Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
PENERAPAN IPTEKS BAGI KELOMPOK TANI TERNAK SAPI-KELAPA DI DESA SAWANGAN Endang Pudjihastuti* Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115
ABSTRAK
ABSTRACT
Pembangunan pertanian dan peternakan saling mendukung dan menguntungkan, sehingga sistem pertanian terpadu memberi manfaat yang besar bagi keduanya. Permasalahannya adalah kelompok tani ternak sapi “Habel I” dan “Habel II” di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara belum mempunyai pemahaman dan pengetahuan pengembangan ternak sapi. Berdasarkan hal tersebut, maka telah dilakukan pemberdayaan anggota kelompok melalui kegiatan penerapan ipteks dengan metode penyuluhan dan pelatihan. Keberhasilan usaha ternak sapi ditentukan oleh 3 unsur yang saling terkait yaitu: bibit, pakan dan manajemen. Kelompok tani ternak sapi “Habel I” dan “Habel II” melakukan proses produksi ternak sapi yang diintegrasikan dengan tanaman kelapa. Pemanfaatan lahan dibawah pohon kelapa untuk hijauan juga berfungsi sebagai cover crop. Anggota kelompok merespon dengan baik kegiatan penerapan ipteks melalui penyuluhan dan pelatihan, hal ini terlihat dari tersedianya rumput gajah dwarf di perkebunan kelapa seluas 0,5 Ha. Produk lain yang dihasilkan berupa silase dan pupuk kompos serta pelaksanaan IB (5 ekor sapi). Penerapan ipteks melalui kegiatan IbM dapat dilanjutkan apabila ada pendampingan dari perguruan tinggi.
THE APPLICATION OF SCIENCE AND TECHNOLOGY FOR BEEF-CATTLE AND COCONUT FARMER GROUPS IN SAWANGAN VILLAGE. Agriculture and livestock development are beneficial and mutually depending each other, so that integrated farming systems provide great benefits for both aspect. But there are some problem for this: Two beef-cattle farmer groups “Habel I” and “Habel II” at Sawangan Village, District Airmadidi, North Minahasa regency do not have any understanding and knowledge about proper cattle-farming development. Based on this, it has made the empowerment of members of the group through the application of science and technology with counseling and training methods. Principally, beef cattle business success is determined by three interrelated elements, e.g. seeds, feed and management. Beef-cattle farmer groups “Habel I” and “Habel II” integrates cattlefarming with coconut plantations simultaneously. Utilization of field under coconut trees to forage also serves as a cover crop. Members of the farmer group responded well to the application of science and technology activities through counseling and training , it can be seen from the availability of dwarf elephant grass in coconut plantations covering an area of 0.5 Ha . Other products produced in the form of silage and compost as well as the implementation of an assisted insemination ( 5 cows) . The application of science and technology through IbM activities can be resumed if there’s any assistance from the universities.
Kata kunci:
Sapi, kelapa, ipteks, kelompok tani
*
Keywords: Cattle, coconut, technology, farmer
Korespondensi (corresponding author): Email:
[email protected]
250
science groups
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
mendominasi di daerah ini. Kelapa banyak
PENDAHULUAN
dibudidayakan di daerah dataran sampai bergelombang. Lahan di bawah pohon
1. Analisis Situasi Kabupaten
Minahasa
Utara
kelapa banyak dimanfaatkan masyarakat
memiliki luas wilayah sebesar 1.059,24
petani dengan ditanami jagung, padi
km2 yang terbagi dalam 10 kecamatan dan
ladang dan pisang. Pola usaha tani terpadu
125 desa. Adapun batas-batas wilayah
ini menunjukkan pertumbuhan yang baik
adalah: sebelah utara dengan Kabupaten
(Anonimous, 2012).
Kepulauan Sangihe, Laut Sulawesi dan
Kecamatan Airmadidi merupakan
Laut Maluku; sebelah Timur dengan Kota
salah
satu
kecamatan
yang
ada
di
Bitung, sebelah Selatan dengan Kabupaten
Kabupaten Minahasa Utara. Kecamatan ini
Minahasa dan sebelah Barat dengan Kota
memiliki luas lahan panen kelapa sebesar
Manado.
