Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
PENERAPAN KEBIASAAN PRIBADI EFEKTIF STEPHEN COVEY UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU POSITIF KARYAWAN Imam Wijoyo STIE IBMT Surabaya
[email protected]
ABSTRAK: Institusi pendidikan memiliki peranan penting dalam memberikan contoh dan menyalurkan perilaku positif kepada anak didiknya, lingkungan kerja maupun sekitar. Perilaku positif didalam dunia professional dapat membawa kepada efektifitas kerja, sehingga membuahkan hasil yang lebih maksimal, serta menciptakan suasana kerja yang kondusif. Dalam upaya untuk meningkatkan perilaku positif itu dilakukan penelitian ini dengan menggunakan penerapan kebiasaan pribadi efektif, Stephen Covey. Setiap karyawan diajak untuk memiliki kebiasaan efektif didalam kesehariannya, seperti Proaktif, memulai dengan akhir dari pikiran, mendahulukan yang utama, berpikir menang menang, berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, mewujudkan sinergi serta mengasah gergaji. Sehingga kebiasaan ini dapat diterapkan kepada 7 (tujuh) anggota tim inti yang diharapkan dapat melanjutkan penerapan yang sama kepada tim dan rekannya. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, disimpulkan bahwa penerapan kebiasaan efektif ini tepat sasaran untuk meningkatkan perilaku positif karyawan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian serta perilaku positif yang meningkat. Serta disarankan untuk menerapkan kebiasaan efektif ini kepada setiap karyawan yang ada secara konsisten dengan pengembangan stimulus yang makin bervariasi. Kata kunci: tujuh kebiasaan efektif, Stephen Covey, perilaku positif.
ABSTRACT: Education Institution has a crucial role in showing example and teaching positive behavior to its students, its working environment and surrounding. Positive Behavior in Professional World will lead to an effectiveness, productivity and creating a healthy working atmosphere. This research, in order to increase positive behavior, is using the method of the habits of Highly Effective People Stephen Covey to be implemented. Every employee will be managed to have an effective habits in their daily life, such as proactive, begin with the end of mind, first things first, win-win solution, learn to understand before being understood, synergize, and sharpen the saw. Implementing these habits to our 7 (seven) core team and hoping that these habits would be implemented to the next team and so forth. This research is done in 2 (two) cycles, and concluded that the 193
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
implementation of these effective habits is suitable for increasing positive behavior of the employees. It can be seen through the result of the score and the growth of the positive behavior. It is also suggested to implement the habits of highly effective people consistently to all employees with more variety of stimuli. Key words: seven habits, Stephen Covey, and positive behavior.
PENDAHULUAN Perubahan yang cepat, persaingan yang ketat, dan produktifitas yang tinggi merupakan kebutuhan bagi setiap organinsasi, institusi di segala bidang dan disemua industri. Di dalam tekanan perubahan dan persaingan yang tinggi ini, dibutuhkan perilaku positif untuk menghadapi segala tantangan yang ada. Perilaku positif ini memungkinkan setiap anggota maupun pimpinan dalam organisasi dan institusi untuk bekerja secara efektif. Semakin efektif sebuah organisasi, semakin produktif organisasi tersebut, dan hal ini memungkinkan organisasi tersebut lebih adaptif dan bersaing dalam ekonomi global sekarang ini. Institusi pendidikan juga demikian, hari ini, dapat dilihat ada berbagai macam institusi pendidikan berlomba-lomba memberikan nilai tambah bagi institusi-nya dalam rangka menarik minat para mahasiswa untuk bergabung dengan institusi tersebut. Bahkan, institusi pendidikan luar negeri pun berlombalomba untuk bekerja sama dengan insitusi lokal untuk menggarap pasar mahasiswa Indonesia. Dengan perkembangan dunia pendidikan yang ada, semakin banyak Perguruan Tinggi Indonesia, khususnya di Surabaya yang terus melakukan pengembangan dengan bekerja sama dengan institusi luar negeri demi meningkatkan nilai tambah mereka didunia global. Selain itu, banyak pula Perguruan Tinggi Surabaya yang menawarkan berbagai keunikan kurikulum yang ada dalam rangka menarik minat calon mahasiswa untuk bergabung. Dalam memberikan nilai tambah bagi mahasiswa yang ada, maupun calon mahasiswa ini diperlukan organisasi yang dinamis, yang mampu untuk beradaptasi dengan perubahan yang semakin cepat ini. Akhirnya, organisasi yang dinamis dan berkembang itu dapat terjadi apabila manusia-manusia yang terlibat 194
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
didalamnya memiliki perilaku positif. Dengan perilaku positif tersebut, efektifitas dalam pekerjaan sehari-hari-pun meningkat. Peningkatan perilaku positif merupakan hal yang lumrah, normal dan menjadi tuntutan bagi setiap institusi dan organisasi, baik itu organisasi nonprofit, maupun profit. Salah satu perilaku yang tergolong negatif dalam sebuah institusi yang juga terjadi adalah perilaku dimana tidak dapat membedakan antara apa yang disebut personal dan professional. Dampak dari hal tersebut adalah menerima kritikan dan masukan sebagai hal yang menyerang dirinya secara personal, sehingga emosi pribadi dilibatkan, ego secara otomatis melindungi dirinya dari kesalahan sebagai Defend Mechanism. Hal tersebut menyebabkan efektifitas dalam bekerja berkurang, sebab sakit hati secara personal menyelimuti pikirannya dan kemarahan yang tidak perlu-pun berbuntut secara personal dan akhirnya hal tersebut mempengaruhi perilakunya di dalam berhubungan dengan rekan kerjanya, serta dalam bekerja secara profesional. Di dalam sebuah institusi yang efektif, dapat dilihat bahwa setiap individu yang terlibat didalamnya memiliki sasaran dan target yang dibuat secara pribadi maupun yang telah ditentukan oleh institusinya. Dengan demikian, setiap karyawan mengetahui apa yang diharapkan dari dirinya hari demi hari, bulan demi bulan, maupun tahun demi tahun. Di dalam era yang serba sulit ini, perlu tumbuh sumber daya manusia yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan efektif berupa solusi-solusi yang kreatif, tidak membutuhkan biaya yang tinggi, serta keberanian dalam memberikan ideide yang relevan. Dua kepala lebih baik dari satu kepala, merupakan falsafah yang harus dipegang dalam institusi yang efektif, dengan demikian setiap anggota tim dapat dengan bebas memberikan ide-ide kreatif-nya, serta ber-orientasi pada solusi, bukan masalah. Hari ini, didalam era creative industry dan kompetisi yang semakin ketat ini, kreativitas sumber daya manusia sangat perlu untuk semakin ditingkatkan. Kreativitas dalam problem solving, kreativitas dalam hal efektivitas dan efisiensi, kreativitas dalam ide-ide yang fresh, dan kreativitas dalam berinovasi. 195
