PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN LABA PADA UKM BATIK BOGOR TRADISIKU
Oleh IDA NURUL FITRI H24080114
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PENERAPAN COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN LABA PADA UKM BATIK BOGOR TRADISIKU
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : IDA NURUL FITRI H24080114
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN
IDA NURUL FITRI. H24080114. Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis Dalam Meningkatkan Laba Pada UKM Batik Bogor Tradisiku. Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. Perkembangan dunia usaha diikuti pula kebijakan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan perekonomian pada dunia industri mendukung persaingan ketat. Diperlukan adanya penanganan dan pengelolaan yang baik oleh UKM. Terdapat tiga faktor yang memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian laba perusahaan yaitu biaya, volume penjualan, dan harga jual, yang dapat disebut sebagai analisis biaya-volume-laba atau Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis. UKM Batik Bogor Tradisiku yang merupakan usaha kecil menengah di Kota Bogor dengan menyediakan sebuah pusat kerajinan batik yang dapat menjadi sumberdaya wisata untuk meningkatkan nilai jual batik khas Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui dan menganalisis biayabiaya operasional yang terjadi pada UKM, (2) Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk, (3) Menganalisis penerapan CVP pada perusahaan berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder yang berasal dari pihak UKM dan literatur. Berdasarkan hasil analisis CVP bahwa BEP pada tahun 2010 (periode Mei – Desember 2010) untuk kain batik tulis adalah Rp 19.327.060,00 dengan unit titik impas 49 unit. BEP kain batik cap adalah Rp 128.783.478,00 dengan unit titik impas 805 unit. BEP kain printing sebesar Rp 213.374.634,00 dengan unit titik impas 3.283 unit. Sedangkan pada tahun 2011 BEP untuk kain batik tulis adalah Rp 95.657.227,00 dengan unit titik impas 171 unit. BEP kain batik cap adalah Rp 203.863.544,00 dengan unit titik impas 957 unit. BEP kain printing sebesar Rp 172.116.722,00 dengan unit titik impas 2.207 unit. Berdasarkan seluruh data dapat disimpulkan bahwa CVP analysis dapat diterapkan pada UKM Batik Bogor Tradisiku, sehingga dapat diketahui besarnya penjualan ataupun unit yang harus dicapai dalam break even point. UKM Batik Bogor Tradisiku dapat memeroleh laba yang ditargetkan dengan meningkatkan kapasitas penjualan sesuai dengan perhitungan dalam persamaan titik impas. Diperlukan adanya strategi pemasaran dengan promosi melalui media cetak dan elektronik dan peningkatan kapasitas produksi guna meningkatkan kapasitas usaha.
Judul Skripsi
: Penerapan
Cost-Volume-Profit
Analysis
Dalam
Meningkatkan Laba Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Nama
: Ida Nurul Fitri
NIM
: H24080114
Menyetujui, Pembimbing
(Farida Ratna Dewi, SE, MM.) NIP : 19710307 200501 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen :
(Dr.Ir.Jono M.Munandar, MSc.) NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Ida Nurul Fitri yang dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1990 di Bandung. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Eddy Mistam Setiawan, MM dan Ibu Atin Suprihatin. Penulis menempuh pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negeri Puspiptek tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2005 dan menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tangerang Selatan pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Pada masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi mahasiswa. Penulis tergabung sebagai Sekretaris Departemen Komunikasi dan Informasi, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM IPB) Kabinet ORASI pada tahun 2010. Penulis juga tergabung sebagai staf ahli Audit Internal,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Manajemen (BEM FEM IPB) Kabinet SINERGI pada tahun 2011. Penulis juga dipercaya memegang beberapa jabatan sebagai Ketua Pelaksana dan Anggota Divisi pada beberapa acara di himpunan profesi dan BEM FEM IPB. Penulis juga pernah mengikuti magang atau pelatihan kerja di MSIG (Mitsui-Sumitomo Insurance Group).
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun skripsi yang berjudul “Penerapan Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis dalam Meningkatkan Laba Pada UKM Batik Bogor Tradisiku”. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini membahas tentang analisis titik impas dan proporsi kuantitas penjualan antara kain batik tulis, cap, dan printing pada UKM Batik Bogor Tradisiku dengan tujuan untuk mendapatkan laba yang maksimum. Titik impas dan jumlah kuantitas penjualan kain batik diperhitungkan dengan menggunakan metode analisis CVP (Cost Volume Profit Analysis). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Maret 2012
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Orang tua tercinta Drs. Eddy Mistam Setiawan, MM dan Atin Suprihatin beserta kakak tersayang Anna Hanafiah, SP yang telah membantu penulis untuk dapat terus belajar dan selalu mendoakan penulis serta memberi semangat dan bantuan baik moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini.
2.
Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto,M.Sc dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut selaku dosen penguji sidang yang telah meluangkan waktunya menjadi penguji sidang serta memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4.
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
5.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan oleh penulis.
6.
Pemilik beserta karyawan Batik Bogor Tradisiku, Mba Lisha, Bapak dan Ibu Siswaya, Teh Eva, A Ian, Le Oka, dan A Bana yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan memberikan informasi dalam proses penelitian.
7.
Tonny Ari Wibowo yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini serta telah menemani hari-hari penulis selama masa perkuliahan.
8.
Sahabat-sahabat GNBH tercinta Amelia Putri Saadiah, Anugerah Dewi, Risyayana Ersya, Regita Van Empel, Fitriannisa, dan Raysah Yunita Rahma
vi
serta Anggara Hidayat, terima kasih atas segala canda tawa, kasih sayang, pengalaman dan kisah yang tidak akan terlupakan. 9.
Sahabat-sahabat sepanjang masa Dina Restiana, Fitria Purnamasari, dan Siti Suri Printiasri yang telah menjadi sahabat terbaik penulis dari masa sekolah hingga bangku perkuliahan.
10. Teman – teman satu bimbingan Dewi, Nabila, Anggara, Tanti, dan Fuji, terima kasih atas segala bantuan, kebersamaan, dan semangatnya selama penyusunan skripsi ini. Amel dan Saci teman satu objek penelitian atas kebersamaannya selama penelitian. Ka Mevi atas kesediaan meluangkan waktunya untuk penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini. 11. Sahabat - sahabat Putri Bunda dan Tri Dara tersayang Ayay, Sike, Mutia, Mepi, Fanny, Antin, Rida, Diara, dan Ka Upi, terimakasih telah menjadi teman satu atap yang baik dan mendengar segala keluh kesah penulis. 12. Keluarga besar BEM FEM IPB Kabinet Orasi dan Sinergi yang telah mengajarkan arti kebersamaan dan pentingnya perjuangan selama masa perkuliahan. 13. Keluarga besar “The Managers” Manajemen 45, terima kasih atas kebersamaan selama 3 tahun ini, semoga silaturahmi kita tetap terjaga. We’re The Super Managers. Semua pihak yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian penulisan skripsi. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas segala kebaikannya. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah didapat oleh penulis. Tidak hanya yang berkaitan dengan bidang penelitian, tapi juga berbagai masukan yang dapat membuat perkembangan bagi diri penulis. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Maret 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................... ........
v
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................. ...................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................... ....................... viii DAFTAR TABEL ....................................................................... ..............
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... .......... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... ...... xiii I.
II.
PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 1.5 Ruang Lingkup .............................................................................
1 3 3 4 5
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
6
2.1 Batik ............................................................................................. 2.1.1 Pengertian Batik .................................................................... 2.1.2 Perlengkapan Batik ............................................................... 2.2 Konsep Usaha Kecil dan Menengah ............................................. 2.2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah..................................... 2.2.2 Bidang atau Jenis Usaha Kecil ............................................ 2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil................................ 2.3 Konsep Biaya ................................................................................ 2.3.1 Pengertian Biaya ................................................................... 2.3.2 Klasifikasi Biaya .................................................................. 2.4 Konsep Analisis Biaya – Volume – Laba ..................................... 2.5 Konsep Titik Impas ...................................................................... 2.5.1 Pengertian Titik Impas .......................................................... 2.5.2 Pendekatan dalam Penentuan Titik Impas ............................ 2.5.3 Manfaat Analisis Titik Impas ................................................ 2.6 Penelitian Terdahulu ....................................................................
6 6 6 8 8 8 10 11 11 11 13 14 14 14 15 15
III. METODE PENELITIAN................................................................. 18 3.1 Kerangka Penelitian ..................................................................... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 3.3 Pengumpulan Data ....................................................................... 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .........................................
viii
18 20 20 20
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23 4.1 Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku .......................................... 4.2 Struktur Organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku ........................ 4.3 Jenis-Jenis Kain Batik pada UKM Batik Bogor Tradisiku ........... 4.3.1 Batik Tulis ............................................................................ 4.3.2 Batik Cap .............................................................................. 4.3.3 Kain Printing ........................................................................ 4.4 Volume Operasional Penjualan .................................................... 4.4.1 Volume Penjualan ................................................................. 4.4.2 Biaya-Biaya UKM Batik Bogor Tradisiku ........................... 4.4.3 Perhitungan Laba .................................................................. 4.4.4 Analisis Biaya ....................................................................... 4.5 Analisis Break Even Point ............................................................ 4.5.1 Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 1 ..................... 4.5.2 Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 2 ..................... 4.5.3 Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 3 ..................... 4.5.4 Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 4 ..................... 4.5.5 Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 5 ..................... 4.5.6 Analisis Break Even Point Pada Tahun 2010 dan 2011........ 4.6 Perencanaan Laba .........................................................................
23 24 26 26 26 26 26 26 31 38 39 53 55 57 58 61 63 66 71
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 86 Kesimpulan ................................................................................... 86 Saran .............................................................................................. 87 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 88 LAMPIRAN .............................................................................................. 89
ix
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Halaman Data Perkembangan Gross Domestic Bruto (GDP) Sektor Usaha Tekstil dan Produk Tekstil ................................................................. Laba UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Periode Mei 2010 – Desember 2011 ................................................................................... Kapasitas Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku ............................ Harga Jual Rata-Rata UKM Batik Bogor Tradisiku .......................... Volume Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku ............................... Perubahan Volume Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 sampai 5 ........................................................................ Persentase Unit Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 (Mei –Agustus 2010) ................................................... Persentase Unit Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 (September – Desember 2010)..................................... Persentase Unit Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 (Januari – April 2011) .................................................. Persentase Unit Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 (Mei –Agustus 2011) ................................................... Persentase Unit Penjualan Usaha Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 5 (September – Desember 2011)..................................... Biaya-Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 (Mei –Agustus 2010) ................................................... Biaya Penyusutan Pada UKM Batik Bogor Tradisiku ...................... Biaya-Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 (September – Desember 2010)..................................... Biaya-Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 (Januari – April 2011) .................................................. Biaya-Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 (Mei –Agustus 2011)) .................................................. Biaya-Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 5 (September – Desember 2011)..................................... Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Variabel.............. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Variabel.............. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Variabel.............. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Variabel.............. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 5 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Variabel.............. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 .................................................. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik
x
2 3 27 27 28 29 29 29 30 30 30 31 33 33 34 35 37 41 42 43 44 46 47
25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.
Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 .................................................. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 .................................................. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 .................................................. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 5 .................................................. Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Caturwulan 1 .............................................................................. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 1 ......................................................... Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Caturwulan 2 .............................................................................. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 2 ......................................................... Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Caturwulan 3 .............................................................................. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 3 ......................................................... Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Caturwulan 4 .............................................................................. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 4 ......................................................... Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Caturwulan 5 .............................................................................. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 5 ......................................................... Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Tahun 2010( Periode Mei – Desember 2010) ............................ Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 1 ......................................................... Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Tahun 2011 ................................................................................ Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 1 .........................................................
xi
48 49 51 52 53 55 56 58 58 60 61 63 63 65 66 68 68 70
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................... 2. Struktur Organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku...........................
xii
19 25
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman 1. Dokumentasi produk dan proses produksi UKM Batik Bogor Tradisiku ........90
xiii
1
I.
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Era globalisasi mendukung perkembangan perekonomian dunia usaha. Dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, seiring kebijakan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan perekonomian pada dunia industri, maka persaingan usaha semakin ketat. Usaha kecil menengah (UKM) merupakan salah satu pilihan masyarakat dalam melakukan usaha. Diperlukan adanya penanganan dan pengelolaan yang baik oleh UKM untuk menjaga kesinambungan hidupnya dalam menghadapi persaingan yang ketat. Adanya penanganan dan pengelolaan yang baik hanya dapat tercapai jika dilakukan oleh manajemen yang baik pula. Pihak manajemen dituntut untuk berpikir kritis dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan daya saing UKM. Sehingga dibutuhkan adanya kerjasama dan koordinasi yang baik oleh seluruh pihak manajemen
agar
kebijakan-kebijakan
tersebut
mampu
mendukung
perkembangan UKM. Adanya keputusan pihak manajemen tersebut yang dapat membuat UKM untuk dapat bertahan dalam situasi persaingan pasar yang selalu meningkat. UKM harus memikirkan dua hal dalam usahanya, yaitu kebutuhan konsumen dan kebutuhan UKM itu sendiri. Pemenuhan kedua kebutuhan itulah yang menuntut UKM untuk memperhitungkan antara biaya yang dibutuhkan dan pendapatannya dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, UKM harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi agar tercapai kualitas produk yang baik. Sehingga UKM harus meningkatkan harga jual kepada konsumen, dan berdampak langsung pada kenaikan pendapatan UKM. Faktor utama dalam penentuan harga jual dan pendapatan adalah biaya yang dikeluarkan oleh UKM. Faktor harga jual dan volume penjualan yang mampu dicapai oleh UKM juga mempengaruhi laba. Besarnya biaya dalam proses produksi akan menentukan harga jual dari produk itu sendiri, harga jual akan mempengaruhi besarnya pendapatan, dan pada akhirnya
2
menentukan besarnya laba. Keterkaitan antara biaya, volume penjualan, dan laba penjualan disebut sebagai analisis biaya-volume-laba atau Cost-VolumeProfit (CVP) Analysis. Salah satu jenis dari usaha kecil menengah (UKM) adalah sektor usaha dan perdagangan dimana didalamnya terdapat sektor usaha tekstil dan produk tekstil. Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat bahwa sektor usaha tekstil dan produk tekstil memiliki perkembangan industri yang cenderung meningkat dari tahun 2009 sampai 2010. Hal tersebut mengindikasikan bahwa adanya peluang usaha pada sektor tekstil dan produk tekstil. Tabel 1. Data Perkembangan Gross Domestic Bruto (GDP) Sektor Usaha Tekstil dan Produk Tekstil Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Perkembangan GDP (%) 1.23 -3.68 -3.64 0.53 1.74
Sumber : Industri Fact and Figure 2011 Kota Bogor merupakan salah satu kota pariwisata di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari potensi wisata berupa wisata budaya, wisata kuliner, wisata belanja, wisata ilmiah, dan lain-lain. Pada wisata budaya terdapat beberapa pilihan wisata seperti Istana Bogor, Kebun Raya Bogor, pagelaran seni Bogor, dan juga wisata batik Bogor. Berdasarkan data perkembangan usaha diatas maka Kota Bogor memiliki peluang untuk mengembangkan usaha kecil menengah pada sektor usaha tekstil dan produk tekstil khususnya produk batik. Dalam perkembangannya, UKM Batik Bogor Tradisiku mengalami penjualan dan laba yang fluktuatif. UKM Batik Bogor Tradisiku berupaya untuk mengembangkan wisata batik di Kota Bogor dengan menyediakan sebuah pusat kerajinan batik yang dapat menjadi sumberdaya wisata untuk meningkatkan nilai jual batik khas Kota Bogor.
3
1. 2. Rumusan Masalah UKM Batik Bogor Tradisiku merupakan pelopor dari bangkitnya motif batik Bogor. Batik Tradisiku merupakan wujud apresiasi kecintaan Bapak Siswaya, pemilik dan penggagas UKM Batik Bogor Tradisiku terhadap seni dan budaya Kota Bogor. Beliau telah menyumbangkan motif batik yang memiliki ciri khas kota Bogor. Dalam pengembangan program wisata Batik Tradisiku juga tetap memperhatikan kelestarian sehingga diharapkan wisata batik Kota Bogor terus berkembang. Tabel 2. Laba UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Periode Mei 2010 Desember 2011 Tahun
2010
Bulan Mei
24.786.043
Juni
36.680.303
Juli
18.441.309
Agustus September Oktober
9.610.589 (36.414.023) 24.875.624
November
(11.851.175)
Desember
21.206.613
Januari
2011
Laba (Rp)
2.572.877
Februari
(21.289.540)
Maret
(14.473.348)
April
72.582.802
Mei
2.530.749
Juni
(2.897.091)
Juli
(277.130)
Agustus
383.284
September
614.984
Oktober
(9.798.548)
November
24.442.659
Desember
31.436.526
4
Berdasarkan data perolehan laba pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa UKM Batik Bogor Tradisiku memperoleh laba yang berfluktatif, bahkan pada bulan-bulan tertentu mengalami kerugian. Salah satu faktor penyebabnya adalah UKM Batik Bogor Tradisiku tidak mengetahui jumlah unit kain batik yang harus dijual agar memperoleh keuntungan. Selain itu beberapa masalah yang perlu dikaji pada UKM Batik Bogor Tradisiku antara lain tingginya biaya gaji dan biaya bahan baku. Maka dibutuhkan sebuah analisis yang dapat membantu UKM Batik Bogor Tradisiku dalam meningkatkan keuntungan. Analisis biaya-volume-laba digunakan dalam penelitian ini agar dapat mengetahui jumlah penjualan yang harus dihasilkan dalam memenuhi target laba yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka rumusan masalah yang penulis ambil adalah : 1.