10,13 persen dari total luas lahan kelapa di
Jumlah penduduk Minahasa Utara
Kabupaten Minahasa Utara. Lahan di
tercatat sebanyak 191.036 jiwa. Penduduk
bawah pohon kelapa dimanfaatkan baik
yang bekerja atau sementara tidak bekerja
untuk tanaman pangan maupun hijauan
berjumlah 81.685 orang atau 91,02 persen
makanan ternak. Limbah tanaman pangan
dari
sementara
merupakan sumber pakan sapi, sebaliknya
penduduk yang tidak bekerja/menganggur
kotoran ternak sapi dapat dimanfaatkan
berjumlah
untuk peningkatan kesuburan lahan.
total
angkatan
8.056
kerja,
orang
atau
tingkat
pengangguran sebesar 8,98 persen. Angka
Ternak sapi sebagai salah satu
pengangguran ini cukup tinggi sehingga
sumber pendapatan masyarakat Kecamatan
dibutuhkan lapangan pekerjaan. Sektor
Airmadidi.
pertanian merupakan lapangan pekerjaan
Kecamatan ini cukup tinggi yaitu sebesar
bagi semua angkatan kerja.
13,95 persen dari total populasi ternak sapi
Sektor pertanian di Minahasa Utara
Populasi
ternak
sapi
di
yang ada. Populasi ternak bertambah,
mencakup sub sektor tanaman pangan,
otomatis
perkebunan, peternakan, perikanan dan
Dampak berikutnya yang secara langsung
hortikultura. Pertanian tanaman pangan
dirasakan
didominasi oleh padi, jagung, kacang
pendapatan dan kesejahteraannya.
tanah, kacang kedelai, ubi kayu dan ubi
produksi
petani
daging
adalah
Pembangunan
jalar. Perkebunan kelapa juga sangat
peternakan 251
saling
meningkat.
peningkatan
pertanian
dan
mendukung
dan
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
menguntungkan, sehingga sistem pertanian
kelompok
terpadu memberi manfaat yang besar bagi
pengembangan ternak sapi di bawah pohon
keduanya (Salendu, 2012). Di satu sisi,
kelapa.
hasil pertanian seperti jagung, ubi kayu,
kelompok produktif tetapi usaha ternak
rumput-rumputan, limbah pertanian dapat
sapi masih dipelihara secara tradisional.
dimanfaatkan
Kelompok
ini
adalah
merupakan
Ternak sapi digunakan sebagai
sehingga ada nilai tambahnya. Secara tidak
tenaga kerja untuk mengangkut produk
langsung kebutuhan pakan (hijauan dan
tanaman kelapa. Artinya adanya ternak
konsentrat) bagi ternak dapat dipenuhi. Di
sapi sangat berkontribusi terhadap proses
sisi lain, pupuk kandang sebagai limbah
produksi
ternak sangat diperlukan sebagai sumber
Permasalahannya lahan di bawah kelapa
organik bagi tanaman guna menyuburkan
belum
tanah, sehingga produktivitas pertanian
pengembangan hijauan makanan ternak.
meningkat.
Lahan di bawah pohon kelapa milik sapi
pakan
diantaranya
ternak
Ternak
sebagai
ini
di
Kecamatan
usaha,
walaupun
sebagai
lahan
pengembangan tanaman pangan (jagung).
usaha
Ternak sapi hanya mengkonsumsi
sebagai
rumput yang tumbuh liar di bawah pohon
tabungan. Permasalahannya adalah usaha
kelapa. Pengetahuan anggota kelompok
peternakan sapi masih didominasi oleh
untuk pengembangan hijauan berkualitas
sistem pemeliharaan induk-anak sebagai
masih sangat rendah. Padahal menurut
penghasil
Mariyono
sampingan
tapi
sebagai
dimanfaatkan
kelapa.
anggota kelompok dimanfaatkan untuk
Airmadidi cukup populer sebagai salah satu
tanaman
dianggap
bakalan/pedet
(calf
cow
dan
Romjali
(2007),
operation). Seratus persen usaha ini
pengembangan ternak sapi potong dapat
dilakukan oleh peternak rakyat yang pada
dilakukan dengan pola integrasi tanaman
umumnya
ternak melalui pendekatan berkelanjutan.
belum
menerapkan
konsep
usaha intensif.
