Kit Pelatihan Pertumbuhan Ekonomi Hijau
Pengantar: Siapakah kami?
Pemerintah Indonesia dan Program Pertumbuhan Hijau GGGI
Indonesia, anggota GGGI • Indonesia adalah anggota pendiri GGGI. • Pemerintah Indonesia menandatangani Perjanjian Pembentukan GGGI di Seoul pada tanggal 17 September 2012. • Indonesia adalah anggota peserta GGGI. • Bappenas ditetapkan sebagai focal point oleh pertemuan antar-menteri tanggal 16 Oktober 2012.
Alasan bergabung dengan GGGI Dengan menjadi anggota GGGI, Pemerintah Indonesia dapat mempercepat implementasi pertumbuhan hijau di Indonesia, sesuai dengan: • UU No. 17/2007 – RPJPN 2005-2025 – misi ke-6, Indonesia Asri dan Lestari, yang memprioritaskan prinsip-prinsip keberlanjutan • UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup • Peraturan Presiden No. 5/2010 – RPJMN 2010-2014 – Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan nasional • Peraturan Presiden No. 61/2011 – Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Ratifikasi Indonesia Bappenas mendukung ratifikasi perjanjian dengan Indonesia untuk pengakuan resmi sebagai Organisasi Antarpemerintah.
3
GGGI di Indonesia
2013
April 2013 Payung Nota Kesepahama n (MoU) ditandatang ani
Juni 2013 Peluncuran Program
Okt 2013 Peluncuran internasional untuk alat & metodologi yang digunakan untuk pendekatan pertumbuhan hijau
Berikutnya: Pembentukan Komite Pengarah Pembentukan Dewan Penasehat SK Menteri 2014
Lokakarya/pelatihan hingga saat ini: ~ 14 Mei 2013 Rencana Strategi disusun dan Lokakarya pertama dengan lembagalembaga pelaksana
Juli 2013 Peluncuran di Kalimantan Timur Kalimantan
Sep 2013 Kunjungan tingkat tinggi kepada Wakil Presiden Indonesia
Des 2013 Peluncuran di Kalimantan Tengah
4
Program Pertumbuhan Hijau Pemerintah Indonesia – GGGI
Program Pertumbuhan Hijau 2013-2014
Nota Kesepahaman (MoU) Nota Kesepahaman antara Bappenas dan GGGI telah ditandatangani untuk memulai Program GGGI Indonesia
Kementerian pelaksana dan pemangku kepentingan lintas sektoral Program akan dilaksanakan oleh sejumlah kementerian, meliputi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, ESDM, UKP4, dan Bappeda Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Tengah (Kalteng) yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di pemerintah, sektor swasta, dan organisasi-organisasi masyarakat sipil (OMS)
5
Program Pertumbuhan Hijau Pemrintah Indonesia– GGGI
Dr. Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Perwakilan Anggota Dewan GGGI
“Melalui program baru yang inovatif ini, kita mengembangkan kerangka kerja dan seperangkat alat yang dapat digunakan untuk membantu mengarusutamakan pertumbuhan hijau ke dalam proses penilaian perencanaan dan investasi yang sudah ada.” Indonesia membutuhkan pendekatan sistematis dengan langkah-langkah konkret
6
Program Pertumbuhan Hijau Pemrintah Indonesia– GGGI
Tingkat negara
Tingkat komponen
Rencana Pertumbuhan Hijau
1 “Untuk mendorong Pertumbuhan Hijau di Indonesia yang mengakui nilai modal alam, meningkatkan ketahanan, membangun perekonomian lokal, yang bersifat inklusif dan adil.”
Menghijaukan proses perencanaan
“Mengarusutamakan pertumbuhan hijau ke dalam proses perencanaan pembangunan dan ekonomi Indonesia”
1A 1B
“Meningkatkan penggunaan teknologi hijau dan meningkatkan investasi modal dalam industri hijau” (GIMS)
1C
2
REDD+ untuk pertumbuhan hijau
“Memastikan bahwa pendanaan, program, dan kebijakan REDD+ mempercepat pertumbuhan hijau di Indonesia”
2
3
Pelibatan daerah
“Mendukung pemerintah provinsi kunci dalam memprioritaskan dan melaksanakan pertumbuhan hijau.”
3CK 3EK
7
Bagian 1: Apa yang dimaksud dengan Pertumbuhan Hijau?
Apa yang dimaksud dengan Pembangunan Berkelanjutan? “Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.“ (Brundtland Report) Ciri-ciri Pembangunan Berkelanjutan • Peduli pada keadilan dan pemerataan – menjamin hak kelompok miskin dan generasi penerus • Berpandangan jangka panjang – menerapkan prinsip kehati-hatian • Memikirkan sistem – memahami interkoneksi antara pemerintah, ekonomi, dan masyarakat Linimasa Pembangunan Berkelanjutan
1970-an • • •
1970: Hari Bumi Pertama 1976: Konferensi PBB tentang Permukiman Manusia (UNCHS) diselenggarakan untuk menghubungkan lingkungan dengan permukiman manusia 1978: Direktorat Lingkungan OECD meluncurkan kembali penelitian tentang hubungan lingkungan dan ekonomi
2000-an 2000: Pertemuan Tujuan Pembangunan Milenium PBB 2005: Protokol Kyoto mulai berlaku 2009: Negosiasi iklim Kopenhagen
• • •
1980-an • •
1960-an •
• •
1962: Silent spring (oleh Rachel Carson) menjelaskan interkoneksi antara lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. 1967: Pembentukan Dana Pertahanan Lingkungan (Establishment of Environmental Defense Fund/EDF) untuk mencari solusi hukum atas kerusakan lingkungan. 1969: UU Kebijakan Lingkungan Nasional disahkan di Amerika Serikat.
1980: Strategi Koservasi Dunia (World Conservation Strategy) diterbitkan oleh IUCN 1985: Pertemuan Perubahan Iklim Masyarakat Meteorologi Dunia (World Meteorological Society), UNEP, dan Dewan Internasional Serikat Ilmiah (International Council of Scientific Union) memprediksi pemanasan global
1990s • •
•
1992: KTT Bumi dilaksanakan 1996: Adopsi ISO 14001 sebagai standar internasional sukarela untuk sistem manajemen lingkungan perusahaan 1999: Peluncuran Indeks Keberlanjutan (Sustainability) Dow Jones
9
Pembangunan Berkelanjutan Layak secara ekonomi
Pembangunan Berkelanjutan Diterima secara sosial
Berkelanjutan secara lingkungan
Produksi Ekonomi Keadilan Sosial
Dukungan Politik
Apresiasi Budaya
Ekologi Berkelanjutan
• •
Efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam Menjaga ketersediaan sumber daya terbarukan
• •
Teknologi terapan untuk menggantikan sumber daya tak terbarukan Menjaga kualitas lingkungan hidup
10
Green Growth Contributes to Sustainable Development
BAPPENAS Framework for Sustainable Development 4 Pillars of Sustainable Development
Social
Green Economy
Environment
Governance
GOI-GGGI Green Growth Program
11
Pertumbuhan Hijau: Apakah itu dan apa manfaatnya? •
Pertumbuhan Hijau adalah sebuah pendekatan untuk mencapai sejumlah tujuan secara simultan yang membawa Indonesia semakin dekat dengan pembangunan berkelanjutan yang sesungguhnya
•
Memberikan kerangka kerja praktis untuk tujuan pembangunan nasional, seperti mitigasi perubahan iklim, adaptasi terhadap bencana alam, ketahanan pangan dan energi, dan keterpaduan Timur-Barat.
•
Pertumbuhan Hijau mendukung target-target yang berpihak pada pertumbuhan, lapangan kerja, masyarakat miskin, dan lingkungan.
•
Gagasan dan perangkat Pertumbuhan Hijau akan memudahkan pengambilan keputusan dalam menganalisa kebijakan dan proyek secara lebih baik untuk menghasilkan manfaat yang lebih luas bagi perekonomian, masyarakat, dan lingkungan.
Konsep pertumbuhan hijau di Indonesia diinformasikan oleh sejumlah pandangan organisasi internasional terkemuka yang terlibat dalam perencanaan dan pengembangan pertumbuhan hijau, meliputi: “Ekonomi Hijau adalah suatu hal menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial, sambil mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara signifikan. Ekonomi ini rendah karbon, efisien dalam sumber daya, dan inklusif secara sosial” (UNEP) “Pertumbuhan hijau berarti mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, sambil memastikan bahwa modal alam terus menyediakan sumber daya dan jasa-jasa lingkungan yang kita butuhkan” (OECD) “Pertumbuhan yang efisien dalam menggunakan sumber daya alam, bersih karena meminimalisasi polusi dan dampak lingkungan, dan tangguh karena berperan dalam bencana alam dan pengelolaan lingkungan dan modal alam dalam mencegah bencana fisik” (Bank Dunia) “Perekonomian tangguh yang memberikan kualitas hidup yang lebih baik untuk semua dalam batas-batas ekologi planet.” (Koalisi Ekonomi Hijau) “Sebuah paradigma baru yang menyeimbangkan hijau dan pertumbuhan” (UNESCAP) 12
Tantangan global dengan Aktivitas Seperti Biasa (Business As Usual) Meningkatnya Permintaan Energi
8.000
Permintaan energi, Mtoe
Miliar, m3
Kelangkaan air
7.000
6.000 2.700 5.000
9.000
8.000
7.000
6.000
5.000 4.000 6.900
4.000
3.000 3.000 2.000
4.500
4.200 2.000
1.000
0
1.000
Pemakaian air tahun 2010
Pemakaian air tahun 2030
Perbedaan Persediaan persediaan dan yang ada, pemakaian dapat diakses, dapat diandalkan, dan berkelanjutan
Gabungan kesenjangan global antara pasokan yang dapat diakses dan diandalkan dan pengambilan air 2030.