Bagaimana pertumbuhan penjualan produk ?
2.
Bagaimana biaya-biaya operasional yang terjadi pada UKM?
3.
Sejauh mana CVP analysis dapat diterapkan pada periode Mei 2010 sampai
Desember
2011,
berdasarkan
pertumbuhan
biaya-biaya
operasional dan pertumbuhan penjualan masing-masing produk ? 1. 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk.
2.
Mengetahui dan menganalisis biaya-biaya operasional yang terjadi pada UKM.
3.
Menganalisis penerapan CVP pada perusahaan berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk.
5
1. 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam usaha meningkatkan kualitas perencanaan dan penerapan anggaran biaya serta pengawasan terhadap biaya, sehingga akhirnya dapat bermanfaat dalam menetapkan margin laba.
2.
Sebagai bahan rujukan bagi pihak yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam.
1. 5. Ruang Lingkup Lingkup permasalahan dari penelitian ini adalah sektor usaha kecil menengah pada Batik Bogor Tradisiku yaitu terfokus pada penjualan kain batik yang harus dijual untuk mencapai titik impas, laba yang diinginkan, dan penjualan terbaik. Penelitian ini juga terfokus pada penjualan kain batik yang terdiri dari kain batik tulis, kain batik cap, dan kain printing pada periode Mei 2010 sampai Desember 2011.
6
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Batik
2.1.1. Pengertian batik Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa, ―amba‖ yang berarti lebar, luas, kain; dan ―titik‖ yang berarti titik atau matik (kata kerja membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah ―batik‖, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. Batik juga mempunyai pengertian segala sesuatu yang berhubungan dengan membuat titik-titik tertentu pada kain mori. Dalam bahasa Jawa, ―batik‖ ditulis dengan ―bathik‖, mengacu pada huruf jawa ―tha‖ yang menunjukan bahwa batik adalah rangkaian dari titik-titik yang membentuk gambaran tertentu. Batik sangat identik dengan suatu tehnik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelodoran. Salah satu ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain yang menggunakan proses pemalaman, yaitu menggoreskan malam (lilin) yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap. (Wulandari, 2011) 2.1.2. Perlengkapan Batik Menurut Wulandari (2011) terdapat beberapa perlengkapan dalam membatik. Perlengkapan membatik tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Adapun peralatannya antara lain : 1.
Gawangan Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambo yang dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindahpindah.
2.
Bandul Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukan ke dalam kantong. Fungsi pokoknya adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah tergeser saat tertiup anginatau tertarik oleh si pembatik secara tidak sengaja.
7
3.
Wajan Wajan adalah perkakas untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat.
4.
Kompor Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor berbahan bakar minyak. Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik.
5.
Taplak Taplak adalah kain untuk menutup paha pembatik agar tidak terkena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.
6.
Saringan Malam Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran.
7.
Canting Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari tembaga dan bambo sebagai pegangannya. Canting ini digunakan untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam.
8.
Mori Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan jenisnya sangat mennetukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan.
9.
Malam (lilin) Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain.
10. Dhingklik (Tempat Duduk) Dhingklik (tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya terbuat dari bambo, kayu, plastik, atau besi. 11. Pewarna Alami Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik.
8
2.2.
Konsep Usaha Kecil dan Menengah
2.2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah Berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil dikatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial dengan kriteria sebagai berikut : 1.
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,(satu milyar rupiah);
2.
milik Warga Negara Indonesia;
3.
berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
4.
berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.2.2. Bidang atau Jenis Usaha Kecil Dalam Keppres No. 127 Tahun 2001 menyebutkan jenis-jenis usaha yang tergolong pada usaha kecil dan usaha menengah. Berikut jenis-jenis usaha tersebut: 1.
Sektor Pertanian Peternakan Ayam Buras
2.
Sektor Kelautan dan Perikanan a. Perikanan tangkap dengan menggunakan kapal kurang dan 30 GT/90 PK dilakukan di perairan sampai dengan 12 mil laut. b. Perikanan budidaya meliputi pembenihan dan pembesaran ikan di air tawar, air payau, dan laut. c. Penangkapan ikan hias air tawar.
9
3.
Sektor Kehutanan a. Pengusahaan Peternakan Lebah Madu; b. Pengusahaan Hutan Tanaman Aren, Sagu, Rotan, Kemiri, Bambu, dan Kayu Manis. c. Pengusahaan Sarang Burung Walet di Alam d. Pengusahaan Hutan Rakyat Asam (pemungutan dan pengolahan biji asam) e. Pengusahaan Hutan Tanaman Penghasil Arang f. Pengusahaan Hutan Tanaman penghasil Getah-getahan g. Pengusahaan Hutaan Tanaman Penghasil Bahan-bahan Minyak Atsiri (minyak pinus/terpentin minyak lawang, minyak tengkawang, minyak kayu puti, minyak kenanga, minyak akar wangi, dan lainlain)
4.
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral Pertambangan Rakyat
5.
Sektor Usaha dan Perdagangan a. Usaha makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan dengan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeningan, perebusan, penggorengan, dan fermentasi dengan cara-cara tradisional. b. Usaha penyempurnaan benang dan serat alam maupun buatan menjadi benang bermotif/celup, ikat dengan menggunakan alat yang digerakkan tangan. c. Usaha tekstil dan produk tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan ATBM, atau alat yang digerakkan tangan termasuk butik, peci, kopiah, dan sejenisnya. d. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan : 1)
Bahan bangunan/rumah tangga : Bambu, Nipah, Sirap, Anang, dan Sabut.
2)
Bahan usaha : Getah-getahan, Kulit kayu, Sutera alam, dan Gambir.
10
6.
Sektor Perhubungan Angkutan
pedesaan
darat
dan
angkutan
sungai,
danau,
dan
penyeberangan dengan menggunakan kapal 30 GT. 7.
Sektor Telekomunikasi Jasa telekomunikasi meliputi warung telekomunikasi, warung internet, dan instalasi kabel ke rumah dan gedung.
8.
Sektor Kesehatan Jasa Profesi Kesehatan/Pelayanan Medik/Pelayanan Kefarmasian : 1)
Praktek perorangan tenaga kesehatan.
2)
Praktek tenaga berkelompok tenaga kesehatan
3)
Sarana Pelayanan kesehatan dasar.
4)
Pusat /Balai/Stasiun penelitian kesehatan.
5)
Apotik, praktik profesi Apoteker.
6)
Rumah bersalin
7) Praktek Pelayanan Medik Tradisional (akupuntur, pijat refleksi, panti pijat tradisional). 8)
Jasa perdagangan obat dan makanan : a) Toko Obat; b) Retailer Obat Tradisional, Jamu Gendong, Kios/took jamu;
c) Kolektor/pengumpul simplisia 2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil Menurut Musa Hubeis (2009) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari UKM. Adapun kelebihan dari UKM antara lain : 1.
Dasar pengembangan kewirausahaan
2.
Organisasi internal sederhana
3.
Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) berorientasi ekspor dan substitusi impor (perkokoh struktur industri dan perolehan devisa)
4.
Aman bagi perbankan dalam memberi kredit
5.
Bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan
6.
Mampu memperpendek rantai distribusi
7.
Fleksibilitas dan adaptabilitas dalam pengembangan usaha.
11
Sedangkan kekurangan yang dimiliki UKM adalah sebagai berikut: 1.
SDM lemah dalam kewirausahaan dan manajerial
2.
Keterbatasan keuangan
3.
Ketidakmampuan aspek pasar
4.
Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana
5.
Ketidakmampuan menguasai informasi
6.
Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, serta perlakuan pelaku usaha besar (usaha besar)
7.
Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama
8.
Sering tidak memenuhi standar
9.
Belum memenuhi kelengkapan aspek legalitas.
2.3.Konsep Biaya 2.3.1. Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa depan. Pada perusahaan yang berorientasi laba, manfaat masa depan biasanya berarti pendapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa (beban). Sedangkan menurut Horngren, et al (2008), biaya (cost) adalah sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya (seperti bahan langsung atau iklan) biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. 2.3.2. Klasifikasi Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005), perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Biaya-biaya bereaksi pada perubahan output dengan berbagai cara. Biaya tetap adalah suatu biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat output aktivitas berubah.
12
Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah total, bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output.Oleh karena itu, biaya variabel naik ketika output naik, dan akan turun ketika output turun. Sedangkan suatu biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel. Sedangkan menurut Kuswadi (2005) biaya dibagi menjadi tiga, yaitu: 1.
Biaya Tetap (fixed cost) Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah berapa pun besarnya penjualan atau produksi yang dhasilkan. Biaya tetap biasanya berupa biaya tidak langsung (biaya overhead), yaitu biaya yang dikeluarkan tidak atas dasar jumlah produksi atau besarnya volume penjualan. Semakin besar volume penjualan semakin kecil biaya tetap per unitnya. Jadi, biaya tetap per unit berubah-ubah sesuai jumlah produksi. Pengeluaran biaya tetap biasanya berhubungan dengan suatu periode sehingga biasa dinamakan biaya periode (period cost).
2.
Biaya Variabel (variable cost) Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya sampai batas tertentu berubah-ubah secara proporsional. Kebalikan dari biaya tetap, biaya variabel per unit merupakan biaya yang bersifat tetap, tetapi biaya total variabel berubah-ubah.
3.
Biaya Semi Variabel (semi fixed cost) Biaya Semi Variabel atau semi fixed cost adalah biaya yang yang secara mutlak sulit digolongkan ke dalam biaya variabel atau biaya tetap. Contoh dari biaya semivariabel adalah pemakaian listrik dalam lingkungan pabrik. Dalam perhitungan titik impas, biaya semi variabel dibebankan secara presentasi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Penentuan besarnya persentase bergantung pada penilaian dan kebijakan perusahaan.
13
2.4. Konsep Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis
biaya-volume-laba
(cost-volume-profit
analysis/CVP)
menguji perilaku pendapatan total, biaya total , dan laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual, biaya variabel per unit, atau biaya tetap produk (Horngren et al, 2008). Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis = analisis CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan.
Karena
analisis
biaya-volume-laba
(CVP)
menekankan pada keterkaitan biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, maka semua informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya. Analisis CVP dapat juga menyinggung banyak isu lainnya, seperti : jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai tittik impas; dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas; dan dampak kenaikan harga terhadap laba. (Honsen and Mowen, 2005). Menurut Horngren et al (2008) analisis CVP didasarkan pada beberapa asumsi : 1. Perubahan tingkat pendapatan dan biaya hanya disebabkan oleh perubahan jumlah unit produk (atau jasa) yang diproduksi dan dijual. Jumlah unit output merupakan satu-satunya pemicu pendapatan sekaligus pemicu biaya. Jika pemicu biaya merupakan faktor yang menimbulkan biaya, pemicu pendapatan (revenue driver) adalah sebuah variabel, seperti volume, yang menjadi penyebab timbulnya pendapatan. 2. Biaya total dapat dipisahkan ke dalam komponen tetap yang tidak berubah mengikuti perubahan tingkat output dan komponen variabel yang berubah mengikuti tingkat output . 3. Ketika disajikan secara grafik, perilaku pendapatan total dan biaya total bersifat linear (yaitu dapat digambarkan secara garis lurus) ketika dihubungkan dengan tingkat output dalam rentang (dan periode waktu yang relevan. 4. Harga jual, biaya variabel perunit, serta biaya tetap total (dalam rentang dan periode waktu yang relevan) telah diketahui dan konstan .
14
5. Analisis mencakup satu produk atau mengasumsikan bahwa proporsi produk yang berbeda ketika perusahaan menjual beragam produk adalah tetap konstan ketika tingkat unit yang terjual total berubah. 6. Seluruh pendapatan dan biaya dapat ditambahkan, dikurangkan, dan dibandingkan tanpa memperhitungkan nilai waktu dari uang. 2.5.
Konsep Titik Impas
2.5.1. Pengertian Titik Impas Menurut Rony (1990) analisis titik impas merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau kerugian . Titik Impas (break even point) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik dimana laba sama dengan nol (Hansen and Mowen, 2005). Sedangkan menurut Kuswadi (2005) titik pulang pokok atau break event point (BEP) adalah titik yang menunjukan kombinasi tingkat volume penjualan dan harga jual perusahaan, yang tidak mendapatkan laba ataupun menderita rugi. 2.5.2. Pendekatan dalam Penentuan Titik Impas Menurut Hansen dan Mowen (2005) terdapat dua pendekatan dalam menentukan titik impas yaitu titik impas dalam unit dan titik impas dalam dollar penjualan. Titik impas dalam unit diartikan jumlah atau kuantitas unit yang diproduksi untuk mencapai laba normal. Sedangkan titk impas dalam dollar penjualan dapat diartikan konversi dari ukuran unit yang dijual menjadi ukuran pendapatan penjualan untuk menghasilkan laba normal. Menurut Hansen dan Mowen (2005) terdapat beberapa hal yang harus dipahami dalam menggunakan alat analisis titik impas yaitu : 1.
Perubahan dalam biaya variabel per-unit mengakibatkan perubahan dalam kontribusi marjin dan titik impas
2.
Perubahan dalam harga jual per-unit mengakibatkan perubahan dalam kontribusi marjin dan titik impas.
15
3.
Perubahan dalam jumlah biaya tetap mengakibatkan perubahan dalam titik impas tapi tidak merubah kontribusi marjin.
4.
Kombinasi perubahan biaya tetap dan variabel pada arah yang sama mengakibatkan perubahan tajam dan ekstrim pada titik impas.
2.5.3. Manfaat Analisis Titik Impas Menurut Kuswadi (2005) terdapat beberapa manfaat dalam penggunaan analisis titik impas, yaitu : 1.
Untuk mengetahui hubungan volume penjualan (produksi), harga jual, biaya produksi, dan biaya-biaya lain serta mengetahui laba rugi perusahaan.
2.
Sebagai sarana merencanakan laba (profit planning)
3.
Sebagai alat pengendalian (controlling) kegiatan operasi yang sedang berjalan.
4.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.
5.
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan, misalnya menentukan usaha yang perlu dihentikan atau yang harus tetap dijalankan ketika perusahaan dalam keadaan tidak mampu menutup biaya-biaya tunai.
2. 6. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dan mendukung penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Renny A. F. (2006). Penelitiannya menganalisis penerapan Cost-Volume-Profit analisis dalam menunjang rencana pencapaian laba tahun 2006 pada PT. X. Penelitian Renny A. F. (2006) bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pertumbuhan biaya-biaya operasional yang terjadi pada perusahan selamaperiode 2003-2005, mengetahui dan menganalisis pertumbuhan penjualan produk selama periode tahun 2003 sampai 2005, dan menganalisis penerapan analisis CVP pada perusahaan berdasarkan pertumbuhan biaya-biaya operasional dan pertumbuhan penjualan produk yang terjadi selama periode tahun 2003 sampai 2005.
16
Metode penelitian yang dilakukan adalah menganalisis laporan biaya-biaya operasional, kemudian memisahkan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan menjadi biaya tetap, biaya semivariabel, dan biaya variabel. Selanjutnya membuat analisis break even point,sehingga dapat menghasilkan gambaran titik dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun mengalami kerugian. Dan terakhir adalah membuat analisis CVP. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat tiga alternatif dalam memaksimumkan laba pada PT. X. Alternatif pertama adalah menaikkan harga jual produk sebanyak 6%. Alternatif kedua adalah meningkatkan volume penjualan sebesar 15% dengan peningkatan iklan sebesar 20%. Dan alternatif ketiga yaitu dengan menaikkan harga jual 10% dengan penurunan volume penjualan 5%. Dari ketiga alternatif tersebut yang terbaik adalah alternatif ketiga. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Flaviana M (2011). Penelitiannya menganalisis biaya-volume-laba sebagai alat pengambilan keputusan taktis dalam perencanaan manajerial pada usaha budi daya udang galah Mitra Gemah Ripah Karangpawitan Kabupaten Garut. Penelitian Flaviana M (2011) bertujuan untuk mengidentifikasi biaya apa saja yang terjadi dalam usaha budi daya udang galah ―Mitra Gemah Ripah‖, menentukan jumlah volume penjualan yang harus dicapai agar mencapai break even point, dan menganalisis jumlah produk tahap pendederan dan pembesaran yang dapat diproduksi untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan. Metode
yang
dilakukan
dalam
penelitian
diawali
dengan
mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel serta menghitung jumlah dari kedua jenis biaya tersebut serta biaya total keseluruhan. Tahapan selanjutnya adalah menghitung jumlah pendapatan sehingga dapat diketahui jumlah keuntungan yang didapat. Tahap terakhir adalah menghitung jumlah titik impas dengan analisis break even point serta menghitung jumlah produksi yang harus dijual dalam mencapai target laba yang diharapkan berdasarkan persamaan titik impas.