Pendekatan berkelanjutan dapat dilakukan
Pengembangan ternak sapi di desa Sawangan
Kecamatan
dengan biaya murah dan optimalisasi
Airmadidi
pemanfaatan limbah atau yang dikenal
dilakukan oleh anggota kelompok dengan
dengan
sistem yang tradisional. Kelompok yang
sustainable agricultura (LEISA) dan zero
mengembangkan ternak sapi di desa ini
waste terutama di wilayah perkebunan.
adalah kelompok “Habel I dan Habel II”.
istilah
low
external
input
Berdasarkan kondisi dan pemikiran
Kelompok ini berdiri sejak tahun 2010 dan
di
terdiri dari 8 orang anggota. Program
pemberdayaan kelompok tani ternak sapi 252
atas
maka
perlu
dilakukan
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
di bawah pohon kelapa. Mansyur et al.
sapi. Pakan yang semakin baik kualitasnya
(2009)
dan
mengemukakan
bahwa
sistem
jumlah
yang
diberikan
sesuai
integrasi tanaman-ternak sapi mempunyai
kebutuhan makin besar
banyak
diantaranya
ditimbulkan dan makin besar pula energi
tersedianya sumber pakan, menekan biaya
yang tersimpan dalam bentuk daging
pengendalian
(Anonimous, 2000). Sapi dalam masa
keuntungan
kesuburan tanaman
gulma,
tanah, utama
meningkatkan
meningkatkan dan
membagi
hasil
pertumbuhan
risiko
dan
tenaga
sedang
segi
dapat meningkatkan produktivitas lahan
Permasalahannya
yang lebih tinggi, sehingga memberikan
sering
keuntungan yang lebih besar bagi petani-
memperoleh
peternak (Salendu dan Elly, 2012). Usaha
produktivitas ternak sapi rendah.
terintegrasi adalah usaha yang saling saling
mendukung,
menyusui
memerlukan pakan yang memadai dari
kerugian. Keuntungan-keuntungan tersebut
terkait,
yang
kualitas
dan
kuantitasnya.
anggota
mengalami
kelompok
kesulitan
hijauan,
dalam sehingga
Hasil pra survei Tim Fakultas
saling
Peternakan, menunjukkan bahwa masalah
memperkuat dan saling menguntungkan
prioritas yang dihadapi oleh kelompok tani
(sinergis). Pemberdayaan ini dilakukan
ternak sapi “Habel I” dan “Habel II”
melalui penerapan teknologi dengan tujuan
adalah :
untuk meningkatkan pengetahuan dan
1. Kurangnya
pengetahuan
anggota
keterampilan anggota kelompok dalam
kelompok untuk pengembangan ternak
meningkatkan manajemen usaha ternak
sapi
sapi. Peningkatan manajemen usaha ternak
tanaman perkebunan kelapa. Padahal
sapi ini diharapkan agar pendapatan
lahan
anggota kelompok lebih maksimal.
dimanfaatkan
yang
di
diintegrasikan
bawah sebagai
dengan
kelapa
dapat
lahan
pakan
hijauan, dan kotoran ternak sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos
2. Permasalahan Mitra Lahan di bawah pohon kelapa milik
anggota
kelompok
untuk meningkatkan kesuburan tanah.
tidak
2. Kurangnya
pengetahuan
anggota
dimanfaatkan dengan maksimal. Menurut
kelompok tentang penyediaan pakan
Salendu (2012), biasanya ternak sapi
(hijauan) yang kontinu dan berkualitas.