0 Asia Pasifik
Eropa & Eurasia
Amerika Utara
2011
Afrika
Timur Tengah
Amerika Latin
2035
Total permintaan energi utama, berdasarkan kawasan, Mtoe, 2011 dan 2035
13
Tantangan global dengan Aktivitas Seperti Biasa (Business As Usual) Energi yang tidak stabil dan harga pangan
Peningkatan temperatur global dan permukaan laut Rata-rata permukaan laut global, mm
160 140
120 100 80 60 40
20
250 200 150
100 50
Index Harga Pangan Bulanan FAO
2000
1990
1980
1970
1960
1950
1940
1930
1920
1910
1890
1900
Rata-rata Annual_Mean Tahunan
2010
2000
1990
1980
1970
1960
-0.8
1950
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
0
-0.4
1940
50
0.0
1930
100
1920
150
0.4
1910
200
Tide gauge data
0.8
1900
250
1.2
1880
Rata-rata temp permukaan global. anomali (deg.C)
300
KetidakUncertainty pastian
1890
2011
2009
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
1987
Harga batu bara (Batu Bara Uap, CIF Jepang)
-50
1880
0
0
Rata-rata 5 5-year_Mean Tahunan 14
Tantangan global dengan Aktivitas Seperti Biasa (Business As Usual) Kerusakan ekosistem
Peningkatan kerugian akibat bencana alam 250
4.0
200
3.0 150
100 2.0
50
Total footprint Totalecological jejak ekologi
0
1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1.0 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010
Total Totalbiocapacity kapasitas bio
Jejak ekologi dan kapasitas hayati (biocapacity) global, 1961-2007 (ha/kapita)
Perkiraan kerusakan akibat bencana alam yang dilaporkan, 1970-2010, $ Miliar 15
Tantangan yang dihadapi Indonesia dengan Kegiatan Seperti Biasa (Business As Usual)
Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang spektakuler sejak 1990 dan terutama sejak Krisis Finansial Asia:
$5.000 $4.000
$80 $3.000
•
$2.000
• Pendapatan rata-rata meningkat dua kali lipat
$60 $40 $1.000
Batubara Coal Gas Bumi Natural Gas Sumber Terbarukan Renewables
2011
2010
2009
2008
2007
0
2006
0
2005
1
2004
40
2003
2
2002
80
2001
3
2000
120
1999
4
1998
160
1997
5
1996
Dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi, produksi dan konsumsi energi meningkat sangat banyak, terlepas dari keuntungan efisiensi…
200
1995
Sejak milenium, Populasi Indonesia telah tumbuh sebanyak 37 juta – setara dengan jumlah seluruh populasi Polandia
1994
PDB kapita GDP perper capita
1993
Investasi Investment
2005$ per kg setara minyak
• Pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir mendekati sekitar 6% per tahun
$0 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012
1992
$0
1991
$20
57 juta orang telah diangkat dari kemiskinan
1990
$100
TWh
Miliar USD
$120
Air Hydro OilMinyak Intensitas Energi ($/pemakaian Energy Intensity ($/energy use) energi)
16
70%
-
60%
2
50%
•
6
• Stok mineral menipis sekitar $10 miliar setahun
30% 8
10
0%
12
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
10%
Area Hutan Forested Area
Rata-rata deforestasi 0,6% setahun
• Cadangan/Rasio Produksi Indonesia hanya 14 untuk batu bara dan 11 untuk minyak
Pengurangan Mineral depletionMineral (USD) (USD)
Emisi karbon meningkat dengan bertambahnya konsumsi materi dan energi … 2.5
… dan peningkatan distribusi pendapatan terkonsentrasi pada beberapa yang beruntung. Koefisien GINI
MtCO2/kapita
Namun, pertumbuhan sering mengorbankan lingkungan hidup.
4
40%
20%
Billions
Tantangan yang dihadapi Indonesia dengan Kegiatan Seperti Biasa (Business As Usual)
2 1.5
50 40 30
1
20
0.5
10 0
0 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 0 = kesetaraan sempurna, 100 = ketidaksetaraan sempuran
17
Tantangan yang dihadapi Indonesia dengan Kegiatan Seperti Biasa (Business As Usual)
Dampak perubahan iklim mungin akan mempengaruhi Indonesia secara khusus: • Peningkatan temperatur berdampak pada produktivitas pertanian • Peningkatan curah hujan dan banjir secara bersamaan karena peningkatan kemarau di beberapa wilayah Wilayah stres air yang tinggi, tahun 2050
Sumber: UNEP /Perpustakaan Grafis dan Peta GRID-Arendal; Pemanasan global dan pertanian, William Cline 2007
Merah = <0,5 m liter/per orang. Stress Ekstrim.
Sumber: Pusat Penelitian Sistem Lingkungan, Universitas Kassel
18
Visi Pertumbuhan Hijau untuk Indonesia Tahun 2050 … •
Indonesia adalah negara demokrasi pasca-industri
•
Bhineka Tunggal Ika
•
Pendapatan $32.000/kepala
•
Populasi berpendidikan, sehat, dan produktif secara ekonomi
•
Seorang anak yang lahir tahun 2045 di Papua, Maluku, atau Nusa Tenggara akan mendapatkan kesempatan hidup yang sama seperti di Jawa, Sumatera, atau Bali
•
Perekonomian rendah karbon dan diversifikasi
•
Rehabilitasi ekologi
•
Sektor berbasis hutan dan perikanan berkembang karena ekoturisme, bioteknologi, dan energi terbarukan
•
Indonesia mandiri dalam energi
•
Emisi tahunan GRK menurun
Defisini yang diajukan oleh Komite Pengarah GGGI termasuk Emil Salim 19
Kerangka Pertumbuhan Hijau Indonesia: 5 hasil Pertumbuhan Hijau
Penurunan gas rumah kaca Ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan
Pertumbuhan Hijau
Pertumbuhan yang adil dan inklusif
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Modal alam yang sehat menyediakan jasa ekosistem
20
Kerangka Pertumbuhan Hijau Indonesia: 5 hasil Pertumbuhan Hijau Ekosistem sehat dan produktif yang menyediakan jasa ekosistem Apakah itu?
•
Ekosistem sehat dan produktif yang menyediakan jasa ekosistem menyoroti pertumbuhan yang mempertahankan modal alam, yaitu stok sumber daya alam yang dapat memasok aliran manfaat dalam bentuk jasa ekosistem secara berkesinambungan. Jasa-jasa ini, misalnya penyediaan air bersih, memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan dan kesejahteraan, namun sering diabaikan dalam pengambilan keputusan.
Mengapa penting dan bagaimana kaitannya dengan tujuan nasional dan daerah? •
Mendukung tujuan RPJM untuk “meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan untuk mendukung kualitas hidup”
•
Mendukung UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
•
Mendukung keberlanjutan pertumbuhan jangka panjang dan standar kehidupan keseluruhan yang lebih tinggi, memanfaatkan lahan kritis daripada mengeksploitasi modal alam.
•
Mendorong munculnya rantai nilai hijau untuk modal alam dan ekosistem.
•
Melestarikan keindahan alam Indonesia agar generasi penerus dapat menikmatinya dengan baik.
Kebijakan seperti apa yang dapat mendukung implementasinya? •
Insentif ekonomi (pembayaran untuk jasa ekosistem, REDD+, mekanisme kompensasi, pembagian pendapatan daerah dan pusat…)
•
Rencana tata ruang (rencana tata ruang yang jelas dan konsisten, tanggung jawab perizinan yang jelas, penegakan hukum yang lebih tegas …)
•
Informasi dan inisiatif sukarela (kesadaran umum terhadap dampak pembuangan sampah sembarangan … )
21
Kerangka Pertumbuhan Hijau Indonesia: 5 hasil Pertumbuhan Hijau Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Apakah itu? • Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) menyoroti pentingnya pertumbuhan rendah karbon untuk berkontribusi pada upaya global dan nasional untuk mengurangi perubahan iklum dan memperkecil dampak kerusakan terhadap masyarakat lokal dan internasional di masa depan. Mengapa penting dan bagaimana kaitannya dengan tujuan nasional dan daerah? • Mendukung komitmen Indonesia terhadap perubahan iklim internasional (penurunan 26-41% pada tahun 2020) • Mendukung kebijakan nasional untuk mencapai komitmen ini, seperti RAN-GRK dan RAD-GRK, Panduan (Roadmap) Sektoral Perubahan Iklim Indonesia … • Mendorong pengembangan teknologi bersih, meliputi efisiensi energi, limbah menjadi energi, dan hal-hal terbarukan lainnya. Peluang ekspor potensial yang kuat.. • REDD+ mendukung bisnis untuk mengurangi deforestasi dan mendukung modal alam. Kebijakan seperti apa yang dapat mendukung implementasinya? • Insentif ekonomi (pajak karbon, perdagangan emisi, kredit internasional, subsidi/feed-in tariffs … ) • Mandat teknologi (target energi terbarukan, standar emisi … ) • Informasi dan inisiatif sukarela (pelabelan energi, kesadaran umum tentang perubahan iklim … ) 22
Kerangka Pertumbuhan Hijau Indonesia: 5 hasil Pertumbuhan Hijau Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan Apakah itu? • Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan menyoroti pentingnya KELUARAN perekonomian nasional, provinsi, dan kabupaten (PDB), yang cukup kuat dan beragam untuk mendukung pembangunan dan kemakmuran masyarakat secara luas. Mengapa penting dan bagaimana kaitannya dengan tujuan nasional dan daerah? • Mendukung target pertumbuhan Indonesia hingga 7% dan target untuk masuk dalam 6 Besar Perekonomian Global di tahun 2050 • Mendukung tujuan inti RPJPN dan RPJMN. • Mendukung pembangunan ekonomi melewati tahap Penghasilan Menengah (“menghindari perangkap”). • Menyoroti peluang-peluang pertumbuhan di wilayah hijau: Produk dan Jasa Lingkungan ($149 miliar di Asia Pasifik dan $570 miliar pasar global di tahun 2010), Peluang Kerja Hijau, Investasi Hijau … Kebijakan seperti apa yang dapat mendukung implementasinya? • Investasi pada Infrastruktur Transportasi dan Energi • Stabilitas makro dan kebijakan untuk investasi sektor swasta • Dukungan fiskal untuk Industri Hijau • Litbang, dukungan teknologi dan inovasi • Dukungan untuk manufaktur maju dengan daya saing internasional 23
Kerangka Pertumbuhan Hijau Indonesia: 5 hasil Pertumbuhan Hijau Pertumbuhan yang inklusif dan adil Apakah itu? • Pertumbuhan yang inklusif dan adil menyoroti pertumbuhan yang bermanfaat untuk seluruh segmen, termasuk anak-anak, perempuan, dan laki-laki, mereka yang ada di daerah perkotaan dan perdesaan, kaya dan miskin, terpinggirkan dan terhubung dengan baik Mengapa penting dan bagaimana kaitannya dengan tujuan nasional dan daerah? • Mendukung persatuan Indonesia yang fundamental, perdesaan dan perkotaan, miskin dan kaya… Bhinneka Tunggal Ika • Mendorong penyertaan sosial (social inclusion), kejujuran, dan keadilan.
Kebijakan seperti apa yang dapat mendukung implementasinya? • Investasi pada kesehatan dan pendidikan • Jaring pengaman sosial • Konektivitas dan infrastruktur transportasi untuk daerah terpencil • Zona Ekonomi Khusus untuk mendorong pembangunan di daerah terpencil
24
Kerangka Pertumbuhan Hijau Indonesia: 5 hasil Pertumbuhan Hijau Ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan Apakah itu?
•
Ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan menyoroti pertumbuhan yang meningkatkan kemampuan menjaga atau memulihkan stabilitas ekonomi, finansial, sosial, dan lingkungan dalam menghadapi guncangan eksternal (misalnya adaptasi terhadap dampak fisik perubahan iklim, diversifikasi sektor ekonomi, menunjang ketahanan pangan, dan mengelola stabilitas mata uang dan perdagangan).
