THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK PENGOLAH GULA SEMUT Tri Widodo Besar Riyadi1), Nugroho Tri Atmoko2),Tri Tjahjono3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email:
[email protected], 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email :
[email protected] 3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email :
[email protected] 1
Abstract As the harmful effect of sugar has become increasingly more evident, people are now turning to find out natural alternatives. Coconut sugar derived from the coconut palm tree has long been considered as the one that can replace sugar since it is nutritious and has lower on the glycemic index than sugar.Coconut sugar is normally processes in two steps. Firstly, a cut is made by a slice on the flower of the coconut palm and leave the container a night to collect the liquid sap released by the flower. Secondly, the liquid sap is heated to evaporate the water content. The coconut sugar is produced by the condensation of the liquid sap. The condensed coconut sugar is then shaped into cylindrical bar. To crystallize, the bar is chrused conventionally into powder using coconut shell. As the market demand is significantly high, this method is less efficient. The community service program namely IbM for domestic entrepreneur of sugar ‘semut’ has been conducted by designing and building a new machine to process the coconut bar into powder. The equipment was manufactured using a combination of gear box and pulley to yield a suitable or optimum speed of rotating plate in order to maintain the quality of the sugar. The result of the program showed that the average production capacity has increased by 350 %, from 20 kg/day to 70 kg/day. The use of the new machine still could maintain the quality of coconut sugar. To sum up, the program of IbM has given a positive change on an entrepreneurship of the local community of coconut sugar producer in Cilacap area. Keywords: Coconut sugar semut, new machine, combined transmission 1. PENDAHULUAN Sampai saat ini, Indonesia masih menjadisalah satu produsen gula kelapa terbesar di dunia karena mempunyai kapasitas produksi yang mencapai sekitar 120.000 ton per tahun (Suliyanto, dkk, 2012). Hal tersebut dimungkinkan oleh luas lahan untuk tanaman kelapa mencapai 3,707 juta ha, atau 31,2% dari total areal tanaman kelapa di dunia yaitu 11,909 juta ha. Sebagian besar tanaman kelapa tersebut dimanfaatkan sebagai penghasil nira yang menjadi bahan baku gula kelapa. Di antara daerah penyumbang gula kelapa nasional, sebanyak 70 persen pasokan gula kelapa berasal dari Wilayah Eks Karesidenan Banyumas, termasuk didalamnya dari Kabupaten Cilacap (Mustaufik, 2010).
THE 5TH URECOL
Kabupaten Cilacap merupakan salah satu sentra penghasil gula kelapa yang sangat potensial di Indonesia. Hal ini terlihat dari dari areal perkebunan untuk tanaman kelapa seluas 24.329,9 Ha, dengan kapasitas produksi gula kelapa sebanyak 45.121.747 ton/tahun (BPS Kab. Cilacap, 2014). Banyaknya tanaman pohon kelapa di kab Cilacap ini disebabkan oleh letak geografis dan kondisi iklim di Kabupaten Cilacap yang sebagian besar berada pada daerah dataran rendah dan pantai sehingga sangat mendukung untuk pertumbuhan pohon kelapa. Wilayah Kabupaten Cilacap Provinsiadalah bagian dari Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sebelah barat daya, dengan posisi diantara 108o 4’ 30” – 109o 30’ 30” garis
964
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