dipelihara di bawah pohon kelapa dengan
Hal ini yang menyebabkan berat badan
mengkonsumsi rumput liar yang tumbuh di
ternak sapi rendah. Apabila anggota
lahan tersebut. Pakan merupakan sumber
kelompok dapat menyediakan pakan
energi utama untuk pertumbuhan ternak
(hijauan) secara kontinu dan berkualitas 253
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
maka
produksi
daging
sapi
akan
diproses menjadi kompos sebesar 3 kg.
meningkat. Teknologi inovasi pakan
Harga
murah
1.500/kg.
untuk
usaha
ISSN 0852 -2626
pengembangan
pupuk
diasumsikan
Dalam
sehari
Rp akan
ternak sapi diharapkan dapat memenuhi
menghasilkan pendapatan dari pupuk
target:
sebesar Rp 4.500. Dalam setahun
Menekan kematian pedet pra-sapih
seekor
kurang dari 3 persen.
pendapatan pupuk kompos sebesar Rp
Jarak beranak selambat-lambatnya
1.642.500,4. Kurangnya
dari 14 bulan
sapi
dapat
menghasil
pengetahuan
Laju pertambahan bobot badan
kelompok
harian
sampai
Pengembangan ternak sapi selama ini
disapih umur 7 bulan sekurang-
dilakukan dengan cara kawin alami.
kurangnya 0.4 kg
Padahal menurut Arbi (2009), metode
Skor kondisi tubuh (kegemukan)
kawin suntik prosesnya lebih mudah
induk selama menyusui dalam
dan
kategori sedang.
perkawinan alami.Selain itu bibit kawin
(PBBH)
pedet
tentang
sederhana
kawin
anggota
dibanding
suntik.
dengan
Teknologi pengawetan pakan yang bisa
suntik lebih terjamin dibanding kawin
dilakukan adalah diantaranya dengan
alami. 5. Anggota kelompok melakukan proses
pembuatan silase anggota
produksi usahatani ternaknya tanpa
pemanfaatan
recording sehingga kegiatan-kegiatan
kotoran ternak sapi sebagai pupuk
yang dilakukan tanpa data yang akurat
kompos. Pupuk kompos bermanfaat
karena
untuk menambah kesuburan tanah
anggota kelompok. Selain itu anggota
dengan biaya yang lebih rendah.
kelompok belum pernah menganalisis
Pemanfaatan pupuk kompos dilakukan
hasil
untuk
biaya
kurangnya pengetahuan mereka tentang
yang
analisis cash flow. Analisis usaha bagi
3. Kurangnya kelompok
pengeluaran
pengetahuan tentang
meminimalkan pupuk
buatan
hanya
dari
berdasarkan
usaha
mereka
karena
harganya meningkat terus. Selain itu
kelompok
pupuk kompos
pengembangan ternak sapi ke arah
dapat
memberikan
komersial.
alternative pendapatan bagi anggota kelompok.
Seekor
ternak
sapi
menghasilkan 10 kg feses/hari yang
254
penting
ingatan
untuk
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
sangat disukai ternak (Polakitan dan
MATERI DAN METODE
Kairupan, 2009).
PELAKSANAAN
b. Introduksi Teknologi dengan kawin Berdasarkan permasalahan prioritas
suntik (IB)
kelompok tani ternak sapi “Habel I” dan “Habel
II”
Desa
diperlukan
Sawangan
pemberdayaan
Introduksi
maka
dilakukan
melalui
teknologi
ini
praktek
cara
terhadap
mengawinkan yang diperagakan oleh
kelompok tersebut. Pemberdayaan yang
inseminator dari Dinar Pertanian dan
dilakukan
beberapa
Peternakan Kabupeten Minahasa Utara,
masalah prioritas yang dapat dilakukan
sekaligus mengawinkan ternak sapi
dengan dua metode sebagai berikut yakni
milik anggota kelompok (5 ekor).
penyuluhan dan pelatihan
Sebelum pelaksanaan IB, dilakukan
untuk
Setelah
menangani
dilakukan
penyuluhan
terlebih dahulu
sinkronisasi
estrus.
