K3 PT. Z PT. Y Data Observasi PT. X
Data Kuesioner
PT. W 0
20
40
60
80
100
Gambar 2 Persentase Penerapan Aspek Sosialisasi K3
PT. W, PT. Y, dan PT. Z telah memperhatikan komponen menempatkan semua syarat K3, memasang gambar sosialisasi K3, dan menjelaskan instrumen K3. PT. Y sangat memperhatikan implementasi aspek ini dengan persentase 96% karena melakukan sosialisasi K3 setiap minggu, menempatkan semua syarat K3, menjelaskan instrumen kerja sesuai standar K3, dan pekerja yang mematuhi peraturan K3. PT. X kurang memperhatikan implementasi aspek ini dengan persentase 49% karena jarangnya pembinaan kepada pekerja, sedikitnya simbol dan gambar K3, tidak menjelaskan instrumen kerja yang sesuai standar K3, dan sedikitnya pekerja yang mematuhi peraturan K3. 3.
Aspek Penggunaan Alat Perlindungan Diri
Hasil analisis deskriptif dalam penggunaan alat perlindungan diri dapat dilihat pada Gambar 3.
Reka Racana - 4
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Kontraktor BUMN dan Swasta Nasional
Aspek Penggunaan Alat Perlindungan Diri PT. Z PT. Y
Pekerja menggunakan safety shoes
PT. X
Pekerja menggunakan helm Data Kuesioner
PT. W 0
20
40
60
80
100
Gambar 3 Persentase Penerapan Penggunaan Alat Perlindungan Diri
Tiga perusahaan yang di survei yaitu PT. W, PT. Y, PT. Z konsisten dalam memperhatikan alat perlindungan diri karena antara penerapan alat perlindungan diri dengan realita di lapangan sangat baik. PT. X cukup besar perbedaan antara penerapan K3 dengan pemakaian alat perlindungan diri di lapangan karena rata-rata persentase pemakaian helm dan safety shoes di lapangan kurang dari 40%. 4.
Aspek Tempat Kerja
Hasil analisis deskriptif dalam aspek tempat kerja dapat dilihat pada Gambar 4. Aspek Tempat Kerja PT. Z PT. Y Data Observasi PT. X
Data Kuesioner
PT. W 0
20
40
60
80
100
Gambar 4 Persentase Penerapan K3 di Tempat Kerja
PT. W dan PT. W konsisten memperhatikan aspek tempat kerja/lokasi kerja yang sesuai dengan standar K3. Hal ini dibuktikan dengan baiknya penerapan tempat kerja yang aman, bersih, rapih, dan sesuai dengan peraturan K3 yang sesuai realita penerapan di lapangan. PT. Z cukup memperhatikan aspek tempat kerja sesuai standar K3 tetapi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti penggunaan alat keselamatan kerja di tempat kerja dan penyediaan zona evakuasi. PT. X memiliki perbedaan besar antara penerapan K3 dengan realita di lapangan. Persentase implementasi PT. X sebesar 43% karena sedikitnya alat pengaman untuk seluruh lokasi yang berbahaya, tempat kerja yang kotor dan tidak tertata rapih, kurangnya pencahayaan, serta tidak adanya petunjuk arah ke zona evakuasi dan zona evakuasi.
Reka Racana - 5
Fajri Fauzan Haq, Emma Akmalah, Mia Wimala
5.
Aspek Material, Alat-Alat Kerja dan Alat Berat
Hasil analisis deskriptif dalam aspek material, alat-alat kerja dan alat berat dapat dilihat pada Gambar 5. Aspek Material, Alat-Alat Kerja dan Alat Berat PT. Z PT. Y Data Observasi PT. X
Data Kuesioner
PT. W 0
20
40
60
80
100
Gambar 5 Persentase Penerapan Aspek Material, Alat-Alat Kerja dan Alat Berat
PT. W, PT. Y, dan PT. Z sangat memperhatikan komponen material, alat kerja dan alat berat sesuai dengan K3. Hal yang ditinjau dalam aspek material, alat-alat kerja dan alat berat adalah kondisi alat kerja, lift, scaffolding, alat pemotong, crane dan operator alat berat yang melaksanakan peraturan K3. PT. X cukup memperhatikan aspek ini tetapi kurangnya kesadaran operator menggunakan APD yang perlu diperbaiki. 6.
