PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS DALAM MENUNJANG RENCANA PENCAPAIAN LABA TAHUN 2006 PADA PT X
Oleh ANASTASIA RENNY F H24102017
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ABSTRAK Anastasia Renny F. H24102017. Penerapan Cost-Volume-Profit Analisis Dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba Tahun 2006 Pada PT X. Di bawah bimbingan Wita Juwita Ermawati Perencanaan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan karena merupakan tahap awal dari kesuksesan suatu perusahaan. Salah satu perencanaan yang paling penting adalah perencanaan laba, karena laba dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat digunakan sebagai kekuatan dalam bersaing dengan perusahaan lain. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan, diantaranya adalah faktor besarnya biaya yang dikeluarkan, harga jual dan juga besarnya volume penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan. Kaitan yang erat antara biaya, volume penjualan dan besarnya laba perusahaan sering disebut analisis biayavolume-laba atau Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis, dan salah satu bentuk analisis CVP yang populer adalah metode titik impas (Break Even Point Analysis). Perusahaan X yang berdomisili di Tangerang adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi latex mattress/kasur latex. Semenjak berdirinya pada tahun 2000, perusahaan ini selalu mengalami kerugian. Laba baru terjadi pada tahun 2004, dan mengalami penurunan di tahun 2005. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perencanaan laba untuk tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan biaya-biaya operasional yang terjadi pada perusahaan selama periode tahun 2003 sampai 2005; (2) Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk selama periode tahun 2003 sampai 2005; (3) Menganalisis penerapan analisis CVP pada perusahaan berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk yang terjadi selama periode tahun 2003 sampai 2005. Analisis data yang dipakai adalah analisis cost-volume-profit dan metode titik impas (Breakeven point). Untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel digunakan metode Least Square. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Accounting dan Staff Accounting, dan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan dan dan berbagai macam literatur. Pada tahun tahun 2004 total biaya operasional mengalami pertumbuhan sebesar 42,60% dan pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 107,51%. Kemudian total penjualan pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 75,42% dan 94,73% pada tahun 2005. Tahun 2006 perusahaan mentargetkan penjualan sebesar Rp. 2.500.800.000 dengan BEP senilai Rp. Rp. 2.049.186.091untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp. 80.055.154. Analisis CVP untuk bulan SeptemberDesember yang paling baik adalah dengan menaikkan harga jual 6% untuk produk Elegancia, Classic Latex dan Frorentina. Sedangkan untuk mencapai laba maksimal maka analisis CVP yang paling baik dipilih adalah dengan menaikkan harga jual sebesar 10% dan penurunan volume penjualan sebesar 5%.
PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS DALAM MENUNJANG RENCANA PENCAPAIAN LABA TAHUN 2006 PADA PT X
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ANASTASIA RENNY FRIDAYANTI H24102017
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS DALAM MENUNJANG RENCANA PENCAPAIAN LABA TAHUN 2006 PADA PT X
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ANASTASIA RENNY FRIDAYANTI H24102017
Menyetujui,
Wita Juwita Ermawati, S. TP, MM Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Ujian : 21 Desember 2006
Tanggal Lulus : 26 Januari 2007
RIWAYAT HIDUP
Anastasia Renny Fridayanti, dilahirkan di Jakarta, 2 Maret 1984. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Willy Brordus Suripto dan Monica Saparini Agustinah (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Strada Bhakti Utama, Jakarta pada tahun 1990, lalu di sekolah yang sama melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Pada tahun 1999 penulis diterima di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 70, Jakarta. Penulis mengambil program IPA dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi dan diterima di Institut Pertanian Bogor melaui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2002. Selama perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai staf publikasi dan dokumentasi
dalam kepanitiaan Interaction
Among the
Community
of
Management Departement pada bulan September 2003. Penulis juga aktif dalam kegiatan Himpunan Profesi Manajemen dan menjabat sebagai staf Sumber Daya Manusia (SDM).
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala berkat dan bimbingan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Wita Juwita Ermawati, S. TP, MM. Selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Selaku Ketua Departemen Manajemen. 3. Para dosen penguji atas kesediaannya membantu penulis memperoleh gelar sarjana. 4. Ayahanda dan Ibunda tercinta, atas segala cinta, kasih sayang, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan selama ini. Mas Anto atas segala kasih sayang, pengertian, semangat, dan bimbingannya. Mas Anjar, Ook dan Tio yang sudah memberi kecerian di dalam kehidupan penulis. I love you all very much. 5. Bude Ndari, Mas Eko, Mbak Wiwiek, Mas Tri dan Mbak Vita untuk doa dan bantuannya. 6. Om Sri dan Bulik Fanti atas bantuan moril dan materiil yang telah diberikan. 7.
Keluarga besar Bintaro atas perhatian dan bantuannya.
8. Yayasan Bakti Sosial Santoso (Sanbe Farma) atas beasiswa selama penulis berada di perguruan tinggi. 9. Keluarga Om Murti atas masukan, bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. 10. Bapak Effendy dan Ibu Ika atas bantuan dan kesediaannya sehingga penulis boleh melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Sony Frangky Manek dan keluarga di Kupang atas cinta, kasih sayang, pengertian dan dorongan yang begitu besar kepada penulis. No one can take your place in my heart, forever. 12. Mbak Olie, Mas Pay, Ibu Susy, Mbak Muta, Adhe, Bongkreng, Anggrio, Teteh Lilies, Echa dan Mas Darmawan atas kekeluargaan yang telah diberikan. 13. Sahabat-sahabat terbaikku di SMU, Fidi, Ratih, Ibnu dan Tina atas kebersamaan dan kenangan indah selama ini. 14. Sahabat-sahabat terbaikku selama kuliah, Anggie, Ratih, Vj, Posma, Fenny dan Sari atas warna-warni yang telah kita alami. Such a great thing have friends like you guys, go girls. 15. Teman-teman sependeritaan asrama, Ajeng, Adisty, Dinda, Anggie, Bajaj, Tiunk, Aci, Ciput, Diessa, Steisi, Dian dan Dina. Atas kekompakan dan curhatnya. 16. Keluarga besar Abimanyu (Ijal, Dudi, Fajar, Erik, CR, Mbak Tum) atas bantuan dan keceriaan yang telah diberikan. 17. Teman-teman satu bimbingan atas dorongan dan kebersamaannya. 18. Rekan-rekan Manajemen 39 yang tidak biasa disebutkan satu per satu atas kekompakannya 19. Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Manajemen, FEM IPB. 20. Serta semua pihak yang membantu kelancaran dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi penyempurnaannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Desember 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 4 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5 2.1. Biaya ..................................................................................................... 5 2.1.1. Penggolongan Biaya .................................................................... 5 2.1.2. Penggolongan Biaya untuk CVP Analysis ................................... 9 2.2. Laba ....................................................................................................... 12 2.3. Cost-Volume-Profit-Analysis ................................................................ 13 2.3.1. Manfaat CVP Analysis ................................................................. 13 2.3.2. Breakeven Point Analysis ............................................................. 13 2.3.3. Contribution Margin .................................................................... 14 III. METODOGI PENELITIAN .................................................................... 15 3.1. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 15 3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ................................................................. 18 3.3. Metode Penelitian ................................................................................. 18 3.3.1. Pengumpulan data ........................................................................ 18 3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 18 IV. HASIL dan PEMBAHASAN .................................................................... 21 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................... 21 4.1.1. Sejarah Perusahaan ...................................................................... 21 4.1.2. Deskripsi Produk .......................................................................... 22 4.2. Pertumbuhan Biaya Operasional Tahun 2003-2005 ............................. 24 4.3. Pertumbuhan Penjualan Produk Tahun 2003-2005 .............................. 34 4.4. Anggaran Biaya Operasional dan Penjualan Tahun 2006 .................... 36 4.5. Perhitungan BEP ................................................................................... 40 4.5.1. Titik Impas Tahun 2003 ............................................................... 41 4.5.2. Titik Impas Tahun 2004 ............................................................... 44
4.5.3. Titik Impas Tahun 2005 ............................................................... 47 4.5.4. Titik Impas Tahun 2006 ............................................................... 50 4.6. Analisis CVP untuk Bulan September-Desember 2006 ....................... 54 4.7. Analisis CVP untuk Mencapai Laba Maksimal Tahun 2006 ................ 63 4.8. Penggunaan Analisis CVP untuk Periode Tahun 2007 ......................... 67 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 68 1. Kesimpulan .................................................................................................... 68 2. Saran ............................................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70 LAMPIRAN ...................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Biaya semivariabel periode tahun 2003-2005 ........................................ 25 2. Pemisahan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan variabel .......... 26 3. Biaya tetap dan biaya variabel (listrik) .................................................. 27 4. Biaya variabel periode tahun 2003-2005 ............................................... 28 5. Biaya tetap periode tahun 2003-2005 .................................................... 30 6. Biaya-biaya operasional tahun 2003-2005 ............................................. 33 7. pertumbuhan biaya operasional tahun 2003-2005 ................................. 33 8. Penjualan produk selama periode tahun 2003-2005 .............................. 34 9. Pertumbuhan penjualan tahun 2003-2005 .............................................. 36 10. Anggaran biaya operasional tahun 2006 ................................................ 37 11. Harga produk tahun 2006 ....................................................................... 39 12. Anggaran penjualan tahun 2006 ............................................................ 40 13. Perhitungan BEP (dalam rupiah) tahun 2003 ......................................... 41 14. Perhitungan BEP (dalam unit ) tahun 2003 ............................................ 42 15. Perhitungan BEP (dalam rupiah) tahun 2004 ......................................... 44 16. Perhitungan BEP (dalam unit) tahun 2004 ............................................. 46 17. Perhitungan BEP (dalam rupiah) tahun 2005 ......................................... 48 18. Perhitungan BEP (dalam unit) tahun 2005 ............................................. 49 19. Perhitungan BEP (dalam rupiah) tahun 2006 ......................................... 50 20. Perhitungan BEP (dalam unit) tahun 2006 ............................................. 52 21. Data penjualan dan marjin kontribusi per 31 Agustus 2006 .................. 54 22. Laporan laba rugi per 31 Agustus 2006 ................................................. 55 23. Estimasi laporan laba rugi per 31 Desember 2006 ................................. 57 24. Estimasi laporan laba rugi setelah kenaikan harga jual ......................... 60 25. Estimasi laporan laba rugi setelah peningkatan volume penjualan ........ 62 26. Analisis CVP untuk mencapai laba maksimal tahun 2006 .................... 64
DAFTAR GAMBAR
No 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman Grafik total biaya tetap ........................................................................... 10 Grafik total biaya variabel ...................................................................... 11 Grafik Breakeven Point .......................................................................... 14 Kerangka pemikiran konseptual ............................................................. 17 Grafik laba-volume untuk kenaikan harga 10% dan 5% penurunan volume .................................................................................................... 66
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Gambar produk Naturatex ...................................................................... 71 2. Gambar produk Enzel ............................................................................ 72
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Empat
fungsi
dasar
manajemen
adalah
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Fungsi perencanaan ini mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu strategi untuk
mencapai
sasaran
tersebut
dan
menyusun
rencana
guna
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan. Maka dari itu perencanaan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan karena merupakan tahap awal dari kesuksesan suatu perusahaan. Perencanaan yang buruk akan membawa perusahaan ke arah kehancuran, dan sebaliknya perencanaan yang baik akan berpengaruh secara langsung terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Salah satu alat perencanaan yang bisa digunakan manajemen adalah analisis titik impas (Breakeven Point Analysis) karena dengan mengetahui titik impas perusahaan, manajemen dapat menentukan kebijakan yang akan dilakukan untuk perencanaan laba perusahaan. Dalam
usaha
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya,
manajemen perusahaan dihadapkan pada satu sisi dimana perusahaan harus memenuhi kebutuhan konsumen, dan di sisi yang lain perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Merupakan suatu polemik jika kita berbicara mengenai hal ini. Konsumen membutuhkan barang yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, tetapi
kelangsungan
hidup dan berkembangnya suatu perusahaan sangat tergantung pada besarnya perolehan pendapatan yang akhirnya mempengaruhi besarnya laba, yang berarti perusahaan harus menetapkan harga yang cukup tinggi. Selain pendapatan yang diusahakan
melebihi biaya yang
dikeluarkan, hendaknya pendapatan juga selalu meningkat dari tahun ke tahun, sehingga laba yang diperoleh perusahaan juga akan terus meningkat. Laba dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat digunakan sebagai kekuatan dalam bersaing dengan perusahaan lain. Oleh karena alasan tersebut, maka pihak manajemen
sangat membutuhkan informasi yang tepat dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan cara agar laba yang diinginkan dapat tercapai. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Faktor yang paling menentukan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan. Untuk memproduksi barang yang nantinya akan dijual, perusahaan pasti mengeluarkan biaya. Dalam hubungannya dengan kegiatan produksi, biaya dapat diklasifikasikan ke dalam biaya variabel, biaya tetap dan biaya semivariabel. Faktor lainnya yang mempengaruhi perolehan laba perusahaan adalah faktor harga jual dan juga besarnya volume penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan. Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dalam pencapaian laba perusahaan. Besarnya biaya dalam proses produksi akan menentukan harga jual dari produk itu sendiri, harga jual akan mempengaruhi besarnya pendapatan dan pada akhirnya akan menentukan besarnya laba. Kaitan yang erat antara biaya, volume penjualan dan besarnya laba perusahaan sering disebut analisis biaya-volume-laba atau Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis. Analisis
CVP
membantu
manajemen
dalam
pengambilan
keputusan diantaranya adalah keputusan penetapan harga produk, persetujuan atau penolakan atas pesanan dan strategi promosi yang sesuai (Garrison and Noreen, 2000). Salah satu bentuk analisis CVP yang populer adalah metode titik impas (BEP). Titik impas adalah titik yang menggambarkan keadaan dimana penjualan tidak menimbulkan laba atau rugi. Dengan mengetahui titik impas, manajemen dapat menentukan batas toleransi turunnya penjualan, karena apabila penjualan perusahaan sudah berada di bawah titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Perusahaan X yang berdomisili di Tangerang adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi latex mattress/kasur latex. Sampai saat ini telah diproduksi dan dijual latex mattress dengan berbagai jenis dan merek. Sejak berdiri pada tahun 2000, dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan ini selalu mengalami kerugian dari tahun ke
tahun. Laba baru terjadi sejak tahun 2004, dan terjadi penurunan di tahun 2005. Perusahaan mengalami kesulitan dalam pencapaian laba, karena laba yang ditargetkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Hal ini karena perusahaan tidak mencapai angka penjualan yang telah ditargetkan. Sehingga diperlukan strategi yang sesuai dalam penjualan produknya. Berbagai alternatif penjualan yang diberikan oleh pihak pemasaran, akan diolah oleh pihak keuangan dengan menggunakan analisis CVP untuk melihat dampak perubahan dari faktor biaya, volume dan harga jual terhadap laba dan titik impas. Hasil dari analisis CVP ini, nantinya akan memberikan alternatif penjualan terbaik yang akan memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba perusahaan. Dari informasi yang diperoleh, perusahaan belum menerapkan analisis CVP. Maka penulis tertarik untuk membuat Cost-Volume-Profit Analysis dengan menggunakan metode breakeven
sebagai alat
perencanaan laba pada perusahaan ini Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan CostVolume-Profit Analysis dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba Tahun 2006 Pada PT X”. 1.2.