17
Hasil dari penelitian ini adalah usaha budi daya ―Mitra Gemah Ripah‖ dapat menggunakan analisis CVP untuk mengetahui kuantitas yang harus dicapai untuk mendapatkan target laba. Penambahan kapasitas usaha dapat dilakukan melalui penerapan inovasi dan teknologi yang lebih baik atau dengan perluasan kolam budi daya.
18
III.
3.1.
METODE PENELITIAN
Kerangka Penelitian Usaha kecil menengah merupakan sebuah unit usaha yang dimiliki oleh perorangan atau suatu badan yang memproduksi suatu produk baik itu barang maupun jasa yang diperdagangkan dimana ukuran usaha masih kecil. Terdapat beberapa jenis usaha kecil menengah, salah satunya adalah usaha kecil menengah dalam bidang usaha tekstil dan produk tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan ATBM, atau alat yang digerakkan tangan termasuk butik, peci, kopiah, dan sejenisnya. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah usaha kecil menengah ―Batik Bogor Tradisiku‖. Laba yang diperoleh UKM Batik Bogor Tradisikuantara lain dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu biaya, harga jual produk, dan besarnya volume penjualan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, biaya yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, akan menentukan harga jual, jika biaya untuk memproduksi produk tinggi, maka harga jual akan menyesuaikan. Selanjutnya, jika UKM menetapkan harga jual yang cukup tinggi ke produk maka laba yang diperoleh akan semakin tinggi pula. Namun UKM harus berhati-hati dalam penetapan harga jual, karena harga jual akan berpengaruh pada volume penjualan. Selanjutnya, volume penjualan akan memiliki pengaruh yang berbanding lurus dengan volume produksi, dan akhirnya volume produksi akan mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Sehingga dengan menggunakan analisis CVP(Cost-Volume-Profit) dapat digunakan dalam hubungannya dengan biaya, harga jual, dan volume penjualan adalah melalui analisis titik impas. Dimana penjualan akan sama dengan total biaya sehingga UKM tidak akan mengalami keuntungan dan kerugian. Dengan melihat titik impas yang ada, selanjutnya dapat dilakukan analisis CVP (Cost-Volume-Profit), sehingga dapat mengambil keputusan terbaik dalam pencapaian laba optimal, yakni mengenai kebijakan harga
19
dan volume penjualan yang harus dicapai. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat dari gambar di bawah ini : Usaha Kecil Menengah
UKM Batik Tradisiku
Volume Penjualan
Biaya
Tetap
Variabel
Total Biaya
Total Pendapatan
Analisis Biaya – Volume – Laba (Metode Break Even Point)
Alternatif Penjualan Terbaik
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Harga Jual
20
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha kecil menengah yang memproduksi batik dengan motif batik bogor yang bernama Batik Bogor Tradisiku. UKM ini bertempat di Jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal, Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua bulan dimulai bulan Januari sampai bulan Februari 2012.
3.3.
Pengumpulan Data Data dan informasi yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer diperoleh melalui wawancara pihak-pihak yang berkepentingan, dalam hal ini adalah pemilik dan karyawan UKM Batik Bogor Tradisiku. Data sekunder yang digunakan peneliti bersumber dari sumber tertulis, literatur yang berkenaan dengan masalah yang diteliti seperti laporan keuangan dan arus kas UKM Batik Bogor Tradisikumaupun buku literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Untuk mengolah data yang diperoleh, maka langkah yang harus diambil adalah : 1. Menganalisis laporan biaya-biaya operasional yang terjadi serta besarnya jumlah penjualan yang telah dicapai oleh UKM. 2. Memisahkan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan menjadi biaya tetap, biaya semivariabel, dan biaya variabel. Untuk biaya campuran, harus dilakukan pemisahan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. 3. Membuat analisis titik impas berdasarkan data penjualan dan biayabiaya tetap maupun variabel, sehingga dapat menghasilkan gambaran titik dimana UKM tidak mendapat laba maupun mengalami kerugian. 4. Membuat analisis CVP sehingga dapat diketahui langkah apa yang harus diambil perusahaan.
21
Break even point analysis, rumus yang digunakan; TFC BEPRP =
…………………………………………...(1)
1 – Ʃ VC Ʃ(P.Q)
dimana, BEP
= Breakeven Point (dalam rupiah)
TFC
= Total Fixed Cost
VC
= Variable Cost
P
= Price per Product
Q
= Quantity of Sales TFC
BEPRP =
……….......(2)
Weighted average contribution margin per unit
Cost-Volume-Profit Analysis yang akan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan atau paling tidak berusaha untuk mencapai titik dimana perusahaan mencapai BEP. Analisis CVP yang dapat dilakukan adalah: 1. Menurunkan biaya variabel per unit produk (Vcu) Untuk meningkatkan laba perusahaan, biaya variabel harus diturunkan. Jika biaya variabel harus diturunkan, maka contribution margin akan bertambah, sehingga laba pun akan menjadi lebih besar. 2. Menurunkan biaya tetap (FC) Untuk memperoleh laba yang lebih besar, maka salah satu cara adalah dengan menurunkan biaya tetap. 3. Menaikkan harga jual (P) Dalam proses perencanaan laba, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan harga jual. 4. Menaikkan volume penjualan (Q) Dalam mencapai peningkatan laba, maka volume penjualan harus ditingkatkan. Setelah penjualan mencapai BEP, maka peningkatan penjualan akan menambah laba yang dihasilkan.
22
Dari hasil analisis CVP yang dilakukan dengan beberapa cara di atas, maka akan dipilih cara mana yang dianggap paling rasional yang dapat dilakukan oleh perusahaan dan paling sesuai dengan kondisi perusahaan maupun kondisi pasar yang ada. Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-biaya perusahaan menjadi kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai berikut : Laba Operasi = Pendapatan Penjualan – Beban Variabel – Beban Tetap ......(3)
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel. Pada titik impas, marjin kontribusi sama dengan beban tetap. Persamaan titik impas dapat dinyatakan sebagai berikut : Jumlah Unit =
Biaya Tetap
………………………….(4)
Marjin Kontribusi Per Unit
Rumus untuk perhitungan titik impas dalam unit adalah sebagai berikut : Unit Titik Impas =
Biaya Tetap
………………….(5)
Harga – Biaya Variabel Per Unit
Sedangkan rumus untuk perhitungan titik impas penjualan adalah sebagai berikut : Penjualan Impas = Biaya Tetap x
Harga Harga – Biaya Variabel Per Unit
…...(6)
23
IV.
4.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah UKM Batik Bogor Tradisiku Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 atas prakarsa Siswaya. Pria kelahiran Sleman, Yogyakarta, ini telah berdomisili di Bogor lebih dari 26 tahun, sehingga tumbuh rasa kecintaannya terhadap kota yang kerap dijuluki sebagai kota hujan ini dengan memberikan sesuatu untuk mengharumkan kota Bogor. Pada awal berdiri, Batik Tradisiku Bogor sudah membuat motif-motif khas Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya. Pada tahun 2009, Batik Tradisiku mengeluarkan motif Kujang Kijang yang kemudian diresmikan oleh Walikota Bogor, Bapak Diani Budiarto, beserta Ibu Fauziah di The Jungle pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan hari Ulang Tahun Bogor ke – 527. Motif ini kemudian dipatenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor. Dalam perjalanannya, Batik tradisiku kembali mengeluarkan motif baru, yaitu Hujan Gerimis yang banyak mendapat perhatian dari konsumen. Motif Hujan Gerimis terinspirasi dari julukan Bogor sebagai Kota Hujan yang airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Sejak awal Oktober 2010, Batik Tradisiku sudah melebarkan area pemasarannya ke luar Kota Bogor. Lokasi Bogor yang berbatasan dengan ibukota Jakarta sangat mendukung terjalinnya komunikasi dan transportasi dengan lebih mudah. Kerjasama dengan Pasaraya Blok M mengawali ekspansi pasar Batik Tradisiku. Produk Batik yang berciri khas Bogor mendapat respon yang positif, dibuktikan dalam kurun waktu satu minggu, produk sudah habis terjual dan permintaan yang tinggi. Kini Batik Tradisiku juga sudah menggandeng Sarinah, Thamrin City, dan SMESCO UKM Gallery dalam memasarkan produk batik. Batik Tradisiku sebagai Batik Bogor Pertama dan satu-satunya di Kota Bogor memiliki peranan yang besar dalam dunia batik di Bogor. Pihak Pemda Kota Bogor sangat mengapresiasi dan mendukung Batik Bogor, salah satunya adalah dengan kebijakan Walikota Bogor yang menghimbau
24
seluruh dinas di Kota Bogor menggunakan Batik Bogor pada hari kamis. Selain dinas, instansi lain juga banyak yang sudah menggunakan seragam batik dari Batik Tradisiku Bogor seperti Badan Pengawas Daerah (Bawasda), Bappeda, BPPT, RRI, PDAM, HIMPAUDI, Universitas Pakuan, BPKP, Hotel Lido, dan Hotel Novotel. Sejak tahun 2010 juga, siswa TK, SD, SMP, dan SMA mulai menggunakan Batik Bogor. Batik Bogor Tradisiku
memiliki kegiatan usaha pokok industri
batik, telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359 pada tanggal 15 Januari 2009. Batik Tradisiku juga telah mkengantongi Surat Izin Usaha perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindakop pada tanggal 15 Januari 2009. Pada tahun 2011, Batik Tradisiku Bogor mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal itu ditandai oleh semakin luasnya pasar, sehingga semakin banyak masyarakat yang mengetahui adanya Batik Tradisiku Bogor. Kunjungan-kunjungan yang datang pun tidak hanya berasal dari wilayah Jabodetabek, tetapi juga dari seluruh Indonesia. Prestasi terakhir yang dicapai oleh UKM Batik Bogor Tradisiku adalah terpilihnya Batik Bogor Tradisiku sebagai nominasi Dahsyatnya Indonesia pada Dahsyatnya Award 2012. 4.2.
Struktur Organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku UKM Batik Bogor Tradisiku dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab atas kegiatan – kegiatan UKM seperti kegiatan produksi, operasional, pemasaran, keuangan, dan SDM. Pada setiap kegiatan tersebut terdapat seorang supervisor yang bertanggung jawab khusus untuk masing-masing kegiatan. Penanggung jawab produksi bertugas untuk
mengkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan
yang
bersangkutan dengan produksi yaitu diantaranya desain motif, proses pembatikan tulis dan cap, proses printing, proses pewarnaan, dan proses penjahitan. Penanggung jawab operasional bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan operasional Batik Bogor Tradisiku seperti dalam hal
25
transportasi dan belanja bahan baku batik. Penanggung jawab pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan produk batik baik itu pada galeri, pameran, maupun pelatihan. Penanggung jawab keuangan bertanggung jawab atas pencatatan keuangan serta mengontrol arus kas UKM Batik Bogor Tradisiku. Sedangkan penanggung jawab SDM bertanggung jawab atas sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Batik Bogor Tradisiku baik sebagai pembatik maupun sebagai karyawan operasional. Adapun struktur organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku adalah sebagai berikut : Direktur Utama Direktur Utama
Penanggung Jawab Operasional
Penanggung Jawab Produksi
Penanggung Jawab Pemasaran
Penanggung Jawab Keuangan
Penanggung Jawab SDM
Gambar 2. Struktur Organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku 4.3.
Jenis-Jenis Kain Batik pada UKM Batik Bogor Tradisiku
4.3.1. Batik Tulis Batik tulis merupakan jenis batik yang dibuat dengan menggunakan canting. Pembuatan batik tulis ini lebih lama yaitu sekitar 2-3 bulan. Proses pembuatannya yaitu membuat pola atau desain, menyanting, memberi warna (pencelupan atau pencoletan),dan perebusan atau pelodoran. Batik tulis tidak memiliki motif pengulangan yang jelas dengan ukuran garis motif yang relatif kecil dibandingkan dengan batik cap. Batik tulis yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku hanya ada satu kain untuk setiap motifnya. Harga jual Batik tulis berkisar antara Rp 500.000,00 sampai dengan Rp 1.500.000,00. Semakin rumit motif yang digunakan semakin mahal harga jual batik tulis. Selain itu jenis kain juga menentukan harga jual, untuk kain batik yang menggunakan kain katun harga berkisar antara Rp 500.000,00 sampai Rp 750.000,00 dan untuk jenis kain sutra dikenakan harga jual Rp 1.500.000,00. Disamping itu semakin banyak warna yang digunakan maka semakin mahal harga jual kain batik tulis.
26
4.3.2. Batik Cap Batik cap adalah corak batik yang dibentuk dengan canting cap. Biasanya proses pembuatan batik cap lebih cepat dari batik tulis yaitu sekitar 2-3 hari. Batik cap dikerjakan manual dengan menggunakan canting cap yang biasanya terbuat dari tembaga yang dibentuk dengan design tertentu. Sama halnya dengan batik tulis, UKM Batik Bogor Tradisiku hanya memproduksi satu motif kain untuk satu kain, walaupun memiliki motif yang sama namun pewarnaan akan berbeda. Harga jual batik cap berkisar antara Rp 200.000,00 sampai dengan Rp 300.000,00. Harga ditentukan oleh rumitnya motif dan juga banyaknya warna dalam satu kain. 4.3.3. Kain Printing Kain printing adalah kain yang bermotif batik. Kain printing tidak dikategorikan dalam batik karena dalam proses pembuatannya tidak menggunakan
canting
dan
malam.
Kain
printing
dalam
proses
pembuatannya dicetak melalui proses sablon. Prosesnya sama seperti pembuatan spanduk atau kaos sablon namun dengan motif batik bogor dan bahan warna yang lebih bagus mutunya. Permukaan kain batik sablon jika dilihat hanya satu sisi saja yag bergambar, sedangkan sisi lainnya polos. Hal inilah yang membuat warna batik sablon lebih cepat luntur karena warnanya tidak meresap ke kain. Harga kain printing berkisar antara Rp 65.000,00 sampai Rp 125.000,00. Harga ditentukan berdasarkan jenis kain yang digunakan dan kebutuhan kain. 4.4.
