eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (1) 245-254 ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
PENERAPAN EKONOMI HIJAU DI JERMAN PADA PEMBANGUNAN EKONOMI TAHUN 2010-2012 Anbia Akbarina1 Nim. 0802045171 Abstract The aim of this research is to describe the Green Economy application process in economy development of Germany in 2010-2012. Design of this research is descriptive. The data that has displayed is seconder data which obtained through literature studies such as books, internet and the others. The analysis of data that had been used was content analysis technique. The result of this research shows that application process of green economy has successful indicator with the area using and transportation planning, to coordinate and to integrate regional public transportation, to promote bike as transportation, to limit car using and to push the citizen participation in every process in economy development in Germany. The policy of Germany Green Growth had became important design for surroundings innovation and the appear of friendly surrounding things internationally which competitive and good, especially it was caused by development of other renewable sources, pushed by feed-in-tariff system that guaranteed other renewable with very good sell value and preferential. Keywords : Green Economy, Germany 2010-2012, Economy Development. Pendahuluan Isu lingkungan hidup merupakan salah satu isu global selain demokrasi dan hak asasi manusia.Sejak tahun 70-an, lingkungan hidup menjadi sebuah agenda politik, ekonomi, dan bisnis global.Dalam kaitan dengan itu, perlu dicermati fenomena global yang berkembang dengan isu lingkungan hidup yang dikaitkan dengan globalisasi ekonomi.Masuknya pertimbangan lingkungan hidup dalam setiap kebijakan dan interaksi ekonomi dan bisnis global membawa dampak positif bagi kepedulian yang semakin besar terhadap lingkungan hidup, baik domestik, regional maupun internasional.Dalam arti kekuatan dan mekanisme pasar global dapat menjadi faktor pendorong utama bagi upaya setiap negara bangsa untuk melindungi lingkungan global.Dan dalam rangka melindungi dan mengamankan kepentingan ekonomi dan bisnis, telah dikembangkan berbagai kebijakan dan strategi ekonomi dan bisnis yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup. Kebijakan ekonomi hijau oleh Jerman pada tahun 2005 dikarenakan kekuatan dan mekanisme pasar global dapat menjadi faktor pendorong utama bagi Jerman untuk 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:245-254
melindungi lingkungan hidup.Ekonomi Hijau adalah ilmu ekonomi yang selain mengupayakan peningkatan kesejahteraan dan keadilan sosial, juga menganjurkan untuk mengurangi secara nyata kelangkaan sumber daya alam dan resiko dampak lingkungan. Pola ekonomi Jerman sejak tahun 2005 beralih dari ekonomi global menjadikan ekonomi hijau yang dikeluarkan oleh pemerintah Jerman yang dalam masa transisi disebut kebijakan Energiewende (Transisi Energi Jerman) pada tahun 2010. Kebijakan ekonomi hijau Jerman pada tahun 2010 langsung mendapat dukungan dewan legislative.Jerman mentargetkan pada tahun 2020 lebih dari 40% energi terbarukan yang sesuai dengan konsep ekonomi hijau mampu mengurangi emisi gas rumah kaca dan pada tahun 2050 target Jerman mentargetkan sebesar 80-95% pada 2050 dalam hal efisiensi energy listrik. Kebijakan Green policy merupakan perpanjangan dari perjanjian Protokol Kyoto yang merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh suatu institusi tertentu dengan tujuan melindungi serta melestarikan kehidupan lingkungan hidup dengan cara-cara yang diterapkan oleh instansi tersebut.Green Policy merupakan suatu cara yang cukup efektif dalam menanggulangi masalah yang timbul berkaitan dengan lingkungan hidup. Tetapi di dalam green policy sendiri terdapat paradigma-paradigma yang sederhana yang wajib untuk dikerjakan.Recycle (mendaur ulang), Reused (memakai ulang), dan Reduce (mengurangi). Bila ketiga paradigma ini diaplikasikan kedalam green policy dan dijadikan dasar dari kebijakan tersebut, lingkungan hidup akan mempunyai siklus waktu untuk perputar lebih teratur. Kebijakan Jerman mengganti energi fosil dengan energi terbarukan dengan standar ekonomi hijau yang ramah lingkungan diharapkan mampu