Mengapa penting dan bagaimana kaitannya dengan tujuan nasional dan daerah? •
Mendukung Strategi RPJM mengenai Pengelolaan Bencana Alam.
•
Mendukung strategi ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan energi.
•
Stabilitas dan pengurangan risiko memungkinkan investasi pada generasi penerus dan menghindari jerat kemiskinan.
•
Melindungi Indonesia dari dampak perubahan iklim global.
Kebijakan seperti apa yang dapat mendukung implementasinya? •
Investasi pada kesehatan dan pendidikan
•
Asuransi yang disponsori pemerintah (asuransi polisi, asuransi bencana)
•
Jaring pengaman sosial; asuransi pengangguran, pensiun, tunjangan anak
•
Penambahan investasi pada infrastruktur tahan iklim
•
Investasi dan adaptasi teknologi pertanian
•
Dukungan terhadap manufaktur maju dan industri jasa yang stabil
•
Pengelolaan makro ekonomi dan moneter yang kuat
25
Kerangka Pertumbuhan Hijau Indonesia: Dimulai dengan Modal Alam dan mengarah pada Pembangunan Berkelanjutan
26
Bagaimana Pertumbuhan Hijau dapat membantu Indonesia?
Daya Saing Internasional
Gas Bumi dan industri menggunakan tenaga geotermal
Meningkatkan nilai tambah pada sektor kilang tambang
Teknologi Hijau Baru
Pelistrikan offgrid
Gabungan Pupuk
Limbah menjadi energi
Batubara Hijau
Limbah menjadi Energi
Kelapa Sawit berkelanjutan
Kota Pintar
27
Bagian 2: Menerapkan Pertumbuhan Hijau pada kebijakan dan perencanaan proyek
Pengantar Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional- RPJPN Deskripsi RPJPN adalah rencana pembangunan nasional yang memberikan arahan dan panduan visi dan misi untuk periode 20 tahun.
Lembaga Kunci
1. Bappenas sebagai koordinator dan menganalisis evaluasi program dari kementerian dan lembaga sektoral* 2. Kementerian dan lembaga sektoral untuk pengendalian dan evaluasi program* Periode 2005-2025
*Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007
29
Pengantar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional- RPJMN Deskripsi • Tahapan untuk mencapai visi RPJPN 2005-2025 • Formulasi tantangan, strategi, dan target untuk mengatasi tantangan yang dihadapi negara dalam periode 5 tahun. Lembaga Kunci • Bappenas sebagai koordinator Perencanaan, Pengawasan, dan Evaluasi program • Koordinator Buku; 1. Buku I (Prioritas dan Prioritas Fokus Nasional) dikoordinasikan oleh Bappenas 2. Buku II setiap sektor dipimpin oleh Koordinator Sektoral 3. Buku III dipimpin oleh Deputi yang terkait dengan sektor pembangunan daerah Periode • RPJMN I 2005-2009 • RPJMN II 2010-2014 • RPJMN III 2015-2019 • RPJMN IV 2020-2024
30
Pengantar Elemen perencanaan yang baik • Memahami dampak dari rencana Data; informasi kuantitatif Bukti; tambahan bukti kualitatif • Koordinasi antar lembaga Kementerian Sektor publik Sektor swasta Masyarakat sipil/LSM • Skenario Baseline/Kegiatan seperti biasa (BAU) Skenario Pertumbuhan Hijau; Memberikan manfaat jangka panjang Pertumbuhan berkelanjutan Strategi investasi hijau menyebabkan tingkat pertumbuhan tahunan lebih tinggi dibandingkan Aktivitas Seperti Biasa (Business as usual/BAU) Skenario lain
Sumber: UNEP, 2011
31
Rencana kebijakan nasional
Pemerintah Pusat
Rencana 20 Tahun
Rencana 5 Tahun
Rencana 1 Tahun
Anggaran
RPJPN
RPJMN
RKP
RAPBN
Renstra KL
Renja KL
RKA KL
MP3EI RTRWN
32
Rencana kebijakan daerah
Pemerintah Provinsi & Daerah
Rencana 20 Tahun
Rencana 5 Tahun
Rencana 1 Tahun
Anggaran
RPJPD
RPJMD
RKPD
RAPBD
MP3EI RTRWN
Renstra SKPD
Renja SKPD
RKA SKPD
33
Perencanaan proyek
Tahap 0 Perencanaan kebijakan praproyek
Tahap 1
Analisis kelayakan dan pilihan-pilihan
• RPJMN/D
• Penilaian pasar
• Rencana tata ruang
• Penilaian teknis
Tahap 2
Tahap 3
Analisis keuangan
Kajian Lingkungan
• Penilaian biaya keuangan dan manfaat
• AMDAL
• Zona Ekonomi Zones (KEK, KSN) • Daftar investasi
34
Perencanaan proyek
34
Proses Kajian Pertumbuhan Hijau: Kebijakan dan Proyek GGF
Step 1
GGAP
Step 3
Step 2
GGP
Social, economic and environment al resilience
National & Regional
Greenhouse gas emission reduction
Green Growth
plans Sustained economic growth
Sector plans
Business As Usual
Policies & enablers
Extractives
National
National
Production Land use Connectivity
Inclusive and equitable growth
Healthy and productive ecosystems providing services
Province
Province Corridor
Corridor
District
Project generation and Identification
Sector
Towards a green growth vision
Revisit policy & enablers to remove barriers and ensure projects fully align with Green Growth planning approach
Step 6
Feasibility assessment
Step 4
GG potential assessment
Step 5
eCBA
Business Cases
Targets inform and test the vision
Step 7 Monitoring & Evaluation
Roadmap and setting
eCBA
Step 8
Roadmap
targets
36
Mengintegrasikan Pertumbuhan Ekonomi ke dalam perencanaan kebijakan nasional dan daerah Target Hijau Nasional Kebijakan Hijau Strategis
20 Year Plan
5 Year Plan
1 Year Plan
Budget
RPJPN
RPJMN
RKP
RAPBN
MP3EI RTRWN Target hijau KLHS / KPIs
Insentif hijau dianggarkan untuk
Renstra KL
Target sektor Penggunaan teknik eCBA untuk menilai aset
Renja KL
RKA KL
M & E
Insentif kebijakan sektor
37
Perencanaan proyek
Tahap 0 Perencanaan kebijakan praproyek
Tahap 1
Kelayakan dan analisis pilihan
• RPJMN/D
• Penilaian pasar
• Rencana Tata Ruang
• Penilaian teknis
Tahap 2
Tahap 3
Analisis finansial
Pengkajian Lingkungan Hidup
• Penilaian biaya dan manfaat finansial
• AMDAL
• Zona Ekonomi (KEK, KSN) • Daftar investasi
38
Mengintegrasikan Pertumbuhan Hijau ke dalam perencanaan proyek
Tahap 0 Perencana an kebijakan praproyek
Tahap 1
Kelayakan dan analisis pilihan
• RPJMN/D
• Penilaian pasar
• Rencana Tata Ruang
• Penilaian teknis
• Zona Ekonomi (KEK, KSN) • Daftar investasi • Pengkajian Lingkungan Hidup Strategis (PLHS)
Tahap 2
Tahap 3 Analisis
Analisis finansial
• Penilaian biaya dan manfaat finansial
Manfaat
• Penilaian biaya dan manfaat sosial
Prioritas proyek yang akan dilaksanakan Merancang ulang proyek dan koridor
Tahap 5
Analisis MultiKriteria
Biaya
• Penyaringan GGAP proyek
• Pengkajian Lingkungan Hidup Strategis (PLHS)
Tahap 4
Pengkajia n Dampak
• Mengintegrasikan dampak kualitatif dan strategis yang lebih luas
Merancang ulang proyek Memberikan saran kebijakan
• AMDAL • Pengkajian Dampak Sosial Ekonomi
Upaya mitigasi risiko akhir Menyediakan info menyeluruh tentang proyek sebelum pelaksanaan 39
Mengintegrasikan Pertumbuhan Hijau ke dalam perencanaan Proyek: Contoh praktis • Perlu 100MW di • Pilihan meliputi: kekuatan di Kota ‘X’ • Gas • Hidro • Geotermal • Biodisel
Tahap 0 Perencana an kebijakan pra-proyek
Tahap 1
Kelayakan dan analisis pilihan
• Pilihan yang menguntungkan: Gas Geotermal Hidro
Tahap 2
Analisis finansial
• Pilihan terbaik secara sosial: Hidro Geotermal Gas
Tahap 3
Analisis Biaya Manfaat
• Pilihan terbaik secara keseluruhan: Geotermal Hidro Gas
Tahap 4
Analisis MultiKriteria
• Mitigasi risiko dengan sedikit perubahan lokasi
Tahap 5
Pengkajia n Dampak
40
Rekap
1.
2. GGF
Step 1
GGAP
Step 3
Step 2
GGP National & Regional
Greenhouse gas emission Social, reduction economic Sustained and economic environment Green growth al resilience Growth
plans
Sector plans
Business As Usual
Policies & enablers
Extractives
National
National
Production Land use Connectivity
Inclusive and equitable growth
3.
Healthy and productive ecosystems providing services
Province
Province Corridor
Corridor
District
Project generation and Identification
Sector
Towards a green growth vision
Revisit policy & enablers to remove barriers and ensure projects fully align with Green Growth planning approach
Feasibility assessment Step 6
GG potential assessment eCBA
Business Cases
Targets inform and test the vision
Preproject policy planning
Stage 1
Feasibility and options analysis
Stage 2
Financial analysis
Stage 3
Cost Benefit Analysis
Stage 4
Multi Criteria Analysis
Stage 5
Step 4
Step 5 Step 7
Monitoring & Evaluation
Roadmap and setting
targets
Stage 0
Green Growth Pertumbuhan Hijau
eCBA
Step 8
Roadmap
Aktivitas Seperti Biasa Business As Usual (Business As Usual)
Impact Assessme nt
41
Bagian 3: Mengukur Pertumbuhan Hijau
Pendekatan saat ini untuk mengukur pertumbuhan
Tentang PDB • Produk Domestik Bruto digunakan secara internasional untuk mengukur tingkat pembangunan • Namun, itu merupakan ukuran kasar: hanya mengukur “apa yang keluar dari gerbang pabrik” Layak secara ekonomi
PDB
Diterima secara sosial
•
•
Berkelanjutan secara lingkungan hidup
Hanya berbicara sedikit tentang apa yang diterima secara sosial atau berkelanjugan secara lingkungan hidup. Dan, merupakan pengukuran yang terbatas atas keberhasilan ekonomi (misalnya, bencana alam, kemacetan lalu lintas)
43
Pendekatan saat ini untuk mengukur pertumbuhan; apa yang kurang?