bujur timur dan 7o 30’ - 7o 45’ 20”garis lintang selatan. Luas wilayah Kabupaten Cilacap 225.361 Ha; dengan perincian 29,94 persen merupakan lahan sawah dan 70,06 persen merupakan lahan kering atau bukan lahan sawah. Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Cilacap untuk tahun 2013, musim hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli (507.0 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (29 mm). Suhu maksimum tercatat 35,2o C terjadi pada bulan Maret, sedangkan suhu minimum terendah 29.8o C terjadi pada bulan Agustus (BPS Kabupaten Cilacap, 2014). Besarnya hasil gula kelapa dengan dukungan luas areal tanam pohon kelapa yang besar dan iklim yang sesuai membuat potensi industri gula kelapa dan turunan produknya di Kabupaten Cilacap perlu dikembangkan lebih serius. Gula kelapa berwarna coklat tua atau kekuningan dan mempunyai kadar gizi seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Gula kelapa memiliki potensi pasar yang besar, baik potensi pasar dalam negeri maupun potensi pasar ekspor. Sebuah laporan (Suara Merdeka, 2012) menyebutkan bahwa pada tahun 2012 kebutuhan konsumsi gula nasional mencapai angka sekitar 4.85 juta ton, yang digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti konsumsi rumah tangga serta industri pengolahan makanan dan minuman. Kebutuhan tersebut ternyata belum bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri karena pabrik gula di Indonesia hanya mampu memproduksi gula (terutama gula tebu) sekitar 50%. Kondisi ini memaksa Indonesia untuk mendatangkan gula tebu dari negara lain.Dengan keterbatasan produksi gula tebu tersebut maka diperlukan usaha untuk menambah persediaan gula dengan mencari alternatif sumber-sumber gula alami non tebu. Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Gula Kelapa per 100 gram (Sumber: Santoso, 1993) Zat Gizi Kalori Karbonat Lemak Protein Kalsium
THE 5TH URECOL
Jumlah 386 kal 76 gr 10 gr 3 gr 76 mgr
Zat Gizi Fosfor Air
UAD, Yogyakarta
Jumlah 37 mgr 10 gr
Gula kelapa kristal atau yang biasa disebut gula semut, merupakan salah satu produk yang mempunyai prospek cukup tinggi untuk dikembangkan dan dapat diandalkan menjadi pengganti gula tebu.Produk gula kelapa kristal mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan gula kelapa cetak, yaitu: daya simpan yang lebih lama, harga jual lebih tinggi, pengemasan dan pengangkutan lebih mudah karena lebih ringkas, serta mempunyai rasa dan aroma yang lebih khas (Mustaufik dan Haryanti, 2006). Selain itu, pemanfaatan produk gula semut dapat lebih praktis seperti untuk bumbu masak dan pemanis minuman yang dapat dijumpai di hotel-hotel dan café. Menurut Standar Industri Indonesia (2000), gula kelapa kristalmerupakan hasil olahan nira kelapa yang berbentuk serbuk/kristal setelah melalui proses kristalisasi. Tabel 2 menunjukkan komposisi nira segar kelapa. Tabel 2.Komposisi Zat Gizi pada Nira Segar (Sumber: Santoso, 1993) Zat Gizi Total padatan Sukrosa Abu Protein Vitamin C Berat Jenis pada 290C
Kadar 15,20 – 19,70 12,30 – 17,40 0,11 – 0,41 0,23 – 0,32 16,00 – 1,077 1,0958 – 1,077
Untuk memproduksi gula kelapa kristal dilakukan beberapa tahapan pengolahan. Tahapan proses produksi gula semut adalah sebagai berikut: 1. Penyadapan, yaitu proses pengambilan nira dari pohon kelapa. 2. Penyaringan, yaitu proses untuk membersihkan nira dari kotoran yang umumnya berasal dari bunga kelapa dan serangga (ulat, semut, lebah).Nira yang berkualitas tinggi mempunyai rasa yang manis, berbau harum, dan tidak berwarna atau bening. 3. Pemasakan, yaitu proses pemanasan nira
965
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
pada suhu 110-120oC selama sekitar 4 jam sampai menghasilkan cairan kental. 4. Kristalisasi, yaitu proses pembentukan kristal dari larutan gula kental hasil proses pemasakan. Cara tradisional yang banyak dilakukan adalah dengan menggosokan gula kental menggunakan tempurung kelapa sampai menghasilkan gula padat berbentuk berbentuk kristal (Gambar 1). 5. Pengeringan, yaitu proses untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada gula kristal sampai sekitar 2-5%. Proses ini dapat dilakukan dengan cara memanaskan gula serbuk di bawah sinar matahari, disangrai atau di-oven.
