PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING MODEL TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH KARANGASEM DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
O l e h:
SITI MUKAROMAH NIM : 12507028
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
i
ii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajaran 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433Kode Pos 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudari Siti Mukaromah dengan Nomor Induk Mahasiswa, 125 07 028 yang berjudul Penerapan Cooperative Learning Model TGT (Team Game Tournament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada 20 Maret 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 04 Rabiul Akhir 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Salatiga, 20 Maret 2010 M 4 Rabiul Akhir 1431 H Panitia Ujian Ketua
Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag. NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Drs. Abdul Syukur, M.Si. NIP. 19670307 199403 1 002
Dra. Maryatin NIP. 19690402 199803 2 001 Pembimbing
Drs. Joko Sutopo NIP. 19560603 198703 1 002
iii
iv
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajaran 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433Kode Pos 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar reformasi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian Deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salaitga, 04 Maret 2010 Penulis
SITI MUKAROMAH NIM. 12507028
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
ﻗﻞهﻞ ﻴﺴﺘﻮىاﻟذﻴﻦ ﻴﻌﻟﻣﻮﻦ ﻮاﻟذﻴﻦﻻﻴﻌﻟﻣﻮﻦۖ إﻧﻣﺎ ﻴﺘذﻜﺮاﻮﻟﻮااﻷﻟﺑﺎب “Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
PERSEMBAHAN PTK ini ku persembahkan kepada: -
Ayah dan ibunda tercinta yang telah mengasuh, membimbing, mendidik dan menyanyangiku.
-
Suami dan anakku yang saya sayangi
-
Kakak dan adik
-
Sahabat semua yang saya kasihi terutama teman kuliahku. (Siti Muslihatun)
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memuji nama Allah yang Maha Pengasuh lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, dengan memanjarkan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarganya, sebagai perantara mencapai kebenaran. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rasa hormat dan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. DR. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Drs. Djoko Sutopo, selaku pembimbing yang penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan dan dorongan semangat yang tidak henti-hentinya diselasela kesibukan. 3. Para Dosen dan Staf Administrasi di Lingkungan STAIN Salatiga yang telah membekali ilmu pengetahuan sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. 4. Terima kasih yang sebesar-besarnya bagi ayah, ibunda beserta keluarga yang tiada henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, ketenangan, kesejukan jiwa dan do’a. 5. Terima kasih kepada Kepala Sekolah MI Karangasem Ketapang, Kec. Susukan, Kab. Semarang beserta para guru yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam membuat skripsi ini. 6. Teman-teman satu angkatan PGMI yang selalu memberikan masukan, dorongan dan semangat yang diada berhenti dan lelah. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
vii
Semoga amal kebaikan dan bantuan semuanya mendapatkan pahala dari Allah SWT. meskipun skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Salatiga, 01 April 2010 Penulis
viii
ABSTRAK Mukaromah, Siti 2010.Penerapan Cooperative Learning Model TGT (Team Game Tournament) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. STAIN Salatiga. Pembimbing Drs. Djoko Sutopo. Kata kunci : Prestasi belajar, cooperative learning, TGT, matematika. Berdasarkan pengamatan peneliti di MI Karangasem Ketapang Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010, kebanyakan para siswa mengalami kesulitan pada mata pelajaran Matematika terutama pada sub bahasan perkalian, baik secara individu maupun bersama-sama dalam kelompok. Rumusan masalah peneliti ini adalah (1) Apakah dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan keaktifan peserta didik (2) Apakah dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan perhatian peserta didik. (3) Apakah dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran (2) untuk meningkatkan perhatian peserta didik dalam pembelajaran (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal perkalian melalui model TGT (Team Game Tournament) dengan permainan secara berkelompok. Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga siklus dengan model pembelajaran permainan, pertandingan secara berkelompok, dimana tahap siklus I dilaksanakan dengan permainan menggunakan sedotan sebagai alat hitung dan pada tahap berikutnya dilaksanakan dengan menggunakan kartu yang berisi soal-soal perkalian yang dilaksanakan di halaman sekolah. Subyek penelitian sebanyak 20 siswa dan pengumpulan data menggunakan wawancara, tes, dan dokumentasi. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini adalah bahwa penerapan coopetative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 45 % atau sebanyak 9 siswa, siklus II ketuntasan sebesar 55 % atau 11 siswa dan pada siklus III mencapai 90 % atau 18 siswa. Analisis data tersebut membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika MI Karangasem Ketapang Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Sehingga hipotesis yang menyatakan pembelajaran model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal Matematika diterima.
ix
DAFTAR TABEL Halaman TABEL 2.1
: Fase-fase Pembelajaran Cooperative Model TGT .........
TABEL 3.1
: Pembagian Waktu Pembelajaran Cooperative Model TG
25
Waktu 2 Jam Pelajaran (40 Menit (1 x Pertemuan) ..........
50
TABEL 3.2
: Skor Individu dan Kelompok .........................................
51
TABEL 3.3
: Ikhtisar Tim ....................................................................
54
TABEL 3.4
: Contoh Skor Individu dan Kelompok Siklus .................
54
TABEL 3.5
: Contoh
Kriteria
Penghargaan
Tim
Menurut
Rata-rata Tim .................................................................
55
TABEL 3.6
: Skor Kelompok dan Individu Siklus ..............................
60
TABEL 3.7
: Instrumen Penilaian Aspek Afektif Siswa .....................
54
TABEL 3.7
: Penilaian Aspek Psikomotor ..........................................
61
TABEL 4.1
: Nilai Hasil Belajar Pra Siklus ........................................
74
TABEL 4.2
: Keaktifan Siswa Dalam Cooperative Learning model TGT (Team Game Tournament) Siklus I ........................
75
TABEL 4.3
: Perhatian Siswa Siklus I..................................................
76
TABEL 4.4
: Nilai Belajar Siklus I.......................................................
77
TABEL 4.5
: Skor Individu dan Kelompok Siklus I.............................
78
TABEL 4.6
: Nilai Prestasi Individu dan Nilai Prestasi Kelompok pada Siklus I....................................................................
TABEL 4.7
79
: Perbandingan Nilai Prestasi Siswa, Hasil Penjajakan Dengan Siklus I ..............................................................
x
80
TABEL 4.8
: Hasil Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus I ...........
TABEL 4.9
: Rekap
Hasil
Pengamatan
Terhadap
Guru
81
Pada
Siklus I ...........................................................................
83
TABEL 4.10
: Data Nilai Afektif Siswa Pada Siklus I ..........................
84
TABEL 4.11
: Keaktifan Siswa Pada Siklus II .......................................
86
TABEL 4.12
: Perhatian Siswa Siklus II ................................................
87
TABEL 4.13
: Skor Individu dan Kelompok Siklus II ..........................
88
TABEL 4.14
: Nilai Prestasi Individu dan Nilai Prestasi Kelompok Pada Siklus I ...................................................................
TABEL 4.15
88
: Perbandingan Nilai Prestasi Siswa Hasil Penjajakan Dengan Siklus I dan II ....................................................
90
TABEL 4.16
: Hasil Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus II ..........
91
TABEL 4.17
: Rekap Hasil Penjajakan Terhadap Guru Pada Siklus II ....
93
TABEL 4.18
: Data Nilai Afektif Psikomotorik Siswa Pada Siklus II ......
94
TABEL 4.19
: Skor Individu dan Kelompok Siklus III .........................
94
TABEL 4.20
: Keaktifan Siswa Siklus III ..............................................
96
TABEL 4.21
: Perhatian Siswa Siklus III ...............................................
97
TABEL 4.22
: Skor Individu dan Kelompok Siklus III..........................
98
TABEL 4.23
: Nilai Prestasi Individu dan Nilai Prestasi Kelompok Pada Siklus III ................................................................
TABEL 4.24
TABEL 2.25
98
: Perbandingan Nilai Prestasi Siswa Hasil Penjajakan Dengan Siklus I, II, dan III .............................................
99
: Hasil Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus III .........
100
xi
TABEL 4.26
: Rekap
Hasil
Pengamatan
Terhadap
Guru
Pada
Siklus III ......................................................................... TABEL 4.27
101
: Data Nilai Afektif dan Psikomotrik Siswa Pada Siklus III .........................................................................
102
TABEL 4.28
: Hasil Nilai Siswa Siklus III.............................................
102
TABEL 4.29
: Keaktifan Siswa Siklus I-III............................................
103
TABEL 4.30
: Perhatian Siswa Siklus I-III ............................................
104
TABEL 4.31
: Hasil Nilai Siswa Siklus I-III ..........................................
105
TABEL 4.32
: Hasil Nilai Pra Siklus dan Siklus III ...............................
107
TABEL 5.1
: Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran dari Siklus I-III ...
109
TABEL 5.2
: Perhatian Siswa dalam Pembelajaran dari Siklus I-III....
110
TABEL 5.3
: Hasil Nilai Siswa Siklus I-III .........................................
110
xii
DAFTAR BAGAN Halaman BAGAN 1.1 : Skenario Penerapan Model Pembelajaran .............................
11
BAGAN 2.2 : Kerangka Berpikir .................................................................
44
BAGAN 3.1 : Model Tim dan Meja Game ..................................................
56
BAGAN 3.2 : Skenario Penerapan Model Pembelajaran .............................
72
xiii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO ..........................................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...........................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................
iv
NOTA PEMBIMBING .........................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................
vii
KATA PENGANTAR .........................................................................................
viii
ABSTRAK ...........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ................................................................................................
xi
DAFTAR BAGAN ..............................................................................................
xiv
DAFTAR ISI.........................................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................
5
E. Manfaat Penelitian .........................................................................
6
F. Definisi Istilah ................................................................................
8
G. Metode Penelitian ..........................................................................
9
1. Rancangan Penelitian ................................................................
9
2. Subjek Penelitian.......................................................................
10
3. Langkah-Langkah Penelitian atau Siklus..................................
10
4. Instrumen Penelitian ................................................................
14
5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
14
6. Analisis Data ............................................................................
16
H. Jadwal Penelitian ............................................................................
16
I. Sistematika Penulisan ....................................................................
17
xiv
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Cooperative Learning .....................................................................
20
B. Prestasi Belajar ...............................................................................
31
C. Mata Pelajaran Matematika ............................................................
38
BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN A. Subjek Penelitian.............................................................................
46
B. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................
47
1. Deskripsi Pra Siklus .................................................................
47
2. Deskripsi Siklus I ......................................................................
48
3. Deskripsi Siklus II.....................................................................
68
4. Deskripsi Siklus III ...................................................................
70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus .............................................
73
1. Deskripsi Pra Siklus .................................................................
73
2. Deskripsi Siklus I .....................................................................
74
3. Deskripsi Siklus II ....................................................................
86
4. Deskripsi Siklus III ..................................................................
95
B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 103 1. Siklus I – III ............................................................................. 103 2. Pra Siklus dan Siklus III ........................................................... 106 C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ................................... 108 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 109 B. Saran ............................................................................................... 111 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu semakin menunjukkan keinginan pemerintah untuk membawa pendidikan ke arah yang lebih maju. Lahirnya kurikulum 2004 yang kemudian di kenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mengisyaratkan perubahan harapan dalam dunia pendidikan. Dari kurikulum sebelumnya yang cenderung berorientasi pada hasil menjadi kurikulum yang berbasis pada kompetensi siswa. Walaupun berjalan sekitar 2 tahun KBK mengalami pembaharuan dan penyusunannya diserahkan kepada setiap satuan pendidikan. Kurikulum yang lebih dikenal dengan KTSP ini diharapkan lebih dapat mengembangkan potensi siswa sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing satuan pendidikan. Namun demikian, standar isi dan standar kelulusannya ditetapkan secara nasional. Betapa bagusnya kurikulum, tidak akan pernah ada artinya apabila penyelenggaraan pembelajaran tidak beralih dari sistem pembelajaran tradisional ke pembelajaran inovatif, jadi berhasil dan tidaknya pencapaian kurikulum juga tergantung proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas-kelas. Mutu pendidikan dapat terwujud jika proses belajar mengajar diselenggarakan secara efektif, artinya dapat berlangsung secara lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berbagai kriteria proses belajar mengajar
1
2
yang efektif meliputi : 1) Proses belajar mengajar mampu mengembangkan konsep generalisasi dan bahan abstrak menjadi hal yang jelas dan nyata. 2) Proses belajar mengajar mampu melayani gaya belajar dan kecepatan belajar peserta didik yang berbeda-beda. 3) Proses belajar mengajar mampu melayani perkembangan belajar peserta didik yang berbeda-beda. 4) Proses belajar mengajar melibatkan peserta didik secara aktif dalam pengajaran sehingga mencapai tujuan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Idealitas proses belajar mengajar yang efektif seperti tersebut di atas, seringkali diwujudkan dalam praktek kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini karena proses belajar mengajar yang melibatkan antara guru dan siswa pelaksanaannya masih belum maksimal. Seperti halnya dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika masih ditemukan gejala rendahnya penguasaan materi yang bersifat hafalan pada sisi lain strategi penyampaian materi pelajaran bertumpu pada metode-metode tertentu secara monoton. Dampaknya kegiatan pembelajaran tidak interaktif, kurang menarik dan berkesan mengejar target penyelesaian pokok bahasan. Keadaan di atas, perlu penanganan secara serius agar peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai. Pada gilirannya harapan terjadinya peningkatan penguasaan materi pembelajaran dapat terwujud. Oleh karena itu perlu diuji cobakan penerapan berbagai strategi pembelajaran untuk diketahui dampaknya bagi proses dan hasil pembelajaran. Untuk memahami permasalahan ini perlu kiranya dikaji melalui kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK).