Efisien dalam Penggunaan SDA
Mengetahui Ketersediaan SDA
Mengetahui kontribusi nyata tiap sektor terhadap PDB
Menjadi dasar untuk pengelolaan SDA dan lingkungan
Mengetahui SDA dan kerusakan lingkungan
Masyarakat Sejahtera
Perekonomian dengan Visi Sosial & Lingkungan Hidup
Menjaga keberlanjutan SDA Teknologi terapan untuk menggantikan penggunaan Sumber daya tak terbarukan
Menjaga kualitas lingkungan
Sumber daya yang berkelanjutan
44
Contoh internasional untuk pengukuran pertumbuhan hijau Pengukuran Pertumbuhan Hijau • Sejumlah lembaga telah meneliti indikator Pertumbuhan Hijau dan merekomendasikan kerangka di bawa ini sebagai praktik terbaik internasional
Sumber: Green Growth Knowledge Platform: Moving Towards a Common Approach on Green Growth Indicators
Masukan dan Aset Alam
• • • •
Air (volume dan kualitas air tawar) Sumber daya hutan dan laut (ha hutan, ton ikan) Sumber daya mineral/energi (cadangan gas) Keragaman hayati (kawasan lindung, spesies)
Produksi dan produktivitas
• • • •
Intensitas energi (kWh per unit PDB) Intensitas material (ton per unit PDB) Limbah (% yang dikumpulkan dan didaur ulang) Inovasi (Litbang, produktivitas tenaga kerja)
• • •
Kesehatan (kematian/penyakit dari polusi udara) Risiko (mengalammi bencana alam) Pembuangan (ketersediaan air minum bersih, kualitas air tawar) Jasa ekosistem (tersedia untuk rekreasi, nilai estetika)
Keluaran dan kesejahteraan
•
Studi Kasus: Target produktivitas Cina pada tahun 2020 (pada tingkat di tahun 2000) • Intensitas energi (energi digunakan per unit PDB) mencapai 50 hingga 60 persen • Intensitas air (air digunakan per unit PDB) mencapai 80 persen • Intensitas sulphur dioksida (SO2) (Emisi SO2 per unit PDB) mencapai 75 persen • Intensitas karbon dioksida (CO2) (Emisi CO2 per unit PDB) mencapai 60 persen
Sumber: UNESCAP, Greening Growth in Asia and the Pacific
45
Indikator makro dan mikro Indikator makro dapat menggambarkan data dari indikator mikro tingkat proyek
Penurunan gas rumah kaca Ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup
Pertumbuhan yang adil dan inklusif
Pertumbuh an Hijau
Contoh diberikan di slide-slide berikutnya
Makro, tingkat nasional/provi nsi
Mikro, tingkat proyek
Tergantung proyek, contoh diberikan di bagian slide eCBA
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Indikator
Indikator
Indikator tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten untuk monitoring, evaluasi, dan penentuan target
Indikator proyek meningkatkan kesadaran luasnya dampak proyek dan dapat digunakan untuk monitoring dan evaluasi
Modal alam yang sehat menyediakan jasa ekosistem
46
Ketersediaan dan aliran atau indikator absolut dan intensitas
Contoh modal atau tenaga kerja
Ketersediaan
Absolut
2014
Intensitas Absolut
Berlanjut dari waktu ke waktu…
Pilihan meliputi: • Populasi • PDB • Wilayah geografis • Jam kerja • Permintaan Oksigen Biokimia dari air
47
Indikator makro absolut pertumbuhan hijau Pilar pembangunan berkelanjutan
Ekonomi
Sosial
Lingkungan Hidup
Hasil pertumbuhan hijau normatif
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Pertumbuhan yang adil dan inklusif
Modal alam yang sehat menyediakan jasa ekosistem
Ketersediaan
R
Pembentukan modal bruto Investasi Langsung Luar R Negeri (Foreign Direct R Investment) Populasi yang bekerja Utang
Angka kemiskinan (headcount) Populasi Populasi yang tinggal di kawasan lahan dengan elevasi di bawah 5 meter
Penurunan GRK R
Aliran
PDB (Paritas Daya Beli) Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) (% yoy) Produktivitas factor total (% pertumbuhan) Lapangan kerja formal Lapangan kerja informal Pengangguran Pengangguran terselubung
R R R R
HDI Belanja sosial pemerintah Koefisien Gini Akses ke listrik Akses ke puskesmas Akses ke internet
R R R R
Kawasan berhutan Indeks GEF untuk keragaman hayati Spesies mamalia yang terancam Kawasan konservasi laut Spesies ikan yang terancam Kawasan terumbu karang yang sehat Ketersediaan ikan Cadangan energi primer
Kawasan berhutan Cadangan bahan bakar fosil + impor – ekspor
Produksi perikanan Belanja lingkungan hidup R pemerintah Laju deforestasi Konsumesi energi primer Indeks stress air Penarikan air tawar
GRK Laju deforestasi
Catatan: R = Indikator yang merupakan elemen hasil ketahanan 48
Indikator makro intensitas pertumbuhan hijau Pilar pembangunan berkelanjutan Hasil pertumbuhan hijau normatif
R
Aliran
Sosial
Lingkungan Hidup
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Pertumbuhan yang adil dan inklusif
Modal alam yang sehat menyediakan jasa ekosistem Penurunan GRK
Ketersediaan
Ekonomi
Pembentukan modal bruto/PDB Investasi Langsung Luar Negeri (Foreign Direct Investment) /PDB Populasi yang bekerja/PDB Utang/PDB
PDB/Populasi PDB/jam kerja (produktivitas tenaga kerja) PDB Sektor/PDB (contoh PDB Pertanian/PDB) RPDB/PDB Lapangan kerja formal/populasi Lapangan kerja informal/populasi Pengangguran/Populasi Pengangguran terselubung/Populasi
R
R R R R
Angka kemiskinan/populasi Populasi yang tinggal di kawasan dengan elevasi R di bawah 5 meter/Populasi Belanja sosial pemerintah/PDB Populasi terpelajar/Populasi Akses ke listrik/Populasi Akses ke puskesmas/Populasi Akses ke internet/Populasi
R R R
Kawasan berhutan/wil ayah geografis
Belanja lingkungan hidup pemeringah/PDB Populasi/wilayah geografis Konsumsi energi/Populasi Konsumsi energi/PDB Penggunaan air/Populasi
GRK/PDB GRK/Populas i
Kawasan berhutan/wilayah geografis Polusi air/Emisi Kebutuhan Oksigen Biokimia
Notes: R = Indikator yang merupakan elemen hasil ketahanan
49
Juta Rp/ orang yang dipekerjakan
Kinerja daerah: Indikator Kinerja Utama Pertumbuhan Hijau yang ada 195
200
Central Kalimantan Tengah Kalimantan Kalimantan East Timur Kalimantan Sulawesi North Utara Sulawesi Sulawesi South Selatan Sulawesi Indonesia Indonesia
KPI terdistorsi oleh repatriasi
180 160 140 120 100 80 60
42
40
40
60%
54%
56% 52% 48%
50% 40% 29%
30%
20%
48
Central Kalimantan Kalimantan Tengah East Kalimantan Kalimantan Timur North Sulawesi Utara Sulawesi Sulawesi South Selatan Sulawesi Indonesia Indonesia
10%
21
20 0%
0
Forest cover Area Hutan Area Hutan
Labour Productivity Produktivitas Pekerja
Catatan: Kalteng Kaltim Sulut Indo 2010, Sulsel 2012 60%
Catatan: Kaltim Indo Sulut Sulsel 2010, Kalteng 2008 100%
50%
50%
44%
40% 30%
23% 20%
Kalimantan Kalimantan Tengah Tengah Kalimantan Kalimantan Timur Timur Sulawesi Sulawesi Utara Utara Sulawesi Sulawesi Selatan Selatan Indonesia Indonesia
10%
95% 95%
95% 93%
90%
87%
85% 80%
80%
Central Kalimantan Tengah Kalimantan East Kalimantan Timur Kalimantan North Sulawesi Utara Sulawesi South Sulawesi Selatan Sulawesi Indonesia Indonesia
75% 0.02%
0% PLN power generated from renewable energy Energi Terbarukan yang dibangkitkan oleh PLN (IPP lainnya (other IPPs may generate more percentage) kemungkinan menghasilkan presentase yang lebih)
Catatan: tenaga hidro, tenaga uap, geotermal, tenaga surya 2012
70%
Ketersediaan Listrik Electricity Availability
Catatan: Kaltim 2010, Kalteng Sulut Sulsel Indo 2011 50
Kinerja daerah: Indikator Kinerja Utama Pertumbuhan Hijau yang ada 0.45
0.41
0.40 0.35
30%
0.37
Central Kalimantan Tengah Kalimantan Kalimantan East Timur Kalimantan Sulawesi North Utara Sulawesi Sulawesi South Selatan Sulawesi Indonesia Indonesia
0.32
Koefisien Gini
0.30 0.25
27%
0.40
0.20
0.20 0.15 0.10
27% 25%
Kalimantan
25%
20%
17% 15%
15% 10%
Central Tengah Kalimantan Kalimantan East Timur Kalimantan Sulawesi North Utara Sulawesi Sulawesi South Selatan Sulawesi Indonesia Indonesia
5%
0.05 0%
0.00
Deversifikasi Sektoral Sectoral diversification
Mengukur Ketidaksetaraan Measuring inequality
Catatan: Kaltim Sulut 2010, Kalteng Indo 2011, Sulsel 2012 12%
45%
11% 10%
10%
9%
8%
7%
6% 6% 4%
Catatan: Kaltim, Sulut 2010, Indo 2011, Sulsel 2012
Kalimantan Central Tengah Kalimantan Kalimantan East Timur Kalimantan Sulawesi North Utara Sulawesi Sulawesi South Selatan Sulawesi Indonesia Indonesia
41%
40%
Kalimantan
35%
31%
30%
25%
26% 21%
20%
15%
15%
Central Tengah Kalimantan Kalimantan East Timur Kalimantan Sulawesi North Utara Sulawesi Sulawesi South Selatan Sulawesi Indonesia Indonesia
10%
2%
5% 0%
0%
Penghitungan Kemiskinan Poverty Headconut Perkepala
Catatan: Kalteng Kaltim Sulut Indo 2010, Sulsel 2012
Akses kepadatoInternet Accessibility the internet
Note: Kalteng Kaltim, Sulut Sulsel 2011, Indo 2012 51
Mengukur Diversifikasi Economi Perdagangan, Hotel, dan Retoran; 8.9%
Industri Pabrik; 27.7%
Pertanian, Peternakan, Agriculture, Livestock, Forestry Perhutanan, dan and Fishery Perikanan Pertambangan dan Penggalian; 41.4%
Mining and Quarrying Pertambangan dan Penggalian
Manufacturing Industri PabrikIndustry
Listrik, Gas, dan Electricity, GasAir& Water Supply Penyediaan
Pertanian, Peternakan, Jasa, 16.6% Perhutanan, dan Perikanan, 19.5% Transportasi dan Komunikasi, 11.5% Perdagangan, Hotel & Restoran, 17.0%
Industri Pabrik, 8.1%
Konstruksi, 16.5%
Pembagian GDRP Sulawesi Utara
East Kalimantan GDRP Share Construction Konstruksi Jasa, 13.4%
Transportasi dan Komunikasi
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, 28.4%
Perdagangan, Hotel, Trade, Hotel & Restaurants dan Restoran
Jasa, 18.7%
Transportasi dan Transport and Communication Komunikasi
Perdagangan, Hotel & Restoran20.9%
Keuangan, Properti, dan Finance, Jasa Real Estate and Business Services Pertambangan dan Penggalian, Jasa Services 9.6%
Pembagian GDRP Kalimantan Tengah
Perdagangan, Hotel & Restoran, 19.0%
Investasi Langsung Luar Negeri (Foreign Direct Investment), 26.4%
Pertambanga n dan Penggalian Industri Pabrik
Pembagian GDRP Sulawesi Selatan 52
Bagian 4: Melakukan Analisis Pertumbuhan Hijau – Alat dan Metodologi
Alat Proses Pengkajian Pertumbuhan Hijau: Tujuan Tujuan alat • • • •
Contoh (template) untuk melaksanakan proyek dan pengkajian intervensi. Cara mudah untuk memaparkan informasi finansial dan pertumbuhan hijau lain dari proyek. Alat yang transparan untuk mengkaji proyek. Bank indikator yang relevan untuk mengkaji dampak Pertumbuhan Hijau di Indonesia.