menyeimbangkan perekonomian serta neraca perdagangan, memperkuat ketahanan energi dan menciptakan lapangan kerja. Lebih dari 380.000 warga Jerman yang pada tahun 2012 bekerja di sektor energi terbarukan hal ini jauh lebih banyak dibanding pekerja di industri energi konvensional. Target dari lapangan kerja pada sektor energy terbarukan bertambah dari 80.000 menjadi 100.000 hingga 150.000 dalam periode 2020-2030. Salah satu alasannya karena energi terbarukan melibatkan lebih banyak tenaga kerja jika dibanding dengan energi nuklir atau bahan bakar fosil. Peralihan ke Ekonomi Hijau membantu Jerman keluar dari krisis ekonomi dan keuangan lebih cepat dibanding negara-negara lain. Pada 2012, pertumbuhan energi angin dan surya berhasil memotong biaya energi di Jerman hingga lebih dari 10%. Saat energi listrik semakin murah, biaya perekonomian juga akan turun. Sehingga perekonomian Jerman mampu mandiri dan keluar dari ketergantungan energy fosil sehingga berbagai perusahaan di Jerman akan mampu melayani permintaan pasar ekonomi global dengan energi ramah lingkungan. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Konsep Pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan dapat disebut berkelanjutan apabila memenuhi kriteria ekonomis, bermanfaat secara sosial, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.Konsep pembangunan berkelanjutan terus mengalami perubahan sejak diperkenalkan pada
246
Penerapan Ekonomi Hijau Jerman pada Pembangunan Ekonomi (Anbia Akbarina)
tahun 1970.Pada tahun tujuh puluhan konsep pembangunan berkelanjutan didominasi oleh dimensi ekonomi yang dipicu oleh adanya krisis minyak bumi pada tahun 1973 dan tahun 1979.Harga minyak dunia melambung tinggi yang mengakibatkan resesi di negara-negara maju khususnya di negara pengimpor minyak.Seiring dengan semakin normalnya pasokan minyak dunia, dimensi lingkungan mulai mendapat perhatian pada tahun delapan puluhan.Earth Summit di Rio de Jeneiro pada tahun 1992 merupakan titik tolak diper timbangkannya dimensi sosial dalam pembangunan berkelanjutan.Salah satu hasil penting dalam konferensi ini adalah pembentukan komisi pembangunan berkelanjutan (CSD-Commission on SustainableDevelopment). Komisi ini telah menghasilkan kesepakatan untuk mengimplementasikan konsep pembangunan berkelanjutan seperti tertuang dalam Agenda 21 yaitu Kesetaraan akses akan sumber daya bagi semua lapisan sosial dan memberantas kemiskinan juga menjadi agenda penting dalam konferensi. Secara konseptual pembangunan berkelanjutan (sustainable development) memiliki beberapa pengertian. Menurut Lucas pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai ”meets the needs of the present without compromising the capacity to meet the needs of future generations” Berdasarkan pada pengertian tersebut dalam pembangunan berkelanjutan terdapat beberapa komponen penting yang harus dipenuhi, yakni; 1. Integrasi lingkungan dalam proses pembangunan ekonomi. 2. Pemerataan. 3. Distribusi terhadap pengaruh kekuatan dan ekonomi. 4. Berorientasi pada masa depan. 5. Kegiatan antisipasi harus tersedia lebih dulu dari pada kegiatan reaksi. Kebijakan Green Policy Green policy adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh suatu institusi tertentu dengan tujuan melindungi serta melestarikan kehidupan lingkungan hidup dengan cara-cara yang diterapkan oleh instansi tersebut.Green Policy merupakan suatu cara yang cukup efektif dalam menanggulangi masalah yang timbul berkaitan dengan lingkungan hidup. Tetapi di dalam green policy sendiri terdapat paradigma-paradigma yang sederhana yang wajib untuk dikerjakan.Recycle (mendaur ulang), Reused (memakai ulang), dan Reduce (mengurangi). Bila ketiga paradigma ini diaplikasikan kedalam green policy dan dijadikan dasar dari kebijakan tersebut, lingkungan hidup akan mempunyai siklus waktu untuk perputaran lebih teratur. Metode Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif, yaitu menjelaskan sebuah fenomena yang telah terjadi atau yang sedang terjadi. Dalam penulisan ini dijelaskan mengenai penerapan ekonomi hijau pada pembangunan ekonomi di Jerman pada tahun 2010-2012 Hasil Penelitian Pada dasarnya kerjasama Indonesia dan Australia pada bidang Serach and Rescue (SAR) tahun 2004-2014 diuraikan sebagai berikut.