Volume Operasional Penjualan
4.4.1. Volume Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku memproduksi tiga jenis kain batik, yaitu kain batik tulis, batik cap, dan kain printing bermotif batik. Batik tulis merupakan kain batik yang memiliki nilai jual yang tinggi dikarenakan memiliki nilai seni yang tinggi dan proses pengerjaan yang memakan waktu lama. Batik cap adalah jenis batik yang memiliki peminat cukup tinggi dikarenakan harga jual yang terjangkau dan dengan pengerjaan hand made, batik ini memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Kain printing adalah jenis
27
kain batik yang memiliki peminat paling tinggi dikarenakan harga batik print yang cukup murah. Ketiga jenis batik tersebut dijual dalam bentuk kain. Batik tulis dijual dengan rata-rata kisaran harga Rp 384.000,00 sampai Rp 592.000,00. Sedangkan batik cap dijual dengan rata-rata kisaran harga Rp 153.000,00 sampai Rp 221.000,00 dan kain printing dijual dengan ratarata kisaran harga Rp 60.000,00 sampai Rp 83.000,00. Adapun rincian volume penjualan usaha Batik Bogor Tradisiku pada bulan Maret 2010 sampai dengan Desember 2011 yang ditampilkan per caturwulan adalah sebagai berikut : Tabel 3. Kapasitas Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Kapasitas Penjualan (Unit Kain) No
Jenis Kain
Catur-
Catur-
Catur-
Catur-
Catur-
wulan 1
wulan 2
wulan 3
wulan 4
wulan 5
1
Batik Tulis
47
24
68
55
84
2
Batik Cap
341
623
475
252
393
3
Kain Printing
3.497
1.666
1.474
742
873
3.885
2.313
2.017
1.049
1.350
Total
Ketiga jenis kain batik memiliki harga jual yang sangat bervariasi. Harga jual ditentukan berdasarkan jenis batik, jenis kain yang digunakan, ukuran kain, jumlah warna yang terdapat dalam kain, semakin banyak jumlah warna maka semakin mahal harga jual kain tersebut. Adapun rincian harga jual rata-rata kain batik tulis, kain batik cap, dan kain printing pada bulan Mei 2010 sampai dengan Desember 2011 yang ditampilkan per caturwulan adalah sebagai berikut : Tabel 4. Harga Jual Rata-Rata UKM Batik Bogor Tradisiku Harga Jual Rata-rata Per Kain No
Jenis Kain
Catur-
Catur-
Catur-
Catur-
Catur-
wulan 1
wulan 2
wulan 3
wulan 4
wulan 5
1
Batik Tulis
Rp 404.000
Rp 384.000
Rp 592.000
Rp 500.000
Rp 592.000
2
Batik Cap
Rp 168.000
Rp 153.000
Rp 221.000
Rp 212.000
Rp 205.000
3
Kain Printing
Rp 60.000
Rp 69.000
Rp 72.000
Rp 83.000
Rp 78.000
28
Volume penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku pada bulan Maret 2010 sampai dengan Desember 2011 yang ditampilkan per caturwulan adalah sebagai berikut : Tabel 5. Volume Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku (Rupiah) No
Jenis kain
Penjualan (Rupiah) Caturwulan 1
Caturwulan 2
Caturwulan 3
Caturwulan 4
Caturwulan 5
1
Batik Tulis
Rp 18.988.000
Rp
9.216.000
Rp 40.256.000
Rp 27.500.000
Rp 49.728.000
2
Batik Cap
Rp 57.288.000
Rp 95.319.000
Rp 104.975.000
Rp 53.424.000
Rp 80.565.000
3
Kain Printing
Rp 209.820.000
Rp 114.954.000
Rp 106.128.000
Rp 61.586.000
Rp 68.094.000
Total
Rp 286.096.000
Rp 219.489.000
Rp 251.359.000
Rp 142.510.000
Rp 198.387.000
Pada Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa penjualan pada caturwulan pertama sampai dengan caturwulan kelima mengalami fluktuasi. Terjadi penurunan total volume penjualan antara caturwulan pertama dan caturwulan kedua dan antara caturwulan ketiga dan caturwulan keempat. Pada caturwulan kedua mengalami penurunan total penjualan karena adanya penurunan penjualan pada batik tulis dan kain printing, namun ada peningkatan pada penjualan batik cap. Sedangkan pada caturwulan keempat kembali terjadi penurunan penjualan total karena penurunan penjualan pada batik tulis, batik cap, dan batik printing. Sedangkan antara caturwulan kedua dan ketiga terjadi peningkatan total penjualan dikarenakan peningkatan padapenjualan kain batik tulis dan batik cap. Pada caturwulan keempat dan kelima mengalami peningkatan total penjualan dikarenakan meningkatnya pesanan kain batik tulis, batik cap, dan printing. Tabel 6 menggambarkan pertumbuhan volume penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku. Dapat dilihat bahwa pada caturwulan kedua terjadi penurunan volume penjualan sebesar 23.28% dikarenakan pada rentang waktu tersebut UKM Batik Bogor Tradisiku sedang melakukan pemindahan galeri sehingga tidak fokus dalam penjualan kain batik. Sedangkan pada caturwulan ketiga terjadi peningkatan sebesar 14.52%, pada caturwulan 4 kembali terjadi penurunan yang cukup besar yaitu 43.3% menurut direktur UKM Batik Bogor Tradisiku, Lisha, hal tersebut diakibatkan pada periode bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September tahun 2011 merupakan masa tahun ajaran baru sekolah dan lebaran, sehingga daya beli konsumen
29
terhadap kain batik sangat menurun dan berdampak langsung terhadap penjualan kain batik. Dan pada caturwulan 5 kembali terjadi peningkatan sebesar 39.21%. Tabel 6. Perubahan Volume Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 sampai 5 (Periode Mei 2010 sampai Desember 2011) Caturwulan 1
2
3
4
5
Penjualan
Rp 286.096.000
Rp 219.489.000
Rp 251.359.000
Rp 142.510.000
Rp 68.094.000
Perubahan (Rp)
-
-Rp66.607.000
Rp 31.870.000
-Rp 108.849.000
Rp 55.877.000
Perubahan (%)
-
-23.28%
14.52%
-43.3%
39.21%
Dari seluruh penjualan yang diterima oleh usaha Batik Bogor Tradisiku maka persentase dari tiap-tiap penjualan di atas pada bulan Mei 2010 sampai Desember 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 7. Persentase Unit Penjualan Usaha Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 (Mei –Agustus 2010) No
Jenis Kain
Jumlah
Persentase
1
Batik Tulis
Rp 18.988.000
6.64%
2
Batik Cap
Rp 57.288.000
20.02%
3
Kain Printing
Rp 209.820.000
73.34%
Total Penjualan
Rp 286.096.000
100%
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa jumlah persentase volume penjualan terbesar adalah kain printing sebanyak 73.34%. Sedangkan jumlah persentase volume penjualan terkecil adalah batik tulis yang hanya memiliki nilai persentase sebesar 6.64%. Tabel 8. Persentase Unit Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 (September – Desember 2010) No
Jenis Kain
Jumlah
Persentase
1
Batik Tulis
Rp
9.216.000
4.20%
2
Batik Cap
Rp
95.319.000
43.43%
3
Kain Printing
Rp 114.954.000
52.37%
Total Penjualan
Rp 219.489.000
100%
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa jumlah persentase volume penjualan terbesar adalah kain printing sebanyak 52.37%.
30
Sedangkan jumlah persentase volume penjualan terkecil adalah batik tulis yang hanya memiliki nilai persentase sebesar 4.20%. Tabel 9. Persentase Unit Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 (Januari–April 2011) No
Jenis Kain
Jumlah
Persentase
1
Batik Tulis
Rp
40.256.000
16.02%
2
Batik Cap
Rp 104.975.000
41.76%
3
Kain Printing
Rp 106.128.000
42.22%
Total Penjualan
Rp 251.359.000
100%
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa jumlah persentase volume penjualan terbesar adalah kain printing sebanyak 42.22%. Sedangkan jumlah persentase volume penjualan terkecil adalah batik tulis yang hanya memiliki nilai persentase sebesar 16.02%. Tabel 10. Persentase Unit Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 (Mei – Agustus 2011) No
Jenis Kain
Jumlah
Persentase
1
Batik Tulis
Rp
27.500.000
19.30%
2
Batik Cap
Rp
53.424.000
37.49%
3
Kain Printing
Rp
61.586.000
43.22%
Total Penjualan
Rp 142.510.000
100%
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa jumlah persentase volume penjualan terbesar adalah kain printing sebanyak 43.22%. Sedangkan jumlah persentase volume penjualan terkecil adalah batik tulis yang hanya memiliki nilai persentase sebesar 19.30%. Tabel 11. Persentase Unit Penjualan UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 5 (September – Desember 2011) No
Jenis Kain
Jumlah
Persentase
1
Batik Tulis
Rp
49.728.000
25.07%
2
Batik Cap
Rp
80.565.000
40.61%
3
Kain Printing
Rp
68.094.000
34.32%
Total Penjualan
Rp 198.387.000
100%
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa jumlah persentase volume penjualan terbesar adalah batik cap sebanyak 40.61%. Sedangkan
31
jumlah persentase volume penjualan terkecil adalah batik tulis yang hanya memiliki nilai persentase sebesar 25.07%. Secara keseluruhan penjualan batik tulis sebesar Rp 145.688.000,00 atau secara persentasi sebesar 13.27%. Sedangkan batik cap sebesar Rp 391.571.000,00 atau secara persentasi sebesar 35.67%, dan untuk kain printing sebesar Rp 560.582.000,00 atau secara persentasi sebesar 51.06%. 4.4.2. Biaya-Biaya UKM Batik Bogor Tradisiku UKM Batik Bogor Tradisiku memerlukan beberapa biaya guna menjalankan usahanya. Adapun biaya-biaya yang terjadi pada bulan Mei 2010 sampai Desember 2011 dalam kegiatan penjualan di galeri dan proses produksi adalah sebagai berikut : Tabel 12. Biaya- Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 (Mei – Agustus 2010) No
Biaya
Jumlah
1
Biaya Gaji
Rp
78.210.250
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
2.920.000
3
Biaya ATK
Rp
597.000
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
1.173.500
5
Biaya Konsumsi
Rp
7.756.500
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp
55.286.800
Kain Primis
Rp
13.740.087
Kain lain-lain
Rp
11.047.333
Obat Batik
Rp
5.300.339
Malam
Rp
2.673.365
Bahan Bakar
Rp
1.319.908
Soda
Rp
1.198.821
Bahan Baku Pelengkap
Rp
3.104.511
7
Biaya Canting Tulis
Rp
111.000
8
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printing
Rp
504.000
32
Lanjutan Tabel 12. Plangkan
Rp
450.000
Mixer Obat Batik
Rp
42.000
9
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
4.615.000
10
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
7.164.000
Total Biaya
Rp 198.215.967
Pada tabel biaya diatas dapat diketahui bahwa biaya-biaya yang terjadi selama kegiatan penjualan di galeri dan proses produksi kain batik tulis, cap, dan printing adalah biaya gaji karyawan, biaya pembayaran listrik, telepon, dan air, biaya ATK, biaya sehari-hari galeri, biaya konsumsi karyawan, biaya bahan baku (kain prima, kain primis, kain lain-lain, obat batik, malam, bahan bakar, soda, dan bahan baku pelengkap), biaya canring tulis, biaya penyusutan peralatan, biaya perlengkapan batik, dan biaya transportasi dan akomodasi. Biaya tertinggi yang dikeluarkan pada caturwulan pertama adalah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 93.671.165,00, selanjutnya adalah biaya gaji karyawan sebesar Rp 78.210.250,00. Sedangkan biaya terkecil adalah biaya canting tulis sebesar Rp 111.000,00. Dalam biaya bahan baku, biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya kain prima sebesar Rp 55.286.800,00. Kain Prima merupakan kain yang paling banyak digunakan dalam ketiga jenis batik. Kain prima merupakan jenis kain katun yang memiliki kualitas terbaik. Sedangkan biaya terkecil yang digunakan dalam bahan baku adalah biaya soda, yang terdiri dari soda ashdan coustic soda. Soda digunakan dalam proses pewarnaan pada kain batik yang berfungsi untuk menghindari terjadinya penempelan ulang malam di permukaan kain sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Biaya penyusutan peralatan batik merupakan biaya penyusutan atas pembelian peralatan untuk membatik yaitu canting cap, wajan, kompor, meja printing, plangkan, dan mixer obat. Perhitungan biaya penyusutan peralatan per bulan dengan metode garis lurus dapat dilihat pada tabel berikut :
33
Tabel 13. Biaya Penyusutan Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Peralatan
Umur
Nilai Aset
Nilai Sisa
Persentase
Penyusutan
Ekonomis
/bln
Kompor Minyak
2 tahun
Rp 2.100.000
Rp210.000
4.17%
Rp
Kompor Gas
2 tahun
Rp 3.255.000
Rp325.500
4.17%
Rp 122.062
Wajan
5 tahun
Rp
305.000
Rp 30.500
1.67%
Rp
4.575
Canting Cap
10 tahun
Rp 6.000.000
Rp600.000
0.83%
Rp
45.000
Meja Printer
5 tahun
Rp 8.400.000
Rp840.000
1.67%
Rp 126.000
Plangkan
2 tahun
Rp 3.000.000
Rp300.000
4.17%
Rp 112.500
Mixer Obat
5 tahun
Rp
Rp 70.000
1.67%
Rp 10.500
700.000
78.750
Berdasarkan perhitungan biaya penyusutan dengan metode garis lurus ini didapatkan biaya penyusutan peralatan per bulan sebesar Rp 499.388,00,
sehingga
untuk
per
caturwulan
adalah
sebesar
Rp
1.997.550,00. Tabel 14. Biaya- Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 (September – Desember 2010) No
Biaya
Jumlah
1
Biaya Gaji
Rp
96.865.750
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
3.492.000
3
Biaya ATK
Rp
843.550
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
3.401.400
5
Biaya Konsumsi
Rp
5.597.800
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp
62.537.631
Kain Primis
Rp
10.801.825
Kain lain-lain
Rp
3.506.241
Obat Batik
Rp
12.238.805
Malam
Rp
3.915.784
Bahan Bakar
Rp
1.912.218
Soda
Rp
959.763
Bahan Baku Pelengkap
Rp
2.476.140
7
Biaya Canting Tulis
Rp
105.000
8
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
34
Lanjutan Tabel 14. Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printing
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
Mixer Obat Batik
Rp
42.000
9
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
3.294.000
10
Biaya Transportasi dan akomodasi
Rp
8.051.000
Total Biaya
Rp 221.996.458
Pada caturwulan kedua, sama seperti caturwulan pertama biaya tertinggi dikeluarkan untuk biaya bahan baku, selanjutnya adalah biaya gaji karyawan dan biaya terendah dikeluarkan untuk biaya canting tulis. Biaya bahan baku sebesar Rp 98.348.406,00, biaya ini mengalami peningkatan dari caturwulan sebelumnya meskipun unit kain terjual lebih rendah. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya kenaikan harga kain mencapai 50%. Biaya pembelian kain prima merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan untuk biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 62.537.631,00 dan biaya terkecil adalah biaya pembelian soda. Biaya gaji mengalami peningkatan cukup tinggi karena pada caturwulan kedua terdapat penambahan jumlah karyawan pada UKM Batik Bogor Tradisiku, yaitu sebesar Rp 96.865.750,00. Biaya canting tulis yaitu sebesar Rp 105.000,00. Total biaya yang dikeluarkan pada caturwulan kedua mengalami peningkatan yaitu Rp 221.996.458,00 dikarenakan meningkatnya biaya gaji karyawan dan biaya bahan baku. Tabel 15. Biaya- Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 (Januari – April 2011) No
Biaya
Jumlah
1
Biaya Gaji
Rp
83.708.250
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
5.105.099
3
Biaya ATK
Rp
1.350.150
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
246.500
5
Biaya Konsumsi
Rp
11.415.500
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp
69.013.253
Kain Primis
Rp
11.118.821
Kain lain-lain
Rp
1.547.228
35
Lanjutan Tabel 15. Obat Batik
Rp
8.526.478
Malam
Rp
6.027.131
Bahan Bakar
Rp
1.942.253
Soda
Rp
899.239
Bahan Baku Pelengkap
Rp
720.306
7
Biaya Pemasaran
Rp
11.865.000
8
Biaya Canting Tulis
Rp
122.000
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printing
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
Mixer Obat Batik
Rp
42.000
10
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
1.636.000
11
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
6.593.900
Total Biaya
Rp
223.834.660
Pada caturwulan ketiga biaya tertinggi tetap dikeluarkan untuk biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 99.794.709,00. Pada biaya bahan baku biaya yang terbesar dikeluarkan adalah biaya pembelian kain prima. Biaya gaji menjadi biaya terbesar setelah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 83.708.250,00. Biaya terendah dikeluarkan untuk biaya canting tulis yaitu sebesar Rp 122.000,00. Total biaya yang dikeluarkan pada caturwulan ketiga adalah Rp 223.834.660,00. Tabel 16. Biaya- Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 (Mei – Agustus 2011) No
Biaya
Jumlah
1
Biaya Gaji
Rp
79.868.250
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
5.454.700
3
Biaya ATK
Rp
432.750
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
510.600
5
Biaya Konsumsi
Rp
4.437.000
36
Lanjutan Tabel 16. 6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp
28.389.110
Kain Primis
Rp
3.704.180
Kain lain-lain
Rp
136.200
Obat Batik
Rp
4.571.050
Malam
Rp
1.788.840
Bahan bakar
Rp
1.890.700
Soda
Rp
538.204
Bahan Baku Pelengkap
Rp
1.703.473
7
Biaya Pemasaran
Rp
1.865.000
8
Biaya Canting Tulis
Rp
115.000
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printing
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
Mixer Obat Batik
Rp
42.000
10
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
7.276.000
11
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
3.576.000
Total Biaya
Rp
148.254.609
Pada caturwulan keempat biaya tertinggi dikeluarkan untuk biaya gaji karyawan dan biaya terendah dikeluarkan untuk biaya canting tulis. Adapun biaya gaji sebesar Rp 79.868.250,00 dan biaya canting tulissebesar Rp 115.000,00. Biaya gaji mengalami penurunan karena adanya pengurangan karyawan pada caturwulan keempat ini. Total biaya yang dikeluarkan pada caturwulan keempat sebesar Rp 148.254.609,00 merupakan biaya terendah diantara caturwulan lainnya hal tersebut juga berbanding lurus dengan jumlah penjualan yang menurun pada caturwulan keempat.
37
Tabel 17. Biaya- Biaya yang Terjadi Pada UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 5 (September – Desember 2011) No
Biaya
Jumlah
1
Biaya Gaji
Rp
64.520.000
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
5.816.600
3
Biaya ATK
Rp
1.762.500
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
715.000
5
Biaya Konsumsi
Rp
6.122.500
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp
32.819.318
Kain Primis
Rp
4.691.291
Kain lain-lain
Rp
9.767.561
Obat Batik
Rp
8.429.124
Malam
Rp
3.110.537
Bahan Bakar
Rp
931.720
Soda
Rp
666.573
Bahan Baku Pelengkap
Rp
1.274.065
7
Biaya Pemasaran
Rp
5.500.000
8
Biaya Canting Tulis
Rp
115.000
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printing
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
Mixer Obat Batik
Rp
42.000
10
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
564.000
11
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
8.160.000
Total Biaya
Rp
156.963.341
Pada caturwulan kelima biaya yang dikeluarkan tertinggi adalah biaya gaji sebesar Rp 64.520.000,00, dan biaya terendah dikeluarkan untuk biaya canting tulis sebesar Rp 115.000,00. Total biaya pada caturwulan kelima adalah Rp156.963.341,00.