Rumusan Masalah Untuk dapat merencanakan laba tahun 2006, maka kita dapat menggunakan data anggaran untuk tahun 2006. Data biaya operasional dan data penjualan yang dipergunakan adalah dari tahun 2003-2005 karena data tahun 2000-2002 tidak tersedia. Data ini digunakan untuk melihat perkembangan BEP, perolehan laba rugi perusahaan dan melihat tren yang ada di perusahaan dan selanjutnya diperoleh strategi yang sesuai untuk pencapaian laba tahun 2006. Strategi tersebut nantinya juga dapat digunakan sebagai acuan untuk tahun 2007. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang penulis ambil adalah : 1. Bagaimana pertumbuhan biaya-biaya operasional yang terjadi pada perusahaan selama periode tahun 2003-2005.
2. Bagaimana pertumbuhan penjualan produk selama periode tahun 20032005. 3. Sejauh mana CVP analysis dapat diterapkan pada perusahaan untuk periode tahun 2006 dan bahan pertimbangan untuk periode tahun 2007, berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan masing-masing produk yang terjadi selama tahun 20032005.
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan biaya-biaya operasional yang terjadi pada perusahaan selama periode tahun 2003 sampai 2005. 2. Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk selama periode tahun 2003 sampai 2005. 3. Menganalisis penerapan analisis CVP pada perusahaan berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk yang terjadi selama periode tahun 2003 sampai 2005.
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam usaha meningkatkan kualitas perencanaan dan penerapan anggaran biaya serta pengawasan terhadap biaya, sehingga akhirnya dapat bermanfaat dalam menetapkan margin laba. 2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pengalaman dalam pengolahan data keuangan perusahaan dan juga dapat melengkapi pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah. 3. Sebagai bahan rujukan bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Biaya Menurut Usry et al. (1991) biaya didefinisikan sebagai cost is an exchange price, a foregoing, a sacrifice made to secure benefit. In financial accounting, the foregoing or sacrifice at date of acquisition is represented by a current or future dimunuition in cash or other assets. Menurut Hansen and Mowen (1997) cost is the cash or cash equivalent value sacrificed for goods and services that are expected to bring a current or future benefit to the organization. Sedangkan menurut Mulyadi (1999) biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas : (1) biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, (2) diukur dalam satuan uang, (3) yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi dan (4) pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Dalam beberapa literatur, biasanya istilah cost dan expense diartikan sama, padahal antara cost tidak sama dengan expense. Untuk itu perlu dibedakan pengertian antara cost dan expense tersebut. Menurut Atkinson et al. (2004) expense is the costs of goods or services that have been used up in the process of creating goods and services. Seperti yang dikemukakan oleh Usry et al. (1991) mengenai perbedaan antara cost dan expense bahwa cost is an exchange price, a foregoing, a sacrifice made to secure benefit. In financial accounting, the foregoing or sacrifice at date of acquisition is represented by a current of future diminuition in cash or other assets. Expense may be define as a measured out flow of goods or services which is matched with revenue to determine income.
2.1.1. Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (1999), penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan
tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep “different costs for different purposes” biaya dapat digolongkan menurut : 1. Obyek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran, merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok : a. Biaya Produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya penolong dan biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion
cost),
yang
merupakan
biaya
untuk
mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi. b. Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan,
biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran dan biaya contoh (sample). c. Biaya Administrasi dan umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya
gaji
karyawan
Bagian
Keuangan,
Akuntansi,
Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan dan biaya fotocopy. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : a. Biaya Langsung Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Dengan demikian biaya langsung akan mudah untuk diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. b. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi biaya variabel, biaya semivariabel, biaya semifixed dan biaya tetap.
a. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. c. Biaya Semifixed Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap pada kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh dari biaya tetap adalah gaji direktur produksi. 5. Jangka waktu manfaatnya Atas dasar jangka waktu pemanfaatannya, biaya dapat dibagi menjadi dua : a. Pengeluaran Modal (capital expenditures) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi. Contoh pengeluaran modal ini adalah pengeluaran pembelian aktiva tetap. b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures) Pengeluaran
pendapatan
adalah
biaya
yang
hanya
mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran
pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan ini adalah biaya iklan dan biaya telex.
2.1.2. Penggolongan Biaya Untuk Cost-Volume-Profit Analysis Untuk penerapan CVP Analysis, diperlukan penggolongan biaya yang berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Glenn A. Welsch (1988) the cost classification which is related to the cost variability concept, is needed three of cost categories. They are fixed cost, variable cost and semivariable cost. 1. Biaya Tetap Menurut Horngren et al. (1999) fixed cost is a cost that is not immediately affected by changes in the cost driver. Lebih jauh lagi, menurut Ray H. Garrison and Eric W. Noreen (2000) fixed cost decrease per unit as the activity level rises and increase per unit as the activity level falls. Selain itu, lebih lengkap Usry et al. (1991) menjabarkan karakteristik biaya tetap the characterisrics of fixed cost are fixed total amount within a relevant output range, decrease in per unit cost as volume increase within a relevant range, assignable to departement on the basis of arbitrary managerial decisions or cost allocation methods and control responsibility resting with executive management rather than operating supervisor. Pemahaman mengenai biaya tetap akan diilustrasikan dengan gambar di bawah ini.
Biaya (Rp)
FC
Volume Gambar 1. Grafik Total Biaya Tetap (Garrison and Noreen, 2000)
2. Biaya Variabel Menurut Horngren et al. (1999), bahwa variable cost is a cost that changes in direct proportion to changes in the cost driver. Ray H. Garrison and Eric W. Noreen (2000) mengemukakan variable cost remain constant per unit. Usry et al. (1991) lebih lengkap mengemukakan karakteristik dari biaya variabel yaitu in general, variable cost have the following characteristics (1) Variability of total amount in direct proportion to volume, (2) Relatively constant cost per unit as volume changes within a relevant range, (3) Assignable, with reasonable case and accuracy to operating departement and (4) Controlable by spesific
departement
head.
Gambar
mengilustrasikan mengenai biaya variabel.
berikut
ini
akan
Biaya (Rp)
VC
Volume Gambar 2. Grafik Total Biaya Variabel (Garrison and Noreen, 2000) 3. Biaya Semivariabel Selain biaya-biaya yang dapat digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, terdapat juga biaya yang mengandung karakteristik biaya tetap sekaligus biaya variabel. Golongan biaya ini disebut sebagai biaya semivariabel. Menurut Horngren et al. (2000), a mix cost (semivariable cost) is a cost that has both fixed and variable cost. Biaya yang dianggap semivariabel ini harus dianalisa untuk diidentifikasi komponen biaya tetap dan komponen biaya variabelnya. Untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel, terdapat beberapa teknik yang digunakan, antara lain adalah menurut Usry et al. (1991) : 1. High and Low Points Method Metode ini melihat perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk tingkat atau volume kegiatan yang tertinggi dan tingkat kegiatan yang terendah. 2. Statistical Scattergraph Method Dengan metode ini, variabilitas biaya dicari dengan garis lurus secara visual di antara titik-titik dan berbagai biaya dari berbagai tingkat kegiatan. Perpotongan garis tersebut
dengan garis vertikal ditentukan sebagai biaya tetap dan selisihnya merupakan biaya variabel. 3. Least Square Method Metode ini disebut juga Simple Regression Analysis. Perhitungan
dilakukan
secara
matematis
dengan
menggunakan persamaan regresi. Persamaan regresi yang digunakan adalah :
y = a + bx ……………………………..............................(1) dimana: y = variabel dependen (biaya) pada periode tertentu
x = variabel independen (kegiatan) pada periode tertentu
a = intersep (estimasi biaya tetap) b = slope (estimasi biaya variabel per unit kegiatan) Dari beberapa metode yang telah dikemukakan di atas, metode Least Square merupakan metode yang menghasilkan perhitungan yang lebih akurat.
2.2.
Laba Menurut Hansen and Mowen (1997) Profit is a measure of the
difference between what a firm puts into making and selling a product or services and what it receives. It is the degree to which the firm becomes wealtheir on account of engaging in transactions. Laba dapat dirumuskan sebagai berikut: Net income = Sales revenues – Variable cost – Fixed cost ………….(2) = (P x Q) – (VCu x Q) – FC = (P x VCu)Q – FC dimana : P
= Sales Price
VCu
= Variable Cost per Unit
FC
= Fixed Cost
Q
= Number of Unit Sale
Menurut Horngren et al. (1999) definisi laba adalah the
fundamental meaning of profit or earning or income, which is excess of revenue over expenses.
2.3.
Cost-Volume-Profit Analysis Horngren et al. (1999) menyatakan bahwa the managers of profit
seeking organizations usually study the effect of output volume revenue (sales), expense (cost) and net income (net profit). This study is commonly called Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis. Selain itu Horngren et al. (2000) mendefinisikan Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis examine the
behaviour of total revenues, total cost and operating income as changes occur in the output level, selling price, variable cost per unit or fixed cost. 2.3.1. Manfaat CVP Analysis Analisis CVP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam melakukan kegiatan perencanaan, yaitu sebagai suatu teknik analisa yang dapat menghubungkan variabel-variabel yang terdiri dari biaya dan volume kegiatan dengan tingkat laba perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Garrison et al. (2000) bahwa CVP
Analysis helps managers understand the interrelationship between cost, volume and profit, it is a vital tool in
many business
decisions. These decisions includes, for examples, what products to many facture or sell, what pricing policy to follow, what marketing strategy to employ and what type of productive facilities to aquire.
2.3.2. Breakeven Point Analysis Mengenai
BEP
Analysis,
Horngren
et
al.
(1999)
mendefinisikan The breakeven point is the level of sales at which
revenue equals expenses and net income is zero. Horngren (2000) menyatakan The Breakeven point is that quantity of output where
total revenue is equal total cost-that is, where the operating income is zero. Sedangkan Ray H. Garrison and Eric W. Noreen (2000) mendefinisikan Breakeven point is the point where the total
revenue equals total cost and as the point where total contribution margin equals total fixed costs. Gambar di bawah ini akan mempermudah dalam memahami BEP.
Gambar 3. Grafik Breakeven Point (Garrison and Noreen, 2000) 2.3.3. Contribution Margin Menurut Horngren et al. (1999) Contibution margin (CM)
or marginal income, which is the sales price minus the variable cost per unit. Terkadang harga per unit dan biaya variabel per unit tidak diketahui. Pada kondisi seperti ini, kita dapat menggunakan
contribution margin ratio (CMR) yang merupakan hasil bagi dari contribution margin dengan penjualan. CM = Sales − VCu ........................................................................(3)
CMR =
Sales − VCu x100% ..........................................................(4) Sales
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran
Perusahaan yang berbentuk profit motif pasti akan berusaha untuk memperoleh laba sebesar-besarnya.
Salah satu ukuran yang sering
digunakan untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah besarnya laba yang bisa diperoleh oleh perusahaan tersebut. Besarnya laba yang bisa diperoleh oleh perusahaan antara lain dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu biaya, harga jual produk dan besarnya volume penjualan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, biaya akan menentukan harga jual, jika biaya untuk memproduksi produk tinggi, maka harga jual secara otomatis akan menyesuaikan. Selanjutnya, jika perusahaan menetapkan harga jual yang cukup tinggi ke produk mereka maka laba yang diperoleh akan semakin tinggi pula. Tetapi perusahaan harus hati-hati dalam penetapan harga jual, karena harga jual akan berpengaruh
pada
volume
penjualan.
Konsumen
pasti
akan
mempertimbangkan harga jual sebelum membeli suatu produk, jika dirasa harga jualnya cukup tinggi maka kemungkinan konsumen menjadi enggan untuk membeli. Selanjutnya, volume penjualan akan memiliki pengaruh yang berbanding lurus dengan volume produksi, dan akhirnya volume produksi akan mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Bagi perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk, perlu diperhatikan pula jenis produk apa yang paling disenangi konsumen, hal ini dapat dilihat dari volume penjualan masing-masing produk. Untuk produk yang lebih disenangi konsumen, maka perusahaan harus memproduksi lebih banyak dibanding produk lainnya. Sehingga dalam memproduksi, perusahaan harus memperhatikan kombinasi volume penjualan yang terjadi di pasar. Oleh karena itu dalam perencanaan, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang penting sehingga untuk perumusan kebijakan yang akan datang, manajemen membutuhkan data
yang dapat dipergunakan untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat pada perolehan laba. Salah satu cara yang bisa digunakan oleh manajemen dalam hubungannya dengan biaya, harga jual dan volume penjualan adalah dengan menggunakan analisis titik impas. Dimana penjualan akan sama dengan total biaya. Ini berarti perusahaan tidak mendapat keuntungan ataupun mengalami kerugian. Dengan melihat titik impas yang ada, selanjutnya manajemen dapat melakukan analisis CVP, sehingga dapat mengambil keputusan terbaik dalam pencapaian laba optimal, yakni mengenai kebijakan harga dan volume penjualan yang harus perusahaan capai. Kerangka pemikiran di atas, dapat disederhanakan dalam bagan berikut ini.
Target Laba Tidak Tercapai
Laba Dipengaruhi
Volume Penjualan
Biaya
Tetap
Semivariabel
Variabel
Volume Penjualan per Produk
Total Biaya
Harga Jual
Marjin Kontribusi per Produk
Total Pendapatan
Titik Impas (Metode Breakeven)
Perubahan Biaya, Volume dan Harga Jual Terhadap Laba dan Titik Impas (Analisis CVP)
Alternatif Penjualan Terbaik
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sebuah perusahaan yang memproduksi kasur latex yang bernama PT X. Perusahaan ini bertempat di Jl. Pondok Jagung No. 31 Serpong-Tangerang. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama lima bulan dimulai bulan April sampai bulan Agustus 2006.
3.3.
Metode Penelitian 3.3.1. Pengumpulan Data
Data dan informasi yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer
diperoleh
melalui
wawancara
pihak-pihak
yang
berkepentingan, dalam hal ini adalah Kepala Accounting dan Staf Accounting PT X. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan, berupa laporan laba rugi (L/R) yang berisi rincian biaya-biaya operasional dan pendapatan perusahaan periode 2003-2005, juga anggaran biaya dan penjualan tahun 2006. Selain itu informasi juga didapat dari buku-buku dan jurnal yang dapat mendukung data primer yang diperoleh.
3.3.2. Pengolahan dan Analisa Data
Untuk mengolah data yang diperoleh, maka langkah yang harus diambil adalah : 1. Menganalisis laporan biaya-biaya operasional perusahaan yang terjadi selama tahun 2003-2005 serta besarnya jumlah penjualan yang telah dicapai oleh perusahaan selama kurun waktu tersebut. 2. Memisahkan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan menjadi biaya tetap, biaya semivariabel dan biaya variabel. Untuk biaya semivariabel, harus dilakukan pemisahan menjadi biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan
alat statistik berupa model persamaan regresi linier sederhana, berupa least squares method. 3. Membuat analisis breakeven berdasarkan data penjualan dan biaya-biaya
tetap
menghasilkan
maupun
gambaran
titik
variabel,
sehingga
dimana perusahaan
dapat tidak
mendapat laba maupun mengalami kerugian. 4. Membuat analisis CVP berdasarkan anggaran biaya dan penjualan tahun 2006 sehingga dapat diketahui langkah apa yang harus diambil perusahaan.
Metode analisis data yang digunakan adalah : Breakeven Point Analysis, perusahaan memproduksi dua merek
produk sehingga analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan breakeven point untuk multiple product. Rumus yang akan digunakan; BEPRP =
TFC ∑ VC 1− ∑( P.Q)
dimana, BEP = Breakeven Point (dalam rupiah) TFC = Total Fixed Cost VC = Variable Cost P
= Price per product
Q
= Quantity of sales
BEPunit =
TFC weighed-average contribution margin per unit
Cost-Volume-Profit
Analysis
yang
akan
dilakukan
bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan atau paling tidak berusaha untuk mencapai titik dimana perusahaan mencapai BEP. Analisis CVP yang dapat dilakukan adalah:
1. Menurunkan biaya variabel per unit produk (VCu) Untuk meningkatkan laba perusahaan, biaya variabel harus diturunkan. Jika biaya variabel diturunkan, maka contribution margin akan bertambah, sehingga laba pun akan menjadi lebih besar. 2. Menurunkan biaya tetap (FC) Untuk memperoleh laba yang lebih besar, maka salah satu cara adalah dengan menurunkan biaya tetap. 3. Menaikkan harga jual (P) Dalam proses perencanaan laba, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan harga jual. 4. Menaikkan volume penjualan (Q) Dalam mencapai peningkatan laba, maka volume penjualan harus ditingkatkan. Setelah penjualan mencapai BEP, maka peningkatan penjualan akan menambah laba yang dihasilkan.
