IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK PERAJIN BATIK 1 Tamriatin Hidayah, 1Agustin Hariprasetyowati, 2Zainollah 1 Dosen Manajemen,Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mandala
[email protected] 2 Dosen Ekonomi Pembangunan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mandala Abstract Activity of IbM is a Community Service activity with the target is economically productive communities (groups of batik artisans) such as Wasp Honey (formerly name is Rangga Kencana) Rural District of Tamanan and Puri Batik Sogol in village of Dawuhan Mangli Sukowono Jember.Problems faced by the partner of IbM are in the Business Management and Problem Management Administration issues. Problem solving approach is done through the stages of observation, surveys, discussions with partners relating to the activities to be executed, the student participant debriefing, counseling and follow-up assistance. In addition it is also equipped with tools to help partners. Expected outcomes of this activity is a method and journal or National Publications. Alternative solutions are taken, including science, and technology activities in synergy with IbK through specific tenants for Entrepreneurship batik, rearrange schedules to adjust to the academic calendar, the schedule adapts to partners, and provide follow-up assistance in December. Possible to proceed further assistance, if requested by the partner or partners of the cost of Institutions Mandala College - Jember Keywords: IbM, Batik, business management 1. PENDAHULUAN Kesenian batik adalah
daerah kesenian
gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu.Sejarah Indonesia
pembatikan berkait
dipengaruhi
oleh
erat
di dan
perkembangan
kerajaan Majapahit serta penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa
catatan,
pengembangan
batik banyak dilakukan pada masamasa kerajaan Mataram, termasuk
162
yang
menjadi
kekuasaannya, berkembang yang
wilayah
kemudian
lebih
pada masa kerajaan
berpusat
di
Solo
dan
Yogyakarta. Selanjutnya, batik yang tadinya
hanya
pakaian
keluarga
kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi
pekerjaan kaum wanita dalam rumah
Ketika industri batik lebih banyak
tangganya
digeluti
untuk
senggang,
mengisi
sekaligus
waktu bernilai
oleh
ibu-ibu
maupun
pekerja/pengrajin yang berusia paruh
ekonomi.
baya, maka ada stereotype yang
Persaingan yang semakin meningkat
menyatakan
di
mencakup
untuk kalangan tua dan bekerja
berbagai komoditi – termasuk produk
dibatik belum memberikan imbalan
batik: batik tulis bersaing dengan
yang menjajikan. Sementara sedikit
batik printing maupun batik cap,
pula kalangan muda yang tertarik
segmen
menggeluti
era
globalisasi,
pasar
menghendaki
yang
ditujupun
pendekatan
yang
bahwa
batik,
batik
hanya
padahal
batik
merupakan sektor wirausaha yang
berbeda, bagi yang peka terhadap
perlu
harga nampaknya batik printing dan
bukankah
batik cap mampu bersaing dengan
menjadi semacam katup penyedia
produk tekstil lainnya, sedangkan
atau pencipta pekerjaan khususnya
bagi yang menghendaki keunikan
bagikalanganmudayang
serta kualitas akan lebih memilih
dituntutuntukmampumengembangka
batik tulis.
npotensinyasecaramaksimal,
MasyarakatBondowoso,
sebaliknya lapangan kerja di sektor
Jemberdansekitarnya
lebih
dikembangkan
Wirausaha
lagi
nampaknya
rata-rata
pemerintah dan swasta tidak selalu
masihbanyak yang memakai batik
mencukupi dengan jumlah angkatan
luardaerahseperti
kerja yang ada.
batik
Solo,Jogja,Pekalongandan lain-lain.
Di
Hal
semangatmembatikmenggebubebera
ini
JawaTimur,
disebabkankarenaterbatasnyapengraji
pa
n
kotatersebut,
Diawaliketikasatu demi satukota di
membanjirnya produk batik lain
JawaTimurmemproklamirkandaerahn
daerah, persepsi tentang harga batik
yasebagaiprodusen
tulis yang relatif mahal daripada
motif yang dipatenkansebagai “khas”
batik cap atau batik printing.
milikdaerahnya.Semangatberbatikda
batik
di
tahunterakhirini
nbanggamemakai
(2009-2010).
batik
batik
dengan
daerah
163
sendirilangsungdigalakkan.Parapega
tepat dan tidak luntur, sebagian dari
waipemerintahkabupaten
mereka
diwajibkanmengenakan
belajar
ke
Balai
Batik
batik
Yogyakarta. Setelah itu kami diminta
setiapKamisdanJum’at.Sementaramu
untuk berproduksi.Modal saya saat
ridsekolahmengenakanseragam batik
itu sekitar Rp7 juta untuk membeli
seharidalamsepekan.
alat dan bahan,” lanjut Yayuk yang
Berbagai
romantika
kehidupan
menggarap
perajin
di
kawasan
dilalui oleh para penggiat batik di
Prayungan.Semangat berbatik dan
berbagai
bangga memakai batik daerah sendiri
kota
di
Jawa
Timur,
sebagaimana pengalaman dari Bu Pudji Rahayu
langsung digalakkan.