terhadap anggota kelompok, selanjutnya
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
dilakukan
anggota
efisiensi dan penyesuaian produksi
kelompok tani ternak sapi “Habel I” dan
dengan kebutuhan pasar. Bila estrus
“Habel II”. Pelatihan dimaksud adalah
muncul
praktek penerapan teknologi. Pelatihan
perkawinan dapat di persingkat dan
dilakukan dengan memanfaatkan beberapa
dapat
orang mahasiswa.
apabila perkawinan dilakukan melalui
a. Penanaman hijauan berupa rumput
IB (Feradis, 2010).
pelatihan
bagi
Penanaman rumput dilakukan
serentak
menghemat
maka
biaya
musim
terutama
c. Pembuatan Kompos
pada lahan yang belum dimanfaatkan
Pembuatan
pupuk
kompos
yaitu lahan di bawah pohon kelapa (0,5
mengikuti prosedur sebagai berikut:
Ha). Rumput yang ditanam adalah
Tempat yang digunakan adalah bak
rumput
yang dibagi tiga ruang dan beralaskan
gajah
purpureumcv
dwarf
ini
tanah. Dasar bak dilapisi pasir. Ukuran
cukup
ruang adalah 3 x 3 x 0,6 meter. Tempat
tinggi, selain itu menghasilkan anakan
pembuatan kompos sebaiknya memiliki
yang banyak, mempunyai akar yang
atap yang dapat melindungi pupuk dari
kuat,
panas
mempunyai
mott).
(Pennisetum
produksi
batang
mempunyai
yang ruas-ruas
Rumput yang
tidak daun
keras,
dan
hujan.
Bahan
yang
yang
dibutuhkan adalah kotoran sapi, jerami
banyak serta daun yang muda sehingga
padi, dan EM4. Jerami yang sudah dikeringkan ditumpuk dalam ruang 255
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
pertama setinggi 15 cm, kemudian
Setelah 20 hari bahan kompos dipindah
masukkan kotoran sapi yang sudah
ke
dikeringkan sambil diinjak-injak agar
kompos ini selama 6 hari. Kompos yang
padat. Kemudian ditebarkan EM4 yang
sudah jadi akan berwarna coklat atau
telah dicampur dengan air dan gula
kehitaman dan tidak mengeluarkan bau
pasir.
menyengat (Anonimous, 2008).
Demikian
seterusnya
tahap
tersebut diulang sampai ruang penuh.
ruang
ketiga.
Diamkan
bahan
d. Pembuatan Silase
Diamkan selama enam hari, setelah
Cara
pembuatan
silase
dari
enam hari aduk dan pindahkan bahan
rumput dwarf segar mengikuti cara
kompos ke ruang kedua. Suhu pupuk
seperti dapat dilihat pada Gambar 1,
harus selalu dipantau idealnya 600C.
bagan
cara
Rumput Dwarf Segar
Dipotong-potong 2,5 cm (Atau Menggunakan Cooper)
Dimasukkan Dalam Karung Plastik (Kedap Udara)
Setiap 15 cm rumput dwarf, ditaburi dedak
Karung Diisi Padat,
kemudian diikat Proses fermentasi (3 minggu)
Siap diberikan ke ternak sapi
Gambar 1. Bagan Cara Pembuatan Silase
256
pembuatan
silase.
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
e. Pelatihan cara pembuatan recording
ISSN 0852 -2626
penyuluhan direspon dengan baik oleh
oleh anggota kelompok dan análisis
anggota kelompok. Kelompok tani ternak sapi “Habel
cash flow integrasi usaha ternak sapi-
I” dan “Habel II” melakukan proses
kelapa
produksi ternak sapi yang diintegrasikan dengan kelapa. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan usaha tani
HASIL DAN PEMBAHASAN
pola Pembangunan
(Crop
Livestock
System)
dan
meningkatkan produksi keuntungan lebih
peternakan di Minahasa Utara saling
tinggi dibandingkan dengan non-CLS.