247
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:245-254
Pertukaran Personel Jerman, merupakan negara yang memiliki perekonomian terbesar ketiga di OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), yang telah proaktif dalam mengembangkan kebijakan lingkungan sejak tahun 2002, baik secara nasional maupun internasional.Kerangka lingkungan Jerman tidak hanya pelopor dalam perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, tetapi juga merupakan contoh yang baik tentang bagaimana ekonomi rendah karbon bersih kompatibel dengan pertumbuhan yang sangat baik. Penerapan Ekonomi Hijau pada Pembangunan Ekonomi Jerman Strategi ekonomi hijau Jerman adalah menumbuhkan perekonomian hijau di perkotaan.Hal ini ditandai dengan kegiatan perkotaan yang mengurangi dampak terhadap lingkungan.Hal ini menyajikan empat instrumen kebijakan utama yang pembuat kebijakan perkotaan dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan hijau dan membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pilihan kebijakan mereka dan ruang lingkup tindakan, termasuk kebijakan nasional. Pentingnya strategi pertumbuhan hijau nasional Jerman dalam memberikan bukti untuk peran penting kota dibagi menjadi 2 yaitu pertumbuhan nasional dan kinerja lingkungan. Sementara kota dapat menghasilkan efek positif dari ekonomi aglomerasi, seperti pendapatan dan produktivitas tingkat yang lebih tinggi, mereka juga rentan terhadap efek aglomerasi negatif seperti kemacetan, polusi dan tekanan pada aset alam. Hal ini di garisbawahi hubungan kuat antara kinerja lingkungan kota dan bentuk perkotaan dan menunjukkan bagaimana kota dapat menurunkan target biaya pengurangan sesuai dengan kebijakan lingkungan secara nasional, terutama melalui kebijakan transportasi dan penggunaan lahan. Hal ini menunjukkan tantangan utama dari penghijauan infrastruktur perkotaan, dalam konteks investasi global tertinggal dalam infrastruktur. Sejak akhir 1960-an, kota Freiburg (populasi 220.000 jiwa) telah berada paling depan dalam menggunakan transportasi ramah lingkungan. Hal ini ditandai dengan jumlah transportasi dengan sepeda meningkat tiga kali lipat dan pangsa transportasi dengan mobil turun 38-32%. Sejak awal tahun 1990-an, tingkat motorisasi telah mengalami stagnasi dan pengurangan emisi per kapita CO2 dari transportasi telah turun, terlepas dari pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk yang kuat.kota Freiburg memutuskan untuk memperbesar jaringan transportasi publik tenaga solar, walaupun membutuhkan 13 tahun perbaikan sarana transportasi umum yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan luasnya wilayah.Sejak itu, Freiburg telah membuka empat jalur baru untuk total 36,4 km pada tahun 2008, dan jumlah layanan kereta energy solar telah tiga kali lipat. Pada tahun 1991, cakupan geografis dari tiket tersebut diperluas untuk mencakup kota dan dua propinsi yang berdekatan. Layanan, tarif, subsidi, dan jadwal untuk bus dan kereta energy solar operator dikoordinasikan secara regional. Infrastruktur tranportasi sepeda yang terpisah dan jalan-jalan yang ramah pengendara sepeda membuat sepeda pilihan yang layak untuk semua perjalanan dan semua tujuan di Freiburg.Freiburg telah mengembangkan jaringan jalur sepeda terpisah dan jalur lima kali lipat untuk 160 kilometer pada tahun 2007. Jaringan ini dilengkapi dengan rute sepeda melalui hutan, jalan lintas yang tenang, dan jalan utama untuk sepeda.