(guru SMK) di
Bojonegoroyang
mesti
Nani Rusetiani (50), pegawai
belajar
Dinas Kominfo Bojonegoro, juga
kualitas warna, NaniRusetiani (PNS)
menjadi penggerak pengembangan
di Bojonegoromeski telah melansir
batik di kota itu. “persoalan utama
sembilan motif namun kesulitan
waktu
bagaimana
melansir sembilan motif batik, lalu
memproduksinya,
itu
adalah
setelah
kita
sertaErnawatipengusaha batik Mrico
bagaimana
Bolongdi
yang
rela menguras tabungan agar industri
mengeluhkan tingginya harga bahan
ini betul-betul berputar. Saya belajar
baku batik khususnya kain sementara
ke
harga jual batik relatif tetap dan
peralatan
adanya penetrasi kain batik printing
pembuatan
di pasaran.
mengumpulkan kain, bahan pewarna,
Mojokerto,
Pengalaman SPd,
MPd
Pudji
Rahayu,
(Yayuk)sebagaimana
terungkap dalam
Kompas Minggu
dan
memproduksinya?Saya
Pekalongan,
kemudian
untuk batik
lain-lain,
beli
membangun cap,
pokoknya
juga
semua
dimulai dari nol” Tuturnya. Berbagai
kendalapun
mesti
27 Maret 2011/ hal. 17, seorang guru
dihadapi dengan cerdas dan sabar,
SMA yang kini merangkap menjadi
sebagaimana
pengusaha
Ernawati (pengusaha batik Mrico
”Untuk
batik,
kualitas
oleh
warna,
Bolong Mojokerto) dalam Kompas,
termasuk memperoleh warna yang
Rabu, 23 Maret 2011/ Sosok, hal
164
belajar
menuturkan
disampaikan
16,yang
mengeluhkan
tingginya
perajin
sekaligus
kreator
dan
harga bahan baku kain batik saat
inovator desain dan motif batik
ini.Padahal katanya, harga kain batik
Mrico Bolong khas tanah Mojopahit,
sulit dinaikkan. “harga bahan baku
Ernawati mempunyai obsesi besar
kain batik sangat mahal. Misalnya,
untuk memasyarakatkan kain batik
kain
biasa
“Mrico Bolong” sebagaimana kain
Padahal,
batik asal Yogjakarta, Solo, dan
sebelumnya hanya Rp350.000” ujar
Madura yang lebih dulu dikenal oleh
Ernawati.Keadaan diperparah dengan
masyarakat.
primisima
Rp585.000
kualitas
per
piece.
banjir kain batik printing yang sangat murah.Banjir
batik
printing
di
Jadi,
bila
sebelumnya
ada
kota
memiliki
tradisi
pasaran memukul perajin dan usaha
membatik
kecil batik sebagaimana dirasakan
karena berbagai sebab, seharusnya
Ernawati.” Harga kain batik printing
berkaca pada pengalaman berbagai
yang hanya Rp30.000 di pasaran
daerah
menghancurkan usaha batik tulis,”
Bojonegoro,
katanya.
Masyarakat di sini tak mengenal kata
Ernawati patut bangga dengan hasil
kreatif-inovatifnya
mengembangkan Bolong”
di
batik bumi
“Mrico Mojopahit
(Mojokerto).Pasalnya tahun2002 Bolong
desain
karyanya
batik telah
dalam
tetapi
yang
di
kemudian
Jawa
Timur,
Mojokerto,
mati
seperti Madura.
mustahil untuk memulai. Sementara
disisi
lain,tradisimembatik
yang
turuntemuruntakdikenal
di
sejak
Bondowoso, maupun di kota Jember.
Mrico
Kalaupun mulai ada dan dirintis
menjadi
tidak lepas dari peran pemerintah
seragam wajib bagi pegawai instansi
provinsi
pemerintah dan kantor-kantor dinas
Pemerintah Kabupaten, baik melalui
di wilayah kota dan Kabupaten
dinas/instansi terkait maupun melalui
Mojokerto.
sekolah/SMK.