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
Untuk dapat memberikan usulan dan solusi yang tepat, dibutuhkan keahlian khusus, yaitu kemampuan untuk mau mengerti kebutuhan pihak lain terlebih dahulu daripada kepentingan pribadinya. Dengan demikian, kerjasama antar tim menjadi lebih maksimal, sebab anggota-nya mau saling membangun, mengerti kebutuhan institusi, tim lain, serta rekan kerjanya. Alhasil, indahnya sebuah tim efektif yang saling membangun, mengerti peran dan kebutuhan dirinya serta orang lain, serta menerima kelebihan dan kelemahan pihak lain akan terbentuk. Apabila peningkatan perilaku positif ini dapat terlaksana dengan baik, maka tidak hanya institusi yang mendapatkan manfaat, tetapi juga keluarga dan masyarakat tempat para karyawan ini hidup akan menerima manfaat yang dihasilkan. Karyawan yang bertumbuh inipun menciptakan satu budaya yang sehat dan kondusif serta sportif dalam berkarya dan ber-relasi. Sedangkan dampak yang mungkin terjadi apabila dasar perilaku positif ini terus tumbuh, maka sumber daya manusia di dalam lingkungan juga akan berkembang dan akhirnya institusi pendidikan ini-pun dapat bertumbuhkembang untuk mengikuti dan menantang zaman dalam mendidik dan mengembangkan mahasiswa-mahasiswa yang positif dan siap mental dalam menghadapi dunia professional maupun bisnis, serta memiliki produktifitas dan semangat pembelajar yang tinggi untuk memberikan sumbangsih bagi lingkungan sekitarnya dimanapun mereka berada, sesuai dengan visi dan misi yang ada. Gerakan ini dilakukan dengan kesadaran bahwa pembentukan perilaku positif ini bukanlah hal yang sederhana layaknya membalik tangan. Dengan menerapkan kebiasaan pribadi efektif Stephen Covey yang simple dan mendunia ini, diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan perilaku positif seperti yang telah diajarkan dan sudah tidak asing lagi. Secara komprehensif, manfaat penelitian adalah untuk meningkatkan sikap positf karyawan agar dapat memberikan kontribusi positif bagi Institusi, mahasiswa dan keluarga
196
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
KEBIASAAN DAN KARAKTER Karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan, tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib”. Kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita. Karena konsisten, dan sering merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan secara terus menerus, setiap hari, mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita atau ketidakefektivan kita (Covey, 1997). Oleh karena itu, adalah penting untuk membangun kebiasaan-kebiasaan yang efektif dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kebiasaan-kebiasaan efektif ini akan membawa kita kepada keefektivitasan dalam bekerja dan berkarya, sebab pernah juga dikatakan bahwa kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan (Aristotle).
SEVEN HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE Kebiasaan 1: Proaktif dan Proaktivitas Proaktif merupakan sikap yang sangat vital didalam kehidupan organisasi. Organisasi yang dipenuhi orang-orang yang proaktif akan jauh lebih produktif dan kondusif dibandingkan dengan organisasi yang penuh dengan orang-orang reaktif. Apabila sikap proaktif ini diterapkan didalam lingkungan kampus, yang notabene lingkungan pendidikan yang mendidik para mahasiswa, akan dapat dibayangkan betapa kondusif, dan sportif-nya kondisi kampus tersebut.
Kebiasaan 2: Mulai dengan Akhir dari Pikiran Di dalam kebiasaan kedua, Covey mengajak untuk merujuk pada tujuan akhir. Seperti di dalam bukunya yang mengajak pembaca untuk membayangkan ketika kita meninggalkan dunia ini, kesan seperti apakah yang kita harapkan untuk dikenang oleh orang-orang yang kita tinggalkan seperti dari keluarga, temanteman, rekan kerja, serta orang-orang dalam pelayanan kita.
197
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
Senada dengan hal itu, Christian (2004), juga mengajak kita untuk membayangkan hati terakhir kita dan membayangkan siapakah diri kita saat itu, dan kalau kita harus menuliskan pidato pemakaman kita sendiri, apakah yang akan kita tulis, serta membayangkan sosok diri kita seperti apakah nantinya. Dengan bayangan itu kita menjadi tahu apa yang menjadi keinginan terdalam kita. Walaupun kebiasaan berlaku pada banyak keadaan dan tingkat kehidupan yang berbeda, sebagian besar aplikasi dasar dari “merujuk pada tujuan akhir” adalah untuk memulai hari ini dengan bayangan, gambaaran atau paradigm akhir kehidupan sebagai kerangkan acuan atau criteria yang menjadi dasar untuk menguji segala sesuatu. Tiap bagian dari kehidupan anda, perilaku hari ini, perilaku esok, perilaku minggu depan, perilaku bulan depan – dapat diuji dalam konteks keseluruhan, dari apa yang benar-benat paling penting bagi anda. Dengan mengusahakan titik akhir tersebut tetap jelas dalam pikiran, anda dapat memastikan bahwa apapun yang anda kerjakan pada hari tertentu tidak melanggar criteria yang sudah anda definisikan sebagau yang paling penting, dan bahwa tiap hari dari kehidupan anda menunjang visi yang anda milliki tentang seluruh hidup anda dengan cara yang berarti.