mendukung dan menguntungkan, sehingga
Menurut Channabasavanna et al. (2009),
sistem pertanian terpadu memberi manfaat
Integrated
yang besar bagi keduanya. Pembangunan
produktif dan menguntungkan. Hal ini
peternakan
dapat
mengindikasikan bahwa integrasi ternak
dilakukan dengan mengembangkan model
sapi dengan tanaman dapat memberi
integrasi kelapa-ternak sapi (Salendu dan
manfaat bagi ternak tersebut maupun bagi
Elly, 2012). Pola usaha tani terintegrasi
tanaman. Elly (2008) dan Salendu et al.
menurut Ahmed et al. (2011) adalah
(2012) mengemukakan bahwa pendapatan
sistem pertanian terbaik dalam hal sumber
dari usaha yang terintegrasi lebih besar
daya, efisiensi, produktivitas, produksi dan
dibandingkan usaha ternak sapi kelapa
suplai makanan.
yang tidak terintegrasi.
yang
pertanian
CLS
berkelanjutan
Farming
System
sangat
Usaha ternak sapi adalah salah satu
Keberhasilan usaha ternak sapi
usaha yang dapat diandalkan kelompok
ditentukan oleh 3 unsur yang saling terkait
tani ternak sapi “Habel I” dan “Habel II”
yaitu
di desa Sawangan. Produktivitas ternak
Keberhasilan usaha tersebut tergantung
sapi dapat ditingkatkan dengan melibatkan
karakteristik
anggota kelompok maupun pemerintah.
Karakteristik anggota kelompok dilihat
Berkaitan dengan pemikiran di atas maka
dari umur dan tingkat pendidikan mereka.
bibit,
pakan
dan
anggota
manajemen.
kelompok.
anggota kelompok telah diberdayakan
Keberhasilan usaha ternak sapi
dengan cara memberikan penyuluhan dan
ditentukan oleh umur anggota kelompok.
pelatihan. Materi penyuluhan menyangkut
Umur anggota kelompok berkisar antara
integrasi ternak sapi dan tanaman kelapa
37-47 tahun. Rata-rata umur anggota
serta hal – hal yang berkaitan dengan
kelompok Maesa adalah 43,25 tahun.
manajemen usaha ternak sapi. Acara
Kondisi ini menunjukkan bahwa umur 257
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
anggota kedua kelompok dikategorikan masih
produktif.
Mereka
ISSN 0852 -2626
Standar
memiliki
makanan
kebutuhan
ternak
per
ekor
hijauan per
hari
kemampuan fisik yang cukup kuat untuk
berdasarkan Satuan Ternak Sapi menurut
melaksanakan kegiatan usahatani. Menurut
Anonimous (2010) adalah: ternak dewasa
Kiswanto et al. (2004), adopsi teknologi
(1
erat kaitannya dengan produktivitas usaha.
sebanyak 35 kg, ternak muda (0,50 ST)
Lebih lanjut dinyatakan bahwa umur
sebanyak 15-17,5 kg dan anak ternak (0,25
merupakan salah satu faktor yang dapat
ST) sebanyak 7.5-9 kg/ekor/hari. Untuk
mempengaruhi
memenuhi kebutuhan ini maka anggota
produktivitas
usaha
penggemukan sapi potong.
ST)
memerlukan
pakan
hijauan
kelompok harus menyiapkan lahan hijauan
Tingkat pendidikan berkisar antara
makanan ternak.
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Penerapan
ipteks
dilakukan
Rata-rata
anggota
berkualitas di lahan di bawah pohon kelapa
kelompok maesa adalah SMP 12,5% dan
0,5 Ha yang ditanami rumput drawf.
