Penerapan Digital Storytelling Pada Blended Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
I. Pengantar Beberapa metode pembelajaran inovatif telah dikembangkan untuk memacu siswa untuk secara aktif berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Dalam hal ini, siswa diharapkan mampu dan mau memberikan pendapatnya. Salah satu contoh metode pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah dikembangkan dan diterapkan di sekolah artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah metode kooperatif dan pembelajaran berdasarkan masalah, merupakan metode inovatif artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang menuntut siswa terlibat untuk saling bertukar pikiran, berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang diinginkan. Harapan dari penerapan metode ini artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi mereka. Namun target kurikulum artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang begitu ketat menyebabkan pembelajaran hanya menyentuh aspek kognitif dan belum menyentuh aspek artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lain, salah satunya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah aspek afektif. Siswa jarang mendapatkan pengalaman untuk berkomunikasi dengan melibatkan afeksi, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.idyang berarti memasukkan unsur empati dan simpati. Sekolah hanya mengejar ketuntasan materi/kurikulum, sebagai hal artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang harus dicapai oleh seorang siswa. Siswa dengan gamblang akan menjelaskan apa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mereka lakukan bila melihat seorang nenek akan menyeberang jalan, atau tentang apa dan bagaimana toleransi itu. Namun apakah mereka akan melakukan hal tersebut saat mengh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adapi situasi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sebenarnya? Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memukau banyak pihak. Keber artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adaannya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang menawarkan daya tarik artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang kuat mencerabut keber artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adaan anak dari lingkungan sosialnya. Mereka lebih menyukai berinteraksi dengan teknologi tersebut dibandingkan dengan orang lain di sekitar mereka. Beberapa keluarga artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berkecukupan secara ekonomi memiliki pesawat televisi di setiap kamar tidur. Dengan sejumlah variasi siaran dari beragam stasion, menyebabkan mereka memilih menonton acara favorit secara terpisah dari anggota keluarga lainnya. Terlebih dengan kehadiran internet, mereka lebih menyukai berinteraksi dengan dunia maya. Beberapa dari mereka tergabung dalam komunitas-komunitas sosial digital seperti friendster, tagged, facebook, dan lain-lain. Bahkan terjadi peningkatan penggunaan media video sebagai ajang ekspresi dan kreativitas.
Bagi remaja akhir, kehadiran teknologi menimbulkan rasa keingintahuan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tinggi, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang menempatkan mereka tidak hanya sebagai pengguna/konsumen, tapi mereka secara aktif menggunakan dalam kegiatan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang bersifat eksploratif dan kesenangan. Dari aspek perkembangan, remaja akhir yaitu p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada tingkat SMA merupakan masa penemuan diri dan mencari kepuasan sosial (Montesori). Masa ini merupakan transisi menuju masa dewasa, dimana keberhasilan dan kegagalan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang diperoleh akan mempengaruhi kehidupan pribadi dan profesional seseorang. Singkatnya, terdapat suatu kebuntuan atas perkembangan kemampuan komunikasi, baik sebagai bagian dari budaya maupun akibat proses pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tidak maksimal. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi, selain memberikan dampak negatif, juga dapat digunakan sebagai jalan keluar. Tulisan ini merupakan kajian konseptual artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang memberikan upaya alternatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. II. Definisi Blended Learning Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dapat digunakan oleh guru dan siswa (Harding, Kaczynski dan Wood, 2005). Pelaksanaan pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berbasis web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka. Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mungkin diperoleh. Penggunaan pendekatan blended learning didasari asumsi bahwa tidak artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kelebihan mutlak dari metode tatap muka, demikian juga tidak artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kelebihan mutlak dari metode belajar online. Masing-masing memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Metode tatap muka masih menjadi cara artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terbaik untu kegiatan pembelajaran. Kelebihan utamanya didukung kuatnya interaksi antara guru dan siswa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dapat menghadirkan lingkungan ideal untuk belajar. Namun, tidak setiap individu memiliki gaya dan kecepatan sertakebutuhan belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sama. Pembelajaran tatap muka mengabaikan karakteristik ini. Pembelajaran online memiliki kelebihan dalam kekayaan sumber belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang diberikan. Dengan pembelajaran online, guru dan siswa dapat mencapai sumber-sumber belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sangat luas, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tidak diperoleh dalam pembelajaran tatap muka. Kelemahan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dimiliki artikel ini
disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah tidak artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adanya interaksi langsung antara guru dan siswa. Dengan hilangnya interaksi tatap muka ini menyebabkan unsur-unsur non verbal dalam interaksi tidak tersampaikan secara sempurna. Guru tidak dapat secara langsung mengetahui ketidakpahaman materi siswa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih banyak ditunjukkan lewat simbol non verbal. Blended learning memungkinkan siswa memilih gaya belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mereka suka. Guru menggunakan pendekaan blended learning karena tidak semua siswa mampu mengikuti pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang online atau karena mereka ingin memberikan perhatian artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.idada siswa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lemah. Beberapa guru menggunakan blended learning untuk mengurangi kegiatan tatap muka dan memindahkan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kegiatan pembelajaran online karena tidak semua siswa dapat hadir dalam tatap muka. Beberapa institusi pendidikan menggunakanblended learning untuk memangkas biaya pendidikan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada sistem tradisional. Dengan demikian banyak alasan mengapa suatu proses pembelajaran memilih pendekatanblended learning. Tujuan utamanya tidak untuk sekedar mengikuti tren penggunaan teknologi dalam pembelajaran, melainkan terdapat alasan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sesuai dengan tujuan pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang ingin dicapai. Dalam tulisan ini, penggunaan blended learning lebih dititikberatkan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada aktivitas siswa. Pendekatan ini digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dari siswa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dituju. Dengan blended learning, siswa artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang membutuhkan waktu lebih lama dapat mempelajari kembali dengan mengakses secara online. Kemungkinan untuk menghadirkan pembelajaran dalam bentuk teks, gambar (diam maupun gerak) serta suara artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang seringkali tidak bisa dilaksanakan dalam tatap muka akan memberikan kemudahan dalam penyerapan materi dengan lebih baik. Dalam kegiatan tatap muka, terdapat kendala-kendala budaya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang membuat siswa enggan untuk berpendapat. Dengan melalui forumforum diskusi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang memang secara sengaja ditujukan untuk membahas topik-topik artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sesuai dengan pembelajaran akan meningkatkan interaksi antar guru dan siwa, maupun antar siswa itu sendiri. Dengan kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan diri untuk mengeluarkan pendapat dan sekaligus menerima dan menghargai pendapat orang lain. Dan tentu saja pemahaman terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.idadap topik pembelajaran juga semakin meningkat. Di Indonesia, pemanfaatan media online sudah tidak lagi menjdi kegiatan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang asing bagi sebagian masyarakat. Meskipun secara jumlah masih sedikit, namun upaya-upaya untuk memanfaatkan media online baik untuk tujuan
personal hingga institusional semakin meningkat. Demikian juga pemanfaatannya untuk kegiatan pendidikan. Tidak sedikit sekolah-sekolah artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sudah memiliki akses bagi siswanya untuk terkoneksi dengan internet. Beberapa guru artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang kreatif bahkan sudah mulai memiliki blog pribadi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang juga mulai digunakan untuk pembelajaran. Namun kegiatan tersebut masih dalam tahap mencoba-coba saja, belum digunakan sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Kondisi ini merupakan suatu keuntungan untuk dapat menerapkan pendekatan blendedlearning. Digital Storytelling a. Definisi Digital Storytelling Ada banyak definisi tentang Digital Storytelling. Secara harafiah, definisi Digital: a recording technique in which sounds or images are converted into groups of electronic bits and stored on a magnetic medium. The groups of bits are read electronically, as by a laser beam, for reproduction. Digital Storytelling: enhancing student literacy through Digital Video (www.kent.k12.wa.us/staff/tomriddell/digitalstorytelling/glossary.doc).Digital Storytelling is the modern expression of the ancient art of storytelling. Digital stories derive their power by weaving images, music, narrative and voice together, thereby giving deep dimension and vivid color to characters, situations, experiences, and insights. (Leslie Rule, Digital Storytelling Association) Digital storytelling merupakan suatu strategi penggunaan program aplikasi komputer untuk menceritakan suatu cerita. Seperti halnya storytelling tradisional, maka sebagian besar digital story menceritakan suatu topik dilihat dari sudut pandang tertentu. Sesuai dengan namanya, maka digital story berisi gabungan antara gambar, teks, suara (narasi dan lagu) dan Web publishing. Tujuan utama dari digital storytelling artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah memberikan kesempatan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pembuat untuk mengekspresikan kekuatan emosinya. b. Kelebihan dari Digital Storytelling 1. Ditinjau dari pembelajaran digital storytelling berfungsi sebagai pijakan awal dari pembelajaran (sehingga siswa tertarik p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada suatu mata pelajaran) digital storytelling berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan atensi siswa p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada suatu unit (materi) mata pelajaran digital storytelling membantu siswa menelah suatu topik berdasarkan sudut pandang mereka 2. Ditinjau dari guru digital storytelling sebagai salah satu bentuk penyajian materi sebagai upaya menjembatani berbagai macam cara belajar siswa digital storytelling sebagai alat untuk meningkatkan minat, perhatian dan motivasi “generasi digital” di kelas
digital storytelling sebagai alat untuk menciptakan generasi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang kreatif dengan memacu siswa mencari dan menceritakan topik dari sudut pandang mereka digital storytelling sebagai alat untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dengan mempublikasikan hasil karya mereka, dan berani menerima pendapat dan kritik dari orang lain 3. Ditinjau dari murid digital storytelling sebagai alat untuk memacu minat eksplorasi terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap internet, dimana internet memiliki berbagai sumber artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dapat dijadikan bahan analisa dan sintesa digital storytelling sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, dimana siswa belajar melalui proses bertanya, mengeluarkan pendapat,membuat karya tulis, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang semuanya berhubungan dengan orang lain. digital storytelling sebagai alat untuk meningkatkan ketrampilan menggunakansoftware computer, dengan mengkombinasikan berbagai macam multimedia, meliputi : teks, gambar, audio, video dan web publishing. 4. Tinjauan Umum : proses pembuatan digital storytelling dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja proses pembuatan digital storytelling berdasarkan tahap-tahap artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang cukup matang hasil dari digital storytelling dapat digunakan dalam jangka waktu artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lama hasil dari digital storytelling melibatkan multimedia hasil dari digital storytelling bisa dinikmati oleh semua kalangan
Penerapan Digital Storytelling dalam Blended Learning sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan komunikasi siswa Kemampuan Komunikasi diperoleh melalui praktek-praktek berkomunikasi, jadi tidak hanya berdasarkan teoritis atau kemampuan kognitif. Kemampuan komunikasi bersifat aplikatif bukan hafalan. Oleh sebab itu dibutuhkan lahan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang luas untuk mengaplikasikan kemampuan komunikasi. Banyak cara untuk mendapatkan pengalaman dan belajar komunikasi, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang bisa diterapkan di sekolah maupun luar sekolah, kelas maupun luar kelas. Salah satu lahan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang bisa digunakan untuk memacu kemampuan komunikasi melalui pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah digital storytelling. Digital storytelling artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah suatu seni mengubah cerita ke bentuk multimedia, berisi kombinasi antara musik, film dan atau gambar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang diwarnai dengan suara. Guru menerapkan metode ini sebagai salah satu upaya membangkitkan minat dan semangat belajar siswa. Selain itu,