Kain batik ciptaan Ernawati menjadi masyarakat
bagian
dari
Jawa
Timur
Sebagai
maupun
warisan
budaya Indonesia (Heritage) yang
identitas
telah diakui dunia termasuk badan
Mojokerto.Sebagai
dunia Unesco, maka pada gilirannya
165
pelestarian
seni
tanggungjawab
batik kita
menjadi
dengan melakukan sinergi dengan
bersama
perguruan
tinggi/STIE
termasuk melalui usaha ekonomi
melalui
kreatif
masyarakat termasuk pulamengirim-
melalui
pengembangan
aktivitas
Mandala pengabdian
budaya kewirausaha-an di perguruan
kan usulan program IbM.
tinggi
Memulai
yang disinergikan dengan
sebuah
usaha
batik
pelaku usaha/penggiat batik selaku
sebagaimana dirintis oleh Wahyudi
mitra IbM.
Hartono
Gambaran
Umum
tentang
Kelompok
Pengusaha
Mikro
(“Rangga
Kencana”)
maupun yang telah dilakukan Pak Sudiyono
(“Puri
Batik
Sogol”)
(home industry).
memang tidak semudah membalik
Mitra IbM
telapak
ada 2 yaitu kelompok
tangan,
berkaca
dari
perajin batik Pak Sudiyono (“Puri
pengalaman para penggiat batik dari
Batik Sogol”) dan kelompok perajin
berbagai daerah lain maka dengan
Mas Wahyudi Hartono (“Rangga
ketekunan yang dibarengi semangat
Kencana”).
kerja
Bermula
ketika
keras
dan
keuletan
tidak
Mahasiswa dan Dosen Pembimbing
menutup kemungkinan akan dapat
Lapangan (DPL) dari STIE Mandala
membuka pintu meraih sukses.
melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Upaya tersebut tentunya berkaitan
Nyata atau di STIE Mandala disebut
erat denganketersediaan sumber daya
Kuliah Kerja Usaha pada tahun 2011,
manusia (SDM) yang potensialdan
di Desa Dawuhan Mangli. Dimana
terampil
salah
pengabdian
memadai,terutamadalampengembang
masyarakat adalah pada usaha batik
anwirausaha Batik.Sedangkanadanya
Pak
peluang
bahwa
satu
lokasi
Sudiyono 2
kebetulan
mahasiswa
sekali peserta
secara
danharapankedepanmendorongtercipt
KKN/KKU adalah juga penggiat seni
anyawirausahawanmuda
batik,
tangguhdanmampuberkompetisi,mak
selanjutnya
berdasarkan
beberapa temuan lapangan pada saat
auntukitudipandangperluadanya
itu
memunculkan
kesinambungan
166
yang
ide
untuk
pemberianbantuanolehpemerintahma
kegiatan
adalah
upunkalanganterdidik (pendidikan),
termasuk
pula
akses
modal
Boleh jadi denganmotivasi yang
pengembanganusaha.
tinggidandidukungdenganpengalama
Pak Sudi merupakan pengiat batik
nbertahun-tahundiharapkan
didaerah Sukowono – Jember, dia
memunculkan
termasuk yang merintis kerajinan
cemerlanguntukmemanfaatkanpotens
batik dan pernah pula memenangkan
isumberdayalokal,
lomba desain batik di Kabupaten
selainitudapatberfungsiuntukmemenu
Jember, pada tahun 2010.
hikebutuhankeluargasehari-hari.
Sedangkan
Mas Wahyudi memulai
Namun pada saat ini sinergi antara
menyenangi seni batik sejak sekolah
penggiat seni batik melihat adanya
di SMK Tamanan – Bondowoso,
peluang untuk berkembang menjadi
kemudiantetap bergiat danmerintis
pengusaha mikro, meskipun berbagai
usaha bersama beberapa temannya
kendala yang ada membutuhkan
alumni SMK Tamanan Bondowoso –
jalan keluar
sampai sekarang.Usaha tersebut tetap
pengusaha mikro–pemerintah dan
digelutinya sambil tetap studi di
perguruan tinggi nampaknya menjadi
Prodi Manajemen STIE Mandala, dia
keniscayaan.
juga
dipandang
perlu
wirausaha
sebagai
pernah
penghargaan
memperoleh
untuk
desain
batik
dapat ide
dan sinergi
Dengan
antara
demikian pentingnya
jalan
keluar
dengan motif daun singkong dari
membenahi ekonomi keluarga dan
Pemkab Bondowoso.
masyarakat sekitarnya.