SMA
Penanaman rumput ini sangat direspon
pendidikan
87,5%.
mempengaruhi
Tingkat adopsi
pendidikan
teknologi
oleh
(2004),
Apabila
lahan
dibawah
pohon
pendidikan
yang
kelapa dimanfaatkan dengan menanam
memungkinkan
dapat
rumput yang berkualitas maka pendapatan
mengubah sikap dan perilakunya untuk
yang diperoleh akan lebih tinggi (Salendu,
bertindak lebih rasional. Tindakan ini
2012
memberi peluang untuk lebih berhasil
Pemanfaatan lahan dibawah pohon kelapa
dalam mengelola usaha tani.
untuk hijauan juga berfungsi sebagai cover
semakin
tingkat
hijauan
oleh anggota kelompok.
anggota kelompok. Menurut Kiswanto et al.
introduksi
telah
sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). tingat
adalah
yang
tinggi
Masalah
yang
dihadapi
dan
Salendu
et
al.,
2012).
dalam
crop. Tanaman penutup tanah merupakan
pengembangan ternak sapi adalah pakan
suatu tindakan konservasi pada saat bukan
hijauan yang tidak tersedia. Ternak sapi
musim tanam (Rahim, 2006).
hanya diberikan rumput lapangan dan limbah
pertanian
untuk
Anggota kelompok juga dilatih
memenuhi
untuk pengawetan rumput dalam bentuk
kebutuhan pakan hijauan atau ternak sapi
silase. Hal ini dilakukan untuk mengatasi
digembalakan di lahan perkebunan kelapa
apabila terjadi kelebihan produksi dan
atau lahan yang kering lainnya dan
dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.
dibiarkan mengkonsumsi rumput yang
Dengan adanya silase maka kebutuhan
tumbuh liar.
pakan sapi dapat terpenuhi. Prosedur 258
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
pembuatan silase adalah: rumput dwarf segar
dipotong-potong
–
ditumpuk setinggi 15 Cm, kemudian
Kemudian rumput tersebut dimasukkan ke
dimasukkan kotoran sapi sambil diinjak-
dalam kantong plastik kedap udara. Setiap
injak agar padat.
15 cm rumput segar ditaburi dengan dedak
EM4 yang telah ditaburkan air dan gula
padi, demikian seterusnya sampai kantong
pasir.
plastik terisi penuh dan padat. Setelah
tersebut diulang sampai ruang pertama
rumputnya diisi padat, kantong plastik di
terisi penuh dan di diamkan selama 6 hari.
tutup
Proses
Setelah hari ke enam, bahan kompos
pembuatan selama 21 hari dan setelah
diaduk dan dipindahkan ke ruang ke dua.
dibuka mengeluarkan bau harum dan agak
Suhu
asam. Pembuatan silase ini sangat direspon
idealnya 600C. Setelah 20 hari, bahan
oleh anggota kelompok.
kompos dipindah ke ruang ke tiga.
rapat
Menurut
5
Jerami padi yang sudah dikeringkan
cm.
dengan
2
ISSN 0852 -2626
(diikat).
pupuk
seterusnya
harus
selalu
tahapan
dipantau,
(2005),
Diamkan selama 6 hari. Kompos yang
dapat
sudah jadi adalah yang sudah cukup
mempertahankan
mengalami pelapukan dan dicirikan oleh
keanekaragaman dan kehidupan organismo
warna yang sudah berbeda dengan warna
tanah. Indikasinya bahwa pupuk kandang
bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar
sangat dibutuhkan dalam meningkatkan
air rendah dan sesuai suhu ruang.
pemberian
Suwandi
Demikian
Kemudian ditaburkan
pupuk
meningkatkan
kandang
dan
kesuburan tanah. Prasetyo dan Suriadikarta (2006) mengatakan bahwa pemberian bahan organik dari pupuk kandang dan sisa
KESIMPULAN
tanaman dapat memperbaiki sifat fisik Anggota kelompok “Habel I” dan
tanah. dilatih
“Habel II” merespon dengan baik kegiatan
membuat kompos dengan memanfaatkan
penerapan ipteks melalui penyuluhan dan
kotoran sapi yang ada di kandang. Pada
pelatihan. Hal ini terlihat dari tersedianya
awalnya
yang
rumput di lahan di perkebunan kelapa
beralaskan tanah dan berukuran 3 x 3 x 0,6
seluas 0.5 Ha. Produk lain yang dihasilkan
meter. Dasar bak dilapisi pasir. Tempat
berupa silase, pupuk kompos dan IB (5
pembuatan kompos sebaiknya memiliki
ekor sapi). Penerapan ipteks melalui
atap yang dapat melindungi pupuk dari
kegiatan IbM dapat dilanjutkan apabila ada
panas dan hujan.
pendampingan dari perguruan tinggi.