Kebiasaan 3: Dahulukan yang Utama “Hal-hal yang paling penting tidak pernah boleh berada di bawah kekuasaan hal-hal yang paling tidak penting” ajar Goethe. Di dalam kebiasaan ini, Covey (1997) menekankan pada manajemen waktu dan penentuan prioritas, bahwa beliau secara pribadi tergugah bahwa intisari dari cara berpikir terbaik dalam bidang manajemen waktu dapat ditangkap pada satu kalimat: Organisir dan laksanakan menurut prioritas. Bossidy & Charan (2011) memberikan penajaman tersendiri dalam membuat sasaran yang jelas dan menentukan prioritas, “Leaders who execute focus on a very few clear priorities that everyone can grasp. Why just a few? First, anybody who thinks through the logic of a business will see that focusing on three or four priorities will produce the best results from resources at hand.
198
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
Second, people in contemporary organizations need a small number of clear priorities to execute well.” Dalam buku Time Management (Christian, 2004) mengatur prioritas juga ditekankan agar kita bisa membebaskan diri dari kungkungan hal-hal yang mendesak. Hal-hal mendesak memang sering menyita sebagian besar waktu kita. Apalagi secara alamiah, menurutnya, manusia cenderung mengutamakan hal yang mendesak dulu, walaupun belum tentu penting. Seperti juga dikatakan Covey, bahwa kita tidak bisa tidak untuk menjawab telpon yang bordering. Ajakan untuk mengatur prioritas juga digagas oleh Christian (2004) dengan mengacu pada urutan berikut ini: 1.
Penting dan mendesak
2.
Penting tapi tidak mendesak
3.
Tidak penting tapi mendesak
4.
Tidak penting dan tidak mendesak Juga disebutkan bahwa salah satu prinsip penting untuk mengendalikan
waktu secara efektif ialah harus tahu bahwa selalu ada waktu untuk hal-hal penting. Bukan banyaknya kegiatan yang menjadi masalah, yang jadi masalah adalah nilai dari hal yang kita kerjakan dan bagaimana kita mengerjakannya. Jadi bukan jumlah kegiatan, tetapi kualitas dan motivasi dibelakang kegiatan itu. Arloji dan kompas merupakan satu pemisalan alat yang sungguh mengena didalam hal menentukan prioritas, seperti digambarkan di buku serial Covey, First Things First, yang ditulis oleh Merrill & Merrill (2004), berikut adalah tulisannya: “Usaha kita untuk mendahulukan yang utama dapat ditandai dengan membuat perbedaan antara dua alat yang begitu menentukan, yang mengarahkan hidup kita: Arloji dan kompas. Arloji mewakili komitmen-komitmen, janji-janji pertemuan, jadwal, tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan kita, yaitu apa yang kita lakukan dengan waktu kita dan bagaimana kita mengaturnya. Sedangkan kompas mewakili visi, nilai-nilai, prinsip-prinsip, misi, hati nurani, dan arah yang hendak kita tuju yaitu apa-apa yang kita pandang sebagai sesuatu yang penting dan bagaimana kita mengarahkan hidup kita.
199
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
Kebiasaan 4: Berpikir Menang Menang Terdapat enam paradigma dalam interaksi manusia, yaitu menang/menang; menang/kalah; kalah/menang; kalah/kalah; menang; menang/menang atau tidak sama sekali. Di dalam bukunya, Covey (1997) menjelaskan bahwa menang/ menang bukanlah teknik, melainkan filosofi total interaksi manusia. Menang/Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Menang/menang berarti bahwa kesepakatan atau solusi memberikan keuntungan dan kepuasan timbal balik. Dengan solusi menang/ menang, semua pihak merasa senang dengan keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya. Menang/menang melihat kehidupan sebagai arena yang kooperatif, bukan kompetitif. Menang/ menang adalah kepercayaan akan alternatif ketiga. Ia bukan jalan anda atau jalan saya; ia adalah jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi. (Covey, 1997).
Kebiasaan 5: Berusaha Mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti “Jika anda ingin berinteraksi secara efektif dengan saya, untuk mempengaruhi saya–pasangan anda, anak anda, tetangga anda, atasan anda, rekan sekerja anda, teman anda – anda perlu lebih dahulu mengerti saya. Dan anda tidak dapat berbuat begitu dengan suatu teknik saja. Jika saya merasakan anda menggunakan teknik tertentu, saya merasakan sikap muka dua, manipulasi. Saya ingin tahu mengapa anda mengerjakan ini, apa motif anda. Dan saya tidak merasa cukup aman untuk membuka diri kepada anda.” (Covey, 1997) Covey berpendapat bahwa kunci utama untuk pengaruh diri kita kepada orang lain adalah tingkah laku kita yang actual, sebagai contoh diri kita sendiri. Semua itu akan mengalir dengan sendirinya dari karakter atau orang macam apakah sebenarnya bukan apa yang orang lain katakan tentang kita atau juga apa yang ingin agar orang lain katakana tentang diri kita. Hal tersebut jelas dalam cara bagaimana orang lain benar-benar mengalami diri kita. Salah satu hal penting dalam hal tersebut diatas, menurut Covey adalah berusaha mengerti terlebih dahulu, yang memerlukan perubahan paradigm yang 200
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
sangat mendalam, oleh sebab kita biasanya berusaha lebih dahulu untuk dimengerti. Salah satu kunci yang ditekankan oleh Covey dalam kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu adalah mendengarkan secara empatik. Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti, mereka mendengar dengan maksud untuk menjawab. Mereka entah berbicara atau bersiap untuk berbicara. Mereka menyaring segalanya melalui paradigma mereka sendiri, membacakan autobiografi mereka kedalam kehidupan orang lain. “Begitulah yang terjadi dengan banyak orang. Kita dipenuhi dengan kebenaran kita sendiri, autobiografi kita sendiri. Kita ingin dimengerti. Percakapan kita menjadi monolog kolektif, dan kita tidak pernah benar-benar mengerti apa yang sedang berlangsung dalam diri orang lain.” Lanjut Covey (1997). Hal yang penting dalam mendengarkan juga disinggung oleh Covey. Ketika orang lain berbicara, kita biasanya “mendengarkan” dalam salah saru dari empat tingkat.