Dari hasil analisis CVP yang dilakukan dengan beberapa cara di atas, maka akan dipilih cara mana yang dianggap paling rasional yang dapat dilakukan oleh perusahaan dan paling sesuai dengan kondisi perusahaan maupun kondisi pasar yang ada.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT
X
merupakan
perusahaan
manufaktur
yang
memproduksi kasur berbahan dasar latex (karet). Perusahaan ini berdiri pada bulan Mei 2000 atas prakarsa dari Bapak Effendy sebagai salah satu pendiri dan pemegang saham terbesar. PT X memiliki sebuah pabrik yang terletak di daerah Serpong, Tangerang. Dengan jumlah karyawan pabrik sebanyak lebih kurang lima puluh orang, PT X mampu
menjangkau daerah
pemasaran sampai keluar Pulau Jawa seperti Kalimantan. PT X merupakan perusahaan di bawah lisensi dan teknologi dari Switzerland. Busa latex awalnya diimpor dari Malaysia tetapi kini
perusahaan
mengimpor
dari
Belgia
karena
mampu
memberikan latex dengan kualitas yang sama tetapi dengan harga yang lebih murah. Alasan utama penggunaan latex sebagai bahan dasar adalah karena latex memiliki keunggulan dibanding kapuk, busa maupun pegas. Latex dapat menyangga tulang punggung lebih maksimal, tidak berdebu, anti jamur, tidak panas karena struktur sel latex terbuka sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik, lebih tahan lama yaitu sekitar 15 tahun dan tidak menimbulkan bunyi berderit. Pada tahun pertama, PT X mengeluarkan produk dengan merek
Naturatex
yang
merupakan
produk
mahal
untuk
menjangkau kalangan ekonomi menengah ke atas. Satu tahun kemudian PT X mengeluarkan produk dengan merek Enzel yang merupakan produk dengan harga di bawah Naturatex untuk menjangkau masyarakat ekonomi menengah. Dalam penjualannya, produk Naturatex dijual dengan sistem direct consumer melalui pameran-pameran yang biasanya diadakan di berbagai tempat seperti Balai Sidang, Jakarta. Produksi
produk ini menggunakan sistem pesanan sehingga perusahaan baru memproduksi setelah terjadi penjualan di pameran tersebut. Sedangkan produk Enzel dijual melalui toko-toko mebel dengan produksinya menggunakan sistem pesanan juga. Perusahaan juga memiliki show room yang terletak di Plaza Meubel Jl. Fatmawati, Jakarta.
4.1.2. Deskripsi Produk
PT X mengeluarkan merek Naturatex yang memiliki enam jenis produk (Imperial Classic, Master Rest, Ultra Firm, Elegancia Limited, Elegancia dan Spring Latex Top). Setahun kemudian PT X mengeluarkan merek Enzel untuk memperluas segmen pasar dengan menawarkan tujuh jenis produk (Orthopedic Latex, Premium Latex, Classic Latex, Econo Latex, Inner Spring Latex, Frolentina dan Romanza). Berikut ini adalah paparan lebih jauh mengenai produk PT X : 1. Imperial Classic (IC) Imperial Classic merupakan produk kelas satu, dengan gaya Eropa klasik memberikan kesan elegan ditambah latex grade satu dan kain penutup 100% katun menambah kenyamanan tidur bagi pemakainya. Selain itu, kain penutupnya dilengkapi oleh resleting yang memungkinkan untuk dicuci. 2. Master Rest (MR) Jenis kedua ini terbuat dari latex grade dua dengan ketebalan 25 cm, dengan kain penutup berjenis kaos sehingga tidak panas saat ditiduri. Master Rest juga memiliki resleting yang memungkinkan
dicuci. Rangkanya terbuat dari kayu tropis
berkualitas tinggi yang memberikan garansi kuat dipakai dalam jangka panjang. 3. Ultra Firm (UF) Ultra Firm dirancang untuk menyangga tulang belakang. Dengan latex yang lebih keras, memungkinkan menyangga
tulang belakang dengan lebih baik. Ultra Firm juga dilengkapi dengan resleting. 4. Elegancia Limited (EL) Terbuat dari latex grade tiga. Dengan sandaran yang elegan, jenis ini didesain untuk orang yang peduli akan style dan seni. Sandarannya memiliki meja kecil bersusun di tengah tempat tidur, memungkinkan meletakkan benda-benda seperti bingkai foto maupun jam meja. Selain itu juga dilengkapi dengan resleting. 5. Elegancia (E) Terbuat dari latex grade empat, dan juga dilengkapi dengan sandaran yang memiliki meja kecil bersusun. Memiliki warna kombinasi coklat dan putih yang menarik menambah kesan nyaman dan elegan. 6. Spring Latex Top (SLT) Merupakan produk kombinasi latex dengan per. Latex-nya memiliki ketebalan 10 cm. Per diletakkan di lapisan bawah, sedangkan latex diletakkan di lapisan atas. Jenis ini sengaja dibuat untuk konsumen yang sudah terbiasa menggunakan tempat tidur pegas. 7. Orthopedic Latex (OL) Produk jenis ini merupakan produk kelas satu
dari merek
Enzel. Menggunakan latex grade satu di kelasnya, dan berbahan penutup berjenis kaos yang tidak panas, juga dilengkapi oleh resleting sehingga memungkinkan untuk dicuci. Memiliki sandaran berjenis Fiesta yaitu sandaran dengan motif berlian (diamond) kecil. 8. Premium Latex (PL) Tempat tidur ini menggunakan latex grade dua di kelas Enzel. Memiliki penutup berbahan kaos dan juga memiliki resleting. Sandarannya berjenis Verona yang simpel dan elegan.
9. Classic Latex (CL) Menggunakan latex grade tiga. Dengan bahan penutup kaos tipis yang tidak memiliki resleting. Sandarannya berjenis Toscano. 10. Econo Latex (ECL) Jenis ini menggunakan latex grade empat. Dengan bahan penutup kaos tipis yang tidak memiliki resleting. Sandarannya berjenis Anasta yang merupakan kombinasi antara Fiesta dan Verona. 11. Inner Spring Latex (ISL) Merupakan kombinasi antara latex dengan per. Berbahan penutup katun yang tidak memiliki resleting. Sandarannya berjenis Krista. 12. Florentina (F) Florentina juga merupakan kombinasi latex dan per. Berbahan penutup katun yang tidak memiliki resleting, sandarannya berjenis Fiesta dengan motif berlian yang lebih besar dibanding Orthopedic Latex. 13. Romanza (R) Jenis yang terakhir ini juga merupakan kombinasi latex dan per. Berbahan penutup katun yang tidak memiliki resleting, sandarannya berjenis Verona. Sistem per dilengkapi “M Guard dan Corner Guard” memberikan topangan yang sehat untuk tulang belakang.
4.2.
Pertumbuhan Biaya Operasional Tahun 2003-2005
Biaya operasional merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi. Biaya operasional dapat dipisahkan menjadi biaya tetap, variabel dan biaya semivariabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak terpengaruh oleh aktivitas produksi. Biaya ini akan tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya
sebanding dengan aktivitas produksi. Sedangkan biaya semivariabel adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan biaya semivariabel. Untuk itu biaya semivariabel terlebih dahulu harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Pemisahan biaya tersebut dilakukan dengan metode Least Square. Hasil dari metode ini adalah sebuah persamaan regresi sederhana oleh karena itu penulis menggunakan metode ini karena dapat menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Biaya yang termasuk di dalam kategori biaya tetap adalah listrik kantor, gaji karyawan kantor, perlengkapan kantor, telepon, fotocopy, iklan, pos, penyusutan peralatan kantor, penyusutan peralatan pabrik, penyusutan kendaraan, pemeliharaan kendaraan, pemeliharaan peralatan kantor, administrasi, transportasi kantor dan biaya lain-lain. Biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, listrik pabrik, transportasi pabrik dan sparepart. Sedangkan dalam prakteknya, penulis hanya menemukan satu jenis biaya semivariabel yang harus dipisahkan. Biaya tersebut adalah biaya listrik. Perusahaan menggunakan satu jenis rekening untuk penggunaan listrik di pabrik maupun di kantor. Listrik yang digunakan di pabrik merupakan biaya variabel sedangkan listrik yang digunakan di kantor merupakan biaya tetap. Tabel berikut merupakan besarnya biaya listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2003 sampai 2005. Tabel 1. Biaya semivariabel periode tahun 2003-2005 Nilai (Rp)
Jenis Biaya Listrik
Th 2003
Th 2004
Th 2005
8.350.953
8.480.290
11.125.351
-
1,55%
31,19%
Pertumbuhan
Sumber: Data perusahaan Dari Tabel 1 diketahui bahwa biaya listrik pada tahun 2003 sebesar Rp. 8.350.953 dan pada tahun 2004 sebesar Rp. 8.480.290 atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,55%. Selanjutnya pada tahun 2005 mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp. 11.125.351 atau sebesar 31,19%.
Sedangkan penjualan mengalami pertumbuhan sebesar 75,42% pada tahun 2004 dan 94,73% pada tahun 2005 (Tabel 9). Besarnya pertumbuhan listrik jauh berada dibawah pertumbuhan penjualan (produksi) karena pada tahun 2003 perusahaan sedang gencar-gencarnya melakukan kegiatan promosi sehingga aktivitas kantor menjadi sangat tinggi menyebabkan penggunaan listrik di kantor pun menjadi sangat tinggi. Sehingga penggunaan listrik pada tahun 2003 lebih banyak digunakan untuk aktivitas di kantor daripada di pabrik. Pada tabel berikut akan disajikan perhitungan pemisahan biaya listrik dengan menggunakan metode Least Square. Variabel bebasnya berupa jam mesin karena kegiatan produksi perusahaan ini menggunakan berbagai macam mesin untuk digunakan dalam proses pemotongan latex, menjahit dan proses Quilting. Sehingga besarnya jam mesin merupakan variabel yang terkait langsung dengan besarnya penggunaan listrik di pabrik yang menjadi dasar pemisahan biaya semivariabel. Tabel 2. Pemisahan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan variabel Tahun
Jam
Beda
Biaya listrik
Beda dari
Pengkuadratan
Perkalian beda
mesin
dari
(3)
rata-rata (4)
(2)x (2)
rata-rata jam
(1)
rata-
mesin dengan
rata (2)
beda rata-rata biaya listrik (2) x (4)
2003
1145
-920
8.350.953
-967.911,667
846.400
890.478.733,3
2004
1815
-250
8.480.290
-838.574,667
62.500
209.643.666,7
2005
3235
1170
11.125.351
1.806.486,333
1.368.900
2.113.589.010
Total
6195
27.956.594
2.277.800
3.213.711.410
Rata-
2365
9.318.864,667
rata
Sumber: Data perusahaan (diolah) b = 3.213.711.410/2.277.800 = 1410,9
9.318.864,667 = a + (1410,9) (2365) a = 6.405.389 Persamaan regresi (y) = a + bx (y) = 6.405.389 + 1410,9x dimana : (y) = variabel terikat (biaya listrik) x = variabel bebas (jam mesin) a = biaya tetap b = biaya variabel per jam mesin Dari persamaan di atas maka kita dapat menghitung berapa besar biaya tetap listrik dan berapa biaya variabelnya. Besarnya biaya tetap yaitu Rp. 6.405.389 yang artinya setiap tahunnya pemakaian listrik untuk kantor adalah sebesar angka tersebut. Pada tahun 2003 dan tahun 2005 terjadi kenaikan tarif listrik, ini menegaskan bahwa pada tahun 2004 dan 2005 sebetulnya aktivitas kantor berada pada kondisi normal tetapi karena kenaikan tarif listrik tersebut maka angka biaya listrik untuk kantor menjadi sama saat tahun 2003 yang mengalami kenaikan aktivitas kantor. Biaya variabel berupa perkalian antara jam mesin dengan b (1410,9). Sehingga didapat besarnya biaya listrik yang dipakai untuk aktivitas pabrik. Tabel 3. Biaya tetap dan biaya variabel (listrik) Jenis
Tahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
Biaya Listrik
Tetap
Variabel
Tetap
Variabel
Tetap
Variabel
6.405.389
1.615.481
6.405.389
2.560.784
6.405.389
4.564.262
Sumber: Data perusahaan (diolah) Setelah dipisahkan menjadi biaya tetap dan variabel, maka dapat kita hitung keseluruhan biaya variabel. Adapun komponen biaya variabel adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, listrik, transportasi pabrik dan sparepart. Bahan baku langsung terdiri atas latex yang masih diimpor dari Belgia, kain penutup, per, busa, kayu, benang dan resleting. Tenaga kerja langsung adalah gaji para karyawan pabrik yang dihitung
harian, listrik berupa besarnya biaya penggunaan mesin pabrik. Transportasi pabrik adalah aktivitas pengangkutan bahan baku ke pabrik. Berdasarkan data yang diperoleh maka diketahui bahwa untuk setiap kali angkut, biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 300.000 dan untuk setiap pengangkutan dapat mengangkut bahan baku untuk 20 unit produk. Sparepart adalah suku cadang pabrik yang harus diganti karena rusak atau aus karena kegiatan produksi. Tabel 4. Biaya variabel periode tahun 2003-2005 Jenis Biaya
Nilai (Rp) Th 2003
Th 2004
Th 2005
Bahan baku langsung
260.937.581
562.457.406
1.485.761.372
Tenaga kerja langsung
86.526.000
100.983.332
158.214.000
Listrik (bagian variabel)
1.615.481
2.560.784
4.564.262
Transportasi pabrik
3.600.000
5.700.000
9.900.000
Sparepart
3.637.150
2.886.100
5.598.500
356.316.212
674.587.622
1.664.038.134
Total
Sumber: Data perusahaan (diolah) Kenaikan biaya bahan baku setiap tahun terkait dengan kenaikan aktivitas produksi perusahaan, kenaikan harga bahan baku dan biaya pencarian bahan baku. Kenaikan biaya tenaga kerja langsung dikarenakan adanya kenaikan gaji disetiap tahunnya maupun penambahan jumlah karyawan seiring dengan kenaikan aktivitas perusahaan. Besarnya biaya listrik merupakan hasil perkalian antara jumlah unit dengan 1410,9. Kenaikan biaya transportasi terkait dengan kenaikan jumlah produksi yang mengakibatkan kenaikan frekuensi pengangkutan bahan baku menuju pabrik. Sedangkan biaya sparepart berfluktuasi sesuai kerusakan pada mesin pabrik. Biaya ini walaupun tidak berbanding lurus dengan kenaikan aktivitas pabrik tetapi sangat terkait dengan penggunaan mesin. Dimana semakin sering digunakan maka mesin akan mengalami kerusakan atau aus sehingga perlu diganti suku cadangnya.