Naskah Pendukung Panduan Perencanaan Pertumbuhan Hijau • •
Penjelasan tentang Pertumbuhan Hijau dan kerangka pengkajian potensi pertumbuhan hijau proyek. Cara untuk mendukung pemangku kepentingan mempertimbangkan beragam dampak pertumbuhan hijau pada saat menyusun kebijakan dan intervensi. 54
Alat Pengkajian Proses Pertumbuhan Hijau: Proses keseluruhan GGF
Step 1
GGAP
Step 3
Step 2
GGP
Social, economic and environment al resilience
National & Regional
Greenhouse gas emission reduction
Green Growth
plans Sustained economic growth
Sector plans
Business As Usual
Policies & enablers
Extractives
National
National
Production Land use Connectivity
Inclusive and equitable growth
Healthy and productive ecosystems providing services
Province
Province Corridor
Corridor
District
Project generation and Identification
Sector
Towards a green growth vision
Revisit policy & enablers to remove barriers and ensure projects fully align with Green Growth planning approach
Step 6
Feasibility assessment
Step 4
GG potential assessment
Step 5
eCBA
Business Cases
Targets inform and test the vision
Step 7 Monitoring & Evaluation
Roadmap and setting
eCBA
Step 8
Roadmap
targets
55
Menggunakan Alat Proses Pengkajian Pertumbuhan Hijau (1)
Informasi dasar
1 Kuesioner kelayakan
2 Pengkajian pertumbuhan hijau
3
Hasil
4
• Informasi dasar yang lengkap tentang proyek, termasuk nama, lokasi, dan deskripsi proyek
• Melengkapi kuesioner kelayakan. Ini menentukan apakah proyek berada di tahap yang tepat untuk pengkajian GGAP, atau apakah hambatan seperti ketersediaan data, akan membatasi pengkajian
• Masukkan data tentang proyek dari indikator kuantitatif yang ditampilkan
• Nilai kinerja proyek dari hasil pertumbuhan dan dibandingkan dengan proyek-proyek lain
56
Menggunakan Alat Proses Pengkajian Pertumbuhan Hijau (2)
Informasi dasar
Bidang untuk memasukkan data
Kuesioner kelayakan
Pengkajian pertumbuhan hijau
Tampilan hasil
Hasil
57
Menggunakan Alat Proses Pengkajian Pertumbuhan Hijau (3) 1
2 Organisasi Pengemba ng
Kemampuan yang dikaji
Nama Proyek*
Jenis Proyek*
Proyek 1
Jembatan
Bali-Nusa Tenggara
Proyek 2
Jalan
Jawa
Koridor*
Apakah tersedia data yang memadai untuk pengkajian potensi pertumbuhan hijau?
…
Nama Proyek*
…
Apakah kita bisa mendapatkan akses ke data yang dibutuhkan untuk mengkaji proyek? …
Proyek 1
Proyek 3
Stasiun Air
Sulawesi
Proyek 4
Bandar
Sulawesi
Proyek 2
Proyek 3
3
Proyek 4
4
Dimensi Pertumbuhan Hijau
Ekosistem yang sehat dan produktif
…
Indikator
Kawasan lindung atau produktif yang terlantar
…
Metrik
Ha
Kualita s Data
GHG Emissions
Sumber
…
Economic Growth
Social Development Ecosystems
Proyek 1
15
Primer
Proyek 2
50
Proxy
Resilience
$-2
$-1
$-
$1
$2 Millions
Proyek 3
Tampilan hasil mengkombinasikan seluruh data yang dimasukkan untuk memberi nilai proyek untuk setiap hasil pertumbuhan hijau, dan menyusunnya sesuai peringkat
Proyek 4 58
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tujuan dan Manfaat •
eCBA memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih luas berdasarkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup yang lebih luas dari sebuah proyek atau kebijakan.
•
eCBA dapat Memutuskan apakah sektor swasta atau publik perlu melaksanakan proyek Memperkirakan dampak fiskal proyek Menentukan apakah pengaturan untuk pengembalian biaya efisien dan adil Mengkaji potensi dampak lingkungan hidup proyek dan kontribusinya terhadap pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi rancangan ulang sebuah proyek untuk kinerja Pertumbuhan Hijau yang maksimal
• • • •
•
•
• • • • •
Tergantung pada tingkat kapasitas dan sumber daya yang tersedia, ECBA biasanya dilakukan oleh konsultan dan akademisi yang membantu pemerintah. Pemerintah biasanya bertanggung jawab atas tahapan berikut (lihat slide berikutnya): Tahap 1: Identifikasi dasar (baseline) proyek Rangkaian lingkup studi dan Tahap 2: Identifikasi pilihan Pertumbuhan Hijau tujuan Tahap 3: Memetakan Jalur Dampak Terjemahkan hasil ke dalam solusi Tahap 7: Mempertimbangkan implikasi kebijakan 59
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tujuan dan Manfaat
Efek Hidrologi
Penggunaan Lahan
Jasa Air
Kesejahteraan bagi Pengguna Air
Penyerapan Karbon
Penurunan Emisi
Pembeli Karbon
Konservasi Keanekaragaman Hayati
Jasa Ekosistem
Kesejahteraan bagi Penerima Manfaat
Hubungan Bio-Fisik
Valuasi Perlu Multi Disiplin Ilmu
60
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahapan Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
• Konsultasi dengan • Konsultasi dengan • Identifikasi pemangku pemangku keluaran, hasil, kepentingan kepentingan dan dampak proyek proyek
• Memeriksa dokumentasi proyek
• Konsultasi dengan para ahli
• Tinjauan literatur
• Mengkaji materialitas
• Identiffikasi cakupan CBA
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
• Mengumpulkan data dari dokumentasi proyek
• Mengukur biaya dan amnfaat intervensi pertumbuhan hijau
• Mengumpulkan data pasar setempat
• Menilai biaya dan manfaat bagi masyarakat
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memperti mbangkan implikasi
• Memvalidasi • Mempertimbangk temuan-temuan an implikasi hasil dengan pemangku untuk kebijakan kepentingan • Mempertimbangk an implikasi untuk perancangan ulang proyek dan investasi
• Mengumpulkan data teknologi internasional
61
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 1 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Tahap 4
Pemetaan Jalur Dampak
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Tujuan • Memahami kegiatan utama tujuan proyek, lingkup geografis dan ekonomi proyek sesuai rancangan saat ini
Kegiatan utama
Penilaian finansial Dokumen teknis Rencana Tata Ruang Renncana Induk
62
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 2 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Tujuan • Identifikasi kemungkinan perbaikan skenario baseline • “Bisakah proyek ini dirancang lebih baik untuk meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Hijau”? Kegiatan utama • Pelibatan pemangku kepentingan dan penelitian baseline meliputi:
Literatur
63
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 3 Tahap 1
Tahap 2
Identifikasi baseline proyek
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Tujuan • Memetakan dampak proyek secara konsisten dan teliti untuk memprioritaskan sebagian besar dampak material dan memahami bagaimana menilai dampaknya terhadap pemangku kepentingan yang berbeda. Kegiatan utama • Menciptakan jalur dampak untuk Baseline dan Skenario Pertumbuhan Hijau: • Memetakan kegiatan/masukan (dilakukan pada Tahap 1) • Memetakan keluaran; apa yang telah berubah dalam hal fisik? (contoh hektar hutan, ton keluaran) • Memetakan hasil; bagaimana pemangku kepentingan terpengaruh? (penyakit paru-paru dan biaya layanan kesehatan, regulasi pengurangan air, dan biaya untuk pembangkit hidro di hilir; peningkatan laba) • Memetakan dampak; apakah hasil-hasil ini tetap terjadi? Masukan • Finansial dan sumber daya lain yang dilakukan
Keluaran • Ukuran kuantitatif perubahan
Hasil
Dampak
• Pemangku kepentingan mana yang terpengaruh?
• Apakah ini akan tetap terjadi juga? Apa baselinenya?
• Apa hasilnya bagi mereka, dalam hal Rp.? 64
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 3 Tahap 1
Tahap 2
Identifikasi baseline proyek
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Tahap 6
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Contoh Kolam ikan di hutan bakau pesisir Masukan • Kawasan hutan bakau • Pupuk • Bibit ikan
Keluaran • Peningkatan produksi kolam ikan • Pengurangan kawasan hutan bakau • Pengurangan produksi ikan tangkap
Hasil
Positif • Pendapatan untuk petani ikan • Ketahanan pangan untuk masyarakat setempat • Penciptaan lapangan kerja lokal Negatif •Risiko Perubahan Iklim Lokal • Polusi Pesisir • Erosi
Latihan 1: Pilih opsi drop-down yang tepat untuk tiap tahap dari jalur.