Sistem Manajemen K3
Hasil analisis deskriptif dalam aspek sistem manajemen K3 dapat dilihat pada Gambar 6. Aspek Sistem Manajemen K3 PT. Z PT. Y Data Observasi PT. X
Data Kuesioner
PT. W 0
20
40
60
80
100
Gambar 6 Persentase Penerapan Sistem Manajemen K3
Komponen sistem standar K3 yang ditinjau adalah pengaplikasian K3 oleh semua orang yang berada di lokasi proyek, perencanaan dan pembuatan skema K3, identifikasi dan pengkajian risiko, penempatan staf ahli K3, peninjauan dan pengawasan K3, dan evaluasi kinerja K3. PT. Y dan PT. W memiliki sistem standar dan penerapan K3 yang sangat baik ditunjukan dengan merencanakan skema stadar K3, identifikasi risiko, membuat laporan rutin K3, peninjauan dan pengawasan K3 secara teratur, dan mengevaluasi kinerja sistem standar K3. PT. Z cukup memperhatikan implementasi K3 tetapi hal yang perlu diperbaiki adalah pembuatan skema Reka Racana - 6
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Kontraktor BUMN dan Swasta Nasional
dan laporan K3, investigasi kecelakaan kerja, pembinaan kepada pekerja, dan evaluasi kinerja K3. PT. X masih cukup besar perbadaan antara penerapan K3 dengan pengaplikasian di lapangan karena kurang efektifnya sistem standar K3 yang diterapkan. Hal ini ditujukan dengan minimnya pekerja yang mematuhi peraturan K3, tidak adanya sasaran/tujuan penerapan K3, skema implementasi K3 yang tidak jelas, tidak adanya pembinaan kepada pekerja, dan tidak adanya evaluasi kinerja K3. Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat dibuat perbandingan penerapan K3 antar perusahaan yang dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Persentase Penerapan
Perbandingan Data Kuesioner 100 95 90 85 80 75 70 PT. W PT. X PT. Y PT. Z
Kesehatan 91 83 93 77
Sosialisasi 96 80 100 73
APD 99 93 100 90
Tempat 98 100 100 97
Alat Kerja 83 84 91 93
Sistem 97 92 100 92
Gambar 7 Analisis Perbandingan Data Kuesioner
Persentase realita
Perbandingan Data Observasi 95 85 75 65 55 45 35 PT. W PT. X PT. Y PT. Z
Kesehatan 96 60 98 82
Sosialisasi 91 49 96 73
APD 86 37 89 87
Tempat 86 43 96 73
Alat Kerja 98 79 98 88
Sistem 91 48 90 69
Gambar 8 Analisis Perbandingan Data Observasi
Hasil rata-rata perbandingan data kuesioner dan data observasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Reka Racana - 7
Fajri Fauzan Haq, Emma Akmalah, Mia Wimala
Tabel 2. Perbandingan Rata-Rata Persentase Penerapan K3
No. 1 2
Data Rata- rata kuesioner Rata-rata observasi
Badan Usaha Milik Negara RataPT. W PT. X Rata (%) (%) (%)
Swasta Nasional PT. Y (%)
PT. Z (%)
RataRata
94
89
92
97
87
97
91
53
72
94
79
87
Pembahasan hasil data kuesioner dan data observasi di atas adalah sebagai berikut: PT. W telah menerapkan sistem manajemen K3 dengan sangat baik. Hal ini tercemin dari persentase penerapan segala aspek sistem manajemen standar K3 dalam kuesioner yang melebihi 80% dan persentase realita penerapan di lapangan melebihi 85%. PT. X masih belum memenuhi persyaratan standar K3. Meskipun hasil yang didapat dari kuesioner cukup baik tetapi bertolak belakang dengan persentase penerapan di lapangan. PT. Y telah menerapkan sistem manajemen K3 dengan sangat baik. Hal ini tercemin dari persentase penerapan segala aspek sistem manajemen standar K3 dalam kuesioner yang melebihi 90% dan persentase realita penerapan di lapangan melebihi ± 90%. PT. Z cukup memenuhi persyaratan K3, hal ini tercemin dari hasil kuesioner yang baik dan persentase implementasi penerapan K3 di lapangan lebih dari 70 %. Perusahaan