Tabel berikut ini menyajikan biaya tetap yang terjadi selama tahun 2003 sampai 2005. Biaya tetap terdiri atas 15 komponen yaitu biaya listrik, gaji dan THR, perlengkapan kantor, telepon, fotocopy, iklan, pos, penyusutan peralatan kantor, penyusutan peralatan pabrik, penyusutan kendaraan, pemeliharaan kendaraan, pemeliharaan peralatan kantor, administrasi, transportasi dan biaya lain-lain. Biaya ini merupakan biaya yang tidak tergantung pada besarnya produksi. Nilai untuk setiap tahun tidak selalu sama, karena selain adanya kenaikan tarif di tahun tertentu, besarnya juga tergantung pada tingkat produksi perusahaan. Untuk biaya gaji dan THR, nilainya tetap tiap bulannya, tetapi total untuk setiap tahunnya berbeda. Hal tersebut terjadi karena selain adanya kenaikan gaji, juga adanya penambahan jumlah karyawan. Untuk biaya perlengkapan kantor nilainya tergantung pada jenis dan jumlah barang yang dibeli dan juga pada kenaikan harga. Besarnya biaya telepon tergantung pada pemakaian dan kenaikan tarif, kenaikan ini terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 16%, sehingga besarnya biaya telepon berbeda setiap tahun. Biaya iklan
merupakan
biaya
yang
dikeluarkan
berdasarkan
frekuensi
pemasangan iklan. Perusahaan mengeluarkan biaya iklan tinggi saat penjualan dianggap masih rendah dan mengurangi biaya iklan saat penjualan dianggap sudah memenuhi target. Biaya-biaya penyusutan memiliki nilai yang cukup stabil setiap tahunnya. Biaya transportasi kantor pada tahun 2003 sangat besar karena di tahun ini aktivitas kantor sangat tinggi berkaitan dengan kegiatan promosi, dan biaya transportasi ini turun di tahun 2004 dan tahun 2005. Biaya lain-lain pada tahun 2004 sangat tinggi dibanding tahun 2003 dan 2005 karena pada tahun tersebut dikeluarkan untuk biaya rumah sakit dan pengobatan karena kecelakaan kerja.
Tabel 5. Biaya tetap periode tahun 2003-2005 Nilai (Rp) Jenis Biaya Listrik (bagian tetap)
Th 2003
Th 2004
Th 2005
6.405.389
6.405.389
6.405.389
125.600.000
152.516.668
198.921.500
3.725.150
2.086.200
3.215.250
16.593.034
27.813.417
16.458.865
209.650
107.600
395.940
94.153.600
13.936.000
40.807.800
Pos Penyusutan peralatan kantor
283.200 5.861.036
199.500 6.028.379
250.200 5.642.148
Penyusutan peralatan pabrik
7.371.903
7.772.600
7.772.600
33.855.800
47.895.579
34.113.000
1.947.650
1.113.000
3.070.000
Gaji dan THR Perlengkapan kantor Telepon Fotocopy Iklan
Penyusutan kendaraan Pemeliharaan kendaraan Pemeliharaan peralatan kantor
-
125.000
530.000
Administrasi
746.107
663.237
1.008.767
16.131.751
9.738.900
1.073.900
1.592.338
5.553.900
1.194.949
314.476.608
281.955.369
320.860.308
Transportasi kantor Biaya lain-lain Total
Sumber: Data perusahaan (diolah) Biaya listrik yang menjadi komponen biaya tetap merupakan biaya yang dipakai di kantor yaitu sebesar Rp. 6.405.389. Gaji dan THR setiap tahunnya mengalami kenaikan karena terjadi kenaikan gaji setiap tahun guna meningkatkan kesejahteraan para karyawannya maupun adanya penambahan jumlah karyawan kantor. Biaya perlengkapan kantor merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menunjang aktivitas kantor. Pada tahun 2003 sebesar Rp. 3.725.150, tahun 2004 Rp. 2.086.200 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 3.215.250. Perlengkapan yang biasanya dibeli adalah kertas HVS, kertas fax, tinta, alat tulis, dan perlengkapan kantor lainnya. Dikategorikan sebagai biaya tetap karena biaya ini pasti dikeluarkan setiap tahunnya dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya telepon juga dikategorikan biaya tetap meskipun nilai per tahunnya berfluktuasi sangat besar, ini disebabkan oleh kenaikan tarif telepon pada tahun 2004. Pihak manajemen menganggap kenaikan biaya telepon di tahun 2004 sangatlah besar,
sehingga pada tahun 2005 penggunaan telepon sangat dibatasi. Terlihat pada tahun 2005 biaya telepon turun dari Rp. 27.813.417 di tahun 2004 menjadi Rp. 16.458.865 di tahun 2005. Biaya fotocopy merupakan biaya tetap karena besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi dan biaya ini selalu dikeluarkan setiap tahunnya. Biaya iklan merupakan biaya yang berfluktuasi sangat besar yaitu Rp. 94.153.600 pada tahun 2003 dan turun di tahun 2004 menjadi Rp. 13.936.000. Ini disebabkan pada tahun 2003 perusahaan sedang aktif melakukan promosi dan ternyata akibat biaya iklan yang begitu besar, perusahaan mengalami kerugian (pembahasan selanjutnya), sehingga biaya iklan ditekan sekecil mungkin untuk periode tahun 2004. Kemudian pada tahun 2005 biaya iklan mengalami kenaikan menjadi Rp. 40.807.800 setelah pada tahun 2004 perusahaan mendapatkan laba (pembahasan selanjutnya). Iklan dilakukan melalui media cetak koran Kompas dan disesuaikan dengan berlangsungnya kegiatan pameran yang biasanya diadakan di Balai Sidang, Jakarta. Biaya iklan ini dimasukkan ke dalam biaya tetap karena besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi. Biaya pos adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pos satpam. Biaya ini berupa pengadaan kopi, teh, gula, dan buku tamu. Pada tahun 2003 sebesar Rp. 283.200, di tahun 2004 sebesar Rp. 199.500 dan di tahun 2005 sebesar Rp. 250.200. Penyusutan peralatan kantor merupakan biaya penyusutan atas pembelian peralatan kantor. Setiap tahun persentase penyusutan masingmasing peralatan, yaitu sebesar 12,5% dan 25% nilai tersebut diambil berdasarkan estimasi umur peralatan, selain itu nilai setiap tahun berbeda karena adanya peralatan yang telah selesai disusutkan sehingga sudah tidak perlu disusutkan kembali di tahun berikutnya atau adanya pembelian peralatan baru sehingga terdapat barang baru yang harus disusutkan nilainya. Tahun 2003 penyusutan sebesar Rp. 5.861.036, tahun 2004 sebesar Rp. 6.028.379 dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 5.642.148. Peralatan kantor yang disusutkan nilainya adalah pesawat telepon dan fax, komputer, mesin tik, sistem Abipro, printer, hard disk, stabilizer, UPS,
monitor, meja makan, meja tulis MT 120, meja tulis MT 140, laci gantung, lemari kupu atas, lemari kupu bawah, kursi hidrolik, kursi manual, kursi Chitose, filling cabinet, kursi biasa, AC, kipas angin dan kalkulator. Penyusutan peralatan pabrik merupakan penyusutan atas pembelian peralatan pabrik. Besarnya penyusutan sama yaitu 12,5% untuk masingmasing unit. Peralatan pabrik yang disusutkan nilainya adalah mesin jahit Shiang, mesin jahit tipe Edge, mesin obras, mesin resleting, mesin kompresor, mesin press, mesin bor, max air nailer, mesin foam rubber, mesin cutter, gun stapples dan fire protection. Besarnya penyusutan di tahun 2003 Rp. 7.371.903 dan di tahun 2004 dan 2005 sebesar Rp. 7.772.600. Penyusutan kendaraan merupakan penyusutan atas pembelian kendaraan Izusu Elf. Pada tahun 2003 sebesar Rp. 33.855.800 untuk penyusutan satu unit Izusu Elf yang dibeli di tahun 2000 dan pada tahun 2004 dan 2005 besarnya penyusutan adalah Rp. 47.895.579 untuk satu unit Izusu Elf tahun 2000 dan satu unit Izusu Elf yang baru dibeli tahun 2004. Biaya pemeliharaan peralatan kantor adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki atau mengganti komponen peralatan yang rusak di setiap tahunnya. Biaya administrasi adalah biaya untuk surat-menyurat. Besarnya di tahun 2003 adalah Rp. 746.107, di tahun 2004 Rp. 663.237 dan di tahun 2005 Rp. 1.008.767. Biaya transportasi kantor adalah biaya untuk pembelian bensin, tol dan parkir atas aktivitas kantor yang menggunakan kendaraan. Dan yang terakhir adalah biaya lain-lain. Biaya ini merupakan biaya tak terduga yang dikeluarkan oleh perusahaan, termasuk di dalamnya adalah biaya rumah sakit bila terjadi kecelakaan di lokasi kerja. Pada tahun 2003 sebesar Rp. 1.592.338, pada tahun 2004 naik menjadi Rp. 5.553.900 hal ini karena adanya pembayaran untuk rumah sakit, dan tahun 2005 turun menjadi Rp. 1.194.949 Tabel 6 dan 7 merupakan ringkasan dari total seluruh biaya operasional yang terjadi sepanjang tahun 2003 sampai 2005 beserta pertumbuhannya. Tabel 6 menunjukkan besarnya total biaya dalam satuan
rupiah dan pada Tabel 7 menunjukkan pertumbuhannya dalam persentase guna melihat berapa besar perubahan atas biaya-biaya yang terjadi selama tahun 2003 sampai 2005. Tabel 6. Biaya-biaya operasional tahun 2003-2005 Jenis Biaya
2003
2004
2005
Total Biaya Variabel (Rp)
356.316.212
674.587.622
1.664.038.134
Total Biaya Tetap (Rp)
314.476.608
281.955.369
320.860.308
Total Biaya (Rp)
670.792.820
956.542.991
1.984.898.442
Sumber: Data perusahaan (diolah) Dari Tabel 6 dapat kita buat tabel pertumbuhan biaya operasional tahun 2003 sampai 2005 dalam bentuk persentase. Tabel 7 berikut akan mempermudah kita untuk melihat besarnya perubahan yang terjadi. Tabel 7. Pertumbuhan biaya operasional tahun 2003-2005 Jenis Biaya
2003
2004
2005
Total Biaya Variabel
-
89,32%
146,67%
Total Biaya Tetap
-
-10,34%
13,80%
Total biaya
-
42,60%
107,51%
Sumber: Data perusahaan (diolah) Melalui Tabel 6 dapat diketahui bahwa biaya variabel tahun 2003 sebesar Rp. 356.316.212 dan tahun 2004 sebesar Rp. 674.587.622 atau mengalami pertumbuhan sebesar 89,32%, kemudian pada tahun 2005 biaya variabel sebesar Rp. 1.664.038.134 atau mengalami pertumbuhan sebesar 146,67%. Pertumbuhan biaya variabel ini terjadi karena adanya pertumbuhan produksi maupun kenaikan harga atas masing-masing komponen dalam biaya variabel. Biaya tetap pada tahun 2003 sebesar Rp. 314.476.608 dan mengalami penurunan 10,34% di tahun 2004 menjadi Rp. 281.955.369. Kemudian di tahun 2005 kembali mengalami kenaikan sebesar 13,80% atau menjadi Rp. 320.860.308. Pertumbuhan yang negatif berarti perusahaan berusaha untuk mengefisiensikan biaya tetap, komponen biaya tetap yang dapat diefisienkan adalah biaya iklan.
Perumbuhan
biaya
varibel
dan
pertumbuhan
biaya
tetap
mengakibatkan pertumbuhan total biaya menjadi positif. Pada tahun 2003 total biaya sebesar Rp. 670.792.820 dan naik menjadi Rp. 956.542.991 atau sebesar
42,6%. Kemudian pada
tahun 2005 sebesar
Rp.
1.984.898.442 atau naik sebesar 107,51%
4.3.
Pertumbuhan Penjualan Produk Tahun 2003-2005
PT X yang memproduksi kasur latex mengeluarkan dua merek yaitu Naturatex (Imperial Classic, Master Rest, Ultra Firm, Elegancia Limited, Elegancia dan Spring Latex Top) dan Enzel yang terdiri dari tujuh jenis produk (Orthopedic Latex, Premium Latex, Classic Latex, Econo Latex, Inner Spring Latex, Frolentina dan Romanza). Dari tabel dapat terlihat produk-produk yang diminati oleh konsumen dan produkproduk yang kurang diminati oleh konsumen. Berikut ini akan disajikan hasil penjualan masing–masing produk selama periode tahun 2003-2005. Tabel 8. Penjualan produk selama periode tahun 2003-2005 Jenis Produk
Nilai Penjualan (Rp) Th 2003
Th 2004
Th 2005
IC
20.000.000
33.000.000
60.000.000
MR
41.500.000
64.400.000
130.000.000
UF
58.500.000
100.000.000
198.000.000
EL
40.000.000
67.500.000
135.000.000
192.000.000
337.500.000
663.000.000
38.400.000
68.400.000
132.000.000
E SLT
Tabel 8. Lanjutan Jenis Produk
Nilai Penjualan (Rp) Th 2003
Th 2004
Th 2005
OL
20.000.000
36.400.000
72.000.000
PL
21.150.000
39.000.000
70.000.000
CL
82.000.000
147.200.000
285.000.000
ECL
3.750.000
7.000.000
13.500.000
ISL
8.000.000
14.400.000
28.000.000
F
61.200.000
112.000.000
212.100.000
R
7.350.000
14.950.000
30.000.000
593.850.000
1.041.750.000
2.028.600.000
Total
Sumber: Data perusahaan (diolah) Tabel 8 memperlihatkan bahwa setiap tahunnya merek Naturatex dengan jenis produk Elegancia merupakan produk dengan angka penjualan tertinggi, yaitu sebesar Rp. 192.000.000 pada tahun 2003, sebesar Rp. 337.500.000 pada tahun 2004 dan Rp 663.000.000 pada tahun 2005. Hal ini dikarenakan Elegancia merupakan produk dengan harga paling murah dibanding kelima jenis produk yang lain untuk merek Naturatex. Selain itu desainnya yang dilengkapi oleh meja bersusun di tengah-tengah sandarannya ternyata lebih disukai oleh konsumen. Kemudian produk Ultra Firm di urutan kedua karena produk ini memiliki nilai tambah berupa rancangannya yang khusus untuk menyangga tulang belakang. Selanjutnya adalah Master Rest, Elegancia Limited, Spring Latex Top dan terakhir adalah Imperial Classic yang merupakan produk termahal dari Naturatex. Untuk merek Enzel penjualan tertinggi dicapai oleh produk Classic Latex meskipun dari segi harga, produk ini bukanlah yang terendah, tetapi konsumen menyukai produk ini karena desainnya yang menarik. Selanjutnya Florentina, Premium Latex, Orthopedic Latex, Inner Spring Latex, Romanza dan terakhir Econo Latex. Pada merek Enzel ini konsumen kurang memperhatikan masalah harga karena harga tiap jenis produk memiliki perbedaan yang kurang signifikan, sehingga mereka lebih memperhatikan model. Hal ini terbukti meskipun Romanza adalah produk
dengan harga terendah tapi penjualannya juga rendah. Sedangkan Classic Latex dengan angka penjualan tertinggi merupakan produk dengan harga pertengahan. Tabel. 9 berikut merupakan pertumbuhan penjualan yang telah dicapai perusahaan selama tahun 2003 sampai 2005. Perusahaan mengalami peningkatan penjualan di setiap tahunnya yaitu 75,42% pada tahun 2004 dan 94,73% pada tahun 2005, hal ini berarti bahwa produk mereka sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas dan diterima dengan baik oleh para konsumen. Tabel 9. Pertumbuhan penjualan tahun 2003-2005 2003
2004
2005
Pertumbuhan (Rp)
593.850.000
1.041.750.000
2.028.600.000
Pertumbuhan (%)
-
75,42%
94,73%
Sumber: Data perusahaan (diolah)
4.4. Anggaran Biaya Operasional dan Penjualan Tahun 2006
Data anggaran biaya operasional dan penjualan tahun 2006 digunakan untuk menghitung nilai BEP tahun 2006 dan kemudian dilakukan analisis CVP untuk memperoleh strategi penjualan terbaik yang dapat digunakan perusahaan dalam upaya peningkatan perolehan laba. Berikut ini akan disajikan tabel rencana anggaran biaya operasional tahun 2006 yang terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap.