Disadari oleh Pak Sudi dan Mas
Berdasarkan survei lapang, observasi
Yudi bahwa usaha kecil/usaha skala
dan wawancara antara mitra IbM
rumah tangga, termasuk pula industri
(kelompok
kecil-mikro memiliki banyak kendala
kelompok perajin mas Wahyudi)
atau
melekat
dengan tim IbM STIE Mandala
proses
produksi,
beberapa permasalahan yang ada
sumberdaya
manusia,
adalah sebagai berikut.
seperti
keterbatasan modal,
pemasaran,
yang
perajinP.Sudi
maupun akses ke berbagai aspek
Berdasarkandari
manajemen dan akuntansinya.
dengan mitraIbM serta temuan pada saat
kegiatan
hasil
dan
KKN/KKU
sharing
maka
167
fenomena masalah pada
saat ini
diajukan sesuai dengan kualifikasi
yang dapat diidentifikasi antara lain:
pemesan; n) modal kerja relatif
a) kebutuhan tenaga trampil (SDM)
terbatas sehingga skala produksi
dalam
terbatas;
seni
batik;
yang
belum
o)
administrasi
dan
memadai ; b) harga bahan baku
pembukuan belum terstruktur dengan
kaincenderungnaik; c) beragamnya
baik;
kualitas
kabupaten
bahan
pewarna;
d)
p)
dukungan relatif
pemerintah terbatas;
q)
terbatasnya sarana dan prasarana
penggiat batik merangkap sebagai
produksi; d) lemahnya perencanaan
tenaga terampil, terlibat penuh dalam
produksi dan informasi pasar; e)
proses produksi sekaligus melakukan
membanjirnya
di
aktivitas penjualan; r) penjualan
pasaran; f) penjualan griya batik
produk batik terbatas pada kain batik
berdasarkan pesanan; g) harga jual
belum menciptakan kreasi baru atau
batik tulis dipersepsi relatip sama
dijadikan pakaian jadi, kemeja pria,
dengan batik cap maupun batik
busana wanita; s) tidak memiliki
printing;
ruang
relatif
h) sulit
batik
printing
Hargajualkain naik;
i)
batik
Akuntansi
pamer
(display);
t)
packagingterkesansederhanaatauhan
maupun pembukuan sederhanapun
yamengandalkanpengalaman;
tidakdilakukansecarakontinyu,
tidak memiliki contoh produk/barang
dan
ataumanajemenkasbelumberjalanden
jadi
ganbaik; j) desain yang telah ada
sebelumnya.
belum
k)
Disamping kendala yang bersifat
pembuatan alat batik cap relatif
umum yang tersebut diatas, ada
mahal;
beberapa
memiliki
l)
hak
cipta;
keterbatasan
permodalan,
sehingga
akses
yang
telah
u)
kendala
dihasilkan
spesifik
yang
mengalami
teridentifikasi secara bersama antara
kesulitan apabila menerima pesanan
tim IbM dengan mitra IbM, disajikan
dalam jumlah besar; m) usaha skala
dalam Tabel 1.
rumah tangga dan belum berbadan hukum
sehingga
mengalami
kesulitan untuk mengikuti tender pengadaan meskipun desain yang
168
169
Tabel Tabel 1: 1: Situasi Situasi Permintaan Permintaan dan dan Penawaran, Penawaran, kendala kendala dan dan alternatif alternatif solusi solusi pada pada mitra mitra IbM IbM Penawaran Penawaran Item Permin (produksi Alternatif Kendala Prioritas Produk taan pengusaha solusi (4) (6) (4) (6) (1) (2) ) (5) (1) (2) ) (5) (3) (3) Puri Batik Sogol Lemahnya perencanaan Pelatihan Puri Batik Sogol Prioritas produksi danperencanaan informasi mandiri/swakelo Pelatihan Lemahnya pertama: pasar laKerjasama Prioritas Pendampi mandiri/swakelo produksi dan informasi Tenaga terampil dalam dengan PT. pertama: ngan oleh laKerjasama pasarbatik; seni Renovasi ruang PT/STIE Pendampi Sesuai Masih dengandan PT. Tenaga belum terampilmemiliki dalam pamer Mandala, ngan oleh pesanan tempat usaha yang display produk. Renovasi ruang termasuk Ada seni batik; Selalu ada representatif. Pembelian PT/STIE Batik dalam pamer baku dan dan metode Sesuai Masih belumbahan memiliki namun Ketersediaan baku bahan Mandala, Tulis jumlah dalam display produk. Penyediaa