Dampak
Perbandingan dengan sebelumnya: • Pendapatan lebih banyak dibanding penangkapan ikan secara normal • Makanan lebih banyak dibanding penangkapan ikan secara normal • Jumlah nelayan yang sama
• Risiko perubahan iklim lebih banyak
• Lebih banyak polusi yang tak tersaring • Lebih banyak erosi
65
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 4 Tahap 1
Tahap 2
Identifikasi baseline proyek
Tahap 3
Identifik asi pilihan Pertumb uhan Hijau
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvalid asi temuan
Tahap 7
Mempert imbangk an implikasi
Tujuan • Pengumpulan data untuk menilai jalur dampak Kegiatan utama • Tinjauan literatur dan pelibatan pemangku kepentingan untuk pengumpulan data meliputi: Kategori
Data
Teknologi
• • •
Persyaratan masukan (material, lahan, tenaga kerja, bahan bakar) Investasi dan biaya pengoperasian Tingkat keluaran per $ masukan (ton produksi dll)
Sosial
• • • •
Survei Keinginan untuk Membayar Tingkat pendapatan/kesehatan/pendidikan/pengangguran Biaya layanan kesehatan/biaya penyakit Laba sosial dari pendidikan
Ekonomi
• •
Harga produk dan biaya transportasi Efek ganda (multiplier)
Lingkungan Hidup
• • •
Rasio keluaran polutan (tCO2, SOx, BOD dll. Per ton produksi) Karakteristik lingkungan hidup setempat (populasi, cuaca, hidrologi) Jasa ekosistem yang terpengaruh dan nilai mereka 66
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 4 Tahap 1
Tahap 2
Identifikasi pilihan Pertumbuh an Hijau
Identifikasi baseline proyek
Tahap 3
Tahap 4
Pemetaan Jalur Dampak
Pengump ulan data
Tahap 5
Tahap 6
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 7
Mempert imbangk an implikasi
Memvalid asi temuan
Sumber Data Umum Kategori
Sumber Data Potensial
Data
Sumber dari Indonesia
Teknologi
• • •
Sosial
Ekonomi Lingkungan Hidup
• •
Persyaratan masukan (material, lahan, tenaga kerja, bahan bakar) Investasi dan biaya pengoperasian Tingkat keluaran per $ masukan (ton produksi dll)
• •
Survei Keinginan untuk Membayar Tingkat pendapatan/kesehatan/pendidikan/pengangguran Biaya layanan kesehatan/biaya penyakit Laba sosial dari pendidikan
• •
Harga produk dan biaya transportasi Efek ganda (multiplier)
•
Rasio keluaran polutan (tCO2, SOx, BOD dll. Per ton produksi) Karakteristik lingkungan hidup setempat (populasi, cuaca, hidrologi) Jasa ekosistem yang terpengaruh dan nilai mereka
• •
Sumber Internasional • GGGI
•
BPS Indonesia
•
BPPT
•
•
ISPO
Konsultasi dengan para ahli lokal
•
Platform Pengetahuan Pertumbuhan Hijau
•
OECD
•
UNDP
•
UNEP
•
Bank Dunia
•
WWF
•
PwC
•
RSPO
67
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Tahap 5
Pengump ulan data
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Tujuan • Menilai dampak negative (biaya) dan positif (manfaat) terhadap pemangku kepentingan, yang ditunjukkan dalam istilah moneter yang dibandingkan ke seluruh daerah dan periode waktu. • Menjawab pertanyaan “Apakah proyek ini bernilai positif bersih?”, “Apa yang dimaksud dengan keseimbangan biaya dan manfaat sosial, lingkungan, dan ekonomi?”, dan “Apa yang dimaksud dengan distribusi manfaat swasta vs publik?” Mengidentifikasi Manfaat dan Biaya Biaya finansial
Biaya manfaat
•
Investasi di depan
•
Pendapatan produk baru
•
Pemeliharaan
•
Harga produksi lebih tinggi
•
Tenaga kerja
•
Penghematan bahan bakar dan efisiensi lainnya
•
Lahan
•
Biaya bahan bakar
•
Biaya operasional lainnya
Latihan 2: Yang manakah biaya dan yang manakah manfaat? Latihan 3: Menghitung biaya dan manfaat hanya untuk satu tahun.
68
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Tahap 2
Identifikasi baseline proyek
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Membandingkan manfaat dan biaya lintas waktu 2014
2015
69
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Tahap 3
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Pengump ulan data
Tahap 7
Memvali dasi temuan
Memper timbang kan implikasi
Membandingkan manfaat dan biaya lintas waktu Tahun (1)
Biaya (Rp) (2)
Manfaat (Rp) (3)
Manfaat Neto (4)=(3-2)
DF 10% (5)= 1/(1+r)t
PV 10% (6)= (4x5)
1
500
(500)
0,909
2
400
(400)
0,826
(330,4)
- 784,9
(454,5)
3
200
200
0,751
150,2
4
300
300
0,683
204,9
5
400
400
0,620
6
500
500
0,564
TOTAL
+885,5
NPV
248 282,0 100,2
Investasi yang layak karena NPV > 0 dengan suku bunga diskonto 10% • Nilai manfaat PV = Rp 885,5, nilai biaya PV = (Rp 784,9) • B/C Neto = (885,5/784,9) = 1,13 … setiap unit biaya memberikan manfaat netto 1.13
70
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Tahap 4
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 5
Tahap 6
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Pengump ulan data
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Membandingkan manfaat dan biaya lintas waktu Tahun (1)
Biaya (Rp) (2)
Manfaat (Rp) (3)
NB (4)=(3-2)
DF 10% (5) =1/(1+r)t
PV 10% (6)=(4x5)
DF 15% (7) =1/(1+r)t
PV 15% (8)=(4x7)
1
500
(500)
0,909
(454,5)
0,869
(434,5)
2
400
(400)
0,826
(330,4)
0,756
(302,4)
3
200
200
0,751
150,2
0,657
131,4
4
300
300
0,683
204,9
0,572
171,6
5
400
400
0,620
284,4
0,497
198,8
6
500
500
0,564
282,0
0,432
216
TOTAL
NPV
100,6
-19,1
IRR: Pada DF 10% NPV +, coba hitung NPV (-) dengan menambahkan suku bunga diskonto. Pada DF 15% NPV adalah negatif (19,1) jadi kita bisa mulai menggunakan formula IRR IRR = 10 % + (15%-10%){(100,6)/(100,6-(-19,1)} = 14,20 % Berarti, berdasarkan kriteria proyek, IRR dinilai layak karena memberikan laba 14,20% (>10%) Latihan 4: Masukkan suku bunga diskonto 10% - Bagaimana NPV-nya? Hapus suku bunga diskonto, bagaimana IRR-nya? Apakah investasinya menguntungkan? Latihan 5-7: Pertimbangkan untuk mengganti 10% dari kapasitas batu bara untuk Palm Kernel Shells. Bagaimana NPV skenario ini dengan suku bunga diskonto 15%. Bandingkan dengan kasus dasar 100% batu bara. Apakah investasi PKS menguntungkan?
71
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Dampak yang lebih luas: dampak finansial vs ekonomi 1. Biaya peluang 2. Eksternalitas 3. Diskonto sosial
72
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Tahap 2
Identifikasi baseline proyek
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Pengump ulan data
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Dampak lebih luas: Harga bayangan (shadow price) dan biaya peluang (opportunity cost) • Prinsip 1: Seluruh sumber daya harus dinilai sepenuhnya dalam biaya peluang mereka hingga biaya ekonomi
Informasi • Mobil lama mebakar 500 liter per tahun. • Mobil baru membakar 300 liter per tahun • Harga bahan bakar 6.500 Rp/liter (setelah subsusi sebesar 3.500 Rp/liter – mari kita anggap biayanya 10.000 liter untuk impor) Finansial Manfaat Penghematan bahan bakar = 200 liter * Rp. 6.500 = Rp 1.300.000/tahun
Economic Benefit to individual Penghematan bahan bakar = 200 liter * Rp. 6.500 = Rp. 1.300.000/tahun
Benefit to government Penghematan subsidi = 200 liter *Rp. 3.500 = Rp. 700.000/tahun
= Rp 10.000 * 200 liter = Rp 2 jt/tahun
Kembali ke Latihan 3 dan 4. ubah ‘harga batu barau’ dari harga Obligasi Pasar Domestik $40 menjadi harga potensi ekspor $67. Apa yang terjadi pada NPV? Apa yang kita pelajardi dari latihan ini?
73
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikasi pilihan Pertumbuh an Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Dampak lebih luas: Eksternalitis dan Total Nilai Ekonomi • Prinsip 2: Kita harus menilai dampak tindakan terhadap yang lain … jika pasar gagal menangkap dampak ini
Latihan 8: Hitung GRK dan Sulfur Dioksida yang dihemat dari penggantian bahan bakar. Masukkan mereka ke dalam penghitungan arus kas. Mengapa pajak dihapuskan dari penghitungan ini (Petunjuk: lihat slide sebelumnya).
74
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Tahap 2
Identifikasi baseline proyek
Tahap 3
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Tahap 6
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 7
Memvali dasi temuan
Memper timbang kan implikasi
Dampak lebih luas: Eksternalitas dan Total Nilai Ekonomi • Prinsip 2: Kita harus menilai dampak tindakan terhadap yang lain … di mana pasar gagal menangkap dampak ini Total Nilai Ekonomi Nilai nonpenggunaan
Nilai penggunaan Nilai penggunaan langsung
Nilai penggunaan tidak langsung
Nilai langsung dibayarkan untuk produk atau jasa
Jasa ekosistem
Berjalan, memancing
Regulasi Iklim
Nilai keberadaan
Nilai altruistik
Arah masa depan dan nilai penggunaan tidak langsung
Pengetahuan tentang keberlanjutan keberadaan sumber daya
Pengetahuan tentang keberlanjutan penggunaan sumber daya oleh yang lainnya dari generasi sekarang
Pengetahuan tentang mewariskan sumber daya untuk generasi penerus
Pilihan untuk membangun
Keberadaan spesies
Pengetahuan rekreasi
Berharap generasi penerus dapat menikmatinya
Nilai Pilihan
Nilai warisan
75
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Dampak lebih luas: Eksternalitas dan Total Nilai Ekonomi • Prinsip 2: Kita harus menilai dampak tindakan terhadap yang lain … di mana pasar gagal menangkap dampak ini
Sumber: WWF 76
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 5 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikasi pilihan Pertumbuh an Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Tahap 6
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Dampak lebih luas: Suku bunga diskonto sosial • Prinsip 2: Kita harus menghitung dampak timbal balik sepanjang waktu untuk komunitas, bukan individu
10%
10%
5%
10% Latihan 8: Ubah suku bunga diskonto dengan angka yang lebih rendah (5-10%). Apa yang terjadi dengan NPV? Apa artinya ini bagi keputusan yang diambil pemerintah? Lihat rangkuman hasil. Apa pelajaran yang dapat diambil secara keseluruhan?
77
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 6 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Tujuan • Mengkonfirmasi akurasi dan keandalan hasil Kegiatan utama
Pertumbuhan Hijau?
Pertumbuhan Hijau
Pertumbuhan Hijau?
Latihan 9: Apa yang terjadi jika Anda mengubah biaya modal menjadi 10%? Apa artinya ini bagi perencanaan?