Kita
mungkin
mengabaikan
orang
itu,
tidak
benar-benar
mendengarkannya. Kita mungkin berpura-pura. “Ya. Hmm. Benar.” Kita mungkin mendengar secara selektif, mendengar hanya bagian-bagian tertentu dari percakapan. Kita sering melakukan ini sewaktu mendengar celotehan terus menerus dari anak prasekolah. Atau kita mungkin mendengar secara atentif, menaruh perhatian dan menfokuskan energy pada kata-kata yang diucapkan. Tetapu sedikit sekali dari kita pernah mempraktekan tingkat kelima, bentuk tertinggi dari mendengarkan, yaitu mendengarkan dengan empatik. Mendengarkan secara empatik yang dimaksud adalah mendengarkan dengan maksud untuk mengerti, berusaha terlebih dahulu untuk mengerti, untuk benar-benar mengerti. Covey menekankan, “Mendengar secara empatik masuk ke dalam kerangka acuan orang lain. Anda memandang keluar melewati kerangka acuan itu, anda melihat dunia dengan cara mereka melihat dunia, anda mengerti paradigma mereka, anda mengerti bagaimana perasaan mereka.” Mendengarkan empatik memerlukan jauh lebih banyak daripada sekadar mereka, merenungkan, atau bahkan mengerti kata-kata yang diucapkan. Dalam 201
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
mendengarkan secara empatik, kita mendengarkan dengan telinga, dan yang lebih penting lagi, kita juga mendengarkan dengan mata dan hati kita. Kita memperhatikan
perasaan,
makna.
Kita
memperhatikan
perilaku.
Kita
menggunakan otak kanan sekaligus otak kiri kita. Kita memahami, kita berintuisi, kita merasa. Kita mendengarkan itu semua dengan memperhatikan pula kata-kata yang diucapkan, suaranya, serta bahasa tubuhnya. Hal senada disampaikan oleh Soesanto (2009) tentang mendengarkan dengan aktif. Soesanto menggunakan istilah active listening yang pamornya dianggap sedang menanjak. Secara teknis, pendekatan ini digambarkan dengan kata RISE (Response, Interrupt, Support, Empathy).
Kebiasaan 6: Wujudkan Sinergi Mengutip Covey (1997), sinergi adalah intisari dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip. Sinergi adalah instisari dari keorangtuaan yang berpusat pada prinsip. Sinergi berfungsi sebagai katalisator, menyatukan, dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia. “Apakah sinergi? Sinergi berarti keseluruhannya lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Ia berarti hubungan antar bagian dimana bagian-bagian itu merupakan bagian didalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi bukan merupakan suatu bagian belaka, melainkan bagian yang paling bersifat katalisator, paling memberdaya, paling menyatukan dan paling menyenangkan.” Hal ini didukung oleh Senge (1990), khususnya bagian Team learning, yang mengatakan bahwa tim yang menyatu, selaras dan harmony akan membawa kepada sinergi yang menghasilkan sinar laser yang dapat menembus apa yang dilewatinya. “The fundamental characteristic of the relatively unaligned team is wasted energy. Individuals may work extraordinarily hard, but their efforts do not efficiently translate to team effort. By contrast, when a team becomes more aligned, a commonality of direction emerges, and individuals’ energies harmonize. There is less wasted energy. In fact, a resonance or synergy develops, like “coherent” light of a laser rather than the incoherent and scaterred light of a
202
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
light bulb. There is commonality of purpose, a shared vision, and understanding of how to complement one another’s effort.” Dilanjutkan di bagian lain, Senge memantapkan perihal sinergi ini dengan mengutip Heisenberg yang mengatakan dampak sinergi dari sebuah team learning, berikut ini adalah tulisannya, “He is enberg’s conversatios, recalled in vivid detail and emotion, illustrate the staggering potential of collaborative learning – that collectively, we can be more insightful, more intelligent than we can possibly be individually. The IQ of the team can, potentially, be much greater than the IQ of the individuals.” Mengutip Drucker (2007) tentang tugas pemimpin adalah menciptakan keselarasan diantara berbagai kekuatan yang ada, sehingga kekurangan yang ada menjadi tidak relevan. Hal ini dikemukakan oleh Soesanto (2009), bahwa pemimpin perlu fokus pada kekuatan dan bukan pada kelemahan. Dan cara terbaiknya adalah memberikan apresiasi atas kekuatan yang dimiliki.
Kebiasaan 7: Asahlah Gergaji Kebiasaan terakhir dalam kebiasaan pribadi efektif, Covey adalah mengasah gergaji. Ilustrasinya sama seperti orang yang sedang menggergaji pohon di hutan, dan terus menggergaji tanpa henti dalam beberapa jam. Orang yang menggergaji bekerja keras, dan semakin letih. Disanalah dibutuhkan waktu untuk beristirahat serta mengasah gergaji agar gergajinya kembali tajam. Covey adalah meluangkan waktu untuk mengasah gergaji. Kebiasaan ini melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigm tujuh kebiasaan karena ia adalah kebiasaan yang menjadikan semua kebiasaan lain mungkin. Dalam kebiasaan mengasah gergaji, asset terbesar yang kita miliki, yaitu diri kita ini dipelihara dan terus ditingkatkan. Kebiasaan ini memperbarui keempat dimensi alamiah kita, yaitu fisik, spiritual, mental, dan sosial/ emosional.