Tabel 10. Anggaran biaya operasional tahun 2006 Jenis Biaya Variabel
Jumlah Anggaran (Rp)
Bahan baku langsung
1.829.278.350 205.400.000
Tenaga kerja langsung
5.121.567
Listrik Transportasi pabrik Sparepart
Jenis Biaya Tetap
Listrik
6.405.389
Gaji dan THR
258.000.000
Perlengkapan kantor
12.950.000
Telepon
4.750.000
Fotocopy
3.500.000 18.000.000 300.000
Iklan
20.000.000
Pos
300.000
Penyusutan Peralatan kantor
4.403.885
Penyusutan peralatan pabrik
7.772.600
Penyusutan kendaraan Pemeliharaan kendaraan Pemeliharaan peralatan kantor
Total
2.057.499.972
Jumlah Anggaran (Rp)
34.113.000 3.000.000 400.000
Administrasi
1.500.000
Transportasi kantor
4.050.000
Biaya lain-lain
1.500.000
Total
363.244.874
Sumber: Data perusahaan Pada umumnya untuk setiap tahun, perusahaan menganggarkan biaya berdasarkan data biaya dan penjualan tahun sebelumnya. Data penjualan tahun sebelumnya akan menentukan berapa target penjualan, dan target penjualan secara langsung akan menentukan berapa besar anggaran biaya yang akan ditetapkan oleh perusahaan.
Anggaran biaya
bahan baku tahun 2006 sebesar Rp. 1.829.278.350 dihitung dengan memperhatikan adanya kenaikan harga bahan baku. Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 205.400.000, biaya listrik sebesar Rp. 5.121.567 dan biaya transportasi sebesar Rp. 12.950.000 dihitung dengan estimasi bahwa biaya untuk satu kali pengangkutan adalah sebesar Rp. 350.000. Biaya sparepart adalah sebesar Rp. 4.750.000 sehingga total biaya variabel sebesar Rp. 2.057.499.972.
Listrik sebagai biaya tetap di tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp. 6.405.389, gaji dan THR dianggarkan sebesar Rp. 258.000.000 dan perlengkapan kantor sebesar Rp. 3.500.000. Tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya,
angka
penggunaan
telepon
dianggarkan
sebesar
Rp. 18.000.000 dan biaya fotocopy sebesar Rp. 300.000. Biaya iklan dianggarkan sebesar Rp. 20.000.000 pada tahun 2006 lebih rendah dibanding tahun 2005 karena perusahaan sengaja menekan biaya untuk promosi. Kebijakan ini diambil karena pada tahun 2005 terjadi penurunan laba dibanding tahun 2004 dan perusahaan menganggap bahwa pengurangan pengiklanan dapat dilakukan karena tidak akan berpengaruh signifikan terhadap penurunan target penjualan. Biaya pos dianggarkan sebesar Rp. 300.000. Biaya penyusutan peralatan kantor turun menjadi Rp. 4.403.885 karena di tahun 2006 penyusutan untuk mesin tik, meja makan borneo, meja tulis MT 120, meja tulis MT 140, laci gantung, lemari kupu atas, lemari kupu bawah, kursi hidrolik, kursi manual dan
filling cabinet sudah selesai disusutkan
nilainya pada tahun 2005. Untuk biaya penyusutan peralatan pabrik dan penyusutan kendaraan nilainya masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu Rp. 7.772.600 dan Rp. 34.113.000. Biaya pemeliharaan kendaraan dianggarkan sebesar Rp. 3.000.000, lalu biaya pemeliharaan peralatan kantor yaitu sebesar Rp. 400.000, administrasi sebesar Rp. 1.500.000 dan transportasi kantor sebesar Rp. 4.050.000. Untuk biaya lain-lain perusahaan menganggarkan sebesar Rp. 1.500.000. Sehingga total dari biaya variabel adalah
Rp.
2.057.499.972 sedangkan total biaya tetap adalah Rp. 363.244.874 Tabel 11 berupa penetapan harga masing-masing produk untuk tahun 2006. Kenaikan harga setiap tahunnya berkisar antara 7% sampai 10%. Kebijakan kenaikan harga ini diambil agar perusahaan mampu bersaing dengan poduk kasur latex sejenis. Dari informasi yang didapat, diketahui bahwa produk kasur latex dari merek pesaing yang menjadi pemimpin pasar setiap tahunnya mengalami kenaikan harga sampai 20%. Sehingga kenaikan harga di setiap tahunnya diusahakan berada di bawah
kenaikan harga pesaing atau paling tinggi besarnya peningkatan sama dengan produk pesaing yaitu sebesar 20%. Tabel 11. Harga produk tahun 2006 Jenis Produk IC
Harga Jenis Produk Produk/Unit 13.000.000 OL
Harga Produk/Unit 3.300.000
MR
11.000.000 PL
3.000.000
UF
6.000.000 CL
2.700.000
EL
5.500.000 ECL
1.750.000
E
3.300.000 ISL
2.200.000
SLT
4.400.000 F
2.300.000
R
1.300.000
Sumber: Data perusahaan Dengan melihat tren penjualan yang ada, maka perusahaan dapat menganggarkan penjualan pada tahun 2006 seperti yang ada pada Tabel 12. Tidak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, perusahaan masih mengandalkan produk Elegancia dari merek Naturatex sebagai produk dengan angka penjualan tertinggi yaitu sebanyak 247 unit atau sebesar Rp. 815.100.000 dan Ultra Firm di urutan kedua sebanyak 41 unit atau sebesar Rp. 246.000.000 dilanjutkan oleh Elegancia Limited dan Master Rest dengan angka penjualan yang sama yaitu Rp. 165.000.000. Kemudian Spring Latex Top di urutan ke kelima dengan angka penjualan sebesar Rp. 162.800.000 dan terakhir yaitu Imperial Classic dengan angka penjualan sebesar Rp. 78.000.000. Dari merek Enzel perusahaan mengandalkan Classic Latex sebagai produk dengan penjualan tertinggi yaitu sebanyak 129 unit atau sebesar Rp. 348.300.000 kemudian Florentina di urutan kedua yaitu sebanyak 112 unit atau sebesar Rp. 257.600.000. Dilanjutkan oleh Orthopedic Latex, Premium Latex, Romanza, Inner Spring Latex dan terakhir Econo Latex.
Tabel 12. Anggaran penjualan tahun 2006 Jenis Produk
Unit Yang Dijual
Anggaran Penjualan (Rp)
IC
6
78.000.000
MR
15
165.000.000
UF
41
246.000.000
EL
30
165.000.000
247
815.100.000
SLT
37
162.800.000
OL
27
89.100.000
PL
29
87.000.000
CL
129
348.300.000
ECL
10
17.500.000
ISL
15
33.000.000
F
112
257.600.000
R
28
36.400.000
726
2.500.800.000
E
Total
Sumber: Data perusahaan
4.5.
Perhitungan BEP
Dengan menggunakan data anggaran operasional dan penjualan selama tahun 2003 sampai 2005, maka dapat kita hitung nilai BEP baik dalam rupiah maupun dalam unit masing-masing tahun. Selain itu akan didapat juga berapa besar laba atau rugi yang diderita oleh perusahaan selama kurun waktu tersebut. Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan dalam menilai seberapa besar keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba dan analisis CVP yang dapat diterapkan di dalam perusahaan untuk pencapaian laba di tahun 2006.
4.5.1. Titik Impas Tahun 2003
Tabel berikut merupakan perhitungan BEP dalam rupiah untuk tahun 2003. Rumus yang digunakan adalah rumus BEP untuk multiple product. Tabel 13. Perhitungan BEP (dalam rupiah) tahun 2003 Jenis
Kuantitas
Price/unit
Produk
(Q)
(P)
P.Q
Variable
Total Variable
Cost/unit
Cost
IC
2
10.000.000
20.000.000
4.581.392,75
9.162.785,5
MR
5
8.300.000
41.500.000
4.042.475,75
20.212.378,75
UF
13
4.500.000
58.500.000
2.463.485,75
32.025.314,75
EL
10
4.000.000
40.000.000
2.173.899,75
21.738.997,5
E
80
2.400.000
192.000.000
1.417.059,75
113.364.780
SLT
12
3.200.000
38.400.000
1.822.579,75
21.870.957
OL
8
2.500.000
20.000.000
1.686.336,75
13.490.694
PL
9
2.350.000
21.150.000
1.401.824,75
12.616.422,75
CL
41
2.000.000
82.000.000
1.272.796,75
52.184.666,75
ECL
3
1.250.000
3.750.000
1.119.093,75
3.357.281,25
ISL
5
1.600.000
8.000.000
1.211.869,75
6.059.348,75
F
34
1.800.000
61.200.000
1.256.052,75
42.705.793,5
R
7
1.050.000
7.350.000
1075.261,75
7.526.832,25
Total
229
593.850.000
356.316.252,8
Sumber: Data perusahaan (diolah)
BEP2003(Rp) =
=
Fixed cost Total Fixed Cost = ∑ VC 1 − Variable cost ratio 1− ∑( P.Q)
314.476.608 = Rp. 786.212.217 356.316.253 1− 593.850.000
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa BEP tahun 2003 adalah sebesar Rp. 786.212.217. Angka tersebut menjelaskan bahwa perusahaan tidak mengalami untung ataupun rugi pada penjualan sebesar Rp. 786.212.217.
Dalam perhitungan BEP untuk multiple product perlu dihitung kombinasi penjualan tiap-tiap produk karena marjin kontribusi untuk setiap produk berbeda. Sedangkan BEP merupakan titik impas dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Sehingga mungkin saja terjadi saat penjualan sudah mencapai nilai BEP tetapi perusahaan masih mengalami kerugian, karena total marjin kontribusinya masih di bawah total biaya tetap. Berikut akan disajikan tabel perhitungan BEP dalam unit masing-masing produk dengan jumlah unit dibulatkan ke atas. Tabel 14. Perhitungan BEP (dalam unit) tahun 2003 Jenis
Price/unit
VC/unit
Contribution
Kuantitas
CM/unit x Q
Produk
(Rp)
(Rp)
Margin/unit
(Q)
(Rp)
(Rp)
BEPunit [304
x
(Q/229)]
IC
10.000.000
4.581.392,75
5.418.607,25
2
10.837.214,5
3
MR
8.300.000
4.042.475,75
4.257.524,25
5
21.287.621,25
7
UF
4.500.000
2.463.485,75
2.036.514,25
13
26.474.685,25
17
EL
4.000.000
2.173.899,75
1.826.100,25
10
18.261.002,5
13
E
2.400.000
1.417.059,75
982.940,25
80
78.635.220
106
SLT
3.200.000
1.822.579,75
1.377.420,25
12
16.529.043
16
OL
2.500.000
1.686.336.75
813.663,25
8
6.509.306
11
PL
2.350.000
1.401.824,75
948.175,25
9
8.533.577,25
12
CL
2.000.000
1.272.796,75
727.203,25
41
29.815.333,25
55
ECL
1.250.000
1.119.093,75
130.906,25
3
392.718,75
4
ISL
1.600.000
1.211.869,75
388.130,25
5
1.940.651,25
7
F
1.800.000
1.256.052,75
543.947,25
34
18.494.206,5
45
R
1.050.000
1.075.261,75
-25.261,75
7
-176.832,25
8
229
237.533.747,3
Total
Sumber: Data perusahaan (diolah)
Weighted-average contribution margin =
Rp. 237.533.747 = Rp. 1.037.265,3. 229
Per unit Breakeven sales in total units =
TFC weighted-average CM per unit
= Rp. 314.476.608/ Rp. 1.037.265,3 = 304 unit Pada Tabel 14 dihitung jumlah unit masing-masing produk yang harus dijual agar perusahaan mendapatkan titik impas. Apabila penjualan setiap jenis produk lebih besar dari nilai BEP maka perusahaan mengalami keuntungan tetapi sebaliknya bila berada di bawah nilai BEP maka perusahaan mengalami kerugian. Dari Tabel 13 diketahui bahwa angka penjualan sebesar Rp. 593.850.000 masih berada di bawah nilai BEP yaitu Rp. 786.212.217.
Begitu pula dari Tabel 14 terlihat bahwa
penjualan untuk seluruh jenis produk masih berada di bawah nilai BEP sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2003 perusahaan mengalami kerugian. Dari Tabel 14 terlihat bahwa untuk produk Romanza biaya variabelnya melebihi dari harga jualnya, sehingga marjin kontribusi per unitnya menjadi –Rp. 25.261,75 ini berarti setiap penjualan satu unit produk Romanza, perusahaan mengalami kerugian Rp. 25.261,75. Hal ini cukup disayangkan karena pihak manajemen kurang teliti dalam menentukan harga jual, yang seharusnya minimal harga jual adalah sama dengan total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut. Besarnya total kerugian yang dialami oleh perusahaan akan dihitung di bawah ini.
Laba = Penjualan (1-
total biaya variabel ) − total biaya tetap penjualan
=Rp. 593.850.000 (1-
Rp. 356.316.253 ) − Rp. 314.476.608 Rp. 593.850.000
= -Rp. 76.942.861 Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2003 mengalami kerugian sebesar Rp. 76.942.861. Tetapi paling tidak perusahaan masih mampu menutupi biaya variabel sebesar Rp. 356.316.253 dengan penjualan sebesar Rp. 593.850.000 sehingga perusahaan masih mampu melanjutkan produksinya.
4.5.2. Titik Impas Tahun 2004 Berikut akan disajikan tabel perhitungan nilai BEP dalam rupiah untuk tahun 2004. Kemudian akan kita hitung besarnya laba yang diperoleh pada tahun 2004 agar kita dapat dilihat perkembangan perusahaan dalam pencapaian laba. Tabel 15. Perhitungan BEP (dalam rupiah) tahun 2004 Jenis
Kuantitas
Price/unit
Produk
(Q)
(P)
P.Q
Variable
Total Variable
Cost/unit
Cost
IC
3
11.000.000
33.000.000
6.329.098
18.987.294
MR
7
9.200.000
64.400.000
5.345.608
37.419.256
UF
20
5.000.000
100.000.000
3.072.137
61.442.740
EL
15
4.500.000
67.500.000
2.734.868
41.023.020
125
2.700.000
337.500.000
1.778.020
222.252.500
19
3.600.000
68.400.000
2.237.758
42.517.402
E SLT
Tabel 15. Lanjutan Jenis
Kuantitas
Price/unit
Produk
(Q)
(P)
P.Q
Variable
Total Variable
Cost/unit
Cost
OL
13
2.800.000
36.400.000
2.019.548
26.254.124
PL
15
2.600.000
39.000.000
1.747.195
26.207.925
CL
64
2.300.000
147.200.000
1.453.774
93.041.536
ECL
5
1.400.000
7.000.000
1.092.718
5.463.590
ISL
8
1.800.000
14.400.000
1.262.786
10.102.288
F
56
2.000.000
112.000.000
1.367.720
76.592.320
R
13
1.150.000
14.950.000
1.021.818
13.283.634
363
1.041.750.000
674.587.629
Sumber: Data perusahaan (diolah)
BEP2004(Rp) =
=
Fixed cost Total Fixed Cost = ∑ VC 1 − Variable cost ratio 1− ∑( P.Q) 281.955.369 = Rp. 799.993.670 674.587.629 1− 1.041.750.000
Seiring dengan kenaikan jumlah penjualan, biaya tetap dan biaya variabel maka nilai BEP untuk tahun 2004 pun mengalami kenaikan dibanding tahun 2003. Dengan total penjualan sebesar Rp. 1.041.750.000, total biaya tetap sebesar Rp. 281.955.369 dan total biaya variabel sebesar Rp. 674.587.629 maka diperoleh BEP sebesar Rp. 799.993.670. Berikut ini akan dihitung BEP dalam unit untuk tahun 2004.