3
Hal ini terbukti bahwa dengan pembelajaran konvensional yang terjadi di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 pada ulangan tengah semester (UTS) semester I rata-rata nilai matematika hanya 5,8 sedangkan KKM nya 60. nilai rata-rata tersebut jelas masih di bawah ketuntasan sehingga perlu dicarikan solusi agar dapat mencapai nilai minimal ketuntasan. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan sebuah inovasi pembelajaran cooperative learning model TGT (Team Game Tournament). Pembelajaran cooperative tidak menjadikan guru satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Teman sebaya (peer teaching) dalam pembelajaran cooperative juga merupakan sumber pengetahuan bagi siswa yang lainnya (Anita Lie, 2002:38). Pengetahuan ditemukan dan dibentuk serta dikembangkan oleh siswa sendiri yang dibangun secara kreatif oleh siswa pula. Pengajar sangat perlu mengembangkan kompetensi dan pengetahuan siswa melalui pembelajaran cooperative sehingga dalam pendidikan terjadi interaksi pribadi di antara siswa dan interaksi antara siswa dan guru (Anita Lie, 2003:5). Secara umum pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung di antara anggota kelompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar. (Etin Solihatin, 2007:4)
4
Dengan melihat gejala atau fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING MODEL TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH KARANGASEM KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan: 1. Apakah dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. 2. Apakah dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan perhatian peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. 3.
Apakah dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”.
5
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010” 2. Untuk meningkatkan perhatian peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. 3.
Untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”.
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan yang dirumuskan. (Arikunto, 2008:67). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. 2. Penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan perhatian peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa
6
kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. 3. Penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat : a. Memberikan informasi dan manfaat pada kualitas pembelajaran matematika secara nyata di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. b. Mengembangkan pendekatan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) khususnya pada mata pelajaran matematika agar lebih menarik, variatif dan lebih menantang siswa untuk mengembangkan kreativitasnya serta memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar. c. Memperkaya khasanah pendidikan yang berhubungan dengan proses kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah. d. Memberikan sumbangsih sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
7
2. Manfaat Praktis Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis kepada siswa, guru dan sekolah. a. Siswa Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan prestasi dalam belajar pada mata pelajaran matematika b. Guru Dengan
dilaksanakan
mengembangkan menjalankan
penelitian
model-model
tugasnya
sebagai
ini
diharapkan
pembelajaran guru
pendekatan-pendekatan pembelajaran
inovatif
kelas yang
selalu dapat
guru
dapat
dan
dalam
menggunakan
mengembangkan
kreativitas dan pengembangan pikir siswa. Guru diharapkan akan selalu peka terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di kelasnya sehingga dapat segera mengatasi hal-hal yang mungkin akan menurunkan minat (motivasi) maupun hasil belajar siswa. c. Sekolah Dari hasil penelitian ini diharapkan kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran matematika di sekolah ini akan meningkat sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan menambah nilai lebih pada sekolah. Penelitian ini juga diharapkan dapat berimbas pada guru-guru dalam satu sekolah atau sekolah lain di sekitarnya.
8
F. Definisi Istilah 1. Cooperative Learning Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Etin Solihatin, 2007: 4). 2. TGT (Team Game Tournament) TGT (Team Game Tournament) adalah Pembelajaran yang meliputi permainan, belajar team, pertandingan, dan penghargaan team. (Ibrahim, 2001:16). 3. Prestasi Belajar Yaitu untuk menilai kemampuan hasil belajar anak yang digunakan anak untuk mengetahui sejauh mana penguasaan anak terhadap materi yang telah diberikah untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang (Soetomo, 1993:248). 4. Belajar Menurut Hilgard, belajar adalah proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. (Abd. Rochman Abror, 1995: 6). 5. Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan bilangan-bilangan atau ilmu hitung. (Emzul Fajri, 1991: 850).
9
Dari uraian tersebut di tegaskan bahwa penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) diterapkan secara terusmenerus dan yang direncanakan serta tersusun secara tegas dan sistematis akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di sekolah.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah penelitian tindakan kelas. Pada tahapan ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu perhatian khusus untuk diamati. Selanjutnya peneliti membuat instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. (Arikunto,2008:90) Secara rinci pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut : a. Mengidentifikasikan dan menganalisis masalah yaitu secara jelas masalah apa yang akan diteliti. b. Menetapkan alasan mengapa penelitian dilakukan. c. Merumuskan masalah secara jelas baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pertanyaan.
10
d. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menentukan jawaban berupa rumusan hipotesis tindakan. e. Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan. f. Membuat secara rinci rancangan tindakan. g. Untuk membandingkan antara siklus I dengan lainnya menggunakan rumus formula atau rumus uji beda. 2. Subyek Penelitian Subyek yang akan diteliti adalah siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 20 terdiri dari laki-laki 15 siwa dan perempuan 5 siswi. 3. Langkah-langkah/Siklus Penelitian Penjelasan PTK/penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini, terdapat 4 tahap yang harus dilalui : tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi dan tahap evaluasi. Menurut Kemmis dan Mc Taggar (1992), tahap-tahap dapat digambarkan dalam model hubungan antara tahapan dalam siklus sebagai berikut :
11
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS III
Pelaksanaan
Pengamatan
? Bagan 1.1. Skenario Penerapan Model Pembelajaran a. Menyusun rancangan tindakan Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.
12
Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedang yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah guru, ketika sedang mengamati dia adalah seorang peneliti. Dalam tahapan penyusunan rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamat untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Jika yang digunakan dalam peneliti ini bentuk terpisah maka peneliti dan pelaksanaannya harus melakukan kesepakatan antara keduanya. Dikarenakan pelaksanaan guru peneliti adalah pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti, agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudah. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.
13
Jika
mengajukan
laporan
penelitiannya,
peneliti
tidak
melaporkan seperti apa pelaksanaan yang dibuat karena langsung melaporkan pelaksanaan. Oleh karena itu bentuk dan isi laporan harus sudah lengkap menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai penyelesaian. c. Pengamatan (Observing) Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. d. Refleksi (Reflecting) Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
14
Penelitian tindakan yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang dirasakan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. 4. Instrumen Penelitian No 1.
Indikator Penelitian Motivasi Belajar Siswa
Sub Indikator Keberhasilan • Siswa belajar mempraktekkan berhitung perkalian di luar jam Ajaran. • Siswa mengerjakan latihan berhitung perkalian yang ada di LKS.
2.
Siswa Menguasai Materi • Siswa belajar mengerjakan berhitung pekalian di dalam bersama temannya.
3.
Hasil Belajar Siswa
soal LKS
• Siswa mengetahui cara-cara mengerjakan berhitung perkalian. • Siswa dapat mengerjakan sendiri soalsoal perkalian.
5. Pengumpulan Data Dalam penelitian pengumpulan data yang digunakan adalah metode sebagai berikut : a. Metode Observasi Observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Hadi, 1989:140-160).
15
Metode ini digunakan sebagai alat bantu untuk mendapatkan data tentang kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. b. Metode Dokumentasi Untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1992:120). Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana prasarana. c. Wawancara Sebuah dialog yang dilakukan oleh interview untuk memperoleh informasi dari orang yang di wawancarai (Arikunto, 1992:121) Wawancara digunakan untuk memperoleh data-data dari sumber secara langsung seperti Kepala Sekolah, tenaga kerja, guru dan siswa. d. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1992:123) 1) Tes tertulis adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan , pengetahuan intelegensi kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok yang berupa teks 2) Tes lisan adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan , pengetahuan intelegensi
16
kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok yang berupa berupa pertanyaan langsung. 6. Analisa Data Tahapan sesudah pengumpulan data adalah menganalisis data yang telah diperoleh. Dalam pelaksanaan penelitian, tindakan kelas ada 2 jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti. a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat di analisa secara deskriptif. b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran ekspresi tingkat pemahaman terhadap suatu metode belajar yang baru (afektur) aktivitas siswa dalam mengikuti Ajaran, antusias dalam belajar. prestasi belajar dan sejenisnya.
H. Jadwal Penelitian Di mulai Tanggal 19 Nopember 2009 – 17 Maret 2010 Bulan No
Kegiatan
Nop
Desember
Januari
Februari
3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1. 2.
3.
Persiapan Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Tindakan b. Pelaksanaan dan Tindakan c. Observasi Interpretasi d. Analisis Interpelasi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √
17
4.
5.
6.
b. Pelaksanaan Tindakan c. Observasi Interpretasi d. Analisis dan Refleksi Pelaksanaan Siklus III a. Perencanaan Tindakan b. Pelaksanaan Tindakan c. Analisis dan Refleksi Penyusunan Laporan Hasil Penelitian a. Menyusun Draf Hasil Penelitian b. Menyelenggarakan Draf Hasil Penelitian Ujian
√ √ √ √ √ √
√ √
I. Sistematika Penulisan Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab yang saling berkaitan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Hipotesis Tindakan E. Kegunaan Penelitian F. Definisi Oprasional G. Metode Penelitian H. Jadwal Penelitian 1. Rancangan Penelitian 2. Subyek Penelitian
√ √
18
3. Langkah-langkah Penelitian 4. Instrumen Penelitian 5. Pengumpulan Data 6. Analisis Data I. Sistematika Penelitian BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Cooperative Learning Model TGT (Team Game Tournament) B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar C. Matematika
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Siklus I B. Deskripsi Siklus II C. Deskripsi Siklus III BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus 1. Pra Siklus 2. Siklus I 3. Siklus II 4. Siklus III B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Siklus I – III 2. Pra Siklus dan Siklus III C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung
19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam Bab ini penulis membahas landasan teori tentang penelitian yang berjudul “Penerapan Cooperative Learning Model TGT (Team Game Tournament). Guna meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009-2010.
A. Cooperative Learning Pembelajaran cooperative (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. “(Esti Isnawati, 2009:122). Sedang menurut Johnson (Lie, 2003:17) Cooperative Learning adalah kegiatan pembelajaran secara kelompok yang terstruktur” siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai kepada pengalaman kegiatan belajar yang optimal, baik secara individu maupun secara kelompok. Pembelajaran cooperative pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan belajar. Di dalam Nur (2005:1) Model Pembelajaran Cooperative dapat memotivasi seluruh siswa untuk saling mengambil tanggung jawab. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, Pembelajaran cooperative dapat menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak membedabedakan antar ras dan intelegensi, melatih siswa berpikir dan kreatif. Pembelajaran cooperative adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara cooperative dan tidak dangkal
20
21
kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda (Robert E. Slavin, 2005:103). Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi (Etin Solichatin, 2007:5). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran
dengan
menggunakan
model
Cooperative
Learning,
mengembangkan kualitas diri siswa terutama aspek efektif siswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip cooperative sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun kreatif suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Pembelajaran cooperative memposisikan siswa sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat pengalaman hidupnya, sehingga dalam menerima
22
informasi tidak hanya dari guru melainkan lingkungan yang memiliki suatu peran besar dalam membentuk kepribadian siswa. Siswa akan menggali kepedulian khususnya terhadap lingkungan, jika pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran cooperative ini berorientasi lingkungan. Lingkungan sekeliling sebagai fasilitator yang membimbing kegiatan pembelajaran siap melayani pertanyaan atau perdebatan. Pembelajaran ini diharapkan guru dapat menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari kegiatan yang telah mereka lakukan dan amati melalui pembelajaran. Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses dari pada hasil dengan asumsi mengembangkan kompetensi dan potensi siswa melalui pendidikan. Adapun langkah-langkah dalam penggunaan model Cooperative Learning secara umum (Stahl, 1994 ; Slavin, 1993: 105) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut : Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana program pembelajaran pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Guru dalam merancang program pembelajaran harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok kecil, artinya, bahwa materi dan tugas-tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara bersama dalam dimensi kerja kelompok. Untuk melalui pembelajarannya, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran.
23
Dengan demikian siswa tahu dan memahami apa yang harus dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi, guru tidak lagi menyampaikan materi selama panjang lebar, karena pemahaman dan pendalaman materi tersebut nantinya akan dilakukan dan pendalaman materi tersebut nantinya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama dalam kelompok. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat siswa belajar secara berkelompok, guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individu maupun kelompok baik dalam memahami materi maupun sikap atau perilaku siswa selama kegiatan berlangsung. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dan masing-masing kelompok untuk memprestasikan hasil kerjanya. Pada saat presentasi berakhir, guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahankelemahan atau perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.