Gambar 1. Proses pengkristalan dengan menggunakan tempurung kelapa Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan usaha dan produksi gula semut adalah sebagai berikut: 1) Pengrajin gula semut pada umumnya merupakan usaha mikro perseorangan. Usaha skala rumah tangga ini hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sederhana, sehingga teknik pengolahan yang dilakukan cenderung seadanya karena dianggap sebagai usaha sampingan baik sebagai petani maupun peternak. Padahal, kelancaran proses produksi sangat tergantung kepada keberadaan peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi gula semut. 2) Kapasitas produksi pengrajin gula semut skala rumah tangga cukup kecil, yaitu hanya mampu memproduksi rata-rata 8.5
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
kg/hari. Hal ini terkendala oleh kapasitas produksi dari alat yang digunakan. Tujuan pokok dari program pengabdian masyarakat ini adalah untuk untuk merancang dan membangun alat pengolah gula semut dengan putaran rendah. Target yang diharapkan dari Program pengabdian masyarakat (IbM) kelompok usaha pengolahan gula semut ini adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan pendapatan anggota kelompok usaha gula semut karena hasil produksinya dapat meningkat dalam waktu pengerjaan yang sama. 2. Mengurangi pengangguran usia produktif dengan membuka usaha pengolahan gula semut yang baru di wilayahnya dengan hasil yang menjanjikan. 3. Adanya perubahan perilaku tentang jiwa kewirausahaan pada masyarakat sekitar dengan peningkatan produksi gula semut. Luaran yang diharapkan dari Program pengabdian masyarakat (IbM) kelompok usaha pengolahan gula semut ini adalah sebagai berikut: 1. Rancang bangun mesin pengolah gula semut dengan mesin penggerak motor, dan pemanas kompor gas. Penggunaan rancangan mesin ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi dibanding kondisi sebelumnya. 2. Menghasilkan spesifikasi produk gula semut yang memenuhi permintaan pasar domestik dan pasar ekspor. 2. KAJIAN LITERATUR Edwin (2012) melaporkan telah berhasil merancang dan membangun mesin pengkristal gula merah yang dimanfaatkan oleh industri pengkristal gula merah di daerah Playen, Banyusoco, Gunung kidul, Yogyakarta. Mesin pengkristal gula merah ini memanfaatkan gaya sentrifugal pada proses pengkristalannya, yaitu dengan mengaduk air gula di dalam tabung pengkristalan kemudian dipanasi sehingga air menguap dan gula akan berubah menjadi butiran kristal. Mesin ini berhasil meningkatkan efisiensi waktu pada proses pengkristalan, memproduksi 5 kg gula merah hanya membutuhkan waktu 80 menit,
966
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
sedangkan secara konvensional memproduksi gula 5 kg membutuhkan waktu 180 menit. Novi (2014) melaporkan bahwa pada prinsipnya proses produksi gula semut meliputi: proses pengaturan pH dan penyaringan nira atau pemilihan gula cetak, pemanasan/pemasakan nira atau larutan gula, proses solidifikasi, proses granulasi atau kristalisasi, pengayakan, pengeringan, dan pengemasan. Pembuatan gula semut secara tradisional menghasilkan keseragaman butiran dan produktifitas yang rendah, sehingga perlu adanya upaya mekanisasi proses pengkristalan gula semut. Pada penelitian yang dilakukan telah berhasil menyempurnakan proses pengkristalan gula dengan menggunakan mesin disc mill. Prinsip kerja mesin tersebut adalah dengan menggerus gula dengan gaya tekan dan gaya gesek antara dua piringan,yang mana piringan yang satu berputar sesuai kecepatan putar dan yang lainnya diam. Mesin tersebut telah berhasil meningkatkan kualitas produksi gula semut dengan menghasilkan keseragaman besar butir kristal yang dihasilkan dan meningkatkan produktivitas hasil. Kecepatan putar optimal secara teoritis yang didapat pada penelitian ini yaitu 964 rpm dan kecepatan putar (rpm) berpengaruh terhadap, ukuran partikel, derajat kehalusan (FM), dan rendemen butiran. Selain itu pada tahun 1868, Jesse membuat dan mendapat hak paten untuk penemuan barunya yakni alat yang dapat membuat granulasi gula sekaligus pengeringan gula. Anthony tahun 1980 untuk pertama kali memperkenalkan temuannya dibidang kristalisasi gula dengan metode spraying atau penyemprotan cairan gula yang dicampur dengan air, kemudian pada tahun 1929 Bernard menyempurnakan kristalisasi dengan metode yang sama yaitu kristalisasi gula dengan metode spraying atau penyemprotan cairan gula panas yang kemudian didinginkan secara cepat dan dengan cara ini terbukti lebih efektif. Pada tahun 1931, Pender mempublikasikan hak patennya untuk alat pengiris gula yang mampu menghasilkan ukuran gula yang sama. Zhangwan pada tahun 2005 di Tiongkok diberi hak paten untuk alat granulasi gula merah sederhana dengan menempatkan pisau