Tabel 16. Perhitungan BEP (dalam unit) tahun 2004 Jenis
Price/unit
VC/unit
Contribution
Kuantitas
CM/unit x Q
Produk
(Rp)
(Rp)
Margin/unit
(Q)
(Rp)
(Rp)
BEPunit [279
x
(Q/363)]
IC
11.000.000
6.329.098
4.670.902
3
14.012.706
2
MR
9.200.000
5.345.608
3.854.392
7
26.980.744
5
UF
5.000.000
3.072.137
1.927.863
20
38.557.260
15
EL
4.500.000
2.734.868
1.765.132
15
26.476.980
12
E
2.700.000
1.778.020
921.980
125
115.247.500
96
SLT
3.600.000
2.237.758
1.362.242
19
25.882.598
15
OL
2.800.000
2.019.548
780.452
13
10.145.876
10
PL
2.600.000
1.747.195
852.805
15
12.792.075
12
CL
2.300.000
1.453.774
846.226
64
54.158.464
49
ECL
1.400.000
1.092.718
307.282
5
1.536.410
4
ISL
1.800.000
1.262.786
537.214
8
4.297.712
6
F
2000.000
1.367.720
632.280
56
35.407.680
43
R
1.150.000
1.021.818
128.182
13
1.666.366
10
363
367.162.371
Total
Sumber: Data perusahaan (diolah)
Weighted-average contribution margin =
Rp. 367.162.371 = Rp. 1.011.466,6 363
per unit Breakeven sales in total units =
TFC weighted-average CM per unit
= Rp. 281.955.369/Rp. 1.011.466,6 = 279 unit
Pada tabel 16 telah dihitung BEP dalam unit dan diperoleh hasil total unit penjualan sebesar 279 agar mencapai BEP. Dari Tabel 15 diketahui bahwa total penjualan telah berada di atas nilai BEP, begitu pula dari Tabel 16 diketahui bahwa seluruh penjualan masing-masing produk melebihi nilai yang diharuskan untuk
mencapai BEP sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 perusahaan mengalami keuntungan. Besarnya keuntungan di tahun 2004 akan dihitung di bawah ini.
Laba = Penjualan (1-
total biaya variabel ) − total biaya tetap penjualan
=Rp. 1.041.750.000 (1-
Rp. 674.587.629 ) − Rp. 281.955.369 Rp. 1.041.750.000
= Rp. 85.207.002 Laba yang diperoleh perusahaan pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 85.207.002 merupakan tahun pertama bagi perusahaan dalam perolehan laba sejak berdiri pada tahun 2000. Produk perusahaan sudah dikenal oleh konsumen sehingga penjualan pada tahun 2004 ini mengalami peningkatan sebesar 75,42% (Tabel 9) dan total marjin kontribusinya sebesar Rp. 367.162.371, lebih besar dibanding biaya tetapnya sehingga perusahaan memperoleh laba di tahun 2004.
4.5.3. Titik Impas Tahun 2005
Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa pada tahun 2004 untuk pertama kalinya perusahaan memperoleh laba yaitu sebesar Rp. 85.207.002. Berikut akan disajikan tabel perhitungan nilai BEP dalam rupiah untuk tahun 2005. Kemudian akan dihitung besarnya laba yang diperoleh pada tahun 2005 agar terlihat perkembangan perusahaan dalam perolehan laba.
Tabel 17. Tabel perhitungan BEP (dalam rupiah) tahun 2005 Jenis
Kuantitas
Price/unit
Produk
(Q)
(P)
P.Q
Variable
Total Variable
Cost/unit
Cost
IC
5
12.000.000
60.000.000
8.109.787,9
40.548.939,5
MR
13
10.000.000
130.000.000
6.363.111,9
82.720.454,7
UF
36
5.500.000
198.000.000
4,962,796,9
178.660.688,4
EL
27
5.000.000
135.000.000
3.774.200,9
101.903.424,3
221
3.000.000
663.000.000
2.761.239,9
610.234.017,9
SLT
33
4.000.000
132.000.000
3.434.167,9
113.327.540,7
OL
24
3.000.000
72.000.000
2.861.927,9
68.686.269,6
PL
25
2.800.000
70.000.000
2.661.970,9
66.549.272,5
CL
114
2.500.000
285.000.000
1.843.057,9
210.108.600,6
ECL
9
1.500.000
13.500.000
1.061.978,9
9.557.810,1
ISL
14
2.000.000
28.000.000
1.317.030,9
18.438.432,6
F
101
2.100.000
212.100.000
1.346.189,9
135.965.179,9
R
25
1200.000
30.000.000
1.093.479,9
27.336.997,5
E
647
2.028.600.000
1.664.037.628
Sumber: Data perusahaan (diolah)
BEP2005(Rp) =
=
Fixed cost Total Fixed Cost = ∑ VC 1 − Variable cost ratio 1− ∑( P.Q) 320.860.308 = Rp. 1.785.433.799 1.664.037.628 1− 2.028.600.000
Untuk tahun 2005, perusahaan memiliki nilai BEP sebesar Rp. 1.785.433.799 atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Untuk melihat apakah perusahaan mengalami keuntungan di tahun 2005 terlebih dahulu akan dihitung nilai BEP dalam unit pada tabel di bawah ini.
Tabel 18. Tabel perhitungan BEP (dalam unit) tahun 2005 Jenis
Price/unit
VC/unit
Contribution
Kuantitas
CM/unit x Q
Produk
(Rp)
(Rp)
Margin/unit
(Q)
(Rp)
(Rp)
BEPunit [570
x
(Q/647)]
IC
12.000.000
8.109.787,9
3.890.212,1
5
19.451.060,5
4
MR
10.000.000
6.363.111,9
3.636.888,1
13
47.279.545,3
12
UF
5.500.000
4.962.796,9
537.203,1
36
19.339.311,6
32
EL
5.000.000
3.774.200,9
1.225.799,1
27
33.096.575,7
24
E
3.000.000
2.761.239,9
238.760,1
221
527.65.982,1
195
SLT
4.000.000
3.434.167,9
565.832,1
33
18.672.459,3
29
OL
3.000.000
2.861.927,9
138.072,1
24
3313.730,4
21
PL
2.800.000
2.661.970,9
138.029,1
25
3.450.727,5
22
CL
2.500.000
1.843.057,9
656.942,1
114
74.891.399,4
100
ECL
1.500.000
1.061.978,9
438.021,1
9
3.942.189,9
8
ISL
2.000.000
1.317.030,9
682.969,1
14
9.561.567,4
12
F
2.100.000
1.346.189,9
753.810,1
101
76.134.820,1
89
R
1.200.000
1.093.479,9
106.520,1
25
2.663.002,5
22
647
364.562.371.7
Total
Sumber: Data perusahaan (diolah)
Weighted-average contribution margin =
Rp. 364.562.372 = Rp. 563.465,8 647
per unit Breakeven sales in total units =
TFC weighted-average CM per unit
= Rp. 320.860.308/Rp. 563.465,8 = 570 unit
Telah didapat bahwa unit BEP pada tahun 2005 adalah sebanyak 570. Jika kita lihat pada Tabel 17, angka penjualan lebih tinggi dari BEP begitu pula dari Tabel 18, unit penjualan melebihi unit BEP sehingga dapat diketahui bahwa perusahaan mengalami
keuntungan di tahun 2005. Besarnya keuntungan akan dihitung berikut ini.
Laba = Penjualan (1-
total biaya variabel ) − total biaya tetap penjualan
=Rp. 2.028.600.000 (1-
Rp. 1.664.037.628 ) − Rp. 320.860.308 Rp. 2.028.600.000
= Rp. 43.702.064 Perhitungan di atas menyebutkan bahwa keuntungan perusahaan pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 43.702.064. Hal ini berarti keuntungan perusahaan mengalami kemunduran dibanding keuntungan pada tahun 2004.
4.5.4. Titik Impas Tahun 2006 Dengan menggunakan data anggaran biaya maupun anggaran penjualan tahun 2006, maka dapat kita hitung berapa besar nilai BEP-nya. Berikut ini adalah tabel perhitungan BEP dalam rupiah untuk tahun 2006. Tabel 19. Perhitungan BEP(Rp) tahun 2006 Jenis
Kuantitas
Price/unit
Produk
(Q)
(P)
P.Q
Variable
Total Variable
Cost/unit
Cost
IC
6
13.000.000
78.000.000
8.340.343,7
50.042.062,2
MR
15
11.000.000
165.000.000
6.640.341,7
99.605.125,5
UF
41
6.000.000
246.000.000
5.077.612,7
208.182.120,7
EL
30
5.500.000
165.000.000
3.935.412,7
118.062.381
247
3.300.000
815.100.000
3.277.902,7
809.641.966,9
37
4.400.000
162.800.000
3.571.334,7
132.139.383,9
E SLT
Tabel 19. Lanjutan Jenis
Kuantitas
Price/unit
Produk
(Q)
(P)
P.Q
Variable
Total Variable
Cost/unit
Cost
OL
27
3.300.000
89.100.000
3.160.569,7
85.335.381,9
PL
29
3.000.000
87.000.000
2.746.512,7
79.648.868,3
CL
129
2.700.000
348.300.000
1.960.943,7
252.961.737,3
ECL
10
1.750.000
17.500.000
1.380.466,7
13.804.667
ISL
15
2.200.000
33.000.000
1.721.770,7
25.826.560,5
F
112
2.300.000
257.600.000
1.331.795,7
149.161.118,4
R
28
1.300.000
36.400.000
1.181.733,7
33.088.543,6
726
2.500.800.000
2.057.499.917
Sumber: Data perusahaan (diolah)
BEP2006 (Rp) =
=
Fixed cost Total Fixed Cost = ∑ VC 1 − Variable cost ratio 1− ∑( P.Q) 363.244.874 = Rp. 2.049.186.091 2.057.499.917 1− 2.500.800.000
Kini diketahui
bahwa BEP tahun 2006 adalah sebesar
Rp. 2.049.186.091. Angka tersebut memiliki arti bahwa perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian pada titik tersebut, karena total biaya yang dikeluarkan sama dengan total pendapatan. Berikut ini disajikan tabel penghitungan titik impas dalam unit yang harus dicapai oleh masing-masing produk.
Tabel 20. Perhitungan BEP(unit) Tahun 2006 Jenis
Price/unit
VC/unit
Contribution
Estimasi
CM/unit x Q
Produk
(Rp)
(Rp)
Margin/unit
(Q)
(Rp)
(Rp)
BEPunit [595
x
(Q/726)]
IC
13.000.000
8.340.343,7
4.666.199
6
27.957.937,8
5
MR
11.000.000
6.640.341,7
4.366.201
15
65.394.874,5
12
UF
6.000.000
5.077.612,7
928.930
41
37.817.879,3
34
EL
5.500.000
3.935.412,7
1.571.130
30
46.937.619
25
E
3.300.000
3.277.902,7
28.640
247
5.458.033,1
202
SLT
4.400.000
3.571.334,7
835.208
37
30.660.616,1
30
OL
3.300.000
3.160.569,7
145.973
27
3.764.618,1
22
PL
3.000.000
2.746.512,7
260.030
29
7.351.131,7
24
CL
2.700.000
1.960.943,7
745.599
129
95.338.262,7
106
ECL
1.750.000
1.380.466,7
376.076
10
3.695.333
8
ISL
2.200.000
1.721.770,7
484.772
15
7.173.439,5
12
F
2.300.000
1.331.795,7
974.747
112
108.438.881,6
92
R
1.300.000
1.181.733,7
124.809
28
3.311.456,4
23
726
443.300.082,8
Total
Sumber: Data perusahaan (diolah)
Weighted-average contribution margin =
Rp. 443.300.082,8 = Rp. 610.606,1747 726
per unit Breakeven sales in total units =
TFC weighted-average CM per unit
= Rp. 363.244.874/ Rp. 610.606,1747 = 595 unit
Melalui perhitungan di atas dapat dilihat kombinasi penjualan untuk setiap produk. Sama dengan penjualan tahuntahun sebelumnya, Elegancia merupakan produk dengan unit penjualan paling tinggi dikarenakan marjin kontribusi per unitnya yang paling kecil dibanding produk lainnya. Demikian halnya
dengan Imperial Classic, unit penjualannya paling sedikit karena marjin kontribusi per unit produk ini merupakan yang terbesar. Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa Elegancia merupakan produk dengan angka penjualan tertinggi dan Imperial Classic memiliki penjualan terendah. Hal ini sesuai dengan perhitungan BEP pada Tabel 20. Untuk tahun 2006 perusahaan mengharapkan penjualan sebesar Rp. 2.500.800.000 sehingga laba yang didapat adalah: Target laba = Target penjualan (1-
total biaya variabel ) − total biaya tetap target penjualan
= Rp. 2.500.800.000 (1-
Rp. 2.057.499.972 ) − Rp. 363.244.874 Rp. 2.500.800.000
= Rp. 80.055.154
Laba untuk tahun 2006 ditargetkan sebesar Rp. 80.055.154. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan perolehan laba pada tahun 2004 sebesar Rp.85.207.002 dan jauh di atas laba tahun 2005 sebesar Rp.43.702.064. Perusahaan tidak mentargetkan laba terlalu tinggi, perusahaan hanya mengharapkan bahwa pada tahun 2006 ini perusahaan mampu kembali mencapai laba paling tidak mendekati laba tahun 2004. Hal ini karena perusahaan mengalami penurunan di tahun 2005 sehingga angka tersebut diambil untuk memperbaiki perolehan laba. Berikut ini akan disajikan data penjualan untuk setiap produk yang terjadi sampai bulan Agustus 2006. Dari tabel tersebut dapat diketahui sejauh mana perusahaan telah berhasil menjual produknya, apakah sudah mencapai BEP atau belum. Selain itu juga dihitung marjin kontribusi yang diperoleh perusahaan, sehingga dapat diketahui apakah sudah dapat menutupi biaya tetap atau belum.
Tabel 21. Data penjualan dan marjin kontribusi per 31 Agustus 2006 Jenis
Unit
Penjualan per
Total Contribution
Produk
terjual
31 Agustus 2006
margin
(Rp)
(Rp)
IC
2
26.000.000
9.319.312,6
MR
7
77.000.000
30.517.608,1
UF
26
156.000.000
23.982.069,8
EL
16
88.000.000
25.033.396,8
145
478.500.000
3.204.108,5
SLT
13
57.200.000
10.772.648,9
OL
21
69.300.000
2.928.036,3
PL
13
39.000.000
3.295.334,9
CL
73
197.100.000
53.951.109,9
ECL
3
5.250.000
1.108.599,9
ISL
11
24.200.000
5.260.522,3
F
73
167.900.000
70.678.913,9
R
17
22.100.000
2.010.527,1
1.407.550.000
242.062.189
E
Total
Sumber: Data perusahaan (diolah) Dari Tabel 21 dapat diketahui bahwa penjualan sampai tanggal 31 Agustus 2006 mencapai Rp. 1.407.550.000 atau baru 68,69% dari BEP. Total marjin kontribusi sebesar Rp. 242.062.189 masih belum dapat menutupi biaya tetap sebesar Rp. 363.244.874.
4.6.
Analisis CVP Untuk Bulan September-Desember 2006 Untuk melihat besarnya laba atau rugi yang dicapai perusahaan berdasarkan Tabel 21 maka dapat dibuat laporan laba rugi (L/R) sebagai berikut.