24
1. Cooperative Learning Model TGT (Team Game Tournament) TGT (Team Game Tournament) merupakan salah satu model pembelajaran tim siswa, ini pada mulanya dikembangkan oleh David Devries dari Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins (Robert E. Slavin, 2005:13). Jadi TGT (Team Game Tournament) pembelajaran berupa kelompok, permainan, kerjasama dan pertandingan yang mana pembelajaran tersebut mengutamakan kekompakan. Sebagai pengganti tes dan sistem perbaikan skor individu TGT mempunyai ide utama untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu
dalam
menuntaskan
keterampilan-keterampilan
yang
dipresentasikan guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi semangat teman satu timnya untuk melakukan yang terbaik, menyatakan bahwa belajar itu penting, bermanfaat dan menyenangkan. Mereka dapat melakukan antara lain dengan cara
berpasangan
dengan
membandingkan
jawaban-jawabannya,
mendiskusikan perbedaan yang ada, saling membantu satu sama yang lain ketika menghadapi jalan buntu. Dapat juga saling memberikan kuis tentang materi yang sedang dipelajari. Selain memotivasi di atas, walaupun siswa belajar bersama mereka tidak boleh saling membantu dalam turnamen, ini berarti bahwa setiap siswa harus menguasai materi tersebut. Tanggung jawab pribadi ini memotivasi siswa untuk mempelajari materi dengan sungguh-sungguh. Selain motivasimotivasi di atas Team Game Tournament (TGT) memiliki dimensi
25
kegembiraan
karena
menggunakan
permainan-permainan
ini
yang
membedakan TGT dari model cooperative lainnya. TGT terdiri dari suatu siklus kegiatan pengajaran yang diatur seperti dalam (Nur, 2005:45) sebagai berikut : Mengajar
: Mempresentasikan pelajaran.
Belajar Tim : Siswa
mengerjakan
LKS
dalam
tim
mereka
untuk
menuntaskan bahan ajar. Turnamen
: Siswa terlibat dalam permainan akademik dalam meja-meja turnamen.
Penghargaan Tim
: Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim.
Fase-fase pembelajaran cooperative model TGT seperti pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Cooperative Model TGT Fase
Kegiatan
Fase 1
Persiapan
Fase 2
Melaksanakan presentasi kelas
Fase 3
Diskusi dalam kelompok
Fase 4
Pertandingan/turnamen
Fase 5
Pencatatan dan penjumlahan skor kelompok
Fase 6
Kesimpulan dan penutup
Fase-1 Persiapan Di dalam fase ini ada tiga hal pokok yang perlu dipersiapkan, yaitu: a. Penjelasan guru (teacher presentation)
26
b. Pembagian kelompok c. Mewajibkan siswa untuk mengisi turnamen Fase-2 Presentasi Kelas Presentasi kelas itu seharusnya meliputi pendahuluan dan inti yang dapat berisi komponen presentasi bahan dan pelatihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran, sedangkan kegiatan tim dan kuis mencakup latihan bebas dan asesmen. Sebagaimana dijelaskan oleh (Nur 2005:29) sebagai berikut: Pendahuluan. Katakan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting. Bangkitkan keingintahuan siswa dengan sebuah demonstrasi yang mengundang pertanyaan, masalah kehidupan nyata seharihari, atau dengan cara-cara yang lain. Secara singkat bahas ulang setiap keterampilan atau informasi prasyarat. Presentasi. Upayakan tidak menyimpang dari tujuan yang akan diujikan.
Fokus
pada
makna,
bukan
pada
hafalan.
Secara
aktif
demonstrasikan konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan dengan menggunakan alat bantu visual, manipulatif, dan banyak contoh. Latihan Terbimbing. Mintalah seluruh siswa mengerjakan soal atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru. Fase-3 Diskusi Kelompok (Team Study) dan bimbingan kelompok (Scaffolding). Fase-4 Pertandingan/Turnamen (Quizzes)
27
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini sudah terfokus pada siswa, adapun kegiatan turnamen meliputi: a. Memulai game dengan cara menentukan pemain/pembaca pertama. b. Pembaca pertama memulai game tersebut dengan membaca soal pada kartu dengan suara keras lalu memberi jawaban sesuai dengan hasil diskusi. Jika dia tidak yakin dengan jawabannya maka dia diijinkan untuk menebak tanpa hukuman. c. Setelah pembaca pertama memberi jawaban, siswa tersebut menawarkan kepada sebelah kirinya jika mempunyai pilihan jawaban yang menantang dengan memberikan jawaban yang berbeda. Teman inilah penantang pertama. Jika dia pass/lewat terhadap jawaban itu atau jika penantang kedua mempunyai jawaban yang berbeda dari dua yang pertama, penantang kedua boleh menantang. d. Jika pada ronde pertama pembaca maupun penantang sudah menjawab atau passed, pembaca pertama boleh melihat kartu lembar jawab. Jika jawabannya benar, dia boleh memiliki kartu tersebut, tapi jika jawabannya salah, kartu diberikan pada penantang yang jawabannya benar untuk dicatat skornya. Jika tak seorang pun menjawab benar, kartu dikembalikan ke deck. e. Pada ronde berikutnya penantang pertama akan menjadi pembaca dan pembaca pertama menjadi penantang terakhir. Permainan akan berlanjut sampai tumpukan kartu habis atau waktu yang diberikan usai.
28
Fase-5 Pencatatan dan Penjumlahan Skor Kelompok Saat game berakhir, para pemain mencatat skor kartu yang mereka menangkan pada lembar skor game pada kolom bertanda “Game 1”. Jika ada grup yang ingin bermain game kedua, permainan berjalan sampai waktu habis “Time Call” oleh guru dan jumlah kartu yang dimenangkan akan dicatat di bawah “Game 2” dalam lembar skor. Catatan : Jumlah kartu seharusnya sama dengan jumlah pertanyaan. Semua siswa sebaiknya memainkan game ini pada waktu yang bersamaan. Sementara permainan berlangsung guru keliling untuk meyakinkan bahwa tiap kelompok memahami prosedur permainan. Setelah selesai kelompok memasukkan dalam ikhtisar tim, selanjutnya ikhtisar tim dikumpulkan dan guru memasukkan dalam tabel skor individu maupun kelompok untuk mengetahui poin/skor individu, kelompok dan rata-rata kelas juga kedudukan antar tim. Fase-6 Simpulan dan Penutup Setelah selesai menjumlah skor, lembar skor diserahkan guru. Guru menegaskan kembali konsep-konsep dan materi pelajaran pada pembelajaran model TGT (Validation), kemudian mengumumkan urutan skor dari masingmasing kelompok dilanjutkan penyerahan penghargaan. Penghargaan tim berdasar pada skor rata-rata tim atau jumlah skor tim (Team recognition). Penghargaan diberikan pada Tim Super (tim yang luar biasa), Tim Hebat (tim yang sangat bagus), Tim Baik (tim bagus).
29
2. Evaluasi Pembelajaran Sebelum mengakhiri pelaksanaan belajar mengajar guru melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar. Sudjana (1996:56) mengemukakan “evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut, berarti tujuan evaluasi adalah pengambilan keputusan hasil belajar siswa dan pemahaman tentang pembelajaran perubahan tingkah lakunya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya hasil pembelajaran mencapai tujuan yang telah ditetapkan, guru memerlukan bahan pembanding yaitu membandingkan kemampuan siswa sebelum mengajar perlu adanya pre-test dan post-test. Secara garis besarnya evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu test dan non-test. Test yang dimaksudkan dalam hal ini adalah test hasil belajar, sebagai alat komunikasi yang paling dominan dalam penggunaannya. Sedangkan alat evaluasi non-test (seperti lembar observasi, wawancara, angket, Lembar Kerja Siswa/LKS) merupakan alat-alat penilaian yang dipergunakan untuk menilai aspek-aspek tingkah laku. Test adalah alat pengumpulan data atau informasi yang diinginkan evaluator. Berdasarkan pengertian tersebut, berarti test adalah suatu istilah umum yang dipergunakan untuk menunjukkan setiap jenis alat prosedur untuk mengukur kemampuan hasil belajar, minat dan karakteristik lainnya. Jadi seluruh kemampuan hasil belajar harus dinilai. Evaluasi menurut Stringgis (1992:48) dinamakan assessment. Dalam hal ini teknik assessment dibedakan menjadi empat macam, yaitu : selected
30
response assessment, essay assessment, performance assessment dan assessment that really on direct communication with the student. Penggunaan keempat assessment tersebut pada dasarnya karena hasil belajar itu kompleks. Jadi tidak dapat diukur semata-mata hanya dengan test saja. Lebih lanjut dijelaskan ada lima aspek yang perlu di akses, yaitu pengetahuan (know), kemampuan berpikir (reason), keterampilan (skill), hasil (product) dan sikap (attitude). Jika ingin mengakses penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, maka perlu di test seberapa banyak materi pelajaran yang telah dikuasai siswa apabila akan mengakses kemampuan berpikir siswa.
3. Evaluasi Model Pembelajaran Cooperative Dalam penilaian pembelajaran cooperative (cooperative learning) menggunakan sistem yang menjiwai sifat gotong royong di mana dalam penilaiannya siswa mendapat nilai pribadi dan kelompok. Siswa bekerjasama dengan metode gotong royong dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan untuk menambah point atau skor kelompok. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan test. Kemudian masing-masing mengerjakan test sendirisendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok dapat dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilai kelompok dapat diambil dari dinilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok, Kedua, nilai kelompok juga dapat diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok dan sumbangan setiap anggota. Dari kedua sistem penilaian kelompok di atas, mereka yang mampu merasa dirugikan oleh nilai
31
rekannya yang lemah. Sedangkan mereka yang lemah mungkin dapat merasa bersalah karena sumbangan nilainya paling rendah. Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang dapat dipilih. Setiap anggota menyumbangkan point di atas nilai rata-rata mereka sendiri. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 60 dan kali ini dia mendapat nilai 65, maka dia akan menyumbangkan lima point untuk kelompok. Hal ini berarti setiap siswa pandai ataupun lamban mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa lamban tidak anak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka juga dapat memberikan sumbangan, malahan mereka terpacu untuk menaikkan nilai pribadinya.
B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Upaya meningkatkan prestasi adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan daya maksimal berpikir siswa hingga mencapai prestasi belajar yang tinggi. Prestasi belajar merupakan suatu pengertian yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dikerjakan, dilakukan dsb. (Poerwadarmanto, Tahun 1984:786) sedang belajar adalah usaha, berlatih dan sebagainya supaya mendapat suatu kepandaian. Beberapa definisi tentang kepandaian: a. Menurut Elizabeth B Hurlock “Learning is Development That Comos Froms Exercise and Exfort”
32
Belajar adalah suatu perkembangan hasil dari pada latihan dan usaha. (1995:281) b. Menurut Ngalim Poerwanto Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. (1999:86) c. Menurut Witherington, dalam buku educational psychology Mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada rekasi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. (1995:165) d. Menurut Drs. Wasty Soemanto Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. (1995:99) e. Menurut Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono (2002:7) Belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. f. Menurut Drs. Suparno, dkk. Belajar
adalah
mempertahankan
perubahan hidup,
tingkah
mendapat
laku
peserta
perlindungan
didik dan
untuk
sekaligus
melestarikan kehidupannya (1998:9) Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya merupakan suatu proses
33
perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan dengan melalui usaha dan latihan serta pengalaman secara sadar dan sengaja yang menimbulkan perubahan baru. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah merupakan hasil usaha latihan pengalaman serta dipengaruhi pula faktor eksternal (dari luar siswa) dan internal (dari dalam siswa). 2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi atau hasil akan mudah dicapai apabila diusahakan semaksimal mungkin oleh si pelaku (pelajar) dan tidak kalah pentingnya adalah faktor luar yang ikut mempengaruhinya. Apabila faktor dari luar itu di atur sedemikian rupa, maka akan dapat diharapkan prestasi belajar anak akan lebih baik, Prestasi belajar merupakan suatu hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya, sehingga proses belajar siswa tidak akan sama dengan yang lainnya walaupun mereka di dalam kelas yang sama. Adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya : a. Menurut Drs. Ngalim Poerwanto Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi dua golongan : 1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, dan 2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial yang termasuk
ke
dalam
faktor
individual
antara
lain
:
faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
34
pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan, kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. (1985:106). b. Menurut Drs. Suparno, dkk. yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Faktor yang sangat penting dalam proses belajar adalah murid atau subjek belajar. Sebagai subjek belajar, murid memiliki kapasitas mental yang berbeda untuk
mencapai
pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap
yang
diharapkan oleh guru dan yang terpenting mereka memiliki bakat dan intelegensi yang berbeda, memiliki motivasi belajar yang berbeda pula. 2) Kondisi fisik subjek belajar juga berpengaruh sekali terhadap hasil belajar. Seorang
anak
yang
sehat
badannya
umumnya
dapat
lebih
mengembangkan kecakapannya dibandingkan memiliki stamina belajar yang rendah. 3) Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah tujuan subjek belajar. Tujuan subjek belajar ini sangat dipengaruhi tuntutan yang tetap dari keluarga, sekolah, dan masyarakat (1988:13).