digital storytelling memiliki kesan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mendalam sehingga meningkatkan daya ingat siswa, seperti pendapat di bawah ini : The digital nature of these stories makes them ideal for storage and easy retrieval, thus making them available for review at regular intervals to make personal and group development explicit, and become part of an organized collection of evidence of reflection. This would encourage the acquisition of “learning-about” and “learning-to-be” skills (Brown, 2005) for lifelong learning and the development of skilled twenty first century citizens. Proses penerapan digital storytelling 1. Guru mena artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yangkan digital storytelling di depan kelas. Materi digital storytelling tergantung p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada tujuannya. 2. Siswa diminta untuk memberikan pendapat (kesan) terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap pena artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yangan tersebut. Siswa diperkenankan memilih cara berpendapat, antara lain secara langsungverbal dan secara langsung-non verbal. Secara langsung-verbal, siswa berpendapat di depan teman-temannya; secara langsung-non verbal, siswa menuliskan pendapatnya p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada secarik kertas. 3. Guru juga memberikan kesempatan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada siswa untuk memberikan pendapat dengan cara artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lain, yaitu melalui internet. Diharapkan, cara ini artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah salah satu upaya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.idyang dapat menjembatani cara siswa berpendapat. Sehingga mereka mempunyai banyak cara untuk berkomunikasi dengan orang lain. 4. Guru memperkenankan siswa untuk melihat ta artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yangan tersebut melalui internet. Alasannya artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah siswa dapat melanjutkan diskusi dengan temantemannya, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tidak bisa dilakukan saat di kelas. 5. Siswa membuat portpolio atau refleksi terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap materi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sudah diperoleh, dalam bentuk digital storytelling. Siswa diperkenankan memilih semua materi (suatu mata pelajaran) atau materi tertentu artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dianggap berkesan. Diharapkan siswa mampu mengungkapkan semua pendapatnya (secara kognisi maupun afeksi). Dalam hal ini, siswa belajar mengkomunikasikan suatu topik menurut sudut pandang mereka. Manfaat dari pembuatan digital storytelling dapat dilihat di bawah ini : 6. Siswa mena artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yangkan digital storytellingnya. Siswa diperkenankan memilih cara pena artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.idyangannya, secara langsung – di depan kelas atau tidak langsung – melalui web.
7. Siswa belajar untuk berani menunjukkan hasil karya dan belajar berani menerima pendapat dari orang lain.
Kesimpulan Berdasarkan ulasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa digital storytelling sebagai penerapan dari metode blended learning dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, karena: 1. Siswa secara aktif memberikan pendapat terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap suatu topik pembicaraan. Siswa dapat memberikan pendapat secara kognitif maupun secara afektif, tanpa merasa takut apakah pendapat tersebut benar atau salah. 2. Siswa secara aktif mengeksplorasi suatu topik, berdasarkan cara pandang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mereka miliki. Dalam hal ini, siswa belajar berani menentukan sikap, jika mereka memiliki pendapat artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berbeda. 3. Siswa belajar menerima perbedaan pendapat, berdasarkan sudut pandang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berbeda. 4. Siswa belajar bersimpati dan berempati terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap masalah artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang ditemui sehari-hari, dengan mengeksplorasi pengalaman emosi 5. Guru mampu menerima pendapat dari siswa. 6. Guru mampu berempati terh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adap berbagai macam cara belajar siswa. Daftar Pustaka Banaszewski, T. (2002). Digital storytelling finds its place in the classroom.Information Today.http://www.infotoday.com/MMSchools/jan02/banaszewski.htm Brown, J.S. (2005) New learning environments for the 21st Century.http://www.johnseelybrown.com/index.html [Accessed 21 March 2007) Burk, N. M. (1997). Using personal narratives as a pedagogical tool: Empowering students through stories. Paper presented at the Annual Meeting of the National Communication Association, Chicago, IL. Harding, Ansie. Kaczynski, Dan. dan Wood, Leigh. (2005). Evaluation Of BlendedLearning: Analysis Of Qualitative Data. UniServe Science Blended LearningSymposium Proceedings. Lonsdale, J. (2007) Enhancing learning through reflection: experimenting with digital storytelling, Sixth Conference of the CLTR, Research, Development and Innovation to Enhance Learning and Teaching: The First Year University Experience, Edge Hill, 10th May 2007 Mellon, C.A. (1999). Digital Storytelling: Effective learning through the internet.Education Technology, 39(2), 46-50. McDrury, J.& Alterio, M.G. (2003) Learning through storytelling in higher education: using reflection and experience to improve learning. London: Kogan Page.
http://www.cap.nsw.edu.au/digital_storytelling/digital_storytelling.htm http://digitalstorytelling.coe.uh.edu http://www.teachingteachers.com http://www.coe.uh.edu/digital-storytelling/goalsobjectives.htm