dan bahan penolong. pesanan tempat usaha yang pendukung terbatas n Tenaga Ada termasuk jumlah atau dalam jumlah Pembelian Selalu ada Akuntansi representatif. trampil dalam Batik terbatas pembukuan memadai agar bahan baku dan metode batik namun Ketersediaan baku dapat sederhanapunbahan tidak diskon dg seni jumlah Penyediaa Tulis dan pendukung dalam dan bahan penolong. dilakukan secara mitra IbM lain. terbatas n Tenaga pengajuan kontinyu atau jumlah Akuntansi atau dalam jumlah hak milik trampil manajemen kas belum memadai agar terbatas desain. pembukuan berjalan dengan baik dapat diskon dg seni batik sederhanapun tidak Melakukan Batik Terbuk Fokus pada batik tulis. Pendampi dan mitra IbM lain. Cap a dan Sesuai Minimnya modal ngan dan dilakukan secara kerjasama pengajuan cenderu hasil sehingga memproduksi pengusaha kerjasama kontinyu atau hak milik ng produksi jikaada pesanan sajabelum batik/sharing dengan manajemen kas desain. Kontin Masih belum memiliki alat. pengusaha berjalan dengan yu tempat usahabaikyang Pendampingan batikkhusu representatif standar mitra Terbuk Melakukan mutu snya Pendampi Batik Fokus pada batik tulis. Tidak punya alat batik produk dengan IbM. a dan Sesuai kerjasama ngan dan Cap Minimnya modal PT cap atau instansi. Penjajagan cenderu hasil kerjasama sehingga memproduksi pengusaha dengan ng produksi batik/sharing dengan produsen jikaada pesanan saja batikyang Kontin pengusaha Masih belum memiliki alat. telah yu Pendampingan batikkhusu tempat usaha yang memiliki standar mutu brandnam snya mitra representatif produk dengan IbM. misal e, Tidak punya alat batik Danar PT atau instansi. Penjajagan cap Hadi. dengan Art Terbuk Sesuai - Kualitas yang belum Pembinaan pada Prioritas produsen – Batik a dan hasil terstandardisasi. pengusaha agar kedua batikyang cenderu produksi - Pemanfaatan sisa kain menghasilkan keunikan ng yang ada tidak batik yang produk telah berdasa digunakan atau tidak bagus, mencari dibanding memiliki rkan dijual menjadi produk. pasar dalam produk brandnam pesanan menjual kompetitor misal malam/lilin atau e, mengolah lebih Danar lanjut Hadi. malam/lilin.
170
Item Produk (1)
Permin taan (2)
Penawaran (produksi pengusaha ) (3)
Kendala (4)
Alternatif solusi (5)
Prioritas (6)
Rangga Kencana
Batik Tulis
Batik Cap
Art Batik
Sesuai - Terlalu bergantung pada pesanan pesanan melalui SMK Selalu ada Tamanan. namun - Menggunakan tempat ala dalam kadarnya sebagai Ada jumlah sanggar batik. dalam terbatas - Tenaga trampil terbatas. jumlah - peralatan kurang lengkap terbatas - Akuntansi atau pembukuan sederhanapun tidak dilakukan secara kontinyu atau manajemen kas belum berjalan dengan baik - Keterbatsan modal kerja Terbuk Sesuai - Minimnya modal a dan pesanan sehingga memproduksi cenderu Selalu ada jikaada pesanan saja ng namun - Desain alat batik cap Kontin dalam terbatas jumlahnya yu jumlah terbatas
Terbuk a dan cenderu ng berdasa r kan pesanan
Mengikuti pameran, mengadakan promosi ke masyarakat luas kreasi desain dan mengikuti lomba.
Prioritas pertama: Pendampinga n oleh PT/STIE Mandala, termasuk metode Penyediaan tenaga trampil seni batik dan pengajuan hak milik desain.
Pendampinga n standar mutu produk dengan PT atau instansi. Pembelian/pe mbuatan alat batik cap,khususny a desain yang telah memenangka n lomba.
Pembelian/pe mbuatan alat batik cap,khususny a desain yang telah memenangka n lomba. Prioritas kedua – keunikan produk dibanding produk kompetitor Pemanfaatan fasilitas Pemkab dalam kegiatan pameran.