203
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan atau action research yang mana dilakukan untuk tujuan memecahkan masalah yang ada di suatu Institusi, sehingga penelitian ini difokuskan pada proses pemecahan masalah dengan tindakan.
Penelitian ini dirancang dengan mengacu pada penelitian tindakan
model Kemmis & McTaggart, yang terdiri dari 4 (empat) tahapan siklus yang saling berkaitan dan berkesinambungan, yaitu: 1.
Perencanaan (Planning)
2.
Pelaksanaan Tindakan (Acting)
3.
Pengamatan (Observing)
4.
Refleksi (Reflecting)
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Dan sesuai dengan konsep Action Research, maka masing-masing dengan beberapa tahapan pada siklus satu sebagai berikut: 1.
Perencanaan (Planning) a.
Mempersiapkan data nama seluruh karyawan
b.
Menyeleksi beberapa tim inti dari data seluruh karyawan
c.
Membuat instrument dan base line untuk observasi awal dan penilaian sebagai tindakan awal
d.
Merancang instrument pengamatan dan penilaian untuk selfassessment karyawan maupun untuk penilai
e.
Mempersiapkan Job Description
f.
Mempersiapkan Standard Operating Procedures (SOP) 204
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
g. 2.
No. 2 Desember 2015
Mempersiapkan Visi misi dan core values Institusi
Pelaksanaan Tindakan (Acting) a.
Melakukan sosialisasi pada karyawan tentang apa yang akan dilakukan bersama beserta tujuan, sasaran, dan manfaatnya
b.
Melakukan sosialisasi tentang kebiasaan pribadi efektif (Covey) kepada tim inti pada tanggal 21 Juli 2011, juga kepada seluruh karyawan di rapat bulanan pada tanggal 9 Agustus 2011
c.
Menetapkan rapat mingguan yang disepakati bersama oleh tim inti untuk membahas tentang perubahan-perubahan hal-hal strategis maupun operasional di luar rapat rutin yang ada. Rapat mingguan disepakati dilakukan seminggu sekali tiap hari Kamis pukul 9.30, dan setelah berjalan berubah menjadi tiap hari Rabu pagi pukul 9.30. Penyesuaian hari dilakukan karena adanya jadwal mengajar dan atau perjalanan dinas rutin bagi sebagian tim inti.
d.
Memperbarui, memperbaiki serta melengkapi Job Description & Standard Operating Procedures.
e.
Memperbarui, mempertajam dan mensosialisasikan visi misi Institusi, program studi yang terdahulu dan merancang core values. Institusi untuk menyamakan fondasi, arah dan sasaran bersama
f.
Melakukan komunikasi arah dan perbincangan dari hati ke hati kepada karyawan.
g.
Melakukan penerapan Covey di dalam setiap pertemuan yang telah disepakati.
h.
Menamai setiap ruangan seperti nilai inti yang telah dibuat, seperti Ruang Admin lantai bawah (Integrity Room); Ruang Marketing sebagai Innovation Room; Ruang Akademik & Operasional diganti 205
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
dengan Magnificence Room dan ruang kemahasiswaan menjadi Togetherness Room. i.
Memasang beberapa pigora Visi Misi baru dibeberapa titik.
j.
Menetapkan salah satu dinding di Ruang Innovation sebagai dinding pencapaian. Hal ini dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada yang berprestasi sebagai wujud dari kebiasaan berpikir menangmenang.
k.
Untuk menggiatkan gerakan kebersamaan, maka dinding di kantin dijadikan sebagai dinding kreatifitas. Bedanya dengan dinding pencapaian adalah foto-foto yang ditampilkan disini merupakan hasil dari kegiatan-kegiatan kebersamaan.
l.
Membuat mailing-list untuk seluruh karyawan dengan mengajak Tim Inti untuk berpartisipasi lebih dalam mengaktifkan pembahasan dan sharing untuk mendukung penerapan kebiasaan efektif ini.
3.
Observing (Pengamatan) a.
Tim Inti melakukan pengamatan terhadap perubahan atas dirinya dan timnya dalam menerapkan kebiasaan pribadi efektif Covey, dan sekaligus melakukan self-assessment tentang kebiasaan-kebiasaan tersebut atas dirinya sendiri dengan mengisi form yang telah disiapkan.
b.
Pada saat yang sama peneliti melakukan penilaian melalui assessment yang sama yang dilakukan terhadap tujuh tim inti, yaitu dengan mengisi form yang telah disiapkan, serta melakukan pengamatan atas hasil dari tindakan yang telah dilakukan, dengan mengambil rata-rata antara penilaian dari diri tim inti dengan penilaian dari peneliti.
c.
Setelah itu dilakukan penghitungan rata-rata antara hasil nilai dari self assessment tim inti dengan hasil penilaian peneliti, dengan cara 206
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
menjumlahkan variable penilaian yang sama antara kedua penilaian, kemudian hasilnya dibagi dua. 4.
Reflecting (Refleksi) a.
Secara keseluruhan hasil penilaian untuk tim inti menunjukkan ada peningkatan disetiap kebiasaan pribadi efektif yang diterapkan.
b.
Dari grafik menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan terlihat signifikan apabila dibandingkan dengan penilaian pada observasi awal.
c.