Anggota
dibuat
kelompok
tiga
ruang/bak
259
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Saran yang disampaikan adalah agar konsep integrated farming system dapat terlaksana dengan maksimal maka anggota
kelompok
dilatih
ISSN 0852 -2626
selanjutnya
untuk membuat biogas. Program kelompok lainnya adalah mengembangkan pupuk
Channabasavana, A.S., D.P. Birodar, K.N. Prabhudev dan M. Hegde. 2009. Development of profitable integrated farming system for small and medium farmers of tungabhadra project area of karnataka. India. Karnataka j. Agric.Sci. 22(1): 25-27.
kompossampai ke tingkat produsen, hal ini diperlukan
intervensi
dari
pemerintah
dalam bentuk pendampingan dan bantuan mesin pencetak dan pengepak.
Elly, F.H. 2008. Dampak Biaya Transaksi Terhadap Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Usaha Ternak SapiTanaman di Sulawesi Utara. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, N. K., K. Zander and S. T. Garnett. 2011. Socioeconomic aspect of rice-fish farming in Bangladesh; opportunities, challenges and production efficiency. Australian J. Agric and Resour Ec.55 (2): 199-219.
Feradis, 2010. Reproduksi Ternak. Penerbit Alfabeta. Bandung. Kiswanto, A. Prabowo dan Widyantoro. 2004. Transformasi Struktur Usaha Penggemukan Sapi Potong di Lampung Tengah. Dalam: Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Prosiding Seminar. Balai Penelitian dan pengembangan pertanian Departemen Pertanian. p:111-121.
Anonimous, 2000. Budidaya Ternak Sapi Potong (Bos sp.). Deputi Kementerian Negara Riset dan Teknologi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. Anonimous, 2008. Cara Praktis Membuat Kompos. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Mansyur., N.P. Indrani, I. Susilawati dan T. Dhalika. 2009. Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Pakan di Bawah Naungan Perkebunan Pisang. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung.
Anonimous, 2010. Pedoman Teknis Perluasan Areal Kebun Hijauan Makanan Ternak. Kementrian Pertanian. Jakarta. Anonimous, 2012. Minahasa Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Utara.
Mariyono dan E. Romjali. 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi Pakan Murah untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Arbi, P. 2009. Analisa Kelayakan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Jati 260
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 250 - 261 (Januari 2016)
Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
ISSN 0852 -2626
Salendu, A.H.S dan F.H. Elly. 2012. Model Integrasi Kelapa-Ternak Sapi sebagai Suatu Pendekatan Ecofarming di Sulawesi Utara. Dalam: Strategi Pengembangan Peternakan Masa Depan Melalui Pendekatan Eco-farming. Prosiding Seminar. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Polakitan, D dan A. Kairupan. 2009. Pertumbuhan dan Produktivitas Rumput Gajah Dwarf Pada Umur Yang Berbeda. http://peternakan.litbang.deptan.go.i d/. Accesed: 20 Oktober 2015. Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk penembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 25(2): 39-47.
Salendu, A.H.S., Maryunani, Soemarsono and B. Polii. 2012. Integration of Cattle-Coconut in South Minahasa regency. In: the 2nd International Seminar on Animal Industry 2012 (ISAI). Proceeding. Faculty of Animal Scince Bogor Agriculture University. Bogor.
Rahim, S.E. 2006. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta.
Suwandi, 2005. Keberlanjutan Usahatani Terpadu. Pola Padi Sawah – Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Salendu, A.H.S. 2012. Perspektif Pengelolaan Agroekosistem KelapaTernak Sapi Di Minahasa Selatan. Disertasi. Program Pascasarjana Ilmu Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang.
261