78
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 7 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Tahap 4
Pemetaan Jalur Dampak
Pengump ulan data
Tahap 5
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Memvali dasi temuan
Tahap 7
Memper timbang kan implikasi
Tujuan • Memahami jika kebijakan perlu diganti untuk memaksimalkan kinerja Pertumbuhan Hijau dari proyek ini, dan seluruh perekonomian Kegiatan utama • Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan yang memungkinkan, berbasis insentif, dan investasi yang dapat membantu … Kategori
Isu dan pertanyaan kunci
Tipe kebijakan spesifik
Pendukung (enablers)
Mengidentifikasi hambatan praktis dalam pengimplementasian. Bagaimana kebijakan/perencanaan dapat membantu?
• • • • •
Rencana tata ruang untuk mengatasi hambatan lahan/tahan Pendidikan untuk meningkatkan kuantitas tingkat keterampilan tenaga kerja Pendanaan untuk UKM dan usaha lain yang butuh kredit. Infrastruktur transportasi untuk menyediakan rute ke pasar Pinjaman valuta asing untuk mengimpor perlengkapan modal
Insentif untuk sektor swasta
Mengidentifikasi cara agar kebijakan dapat meningkatkan kemungkinan investasi melalui pendapatan yang lebih tinggi, biaya lebih rendah, pengurangan risiko
• • • •
Subsidi dan insentif lain (subsidi/Feed in Tariffs, harga Karbon. Subsidi Litbang) Keringanan pajak dan depresiasi yang dipercepat Pinjaman bersubsidi dan jaminan pinjaman Jaminan harga atau volume (contoh, komitment untuk pengadaan sektor publik)
Investasi pemerintah langsung
Memeriksa keberlanjutan fiskal, persyaratan modal, dan lembaga pemerintah mana yang harus membiayai
•
Pengaturan fiskal yang jelas antara nasional dan daerah dan seluruh departemen mengenai pembagian pendapatan dan biaya Perjanjian pendanaan yang jelas dengan Kementerian Keuangan
•
Kembali ke Latihan 1-7: Lat. 6: Tampilkan Baris 26 Tambahkan FiT sebesar 1c/kWh atau kelompok biomassa? Apakah ini mengubah bisnis? Biaya dan manfaat sosial? Cara lain apa yang bisa kita lakukan untuk membuat investasi PKS ini lebih menarik bagi investor?
79
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eCBA): Tahap 7 Tahap 1
Identifikasi baseline proyek
•
Tahap 2
Identifikas i pilihan Pertumbu han Hijau
Tahap 3
Pemetaan Jalur Dampak
Tahap 4
Tahap 5
Pengump ulan data
Analisis Biaya Manfaat yang diperluas
Tahap 6
Tahap 7
Memvali dasi temuan
Memper timbang kan implikasi
Daftar panjang mengenai peraturan hijau untuk mempertimbangkan penerapan…. “Ketentuan Informasi"
“Aturan Kesukarelaan& Perjanjian"
“Alat yang Berdasarkan Ketentuan Pasar"
“Kekuasaan & Kontrol Peraturan"
Kesadaran & Kampanye Media
Aturan Industri & Standard Kenerhasilan
Biaya-Biaya atau Pajak
Jumlah Masukan/ Campuran Kuota
Eco Label (Eco Labelling)
(Publik) Hambatan Kesukarelaan
Ijin Skema Perdagangan
Teknologi Hijau/ Kewajiban Proses
Pemberitahuan pada Publik Mengenai Informasi Polusi
Perjanjian yang Dinegosiasi
Subsidi Hijau
Kuota Keluaran atau Pelarangan
Prakarsa Sepihak
Reformasi Subsidi Energi Fosil
Perjinan Perdagangan
Feed-in Tariffs Listrik
Perijinan Emisi
SMART dan/atau Pengukuran Bersih
Perijinan Lokasi
Skema Pembelian oleh Pemerintah
Perijinan Kendaraan
Local content Incentives
Persyaratan Hukum di Tingkat Lokal
Dana Hibah untuk Penelitian & Pembangunan/Dana Pinjaman dan Penghargaan Akademis
Pembatasan Transportasi
Insentif untuk memulai Bisnis
Larangan Impor/Expor
Pembayaran untuk Servis Ekosistem 80
Lampiran 1: Studi Kasus – Pembangunan Maloy, Kalimantan Timur
Sesi 3: Studi Kasus – KIPI MALOY Kegiatan Pembangkit Listrik
Pengolahan Batu Bara
Jalan
Intervensi Mengganti seluruh batu baru dengan biomassa/gas alam dalam pembangkit listrik Sumber energi terbarukan lainnya (contoh PV Surya) Praktik pertambangan yang bertanggung jawab – Penegakan peraturan perundangan yang ada Mendorong penggantian batu bara menjadi gas untuk pembangkit listrik, dengan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon Melindungi jalur migrasi Mengubah rute jalan untuk menghindari Taman Nasional Kutai Mengganti rugi (offsetting) gangguan hidrologi
Rel Kereta
Mengganti rel kereta untuk transportasi masyarakat/penumpang serta pengangkutan lainnya (contoh produk hutan) Mengganti rel kereta berbasis diesel menjadi rel kereta elektrik
Perkapalan
Meminimalkan tumpahan dari pengisian bahan bakar dengan melarang mengisi bahan bakar di Maloy
Industri
Penggunaan teknologi yang hemat energi Penggunaan teknologi energi terbarukan (contoh, PV Surya) Pengurangan limbah padat dan limpasan air Optimalisasi aliran produksi11 minyak sawit mentah (CPO), termasuk biodiesel
Lain-lain
Pelatihan kejuruan untuk mendukung penyerapan tenaga kerja dari lapangan pekerjaan di bidang pariwisata dan manufaktur canggih.
82
Gambaran potensi intervensi Pertumbuhan Hijau Interventions 5 – Tambang Batubara
3 – Jalur Kereta Api Batubara
4 – Perkebunan Kelapa Sawit
1- KIPI Maloy
2 – Jalan Tol
Taman Nasional Kutai
83
Rencana Pembangunan KIPI Maloy
84
Pertanyaan kunci untuk analisis dalam Analisis Biaya Manfaat yang diperluas (eBCA)
1.
Pemikiran strategis: Kenapa membangun proyek?
2.
Pilihan untuk penyelesaiannya: Cara berbeda apa yang dapat dirancang?
3.
Ruang lingkup: Indikator mana yang harus digunakan untuk mengukur area yang mana?
4.
Materialitas: Area mana yang penting untuk diukur?
5.
Hasil: Berapa biaya ($) dan manfaat ($) untuk pindah ke skenario PH?
6.
Dampak lain: Berapa biaya dan manfaat kualitatifnya?
7.
Kebijakan: Instrumen kebijakan apa yang mendorong perancangan ulang proyek?
8.
Kasus bisnis: Apakah skenario Pertumbuhan Hijau layak secara finansial?
9.
Implementasi: Pendukung (enabler) lain apa yang perlu untuk mewujudkan Pertumbuhan Hijau? 85
Sesi 4: Latihan - ECBA
Aktivitas
Intervensi
Pembangkit listrik
Mengganti batu bara dengan biomassa dalam pembangkit listrik
Batu bara
Mendorong pengolahan batu bara menjadi gas alam dan pupuk secara lokal Implementasi praktik manajemen terbaik (BMP)
Perkebunan kelapa sawit Jalan Rel kereta
Perkapalan
Mengubah rute/memperpanjang jalan untuk mengembangkan daerah wisata Mengubah rute kereta untuk mengikuti rute jalan yang sudah ada Mengganti rel kereta untuk mengakomodasi pengangkutan minyak sawit mentah (CPO) Pendinginan mesin (tenaga listrik lepas pantai) Pembersihan cat pelindung (antifouling paint) Program pengolahan air balas
86
Contoh Jalur Dampak: Mengganti Batubara ke Cangkang Sawit (PKS) Pemangku Kepentingan yang Terkena Dampak
Keluaran/ Hasil Pemangku kepentingan
Pembangkitan Tenaga Hijau
Perubahan Fisik
Aktivitas Seperti Biasa (Business As Usual): Pembangkitan dengan pembakaran batu bara
Perubahan pada jumlah emisi CO2
Komunitas Global
Perubahan iklim yang termitigasi
Perubahan pada polusi udara lainnya (SOx, NOx)
Komunitas Lokal dan Pekerja
Dampak kesehatan dan produktivitas yang terhindarkan
Perubahan pada hasil keuangan
PLN and perusahaan lainnya dalam Penilaian Kinerja Utama
Keuntungan yang menurun
Rantai nilai baru untuk cangkang sawit
Perkebunan Kelapa Sawit, Industri Tenaga, Pemerintah Lokal dan Nasional
Industri Hijau yang baru
Pertumbuhan Hijau: Pemakaian cangkang sawit sebagai bahan bakar
Peningkatan pada produksi tenaga terbarukan Peningkatan pada ketersediaan batubara untuk keperluan ekspor
Pemerintah Lokal dan Nasional
Industri batubara Pemerintah
Mengurangi paparan terhapdap perubahan harga bahan bakar Memperbaiki Keseimbangan Akun saat ini
87
Temuan dan asumsi
Kegiatan Inti
Coal processing Pengolahan batu bara
Rel Kereta Rail Kelapa Sawit Palm oil Road Jalan
TenagaPower Listrik Juta USD Million USD (2013) (2013)
Shipping Perkapalan -500
500
1,500
2,500
3,500
Manfaat Neto (juta USD )
Kelapa sawit
347
Rel kereta
389
Pembangkit energi
32*
Jalan
209
Perkapalan
0.04*
Pengolahan batu bara
2.829
Total
3.806,04
* NPV swasta negatif Economic growth Pertumbuhan ekonomi
GHG Emissions Emisi GRK
Ecosystems Ekosistem
Social development Pembangunan sosial
Ketahanan Resilience
88
Pembangkit energi: Tambahan 4% produksi energi untuk Biomassa
Emisi GRK GHG Emissions Pertumbuhan
Economic Growth Ekonomi
Social Development
Pembangunan Sosial
Ecosystems Ekosistem Resilience Ketahanan
$-200
$-100
$-
$100
$200 Millions
Juta
• Biaya penambahan: 8,7 juta USD • Konsumsi batu bara tahunan yang dapat dihindari: 115.593 t/tahun. • Pengurangan CO2e hingga 183.082 t/tahun • SO2 hingga 876.349 kg/tahun • NOx hingga 288.809 kg/tahun • PM10 hingga 35.773kg/tahun NPV Sosial: 32 juta USD
89
Batu Bara: Batu bara menjadi gas dan pupuk
Emisi GRK GHG Emissions Pertumbuhan Economic Growth Ekonomi
Social Development Pembangunan Sosial Ecosystems Ekosistem Resilience Ketahanan
$-
$1,000
$2,000
• Biaya investasi 1,6 miliar USD • Penurunan CO2e neto: 709.897 t/tahun • SOx: 18.986.143 kg/tahun • NOx: 18.202.115 kg/tahun • PM10: 2.906.446 kg/tahun • NPV Sosial: 2,8 miliar USD
$3,000
Millions
Juta
90
Perkebunan kelapa sawit: Peningkatan produktivitas melalui implementasi BMP
EmisiEmssions GRK GHG Pertumbuhan Economic Growth Ekonomi
Social Development Pembangunan Sosial Ecosystems Ekosistem
• Total biaya: 3,8 Juta USD • Peningkatan produksi CPO: 74.956 t/tahun • Pengurangan kawasan berhutan: 7.496 Ha • NPV Sosial: 347 Juta USD