Ada yang tidak mengalami peningkatan, namun juga tidak mengalami penurunan, yaitu pada rata-rata angka yang tetap. Hal ini dapat dilihat dihasil perbandingan antara data awal dan siklus 1 dengan inisial nama IO, terletak pada kebiasaan 2: Mulai dari Akhir dari Pikiran dan kebiasaan 3: Dahulukan yang Utama.
d.
Apabila dilihat dari keseluruhan, maka selain ada satu tim inti yang mengalami stagnansi nilai pada dua kebiasaan, tim inti lain pada dasarnya mengalami kenaikan nilai.
e.
Dalam proses melakukan observasi, ada dua tim inti yang tidak dilanjutkan partisipasinya, yaitu tim dengan inisial AS dan GU. Hal ini disebabkan karena anggota tim dengan inisial ‘GU’ terdapat ketidak-konsisten-an didalam menghadiri rapat rutin yang ada, sehingga hasil tindakan dinilai tidak dapat mencapai titik maksimal bagi anggota tim tersebut.
f.
Untuk anggota tim dengan inisial ‘AS’, berubah status dari Full-time Lecturer (Staf pengajar penuh waktu) menjadi Part-time Lecturer (Staf pengajar paruh waktu), sehingga tidak dapat mengikuti pertemuan rutin secara maksimal.
207
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
g.
No. 2 Desember 2015
Melalui observasi, pengunaan Mailing-list masih dinilai tidak maksimal keaktifan-nya
Berdasarkan
hasil refleksi
pada
siklus 1,
maka
perlu
diadakan
pengembangan tindakan pada siklus 2, sebagai berikut: 1.
Planning (Perencanaan 2) a.
Mempersiapkan ‘buku sasaran’ untuk Tim Inti
b.
Menyusun jadwal penerapan tindakan kebiasaan efektif
c.
Menyiapkan instrument dan base-line untuk observasi dan penilaian di kegiatan siklus 2
d.
Memperbanyak Pigora yang berisi Visi Misi, core values Intitusi
e.
Menambahkan plakat-plakat pigora dari kebiasaan pribadi efektif Stephen Covey, maupun plakat yang menunjang penerapan Kebiasaan Pribadi Efektif
f. 2.
Mengembangkan lagi job description, SOP yang belum diperbarui
Acting (Tindakan 2) a.
Mengintensifkan sharing melalui mailing-list yang dibahas oleh tim inti untuk mengundang seluruh karyawan berpartisipasi aktif
b.
Melanjutkan apa yang sudah menjadi kebiasaan baru, yaitu rapat mingguan yang semakin intens dan direncanakan dengan lebih baik dan mengerucut
c.
Mengajak para tim inti untuk melakukan hal yang sama terhadap tim mereka, dengan pendampingan dari peneliti di rapat rutin mingguan per departemen
3.
Observing (Pengamatan 2) 208
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
a.
No. 2 Desember 2015
Tim Inti melakukan pengamatan terhadap perubahan atas dirinya dan timnya dalam menerapkan Kebiasaan Pribadi Efektif Covey, dan sekaligus melakukan self-assessment tentang kebiasaan-kebiasaan tersebut atas dirinya sendiri
b.
Pada saat yang sama peneliti melakukan penilaian melalui assessment yang sama yang dilakukan terhadap (tujuh tim inti, serta melakukan pengamatan atas hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
c.
Setelah itu melakukan perhitungan rata-rata dari hasil self assessment dengan hasil penilaian peneliti, dengan menjumlahkan nilai yang sama pada kebiasaan yang sama antara self-assessment dan Chairmanassessment.
4.
Reflecting (Refleksi 2) a.
Secara keseluruhan hasilnya menunjukkan ada peningkatan disetiap kebiasaan yang diterapkan dari tahap awal sampai ke siklus 2.
b.
Apabila dilihat dari total keseluruhan rata-rata per anggota tim inti, dapat dilihat bahwa semuanya telah mengalami peningkatan, ada yang memiliki skor peningkatan signifikan dan ada pula yang tidak tajam, namun konsisten kenaikannya, seperti ‘NN’ dari 2,9 menjadi 3,2 dan 3,4 pada siklus 2.
c.
Kenaikan yang cukup tajam terdapat pada tahap awal dan penilaian siklus satu dibandingkan dengan peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Di tahap awal ke siklus 1 peningkatan tertinggi mencapai 0,5 point sedangkan peningkatan tertinggi dari siklus 1 menuju ke siklus 2 adalah 0,2 point.
d.
Peningkatan tertinggi pada siklus 2 ini adalah 0,2 point yang diraih oleh DJ dari 3,6 menjadi 3,8; dan NN dari 3,2 menjadi 3,4.
209
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
e.
No. 2 Desember 2015
Peningkatan perkembangan tiap tim inti dapat diwakili melalui grafik 4.2 sampai dengan 4.8 yang menunjukkan hasil per orang dari observasi awal, siklus 1 dan siklus 2.