- Kualitas yang belum - Program terstandardisasi. promo - Pemanfaatan sisa kain melalui yang ada tidak kegiatan digunakan atau tidak pameran dijual menjadi produk. - Penjualan produk mengikuti trend
171
Pengelolaan
2. METODE Metode pendekatan ditawarkan
oleh
tim
yang
dapat
IbM
STIE
Mandala Jember, merujuk pada aspek produksi/operasional
yang
terkait
dengan
usaha
mitra.
menjadi
upaya
manajemen
Manajemen
usaha
kampus atau tim IbM dalam upaya mendukung kearifan lokal, sehingga pengelolaan usahamenjadi terencana, orientasi
pada
permintaan
pasar,
kuantitas dan kualitas yang terjaga, disertai pendampingan yang memadai. Apabila tim IbM tidak mempunyai pakar
di
bidang
tersebut
dapat
melakukan kerjasama dengan instansi terkait maupun kampus lain di Jember, misalnya pakar dari Universitas Jember atau Politeknik Jember. aspek
pengelolaan/Manajemen
bahanBatiktulis
berkualitas dengan harga terjangkau; 2) Pengelolaan usaha yang terencana, orientasi
pada
permintaan
pasar,
kuantitas dan kualitas yang terjaga, pendampingan
yang
memadai;3)
Diversifikasi produk Batik, melalui pengolahan lebih lanjut.
Batik, disamping itu pendampingan secara berkala akan menumbuhkan kepercayaan
diri
untuk
mengelola
usaha dengan lebih baik lagi. Seperti biaya
bahan
(kain,
malam/lilin,
pewarna, dan alat), sebagai bagian komponen biaya produksi, bahan Batik cenderung
harganya
naik.Meskipun
dengan bahanberbagai merek buatan pabrik, tersedia di pasaran namun pemikiran untuk menekan biaya bahan dapat diakomodasi melalui pelatihan pembuatan
bahan
dengan
memanfaatkan potensi lokal, bahan alami, mengingat pemakaian bahan alami lebih ramah lingkungan.
warna dan motif (corak) khas bagi merupakan
sehingga
modal
dasar
perajin/pengusaha
Batik
mampu membuat desain sendiri atau mengurangi
sebagian
kebutuhan.Kontinyuitas berkualitas
produk
dengan
harga
terjangkauakan dapat terwujud. Disisi
lain,
tersedianya
bahan
bakuBatik membuka peluang untuk melakukan diversifikasi produk Batik, melalui
172
perlu
dilatihkan kepada perajin/pengusaha
Batik,
Produksi/Operasional bertujuan agar: Kontinyuitas
produksi
Pemahaman tentang kebutuhan desain,
Selanjutnya
1)
biaya
pengolahan
lebih
lanjut
meskipun dalam skala usaha mikro
dimungkinkan
bahkan skala rumah tangga.
dimulai dari seleksi mahasiswa yang
Ketika
produksi/operasional
akan dilibatkan dalam kegiatan IbM.
yang berorientasi pasar telah dibenahi,
Koordinasi antar bagian di STIE
maka aspek peningkatan kecakapan
Mandala. Konsolidasi tim pelaksana
sumberdaya manusia dapat dilakukan
IbM; 2) Berdasarkan skedul kerja maka
melalui pelatihan oleh pakar dari
pelaksanaan
kampus maupun praktisi dilanjutkan
rencana teknis pelaksanaan dan jadwal
dengan
penempatan mahasiswa, pendampingan
halnya
aspek
pendampingan,
demikian
dengan pengelolalan aspek
keuangan
sehingga
IbM
dosen
dan
aktivitas
maka
tim
ini
disusun
pelaksana,
anggota
kunjungan konsultan; 3) Kegiatan di
kelompok mampu membedakan mana
lapangan bermula pada Orientasi Kerja
dana untuk investasi dan seberapa
dalam bentuk kunjungan, observasi,
besar yang seharusnya boleh digunakan
wawancara,
untuk membiayai kehidupan sehari-
kelembagaan.
hari.
dapat
berdasarkan
aspek
para
disepakati.
Diawali
denganAspek
Produksi/Operasional,
selanjutnya
Akses
dilakukan
ke
para
oleh
dalam
perbankan setelah
perajin/pengusahaBatik
mampu
dan
penguatan
Skala
prioritas yang
menunjukkan rasio kecukupan modal
Aspek
yang memadai serta memiliki track
Ketenagakerjaan/ SDM, dan
record keberhasilan usaha.
Keuangan praktis serta dengan syarat
Rencana kegiatan yang menunjukkan
ada persetujuan mitra IbM maka tim
langkah-langkah solusi atas persoalan
pelaksana/
yang disepakati bersama, meliputi: 1)
supervisi
Persiapan umum dimaksudkan untuk
keuangan; 4) Hal yang berkaitan
mempersiapkan segala sesuatu yang
dengan
berkaitan dengan pelaksanaan IbM
pengadaan
(kegiatan ini disetujui pendanaannya),
pendampingan ada sharing dana dari
skedul kerja dan aktivitas terdapat pada
mitra IbM; 5) Mitra IbM, khususnya
Tabel 6disesuaikan dengan kondisi riil
Puri Batik Sogol yang lebih senior
yang
daripada Rangga Kencana
ada.