35
c. Menurut Prof. Dr. Sutari Imam Barnadib Yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah : 1) Faktor Tujuan Penelitian tidak dapat dinamakan pendidikan kalau tidak mempunyai tujuan untuk mencapai kebaikan anak di dalam arti yang sebenarnya. 2) Faktor Pendidik Hakekat pendidikan itu terletak pada adanya kewibawaan pendidik dan hubungan kewibawaan antara pendidik dan anak didik. 3) Faktor Anak Didik Anak didik adalah sekelompok orang yang menerima pengaruh dari orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. 4) Faktor Alat-alat Di dalam kegiatan-kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan perlu menggunakan alat-alat pendidikan. Bentuk-bentuk alat-alat pendidikan itu misalnya : a) Perintah, larangan b) Dorongan, hambatan c) Nasehat, anjuran d) Hadiah, hukuman e) Pemberian kesempatan, menutup kesempatan jual alat pendidikan ialah perbuatan atau situasi yang diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
36
5) Faktor alam sekitar (milieu) Faktor alam sekitar ialah Segala sesuatu yang ada di keliling anak. Beberapa ahli membagi milieu ini menjadi 3 bagian ialah: 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat (1987:35) d. Menurut Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono Yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah : 1) Faktor Intern Belajar meliputi: a) Sikap terhadap belajar b) Motivasi Belajar c) Konsentrasi belajar d) Mengolah bahan belajar e) Menyimpan perolehan hasil belajar f) Menggali hasil belajar yang tersimpan g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar h) Rasa percaya diri siswa i) Intelegensi dan keberhasilan belajar j) Kebiasaan belajar k) Cita-cita siswa 2) Faktor Extern Belajar meliputi: a) Guru sebagai pembina siswa belajar b) Prasarana dan sarana pembelajaran
37
c) Kebijakan penilaian d) Lingkungan sosial siswa di sekolah e) Kurikulum sekolah (2002:238-253) Demikian
beberapa
definisi
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, jelas pada prinsipnya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dibedakan menjadi dua faktor yaitu: 1) Faktor Internal Yaitu faktor yang menyangkut seluruh pribadi siswa atau individu yang belajar. 2) Faktor Eksternal Yaitu faktor yang bersumber dari luar siswa, atau lingkungan individu yang belajar. Sehingga hal itu dapat dikatakan apabila kita menghendaki hasil belajar yang baik, maka kita tidak boleh melupakan berbagai faktor-faktor yang ada atau paling tidak kita harus memperhatikan faktor-faktor di atas. Dan berarti pula tanpa memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka yang akan kita peroleh adalah kegagalan dalam perbuatan belajar.
38
C. Mata Pelajaran Matematika Mata pelajaran matematika diberikan di semua jenjang pendidikan formal. Sedangkan pengertian matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan bilangan-bilangan atau ilmu-ilmu hitung (Emrul Fajri, 1991:850). Matematika merupakan aktivitas kehidupan manusia. Oleh karena itu mempelajarinya juga hendaknya melibatkan siswa aktif dalam membangun pengetahuan matematika. Komunikasi dua arah sangat dikehendaki dalam pembelajaran matematika. Karena siswa terlibat langsung dalam pembentukan ilmu matematika. Bahkan, sangat memungkinkan bahwa temuan-temuan menarik justru muncul dari siswa. Hal ini hanya akan mungkin terjadi kalau siswa diberi kesempatan untuk melakukan proses penemuan itu. Pembelajaran searah yang didominasi oleh guru. Kurang memiliki peluang siswanya melakukan proses inquiry, proses exploration, dan proses investigation. Jadi siswa perlu memiliki pengalaman untuk menemukan konsep dan prosedur matematika. Pengalaman temuan ini diperlukan bagi para guru dalam membelajarkan siswa dengan paradigma baru. Pandangan baru dalam pembelajaran matematika membekali para guru akan pentingnya mengikuti trend secara internasional bahwa pembelajaran matematika hendaknya melibatkan siswa untuk aktif membangun pemahaman matematikanya. Keterlibatan siswa melakukan pengamatan, membuat suatu jawaban sementara (conjecture), mengumpulkan data atau informasi untuk membuktikan dugaan atau jawaban sementara yang dibuatnya. Kemudian, merangkaikan informasi yang dikumpulkan dengan informasi hasil pengamatan
39
dan inquiry serta hasil investigasi dan eksplorasi untuk membuktikan dugaan (menguji dugaan) yang dibuatnya. Strategi pembelajaran yang bersifat menekankan pada hafalan (drill) atau rote learning serta mengutamakan kepada routine computation atau algebraic procedure hendaknya sudah harus di kurangi dan diganti dengan cara menekankan kepada pemahaman. Guru dapat menggunakan gejala-gejala alam, susunan pola-pola bangun untuk memahamkan siswa akan konsep matematika seperti permukaan meja untuk memahami konsep luas, lempar dadu untuk memahamkan penjumlahan atau perkalian bilangan, puzzle dan luas lingkaran dan seterusnya. (Turmudi, 2008:111) Materi matematika yang disajikan dalam skripsi ini penekanannya pada perkalian kelas III SD/MI. Hal ini merupakan upaya memberikan “ruang gerak” bagi siswa untuk berkreasi dan mengembangkan kreativitas bermatematika dan pembelajaran matematika di kelas bernuansa pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Di bawah ini adalah cara menambah pemahaman konsep perkalian sebagai berikut : (Turmudi, Tahun 2008:120-123) (1)
(2)
Pada gambar (1) di atas: (a) Berapa banyak bulatan-bulatan hitam? (b) Bagaimana kamu mendapatkan bilangan itu?
40
(c) Dapatkah kamu mencari bilangan itu dengan cara lain selain yang kamu pikirkan? (d) Kalau kamu melihat secara seksama bulatan-bulatan itu, maka akan kamu dapatkan
Bahwa bulatan adalah 5 + 5 + 5 = 15. Kamu lihat bahwa 5 ini berulang sebanyak 3 kali. Jadi, ada 3 kelompok lima-an sehingga 3 x 5 = 15. (e) Selain dengan cara di atas pada (d) kamu (para siswa) juga dapat memandang bulatan-bulatan itu sebagai berikut :
Ada lima kelompok 3-an sehingga 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15
5 x 3 = 15
41
Kalau kamu lihat ada lima kelompok yang masing-masing kelompok ada 3 kotak sehingga kita dapat tuliskan sebagai 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15 dan kita katakan sebagai 5 x 3 = 15. Bilangan 3 berulang sebanyak 5 kali. (2) Sekarang kita lihat kembali
1.
Bagaimana akan kamu katakan perkalian di atas?
2.
Berapa banyak persegi-persegi di atas?
3.
Bagaimana kamu mendapatkan banyak kota tersebut?
…x…=…
Kamu lihat ada dua kelompok sehingga … x … = … Setelah
siswa
memahami
pengertian
perkalian
seperti
itu,
pertanyaan-pertanyaan berikut akan mempertajam pengertian perkalian mereka. Perkalian 2: 1. Berapa banyak roda untuk 7 sepeda? 2. Berapa telinga sebanyak 8 orang? 3. Berapa banyak 4 pasang kaos kaki?
42
Perkalian 3: 1. Berapa banyak roda untuk 10 becak? 2. Berapa banyak roda untuk 6 bajaj? Perkalian 4: 1. Berapa banyak kaki sapi untuk 6 ekor sapi? 2. Berapa banyak roda sedan sebanyak 5 mobil? Perkalian 5: 1. Berapa banyak jari untuk tiga tangan? 2. Berapa banyak pojok untuk 4 buah bintang lima?
Pertanyaan-pertanyaan berikut juga dapat dikembangkan. 1. Berapa banyak roda untuk lima sedan? 2. Amir memiliki 13 sepeda yang belum terjual berapa banyak rodanya? 3. Di kelasmu ada 8 kelompok siswa yang masing-masing kelompok ada 5 orang. Berapa semua murid di kelasmu? 4. Seminggu ada 7 hari. Telur ayam dierami sampai menetas untuk waktu 3 minggu. Berapa harikah 3 minggu itu? Usaha peningkatan hasil belajar siswa bagi guru merupakan suatu kewajiban dan wujud keprofesionalan seorang guru. Guru menurut kodratnya
43
sebagai agen perubahan haruslah selalu tanggap dan peka terhadap apa yang terjadi baik di lingkungannya maupun di luar lingkungannya. Pembelajaran Cooperative model TGT merupakan pembelajaran kelompok dimana kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan mempertimbangkan kehiteroginaannya baik prestasi, ras, status sosial, dan sebagainya. Kelompok satu dengan yang lain dapat memiliki bobot yang sama, ini terjadi sebab di dalam pembagian kelompok berdasarkan ranking/tingkatan prestasi di kelasnya. Dengan demikian dalam satu kelompok bisa terdiri dari siswa yang prestasinya tinggi, cukup, dan rendah. Pembelajaran cooperative diharapkan siswa secara aktif membangun pengetahuannya dengan bantuan teman sebaya (peer teaching) di dalam kelompoknya. Belajar di dalam kelompok secara aktif merupakan proses konstruksi pengetahuan dimana struktur pengetahuan mereka berkembang seperti dikatakan Lie (2002:12) “banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru”. Dengan peer teaching memungkinkan adanya adaptasi informasi secara akomodasi maupun asimilasi. Pendekatan cooperative model TGT yang mungkin dapat memecahkan masalah rendahnya keterampilan berhitung perkalian siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Dengan pembelajaran cooperative selain siswa merasa senang karena dilakukan dengan berbagai permainan, juga siswa belajar bersama-sama dengan teman sebayanya dan siswa bebas mengeluarkan ide-ide dan kreativitas yang ada pada dirinya. Belajar dengan nuansa kegembiraan yang membedakan TGT dari model pembelajaran cooperative lainnya. Penerapan pembelajaran cooperative model TGT dapat digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut :
44
GURU
PEMBELAJARAN COOPERATIVE MODEL TGT
PENINGKATAN
PROSES PEMBELAJARAN
HASIL BELAJAR SISWA
KOGNITIF
AFEKTIF
PSIKOMOTOR Bagan 2.1. Kerangka Berpikir
Gambar 2. menunjukkan bahwa pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa yang terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain berpengaruh pada hasil belajar pembelajaran TGT juga dapat meningkatkan proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika menggunakan model pembelajaran tradisional dimana siswa hanya datang, duduk, diam, catat, dan hafal seolah-olah pembelajaran hanya oleh guru saja, tetapi setelah menggunakan TGT antara guru dan siswa sama-sama dalam kondisi aktif. Dalam proses pembelajaran ketepatan guru memilih pendekatan merupakan salah satu kunci keberhasilan pembelajaran.
45
Pendekatan cooperative model TGT dipandang tepat untuk dipergunakan dalam pembelajaran berhitung perkalian pada mata pelajaran matematika siswa Kelas III, karena pembelajaran TGT disertai bentuk permainan yang menyenangkan. Siswa kelas III menurut perkembangannya berada pada periode ini yang ditandai oleh aktivitas seolah-olah bersifat sungguh-sungguh (make believe activity) dan tampaklah bermacam-macam permainan khayal. Kalau dulu anak bermain dengan prajurit sekarang bermain sebagai prajurit, Whiterington (TT:170). Sehingga, permainan lebih dekat dengannya. Dengan digunakannya pendekatan tersebut, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa akan lebih aktif, kreatif, serta dapat memunculkan ide-ide barunya dan hasil belajar yang di dapat dari proses pembelajaran yang bermakna akan mendapatkan hasil yang sesuai harapan, baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN A. Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Pelaksanaan ini dilaksanakan di kelas III MI Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan atau dilakukan pada semester I (pertama) dengan 3 siklus yang setiap siklusnya 3 pertemuan dan tiap pertemuan 2 jam pelajaran ( 2 x 40 menit) dan masing-masing siklus dilaksanakan tanggal 19 Nopember 2009 sampai dengan 1 Januari 2009. 3. Mata Pelajaran Mata pelajaran yang menjadi obyek penelitian ini adalah Matematika dengan kompetensi Dasar atau silabus pada saat penelitian ini dilaskanakan, maka pokok bahasan yang diambil adalah perkalian 4. Karakteristik Siswa Penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 5 perempuan. 5. Identitas Madrasah Nama Lengkap Madrasah
: MI Karangasem Ketapang
Alamat
: Karangasem Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
46
47
6. Visi dan Misi Madrasah a. Visi Madrasah: MI Karangasem Ketapang mencetak generasi cerdas, mandiri, berprestasi yang berkepribadian qurani b. Misi Madrasah 1) Menanamkan dasar-dasar ilmu agama sesuai dengan qur’an dan sunnah Rasulullah SAW 2) Menanamkan keimanan dan ketaqwaan 3) Membina kepribadian anak agar menjadi anak yang sholeh, mandiri, berakhlak dan terampil 4) Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis sebagai wahana menggali ilmu agama, pengetahuan dan teknologi 5) Menumbuhkan semangat mencapai tujuan di bidang ilmu agama pengetahuan dan teknologi 6) Menumbuhkan rasa semangat, bermasyarakat, dengan meningkatkan sumber daya manusia 7) Menumbuhkan kesadaran siswa, orang tua dan masyarakat
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Pra Siklus Pada bagian awal Bab ini dipaparkan gambaran kondisi awal pembelajaran keterampilan berhitung pada mata pelajaran matematika di
48
kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Proses pembelajaran ketrampilan berhitung dilaksanakan dengan pola konvensional seperti berikut : pertama, guru menyuruh siswa menghafalkan perkalian 1 – 100 yang ada dalam buku; kedua, siswa melaksanakan kegiatan menghafal, sedang guru mengawasi kegiatan tersebut sambil mengerjakan tugas-tugasnya atau administrasi guru kelas, misalnya membuat administrasi guru; ketiga, guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas untuk berbicara hasil dari kegiatan menghafal. Sebagian besar siswa yang disuruh maju enggan atau bahkan banyak yang tidak mau dengan alasan belum hafal atau malu. Siswa yang mau maju pun hanya menyampaikan beberapa bilangan yang mampu dihafal. Apalagi ditugasi untuk mengerjakan sesuatu kegiatan atau kejadian hampir semuanya tidak bisa atau tidak mau atau malu. Kondisi demikian ini terus terjadi sehingga kebanyakan siswa apabila sedang pelajaran matematika cenderung menawar untuk atau mengerjakan saja, sedangkan keterampilan berhitung lebih banyak dihindari. 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Perencanaan sebelum tindakan kegiatan sebagai berikut : 1. Menyusun konsep ketrampilan berhitung dengan materi perkalian. 2. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pelajaran matematika materi perkalian. -
Siswa mampu mengerjakan soal perkalian dengan menggunakan jari matika.