Kunci di dalam menerapkan Kebiasaan Pribadi Efektif Covey ada apa komitmen untuk melangkah, serta konsistensi dalam berusaha untuk terus menerapkannya kapanpun dan dimanapun berada. Hal ini bukan merupakan hal yang sederhana, seperti dapat dilihat dari jumlah partisipan yang berkurang dari 9 orang tim inti menjadi 7 orang tim inti. Orang memiliki komitmen tetapi tidak memiliki waktu untuk secara konsisten menerapkan dan melakukan kebiasaan efektif ini akan dengan sendirinya tergeser oleh waktu, begitu pula sebaliknya, orang yang konsisten namun tidak memiliki komitmen, akan kehabisan tenaga diperjalanan sebab tidak mengerti tujuan kemana. Dibutuhkan latihan yang penuh komitmen dan kekonsistenan dalam menerapkan kebiasaan pribadi efektif Covey ini, sebab menerapkannya sama dengan perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran didalam sikap proaktif; mengetahui sasaran jangka panjang dengan jelas, tanpa dapat dipengaruhi rutinitas sehari-hari yang seringkali mengaburkan pikiran dari tujuan yang sudah ditentukan. Di dalam meningkatkan sikap positif, perlu dengan bijak melihat apa hal utama yang harus didahulukan; mau mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum dimengerti oleh orang lain, sehingga mewujudkan pikiran menang menang, bukan menang sendiri ataupun menyalahkan orang lain, sebab sinergi yang terwujud sangat dibutuhkan untuk menjadi semakin efektif sebagai insan manusia. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa penilitian dan tindakan yang dilakukan selama dua siklus ini membuahkan hasil, seperti dapat dilihat pada hasil penelitian bahwa target yang ingin dicapai telah terpenuhi, yaitu 6 (enam) dari 7 (tujuh) tim inti telah mencapai skor diatas atau sama dengan 3,5 (tiga koma lima). 210
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
Hanya satu yang mencapai skor dibawah 3,5 (tiga koma lima), yaitu diangka 3,4 (tiga koma empat), namun, angka 3,4 (tiga koma empat) itupun didapat dengan perkembangan sikap dari nilai skor 2,9 (dua koma Sembilan) diawal penelitian. Tindakan ini disambut dengan baik disiklus pertama apabila dilihat dari peningkatan-peningkatan yang tajam di beberapa kebiasaan dan skor nilai yang ada. Hal ini disebabkan adanya kesadaran akan pentingnya kebiasaan efektif ini diterapkan serta hasil yang dapat dirasakan antar tim inti dengan tindakantindakan yang dilakukan, seperti rapat rutin mingguan yang ditungg-tunggu tiap minggunya oleh sebab keinginan tim inti untuk men-share-kan apa yang telah didapatkannya selama seminggu demi seminggu penerapannya. Memanusiakan manusia merupakan hal yang penting dalam hal peningkatan sikap positif ini. Menanamkan sikap positif haruslah dilakukan dengan tindakan yang
positif.
Bagaimanakah
kita
menerapkan
kebiasaan
efektif
untuk
meningkatkan sikap positif apabila metoda yang digunakan tidak positif? Keefektifan tindakan juga dapat dilihat dari upaya memanusiakan tim dengan memanggil tim inti satu per satu secara intens untuk berdialog dari hati ke hati. Mendengarkan apa yang dirasakan dan dipikirkan dengan seksama menciptakan kondisi yang positif bagi tim, sebab apa yang mengganjal dihati dan pikiran mereka dapat tersalurkan, selain itu, saat bicara hati ke hati memberikan kesempatan untuk dapat memberikan masukan demi masukan untuk perbaikan secara positif pula. Namun, dengan berjalannya waktu, kesibukan, masalah dan tuntutan juga terus melanda, serta aktifitas yang terus memberikan beban tersendiri untuk diselesaikan dengan cepat, maka ada sedikit perasaan capek untuk terus dengan rutin melaksanakan rapat mingguan, sebab terkadang dinilai ada hal operasional yang lebih penting untuk dilakukan dan dicarikan solusinya. Oleh karena itu, pada siklus 2 dilakukan pengembangan, yaitu:
211
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
1.
No. 2 Desember 2015
Penambahan renungan tiap minggu yang di-share-kan melalui mailing-list dan ditempel dipapan-papan pengumuman tiap departemen sebagai penyegaran disaat sibuk. Renungan diusahakan singkat dan bersifat cerita pengalaman yang dimaknai, serta terdapat gambar dan foto untuk visualisasi cerita, sehingga banyak kemungkinan para karyawan memiliki pengalaman yang sama tetapi berbeda persepsi dalam memaknainya tergerak untuk mengomentari atau paling tidak member kesejukan pikiran.
2.
Setiap orang senang melihat kemajuan dirinya dan orang lain, serta lebih menikmati suatu proses dengan tujuan yang jelas, oleh sebab itu dalam siklus 2, tim inti diberikan ‘buku sasaran’ untuk menuliskan sasaran-sasaran mingguannya, yang sebelumnya ditulis hanya di secarik kertas. Dengan demikian, perubahan demi perubahan dalam dirinya dapat terpantau didalam sebuah buku, dan dapat dipantaunya sendiri, serta dengan adanya buku, menggerakkan mereka untuk berpikir jauh kedepan dengan halamanhalaman kosong selanjutnya yang menunggu untuk diisi.
3.
Mengajak tim inti untuk menerapkan apa yang telah diterapkan bersama ini kepada tim, bawahan serta rekan-rekannya. Dengan melakukan ini, terdapat suatu excitement tersendiri untuk memotivasi melaksanakannya secara lebih konsisten. Selain itu, ketika tim, bawahan, rekan merasakan perubahan positif serta hasilnya, mereka pun akan mendorong tim inti ini untuk tetap melakukan bersama mereka. Hal ini diharapkan dapat mendorong konsistensi penerapan kebiasaan efektif ini. Melakukan perubahan sikap bukanlah hal yang sederhana seperti
membalikkan telapak tangan, dibutuhkan perjuangan, pengorbanan serta kesabaran didalam prosesnya. Berubah sikap sesaat saja itu satu hal, namun berubah sikap yang terbentuk secara permanen dalam hidupnya itu lain hal. Membangun sebuah kebiasaan itu seperti meletakkan dan membangun fondasi sebuah bangunan. Sebab dibutuhkan pengondisian dan pengulangan atas kebiasaan-kebiasaan baik tersebut. Didalam pengulangan itu terdapat banyak 212
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
celah untuk kembali kepada zona nyaman atau kebiasaan-kebiasaan lama. Setelah fondasi kuat dengan pengulangan, wujud bangunan akan mulai terlihat. Seperti dikatakan Aristotle, bahwa kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan. Dan pengulangan itu dapat dilakukan dengan mengajak tim inti untuk mempraktekkan apa yang telah dilakukan bersama-sama untuk menerapkan kebiasaan pribadi efektif Stephen Covey kepada bawahan, tim maupun rekanrekannya. Dengan demikian, efek multiplikasi dapat dimulai.