BUMN dan swasta nasional memiliki persentase yang sama dalam penerapan K3 yaitu sebesar 92%, tetapi dalam implementasinya perusahaan swasta lebih unggul daripada perusahaan BUMN. Persentase implementasi perusahaan swasta sebesar 87% dan perusahaan BUMN sebesar 72%. Hasil menunjukan bahwa perusahaan swasta nasional lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan BUMN, antara lain disebabkan karena perusahaan swasta nasional harus bersaing lebih ketat di industri konstruksi dibandingkan dengan perusahaan BUMN sehingga perusahaan swasta harus lebih mengutamakan kualitas kerja, termasuk di dalamnya meliputi aspek K3. Ini ditunjukkan dengan budaya kerja yang lebih memperhatikan aspek K3 dan juga pengawasan yang lebih ketat. Selain itu, risiko kegagalan proyek akan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan tersebut, berbeda dengan perusahaan BUMN dimana risikonya ditanggung sebagain oleh pemerintah. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pembahasan yang telah dilakukan terhadap aspekaspek K3 dapat disimpulkan bahwa: Pada umumnya perusahaan yang disurvei sudah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, tetapi ada sebagian kecil perusahaan yang belum menerapkan K3 dengan sepenuhnya. PT. Y dan PT. W memiliki persentase penerapan K3 yang tinggi baik dalam konseptual maupun realisasi di lapangan. Kedua perusahaan ini memiliki persentase penerapan K3 lebih dari 85% (˃ 85%). PT. Z sudah cukup baik menerapkan K3 dengan persentase penerapan K3 lebih dari 60% (˃ 60%). PT. X masih harus memperbaiki pengaplikasian K3 di lapangan karena persentase pengaplikasian PT. X di lapangan di bawah 50% (< 50%). Berdasarkan hasil penelitian perusahaan swasta nasional lebih unggul dalam menerapkan K3 dibandingkan dengan perusahaan badan usaha milik negara (BUMN). Kendala implementasi K3 tidak optimal dikarenakan minimnya konsistensi sosialisasi K3, Reka Racana - 8
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Kontraktor BUMN dan Swasta Nasional
sedikitnya kesadaran menggunakan alat perlindungan diri oleh pekerja, kurangnya pengetahuan mengenai K3, dan pembiayaan K3. Akibatnya kecelakaan kerja banyak terjadi dikarenakan terbentur benda atau kejatuhan benda. Persentase kecelakaan kerja karena kejatuhan benda atau terbentur benda sebanyak 20% dari jumlah total kecelakaan kerja yang disurvei. Sesungguhnya Pemerintah Indonesia sudah banyak membuat peraturan K3 seperti UU RI No. 1 Tahun 1970, UU RI No. 13 Tahun 2003, Peraturan Menteri Per.01/MEN/1980 dan lainlain. Tetapi peraturan K3 yang banyak tidak bisa diterapkan dengan baik karena pengawasan yang kurang baik oleh aparatur pemerintah. Pengawasan yang tidak ketat oleh aparatur pemerintah terhadap pelaksanaan K3 pada perusahaan kontraktor membuat pelaksanaan K3 di Indonesia menjadi kurang diperhatikan. DAFTAR RUJUKAN Abduh, (2010), “Pengelolaan Faktor Non-Personil untuk Pencegahan Kecelakaan Kerja Konstruksi”, Konfrensi Nasional Teknik Sipil 4 (Konteks 4), Sanur-Bali. Adiputra, (2011), “Kajian Pengaruh Penerapan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung.”, Prosiding dari Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan. ISO 18002:2008, “Occupational Health and Safety Management Systems – Guidlines for The Implementation of OHSAS 18001:2007”. Wirahadikusumah, (2007), “Tantangan Makalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Proyek Konstruksi di Indonesia.”, Institut Teknologi Bandung.
Reka Racana - 9