248
Penerapan Ekonomi Hijau Jerman pada Pembangunan Ekonomi (Anbia Akbarina)
Selain itu, kota ini memiliki lalu lintas yang tenang hampir di semua jalan-jalan perumahan. Pada tahun 2008, sembilan dari sepuluh Freiburgers tinggal di jalan-jalan dengan batas kecepatan 30 kilometer per jam atau kurang.Kecepatan mobil yang lambat mendorong lebih banyak warga bersepeda dan membuatnya lebih aman. Jumlah sepeda perjalanan di Freiburg telah hampir tiga kali lipat sejak tahun 1976 sebesar hampir satu perjalanan sepeda per penduduk per hari.(Tosovska, E. Green growth strategy and the labour market. Ekon.Cas. 2011:59, 987–1004) Banyak kebijakan yang mempromosikan angkutan umum, bersepeda, dan berjalan melibatkan pembatasan mobil digunakan seperti zona bebas mobil dan lalu lintas aman diperumahan. Berdasarkan pengalaman dari kota Freiburg dapat diasumsikan bahwa program ramah lingkungan untuk pertumbuhan ekonomi hijau di kota Freiburg dapat lakukan di AS dan negara lainnya. Namun, ada banyak pelajaran dari Freiburg untuk AS kota yang berniat untuk menjadi lebih berkelanjutan yaitu : Pertama, pelaksanaan kebijakan di Freiburg dilakukan secara bertahap, memilih semua proyek harus disepakati oleh warga dan pemerintah yang berwenang.Perumahan yang aman, nyaman dan tenang serta lalu lintas awalnya dilaksanakan program ramah lingkungan ekonomi hijau di perkotaan yang penghuninya mengeluh tentang dampak negatif dari perjalanan mobil.keberhasilan pelaksanaan dalam satu lingkungan mendorong daerah lain kota untuk meminta lalu lintas lintas yang aman nyaman dan tenang (J. Clean. Prod.2013:158–165). Kedua, Freiburg secara bertahap dan disesuaikan terhadap kebijakan dan tujuan. Keputusan awal dewan kota dan warga untuk menghentikan semua kereta trek troli dibuat pada akhir tahun 1960. Pada awal 1970-an, dewan kota menyetujui perpanjangan dari sistem kereta solar, yang akhirnya dibuka pada 1983. Setelah ekspansi terbukti berhasil, lebih banyak system kerta solar diikuti.(J. Clean. Prod.2013:158–165) Ketiga, Freiburg telah secara bersamaan membuat transportasi umum, bersepeda, dan berjalan alternatif yang layak untuk mobil, sambil meningkatkan biaya perjalanan mobil.Meningkatkan kualitas dan tingkat layanan untuk alternatif moda transportasi membuat langkah-langkah mobil-pembatasan politik diterima. Keempat, partisipasi warga telah menjadi aspek kunci dari transportasi dan perencanaan penggunaan lahan di kota Freiburg. Misalnya, kelompok masyarakat bekerja sama dengan pemerintah kota untuk membangun kembali kota Vauban ke lingkungan bebas mobil ramah lingkungan. Kelima, mengubah transportasi, sistem penggunaan lahan, dan perilaku perjalanan di Freiburg perlu waktu hampir 40 tahun.Perencanaan ekonomi hijau di Amerika Serikat dan negara lainnya harus menahan keinginan cepatnya terlaksana program ekonomi hijau perkotaan.Beberapa kebijakan dapat dilaksanakan dengan cepat, tetapi perubahan perilaku perjalanan dan pengembangan sistem transportasi yang lebih berkelanjutan memakan waktu lebih lama.
249
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:245-254
Jerman dan Green Economy. Jerman adalah salah satu anggotanya yang ikut berpartisipasi dan meratifikasi hasil KTT sebagai bentuk partisipasinya akan keselanjutan nasib masa depan planet Bumi. Maret 1998, 84 negara termasuk jerman menandatangani Protokol Kyoto. Pada bulan Maret 2002, bundestag dengan suara bulat meratifikasi kyoto. Pada mei 2002, uni eropa Mengirimkan artikel ratifikasi 15 negara anggota. Sebagai negara yang tergolong dalam Annex I, Jerman telah menjadi pelopor di Eropa dalam kebijakan pertumbuhan ekonomi hijau bersama dengan Denmark dan Swedia, hal ini membentuk perdebatan tentang pertumbuhan yang berkelanjutan di Eropa.Komitmen Jerman untuk pertumbuhan ekonomi hijau terbukti bermanfaat bagi perekonomian Jerman. Menurut pemerintah Jerman, pekerjaan di sektor energi terbarukan meningkat pada tahun 2010 sebesar 129% dibandingkan pada tahun 2004, sebesar 367.400 pekerjaan. Berdasarkan referensi dan hasil penelitian bagaimana Jerman mengalami keberhasilan pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan ramah lingkungan.Prestasi Jerman pada tahun 2009 mampu menurunkan CO2 emisi per kapita sekitar 23 % di dibandingkan dengan tingkat tahun 1990-an. Pada saat yang sama, negara Jerman meningkatkan total konsumsi energi dari sumber terbarukan lima kali lipat hanya dalam dua puluh tahun (dari 1,9 persen pada tahun 1990 menjadi 10,9 persen pada tahun 2010). Dengan adanya program ekonomi hijau Jerman membantu internalisasi biaya polusi dan meningkatkan industri energi terbarukan. Bencana pembangkit nuklir di Fukushima Jepang mempercepat proses penutupan energy nuklir di Jerman. IEA menilai Jerman terlalu cepat dalam mengambil keputusan penutupan energy tenaga nuklir, karena takut mempengaruhi jumlah konsumsi pemakaian energy fosil untuk industry di Jerman apalagi untuk perubahan ke energy terbarukan diperlukan subsidi biaya $ 73.200.000.000 untuk perencanaan dan pembangunan antara tahun 2000 dan 2010.Meskipun pada tahun 2010 sudah menghasilkan tetapi masih belum memenuhi semua kebutuhan konsumsi energy di Jerman.Melalui investasi dan dukungan pemerintah, Jerman mampu mendiversifikasi basis energy dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GHS) sebesar 23 %dibandingkan dengan tingkat tahun 1990. Pada saat yang sama, ia melihat teknologi pertumbuhan hijau sebagai produk ekspor utama di masa depan dan menyusun target yang ambisius untuk masa depan. Negara Jerman berencana untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 80% pada tahun 2050, dibandingkan dengan tingkat tahun 1990.sumber-sumber energy terbarukan ditetapkan untuk memberikan 60 %n dari total energy konsumsi (SBS 2011). Apa yang dapat dipelajari dari ekonomi hijau di Jerman adalah Jerman menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan, bisnis, dan konsumen dapat melihat kebijakan lingkungan dan ekonomi hijau sebagai cara untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Tantangan dan Peluang mengikuti Green Economy Pengalaman krisis keuangan dan ekonomi di kawasan eropa telah menunjukkan pertumbuhan yang perlu berorientasi pada ekonomi keberlanjutan.Teknologi ramah lingkungan dan inovasi adalah peluang ekonomi yang penting dalam orientasi tersebut.Pasar ekonomi hijau muncul meliputi pembangkit energi ramah lingkungan, efisiensi energi, sumber daya/efisiensi bahan, mobilitas yang berkelanjutan, sumber
250
Penerapan Ekonomi Hijau Jerman pada Pembangunan Ekonomi (Anbia Akbarina)
daya air yang berkelanjutan.Manajemen dan limbah berkelanjutan dan manajemen siklus tertutup.Baik secara global maupun di Jerman, pasar ekonomi hijau tersebut telah menjadi faktor ekonomi yang penting.Pada tahun 2011, pasar global untuk teknologi ramah lingkungan dan efisiensi sumber daya memiliki volume 2.044 miliar euro. Di seluruh dunia, enam pasar utama untuk teknologi lingkungan diperkirakan akan tumbuh total volume 4.400 miliar euro pada tahun 2025. Itu angka peningkatan ke dalam pertumbuhan tahunan rata-rata 6,5%. Jerman sekarang memiliki andil besar perdagangan global dalam produk untuk perlindungan lingkungan. Keberhasilan ini telah membuat dirinya jelas di pasar tenaga kerja: Menurut angka terbaru, sektor perlindungan lingkungan kini memiliki hampir 2 juta karyawan. Secara Internasional khususnya, transisi ke ekonomi hijau dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pengentasan kemiskinan, dengan menghasilkan pendapatan dan pekerjaan dan oleh mencegah penciptaan kemiskinan misalnya, dengan mencegah lingkungan merusak kesehatan terkait, erosi tanah dan overfishing atau penangkapan ikan secara berlebihan. Pada saat yang sama, upaya untuk memecahkan masalah sosial akan membutuhkan langkah-langkah tambahan, di luar lingkup ekonomi hijau, di bidang-bidang seperti kebijakan sosial dan pendidikan. Transisi ke ekonomi hijau akan berhasil hanya jika semua kekuatan sosial mendapatkan porsi dan kerja yang jelas.Jerman telah meningkatkan kesadaran akan keperdulian akna lingkungan sehingga keberanian untuk mentargetkan pembangunan nasional dengan program ekonomi hijau dan mampu dalam mengendalian polusi udara. Dampak Penerapan Ekonomi Hijau Jerman Daya tarik dari