Tabel 22. Laporan laba rugi per 31 Agustus 2006 Laporan Laba Rugi
PT X per 31 Agustus 2006 Penjualan Naturatex: -
Imperial Classic (2 x Rp. 13.000.000)
: Rp. 26.000.000
-
Master Rest (7 x Rp. 11.000.000)
: Rp. 77.000.000
-
Ultra Firm (26 x Rp. 6.000.000)
: Rp.156.000.000
-
Elegancia Limited (16 x Rp. 5.500.000)
: Rp. 88.000.000
-
Elegancia (145 x Rp. 3.300.000)
: Rp.478.500.000
-
Spring Latex Top (13 x Rp. 4.400.000)
: Rp. 57.200.000
Enzel: -
Orthopedic Latex (21 x Rp. 3.300.000)
: Rp. 69.300.000
-
Premium Latex (13 x Rp. 3.000.000)
: Rp. 39.000.000
-
Classic Latex (73 x Rp. 2.700.000)
: Rp.197.100.000
-
Econo Latex (3 x Rp. 1.750.000)
: Rp.
-
Inner Spring Latex (11 x Rp. 2.200.000)
: Rp. 24.200.000
-
Florentina (73 x Rp. 2.300.000)
: Rp.167.900.000
-
Romanza (17 x Rp. 1.300.000)
: Rp. 22.100.000
Total Penjualan
5.250.000
Rp. 1.407.550.000
Biaya Variabel Naturatex: -
Imperial Classic (2 x Rp. 8.340.343,7)
: Rp. 16.680.687,4
-
Master Rest (7 x Rp. 6.640.341,7)
: Rp. 46.482.391,9
-
Ultra Firm (26 x Rp. 5.077.612,7 )
: Rp. 132.017.930,2
-
Elegancia Limited (16 x Rp. 3.935.412,7)
: Rp. 62.966.603,2
-
Elegancia (145 x Rp. 3.277.902,7)
: Rp. 475.295.891,5
-
Spring Latex Top (13 x Rp. 3.571.334,7)
: Rp. 46.427.351,1
Tabel 22. Lanjutan Enzel: -
Orthopedic Latex (21 x Rp. 3.160.569,7 )
: Rp. 66.371.963,7
-
Premium Latex (13 x Rp. 2.746.512,7)
: Rp. 35.704.665,1
-
Classic Latex (73 x Rp. 1.960.943,7)
: Rp 143.148.890,1
-
Econo Latex (3 x Rp. 1.380.466,7)
: Rp.
-
Inner Spring Latex (11 x Rp. 1.721.770,7)
: Rp. 18.939.477,7
-
Florentina (73 x Rp. 1.331.795,7)
: Rp. 97.221.086,1
-
Romanza (17 x Rp. 1.181.733,7)
: Rp. 20.089.472,9
4.141.400,1
Total Biaya Variabel
Rp. 1.165.487.811-
Laba Kotor
Rp. 242.062.189
Biaya Tetap (8/12 x Rp. 363.244.874)
Rp. 242.163.249-
Laba/Rugi (sebelum pajak)
Rp.
101.060
Berdasarkan laporan L/R di atas, sampai dengan 31 Agustus 2006 perusahaan baru memperoleh laba sebesar Rp. 101.060. Selama bulan Januari sampai Agustus, jika diambil penjualan rata-rata setiap bulannya, maka diperoleh angka Rp. 175.943.750. Jika ingin mencapai target penjualan yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp. 2.500.800.000 maka penjualan rata-rata setiap bulannya haruslah sebesar Rp. 208.400.000. Untuk bulan September-Desember 2006 perusahaan mengestimasi bahwa penjualan hanya sebesar Rp. 180.000.000 setiap bulannya. Berikut ini merupakan estimasi laba rugi yang terjadi pada akhir tahun 2006. Dari estimasi berikut kan terlihat berapa besar laba ataupun rugi yang diperoleh perusahaan.
Tabel 23. Estimasi laporan laba rugi per 31 Desember 2006 Laporan Laba Rugi
PT X per 31 Desember 2006(Estimasi) Penjualan sampai Agustus
Rp. 1.407.550.000
Estimasi penjualan (September-Desember) Naturatex: -
Imperial Classic (2 x Rp. 13.000.000)
: Rp. 26.000.000
-
Master Rest (4 x Rp. 11.000.000)
: Rp. 44.000.000
-
Ultra Firm (12 x Rp. 6.000.000)
: Rp. 72.000.000
-
Elegancia Limited (9 x Rp. 5.500.000)
: Rp. 49.500.000
-
Elegancia (71 x Rp. 3.300.000)
: Rp.234.300.000
-
Spring Latex Top (11 x Rp. 4.400.000)
: Rp. 48.400.000
Enzel: -
Orthopedic Latex (8 x Rp. 3.300.000)
: Rp. 26.400.000
-
Premium Latex (8 x Rp. 3.000.000)
: Rp. 24.000.000
-
Classic Latex (37 x Rp. 2.700.000)
: Rp. 99.900.000
-
Econo Latex (3 x Rp. 1.750.000)
: Rp.
5.250.000
-
Inner Spring Latex (4 x Rp. 2.200.000)
: Rp.
8.800.000
-
Florentina (32 x Rp. 2.300.000)
: Rp. 73.600.000
-
Romanza (8 x Rp. 1.300.000)
: Rp. 10.400.000
Penjualan
Rp.
Total Penjualan Biaya Variabel sampai Agustus
722.550.000+ Rp. 2.130.100.000
Rp. 1.165.487.811
Biaya Variabel (September-Desember) Naturatex: -
Imperial Classic (2 x Rp. 8.340.343,7)
: Rp. 16.680.687,4
-
Master Rest (4 x Rp. 6.640.341,7)
: Rp. 26.561.366,8
-
Ultra Firm (12 x Rp. 5.077.612,7 )
: Rp. 60.931.352,4
-
Elegancia Limited (9 x Rp. 3.935.412,7)
: Rp. 35.418.714,3
-
Elegancia (71 x Rp. 3.277.902,7)
: Rp. 232.731.091,7
-
Spring Latex Top (11 x Rp. 3.571.334,7)
: Rp. 39.284.681,7
Tabel 23. Lanjutan Enzel: -
Orthopedic Latex (8 x Rp. 3.160.569,7 )
: Rp. 25.284.557,6
-
Premium Latex (8 x Rp. 2.746.512,7)
: Rp. 21.972.101,6
-
Classic Latex (37 x Rp. 1.960.943,7)
: Rp
72.554.916,9
-
Econo Latex (3 x Rp. 1.380.466,7)
: Rp.
4.141.400,1
-
Inner Spring Latex (4 x Rp. 1.721.770,7)
: Rp.
6.887.082,8
-
Florentina (32 x Rp. 1.331.795,7)
: Rp. 42.617.462,4
-
Romanza (8 x Rp. 1.181.733,7)
: Rp.
Biaya Variabel
9.453.869,6 Rp.
594.519.285+
Total Biaya Variabel
Rp. 1.760.007.096-
Laba Kotor
Rp.
370.092.904
Biaya Tetap
Rp.
363.244.874-
Laba/Rugi (sebelum pajak)
Rp.
Laporan L/R di atas memperlihatkan bahwa perusahaan hanya akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 6.848.030 pada tahun 2006. Nilai tersebut sangat jauh dari target laba yang ingin dicapai, untuk itu pihak manajemen melakukan analisis CVP yang dapat digunakan selama bulan September sampai Desember. Analisis CVP dimaksudkan untuk memperoleh laba paling tinggi yang dapat dicapai. Dengan melihat kondisi perusahaan maka analisis CVP yang mungkin dilakukan adalah pertama dengan menaikkan harga jual sampai batas yang perusahaan anggap layak dan yang kedua adalah dengan meningkatkan volume penjualan melalui peningkatan iklan yang berarti akan meningkatkan biaya tetap. Cara pertama dilakukan selama kenaikan harga jual tidak akan merubah angka penjualan, sehingga perlu diperhatikan besarnya kenaikan dan produk apa saja yang dinaikkan harganya. Sedangkan cara yang kedua dapat dilakukan selama peningkatan penjualan dapat memberikan marjin kontribusi yang lebih besar dibandingkan kenaikan biaya tetapnya. Sedangkan penurunan biaya variabel tidak mungkin dilakukan karena latex sebagai bahan mentah masih diimpor dari Belgia. Begitu pula
6.848.030
dengan penurunan biaya tetap, perusahaan tidak dapat menggunakan cara ini karena keseluruhan biaya tetap tidak mungkin untuk diturunkan kecuali untuk biaya iklan, perusahaan masih bisa menurunkan biayanya. Tetapi untuk tahun 2006 ini perusahaan sudah menekan biaya iklan seminimal mungkin sehingga pada tahun 2006 tidak mungkin lagi menurunkan biaya iklan.
1. Menaikkan Harga Jual Pada alternatif CVP yang pertama ini, perusahaan merencanakan untuk tidak menaikkan harga semua jenis produk dan kenaikan harga tidak akan melebihi 10% karena angka tersebut dianggap terlalu tinggi. Hal ini karena perusahaan mempertimbangkan faktor persaingan dan image konsumen terhadap harga produk mereka. Untuk itu dengan
kenaikan harga yang kurang dari 10% maka produk yang mengalami kenaikan harga haruslah produk yang memiliki unit penjualan yang tinggi sehingga mampu menciptakan laba bagi perusahaan. Dari tabel penjualan antara tahun 2003 sampai 2005 dan juga tabel anggaran penjualan tahun 2006, didapat bahwa angka penjualan yang tinggi dicapai oleh Elegancia, Classic Latex dan Florentina. Berdasarkan hal tersebut maka perusahaan mengambil keputusan untuk menaikkan harga jual ketiga jenis produk tersebut sebesar 6% yang merupakan batas toleransi dari kenaikan harga jual. Kenaikan harga tersebut diasumsikan tidak akan berpengaruh pada kuantitas penjualan produk tersebut. Maka tanpa mengubah data yang lain, maka didapatkan laporan laba rugi (L/R) sebagai berikut.
Tabel 24. Estimasi Laporan laba rugi setelah kenaikan harga jual
Laporan Laba Rugi PT X per 31 Desember 2006(Estimasi) Penjualan sampai Agustus
Rp. 1.407.550.000
Estimasi penjualan (September-Desember) Naturatex: -
Imperial Classic (2 x Rp. 13.000.000)
: Rp. 26.000.000
-
Master Rest (4 x Rp. 11.000.000)
: Rp. 44.000.000
-
Ultra Firm (12 x Rp. 6.000.000)
: Rp. 72.000.000
-
Elegancia Limited (9 x Rp. 5.500.000)
: Rp. 49.500.000
-
Elegancia (71 x Rp. 3.500.000)
: Rp.248.500.000
-
Spring Latex Top (11 x Rp. 4.400.000)
: Rp. 48.400.000
Enzel: -
Orthopedic Latex (8 x Rp. 3.300.000)
: Rp. 26.400.000
-
Premium Latex (8 x Rp. 3.000.000)
: Rp. 24.000.000
-
Classic Latex (37 x Rp. 2.865.000)
: Rp.106.005.000
-
Econo Latex (3 x Rp. 1.750.000)
: Rp.
5.250.000
-
Inner Spring Latex (4 x Rp. 2.200.000)
: Rp.
8.800.000
-
Florentina (32 x Rp. 2.440.000)
: Rp. 78.080.000
-
Romanza (8 x Rp. 1.300.000)
: Rp. 10.400.000
Penjualan
Rp.
Total Penjualan Biaya Variabel sampai Agustus
747.335.000+ Rp. 2.154.885.000
Rp. 1.165.487.811
Biaya Variabel (September-Desember) Naturatex: -
Imperial Classic (2 x Rp. 8.340.343,7)
: Rp. 16.680.687,4
-
Master Rest (4 x Rp. 6.640.341,7)
: Rp. 26.561.366,8
-
Ultra Firm (12 x Rp. 5.077.612,7 )
: Rp. 60.931.352,4
-
Elegancia Limited (9 x Rp. 3.935.412,7)
: Rp. 35.418.714,3
-
Elegancia (71 x Rp. 3.277.902,7)
: Rp. 232.731.091,7
-
Spring Latex Top (11 x Rp. 3.571.334,7)
: Rp. 39.284.681,7
Tabel 24. Lanjutan Enzel: -
Orthopedic Latex (8 x Rp. 3.160.569,7 )
: Rp. 25.284.557,6
-
Premium Latex (8 x Rp. 2.746.512,7)
: Rp. 21.972.101,6
-
Classic Latex (37 x Rp. 1.960.943,7)
: Rp
72.554.916,9
-
Econo Latex (3 x Rp. 1.380.466,7)
: Rp.
4.141.400,1
-
Inner Spring Latex (4 x Rp. 1.721.770,7)
: Rp.
6.887.082,8
-
Florentina (32 x Rp. 1.331.795,7)
: Rp. 42.617.462,4
-
Romanza (8 x Rp. 1.181.733,7)
: Rp.
9.453.869,6
Biaya Variabel
Rp.
594.519.285+
Total Biaya Variabel
Rp. 1.760.007.096-
Laba Kotor
Rp.
394.877.904
Biaya Tetap
Rp.
363.244.874-
Laba/Rugi (sebelum pajak)
Rp.
31.633.030
Dengan kenaikan harga 6% untuk ketiga jenis produk yaitu Elegancia, Classic Latex dan Florentina maka perusahaan memperoleh laba sebesar Rp. 31.633.030.
2. Meningkatkan Volume Penjualan Melalui Iklan Cara kedua yaitu dengan meningkatkan volume penjualan melalui peningkatan iklan yang berarti akan meningkatkan biaya tetap. Perusahaan mengestimasi bahwa biaya iklan dapat ditingkatkan sebesar 20% dan kenaikan volume penjualan diperkirakan sebesar 15%. Diketahui dari tabel anggaran biaya tahun 2006 bahwa biaya iklan adalah sebesar Rp. 20.000.000 maka jika dinaikkan sebesar 20% maka biaya iklan menjadi Rp. 24.000.000. Dengan demikian biaya tetap juga meningkat menjadi Rp. 367.244.874. Dengan tidak mengubah data yang lain, maka dapat dibuat laporan L/R sebagai berikut.
Tabel 25. Estimasi Laporan laba rugi setelah peningkatan volume penjualan Laporan Laba Rugi
PT X per 31 Desember 2006(Estimasi)
Penjualan sampai Agustus
Rp. 1.407.550.000
Estimasi penjualan (September-Desember) Naturatex: -
Imperial Classic (3 x Rp. 13.000.000)
: Rp. 39.000.000
-
Master Rest (5 x Rp. 11.000.000)
: Rp. 55.000.000
-
Ultra Firm (14 x Rp. 6.000.000)
: Rp. 84.000.000
-
Elegancia Limited (10 x Rp. 5.500.000)
: Rp. 55.000.000
-
Elegancia (82 x Rp. 3.300.000)
: Rp.270.600.000
-
Spring Latex Top (13 x Rp. 4.400.000)
: Rp. 57.200.000
Enzel: -
Orthopedic Latex (9 x Rp. 3.300.000)
: Rp. 29.700.000
-
Premium Latex (9 x Rp. 3.000.000)
: Rp. 27.000.000
-
Classic Latex (43 x Rp. 2.700.000)
: Rp.116.100.000
-
Econo Latex (4 x Rp. 1.750.000)
: Rp.
-
Inner Spring Latex (5 x Rp. 2.200.000)
: Rp. 11.000.000
-
Florentina (37 x Rp. 2.300.000)
: Rp. 85.100.000
-
Romanza (9 x Rp. 1.300.000)
: Rp. 11.700.000
7.000.000
Penjualan
Rp.