Pelibatan
mahasiswa
Pemasaran,
telah
Aspek Aspek
konsultan
melakukan
pembuatan
Laporan
aspek
pembiayaan, alat,
seperti
pelatihan,
bersedia 173
untuk
memberi
keterlibatan
mahasiswa
kesempatan
diskusi dan pendampingan berkelanjutan,
melakukan
selain itu studi banding ataupun kunjungan
aktivitas sesuai skedul yang ada. Bentuk
partisipasi
mitra
ke sentra produksi Batik dapat pula dalam
dilakukan.
pelaksanaan program ini adalah dengan
Target luaran yang akan dicapai mealui kegiatan
sharingdana bagi kebutuhan alat yang
ini sesuai dengan khalayak sasarannya, hal ini
disepakati bersama, serta penyediaan
dapat dilihat pada Tabel 4, sebagai berikut:
waktu secara berkala untuk kegiatan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2: Target minimal dari kegiatan IbM No 1
Khalayak sasaran Mitra IbM
2
Mahasiswa peserta IbM
3
Tim IbM
Target Luaran - Prioritas pertama – standar baku mutu, harga yang pantas, meski produk bisa ditiru pesaing namun motif khas dikuasai. - Melakukan kerjasama antar pengusaha batik, pendampingan standar mutu produk, pembelian jumlah besar agar dapat diskon. - Sharing biaya pengadaan dengan kelompok usaha - Penataan layout produksi dengan menyesuaikan dengan kondisi tempat kerja masing-masing anggota kelompok, sharing biaya. - Pengendalian bahan, hasil produksi dengan pencatatan yang baik. - Akuntansi/pembukuan yang terstruktur dan berdasarkan bukti tertulis. - Peserta IbM diharapkan mempunyai keterampilan berusaha, kemampuan manajerial dan wirausaha Batik termasuk nantinya produk diversifikasi kreatif lainnya. - Peserta IbM mempunyai kemampuan praktis dalam menerapkan IPTEK yang dimiliki sehingga dapat membantu perkembangannya usaha. - Peserta IbM dapat mengelola sarana dan prasarana dan sumber daya secara efektif dan efisien pada usaha komersial Batik dan produk diversifikasi lainnya. - LogBook untuk keperluan mencatat waktu, lokasi pekerjaan, setiap aktivitas yang dilakukan, hasil yang diperoleh, permasalahan yang dihadapi, cara penyelesaian sampai usulan paten (jika ada). - Laporan akhir mahasiswa
Pelaksana - Pengalaman praktis bagi staf pengajar dalam penerapan Iptek dan membantu perajin/penggiat/ pemilik usaha batikagar lebih menguntungkan. - Sinergi dengan kegiatan Ipteks bagi Kewirausahaan (IbK) bagi keberlanjutan kegiatan. - Laporan pelaksanaan IbM, artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal nasional. - LogBook untuk keperluan mencatat waktu, lokasi pekerjaan, setiap aktivitas yang dilakukan, hasil yang diperoleh, permasalahan yang dihadapi, cara penyelesaian sampai usulan paten (jika ada). Setiap catatan agar diparaf, diberi identitas nama dan posisi pencatat di dalam tim.
- Pengalaman praktis bagi staf pengajar dalam penerapan Iptek dan membantu perusahaan pada usaha yang lebih menguntungkan.
174
Melalui perjalanan waktu sebelum pelaksanaan
kegiatan,
dua
orang
3. Sudah
membuat
administrasi
pencatatan/
keuangan
penggiat batik mitrab IbM Rangga
misalnya
kencana yang kebetulan alumni STIE
penerimaan kas dan pengeluaran
Mandala karena ada permasalahan
kas.
internal, memisahkan diri dan membuat
buku
seperti
kas,
yaitu
4. Dari sisi SDM, direncanakan untuk
atau membentuk usaha sendiri. Tim
menggunakan
pelaksana
masyarakat sekitar jika ada pesanan
IbM
kemudian
bekerja
samanya dengan Rangga Kencana yang anggotanya alumni STIE Mandala. Tim pelaksana
IbM
mendampingi
atau
melibatkan
yang banyak. 5. Dari sisi pemasaran sebagai sarana
dan
promosi tim pelaksana IbM akan
memberikan pembinaan kepada usaha
membuat tas dari kertas dengan
yang baru ini dengan bekerja sama atau
nama mitra IbM. Ini merupakan
sinergi dengan kegiatan IbK khusus
salah satu bantuan alat tahap 2.