sumber energi ramah lingkungan, berlimpah, dan hemat biaya telah menyebabkan peningkatan jumlah negara-negara industri untuk mendukung pembiayaan publik dari energi terbarukan.Pengalaman Jerman dengan promosi energi terbarukan sering disebut sebagai model untuk direplikasi di tempat lain, yang didasarkan pada kombinasi dari jauh hukum energi dan lingkungan yang membentang kembali hampir dua decade. Sumber Energi Terbarukan Act (EEG), berfokus pada biaya dan implikasi terkait untuk penciptaan lapangan kerja dan perlindungan iklim. Kami berpendapat bahwa kebijakan energi terbarukan Jerman, dan khususnya skema feed-in tariff yang dianut, telah berhasil untuk memanfaatkan insentif pasar diperlukan untuk memastikan pengenalan yang layak dan hemat biaya energi terbarukan ke dalam portofolio energi negara. Sebaliknya, mekanisme dukungan pemerintah memiliki dalam banyak hal ditumbangkan insentif ini, mengakibatkan pengeluaran besar-besaran yang menunjukkan sedikit janji jangka panjang untuk merangsang ekonomi, melindungi lingkungan, atau meningkatkan keamanan energi. Kesimpulan 1. Jerman telah merumuskan rancangan untuk pasokan energi yang ramah lingkungan yang dapat diandalkan dan terjangkau. Elemen-elemen kunci dari ini memperluas penggunaan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi. Dalam produksi listrik, Jerman bertujuan untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dari 17% sejak tahun 2002 untuk lebih dari 80% di tahun 2050, merupakan proses keberhasilan dalam produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga nuklir pada tahun 2022. Gas rumah kaca (GRK) dipotong sebesar 40% ditahun 2020 dan
251
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:245-254
setidaknya 80% pada tahun 2050. Di bidang efisiensi energi, Jerman mengurangi konsumsi energi primer sebesar 20% pada tahun 2020 dan 50% pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 2008. Secara keseluruhan, Konsep Energi berisi lebih dari 100 langkah-langkah khusus dalam bidang listrik, panas matahari dan transportasi. 2. Kebijakan pertumbuhan hijau Jerman ini telah menjadi rancangan penting untuk inovasi lingkungan dan munculnya barang ramah lingkungan secara internasional yang kompetitif dan bagus. Omset sektor EGS (English Green Squad) menjadi sekitar 2% dari PDB pada tahun 2009, terutama disebabkan oleh pengembangan sumber energi terbarukan, didorong oleh sistem feed-in-tariff yang menjamin energi terbarukan dengan harga jual dan preferensial yang sangat baik. Daftar Pustaka Buku A.Sony Keraf, 2002, Etika Lingkungan, Jakarta,Penerbit Buku Kompas Aceleanu, M.I.; Grecu, E. 2014. Green jobs in the actual employment policies for a sustainable economic development. In Proceedings of the Energy and Environment Knowledge Week, Toledo, Spain. Anderson, James E, 1994, Public Policy Making, Second Edition, Houghton Miffilin Company, USA Babonea, A.M.; Joia, R.M. 2012.Transition to a green economy—A challenge and a solution for the world economy in multiple crisis context.Theor. Appl. Econ. J. Cairns, R.D.; Martinet, V. 2014.An Environmental-economic measure of sustainable development.Eur. Econ. Cullis, J.G., dan Jones, P.R. 1992.Public Finance and Public Choice: Analythical Perspectives. New York: McGraw-Hill Book Company Dovi, V.G.; Friedler, F.; Huisingh, D.; Klemes, J.J. 2009.Cleaner energy for sustainable future.J. Clean. Esseghir, A.; Khouni, L.H. 2014. Economic growth, energy consumption and sustainable development: The case of the union for the Mediterranean countries. Hyman, D.N. 1999.Public Finance: A Contemporary Application of Theory to Policy, sixth edition. , New York: The Drisden Press Lucas, R.E. 1988.”On the Mechanics of Economic Development”,Journal of Monteray Economics Murga-Meneyo, M.A.2014. Learning for a sustainable economy: Teaching of green competencies in the university. Sustainability
252
Penerapan Ekonomi Hijau Jerman pada Pembangunan Ekonomi (Anbia Akbarina)