Resilience Ketahanan
$-
$100
$200
$300
$400 Millions
Juta
91
Jalan: pelebaran untuk mengembangkan ekoturisme
EmisiEmissions GRK GHG Pertumbuhan Ekonomi
Economic Growth
Social Development Pembangunan Sosial Ekosistem Ecosystems Ketahanan Resilience
$-
$50
$100
$150
$200
$250 Millions
Juta
• Biaya Investasi: 106 Juta USD • Pendapatan pariwisata tahunan secara langsung: 110 juta USD • Pendapatan tahunan tidak langsung: 47 juta USD • Lapangan pekerjaan lokal yang tercipta: 6.500 (50 per juta yang dibelanjakan) • NPV Sosial: 209 juta USD
92
Rel Kereta: perubahan rute & penggunaan untuk pengangkutan CPO
Emisi GRK GHG Emissions Pertumbuhan Ekonomi
Economic Growth Social Development Pembangunan Sosial Ekosistem Ecosystems Ketahanan Resilience
$-
$100
$200
$300
$400
• Biaya investasi: 400 juta USD • Perubahan emisi GRK dari perubahan jalan-kereta: 8.635 tCO2/tahun • Pengurangan biaya pengangkutan CPO: 28,8 juta USD/tahun • NPV Sosial: 389 juta USD
$500 Millions
Juta
93
Perkapalan: tenaga listrik ke arah pantai, pemberat pengolahan air, mengganti cat yang anti-pencemaran
GHG EmisiEmissions GRK Pertumbuhan Economic Growth
Ekonomi
Social Development Pembangunan Sosial Ecosystems Ekosistem Ketahanan Resilience
$-2
$-1
$-
$1
• Biaya investasi: USD 2,8 Juta • Pencegahan emisi CO2: 1.077 tCO2/tahun • Kawasan bakau yang dilestarikan: 350 Ha • Kawasan terumbu karang yang dilestarikan: 1km2 • NPV Sosial: USD 40 Ribu
$2 Millions Juta
94
Rangkuman Contoh tersedia berdasarkan permintaan TOTAL FOR GREEN GROWTH SCENARIO Numbers represent difference from Business As Usual scenario (USD 2013) Discounted costs Discounted benefits NPV
$ $ $
-4,188,363,272 7,996,175,801 3,807,812,529
Total discounted costs (private only) Total discounted benefits (private only) Total NPV (private only)
$ $ $
-4,146,231,910 6,327,128,756 2,180,896,847
GHG Emissions Economic Growth Social development Ecosystems Resilience
$ $ $ $ $
736,446,928 2,253,530,933 806,915,633 7,179,963 3,739,072
Benefit : Cost Ratio
60%
30
50%
25
40%
20
30%
15
20%
10
Coal processing Rail
Palm oil
1.91
Road Power
10%
Shipping Key assumptions Social Discount Rate Social Cost of Carbon
-500
10.0% % 78 USD/tCO2
500
1,500
2,500
3,500
Power - Substititution of coal for biomass in Power
GHG Emissions
Ecosystems
Social development
-108,657,016 140,867,755 32,210,740
Total discounted costs (private only) Total discounted benefits (private only) Total NPV (private only)
$ $ $
-108,657,016 -108,657,016
Benefit Cost Ratio Economic Rate of Return
Price of coal (f.o.b.)(4,000 kcal/kg) Price of PKS Coal plant capacity factor Amount of biomass used as fuel Air pollution health damages Road transport costs in Kaltim
45 USD/tonne 106 USD/tonne 85% % 2% % High % Medium
1.3 54%
Shipping
Economic Rate of Return (LHS)
$ $ $
-15,198,398 362,494,512 347,296,114
Total discounted costs (private only) Total discounted benefits (private only) Total NPV (private only)
$ $ $
-15,198,398 222,331,839 207,133,440
Millions
Rail
Coal
Benefit Cost Ratio (RHS)
Key assumptions
Total discounted costs Total discounted benefits Total NPV
Benefit Cost Ratio Economic Rate of Return
$15
Road
Resilience
$20
Millions
0 Palm Oil
Palm Oil - Implementation of Best Management Practices
Key assumptions $ $ $
5
0% Power
Economic growth
Discounted costs Discounted benefits NPV
Million USD (2013)
Cost of implementing Palm Oil Best Management Practices Cost of certifying/monitoring BMP through RSPO CPO export price (f.o.b.) Supply of CPO to Maloy for domestic processing Proportion of Palm Oil exported as crude Average boost in yield from Best Management Practices Average CPO yield Kaltim Proportion of plantations implementing BMP Proportion of yield boost feeding to reduced land use
23.9 n/a
High High 690 2,498,530 40% 15% 5 20% 50%
USD/tonne tonnes/yr % % t/ha/yr % %
$160 $140 $120
$10 $100
GHG Emissions $5
GHG Emssions
Economic Growth
Economic Growth
$80
Social Development
Social Development
Ecosystems
$0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
$60
Ecosystems
Resilience
Resilience $40
-$5 $20 -$10 $-200
$-100
$-
$100
$0
$200
1
Millions
Private cost
Total Cost
Private benefit
Total Benefit
Road - Extension of the road to develop tourist resort
Discounted Annual Net Benefit (Private)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
$-
21
$100
$200
$300
$ $ $
-541,324,755 750,339,501 209,014,746
Total discounted costs (private only) Total discounted benefits (private only) Total NPV (private only)
$ $ $
-499,193,392 539,682,689 40,489,297
Benefit Cost Ratio Economic Rate of Return
Cost of building one 100-room hotel in Indonesia Spend per tourist per day (weighted average) Tourism potential of East Kutia if infrastructure provided Tourism multiplier Kaltim Proportion of new tourist spend diverted from existing Kaltim tourist spend Hotel capacity factor Proportion of tourists that are international
Total Cost
Private benefit
Shipping - Cold-ironing (on-shore power) - Removal of anti-fouling paint Comment Total discounted costs Returns from tourism investment should justify road expenditre Total discounted benefits May be issues relating to Marine Protected Area and operation of current Ports along Total coastline. NPV No obvious need for government intervention other than awareness raising Total discounted costs (private only) Total discounted benefits (private only) Total NPV (private only)
High USD million 160 USD 5% % of visitors to Sabah 1.31 20% % 59% % rooms occupied on average 50%
1.4 29%
Total Benefit
Millions
$60
Discounted Annual Net Benefit (Private)
Discounted Annual Net Benefit (Total)
- Ballast Water Treatment Programme
Key assumptions
$ $ $
-5,792,025 5,832,719 40,694
$ $ $
-5,792,025 1,998,740 -3,793,285
Cost of Ballast Water Treatment System Cost of operating BWTS Price of Marine Diesel Oil Price of Marine Gasoline Oil Ships use low-sulfur or high-sulfur fuel Amount of biomass used as fuel in coal Power Air pollution health damages Valuation of coral ecosystem Cost of anti-fouling paint
Benefit Cost Ratio Economic Rate of Return
$80
$400 Millions
Private cost
Discounted Annual Net Benefit (Total)
Key assumptions
Total discounted costs Total discounted benefits Total NPV
Millions
2
-$20
-$15
1.01 n/a
Low Low 600 USD/tonne 950 USD/tonne High Sulfur Fuel (2.7%) 2% % High High Low
$5 $4
$40 $3 $20 GHG Emissions
$0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Economic Growth
21
-$20
$2
GHG Emissions Economic Growth
$1
Social Development
Social Development Ecosystems
-$40
Ecosystems
$0 1
Resilience
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Resilience
-$1
-$60
-$2
-$80 $-
-$100
$50
$100
$150
$200
$250
-$3
$-2
$-1
$-
$1
Millions
Millions
-$120
-$4 Private cost
Total Cost
Private benefit
Total Benefit
Rail - Railway rerouted to follow existing road's route - Railway converted to accommodate CPO freight Total discounted costs Total discounted benefits Total NPV
$ $ $
-468,197,842 857,874,100 389,676,257
Total discounted costs (private only) Total discounted benefits (private only) Total NPV (private only)
$ $ $
-468,197,842 843,365,169 375,167,326
Discounted Annual Net Benefit (Private)
Discounted Annual Net Benefit (Total)
Private cost
Total Cost
Private benefit
Total Benefit
Discounted Annual Net Benefit (Private)
Coal - Promote gasification of coal for power generation
Key assumptions
Benefit Cost Ratio Economic Rate of Return
Proportion of CPO transiting to Maloy able to use the railway Carbon stock in Kaltim forest Forest ecosystem valuation Road transport costs in Kaltim Proportion of railway route over which land clearance can be avoided Number of CPO handling terminals required
64% % 200 tCO2/ha High Medium 70% % 6
1.8 22%
$ $ $
-3,049,193,236 5,878,767,214 2,829,573,978
Total discounted costs (private only) Total discounted benefits (private only) Total NPV (private only)
$ $ $
-3,049,193,236 4,719,750,320 1,670,557,084
Benefit Cost Ratio Economic Rate of Return
$200
$100
Discounted Annual Net Benefit (Total)
Key assumptions
Total discounted costs Total discounted benefits Total NPV
Millions
Millions
$2
Price of sulfur Price of anhydrous ammonia (c.i.f) Air pollution health damages Social Cost of Carbon Skilled labour cost East Kalimantan Price of coal (f.o.b.)(5,900 kcal/kg) Levelised Cost of alternative coal generation
150 $/tonne 700 $/tonne High 78.00 6.71 $/hr 67.00 $/tonne 0.08 $/k Wh
1.9 31%
$1,000
$500
$0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
GHG Emissions
$0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
GHG Emissions
Economic Growth
-$100
Social Development
Economic Growth -$500
Social Development
Ecosystems
-$200
Ecosystems
Resilience
Resilience -$1,000
-$300
-$400
$-
$100
$200
$300
$400
$500
-$1,500
Millions
$-
$1,000
$2,000
$3,000 Millions
-$500
-$2,000 Private cost
Total Cost
Private benefit
Total Benefit
Discounted Annual Net Benefit (Private)
Discounted Annual Net Benefit (Total)
Private cost
Total Cost
Private benefit
Total Benefit
Discounted Annual Net Benefit (Private)
Discounted Annual Net Benefit (Total)
95