38
4.4.3 Perhitungan Laba Laba dihitung berdasarkan lima caturwulan antara periode Mei 2010 sampai Desember 2011 dengan mengurangi total penjualan dan total biaya. Jadi, laba yang diperoleh UKM Batik Bogor Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, batik cap, dan printing pada galeri Batik Bogor Tradisiku adalah sebagai berikut : a. Laba Caturwulan 1
= Total Penjualan – Total Biaya = Rp 286.096.000,00 – Rp 198.215.967,00 = Rp 87.880.033,00
Pada caturwulan pertama yang mencakup bulan Mei – Agustus 2010 laba yang diperoleh adalah Rp 87.880.033,00. Hal tersebut disebabkan karena pada rentang waktu tersebut adanya arahan dari pemerintah Bogor agar seluruh dinas dan Pemda di Bogor untuk mengenakan batik Bogor, sehingga tingginya penjualan kain batik khususnya kain printing. b. Laba Caturwulan 2
= Total Penjualan – Total Biaya = Rp 219.489.000,00 – Rp 221.996.458,00 = (Rp 2.507.458,00)
Pada caturwulan kedua yang mencakup bulan September – Desember 2010 penjualan mengalami kerugian sebesar Rp 2.507.458,00. Hal tersebut disebabkan oleh pada rentang waktu tersebut UKM Batik Bogor Tradisiku sedang melakukan pemindahan galeri dari Cibuluh ke galeri di Jalan Jalak, sehingga belum stabilnya penjualan dan kurangnya fokus UKM Batik Bogor Tradisiku dalam melakukan pemasaran dan penjualan. c. Laba Caturwulan 3
= Total Penjualan – Total Biaya = Rp 251.359.000,00 – Rp 223.802.660,00 = Rp 27.556.340,00
Pada caturwulan ketiga yang mencakup bulan Januari – April 2011 laba yang diperoleh adalah Rp 27.556.340,00. d. Laba Caturwulan 4
= Total Penjualan – Total Biaya = Rp 142.510.000,00 – Rp 148.254.609,00 = (Rp 5.744.609,00)
39
Pada caturwulan keempat yang mencakup bulan Mei – Agustus 201 penjualan mengalami kerugian sebesar Rp 5.744.609,00. Hal tersebut disebabkan karena penjualan yang mengalami penurunan. Menurut direktur UKM Batik Bogor Tradisiku, Lisha, penurunan penjualan pada caturwulan keempat ini diakibatkan pada periode bulan ini merupakan masa tahun ajaran baru sekolah dan lebaran, sehingga daya beli konsumen terhadap kain batiksangat menurun dan berdampak langsung terhadap penjualan kain batik. e. Laba Caturwulan 5
= Total Penjualan – Total Biaya = Rp 198.387.000,00 – Rp 156.963.341,00 = Rp 41.423.659,00
Pada caturwulan kelima yang mencakup bulan September – Desember 2011 laba yang diperoleh adalah Rp 41.423.659,00. 4.4.4
Analisis Biaya UKM Batik Bogor Tradisiku tidak melakukan analisis biaya secara terperinci. Pihak UKM hanya menjabarkan seluruh biaya yang dikeluarkan selama kegiatan tanpa adanya klasifikasi biaya. Sehingga dalam perhitungan biaya yang dilakukan hanya mengurangi total penjualan dengan total biaya yang dikeluarkan. Pada penelitian ini digunakan analisis biaya, volume, dan laba yaitu, analisis yang berkaitan dengan penentuan volume penjualan dan komposisi produk untuk mencapai laba optimal yang diinginkan. Analisis ini mengharuskan adanya pemisahan biaya berdasarkan perilakunya. Biayabiaya yang terjadi dalam seluruh kegiatan usaha harus dibedakan sesuai perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan usaha. Dengan metode total cost maka biaya dapat dibedakan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya dihitung selama lima caturwulan dalam periode antara bulan Mei 2010 sampai Desember 2011. Biaya yang dihitung terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Adapun biaya tetap yang ada pada kegiatan UKM Batik Bogor tradisiku adalah biaya gaji, biaya listrik, telepon, dan air, biaya
40
ATK, biaya sehari-hari galeri, biaya konsumsi, biaya pemasaran, biaya peralatan membatik, dan biaya transportasi dan akomodasi. Biaya gaji dibayar berdasarkan hari kerja karyawan dan bukan berdasarkan jumlah kain yang dapat diselesaikan karyawan maka biaya gaji digolongkan menjadi biaya tetap. Biaya listrik dan air digolongkan menjadi biaya tetap dikarenakan dalam proses pembatikan tidak menggunakan listrik secara langsung, sedangkan air yang digunakan menggunakan air sumur sehingga berapapun banyak air yang digunakanmaka biaya yang dikeluarkan tetap. Menurut ibu Rukoyah, Penanggung Jawab Keuangan, jumlah produksi kain tidak berpengaruh terhadap pengeluaran biaya air. Sedangkan pengeluaran biaya telepon juga tidak berpengaruh pada unit penjualan kain batik sehingga digolongkan menjadi biaya tetap. Biaya listrik, telepon, dan air digabungkan kedalam satu biaya dikarenakan pembayaran biaya-biaya tersebut dilakukan secara bersama-sama. Biaya ATK atau alat tulis kantor merupakan biaya yang dikeluarkan untuk nota penjualan galeri dan alat tulis lainnya. Biaya ATK digolongkan menjadi biaya tetap dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk ATK tidak bergantung pada banyaknya unit yang terjual. Biaya sehari-hari galeri merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan galeri seperti tissue, pembersih lantai, maupun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan galeri. Biaya konsumsi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk makan siang seluruh karyawan sehingga termasuk dalam biaya tetap karena tidak berpengaruh langsung pada unit penjualan kain batik. Biaya pemasaran merupakan biaya website UKM Batik Bogor Tradisiku, biaya pembuatan kalender, dan leaflet UKM Batik Bogor Tradisiku. Biaya canting tulis, yaitu pembelian canting tulis setiap bulannya. Biaya penyusutan peralatan batik merupakan biaya atas menyusutnya canting cap, kompor, wajan, meja printing, plangkan danmixer obat yang digunakan untuk membatik. Biaya transportasi dan akomodasi merupakan biaya pengangkutan kain dari workshop ke galeri dan biaya pengiriman bahan baku. Biaya yang termasuk pada biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya perlengkapan batik. Biaya bahan baku terdiri dari biaya
41
pembelian kain prima, kain primis, kain lain-lain, obat batik, malam, bahan bakar, soda, dan bahan baku pelengkap batik. Kain lain-lain terdiri dari kain sutra, dobi, paris, dan santung, dikelompokan menjadi kain lain-lain karena produksi kain batik yang berasal dari kain-kain tersebut rendah. Sedangkan biaya obat batik merupakan biaya yang digunakan untuk pembelian obatobat pewarna kain batik. Bahan bakar terdiri dari minyak tanah, gas, dan kayu bakar. Bahan bakar digunakan dalam proses pemanasan malam saat membatik dan proses pewarnaan. Biaya pelengkap batik merupakan biayabiaya yang dibutuhkan dalam proses membatik, namun komposisinya rendah. Biaya pelengkap batik terdiri dari gondo, waterglass, dan softener. Berikut merupakan biaya UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan pertama sampai kelima setelah pemisahan biaya tetap dan variabel adalah : Tabel 18. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel. No
Biaya
Tetap
Variabel
1
Biaya Gaji
Rp 78.210.250
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
2.920.000
3
Biaya ATK
Rp
597.000
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
1.173.500
5
Biaya Konsumsi
Rp
7.756.500
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp 55.286.800
Kain Primis
Rp 13.740.087
Kain lain-lain
Rp 11.047.333
Obat Batik
Rp
5.300.339
Malam
Rp
2.673.365
Bahan Bakar
Rp
1.319.908
Soda
Rp
1.198.821
Bahan Baku Pelengkap
Rp
3.104.511
7
Biaya Canting Tulis
Rp
111.000
8
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
42
Lanjutan Tabel 18. Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printer
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
MixerObat
Rp
42.000
9
Biaya Perlengkapan Batik
10
Biaya Transportasi dan Akomodasi Total Biaya
Rp Rp 7.164.000 Rp 99.929.802
4.615.000
Rp 98.286.165
Pada caturwulan pertama biaya tetap lebih besar dibandingkan dengan biaya variabel. Total biaya tetap yaitu sebesarRp 99.929.802,00, sedangkan total biaya variabel sebesar Rp 98.286.165,00. Pada biaya tetap biaya terbesar terjadi pada biaya gaji karyawan yaitu sebesar Rp 78.210.250,00 dan biaya terendah yaitu biaya canting tulis sebesar Rp 111.000,00. Pada biaya variabel biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya kain prima yaitu Rp 55.286.800,00 dan biaya terkecil untuk biaya soda yaitu sebesar Rp 1.198.821,00. Tabel 19. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel. No
Biaya
Tetap
Variabel
1
Biaya Gaji
Rp 96.865.750
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
3.492.000
3
Biaya ATK
Rp
843.550
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
3.401.400
5
Biaya Konsumsi
Rp
5.597.800
6
Biaya Bahan Baku Produksi
7
Kain Prima
Rp 62.537.631
Kain Primis
Rp 10.801.825
Kain lain-lain
Rp
Obat Batik
Rp 12.238.805
Malam
Rp
3.915.784
Bahan Bakar
Rp
1.912.218
Soda
Rp
959.763
Bahan Baku Pelengkap
Rp
2.476.140
Biaya Canting Tulis
Rp
105.000
3.506.241
43
Lanjutan Tabel 19. 8
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printer
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
MixerObat
Rp
42.000
9
Biaya Perlengkapan batik
10
Biaya Transportasi dan
Rp
Akomodasi
Rp
Total Biaya
Rp 120.354.052
3.294.000
8.051.000 Rp 101.642.406
Pada caturwulan kedua sama seperti catruwulan pertama biaya tetap lebih besar dibandingkan dengan biaya variabel. Total biaya tetap yaitu sebesarRp
120.354.052,00,
sedangkan
total
biaya
variabel
sebesar
Rp101.642.406,00. Pada biaya tetap biaya terbesar terjadi pada biaya gaji karyawan yaitu sebesar Rp
96.865.750,00dan biaya terendah yaitu biaya
canting tulis sebesar Rp105.000,00. Pada biaya variabel biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya kain prima yaitu Rp 62.537.631,00dan biaya terkecil untuk biaya soda yaitu sebesar Rp 959.763,00. Tabel 20. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel. No
Biaya
Tetap
Variabel
1
Biaya Gaji
Rp 83.708.250
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
5.105.099
3
Biaya ATK
Rp
1.350.150
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
246.500
5
Biaya Konsumsi
Rp 11.415.500
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp 69.013.253
Kain Primis
Rp 11.118.821
Kain Lain-Lain
Rp
1.547.228
Obat Batik
Rp
8.526.478
44
Lanjutan Tabel 20. Malam
Rp
6.027.131
Bahan Bakar
Rp
1.942.253
Soda
Rp
899.239
Bahan Baku pelengkap
Rp
720.306
7
Biaya Pemasaran
Rp 11.865.000
8
Biaya Canting Tulis
Rp
122.000
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printer
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
Mixer Obat
Rp
42.000
10
Biaya Perlengkapan Batik
11
Biaya Transportasi dan
Rp
Akomodasi
Rp
Total Biaya
Rp 122.403.951
1.636.000
6.593.900 Rp 101.430.709
Pada caturwulan ketiga sama seperti caturwulan pertama biaya tetap lebih besar dibandingkan dengan biaya variabel. Total biaya tetap yaitu sebesarRp122.403.951,00,
sedangkan
total
biaya
variabel
sebesar
Rp101.430.709,00. Pada biaya tetap biaya terbesar terjadi pada biaya gaji karyawan yaitu sebesar Rp
83.708.250,00dan biaya terendah yaitu biaya
canting tulis sebesar Rp 122.000,00. Pada biaya variabel biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya kain prima yaitu Rp 69.013.253,00dan biaya terkecil untuk biaya bahan baku pelengkap yaitu sebesar Rp 720.306,00. Tabel 21. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel. No
Biaya
Tetap
Variabel
1
Biaya Gaji
Rp 79.868.250
2
Biaya Listrik, Telepon, dan air
Rp
5.454.700
3
Biaya ATK
Rp
432.750
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
510.600
45
Lanjutan Tabel 21. 5
Biaya Konsumsi
6
Biaya Bahan Baku Produksi
Rp
4.437.000
Kain Prima
Rp 28.389.110
Kain Primis
Rp
3.704.180
Kain Lain-Lain
Rp
136.200
Obat Batik
Rp
4.571.050
Malam
Rp
1.788.840
Bahan Bakar
Rp
1.890.700
Soda
Rp
538.204
Bahan Baku Pelengkap
Rp
1.703.473
Rp
7.276.000
7
Biaya Pemasaran
Rp
1.865.000
8
Biaya Canting Tulis
Rp
115.000
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printer
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
Mixer Obat
Rp
42.000
10
Biaya Perlengkapan Batik
11
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
3.576.000
Total Biaya
Rp 98.256.852
Rp 49.997.757
Pada caturwulan keempat sama seperti caturwulan pertama biaya tetap lebih besar dibandingkan dengan biaya variabel. Total biaya tetap yaitu sebesarRp 98.256.852,00, sedangkan total biaya variabel sebesar Rp49.997.757,00. Pada biaya tetap biaya terbesar terjadi pada biaya gaji karyawan yaitu sebesar Rp79.868.250,00dan biaya terendah yaitu biaya canting tulis sebesar Rp 115.000,00. Pada biaya variabel biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya kain prima yaitu Rp 28.389.110,00dan biaya terkecil untuk biaya kain lain-lain yaitu sebesar Rp 136.200,00.