tenant batik. Beberapa
6. Ada perubahan pola pikir untuk hasil
bisa
dirumuskan
lebih banyak memproduksi dan
sebagai berikut:
memasarkan batik Cap dan batik
Untuk Mitra Rangga Kencana (Tawon
printing mengingat dipasar sangat
Madu):
banyak batik jenis ini dengan harga
1. Ada kemauan untuk mengganti
yang lebih murah.
nama
Rangga
Kencana
dengan
nama “Tawon Madu “, bahkan ada keinginan
mengurusi
perizinan
secara resmi.
perencanaan usaha, utamanya sudah membuat
1. Sudah
pencatatan/
keuangan buku
seperti
kas,
yaitu
penerimaan kas dan pengeluaran kas.
biaya
2. Dari sisi pemasaran sebagai sarana
diketahuinya
promosi tim pelaksana IbM akan
biaya produksi bisa ditentukan harga
membuat tas dari kertas dengan
jual yang standar untuk produk yang
nama mitra IbM. Ini merupakan
sama.
salah satu bantuan alat tahap 2.
produksi.
Dengan
rincian
membuat
administrasi misalnya
2. Sudah ada kemauan untuk membuat
mau
Sedangkan untuk Puri Batik Sogol:
175
3. Membuat atau menentukan jadwal berproduksi dengan baik, utamanya
5. KESIMPULAN Beberapa
hal
yang
bisa
saat pewarnaan harus dipastikan
disimpulkan dari kegiatan Ipeks bagi
jadwalnya karena untuk kegiatan ini
masyarakat ini adalah:
(meramu
dan
Pada umumnya permasalahan yang
komposisi
untuk
menentukan warna
masih
dipegang oleh pemilik sendiri).
terjadi di usaha kecil adalah: a) Kurang adanya perencanaan yang baik, karena
4. Dalam proses produksi bila ada
mereka beranggapan yang penting jalan
pesanan dalam jumlah besar dan
dulu;b)
terikat
masalah
waktu,
mau
melibatkan
Kurang
memperhatikan
layout;
c)
Kurang
warga sekitar yang berminat dan
memperhatikan masalah standar baku
bahkan untuk proses pencantingan
mutu produk; d) Keterbatasan akses
pengerjaannya boleh dibawa pulang
permodalan; e) Keterbatasan akses
ke rumah masing masing.
pemasaran.
4.
RENCANA
TAHAPANSE-
manajemen usaha, b) Layout yang
LANJUTNYA Untuk
Solusi yang ditawarkan: a) Perbaikan
tahap
selanjutnya,
disesuaikan dengan proses produksi; c)
direncanakan kerja sama dengan mitra
Diversifikasi produk; d) Motif/Desain
akan tetap terjalin dalam bentuk lain.
dengan corak yang khas.
Pendampingan
UCAPAN TERIMA KASIH
berkelanjutan
akan
tetap dilanjutkan di bawah koordinasi
Artikel ilmiah ini merupakan
IbK dan SED–C yaitu suatu lembaga
bagian
kewirausahaan yang dibentuk/didirikan
Kepada Masyarakat dengan judul IbM
oleh STIE Mandala Jember.
Kelompok Perajin Batik yang didanai
Selanjutnya sesuai saran dari Reviewer
Ditjen Dikti 2013. Pada kesempatan ini
pada saat Monitoring dan Evaluasi
perkenankanlah penulis mengucapkan
untuk program IbM dengan mitra
terima kasih dan penghargaan kepada:
perajin
batik
ini
diajukan
dari
Laporan
Pengabdian
dalam
Program Hibah dengan SKIM lain
1) Direktur Direktorat Penelitian dan
yang didanai DiKTI.
Pengabdian
176
Kepada
Masyarakat
(DP2M) Ditjen Dikti Kemendikbud yang menyetujui pendanaan
ini;
2)
Ketua
STIE
Mandala–Jember yang telah memberi persetujuan pengusulan proposal IbM; 3) Kepala P3M STIE Mandala yang telah memberi persetujuan pengusulan proposal IbM ini; 4) Rekan Dosen sebagai anggota tim dan rekan dosen yang membantupelaksanaan IbM; 5) Mahasiswa peserta IbM dan mitra IbM 6) Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu banyak
memberikan
yang telah
bantuan
baik
moril dan materiil untuk terlaksananya kegiatan IbM ini.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013, Panduan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Edisi IX, DP2M Dikti, Jakarta. Tim pelaksana IbM, 2013, Panduan Pelaksanaan IbM, STIE Mandala, Jember
177