49
-
Siswa mampu menyelesaikan soal perkalian dua angka
-
Siswa mampu menghafal perkalian 1 s/d 100.
3. Menyusun rencana pembelajaran dengan materi perkalian. 4. Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran
ketrampilan
berhitung
dengan
materi
perkalian. 5. Mempersiapkan alat peraga/media yang akan dipergunakan dalam proses
pembelajaran
berkaitan
dengan
materi
pembelajaran
ketrampilan berhitung materi perkalian. 6. Mengadakan tes penjajagan yang sekaligus untuk menentukan ranking guna membagi siswa dalam kelompok. Adapun dalam penelitian ini siswa dibagi menjadi 4 kelompok (tim) yang masing-masing anggotanya 5 orang dari 20 siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem. Hasil tes pejajagan rata-rata nilai matematika adalah 5,2 dengan perincian 1 siswa memperoleh nilai 8, 2 siswa memperoleh nilai 7, 5 siswa memperoleh nilai 6, 4 siswa memperoleh nilai 5 dan 8 siswa memperoleh nilai 4. 7. Melakukan koordinasi dengan tim pengamat (I, II, III) dan penjelasan cara pengisian lembar pengamatan (observasi).
50
b. Pelaksanaan Rencana tindakan yang akan diberikan kepada siswa akan dilakukan melalui fase-fase yang merupakan fase model TGT dengan pembagian waktu sebagai mana yang digambarkan pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 : Pembagian waktu pembelajaran kooperatif model TGT waktu 2 jam pelajaran (40 menit (1 x pertemuan). Fase
Kegiatan
Waktu
Fase 1
Persiapan
5 menit
Fase 2
Melaksanakan presentasi kelas
10 menit
Fase 3
Diskusi dalam kelompok
10 menit
Fase 4
Turnamen/pertandingan
45 menit
Fase 5
Pencatatan skor kelompok
3 menit
Fase 6
Kesimpulan/penutup
7 menit
Operasional dari 6 face tersebut masing-masing dilaksanakan seperti sebagai berikut: Fase -1 : Persiapan 1) Penjelasan seorang guru (Teacher presentation) dalam TGT ini berisi tentang a) Catatan b) Buku teks c) Lembar kerja TGT untuk persiapan game d) Lembar pertanyaan game untuk turnamen
51
e) Membuat kartu bernomer 1 sampai 20 atau lebih f) Lima jenis permainan g) Lembar jawaban h) Lembar skor individu maupun kelompok i) Alat dan bahan praktek (jika ada kegiatan eksperimen) 2) Siswa dibagi menjadi 4 tim/kelompok yang heterogen dalam ha prestasi, jenis kelamin dan kesukuan. Pengelompokan ini sebaiknya dilakukan oleh seorang guru dengan harapan siswa pandai, sedang dan kurang dapat membaur atau tidak terjadi kelompok ekstrim. Guru bisa mengurutkan/peringkat siswa sesuai dengan prestasi terdahulu atau dalam pembentukan rangking lewat turnamen. 3) Mewajibkan siswa untuk mengisi turnamen. Jumlah tabel disesuaikan jumlah siswa. Jika jumlah dapat dibagi empat semua tabel turnamen akan mempunyai 4 anggota, sebagai contoh, satu kelas terdiri dari 20 siswa akan mempunyai 5 kelompok yang masing-masing memiliki 5 anggota Tabel 3.2 Skor individu dan kelompok Tim asal 1 2 3 4
Jumlah Kartu Anggota Tim Kelompok 1 2 3 4 5
Jumlah Persentase rata-rata kelas
Penghargaan
52
Fase -2 : Persentase Kelas Pada fase ini diawali dengan pembagian LKS yang selanjutnya bahan ajar diperkenalkan melalui presentasi kelas baik secara langsung maupun diskusi kelas. Dalam TGT selalu dimulai dengan presentasi kelas. Presentase kelas itu seharusnya meliputi pendahuluan dan inti yang dapat berisi komponen presentasi bahan dan pelatihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran, sedangkan kegiatan tim dan kuis mencakup latihan bebas dan asesmen. Fase -3 : Pertandingan/Turnamen (quizzes) a. Untuk memulai pertandingan atau game, setiap siswa di table (meja) turnamen mengambil satu kartu dari decknya (bungkusnya), siswa yang mendapat angka tertinggi dalam permainan menjadi pembaca pertama. b. Pembaca pertama memulai game tersebut dengan membaca soal pada kartu tersebut dengan suara keras lalu memberi jawaban sesuai dengan hasil diskusi. Jika dia tidak yakin dengan jawabannya maka dia diizinkan untuk menebak tanpa hukuman. c. Setelah
pembaca
pertama
memberi
jawaban,
siswa
tersebut
menawarkan kepada sebelah kirinya jika mempunyai pilihan jawaban yang menantang dengan memberikan jawaban yang berbeda. Teman inilah penantang pertama, jika dia pas/lewat terhadap jawaban itu atau jika penentang kedua mempunyai jawaban yang berbeda dari dua yang pertama, penantang kedua boleh menantang.
53
d. Jika pada ronde pertama pembaca maupun penantang sudah menjawab atau passed, pembaca pertama boleh melihat kartu lembar jawab. Jika jawabannya benar, dia boleh memiliki kartu tersebut, tapi jika jawaban itu salah, kartu tersebut diberikan kepada penentang yang jawabannya benar untuk dicatat skornya. Jika tidak ada satupun yang menjawab benar, kartu dikembalikan ke deck. e. Pada ronde berikutnya penantang pertama akan menjadi pembaca dan pembaca pertama menjadi penantang terakhir. Permainan akan berlanjut sampai tumpukan kartu habis atau waktu yang diberikan sudah habis. Fase -5 : Pencatatan dan Penjumlahan Skor Kelompok Saat game berakhir, para pemain mencatat skor kartu yang mereka menangkan pada lembar skor game. Pada kolom bertanda “game 1”. Jika ada grup yang ingin bermain game kedua, permainan berjalan sampai “time call” (waktu tercatat) oleh guru dan jumlah kartu yang dimenangkan akan dicatat di bawah “game 2” dalam lembar skor. Catatan : jumlah kartu seharusnya sama dengan jumlah pertanyaan Semua siswa sebaiknya memainkan game ini pada waktu yang bersamaan. Sementara permainan berlangsung guru keliling untuk meyakinkan bahwa tiap kelompok memahami prosedur permainan. Setelah game selesai para siswa kembali pada timnya dan menghitung skor rata-rata tim dengan menggunakan lembar ikhtisar tim seperti contoh pada tabel 3.3:
54
Tabel 3.3 Ikhtisar Tim Nama Tim : Melon Nilai Game ke No
Anggota
Keterangan 1
2
3
1 2 3 4 Skor Tim Total Rata-rata tim Penghargaan Rata-rata tim : Skor Tim Total : Jumlah Anggota Tim Setelah selesai kelompok memasukkan poin dalam ikhtisar tim selanjutnya ikhtisar tim dikumpulkan dan guru memasukkan dalam tabel skor individu maupun kelompok untuk mengetahui poin/skor individu, kelompok dan rata-rata kelas juga kedudukan antar tim seperti pada tabel 3.4 berikut : Tabel 3.4. Contoh skor individu dan kelompok siklus Jumlah Kartu
Tim asal 1
Anggota Tim 1
2
3
2 3 4 Jumlah Persentase rata-rata kelas
4
Kelompok 5
Penghargaan
55
Fase -6 : Simpulan dan Penutup Setelah selesai menjumlah skor, lembar skor diserahkan pada guru. Guru menjelaskan kembali konsep-konsep dan materi pelajaran pada pembelajaran model TGT (validation) kemudian mengumumkan urutan skor dari masing-masing kelompok dilanjutkan penyerahan penghargaan. Penghargaan tim berdasarkan pada rata-rata tim atau jumlah skor tim (team recognition). Penghargaan diberikan pada tim baik (tim bagus), tim hebat (tim yang sangat bagus), tim super (tim yang luar biasa), penghargaan tim seperti pada tabel 3.5 berikut : Tabel 3.5. Contoh kriteria penghargaan tim menurut rata-rata tim Kriteria (rata-rata tim)
Penghargaan
10-15
Tim bagus
16-20
Tim hebat
20-25
Tim super
Sumber : Nur (2005:36) Yang menonjol pada pembelajaran pelajaran matematika materi perkalian dengan pendekatan kooperatif learning model TGT ini adalah partisipasi aktif semua siswa dan sistem gotong royong karena masingmasing kelompok ingin mendapatkan poin yang banyak yang berarti tiaptiap anggota kelompok memiliki kewajiban untuk menyumbangkan point sebanyak-banyaknya. Dengan model TGT ini tanpa terasa semua siswa akan terlibat aktif untuk menjawab atau mengemukakan pendapat sehingga secara tidak langsung sesungguhnya telah terjadi menghafal
56
perkalian yang luar biasa. Berikut ini disajikan bagan pola permainan dalam TGT untuk pembelajaran matematika materi perkalian ini.
1
1
2
2 5
5
3
3
4
4
Tim Apel
Tim Jeruk
1
1
2
2 5
5
3
3 4
4
Tim Anggur
Tim Melon
1
1
2
Meja 1
Meja 2
2
1
2
1
2 3
Meja 3
3
3
3 5
4
4
Meja 4 4
5
Meja 5
4
Bagan 3.1. Model Tim dan Meja Game
5
5
57
Keterangan permainan/game Siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 20 anak dibagi menjadi 4 tim/kelompok dan masingmasing time diberi nama yang diambilkan dari nama-nama buah-buahan kesukuan anak-anak, yaitu Tim Jeruk, Tim Apel, Tim Melon dan Tim Anggur. Masing-masing tim terdiri dari 5 anak/siswa dan masing-masing siswa bernomor yaitu : 1,2,3, 4 dan 5. Di dalam kelas atau luar kelas disiapkan 5 meja atau tempat bermain ; lainnya, mialnya tikar (untuk permainan di luar kelas). Setiap tim mengerjakan LKS dengan sistem gotong-royong agar semua anggota tim memahami betul substansi isi LKS karena ketika bermain nanti setiap anggota berkewajiban menyumbang poin untuk kelompoknya. Setelah LKS dipresentasikan guru, anggota kelompok menyebar ke meja-meja. Siswa yang bernomor 1 menempati meja 1, siswa yang bernomor 2 menempati meja 2, siswa yang bernomor 3 menempati meja 3, siswa yang bernomor 4 menempati meja 4, dan siswa yang bernomor 5 menempati meja 5. Kartu soal dan kartu jawaban yang sudah disiarkan guru ditaruh di meja dalam posisi terbalik. Permainan dimulai dengan menentukan siapa yang harus main dulu dengan hompipah atau cara lain. Setelah permainan. Pertama ditentukan pemain pertama mengambil kartu soal
58
yang di atas dan membacanya keras-keras kemudian menjawabnya. Apabila jawaban pemain pertama sudah disampaikan secara lisan pemain di sebelah kanannya disilahkan menantang dengan jawaban yang lebih tepat dan apabila tidak bisa cukup bilang dengan kata pass maka giliran diberikan kepada pemain di sebelah kanannya lagi sampai jawaban yang tepat atau tidak ada lagi yang sanggup menjawabnya. Kartu soal yang sudah dijawab disimpan oleh pemain yang menjawab paling benar jawabannya. Untuk dikumpulkan sebagai perolehan poin. Begitu seterusnya sampai soal yang jumlahnya 25 untuk tiap meja habis. Kartu soal yang tidak terjawab disisihkan. Setelah kartu soal habis siswa menghitung perolehan kartu soal terjawab yang di miliki masing-masing dan menulisnya pada kartu nilai seperti di bawah ini. Meja …………...
No 1 2 3 4 5
Nama
Tim Asal
Perolehan Kartu Game Ke Jumlah Point 1
2
3
59
Setelah permainan/game selesai masing-masing siswa kembali pada timnya dan melaporkan atau mereka perolehan poin sehingga akan diketahui
perolehan
poin
dalam
kelompok
untuk
menentukan
penghargaan. Demikian berlaku untuk setiap game-game berikutnya.