Total Penjualan
848.400.000+ Rp. 2.255.950.000
Biaya Variabel sampai Agustus
Rp. 1.165.487.811
Biaya Variabel (September-Desember) Naturatex: -
Imperial Classic (3 x Rp. 8.340.343,7)
: Rp. 25.021.031,1
-
Master Rest (5 x Rp. 6.640.341,7)
: Rp. 33.201.708,5
-
Ultra Firm (14 x Rp. 5.077.612,7 )
: Rp. 71.086.577,8
-
Elegancia Limited (10 x Rp. 3.935.412,7)
: Rp. 39.354.127
-
Elegancia (82 x Rp. 3.277.902,7)
: Rp. 268.788.021,4
-
Spring Latex Top (13 x Rp. 3.571.334,7)
: Rp. 46.427.351,1
Tabel 25. Lanjutan Enzel: -
Orthopedic Latex (9 x Rp. 3.160.569,7 )
: Rp. 28.445.127,3
-
Premium Latex (9 x Rp. 2.746.512,7)
: Rp. 24.718.614,3
-
Classic Latex (43 x Rp. 1.960.943,7)
: Rp
84.320.579,1
-
Econo Latex (4 x Rp. 1.380.466,7)
: Rp.
5.521.866,8
-
Inner Spring Latex (5 x Rp. 1.721.770,7)
: Rp.
8.608.853,5
-
Florentina (37 x Rp. 1.331.795,7)
: Rp. 49.276.440,9
-
Romanza (9 x Rp. 1.181.733,7)
: Rp. 10.635.603,3
Biaya Variabel
Rp.
695.405.902+
Total Biaya Variabel
Rp. 1.860.893.713-
Laba Kotor
Rp.
395.056.287
Biaya Tetap
Rp.
367.244.874-
Laba/Rugi (sebelum pajak)
Rp.
27.811.413
Berdasarkan laporan L/R di atas terlihat bahwa dengan meningkatkan iklan sebesar 20% perusahaan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 27.811.413. Angka tersebut masih lebih kecil dibanding alternatif pertama yaitu dengan meningkatkan harga jual. Maka jika membandingkan kedua alternatif di atas, alternatif pertama lebih menguntungkan bagi perusahaan karena memberikan laba yang lebih besar dibanding alternatif kedua.
4.7.
Analisis CVP Untuk Mencapai Laba Maksimal Tahun 2006 Analisis CVP merupakan salah satu alat dalam perencanaan. Saat ini perusahaan belum menggunakan CVP untuk memproyeksikan penjualannya. Dengan menggunakan CVP, perusahaan diharapkan tidak akan mengalami kerugian atau bahkan dapat mencapai target laba yang telah direncanakan. Telah dihitung bahwa target laba untuk tahun 2006 adalah sebesar Rp. 80.055.154. Target tersebut sangatlah jauh dari kondisi nyata penjualan perusahaan. Untuk itu dibuat analisis CVP yang mungkin digunakan oleh perusahaan yaitu dengan menaikkan harga jual dan meningkatkan volume
penjualan melalui peningkatan iklan. Untuk melihat pengaruh perubahan harga, volume penjualan dan biaya tetap terhadap BEP dan laba, dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 26. Analisis CVP Untuk Mencapai Laba Maksimal Tahun 2006 Target 2006 10% 5% kenaikan kenaikan harga dan harga jual 5% dan tidak penurunan ada volume perubahan (Rp) volume (Rp)
15% kenaikan volume penjualan dan 60% kenaikan biaya iklan (Rp)
Penjualan IC MR UF EL E SLT OL PL CL ECL ISL F R T. Penj
6 unit @ Rp. 13.000.000 = Rp. 78.000.000 15 unit @ Rp. 11.000.000 = Rp. 165.000.000 41 unit @ Rp. 6.000.000 = Rp. 246.000.000 30 unit @ Rp. 5.500.000 =Rp. 165.000.000 247 unit @ Rp. 3.300.000 = Rp. 815.100.000 37 unit @ Rp. 4.400.000 = Rp. 162.800.000 27 unit @ Rp. 3.300.000 = Rp. 89.100.000 29 unit @ Rp. 3.000.000 =Rp. 87.000.000 129 unit @ Rp. 2.700.000 = Rp. 384.300.000 10 unit @ Rp. 1.750.000 = Rp. 17.500.000 15 unit @ Rp. 2.200.000 = Rp. 33.000.000 112 unit @ Rp. 2.300.000 = Rp. 257.600.000 28 unit @ Rp. 1.300.000 = Rp. 36.400.000 Rp. 2.500.800.000
85.800.000 169.400.000 257.400.000 175.450.000 853.050.000 169.400.000 94.380.000 92.400.000 365.310.000 19.250.000 33.880.000 268.180.000 38.610.000 2.622.510.000
81.900.000 173.250.000 258.300.000 173.250.000 855.855.000 170.940.000 93.555.000 91.350.000 365.715.000 18.375.000 34.650.000 270.480.000 38.220.000 2.625.840.000
91.000.000 187.000.000 282000.000 192.500.000 937.200.000 189.200.000 102.300.000 99.000.000 399.600.000 21.000.000 37.400.000 296.700.000 41.600.000 2.876.500.000
B.Var IC MR UF EL E SLT OL PL CL ECL ISL F R T. B. Var
6 unit @ Rp. 8.340.343,7 = Rp. 50.042.062,2 15 unit @ Rp. 6.640.341,7 = Rp. 99.605.125,5 41 unit @ Rp. 5.077.612,7 = Rp. 208.182.120,7 30 unit @ Rp. 3.935.412,7 =Rp. 118.062.381 247 unit @ Rp. 3.277.902,7 = Rp. 809.641.966,9 37 unit @ Rp. 3.571.334,7 = Rp. 132.139.383,9 27 unit @ Rp. 3.160.569,7 = Rp. 85.335.381,9 29 unit @ Rp. 2.746.512,7 =Rp. 79.648.868,3 129 unit @ Rp. 1.960.943,7 = Rp. 252.961.737,3 10 unit @ Rp. 1.380.466,7 = Rp. 13.804.667 15 unit @ Rp. 1.721.770,7 = Rp. 25.826.560,5 112 unit @ Rp. 1.331.795,7 = Rp. 149.161.118,4 28 unit @ Rp. 1.181.733,7 = Rp. 33.088.543,6 Rp. 2.057.499.917
50.042.062,2 92.964.783,8 198.026.895,3 114.126.968,3 770.307.134,5 124.996.714,5 82.174.812,2 76.902.355,6 241.196.075,1 13.804.667 24.104.789,8 141.170.344,2 31.906.809,9 1.961.724.412
50.042.062,2 99.605.125,5 208.182.120,7 118.062.381 809.641.966,9 132.139.383,9 85.335.381,9 79.648.868,3 252.961.737,3 13.804.667 25.826.560,5 149.161.118,4 33.088.543,6 2.057.499.917
58.382.405,9 112.885.808,9 238.647.796,9 137.739.444,5 930.924.366,8 153.567.392,1 97.977.660,7 90.634.919,1 290.219.667,6 16.565.600,4 29.270.101,9 171.801.645,3 37.815.478,4 2.366.432.289
Rp. 443.300.083 Rp. 363.244.874 Rp. 80.055.154
660.785.588 363.244.874 297.540.714
568.340.083 363.244.874 205.095.209
510.067.711 375.244.874 134.822.837
Rp. 2.049.186.091
1.441.637.843
1.678.261.228
2.116.174.187
CM B Tetap Laba BEP
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penjualan untuk tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp. 2.500.800.000 dengan laba sebesar Rp. 80.055.154. Tabel 26 menyajikan tiga alternatif CVP yang mungkin dilakukan yaitu (1) menaikkan harga 10% yang menyebabkan penurunan volume penjualan sebesar 5%, (2) menaikkan harga 5% dan tidak terjadi perubahan volume penjualan, (3) meningkatkan volume penjualan sebesar 15% dengan meningkatkan biaya iklan sebesar 60%. Besarnya persentase perubahan harga, volume kegiatan dan biaya iklan didapat dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan yang berwenang. Perubahan harga dan volume penjualan akan mengubah titik impas. Dari ketiga alternatif tersebut, alternatif pertama memberikan nilai BEP paling kecil yaitu sebesar Rp. 1.441.637.843, alternatif kedua memberikan nilai BEP sebesar Rp. 1.678.261.228, dan alternatif yang ketiga merupakan alternatif dengan nilai BEP paling besar yaitu Rp. 2.116.174.187. Dalam hal laba, alternatif pertama memberikan laba dengan nilai paling tinggi yaitu sebesar Rp. 297.540.714, alternatif kedua memberikan laba sebesar Rp. 205.095.209 dan alternatif ketiga memberikan laba sebesar Rp. 134.822.837. Dari ketiga alternatif di atas, alternatif ketiga dianggap alternatif terburuk karena selain memberikan laba paling rendah juga menghasilkan BEP paling tinggi. Alternatif kedua dianggap mungkin bila didukung oleh loyalitas pembeli yang menganggap kenaikan harga 5% tidak akan mengubah keinginan mereka untuk tetap membeli produk tersebut. Sedangkan alternatif pertama merupakan alternatif terbaik karena selain memberikan nilai BEP paling rendah juga mampu memberikan laba paling tinggi. Alternatif pertama yang merupakan alternatif terbaik, dapat kita gambarkan dengan grafik laba-volume, dimana sumbu horizontal menunjukkan nilai/volume penjualan dan sumbu vertikal menunjukkan besarnya laba.
Laba Rp. 297.540.714 Laba yang baru
BEP yang baru
BEP target
Rp.80.055.154 Laba target
0 Rp.1.441.637.843
(Rp. 363.244.874)
Rp. 2.049.186.091
Penjualan
Biaya tetap
Gambar 5. Grafik Laba-Volume untuk Kenaikan Harga 10% dan 5% Penurunan Volume
Titik biaya tetap sebesar Rp. 363.244.874 yang artinya jika tidak terjadi penjualan maka perusahaan harus menanggung kerugian sebesar angka tersebut karena biaya tersebut biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tanpa terpengaruh oleh volume produksi. Perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun laba (titik impas) saat garis laba berpotongan dengan garis penjualan pada penjualan sebesar Rp. 2.049.186.091. Untuk nilai penjualan yang telah dianggarkan laba yang diperoleh sebesar Rp. 80.055.154. Dengan alternatif kenaikan harga 10% dan penurunan volume penjualan 5%, titik biaya tetap tidak berubah tetapi didapatkan titik BEP yang baru sebesar Rp. 1.441.637.843, lebih rendah dibanding titik BEP yang pertama. Laba ditunjukkan pada angka Rp. 297.540714 lebih tinggi dari laba sebelumnya.
4.8.
Penggunaan Analisis CVP untuk Periode Tahun 2007 Berdasarkan informasi yang di peroleh, penjualan dari bulan Januari sampai dengan bulan November 2006 telah mencapai angka lebih kurang Rp. 2.000.000.000. Angka tersebut adalah nilai penjualan tanpa perusahaan melakukan perubahan strategi penjualan selama bulan September sampai November, dan nilainya masih belum mencapai BEP yaitu sebesar Rp. 2.049.186.091. Artinya, jika perusahaan tidak bisa mengejar kekurangannya sampai akhir bulan Desember ini, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dari kenyataan tersebut, dirasa penting bagi perusahaan untuk melakukan suatu perubahan strategi penjualan. Penelitian ini baru dapat diselesaikan pada bulan Desember 2006 sehingga hasil penelitian belum bisa direkomendasikan kepada perusahaan untuk tahun 2006. Hasil analisis CVP di atas, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam penetapan strategi untuk pencapaian target laba periode tahun 2007. Dengan asumsi bahwa hasil analisis CVP di atas masih dianggap relevan dilakukan, maka dengan alternatif menaikkan harga sebesar 10%, diharapkan untuk tahun 2007 perusahaan akan mampu meningkatkan pendapatan laba mereka dan tidak mengalami kerugian lagi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Pada tahun 2003 total biaya operasional berjumlah Rp. 670.792.820, dengan total penjualan sebesar Rp. 593.850.000. BEP tahun 2003 adalah sebesar Rp. 786.212.217 atau berjumlah 304 unit dengan kerugian sebesar Rp. 76.942.861. Pada tahun 2004 total biaya operasional meningkat 42,60% yaitu sebesar Rp. 956.542.991 dengan total penjualan sebesar Rp. 1.041.750.000 atau mengalami peningkatan sebesar 75,42%. BEP tahun 2004 adalah Rp. 799.993.670 atau berjumlah 279 unit dengan keuntungan sebesar Rp. 85.207.002. Tahun 2005 biaya operasional sebesar Rp. 1.984.898.440 atau meningkat sebesar 107,51% dengan total penjualan sebesar Rp. 2.028.600.000 meningkat 94,73% dari tahun sebelumnya. BEP tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 1.785.433.799 atau berjumlah 570 unit dengan keuntungan sebesar Rp. 43.702.064. Agar perusahaan mencapai nilai BEP, maka dapat dilakukan analisis CVP untuk bulan September sampai Desember 2006. Alternatif pertama yaitu dengan menaikkan harga jual produk Elegancia, Classic Latex dan Florentina sebesar 6%, perusahaan tidak hanya mencapai nilai BEP tetapi juga memperoleh laba sebesar Rp. 31.663.030. Alternatif kedua yaitu dengan meningkatkan volume penjualan sebesar 15% dengan peningkatan iklan sebesar 20%, perusahaan hanya memperoleh laba sebesar Rp. 27.811.413. Dari ketiga alternatif dalam upaya mencapai laba maksimal tahun 2006, alternatif menaikkan harga jual 10% dengan penurunan volume penjualan 5% merupakan alternatif terbaik karena tidak hanya memberikan nilai BEP terkecil yaitu Rp. 1.441.637.843 tetapi juga memberikan laba yang terbesar yaitu Rp. 297.540.714. Alternatif ini dapat juga dipakai sebagai pertimbangan dalam penetapan strategi penjualan untuk tahun periode 2007.
2. Saran a. Perusahaan hendaknya lebih memperhatikan masalah perencanaan. Khususnya mengenai perencanaan harga dan perencanaan biaya. Karena kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap perolehan laba perusahaan. b. Untuk dapat mencapai target laba yang telah ditetapkan, hendaknya untuk periode tahun 2007 perusahaan mempertimbangkan hasil analisis CVP yang telah dibuat. Alternatif penjualan yang terbaik adalah dengan menaikkan harga jual sebesar 10% dan penurunan volume penjualan sebesar 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Akitson, Anthony A., et al. 2004 . Management Accounting. 4th Edition. Prentice Hall New Jersey. Garrison, Ray H. and Norren W. Eric. 2000. Managerial Accounting. 9th Edition. McGraw-Hill Companies Inc. Hansen, Don R. and Maryanne M. Mowen. 1997. Cost Management : Accounting and Control. 2nd Edition. South-Western Collage Publishing. Horngren, Charles T., et al. 2000. Cost Accounting A Managerial Emphasis. 10th Edition. Prentice Hall New Jersey. Horngren, Charles T., et al. 1999. Introduction To Management Accounting. 11th Edition. Prentice Hall New Jersey. Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Aditya Media, Yogyakarta. Usry, Milton F., et al. 1991. Cost Accounting : Planning and Control. 9th Edition. South-Western Publishing Co. Welsch, Glenn A., et al. 1988. Budgeting Profit Planning and Control. 4th Edition. Prentice Hall New Jersey.
Lampiran 1. Gambar produk Naturatex
Imperial Classic
Master Rest
Ultra Firm
Elegancia Limited
Elegancia
Spring Latex Top
Lampiran 2. Gambar Produk Enzel
Orthopedic Latex
Classic Latex
Inner Spring Latex
Premium Latex
Econo Latex
Florentina
Lanjutan lampiran 2.
Romanza