Terry, 2002.Management Information Systems, Continuum, New York Inc Hal. 72 Tosovska, E. 2011.Green growth strategy and the labour market.Ekon.Cas. Jurnal dan Penelitian Terdahulu BMU (Bundesministeriums für Umwelt, Naturschutz und Reaktorsicherheit). 2011a. “Renewable Energy Sources in Figures: National and International Development.” Berlin Fu, Cong. 2008.“The evolution and transformation of European environmental policy and law.”Asia Europe Journal 6:245–259. • IEA (International Energy Agency). 2007. Energy Policies of IEA Countries: Germany Review. Paris. H Min, WP Galle 2001.Economic impacts from the promotion of renewable energy technologies: The German experience International Journal of Operations www.emeraldinsight.com diakses 03 Februari 2016 Horbach, J. 2013. Rennings, K. Environmental innovation and employment dynamics in different technology fields—An analysis based on the German community innovation survey 2009. J. Clean. Prod. Knigge, Markus, and Benjamin Görlach. 2005. “Effects of Germany’s Ecological Tax Reforms on the Environment, Employment and Technological Innovation.” Summary of the Final Report of the Project “Quantifizierung der Effekte der Ökologischen Steuerreform auf Umwelt, Beschäftigung und Innovation.” Research project commissioned by the German Federal Environmental Agency, Berlin MeilindaFebtiaNingsih 2015 “ImplementasiGreenEconomyDi Peru Tahun2003-2012 Mahasiswi Universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur 2015 Rheinisch-Westfälisches Institut für Wirtschaftsforschung (RIW). 2009. “Economic impacts from the promotion of renewable energies: The German experience.” Final report, Essen Rosiek, J.; Tarnawska, K. 2011.The impact of European Union green jobs policy on structural changes in EU economies. In Proceedings of the 5th International Technology, Education and Development Conference, Valencia Schreurs, Miranda A. 2009. “Germany’s Environmental Transformation: From Pollution Haven to Environmental Leader.” American Institute for Contemporary German Studies Transatlantic Perspectives, December Weidner, Helmut. 1995. “25 Years of Modern Environment Policy in Germany. Treading a Well-Worn Path to the Top of International Field.” Wissenschaftszentrum Berlin für Social Forschung (WZB) Discussion Paper FS II 95-301
253
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:245-254
Internet Ciri Ekonomi Hijau terdapat di http://kriemhild.uft.uni-bremen.de diakses 02 Februari 2016 Jerman dalam perjanjian Protokol Kyoto terdapat di www.unfccc.co.id diakses 01 Februari 2016 Kebijakan Green Policy Jerman terdapat di www.germanynewenergy.co.id diakses 02 Februari 2016 Konsumi energy fosil di Jerman terdapat di http://euanmearns.com/energiewendegermany diakses 02 Februari 2016 Konsumsi gas Alam Jerman terdapat http://data.worldbank.org/indicator/EG.IMP.CONS.ZS diakses 15 Maret 2015 Konsumsi energy Fosil terdapat di http://www.apolloinvestment.com/asianenergy.htm diakses 02 Februari 2016 Teknologi Hijau Jerman terdapat di http://www.tatsachen-ueberdeutschland.de/id/lingkungan-hidup-iklim-energi/startseite-klima/inovatifdan-berhasil-dalam-ekspor-teknologi-hijau.html diakses 10 Juni 2015 Pasokan energy untuk perusahaan besar diJerman www.historyenergygermany.co.id diakses 02 Februari 2016
terdapat
di
Pemakaian Energi Fosil Jerman terdapat di http://www.eia.gov/countries/countrydata.cfm?fips=GM diakses 15 Maret 2015 Pengertian Ekonomi Hijau terdapat di http://www.unep.org diakses 02 Februari 2016 Perubahan energy berdasarkan dukungan politik terdapat www.germanypolitic.co.id diakses 03 Februari 2016 Pidato Menteri Sigmar Gabriel pada tanggal 12 Februari 2007, the new energy for Germany terdapat di http://www.bmu.de/english/speeches/doc/38701.php.diakses 15 Maret 2015 Produksi energy listrik Jerman pada tahun 2010 www.newenergygermany.co.id diakses 02 Februari 2016
didapatkan
di
Program Biotrade Peru terdapat di www.unctad.org/en/BioTrade/BTProgrammes.aspx diakses 02 Februari 2016 Proses penerapan ekonomi hijau di perkotaan terdapat di www.newenergygermany.co.id diakses 03 Februari 2016 Sejarah energy Jerman terdapat di www.germany.co id diakses 03 Februari 2016 Target
254
pengembangan energy terbarukan Jerman www.newenergygermany.co.id diakses 03 Februari 2016
terdapat
di