1) Jenis Data dan Cara Pengambilannya Sumber data dalam penelitian ini adalah daftar nilai hasil turnamen pada tahap penjajakan (sebagai data awal), siswa, peneliti, teman guru, dan Kepala Sekolah sebagai data pendukung. Jenis data yang didapat terdiri dari: Peristiwa : Proses belajar mengajar, Dokumen: Nilai test siswa (hasil tournament), Pengamatan/observasi selama proses pembelajaran a) Teknik Pengumpulan Data 1. Test terdiri dari: -
Test penjajakan, test ini diberikan untuk mengetahui motivasi belajar dan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum diberi tindakan dan sekaligus sebagai penentu rangking guna pembagian kelompok TGT (tes ini peneliti gantikan dengan nilai Matematika kelas III Madrasah
Ibtidaiyah
Karangasem
Desa
Ketapang
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 pada UTS semester I). -
Test akhir, diambil dari hasil turnamen, dengan tabel 7 sebagai berikut:
60
Tabel 3.6. Skor Kelompok dan individu siklus Jumlah Kartu Tim asal
Penghargaan Anggota Tim
1
1
2
3
Kelompok
4
5
2 3 4 Jumlah Persentase rata-rata kelas
2. Non Tes Teknik non tes dilakukan untuk memperoleh data dan informasi melalui pengamatan langsung saat pembelajaran berlangsung oleh peneliti/guru dibantu rekan sejawat, yang terdiri dari pengamatan penampilan guru. Penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berturut-burut diberikan contoh lembar pengamatan dengan indikator. Sebagai berikut seperti pada tabel 8: Tabel 3.7. Instrumen Penilaian Aspek Afektif Siswa Nama : ………………………. NIP No 1 2 3 4
: ………………………. Nama Siswa
1
Aspek-Aspek Afektif Siswa 2 3 4 5 6
7
61
Keterangan: 1) Menghargai pendapat orang lain 2) Mengetahui aturan diskusi 3) Memiliki sikap antusias permasalahan yang diajukan guru 4) Memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang diberikan guru 5) Sopan dalam mengajukan pendapat dan tidak memaksanya 6) Memiliki motivasi dalam mengikuti diskusi 7) Memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelompok Penilaian: Baik Sekali
(8.6-10)
Baik
(7,1-8,5)
Cukup
(5,6-7,0)
Kurang
(4,1-5,5)
Kurang Sekali
(< 4,1)
Tabel 3.8. Penilaian Aspek Psikomotor Nama Pengamatan : ………………………….. NIP No 1 2 3 4 5
: ………………………….. Nama Siswa
Aspek Psikomotor Siswa 1
2
3
4
5
62
Keterangan : 1) Kemampuan
dalam
mengidentifikasikan
masalah
yang
diajukan guru 2) Kemampuan mengkomonikasikan pendapat 3) Kemampuan dalam menafsirkan pendapat orang lain 4) Kemampuan membuat kesimpulan dari data hasil diskusi 5) Kemampuan membuat laporan tertulis hasil diskusi Penilaian: Baik Sekali
(8.6-10)
Baik
(7,1-8,5)
Cukup
(5,6-7,0)
Kurang
(4,1-5,5)
Kurang Sekali
(<4,1)
b) Alat Pengumpulan Data 1. Butir
soal
penjajakan
diambil
dari
soal-soal
yang
dipergunakan turnamen dengan materi perkalian. Siswa menjawab dan dituliskan dalam selembar kertas untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan sesudah diberi tindakan dan sekaligus untuk menentukan tingkatan/rangking tiap-tiap siswa guna untuk membentuk kelompok TGT. 2. Instrumen observasi, yaitu berupa skala penilaian yang akan diisi oleh pengamat pada saat proses pembelajaran yang berhubungan perilaku pengajar dan aktifitas belajar siswa.
63
3. Catatan lapangan meliputi catatan tentang kegiatan selama pengajaran dan kegiatan siswa sebagai subyek peneliti, baik secara objektif maupaun tafsiran.
2) Analisa Data Analisa data yang digunakan: a) Analisis Deskriptif Teknik analisis data dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran dilakukan guru dengan siswa. Adapun data dan informasi yang dianalisis adalah dalam bentuk hasil tes (hasil turnamen) dan non test (selama proses pembelajaran). Selanjutnya data hasil tes tersebut dituangkan dalam bentuk tabel untuk mengetahui perkembangan dan perbandingan hasil perolehan tes siswa setiap siklusnya. b) Analisis Interaktif Data dan informasi yang diperoleh melalui non tes dilakukan dengan cara kualitatif. 1. Tes -
Tes Penjajakan Tes penjajakan yang digunakan adalah memberikan tes dengan soal-soal yang digunakan dalam turnamen secara klasikal dan sekaligus rangking dari tes ini untuk menentukan kelompok/tim.
64
-
Tes Akhir Hasil tes dari jumlah perolehan poin individu dan kelompok pada waktu turnamen. Proses penafsiran data untuk mengetahui motivsi belajar siswa dan ketuntasan waktu turnamen. Ketuntasan prestasi individu siswa adalah jika siswa telah dapat menjawab (mendapatkan) 3 kartu/point dengan asumsi bahwa 5 siswa dalam satu meja turnamen itu mempunyai kecerdasan yang sama sehingga dari 25 soal setiap peserta turnamen hanya memperoleh kartu/poin maksimal 5 (lima) kartu. Jika kita ubah menjadi nilai prestasi individu dengan rentang nilai 0-10 adalah setiap satu kartu/poin sama dengan nilai 2 (dua) dan jika ada siswa yang mendapatkan kartu/poin lebih dari 5 nilai tetap dihitung 10. Jadi bila siswa A mendapat poin 4 nilaianya sama dengan empat kali dua sama dengan delapan, yang artinya bahwa siswa tersebut sudah tuntas atau memenuhi sesuai indikator kinerja (6.0). Sedangkan untuk mengetahui rata-rata kelompok (tim) dengan cara menjumlahkan perolehan poin dari anggota tim dibagi jumlah anggota tim kali 2 (dua) (seperti perhitungan pada nilai individu) maka rumus yang dipergunakan adalah : Rata-rata Kelompok (tim) =
Jumlah Perolehan Point x2 Jumlah Anggota Tim
65
Sedangkan untuk mengetahui hasil rata-rata kelas adalah Jumlah Perolehan Point dari seluruh kelompok dibagi Jumlah Siswa dengan rumus : Rata-rata Kelas =
Jumlah PerolehanPoint Seluruh Kelompok x2 JumlahSiswa
Sebagai pertimbangan keberhasilan adalah semakin banyak game dilakukan siswa dalam waktu turnamen menandakan bahwa siswa tersebut telah menguasai bahan ajar karena semakin banyak game semakin banyak pula nomornomor soal yang terjawab oleh siswa. 2. Non Tes -
Tes Penampilan Mengajar Guru Kriteria yang dipergunakan untuk menilai penampilan
mengajar guru dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika adalah dengan pemberian skala A-D. Dengan ketentuan bahwa nilai A termasuk kategori baik sekali, nilai B termasuk kategori baik, nilai C termasuk kategori kurang, nilai D termasuk kategori kurang sekali. Apabila diubah ke dalam bentuk presentase, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. Persentase =
P x 100% Q
P = Frekuensi kategori yang mucul Q = Jumlah aspek penilaian
66
Proses penafsiran data dilakukan dengan cara bahwa apabila rata-rata keseluruhan hasil pengamatan, pengamat I, II, dan III pada setiap siklus sebanyak 14 aspek dari 18 aspek bernilai A, maka hasilnya adalah sebagai berikut :
14 x 100% = 77,8% , 12
sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
sebanyak 77,8% aspek-aspek proses penampilan mengajar guru telah dilaksanakan dengan baik sekali. Lembar pengamatan terlampir (lihat lampiran) -
Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Kriteria yang dipergunakan untuk menentukan aktivitas
siswa alam pembelajaran adalah menggunakan persentase dalam setiap aspek kategori yang diamati. Adapun rumus pedoman peningkatan keatifan siswa adalah sebagai berikut : Persentase =
Jumlah Siswa Yang Aktif x 100% Jumlah Siswa Keseluruhan
Hasil prosentase ditafsirkan dengan berpedoman pada klasifikasi sebagai berikut : 100%
= seluruh jumlah siswa atau baik sekali
75 – 99%
= sebagian besar jumlah siswa atau baik
51 – 74%
= lebih dari setengah jumlah siswa atau cukup
50%
= setengah jumlah siswa atau sedang
25 – 49%
= kurang dari setengah jumlah siswa atau kurang
0 – 24%
= sebagian kecil jumlah siswa atau kurang sekali
67
c. Pengamatan Selama proses belajar mengajar peneliti juga mengadakan pengamatan kepada siswa dalam mengikuti pelajaran Matematika. Peneliti berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan prestasi
belajar
MI
Karangasem
Ketapang
Kecamatan
Susukan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) maka
observasi difokuskan pada aspek-aspek yang diamati oleh peneliti terhadap siswa diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran 2. Tingkat perhatian siswa 3. Prestasi siswa d. Refleksi Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya pembelajaran, peningkatan motivasi belajar, hasil turnamen dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari kekurangan siklus ini dilaksanakan pada siklus berikutnya. Selanjutnya langkah-langkah yang diambil peneliti pada siklus II adalah: 1. Perhatian guru harus menyeluruh kepada semua siswa di kelas 2. Berusaha tidak terlalu cepat dalam menyampaikan materi kepada siswa 3. Guru harus memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dalam menjawab pertanyaan 4. Guru harus membimbing siswa dalam melaksanakan pertandingan
68
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran siklus II secara terperinci disajikan dengan deskripsi berikut ini. 1) Mempersiapkan konsep materi pelajaran tentang perkalian yang telah disusun berdasarkan siklus I. 2) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3) Mempersiapkan rencana pembelajaran matematika materi perkaian. 4) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika materi perkalian. 5) Mempersiapkan alat peraga/media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
berkaitan
dengan
materi
pembelajaran
tentang
perkalian, misalnya : LKS dan kartu turnamen. 6) Membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang masing-masing anggota lima orang. 7) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat (I, II dan III) dan melakukan penyamaan persepsi terhadap cara pengisian lembar pengamatan (observasi). b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru melakukan langkah pembelajaran sesuai dengan struktur pembelajaran dan berupaya memperbaiki kelemahan aspek-aspek pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I.
69
2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan buku panduan kegiatan belajar mengajar dan berupaya memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I, baik yang berhubungan dengan turnamen dan aspek afektif maupun psikomotorik. 3) Pengamat
melakukan
pengamatan
sesuai
dengan
instrumen
pengamatan tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan materi perkalian. c. Pengamatan Pada kegiatan pengamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini peneliti juga mengadakan pengamatan kepada siswa dalam mengikuti pelajaran Matematika. Selama proses belajar mengajar peneliti juga mengadakan pengamatan kepada siswa dalam mengikuti pelajaran Matematika. Peneliti berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan prestasi
belajar
MI
Karangasem
Ketapang
Kecamatan
Susukan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) maka
observasi difokuskan pada aspek-aspek yang diamati oleh peneliti terhadap siswa diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran 2) Tingkat perhatian siswa 3) Prestasi siswa
70
d. Refleksi Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya pembelajaran, peningkatan motivasi belajar, hasil turnamen dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada siklus II ini, selanjutnya penyempurnaan dari kekurangan siklus ini dilaksanakan pada siklus berikutnya.
4. Siklus III a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran siklus III secara terperinci disajikan dengan deskripsi berikut ini. 1) Mempersiapkan konsep materi pelajaran tentang perkalian yang telah disusun berdasarkan siklus II. 2) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3) Mempersiapkan rencana pembelajaran matematika materi perkaian. 4) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika materi perkalian. 5) Mempersiapkan alat peraga/media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
berkaitan
dengan
materi
pembelajaran
tentang
perkalian, misalnya : LKS dan kartu turnamen. 6) Membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang masing-masing anggota lima orang.
71
7) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat (I, II dan III) dan melakukan penyamaan persepsi terhadap cara pengisian lembar pengamatan (observasi). b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru melakukan langkah pembelajaran sesuai dengan struktur pembelajaran dan berupaya memperbaiki kelemahan aspek-aspek pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II. 2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan buku panduan kegiatan belajar mengajar dan berupaya memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus II, baik yang berhubungan dengan turnamen dan aspek afektif maupun psikomotorik. 3) Pengamat
melakukan
pengamatan
sesuai
dengan
instrumen
pengamatan tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan materi perkalian. c. Pengamatan Guru dan pengamat mengamati dampak pelaksanaan. Apakah telah sesuai dengan rencana dan hambatan atau kendala apa yang dihadapi siswa maupun guru. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan kepada siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dalam pengamatan ini peneliti berpedoman pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Adapun aspek-aspek yang diamati oleh peneliti diantaranya adalah:
72
1) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran 2) Tingkat perhatian siswa 3) Prestasi siswa d. Refleksi Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya pembelajaran, peningkatan motivasi belajar, hasil turnamen dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada siklus III ini, selanjutnya penyempurnaan dari kekurangan siklus ini dilaksanakan pada siklus berikutnya. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan antar siklus dapat dilihat pada Bagan 3. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan)
Pelaksanaan Tindakan I
Terselesaikan
Siklus I
Refleksi I
Analisis Data I
Observasi I
Belum Terselesaikan
Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II)
Pelaksanaan Tindakan II
Permasalahan
Siklus II Terselesaikan
Refleksi II
Analisis Data II
Observasi II
Belum Terselesaikan
Alternatif Pemecahan III (Rencana Tindakan III)
Pelaksanaan Tindakan III
Terselesaikan
Refleksi III
Analisis Data III
Siklus III
Observasi III
Tercapai Bagan 3.2. Skenario Penerapan Model Pembelajaran
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus (Data Pengamatan Wawancara Refleksi Keberhasilan dan Kegagalan) 1. Deskripsi Pra Siklus Pada bagian awal Bab ini dipaparkan gambaran kondisi awal pembelajaran keterampilan berhitung pada mata pelajaran matematika di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Karangasem Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Proses pembelajaran ketrampilan berhitung dilaksanakan dengan pola konvensional seperti berikut : pertama, guru menyuruh siswa menghafalkan perkalian 1–100 yang ada dalam buku; kedua, siswa melaksanakan kegiatan menghafal, sedang guru mengawasi kegiatan tersebut sambil mengerjakan tugas-tugasnya atau administrasi guru kelas, misalnya membuat administrasi guru; ketiga, guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas untuk berbicara hasil dari kegiatan menghafal. Sebagian besar siswa yang disuruh maju enggan atau bahkan banyak yang tidak mau dengan alasan belum hafal atau malu. Siswa yang mau maju pun hanya menyampaikan beberapa bilangan yang mampu dihafal. Apalagi ditugasi untuk mengerjakan sesuatu kegiatan atau kejadian hampir semuanya tidak bisa atau tidak mau atau malu. Kondisi demikian ini terus terjadi sehingga kebanyakan siswa apabila sedang pelajaran matematika cenderung menawar untuk atau mengerjakan saja, sedangkan keterampilan berhitung lebih banyak dihindari.