46
Tabel 22. Biaya Operasional UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 5 Setelah Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel. No
Biaya
Tetap
Variabel
1
Biaya Gaji
Rp 64.520.000
2
Biaya Listrik, Telepon, dan Air
Rp
5.816.600
3
Biaya ATK
Rp
1.762.500
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
715.000
5
Biaya Konsumsi
Rp
6.122.500
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp 32.819.318
Kain Primis
Rp
4.691.291
Kain lain-lain
Rp
9.767.561
Obat Batik
Rp
8.429.124
Malam
Rp
3.110.537
Bahan Bakar
Rp
931.720
Soda
Rp
666.573
Bahan Baku Pelengkap
Rp
1.274.065
Rp
564.000
7
Biaya Pemasaran
Rp
5.500.000
7
Biaya Canting Tulis
Rp
115.000
8
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
315.000
Kompor Gas
Rp
488.252
Wajan
Rp
18.300
Canting Cap
Rp
180.000
Meja Printer
Rp
504.000
Plangkan
Rp
450.000
MixerObat
Rp
42.000
9
Biaya Perlengkapan Batik
10
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
8.160.000
Total Biaya
Rp 95.938.217
Rp 60.980.124
Pada caturwulan kelima biaya tetap lebih besar dibandingkan dengan biaya variabel. Total biaya tetap yaitu sebesar Rp95.938.217,00, sedangkan total biaya variabel sebesar Rp60.980.124,00. Pada biaya tetap biaya terbesar terjadi pada biaya gaji karyawan yaitu sebesar Rp
47
64.520.000,00 dan biaya terendah yaitu biaya canting tulis sebesar Rp
115.000,00. Pada biaya variabel biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya kain prima yaitu Rp 32.819.318,00 dan biaya terkecil untuk biaya bahan soda yaitu sebesar Rp 666.573,00. Biaya yang digunakan untuk produksi kain batik tulis, cap, dan printing berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan proses produksi dan jumlah penjualan masing-masing jenis kain yang berbeda, sehingga biaya total dikalikan dengan proporsi penjualan masing-masing jenis kain seperti yang tertera pada Tabel 7, 8, 9, 10, dan 11 untuk mendapatkan biaya pada setiap jenisnya. Berikut merupakan biaya kain batik tulis, cap, dan printing untuk setiap caturwulan : Tabel 23. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 1 No
Biaya
Batik Tulis
Batik Cap
Kain Printing
1
Biaya Gaji
Rp 5.190.762
Rp 15.660.858
Rp 57.358.630
2
Biaya listrik, telepon, dan air
Rp
193.798
Rp
584.702
Rp
2.141.499
3
Biaya ATK
Rp
39.622
Rp
119.544
Rp
437.834
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
77.884
Rp
234.982
Rp
860.633
5
Biaya Konsumsi
Rp
514.794
Rp 1.553.165
Rp
5.688.541
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp 3.669.348
Rp 11.070.655
Rp 40.546.797
Kain Primis
Rp
911.920
Rp 2.751.322
Rp 10.076.845
Kain lain-lain
Rp
733.204
Rp 2.212.123
Rp
8.102.006
Obat Batik
Rp
351.780
Rp 1.061.342
Rp
3.887.217
Malam
Rp
323.835
Rp 2.349.530
Bahan Bakar
Rp
87.601
Rp
264.299
Rp
968.008
Soda
Rp
79.565
Rp
240.052
Rp
879.203
Bahan Baku Pelengkap
Rp
206.044
Rp
621.649
Rp
2.276.818
7
Biaya Pemasaran
-
-
-
8
Biaya Canting Tulis
Rp
111.000
-
-
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
38.157
Rp
276.843
-
Kompor Gas
Rp
32.405
Rp
97.768
Wajan
Rp
2.217
Rp
16.083
-
-
Rp
180.000
-
Canting Cap
Rp
358.079
48
Lanjutan Tabel 23. Meja Printing
-
-
Rp
504.000
Plangkan
-
-
Rp
450.000
Mixer Obat Batik
Rp
2.788
Rp
8.410
Rp
30.802
10
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
306.294
Rp
924.110
Rp
3.384.596
11
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
475.470
Rp 1.434.523
Rp
5.254.007
Total Biaya
Rp 13.348.490
Rp 41.661.960
Rp 143.205.516
Pada caturwulan pertama biaya yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, kain batik cap, dan kain printing berbeda-beda berdasarkan proporsi penjualan masing-masing kain batik pada caturwulan tersebut. Proporsi kain batik tulis, batik cap, dan kain printing secara berturut-turut adalah 6.64%, 20.02%, dan 73.34% Berdasarkan proporsi tersebut maka akan didapatkan biaya yang dikeluarkan untuk kain printing jauh lebih tinggi karena proporsi yang tinggi. Untuk biaya malam hanya dikeluarkan untuk batik tulis dan batik cap sehingga untuk biaya malam dikalikan dengan proporsi penjualan batik tulis dan batik cap yaitu 12.11% dan 87.89%. Tabel 24. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 No
Biaya
Batik Tulis
Batik Cap
Kain Printing
1
Biaya Gaji
Rp 4.067.241
Rp 42.066.557
Rp
50.731.952
2
Biaya listrik, telepon, dan air
Rp
146.624
Rp
1.516.495
Rp
1.828.881
3
Biaya ATK
Rp
35.419
Rp
366.334
Rp
441.796
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
142.819
Rp
1.477.149
Rp
1.781.431
5
Biaya Konsumsi
Rp
235.043
Rp
2.430.995
Rp
2.931.762
6
Biaya bahan Baku Produksi
7
Kain Prima
Rp 2.625.857
Rp 27.158.648
Rp
32.753.126
Kain Primis
Rp
453.552
Rp
4.690.983
Rp
5.657.290
Kain lain-lain
Rp
147.222
Rp
1.522.679
Rp
1.836.340
Obat Batik
Rp
513.888
Rp
5.315.030
Rp
6.409.886
Malam
Rp
145.253
Rp
3.770.531
Bahan Bakar
Rp
80.291
Rp
830.432
Rp
1.001.495
Soda
Rp
40.299
Rp
416.803
Rp
502.661
Bahan Baku Pelengkap
Rp
103.969
Rp
1.075.330
Rp
1.296.840
Biaya Pemasaran
-
-
-
49
Lanjutan Tabel 24. 8
Biaya Canting Tulis
Rp
105.000
-
-
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
38.157
Rp
276.843
-
Kompor Gas
Rp
32.405
Rp
97.768
Wajan
Rp
2.217
Rp
16.083
-
Canting Cap
-
Rp
180.000
-
Meja Printing
-
-
Rp
504.000
Plangkan
-
-
Rp
450.000
Rp
358.079
Mixer Obat Batik
Rp
2.788
Rp
8.410
Rp
30.802
10
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
138.310
Rp
1.430.508
Rp
1.725.182
11
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
338.049
Rp
3.496.363
Rp
4.216.588
Total Biaya
Rp 9.353.465
Rp 98.296.051
Rp114.346.943
Pada caturwulan kedua biaya yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, kain batik cap, dan kain printing berbeda-beda berdasarkan proporsi penjualan masing-masing kain batik pada caturwulan tersebut. Proporsi kain batik tulis, batik cap, dan kain printing secara berturut-turut adalah 4.20%, 43.43%, dan 52.37% Berdasarkan proporsi tersebut maka akan didapatkan biaya yang dikeluarkan untuk kain printing lebih tinggi karena proporsi yang tinggi. Untuk biaya malam hanya dikeluarkan untuk batik tulis dan batik cap sehingga untuk biaya malam dikalikan dengan proporsi penjualan batik tulis dan batik cap yaitu 3.71% dan 96.29%. Tabel 25. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 No
Biaya
Batik Tulis
Batik Cap
Kain Printing
1
Biaya Gaji
Rp 13.406.161
Rp 34.959.057
Rp 35.343.032
2
Biaya listrik, telepon, dan air
Rp
817.599
Rp
2.132.041
Rp 2.155.459
3
Biaya ATK
Rp
216.231
Rp
563.863
Rp
570.056
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
39.478
Rp
102.946
Rp
104.076
5
Biaya Konsumsi
Rp
1.828.231
Rp
4.767.453
Rp 4.819.816
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp 11.052.707
Rp 28.821.988
Rp 10.020.786
Kain Primis
Rp
1.780.717
Rp
4.643.551
Rp 4.694.553
Kain lain-lain
Rp
247.794
Rp
646.169
Rp
653.266
50
Lanjutan Tabel 25. Obat Batik
Rp 1.365.544
Rp
3.560.911
Rp 3.600.022
Malam
Rp
754.779
Rp
5.272.352
-
Bahan Bakar
Rp
311.058
Rp
811.143
Rp
820.052
Soda
Rp
144.016
Rp
375.549
Rp
379.674
Bahan Baku Pelengkap
Rp
115.359
Rp
300.821
Rp
304.125
7
Biaya Pemasaran
Rp 1.900.220
Rp
4.955.177
Rp 5.009.603
8
Biaya Canting Tulis
Rp
105.000
-
-
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
38.157
Rp
276.843
-
Kompor Gas
Rp
32.405
Rp
97.768
Wajan
Rp
2.217
Rp
16.083
-
Canting Cap
-
Rp
180.000
-
Meja Printing
-
-
Rp
504.000
Plangkan
-
-
Rp
450.000
Rp
358.079
Mixer Obat Batik
Rp
2.788
Rp
8.410
Rp
30.802
10
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
262.011
Rp
683.242
Rp
690.747
11
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
1.056.036
Rp
2.753.809
Rp 2.784.056
Total Biaya
Rp 35.546.604
Rp 96.043.081
Rp 73.127.205
Pada caturwulan ketiga biaya yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, kain batik cap, dan kain printing berbeda-beda berdasarkan proporsi penjualan masing-masing kain batik pada caturwulan tersebut. Proporsi kain batik tulis, batik cap, dan kain printing secara berturut-turut adalah 16.02%, 41.76%, dan 42.22% Berdasarkan proporsi tersebut maka akan didapatkan biaya yang dikeluarkan untuk kain printing lebih tinggi karena proporsi yang tinggi. Untuk biaya malam hanya dikeluarkan untuk batik tulis dan batik cap sehingga untuk biaya malam dikalikan dengan proporsi penjualan batik tulis dan batik cap yaitu 12.52% dan 87.48%.
51
Tabel 26. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 No
Biaya
Batik tulis
Batik Cap
Kain Printing
1
Biaya Gaji
Rp 15.412.090
Rp 29.940.926
Rp 34.515.234
2
Biaya listrik, telepon, dan air
Rp 1.052.588
Rp 2.044.852
Rp 2.357.260
3
Biaya ATK
Rp
83.507
Rp
162.229
Rp
187.014
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
98.530
Rp
191.413
Rp
220.657
5
Biaya Konsumsi
Rp
856.203
Rp 1.663.338
Rp 1.917.459
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp 5.478.216
Rp 10.642.480
Rp 12.268.415
Kain Primis
Rp
714.792
Rp 1.388.619
Rp 1.600.769
Kain lain-lain
Rp
26.282
Rp
Rp
Obat Batik
Rp
882.071
Rp 1.713.590
Rp 1.975.389
Malam
Rp
320.476
Rp 1.468.364
-
Bahan Bakar
Rp
364.846
Rp
708.783
Rp
817.070
Soda
Rp
103.857
Rp
201.761
Rp
232.586
Bahan Baku Pelengkap
Rp
328.717
Rp
638.596
Rp
736.159
7
Biaya Pemasaran
Rp
359.887
Rp
699.149
Rp
805.964
8
Biaya Canting Tulis
Rp
115.000
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
38.157
Kompor Gas
Rp
Wajan
Rp
51.059
58.859
-
-
Rp
276.843
-
32.405
Rp
97.768
2.217
Rp
16.083
-
Canting Cap
-
Rp
180.000
-
Meja Printing
-
-
Rp
504.000
Plangkan
-
-
Rp
450.000
8.410
Rp
30.802
2.788
Rp
Rp
358.079
Mixer Obat Batik
Rp
10
Biaya Perlengkapan Batik
Rp 1.404.042
Rp 2.727.619
Rp 3.144.339
11
Biaya Transportasi dan Akomodasi
Rp
690.057
Rp 1.340.567
Rp 1.545.376
Total Biaya
Rp 28.453.194
Rp 56.235.716
Rp 63.565.700
Pada caturwulan keempat biaya yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, kain batik cap, dan kain printing berbeda-beda berdasarkan proporsi penjualan masing-masing kain batik pada caturwulan tersebut. Proporsi kain batik tulis, batik cap, dan kain printing secara berturut-turut adalah 19.30%, 37.49%, dan 43.22% Berdasarkan proporsi tersebut maka akan
52
didapatkan biaya yang dikeluarkan untuk kain printing lebih tinggi karena proporsi yang tinggi. Untuk biaya malam hanya dikeluarkan untuk batik tulis dan batik cap sehingga untuk biaya malam dikalikan dengan proporsi penjualan batik tulis dan batik cap yaitu 17.92% dan 82.08%. Tabel 27. Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 5 No
Biaya
Batik Tulis
Batik Cap
Kain Printing
1
Biaya Gaji
Rp 16.172.686
Rp 26.201.585
Rp 22.145.730
2
Biaya listrik, telepon, dan air
Rp 1.457.998
Rp 2.362.122
Rp
1.996.479
3
Biaya ATK
Rp
441.791
Rp
715.752
Rp
604.957
4
Biaya Sehari-hari Galeri
Rp
179.223
Rp
290.362
Rp
245.415
5
Biaya Konsumsi
Rp 1.534.676
Rp 2.486.348
Rp
2.101.476
6
Biaya Bahan Baku Produksi Kain Prima
Rp 8.226.542
Rp 13.327.932
Rp 11.264.844
Kain Primis
Rp 1.175.927
Rp 1.905.134
Rp
1.610.230
Kain lain-lain
Rp 2.448.352
Rp 3.966.608
Rp
3.352.600
Obat Batik
Rp 2.112.858
Rp 3.423.069
Rp
2.893.197
Malam
Rp
547.768
Rp 2.562.770
Bahan Bakar
Rp
233.546
Rp
378.372
Rp
319.802
Soda
Rp
167.084
Rp
270.695
Rp
228.793
Bahan Baku Pelengkap
Rp
319.359
Rp
517.398
Rp
437.308
7
Biaya Pemasaran
Rp 1.378.639
Rp 2.233.551
Rp
1.887.810
8
Biaya Canting Tulis
Rp
115.000
9
Biaya Penyusutan Peralatan Kompor Minyak
Rp
38.157
Kompor Gas
Rp
Wajan
Rp
-
-
-
Rp
276.843
-
32.405
Rp
97.768
2.217
Rp
16.083
-
Canting Cap
-
Rp
180.000
-
Meja Printing
-
-
Rp
504.000
Plangkan
-
-
Rp
450.000
Rp
358.079
Mixer Obat Batik
Rp
2.788
Rp
8.410
Rp
30.802
10
Biaya Perlengkapan Batik
Rp
141.373
Rp
229.041
Rp
193.586
11
Biaya Transportasi dan 2.800.824
Akomodasi
Rp 2.045.399
Rp 3.313.778
Rp
Total Biaya
Rp 38.889.828
Rp 64.854.457
Rp 53.219.056
53
Pada caturwulan kelima biaya yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, kain batik cap, dan kain printing berbeda-beda berdasarkan proporsi penjualan masing-masing kain batik pada caturwulan tersebut. Proporsi kain batik tulis, batik cap, dan kain printing secara berturut-turut adalah 25.07%, 40.61%, dan 34.32% Berdasarkan proporsi tersebut maka akan didapatkan biaya yang dikeluarkan untuk kain cap lebih tinggi karena proporsi yang tinggi. Untuk biaya malam hanya dikeluarkan untuk batik tulis dan batik cap sehingga untuk biaya malam dikalikan dengan proporsi penjualan batik tulis dan batik cap yaitu 17.61% dan 82.39%. 4.5.
Analisis Break Even Point
4.5.1.
Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 1 (Periode Mei – Agustus 2010) Besarnya jumlah biaya tetap dan biaya variabel untuk kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan 1 bedasarkan pada Tabel 28 adalah sebagai berikut : Tabel 28. Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Caturwulan 1 No
Jenis kain
Biaya Tetap
Biaya Variabel
1
Batik Tulis
Rp
6.678.897
Rp
6.669.593
2
Batik Cap
Rp
20.166.878
Rp 21.495.082
3
Kain Printing
Rp
73.084.027
Rp 70.121.490
Berdasarkan biaya variabel diatas maka biaya variabel per unit yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, cap, dan printing adalah : 1. Biaya variabel Batik Tulis per unit
= = = Rp 141.906,00/unit
2. Biaya variabel Batik Cap per unit
= = = Rp 63.035,00/unit
54
3. Biaya variabel Kain printing per unit
=
= = Rp 20.052,00/unit Break even point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan pertama ini berdasarkan unit impas adalah : Unit titik Impas Batik Tulis
= = = 25 unit
Unit titik Impas Batik Cap
= =
–
= 192 unit Unit titik Impas Kain printing
= = = 1.829 unit
Sedangkan besarnya Break Even Point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan pertama berdasarkan penjualan adalah : Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Tulis)
= Rp 6.678.897,00 x = Rp 10.295.073,00
Penjualan titik Impas =Biaya Tetap x (Batik Cap)
= Rp 20.166.878,00 x = Rp 32.277.897,00
55
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Kain Printing)
= Rp 73.084.027,00 x = Rp 109.768.461,00
Besarnya break even point yang telah ditetapkan pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan pertama dapat dibuktikan dengan laporan keuangan sebagai berikut : Tabel 29. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 1 Penjualan Batik Tulis
Rp 10.100.000,00
Penjualan Batik Cap
Rp 32.256000,00
Penjualan Kain Printing
Rp 109.740.000,00
Penjualan Total
Rp 152.096.000,00
Biaya Variabel Batik Tulis
Rp 3.547.656,00
Biaya Variabel Batik cap
Rp 12.102.803,00
Biaya Variabel Kain Printing
Rp 36.674.923,00
Total Biaya Variabel
(Rp52.325.381,00)
Margin Kontribusi
Rp
Biaya Tetap Batik Tulis
Rp 6.678.89700
Biaya Tetap Batik Cap
Rp 20.166.878,00
Biaya Tetap Kain Printing
Rp 73.084.027,00
99.770.619,00
Total Biaya tetap
(Rp 99.929.802,00)
Laba Operasi
(Rp159.183,00)
Adanya pembulatan desimal pada proses perhitungan menyebabkan selisih kesalahan pada laba operasi sebesar Rp 159.183,00. 4.5.2
Analisis Break Even Point pada Caturwulan 2 (Periode September – Desember 2010) Besarnya jumlah biaya tetap dan biaya variabel untuk kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan 2 bedasarkan pada Tabel 30 adalah sebagai berikut :
56
Tabel 30. Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Caturwulan 2 No
Jenis kain
Biaya Tetap
Biaya Variabel
1
Batik Tulis
Rp
5.104.824
Rp
4.248.641
2
Batik Cap
Rp
52.085.106
Rp
46.210.944
3
Kain Printing
Rp
63.164.122
Rp
51.182.821
Berdasarkan biaya variabel diatas maka biaya variabel per unit yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, cap, dan printing adalah : Biaya variabel Batik Tulis per unit
= = = Rp 177.027,00/unit
Biaya variabel Batik Cap per unit
= = = Rp 74.175,00/unit
Biaya variabel Kain printing per unit
= = = Rp 30.722,00/unit
Break even point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan kedua ini berdasarkan unit impas adalah : Unit titik Impas Batik Tulis
= = = 25 unit
Unit titik Impas Batik Cap
= = = 661 unit
–
57
Unit titik Impas Kain printing
= = = 1.650 unit
Sedangkan besarnya Break Even Point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan kedua berdasarkan penjualan adalah : Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Tulis)
= Rp5.104.824,00 x = Rp 9.471.040,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Cap)
=Rp 52.085.106,00 x = Rp 101.097.471,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Kain Printing)
=Rp 63.164.122,00 x = Rp 113.8559.718,00
Besarnya break even point yang telah ditetapkan pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada catruwulan kedua dapat dibuktikan dengan laporan keuangan sebagai berikut :
58
Tabel 31. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 2 Penjualan Batik Tulis
Rp 9.600.000,00
Penjualan Batik Cap
Rp 101.133.000,00
Penjualan Kain Printing
Rp 113.850.000,00
Penjualan Total
Rp 224.583.000,00
Biaya Variabel Batik Tulis
Rp 4.425.668,00
Biaya Variabel Batik cap
Rp 49.029.590,00
Biaya Variabel Kain Printing
Rp 50.691.269,00
Total Biaya Variabel
(Rp104.146.527,00)
Margin Kontribusi
Rp 120.436.473,00
Biaya Tetap Batik Tulis
Rp 5.104.824,00
Biaya Tetap Batik Cap
Rp 52.085.106,00
Biaya Tetap Kain Printing
Rp 63.164.122,00
Total Biaya tetap
(Rp120.354.052,00)
Laba Operasi
(Rp 84.421,00)
Adanya pembulatan desimal pada proses perhitungan menyebabkan selisih kesalahan pada laba operasi sebesar Rp 84.421,00. 4.5.3 Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 3 (Periode Januari – April 2011) Besarnya jumlah biaya tetap dan biaya variabel untuk kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan ketiga bedasarkan pada Tabel 32 adalah sebagai berikut : Tabel 32. Analisis Biaya batik Tulis, batik Cap, dan kain Printing pada Caturwulan 3 No
Jenis kain
Biaya tetap
Biaya Variabel
1
Batik Tulis
Rp 19.512.617
Rp16.033.987
2
Batik Cap
Rp50.927.355
Rp45.115.726
3
Kain Printing
Rp51.963.979
Rp21.163.226
Berdasarkan biaya variabel diatas maka biaya variabel per unit yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, cap, dan printing adalah :
59
Biaya variabel Batik Tulis per unit
= = = Rp 235.794,00/unit
Biaya variabel Batik Cap per unit
= = = Rp 94.980,00/unit
Biaya variabel Kain printing per unit = = = Rp 14.358,00/unit Break even point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan ketiga ini berdasarkan unit impas adalah : Unit titik Impas Batik Tulis
= =
–
= 55 unit Unit titik Impas Batik Cap
= = = 406 unit
Unit titik Impas Kain printing
= = = 896 unit
Sedangkan besarnya Break Even Point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan ketiga berdasarkan penjualan adalah :
60
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Tulis)
= Rp 19.512.617,00 x = Rp 32.429.175,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Cap)
= Rp 50.927.355,00 x = Rp 89.311.124,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Kain Printing)
= Rp 51.963.979,00 x = Rp 64.907.289,00
Besarnya break even point yang telah ditetapkan pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan ketiga dapat dibuktikan dengan laporan keuangan sebagai berikut : Tabel 33. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 3 Penjualan Batik Tulis
Rp 32.560.000,00
Penjualan Batik Cap
Rp89.284.000,00
Penjualan Kain Printing
Rp64.872.000,00
Penjualan Total
Rp 186.716.000,00
Biaya Variabel Batik Tulis
Rp12.968.666,00
Biaya Variabel Batik cap
Rp38.372.112,00
Biaya Variabel Kain Printing
Rp12.936.273,00
Total Biaya Variabel
(Rp64.395.223,00)
Margin Kontribusi
Rp 122.438.949,00
Biaya Tetap Batik Tulis
Rp19.512.617,00
Biaya Tetap Batik Cap
Rp50.927.355,00
Biaya Tetap Kain Printing
Rp 51.963.979,00
Total Biaya tetap
(Rp 122.403.951,00)
Laba Operasi
Rp
34.998,00
61
Adanya pembulatan decimal pada proses perhitungan menyebabkan selisih kesalahan pada laba operasi sebesar Rp 34.998,00. 4.5.4 Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 4 (Periode Mei – Agustus 2011) Besarnya jumlah biaya tetap dan biaya variabel untuk kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan 4 berdasarkan pada Tabel 34 adalah sebagai berikut : Tabel 34. Analisis Biaya batik Tulis, batik Cap, dan Kain Printing Pada Caturwulan 4 No
Jenis kain
Biaya tetap
Biaya Variabel
1
Batik Tulis
Rp 18.829.895
Rp 9.623.299
2
Batik Cap
Rp 36.694.843
Rp 19.540.873
3
Kain Printing
Rp 42.732.114
Rp 20.833.586
Berdasarkan biaya variabel diatas maka biaya variabel per unit yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, cap, dan printing adalah : Biaya variabel Batik Tulis per unit
= = = Rp 174.969,00/unit
Biaya variabel Batik Cap per unit
= = = Rp77.543,00/unit
Biaya variabel Kain Printing per unit
= = = Rp28.078,00/unit
Break even point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan keempat ini berdasarkan unit impas adalah :
62
Unit titik Impas Batik Tulis = = = 58 unit Unit titik Impas Batik Cap
= =
–
= 273 unit Unit titik Impas Kain printing = = = 778 unit Sedangkan besarnya Break Even Point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan keempat berdasarkan penjualan adalah : Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Tulis)
= Rp 18.829.895,00 x = Rp28.966.312,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Cap)
=Rp36.694.843,00x = Rp57.857.272,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Kain Printing)
=Rp42.732.114,00 x = Rp64.577.768,00
Besarnya break even point yang telah ditetapkan pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan keempat dapat dibuktikan dengan laporan keuangan sebagai berikut :
63
Tabel 35. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 4 Penjualan Batik Tulis
Rp 29.000.000,00
Penjualan Batik Cap
Rp57.876.000,00
Penjualan Kain Printing
Rp64.574.000,00
Penjualan Total
Rp 151.450.000,00
Biaya Variabel Batik Tulis
Rp10.148.206,00
Biaya Variabel Batik cap
Rp21.169.279,00
Biaya Variabel Kain Printing
Rp21.844.380,00
Total Biaya Variabel
(Rp 53.161.865,00)
Margin Kontribusi
Rp 98.288.135,00
Biaya Tetap Batik Tulis
Rp18.829.895,00
Biaya Tetap Batik Cap
Rp36.694.843,00
Biaya Tetap Kain Printing
Rp42.732.114,00
Total Biaya tetap
(Rp 98.256.852,00)
Laba Operasi
Rp 31.283,00
Adanya pembulatan desimal pada proses perhitungan menyebabkan selisih kesalahan pada laba operasi sebesar Rp 31.283,00. 4.5.5
Analisis Break Even Point Pada Caturwulan 5 (Periode September – Desember 2011) Besarnya jumlah biaya tetap dan biaya variabel untuk kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan 5 bedasarkan pada Tabel 36 adalah sebagai berikut : Tabel 36. Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing PadaCaturwulan 5 No
Jenis kain
Biaya tetap
Biaya Variabel
1
Batik Tulis
Rp 23.517.019
Rp 15.053.450
2
Batik Cap
Rp 38.273.439
Rp 26.063.620
3
Kain Printing
Rp 32.918.695
Rp 19.863.054
Berdasarkan biaya variabel diatas maka biaya variabel per unit yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, cap, dan printing adalah :
64
Biaya variabel Batik Tulis per unit
= = = Rp179.208,00/unit
Biaya variabel Batik Cap per unit
= = = Rp66.320,00/unit
Biaya variabel Kain printing per unit = = = Rp22.753,00/unit Break even point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan kelima ini berdasarkan unit impas adalah : Unit titik Impas Batik Tulis
= =
–
= 58 unit Unit titik Impas Batik Cap
=
=
–
= 279 unit Unit titik Impas Kain printing
= = = 601 unit
Sedangkan besarnya Break Even Point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan kelima berdasarkan penjualan adalah :
65
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Tulis)
=Rp23.517.019,00 x = Rp34.040.105,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Cap)
= Rp38.273.439,00 x = Rp57.118.788,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Kain Printing)
=Rp32.918.695,00 x = Rp46.900.919,00
Besarnya break even point yang telah ditetapkan pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada caturwulan kelima dapat dibuktikan dengan laporan keuangan sebagai berikut : Tabel 37. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Caturwulan 5 Penjualan Batik Tulis
Rp34.336.000,00
Penjualan Batik Cap
Rp 57.195.000,00
Penjualan Kain Printing
Rp46.878.000.00
Penjualan Total
Rp 138.409.000,00
Biaya Variabel Batik Tulis
Rp10.614.559,00
Biaya Variabel Batik cap
Rp18.870.494,00
Biaya Variabel Kain Printing
Rp13.975.392,00
Total Biaya Variabel
(Rp 43.460.445,00)
Margin Kontribusi
Rp94.948.555,00
Biaya Tetap Batik Tulis
Rp23.517.019,00
Biaya Tetap Batik Cap
Rp38.271.439,00
Biaya Tetap Kain Printing
Rp32.918.695,00
Total Biaya tetap
(Rp 94.709.152,00)
Laba Operasi
Rp 239.403,00
66
Adanya pembulatan desimal pada proses perhitungan menyebabkan selisih kesalahan pada laba operasi sebesar Rp 239.403,00. 4.5.6
Analisis Break Even Point Pada Tahun 2010 (Periode Mei – Desember 2010) dan 2011 (Periode Januari – Desember 2011) Berdasarkan perhitungan break event point percaturwulan, maka dapat digunakan dalam perhitungan break even point pertahun. Berikut merupakan perhitungan BEP untuk tahun 2010 : Tabel 38. Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Tahun 2010 (Periode Mei – Desember 2010) No
Jenis kain
Biaya Tetap
Biaya Variabel
1
Batik Tulis
Rp 11.738.721
Rp 10.918.234
2
Batik Cap
Rp 72.251.984
Rp 67.706.027
3
Kain Printing
Rp136.248.149
Rp121.304.310
Berdasarkan biaya variabel diatas maka biaya variabel per unit yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, cap, dan printing adalah : Biaya variabel Batik Tulis per unit
= = = Rp153.778,00/unit
Biaya variabel Batik Cap per unit
= = = Rp70.234,00/unit
Biaya variabel Kain printing per unit = = = Rp23.495,00/unit Break even point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada tahun 2010 ini berdasarkan unit impas adalah :
67
Unit Titik Impas Batik Tulis
= =
–
= 49 unit Unit Titik Impas Batik Cap
=
=
–
= 805 unit Unit Titik Impas Kain printing
= = = 3.283 unit
Sedangkan besarnya Break Even Point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada tahun 2010 berdasarkan penjualan adalah : Penjualan Titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Tulis)
= Rp11.783.721,00 x = Rp19.327.060,00
Penjualan Titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Cap)
= Rp72.251.984,00 x = Rp128.783.478,00
Penjualan Titik Impas = Biaya Tetap x (Kain Printing)
=Rp136.248.149,00 x = Rp213.374.634,00
Besarnya break even point yang telah ditetapkan pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada tahun 2010 dapat dibuktikan dengan laporan keuangan sebagai berikut :
68
Tabel 39. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Tahun 2010 Penjualan Batik Tulis
Rp 19.306.000,00
Penjualan Batik Cap
Rp128.800.000,00
Penjualan Kain Printing
Rp213.395.000.00
Penjualan Total
Rp 361.501.000,00
Biaya Variabel Batik Tulis
Rp 7.535.119,00
Biaya Variabel Batik cap
Rp56.538.746,00
Biaya Variabel Kain Printing
Rp77.133.847,00
Total Biaya Variabel
(Rp141.207.713,00)
Margin Kontribusi
Rp 220.293.287,00
Biaya Tetap Batik Tulis
Rp 11.783.721,00
Biaya Tetap Batik Cap
Rp 72.251.984,00
Biaya Tetap Kain Printing
Rp136.248.149,00
Total Biaya tetap
(Rp 220.283.854,00)
Laba Operasi
Rp 9.433,00
Adanya pembulatan desimal pada proses perhitungan menyebabkan selisih kesalahan pada laba operasi sebesar Rp 9.433,00. Sedangkan
berdasarkan
perhitungan
break
even
point
percaturwulan, maka dapat digunakan dalam perhitungan break even point pertahun. Berikut merupakan perhitungan BEP untuk tahun 2011 : Tabel 40. Analisis Biaya Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Pada Tahun 2011 No
Jenis kain
Biaya Tetap
Biaya Variabel
1
Batik Tulis
Rp 61.859.531
Rp 40.710.735
2
Batik Cap
Rp 125.895.637
Rp 90.720.219
3
Kain Printing
Rp 127.614.787
Rp 61.859.866
Berdasarkan biaya variabel diatas maka biaya variabel per unit yang dikeluarkan untuk kain batik tulis, cap, dan printing adalah :
69
Biaya variabel Batik Tulis per unit
= = = Rp196.670,00/unit
Biaya variabel Batik Cap per unit
= = = Rp81.000,00/unit
Biaya variabel Kain printing per unit = = = Rp20.026,00/unit Break even point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada tahun 2011 ini berdasarkan unit impas adalah : Unit Titik Impas Batik Tulis
= =
–
= 171 unit Unit Titik Impas Batik Cap
=
=
–
= 957 unit Unit Titik Impas Kain printing
= = = 2.207 unit
Sedangkan besarnya Break Even Point pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada tahun 2011 berdasarkan penjualan adalah :
70
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Tulis)
= Rp61.859.531,00 x = Rp95.657.227,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Batik Cap)
= Rp125.895.637,00 x = Rp203.863.544,00
Penjualan titik Impas = Biaya Tetap x (Kain Printing)
=Rp127.614.787,00 x = Rp172.116.722,00
Besarnya break even point yang telah ditetapkan pada UKM Batik Bogor Tradisiku pada tahun 2011 dapat dibuktikan dengan laporan keuangan sebagai berikut : Tabel 41. Laporan Keuangan Pada Titik Impas Batik Tulis, Batik Cap, dan Kain Printing Tahun 2011 Penjualan Batik Tulis
Rp95.931.000,00
Penjualan Batik Cap
Rp 203.841.000,00
Penjualan Kain Printing
Rp172.146.000.00
Penjualan Total
Rp 471.918.000,00
Biaya Variabel Batik Tulis
Rp33.894.426,00
Biaya Variabel Batik cap
Rp77.959.285,00
Biaya Variabel Kain Printing
Rp44.509.505,00
Total Biaya Variabel
(Rp156.363.216,00)
Margin Kontribusi
Rp 315.554.784,00
Biaya Tetap Batik Tulis
Rp61.859.531,00
Biaya Tetap Batik Cap
Rp125.895.637,00
Biaya Tetap Kain Printing
Rp127.614.787,00
Total Biaya tetap
(Rp 315.369.955,00)
Laba Operasi
Rp184.829,00
71
Adanya pembulatan desimal pada proses perhitungan menyebabkan selisih kesalahan pada laba operasi sebesar Rp 184.829,00,00. 4.6
Perencanaan Laba UKM Batik Bogor Tradisiku menghendaki adanya peningkatan laba, namun pihak UKM tidak menentukan jumlah nominal peningkatan laba tersebut sehingga jumlah peningkatan laba dapat ditentukan dengan asumsi. Peningkatan laba yang akan diasumsikan sebesar 5%, 10%, dan 15%. Namun pada caturwulan kedua dan keempat mengalami kerugian sehingga asumsi ditingkatkan menjadi 105%, 110%, dan 115% agar UKM Batik Bogor Tradisiku dapat
memperoleh
laba. Adapun
rincian
perhitungannya adalah sebagai berikut : a.
Perencanaan Laba Caturwulan 1
UKM Batik Bogor Tradisiku
Pada
Jumlah keuntungan yang diperoleh oleh UKM Batik Bogor Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan pertama adalah Rp 87.880.033,00. Jika laba yang diharapkan meningkat sebesar 5%, 10%, dan 15% maka target laba yang diinginkan adalah sebagai berikut : Laba meningkat 5% = Laba Awal + (5% x Laba Awal) = Rp 87.880.033,00+(5% x Rp 87.880.033,00) = Rp 92.274.035,00 Laba meningkat 10%= Laba Awal + (10% x Laba Awal) = Rp 87.880.033,00+(10% x Rp 87.880.033,00) = Rp 96.668.036,00 Laba meningkat 15%= Laba Awal + (15% x Laba Awal) = Rp 87.880.033,00+(15% x Rp 87.880.033,00) = Rp 101.062.038,00 Penjualan yang diperoleh UKM Batik Bogor Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan pertama adalah: Penjualan
= (404.000 x 47) + (168.000 x 341) + (60.000 x 3.497) = Rp 286.096.000,00
72
Besarnya margin kontribusi per unit pada kain batik tulis, batik cap, dan printing adalah : Margin Kontribusi
= Total Penjualan – Total Biaya Variabel = Rp286.096.000,00 - Rp98.286.165,00 = Rp 187.809.835,00
Margin Kontribusi Per Unit = = = Rp 48.342,00 Maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 5% adalah : Unit
= = = 3.976 unit
Besarnya masing-masing kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan printing dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung perbandingan jumlah unit batik tulis, batik cap, dan kain printing. Maka perbandingan antara masing - masing kuantitas adalah sebagai berikut : % Batik Tulis = = = 1.21 % % Batik Cap = = = 8.78 % % Kain printing = = = 90.01 %
73
Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 5% adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 1.21% x 3.976 unit = 48 unit
Kuantitas kain batik cap
= 8.78% x 3.976 unit = 349 unit
Kuantitas kain printing
= 90.01% x 53.976 unit = 3.579 unit
Sedangkan kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 10% pada caturwulan pertama ini adalah : Unit
= = = 4.067 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 10% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 1.21% x 4.067 unit = 49 unit
Kuantitas kain batik cap
= 8.78% x 4.067 unit = 357 unit
Kuantitas kain printing
= 90.01% x 4.067 unit = 3.661 unit
Setelah memperhitungkan pada peningkatan laba 5% dan 10% maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 15% pada caturwulan pertama ini adalah : Unit
= = = 4.158 unit
74
Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 15% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 1.21% x 4.158 unit = 50 unit
Kuantitas kain batik cap
= 8.78% x 4.158 unit = 365 unit
Kuantitas kain printing
= 90.01% x 4.158 unit = 3.743 unit
b.