SIMPULAN Penerapan kebiasaan pribadi efektif Stephen Covey untuk meningkatkan sikap positif karyawan adalah metode yang tepat sasaran. Kebiasaan pribadi efektif Stephen Covey yang sederhana, membumi dan dalam ini memberikan inspirasi tersendiri bagi individu-individu maupun tim yang ingin menjadi individu maupun tim yang efektif. Didalam kehidupan sehari-hari dengan keadaan kehidupan perkotaan yang penuh tekanan ini, mengembangkan kebiasaan efektif ini mampu memberikan ketenangan pikiran dan kepositifan diri ditengah-tengah kebisingan dan kenegatifan lingkungan yang ada sekarang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kebiasaan pribadi efektif Stephen Covey untuk meningkatkan sikap positif karyawan ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a.
Peningkatan yang terjadi didalam siklus 1 dan siklus 2 mengena pada sasaran seiring dengan tindakan-tindakan yang diterapkan
b.
Tindakan yang dilakukan pada siklus 1 mengena dan sesuai dengan kondisi kampus dengan ditunjukkannya hasil peningkatan yang signifikan pada setiap tim inti
c.
Tindakan yang dilakukan pada siklus 2 mendukung dan menyempurnakan pada perubahan perilaku tim inti yang ditunjukkan oleh peningkatan angka
213
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
per anggota tim inti, serta implementasi yang dilakukan oleh tim inti kepada timnya d.
Secara keseluruhan, penerapan kebiasaan pribadi efektif Covey sudah mempengaruhi tim inti yang terlihat pada perubahan sikap yang semakin lebih baik dan positif dilapangan. Menanamkan dan meningkatkan sikap positif merupakan program, praktek
dan proses seumur hidup. Hal ini merupakan perjalanan yang harus ditempuh setiap hari. Harapan kedepan adalah kebiasaan pribadi efektif Covey dapat menjadi satu budaya positif institusi yang dapat terus berkembang. Untuk itu perlu dipikirkan hal-hal berikut: a.
Sebagai saran untuk penelitian berikutnya, apabila memiliki waktu yang lebih panjang, akan menjadi lebih maksimal apablia penerapan kebiasaan pribadi efektif ini dikaitkan langsung dengan pengukuran kinerja atau produktifitas.
b.
Penerapan kebiasaan pribadi efektif Covey tidak terbatas pada waktu melakukan penelitian ini, tetapi harus dilakukan secara konsisten dimanapun berada dan kapanpun waktunya
c.
Penerapan kebiasaan pribadi efektif Covey masih perlu untuk dilakukan lebih lanjut agar dapat memberikan dampak lebih luas lagi kepada karyawan dan staf secara menyeluruh, sehingga dapat menjadi sebuah budaya organisasi yang efektif
d.
Dilakukan kepada karyawan sejak mereka masuk sebagai karyawan yang baru untuk memberikan sentuhan kebiasaan yang akan dimulai sejak awal. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat menjadi suatu kebiasaan yang akan tertanam dalam kebiasaan kerjanya, dimana sikap positif dan kebiasaan efektif sudah ada didalam benaknya sebagai tuntutan dalam kehidupannya
214
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
e.
No. 2 Desember 2015
Mendorong lebih lagi untuk melakukan upaya multiplikasi yang akan membuat karyawan lain tertular kebiasaan efektif ini, sehingga dapat menerapkan hal yang sama kepada tim, bawahan, maupun rekannya. Hal ini diharapkan setiap karyawan memiliki kesadaran dan kemandirian untuk menerapkan kebiasaan efektif ini dengan tidak bergantung atas kehadiran sang pelopor. Sebab hal tersebut bukanlah merupakan kebiasaan efektif.
f.
Refleksi dan introspeksi diri yang berkesinambungan merupakan hal yang mutlak perlu untuk dilaksanakan terhadap sikap dan perilaku kita, sehingga menjadi lebih lengkap dengan perbaikan berkesinambungan yang ada dalam kebiasaan ketujuh, yaitu asah gergaji
g.
Menyarankan kepada setiap individu untuk menerapkan kebiasaan pribadi efektif Covey ini didalam kehidupan professional maupun keluarga dimanapun berada, kapanpun waktunya, kepada siapapun.
DAFTAR PUSTAKA Covey, Stephen. (1997). The Seven Habits of Highly Effective People. Binarupa Aksara. Bossidy. (2011). Larry & Charan, Ram with Burck, Charles, Execution, The Discipline of Getting Things Done. Random House Business Books. Edersheim, Elizabeth Haas. (2008). The Definitive Drucker. BIP. Harefa, Andrias. (2007). Sustainable Growth. Jakarta: Gramedia Pustaka. Kemmis, S & McTaggart, R. (1988). The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press. Kouzes, James M & Posner, Barry Z. (2008). The Leadership Learning. Merrill, A. Roger & Merrill, Rebecca R. (2004). First Things First. Interaksara. Moeljono, Djokosantoso. (2011). Beyond Leadership. Elex Media Komputindo. M.Christian. (2004). Time Management. Nexx Media Inc. Senge, Peter. (1990). The Fifth Discipline, The Art & Practice of the Learning Organization. Currency Doubleday. 215
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 2 Desember 2015
Susanto, A. B. (2009). Leadpreneurship. English Edition. Esensi. Susanto, A. B. (2009). Superleadership, Leading Others to Lead. Jakarta: Gramedia Pustaka.
LAMPIRAN
Gambar 1. Model Seven Habits of Highly Effective People Sumber: Covey (1997)
Gambar 2. Empat dimensi asah gergaji Sumber: Covey (1997)
216