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
berputar pada poros yang digerakan oleh motor melalui mekanisme pulley. 3. METODE PENELITIAN Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan pada pengolahan gula semut pertama kali adalah dengan melakukan koordinasi dengan mitra dan melakukan identifikasi prioritas permasalahan mitra sebagai dasar dari penyelesaian permasalahan. Salah satu masalah yang telah diidentifikasi dan memerlukan untuk segera diselesaikan yaitu peningkatan kapasitas produksi dan perbaikan kualitas produk gula semut. Untuk mengatasi kedua masalah ini adalah dengan mengganti proses pengolahan gula semut konvesional dengan mengganti proses mekanis yang menggunakan system transmisi yang menghasilkan kecepatam optimum sehingga dapat menghasilkan ukuran serbuk sesuai permintaan pasar, di samping juga dengan tetap mempertahankan mutu yang meliputi aroma, rasa dan warna. Pembuatan mesin diawali dengan tahap perancangan menggunakan software komersial AutoCAD, dan diikuti dengan perhitungan beban dan kekuatan komponen mesin untuk menentukan diameter poros, ukuran pulley, dan kecepatan putar masukan dan keluaran. 4. HASIL KEGIATAN Pelaksanaan program untuk mengatasi permasalahan yang ada dibagi ke dalam beberapa langkah, yaitu: 4.1 Tahap sosialisasi program Tujuan awal dari tahapan sosialisasi program adalah untuk mengidentifikasi permasalahan di lapangan, dengan bertemu langsung pelaku usaha pengolahan gula semut. Dalam pertemuan tersbut juga dilakukan diskusi tentang rencana pengembangan UKM ke depan. Kegiatan sosialisasi program pengabdian kampus ke masyarakat mengacu pada materi proposal pengabdian. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah adanya pertemuan dan tingkat antusiasme peserta. Kondisi berikut menggambarkan hasil pertemuan dan diskusi dengan pelaku usaha pengolahan gula semut.
967
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
-
-
-
-
18 February 2017
UKM Ikhwah Mandiri Cipari dan UKM Prioritas Kesugihan, keduanya berlokasi di Kabupaten Cilacap, tidak mengambil bahan baku nira mentah langsung dari pohon, melainkan mendapatkan bahan baku untuk membuat gula semut dari para petani anggota kelompok. Gula yang disetorkan ke UKM sudah mengalami proses pemasakan, sehingga UKM ini mendapatkan bahan bakunya sudah berbentuk gula batangan setengah matang. UKM sudah bekerjasama dengan kurang lebih 150 petani lokal guna mencukupi kebutuhan pasar. Lama pengerjaan untuk proses pengkristalan itu sendiri adalah 2 hari. Lamanya proses pengkristalan ini dikarenakan UKM masih menggunakan metode konvensional yakni dengan menggunakan batok kelapa yang digeruskan di atas bahan baku gula dan proses pengeringan kadar air pada gula semut masih menggunakan bantuan cahaya matahari/dijemur di terik matahari. Secara umum kualitas yang diinginkan konsumen yaitu mulai dari rasa, aroma, warna semua dalam kondisi bagus. Untuk ukuran bulir dari gula semut sendiri tergantung permintaan pasar, yaitu untuk kualitas ekspor berkisar antara 18-20 mesh,sedangkan untuk kualitas lokal yaitusekitar 14-15 mesh. Ukuran perbedaan bulir ini hanya akan menyebabkan perbedaan kelarutan, dimana gula akan mudah larut jika ukuran mesh semakin kecil. Kendala utama proses pengolahan gula adalah pada lama proses pengurangan kadar air/pengeringan ketika gula sudah berbentuk kristal. Hal ini disebabkan karena proses pengeringan masih menggunakan tenaga matahari yang juga kadang terkendala cuaca yang kerap berganti-ganti. Proses pengeringan gula semut tidak menggunakan oven berbahan bakar gas dikarenakan dapat merubah warna, tekstur, rasa, dan bau dari gula semut. Untuk itu maka pemanasandengan menggunakan oven dapat mengurangi kualitas dari gula tersebut.