Perencanaan Laba UKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 2 Pada caturwulan kedua ini UKM Batik Bogor Tradisiku mengalami
kerugian untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing sebesar Rp 2.507.458,00. Jika yang diharapkan adalah peningkatan laba, maka diasumsikan kenaikan laba sebesar 105%, 110%, dan 115% dari kerugian yang diperoleh. Maka target laba yang diinginkan adalah sebagai berikut : Laba meningkat 105% = Laba Awal - (105% x Laba Awal) = (-Rp 2.507.458,00)-(105% x (-Rp 2.507.458,00)) = Rp 125.373.00 Laba meningkat 110% = Laba Awal - (110% x Laba Awal) = (-Rp 2.507.458,00)-(110% x (-Rp 2.507.458,00)) = Rp 250.746,00 Laba meningkat 115% = Laba Awal - (115% x Laba Awal) = (-Rp 2.507.458,00)-(115% x (-Rp 2.507.458,00)) = Rp 376.119,00 Penjualan yang diperoleh UKM Batik Bogor Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan kedua adalah : Penjualan
= (384.000 x 24) + (153.000 x 623) + (69.000 x 1666) = Rp 219.489.000,00
Besarnya margin kontribusi per unit pada kain batik tulis, batik cap, dan printing adalah :
75
Margin Kontribusi
= Total Penjualan – Total Biaya Variabel = Rp 219.489.000,00 - Rp 101.642.406,00 = Rp 117.846.594,00
Margin Kontribusi Per Unit = = = Rp 50.950,00 Maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 105% adalah : Unit
= = = 2.365 unit Besarnya masing-masing kuantitas dari kain batik tulis, batik cap,
dan printing dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung perbandingan jumlah unit batik tulis, batik cap, dan kain printing. Maka perbandingan antara masing - masing kuantitas adalah sebagai berikut : % Batik Tulis
= = = 1.04 %
% Batik Cap
= = = 26.93 %
% Kain printing
= = = 72.03 %
Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain printing agar tercapai peningkatan laba sebesar105% adalah :
76
Kuantitas kain batik tulis
= 1.04% x 2.364 unit = 25 unit
Kuantitas kain batik cap
= 26.93% x 2.364 unit = 637 unit
Kuantitas kain printing
= 72.03% x 2.364 unit = 1.703 unit
Sedangkan kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 110% pada caturwulan kedua ini adalah : Unit
= = = 2.367 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 110% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 1.04% x 2.367unit = 25 unit
Kuantitas kain batik cap
= 26.93% x 2.367unit = 638 unit
Kuantitas kain printing
= 72.03% x 2.367unit = 1.705 unit
Setelah memperhitungkan pada peningkatan laba 105% dan 110% maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 115% pada caturwulan pertama ini adalah : Unit
= = = 2.370 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 115% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah :
77
Kuantitas kain batik tulis
= 1.04% x 2.370unit = 25 unit
Kuantitas kain batik cap
= 26.93% x 2.370unit = 638 unit
Kuantitas kain printing
= 72.03% x 2.370unit = 1.707 unit
c.
Perencanaan LabaUKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 3 Jumlah keuntungan yang diperoleh oleh UKM Batik Bogor
Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan ketiga ini adalah Rp 27.524.340,00. Jika laba yang diharapkan meningkat sebesar 5%, 10%, dan 15% maka target laba yang diinginkan adalah sebagai berikut : Laba meningkat 5% = Laba Awal + (5% x Laba Awal) = Rp 27.524.340,00+(5% x Rp 27.524.340,00) = Rp 28.900.557,00 Laba meningkat 10%= Laba Awal + (10% x Laba Awal) = Rp 27.524.340,00+(10% x Rp 27.524.340,00) = Rp 30.276.774,00 Laba meningkat 15%= Laba Awal + (15% x Laba Awal) = Rp 27.524.340,00+(15% x Rp 27.524.340,00) = Rp 31.652.991,00 Penjualan yang diperoleh UKM Batik Bogor Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan pertama adalah: Penjualan
= (592.000 x 68) + (221.000 x 475) + (72.000 x 1474) = Rp 251.359.000,00
Besarnya margin kontribusi per unit pada kain batik tulis, batik cap, dan printing adalah : Margin Kontribusi
= Total Penjualan – Total Biaya Variabel = Rp251.359.000,00 - Rp101.430.709,00 = Rp149.928.291,00
78
Margin Kontribusi Per Unit = = = Rp74.332,00 Maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 5% adalah : Unit
= = = 2.036 unit Besarnya masing-masing kuantitas dari kain batik tulis, batik cap,
dan printing dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung perbandingan jumlah unit batik tulis, batik cap, dan kain printing. Maka perbandingan antara masing—masing kuantitas adalah sebagai berikut : % Batik Tulis
= = = 3.37 %
% Batik Cap
= = = 23.55 %
% Kain printing
= = = 73.08 %
Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 5% adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 3.37% x 2.036 unit = 69 unit
79
Kuantitas kain batik cap
= 23.55% x 2.036unit = 479 unit
Kuantitas kain printing
= 73.08% x 2.036unit = 1.488 unit
Sedangkan kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 10% pada caturwulan pertama ini adalah : Unit
= = = 2.054 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 10% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 3.37% x 2.054unit = 69 unit
Kuantitas kain batik cap
= 23.55% x 2.054unit = 484 unit
Kuantitas kain printing
= 73.08% x 2.054unit = 1.501 unit
Setelah memperhitungkan pada peningkatan laba 5% dan 10% maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 15% pada caturwulan pertama ini adalah : Unit
= = = 2.073 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 15% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 3.37% x 2.073unit = 70 unit
80
Kuantitas kain batik cap
= 23.55% x 2.073unit = 488 unit
Kuantitas kain printing
= 73.08% x 2.073unit = 1.515 unit
d.
Perencanaan LabaUKM Batik Bogor Tradisiku Pada Caturwulan 4 Pada caturwulan keempat ini UKM Batik Bogor Tradisiku kembali
mengalami kerugian untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing sebesar Rp 5.744.609,00. Sama halnya dengan caturwulan kedua maka diasumsikan kenaikan laba sebesar 105%, 110%, dan 115% dari kerugian yang diperoleh. Maka target laba yang diinginkan adalah sebagai berikut : Laba meningkat 105% = Laba Awal - (105% x Laba Awal) = (-Rp 5.744.609,00) – (105% x (-Rp 5.744.609,00)) = Rp 287.230,00 Laba meningkat 110% = Laba Awal + (110% x Laba Awal) = (-Rp 5.744.609,00) - (110% x (-Rp 5.744.609,00)) = Rp 574.461,00 Laba meningkat 115% = Laba Awal + (115% x Laba Awal) = (-Rp 5.744.609,00) - (115% x (-Rp 5.744.609,00)) = Rp 861.691,00 Penjualan yang diperoleh UKM Batik Bogor Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan pertama adalah: Penjualan
= (500.000 x 55) + (212.000 x 252) + (83.000 x 742) = Rp142.510.000,00
Besarnya margin kontribusi per unit pada kain batik tulis, batik cap, dan printing adalah : Margin Kontribusi
= Total Penjualan – Total Biaya Variabel = Rp 142.510.000,00 - Rp 49.997.757,00 = Rp 92.512.243,00
81
Margin Kontribusi Per Unit = = = Rp 88.191,00 Maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 105% adalah : Unit
= = = 1.117 unit Besarnya masing-masing kuantitas dari kain batik tulis, batik cap,
dan printing dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung perbandingan jumlah unit batik tulis, batik cap, dan kain printing. Maka perbandingan antara masing—masing kuantitas adalah sebagai berikut : % Batik Tulis
= = = 5.24 %
% Batik Cap
= = = 24.02 %
% Kain printing
= = = 70.73 %
Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 105% adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 5.24% x 1.117unit = 59 unit
Kuantitas kain batik cap
= 24.02% x 1.117unit = 268 unit
82
Kuantitas kain printing
= 70.73% x 1.117unit = 790 unit
Sedangkan kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 110% pada caturwulan pertama ini adalah : Unit
= = = 1.121 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 10% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 5.24% x 1.120 unit = 59 unit
Kuantitas kain batik cap
= 24.02% x 1.120 unit = 269 unit
Kuantitas kain printing
= 70.73% x 1.120 unit = 793 unit
Setelah memperhitungkan pada peningkatan laba 105% dan 110% maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 115% pada caturwulan pertama ini adalah : Unit
= = = 1.124 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 115% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 5.24% x 1.124 unit = 59 unit
Kuantitas kain batik cap
= 24.02% x 1.124 unit = 270 unit
83
Kuantitas kain printing
= 70.73% x 1.124 unit = 795 unit
e.
Perencanaan Laba Caturwulan 5
UKM Batik Bogor Tradisiku
Pada
Jumlah keuntungan yang diperoleh oleh UKM Batik Bogor Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan kelimaadalah Rp 41.423.659,00. Jika laba yang diharapkan meningkat sebesar 5%, 10%, dan 15% maka target laba yang diinginkan adalah sebagai berikut : Laba meningkat 5% = Laba Awal + (5% x Laba Awal) = Rp 41.423.659,00+(5% x Rp 41.423.659,00) = Rp 43.494.842,00 Laba meningkat 10%= Laba Awal + (10% x Laba Awal) = Rp 41.423.659,00+(10% x Rp 41.423.659,00) = Rp 45.566.025,00 Laba meningkat 15%= Laba Awal + (15% x Laba Awal) = Rp 41.423.659,00+(15% x Rp 41.423.659,00) = Rp 47.637.208,00 Penjualan yang diperoleh UKM Batik Bogor Tradisiku untuk penjualan kain batik tulis, cap, dan printing pada caturwulan pertama adalah: Penjualan
= (592.000 x 84) + (205.000 x 393) + (78.000 x 873) = Rp198.387.000,00
Besarnya margin kontribusi per unit pada kain batik tulis, batik cap, dan printing adalah : Margin Kontribusi
= Total Penjualan – Total Biaya Variabel = Rp198.387.000,00 – Rp60.980.124,00 = Rp137.406.876,00
Margin Kontribusi Per Unit = = = Rp101.783,00
84
Maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 5% adalah : Unit
= = = 1.370 unit Besarnya masing-masing kuantitas dari kain batik tulis, batik cap,
dan printing dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung perbandingan jumlah unit batik tulis, batik cap, dan kain printing. Maka perbandingan antara masing—masing kuantitas adalah sebagai berikut : % Batik Tulis
= = = 6.22 %
% Batik Cap
= = = 29.11 %
% Kain printing
= = = 64.67 %
Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 5% adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 6.22% x 1.370 unit = 85 unit
Kuantitas kain batik cap
= 29.11% x 1.370 unit = 399 unit
Kuantitas kain printing
= 64.67% x 1.370 unit = 886 unit
85
Sedangkan kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 10% pada caturwulan pertama ini adalah : Unit
= = = 1.391 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 10% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 6.22% x 1.391 unit = 87 unit
Kuantitas kain batik cap
= 29.11% x 1.391 unit = 405 unit
Kuantitas kain printing
= 64.67% x 1.391 unit = 899 unit
Setelah memperhitungkan pada peningkatan laba 5% dan 10% maka kuantitas kain yang harus dicapai untuk memenuhi target laba sebesar 15% pada caturwulan kelima ini adalah : Unit
= = = 1.411 unit Maka besarnya kuantitas dari kain batik tulis, batik cap, dan kain
printing agar tercapai peningkatan laba sebesar 15% berdasarkan perbandingan yang telah dihitung sebelumnya adalah : Kuantitas kain batik tulis
= 6.22% x 1.411unit = 88 unit
Kuantitas kain batik cap
= 29.11% x 1.411unit = 411 unit
Kuantitas kain printing
= 64.67% x 1.411unit =913 unit
86
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut : a.
Usaha Kecil Menengah Batik Bogor Tradisiku memproduksi tiga jenis kain batik, yaitu kain batik tulis, batik cap, dan kain printing bermotif batik. UKM Batik Bogor Tradisiku mengalami penjualan yang fluktuatif antara periode bulan Mei 2010 sampai Desember 2011.
Pada caturwulan kedua (periode September – Desember
2010) terjadi penurunan penjualan sebesar 23.28%. Pada caturwulan ketiga (periode Januari – April 2011) mengalami kenaikan penjualan sebesar 14.52%. Pada caturwulan keempat (periode Mei – Agustus 2011) mengalami penurunan sebesar 43,30%. Dan pada caturwulan kelima (periode September – Desember 2011) mengalami kenaikan penjualan sebesar 39,21%. b.
Biaya operasional yang terjadi pada UKM Batik Bogor Tradisiku terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan adalah biaya gaji, biaya listrik, telepon, dan air, biaya ATK, biaya sehari-hari galeri, biaya konsumsi, biaya pemasaran, biaya penyusutan peralatan membatik, dan biaya transportasi dan akomodasi. Sedangkan biaya variabel yang harus dikeluarkan adalah biaya bahan baku (biaya pembelian kain prima, kain primis, kain lain-lain, obat batik, malam, bahan bakar, soda, dan bahan baku pelengkap) dan biaya perlengkapan batik.
c.
Berdasarkan BEP caturwulan maka BEP pada tahun 2010 (periode Mei – Desember 2010) untuk kain batik tulis adalah Rp 19.327.060,00 dengan unit titik impas 49 unit. BEP kain batik cap adalah Rp 128.783.478,00 dengan unit titik impas 805 unit. BEP kain printing sebesar Rp 213.374.634,00 dengan unit titik impas 3.283 unit. Sedangkan pada tahun 2011 BEP untuk kain batik tulis
87
adalah Rp 95.657.227,00 dengan unit titik impas 171 unit. BEP kain batik cap adalah Rp 203.863.544,00 dengan unit titik impas 957 unit. BEP kain printing sebesar Rp 172.116.722,00 dengan unit titik impas 2.207 unit. Dilakukan asumsi peningkatan laba 5%, 10%, dan 15% untuk caturwulan pertama, ketiga, dan kelima dan peningkatan asumsi peningkatan laba 105%, 110%, dan 115% untuk caturwulan kedua dan keempat sehingga dapat diketahui jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai target laba yang diinginkan oleh UKM Batik Bogor Tradisiku.
2.
Saran
a.
UKM Batik Bogor Tradisiku sebaiknya lebih memerhatikan perencanan dalam melakukan usahanya. Baik itu perencanaan harga dan perencanaan biaya sangat berpengaruh pada target laba yang diperoleh. Pada perencanaan biaya, sebaiknya pihak keuangan memisahkan biaya berdasarkan metode total cost menjadi biaya tetap dan biaya variabel agar bersifat lebih objektif.
b.
UKM Batik Bogor Tradisiku sebaiknya menggunakan analisis CostVolume-Profit untuk mengetahui kuantitas yang harus dicapai agar memenuhi target laba yang ingin dicapai. Diperlukan strategi pemasaran yang lebih baik yaitu dengan mengembangkan pemasaran melalui media cetak maupun elektronik agar peningkatan target laba tercapai dan penambahan kapasitas usaha baik itu berupa penambahan jumlah karyawan dan diversifikasi produk batik untuk menunjang peningkatan target laba.
88
DAFTAR PUSTAKA
Flaviana, M. 2011. Analisis Biaya-Volume-Laba sebagai Alat Pengambilan Keputusan Taktis Dalam Perencanaan Manajerial (Studi Kasus: Usaha Budi Daya Udang Galah Mitra Gemah Ripah Karangpawitan Kabupaten Garut). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Hansen D. R., Mowen M.M. 2005. Management Accounting (Akuntansi Manajemen) Buku1. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. . 2005. Management Accounting (Akuntansi Manajemen) Buku 2. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Horngren C.T., Datar S.M., Foster G. 2008. Akuntansi Biaya Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Hubeis, M. 2009. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis.
Bogor :
Ghalia Indonesia. Kementrian Perindustrian. 2011. Industry Fact and Figure. (http://kemeperin.go.id/ Ind/IndustriFactandFigure.pdf diakses pada 13 Maret 2012) Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha Kecil. Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Jakarta : Elex Media Komputindo. Renny, A. F. 2006. Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis Dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba Tahun 2006 Pada PT X. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rony, H. 1990. Akuntansi Biaya Pengantar Untuk Perencanaan & Pengendalian Biaya
Produksi.
Jakarta
:
Lembaga
Penerbit
Fakultas
Ekonomi
Universitas Indonesia. Undang-undang tentang Usaha Kecil No. 9 tahun 1995. Widaryanti. 2006. Hubungan CVP (Cost Volume Profit) dan Anggaran Dalam Perencanaan Usaha. Fokus Ekonomi. 1 : 77 – 91. Wulandari, A. 2011. Batik Nusantara : Makna Filosofis, Cara Pembuatan, dan Industri Batik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
89
LAMPIRAN
90
Lampiran 1. Dokumentasi Produk dan Proses Produksi
Kain Printing Motif ―Kujang Kijang‖
Kain Printing Motif ―Hujan Gerimis‖
Kain Batik Cap Motif ―Pagi Sore‖
91
Kain Batik Tulis Motif ―Kijang‖
Proses Pembuatan Batik Tulis
Canting Cap
92
Proses Pembuatan Kain Printing
Proses Penjemuran Kain Batik