73
74
Dokumentasi nilai hasil belajar Pra Siklus sebelum penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) seperti pada tabel 4.1 berikut ini: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Siswa 91-100 81-90 71-80 61-70 51-60 41-50 31-40 21-30 11-20 0-10 Jumlah
Jumlah 0 0 1 2 5 4 8 0 0 0 20
Prosentase 0% 0% 5% 10 % 25 % 20 % 40 % 0% 0% 0% 100 %
Tabel 4.1. Nilai Hasil Belajar Pra Siklus Data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang telah tuntas dengan KKM 60 sebanyak 5 siswa atau 25% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 15 siswa tau 75 %. Nilai rata-rata kelas 3 MI Karangasem Ketapang yaitu 5,2. 2. Deskripsi Siklus I Pada data siklus I dicari data menggunakan tes formatif dan lembar observasi kegiatan siswa. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai hasil belajar siswa, keaktifan, serta perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran
Matematika.
keaktifan
dan
perhatian
siswa
sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. agar siswa paham dengan materi pelajaran,
siswa
harus
mempunyai
perhatian
kepada
materi
yang
disampaikan. Sedangkan keaktifan adalah salah satu indikator adanya motivasi dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Apabila kedua hal
75
tersebut baik, maka materi benar-benar bisa dipahami sehingga prestasi belajar semakin meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa dalam pembelajaran, maka pada siklus I ini peneliti mulai menerapkan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) terutama dari guru kepada siswa. Dari hasil observasi siswa setelah diterapkan metode cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) diperoleh data seperti pada tabel 4.2 berikut ini : No 1 2 3 4
Kategori Kurang Cukup Baik Baik Sekali Jumlah
Jumlah Siswa 10 4 4 2 20
Prosentase 50 % 20 % 20 % 10 % 100 %
Tabel 4.2 : Keaktifan siswa dalam cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus I ini, peneliti dapat menemukan kelemahan dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Guru menyampaikan materi terlalu cepat sehingga ada sebagian siswa yang lemah menjadi terlambat dalam menerima pelajaran. b. Kemauan siswa untuk bertanya dan menjawab juga belum maksimal sehingga guru harus mengulang-ulang materi. c. Waktu yang diberikan oleh guru untuk siswa dalam berpikir tidak cukup.
76
d. Siswa yang menjawab pertanyaan kebanyakan siswa yang aktif saja, karena guru tidak menunjuk siswa dalam menjawab pertanyaan. Hasil observasi perhatian siswa setelah diterapkan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) diperoleh data seperti pada tabel 4.3 sebagai berikut: No 1 2 3 4
Perhatian Kurang Cukup Baik Baik Sekali Jumlah
Jumlah Siswa 10 4 4 2 20
Prosentase 50 % 20 % 20 % 10 % 100 %
Tabel 4.3 Perhatian Siswa Siklus I Siswa yang mendapatkan skor 2 adalah siswa bermain sendiri serta tidak memperhatikan pelajaran sedangkan siswa yang mendapatkan skor 3 adalah siswa yang kadang bermain tetapi kadang juga memperhatikan pelajaran. Untuk skor 4 siswa yang benar-benar aktif dan penuh perhatian terhadap pembelajaran Matematika. Pada Siklus I, penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) kurang menarik bagi siswa. Menurut analisis peneliti dari data lembar observasi kegiatan siswa ditemukan adanya hal-hal yang menganggu perhatian siswa pada pembelajaran. Hambatan-hambatan tersebut adalah: a. Pada saat pertandingan siswa terlalu cepat dalam membacakan pertanyaan, sehingga siswa kurang dalam pemahaman.
77
b. Siswa yang duduk di belakang selaku bermain sendiri guru hanya di depan saja. c. Siswa yang pasif cenderung melamun sendiri karena guru lebih memperhatikan siswa yang aktif menjawab pertanyaan dari teman saja sehingga siswa yang pasif ini perhatiannya terhadap pembelajaran menjadi berkurang. Akan tetapi pembelajaran ini telah menunjukkan perubahan dan peningkatan dalam hal: a. Siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran ini bisa mengerti akan materi yang disampaikan b. Siswa juga banyak yang bertanya dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan materi tetapi tidak tercantum dalam teks. Dari instrumen pertandingan yang berupa soal-soal permainan diperoleh data seperti pada tabel 4.4 berikut ini: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Siswa 91-100 81-90 71-80 61-70 51-60 41-50 31-40 21-30 11-20 0-10 Jumlah
Jumlah 0 0 2 0 9 0 9 0 0 0 20
Prosentase 0% 0% 10 % 0% 45 % 0% 45 % 0% 0% 0% 100 %
Tabel 4.4. Nilai Belajar Siklus I Data hasil turnamen baik individu maupun kelompok proses pembelajaran yang dilakukan guru, motivasi belajar dan aktivitas siswa
78
dalam kegiatan pembelajaran berhitung sesuai dengan instrumen pengamatan yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan pemantapan. Adapun data hasil turnamen dalam kegiatan pembelajaran matematika materi perkalian adalah seperti pada tabel 10 berikut ini. Tabel 4.5. Skor Individu dan Kelompok Siklus I Jumlah Kartu Tim Asal
Penghargaan
Anggota Tim Kelompok 1
2
3
4
5
1
3
2
2
3
3
13
Tim baik
2
3
2
3
2
2
12
Tim baik
3
2
4
3
3
2
14
Tim baik
4
3
4
3
2
2
14
Tim baik
Jumlah
53
Rata-rata Perolehan Poin
2,65
Data pada tabel 4.5 menunjukkan hasil poin/skor turnamen, terlihat bahwa rata-rata perolehan poin 2,65 bila ditransfer ke nilai menjadi 5,3. Sebagaimana yang disajikan pada tabel 11. Artinya, rata-rata nilai prestasi meningkat 5,2 menjadi 5,3 dan jika kita ubah menjadi nilai prestasi individu seperti yang tersaji dalam tabel 11 berikut ini.
79
Tabel 4.6. Nilai Prestasi Individu dan Nilai Prestasi Kelompok pada Siklus I Jumlah Kartu Tim Asal
Penghargaan
Anggota Tim Kelompok 1
2
3
4
5
1
6
4
4
6
6
26
Tim baik
2
6
4
6
4
4
24
Tim baik
3
4
8
6
6
4
28
Tim baik
4
6
8
6
4
4
28
Tim baik
Jumlah
106
Rata-rata Nilai Prestasi
5,3
Tabel 4.6 di atas adalah nilai prestasi yang kita ambil dari jumlah poin kita kalikan 2 dan hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata nilai prestasi individu meningkat dari 5,2 menjadi 5,3. Namun demikian, kenaikan rata-rata nilai prestasi anak ini belum mencapai nilai ketuntasan atau dengan kata lain indikator kinerja belum tercapai. Dari data di atas 40% lebih siswa masih belum mencapai nilai ketuntasan. Artinya, masih banyak siswa yang belum menguasai pelajaran matematika materi perkalian dengan materi pokok perkalian atau ada kemungkinan mereka belum terampil melaksanakan turnamen, terbukti pada siklus I ini mereka hanya dapat melaksanakan satu game. Perbandingan nilai prestasi pada penjajagan dan nilai prestasi pada siklus I dapat tersaji pada tabel 12 berikut ini.
80
Tabel 4.7. Perbandingan Nilai Prestasi Siswa Hasil Penjajakan dengan Siklus I No Urut
Nama Siswa
Kelompok
Nilai Penjajakan
Nilai Siklus I
1
M. ROSID
1
6
6
2
ARIS WINOTO
1
6
4
3
AGUS SEPTIANTO
1
5
4
4
M. KHOIR RIZQI
1
5
6
5
M. FITRIAN ARDIYANTO
1
4
6
6
M. MAEMUN KHALIM
2
7
6
7
M. FAHRUR ROZI
2
5
4
8
ZIDNI NAFIAH
2
6
6
9
M. MILADUN HIMAM
2
6
4
10
M. ULIN NUHA
2
4
4
11
M. ALI MUSTOFA
3
4
4
12
WAHYU MARYONO
3
8
8
13
MAHRUS BAIDHOWI
3
4
6
14
NASRUL FAHMI
3
6
6
15
DEPI PUSPITA SARI
3
4
4
16
MURNIYATI NINGSIH
4
7
6
17
RIKI SAPUTRA
4
4
8
18
FAHRUR ROZI
4
5
6
19
IRFAN RIAN DIKA
4
4
4
20
DIAN ANISA
4
4
4
Jumlah
104
106
Rata-rata
5,2
5,3
81
Dari data perbandingan di atas menunjukkan bahwa 5 siswa nilai prestasinya naik, 6 siswa nilai prestasinya turun, dan 9 siswa nilainya tetap. Apabila dipresentasikan menjadi 25% naik (+), 30% turun (-), dan 45% tetap. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Siklus I belum berhasil karena pada 45% belum berpengaruh positif, bahkan masih ada 30% yang negatif. Oleh karena itu perlu dibuktikan lagi melalui tindakan siklus II. Data indikator aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika materi perkalian sesuai dengan instrumen pengamatan, yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama, dan pemantapan. Data hasil pengamatan pada siklus I tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilaksanakan guru tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Terhadap Guru pada Siklus I No 1.
Aspek-aspek Yang Diamati
Pengamat I
II
III
a. Menyiapkan kelengkapan alat dan bahan untuk diskusi
C
D
C
b. Mengajukan materi/permasalahan yang perlu didiskusikan siswa
D
C
C
c. Menyiapkan lembar kerja untuk siswa
B
C
B
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan
D
C
B
b. Review atau melanjutkan pelajaran terdahulu yang belum lengkap
C
C
D
c. Mengamati/membahas perencanaan teknis dalam perkalian
C
D
C
Perencanaan Pembelajaran
Apersepsi
82
Pengamat No 2.
3.
Aspek-aspek Yang Diamati I
II
III
a. Merumuskan pertanyaan atau permasalahan tentang topik pelajaran
B
C
C
b. Membimbing diskusi kelompok siswa
C
D
D
c. Melakukan pengamatan diskusi siswa
D
C
C
d. Mengkomunikasikan pesan
C
D
C
e. Menginterpretasi pendapat siswa
C
D
C
f. Memberikan penjelasan kepada siswa
D
C
D
g. Landasan pemikiran pemecahan masalah
C
C
D
h. Perumusan kesimpulan
D
C
C
i. Penarikan kesimpulan
C
C
D
a Membuat ringkasan
C
D
D
b. Menjawab pertanyaan
D
C
C
c. Pemberian tugas
C
D
C
Kegiatan Utama
Kegiatan Pemantapan
Berdasarkan data pada tabel 4.8 tersebut selanjutnya dirubah ke dalam bentuk persentase dengan rumus sebagai berikut :
Frekuensi Kategori Jawaban Yang Muncul 100% Jumlah Aspek Penilaian Berdasarkan proses perhitungan diperoleh hasil persentase dari setiap pengamat yang tersaji pada tabel 14 sebagai berikut.
83
Tabel 4.9. Rekap Hasil Pengamatan Terhadap Guru pada Siklus I Pengamat No Kategori
I
II
Ratarata %
II
F
%
F
%
F
%
1.
A
0
0
0
0
0
0
0
2.
B
2
11,17
0
0
2
11,11
7,40
3.
C
10
55,55
10
55,55
10
55,55
55,55
4.
D
5
27,77
8
44,44
5
27,77
33,32
5.
E
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
18
100
18
100
18
100
100
Keterangan : A = baik sekali, B = baik, C = cukup, D = kurang, E = kurang sekali, F = frekuensi Berdasarkan tabel 14 tersebut di atas dapat dianalisis bahwa persentase tertinggi dari rata-rata hasil pengamatan 7,40% dalam kategori baik, 55,55% aspek-aspek proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru berkategori cukup, dan 33,32% dikategorikan kurang. Artinya pengamat I, II dan III memandang bahwa penampilan mengajar guru dapat dikatakan cukup berdasarkan aspek-aspek dalam perencanaan pembelajaran, kegiatan utama dan pemantapan. Data hasil pengamatan terhadap siswa yang memberikan nilai afektif dan psikomotorik pada Siklus I yang perolehannya dari hasil pengamatan para pengamat, yaitu pengamat I, II dan III disajikan pada tabel 4.10 berikut ini.
84
Tabel 4.10. Data Nilai Afektif Siswa pada Siklus I Aspek Aktivitas Siswa
No
1.