THE 5TH URECOL
-
-
-
-
UAD, Yogyakarta
UKM Ikhwah Mandiri sudah berhasil memproduksi gula semut tidak hanya dengan satu macam varian rasa (original), melainkan sudah memproduksi dengan 6 macam variasi gula semut yang berbeda yakni: 1. Gula semut temu lawak 2. Gula semut jahe 3. Gula semut kulit manggis 4. Gula semut daun sirih 5. Gula semut beras kencur, 6. Gula semut kunyit putih dan daun sirsak. Semua varian ini diperoleh dengan cara mencampurkan bahan tambahan alami berbentuk ekstrak kedalam gula batangan setengah matang pada saat proses peleburan/pemasakan ulang sebelum masuk tahap pengkristalan. Di UKM Ikhwah tidak mengenal istilah kualitas produk unggul maupun non unggul, karena semua produk akan diperlakukan mempunyai mutu yang sama baiknya. Jika cuaca dalam kondisi mendung maka gula semut yang dihasilkan cenderung berwarna coklat tua sedangkan sebaliknya jika cuaca cerah warna gula aren cenderung coklat muda tetapirasa gula akan tetap sama walaupun cuaca berubahubah. Harga tergantung iklim dan cuaca. Secara umum harga gula kelapa di tingkat petani harganya sekitar 11– 13ribu rupiah per kg, untuk tingkat grosir berkisar 21 – 23ribu rupiah per kg, dan di tingkat pengecer berkisar26 – 29ribu rupiah per kg.
4.2 Tahapan desain mesin pengkristal Tujuan dari kegiatan tahap ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan produk sesuai desain, perancangan dan pembuatan mesin gula semut. Kegiatan ini meliputi beberapa tahapan yaitu tahap diskusi kebutuhan mesin, diskusi standar produk, perancangan spesifikasi desain dan geometri, proses permesinan, dan pengujian awal mesin. Hasil diskusi dituangkan dalam bentuk materi rancangan teknik dan gambar mesin, alat/perlengkapan untuk pembuatan mesin. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah
968
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
terwujudnya mesin pengolah gula semut, yaitu bagian pengkristal. Gambar 2 berikut adalah hasil gambar perancangan untuk pengolah gula semut. Mekanisasi alat ini menggunakan V-BeltdanGearbox pada sistem transmisi untuk mereduksi putaran dari motor penggerak agar tercipta putaran rendah, yaitu antara 60 – 100 putaran per menit.
-
-
UAD, Yogyakarta
Ruang pengkristalan, Digunakan sebagai tempat/wadah pada saat gula mengalami proses pengkristalan. Pelat pengkristalan, Berfungsi untuk menggerus sekaligus mengoyak gula yang sudah ada di ruang pengkristal, dengan prinsip kerja menggerus dan mengoyak diantara 2 pelat piringan bergerigi.
Gambar hasil rancang bangun alat pengrkristal gula semut dapat dilihat pada Gambar 3. Mesin pengolah gula ini menggunakan kombinasi gear box dan pulley, dengan menghasilkan variasi kecepatan putar antara 60 – 100 rpm. Hasil gula semut kristal yang sedang dijemur dapat dilihat pada Gambar 4. Setelah kering maka gula dimasukkan dalam kemasan plastik, seperti terlihat pada Gambar 5. Gambar 2. Desain mesin pengkristal gula semut Keterangan pada Gambar 2: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Corong Masuk Ruang Pengkristal Corong Keluar Rangka Pulley 3 Poros 2 Dudukan Gearbox Piringan Pengkristal Poros Ruang Pengkristal Ball bearing Pulley 4 Belt Poros 3 Gearbox Motor Penggerak Pulley 2 Poros 1 Dudukan Motor Penggerak
Gambar 3. Alat pengkristal gula semut
Fungsi dari komponen pokok dari mesin tersebut adalah sebagai berikut: - Corong masuk, digunakan sebagai tempat memasukan bahan baku gula yang akan di kristalisasi, selain itu juga berfungsi untuk mengarahkan gula agar tepat masuk kedalam ruang pengkristalan.
THE 5TH URECOL
969
Gambar 4. Proses penjemuan gula semut
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
= Efisiensi Produksi = Kapasitas produksi menggunakan alat = Kapasitas produksi manual Dengan demikian, penggunaan mesin pengolah dapat meningkatkan kapasitas produksi dari 20 kg menjadi 70 kg dalam satu hari, atau meningkat 350 persen. Sebagai catatan bahwa peningkatan ini dicapai dengan tetap mempertahankan kualitas gula seperti pada penggunaan tenaga manusia yang tetap mempertahankan karakter gula seperti aroma, warna dan rasa yang khas.
Gambar 5. Produk gula semut dalam kemasan 4.3 Efisiensi Alat Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan manfaat alat. Perhitungan juga didasarkan pada data yang diperoleh dari pelaku UKM yang telah mengetahui proses pengolahan gula semut sebelum adanya alat dan setelah ada alat: a. Pengolahan dengan metode konvensionalUntuk produksi gula semut dalam satu hari, dengan menggunakan tenaga kerja 3 orang, maka dapat menghasilkan produksi sekitar 20 kg gula semut. Sehingga kapasitas produksinya adalah 20 kg/hari. b. Pengolahan dengan menggunakan alat hasil rancangan mesin IbM Untuk produksi gula semut dalam satu hari, cukup dengan menggunakan 2 tenaga manusia ditambah dengan mesin pengolah, maka dapat menghasilkan produksi sekitar 70 kg. Sehingga kapasitas produksi adalah 70 kg/hari. Dalam hal ini ongkos biaya tenaga kerja 3 orang dianggap sama dengan 2 tenaga manusia ditambah biaya bahan bakar 1 buah mesin. Prosentase kapasitas produksi sebelum dan sesudah menggunakan alat dihitung dengan persamaan (1) berikut: =
100%
…………..(1)
70 100% 20 = 350% =
5. KESIMPULAN Dengan mengaplikasikan mesin pengolah gula semut maka telah meningkatkan kapasitas produksi sebesar 350 persen. Dengan menggunakan mekanisme sistem transmisi perpaduan antara V-Belt dan Gearbox yang menghasilkan kecepatan rendah maka mutu gula masih terjaga 6. UCAPAN TERIMA KASIH Program pengabdian masyarakan IbM ini dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Nomor: 006/SP2H/LT/DRPM/ II/2016, tanggal 17 Februari 2016. 7. REFERENSI Anthony Monti. 1980. Sugar-crystallizing apparatus. Patents US1724627. Diakses online di https://www.google. co.id tgl 2 Januari 2017. Bernard H Varnau. 1929. Sugar-crystallizing apparatus. Patents US1724627. Diakses online di https://www.google.co. id tgl 5 Januari 2017. BPS Kab. Cilacap. 2014. Cilacap Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap. Culbert James Pender. 1931. Cane Slicer And Leveler Attachment for Sugar-Mill Rolls. Patents US1797673. Diakses
Dimana : THE 5TH URECOL
970
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
online di https://www.google.co.id tgl 2 Januari 2017 Edwin. 2012.Perancangan Mesin Pengkristal Gula Jawa, Yogyakarta, Universitas Negri Yogyakarta. Jesse Hanford. 1869. Improved Machine for Granulating and Drying Sugar. patents/USRE3501. Diakses Online dihttps://www.google.co.id tgl 2 Januari 2017. Mustaufik. 2010. Pengembangan Agroindusti Gula Kelapa Kristal sebagai Sumber Gula Alternatif untuk Mengurangi Ketergantungan Dunia terhadap Gula Tebu. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unsoed. Mustaufik dan Pepita Haryanti. 2006. Evaluasi Keamanan Pangan dan Penyimpangan Mutu Gula Kelapa Kristal di Kawasan Home Industri Gula Kelapa Kabupaten Purbalingga. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unsoed. Santoso, Hieronymus Budi. 1995. Pembuatan Gula Kelapa. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Standart Nasional Indonesia (SNI). 2000. Suliyanto. Suroso, Agus. Rosyad, Anisur. Rokhman, Ali. Budiarti, Laeli dan Jati, Dian Purnomo. 2013. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Gula Kelapa: Potensi, Masalah dan Teknologi. UPT Percetakan Universitas Jenderal Soedirman. Zhangwan. 2005. Brown Sugar Granulating Machine. PatentsCN2692157Y. Diakses online di https://www.google.co.id tgl 3 Januari 2017.
THE 5TH URECOL
971
ISBN 978-979-3812-42-7