Afektif
Pengamat II
III
1
4,25
4,34
5,05
4,54
2
4,85
5,54
4,25
4,88
3
4,45
6,23
4,52
5,06
4
6,15
4,42
4,25
4,94
5
4,45
4,15
5,86
5,15
6
6,15
4,95
4,82
5,30
7
4,85
4,14
4,72
5,23
Rata-rata Afektif
2.
Psikomotorik
Rata-rata
I
5,01
1
5,13
5,94
5,24
5,10
2
4,73
4,21
5,25
4,39
3
4,86
5,73
4,95
5,18
4
4,56
5,25
5,44
5,08
5
5,42
4,25
5,24
4,97
Rata-rata Psikomotorik
4,94
Apabila di rata-rata antara nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik pada siklus I ini diperoleh angka (5,3 + 5,01 + 4,94) : 3 = 5,08. Sehingga jika dirujukkan dengan indikator kinerja, yaitu 6,0 belum tercapai, tetapi sudah mendekati sehingga perlu dibuktikan dengan Siklus II. 2. Refleksi Nilai rata-rata hasil turnamen 5,3 apabila dibandingkan dengan nilai hasil penjajagan, yaitu 5,2 pada Siklus I ini sudah ada kenaikan walaupun tingkat kenaikan baru 1%. Sebenarnya pada Siklus I ini berdasarkan hasil pengamatan para pengamat, guru sudah mengajar dengan cukup bagus dengan rata- rata hasil pengamatan 7,40% dalam kategori baik, 55,35% cukup, dan 33,32% kurang.
85
Jika dilihat dari nilai rata-rata hasil pengamatan terhadap aspek afektif dan psikomotorik terhadap siswa yang dilakukan oleh pengamat dan dipadukan dengan hasil turnamen dihasilkan rata-rata nilai 5,3 nilai ini hampir mencapai ketuntasan berdasarkan indikator kinerja, yaitu 6,0. Hanya dibutuhkan upaya kenaikan rata-rata nilai sebesar 11,67% dari hasil yang telah diperoleh. Munculnya penurunan nilai dan nilai tetap pada anak-anak tertentu pada siklus I ini dimungkinkan karena anak belum begitu akrab dengan pola game. Hal ini terbukti dengan hanya dapat terlaksana 1 game saja dalam siklus I, padahal dengan waktu yang tersedia dimungkinkan dapat berlangsung 2 sampai 3 game. Keaktifan dan perhatian siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Setelah terjadi pembelajaran dengan menerapkan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament), siswa yang
telah tuntas menjadi lebih banyak dari pada sebelum penerapan model pembelajaran ini. Siswa yang tuntas 11 siswa atau sebesar 55 %. Nilai Siklus I naik sebesar 30 % dibandingkan nilai Pra Siklus dari 5 siswa menjadi 11 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebenyak 9 anak atau 45 %. Rata-rata kelas pada Siklus I yaitu 5,3 naik setelah penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament).
Dengan berbagai data di atas dan hasil analisisnya penelitian ini dilanjutkan dengan siklus II.
86
3. Deskripsi Siklus II Pada Siklus II ini peneliti menerapkan kembali cooperative learning model TGT (Team Game Tournament), metode ini sekarang disajikan tidak hanya dalam bentuk pertandingan saja, terutama dari guru kepada siswa saja. akan tetapi, metode ini sudah sedikit diberi onovasi yaitu dengan berbagai model permainan. Dengan harapan supaya terjadi kerja sama yang pada akhirnya perhatian dan keaktifan siswa semakin meningkat. Dari lembar observasi siklus II diperoleh data tenang keaktifan perhatian siswa: No 1 2 3 4
Kategori Kurang Cukup Baik Baik Sekali Jumlah
Jumlah Siswa 5 4 5 6 20
Prosentase 25 % 20 % 25 % 30 % 100 %
Tabel 4.11. Keaktifan Siswa Pada Siklus II Keaktifan siswa melaksanakan pertandingan lebih meningkat dari sebelumnya. Sebanyak 30 % yang baik sekali, 25 % baik, 20 % dalam kategori cukup dan ada 25 % siswa yang masih pasif atau tidak ikut dalam berperan aktif dalam pertandingan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus II ini peneliti dapat menemukan kelemahan dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Guru tidak menjelaskan tugas dan kewajiban peserta kelompok.
87
b. Sebagian kelompok cenderung pasif hanya menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman saja tanpa mau berusaha untuk bergantian bertanya. c. Waktu banyak yang terbuang karena guru terlalu lama dalam presentasi. d. Siswa yang terlalu aktif di kelas cenderung menguasai kelompok. Akan tetapi pembelajaran ini telah menunjukkan pembelajaran dan peningkatan dalam hal: a. Keberanian siswa dalam bertanya jawab semakin meningkat, ini disebabkan karena terpacu oleh semangat anggota kelompompoknya yang menginginkan menjadi yang terbaik b. Pertanyaan dan jawaban siswa sudah mulai terarah dan sebagian besar sudah menjawab dengan benar, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran meningkat. Hasil observasi perhatian siswa setelah diterapkan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) yang sudah diberi inovasi
diperoleh data seperti pada tabel 4.12 sebagai berikut: No 1 2 3 4
Perhatian Kurang Cukup Baik Baik Sekali Jumlah
Jumlah Siswa 5 4 5 6 20
Prosentase 25 % 20 % 25 % 30 % 100 %
Tabel 4.12. Perhatian Siswa Siklus II Perhatian siswa juga meningkat sebanyak 30 % yang baik sekali, 25 % dalam kategori baik, 20 % telah cukup dan 25 % masih pasif atau kurang memperhatikan pembelajaran. Secara umum pada siklus II terjadi
88
peningkatan dalam perhatian dan keaktifan siswa dalam keukursertaan penerapan metode ini, menurut peneliti dikarenakan: a. Pembelaharan dilaksanakan secara berkelompok b. Posisi duduk siswa sesuai nomor kelompok masing-masing sehingga permainan dapat berjalan lancar c. Guru memberikan penjelasan dengan jelas d. Siswa diberikan kesempatan waktu yang cukup untuk berpikir dalam menjawab pertanyaan Setelah diberi tindakan pada siklus II diperoleh data sebagaimana yang dipaparkan berikut ini. Tabel 4.13. Skor Individu dan Kelompok Siklus II Jumlah Kartu Tim Asal
Penghargaan
Anggota Tim Kelompok 1
2
3
4
5
1
4
2
3
2
3
14
Tim baik
2
3
3
3
3
2
14
Tim baik
3
5
2
2
3
3
15
Tim baik
4
5
3
3
2
3
16
Tim baik
Jumlah
59
Rata-rata Perolehan Poin
2,95
89
Tabel 4.14. Nilai Prestasi Individu dan Nilai Prestasi Kelompok pada Siklus I Jumlah Kartu Tim Asal
Penghargaan
Anggota Tim Kelompok 1
2
3
4
5
1
8
4
6
4
6
28
Tim baik
2
6
6
6
6
4
28
Tim baik
3
10
4
4
6
6
30
Tim baik
4
10
6
6
4
6
32
Tim baik
Jumlah
118
Rata-rata Nilai Prestasi
5,9
Pada tabel 4.14 di atas disajikan perolehan poin dan nilai prestasi kita ambil dari jumlah poin kita kalikan 2 dan hasilnya menunjukkan bahwa ratarata nilai prestasi individu meningkat dari Siklus I 5,3 menjadi 5,9. Namun demikian, kenaikan rata-rata nilai prestasi anak ini belum mencapai nilai ketuntasan atau dengan kata lain indikator kinerja belum tercapai. Dari data di atas 30% lebih siswa masih belum mencapai nilai ketuntasan. Artinya, masih banyak siswa yang belum menguasai pelajaran matematika materi perkalian atau ada kemungkinan mereka belum terampil melaksanakan turnamen, terbukti pada siklus II ini mereka hanya dapat melaksanakan dua game. Perbandingan nilai prestasi pada penjajagan, siklus I dan siklus II siswa dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini.
90
Tabel 4.15. Perbandingan Nilai Prestasi Siswa Hasil Penjajakan dengan Siklus I dan II No Urut
Nama Siswa
Kelompok
Nilai Penjajakan
Nilai Nilai Siklus I Siklus II
1
M. ROSID
1
6
6
8
2
ARIS WINOTO
1
6
4
4
3
AGUS SEPTIANTO
1
5
4
6
4
M. KHOIR RIZQI
1
5
6
4
5
M.FITRIAN ARDIYANTO
1
4
6
6
6
M. MAEMUN KHALIM
2
7
6
6
7
M. FAHRUR ROZI
2
5
4
6
8
ZIDNI NAFIAH
2
6
6
6
9
M. MILADUN HIMAM
2
6
4
6
10
M. ULIN NUHA
2
4
4
4
11
M. ALI MUSTOFA
3
4
4
10
12
WAHYU MARYONO
3
8
8
4
13
MAHRUS BAIDHOWI
3
4
6
4
14
NASRUL FAHMI
3
6
6
6
15
DEPI PUSPITA SARI
3
4
4
6
16
MURNIYATI NINGSIH
4
7
6
10
17
RIKI SAPUTRA
4
4
8
6
18
FAHRUR ROZI
4
5
6
6
19
IRFAN RIAN DIKA
4
4
4
4
20
DIAN ANISA
4
4
4
6
Jumlah
104
106
118
Rata-rata
5,2
5,3
5,9
91
Dari data perbandingan di atas menunjukkan bahwa 8 siswa nilai prestasinya naik, 4 siswa nilai prestasinya turun, dan 8 siswa nilainya tetap. Apabila dipresentasikan menjadi 40 naik (+), 20 turun (-), dan 40 tetap. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa siklus II belum berhasil juga karena pada 40% belum berpengaruh positif, bahkan masih ada 20% yang negatif. Oleh karena itu perlu dibuktikan lagi melalui tindakan siklus III. Data indikator aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika materi perkalian sesuai dengan instrumen pengamatan, yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama, dan pemantapan. Data hasil pengamatan pada siklus I tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilaksanakan guru tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 4.16. Hasil Pengamatan Terhadap Guru pada Siklus II No 1.
Pengamat
Aspek-aspek Yang Diamati
I
II
III
a. Menyiapkan kelengkapan alat dan bahan untuk diskusi
C
C
C
b. Mengajukan materi/permasalahan perlu didiskusikan siswa
C
C
C
B
B
B
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan
B
C
B
b. Review atau melanjutkan pelajaran terdahulu yang belum lengkap
C
C
C
c. Mengamati/membahas perencanaan teknis dalam perkalian
C
C
C
Perencanaan Pembelajaran
yang
c. Menyiapkan lembar kerja untuk siswa Apersepsi
92
Pengamat No 2.
3.
Aspek-aspek Yang Diamati I
II
III
a. Merumuskan pertanyaan atau permasalahan tentang topik pelajaran
B
C
C
b. Membimbing diskusi kelompok siswa
C
C
C
c. Melakukan pengamatan diskusi siswa
C
C
C
d. Mengkomunikasikan pesan
C
D
C
e. Menginterpretasi pendapat siswa
C
D
C
f. Memberikan penjelasan kepada siswa
D
C
D
g. Landasan pemikiran pemecahan masalah
C
C
C
h. Perumusan kesimpulan
C
C
C
i. Penarikan kesimpulan
C
C
C
A Membuat ringkasan
C
C
C
b. Menjawab pertanyaan
D
C
C
c. Pemberian tugas
C
D
C
Kegiatan Utama
Kegiatan Pemantapan
Berdasarkan data pada tabel 4.16 tersebut selanjutnya dirubah ke dalam bentuk persentase dengan rumus sebagai berikut :
Frekuensi Kategori Jawaban Yang Muncul 100% Jumlah Aspek Penilaian Berdasarkan proses perhitungan diperoleh hasil persentase dari setiap pengamat yang tersaji pada tabel 4.17 sebagai berikut.
93
Tabel 4.17. Rekap Hasil Pengamatan Terhadap Guru pada Siklus II Pengamat No Kategori
I
II
Ratarata %
II
F
%
F
%
F
%
1.
A
0
0
0
0
0
0
0
2.
B
3
16,67
1
5,55
2
11,11
11,11
3.
C
13
72,22
14
77,78
15
83,33
77,78
4.
D
2
11,11
3
16,67
1
5,56
11,11
5.
E
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
18
100
18
100
18
100
100
Keterangan : A = baik sekali, B = baik, C = cukup, D = kurang, E = kurang sekali, F = frekuensi Berdasarkan tabel 20 tersebut di atas dapat dianalisis bahwa persentase tertinggi dari rata-rata hasil pengamatan 11,11% dalam kategori baik, 77,78% aspek-aspek proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru berkategori cukup, dan 11,11% dikategorikan kurang. Artinya pengamat I, II dan III memandang bahwa penampilan mengajar guru dapat dikatakan cukup berdasarkan aspek-aspek dalam perencanaan pembelajaran, kegiatan utama dan pemantapan. Data hasil pengamatan terhadap siswa yang memberikan nilai afektif dan psikomotorik pada siklus II yang perolehannya dari hasil pengamatan para pengamat, yaitu pengamat I, II dan III disajikan pada tabel 15 berikut ini.
94
Tabel 4.18. Data Nilai Afektif dan Psikomotorik Siswa pada Siklus II No
1.
2.
Aspek Aktivitas Siswa 1 2 3 Afektif 4 5 6 7
Psikomotorik
1 2 3 4 5
Pengamat I II III 5,25 6,34 7,05 4,85 5,54 5,25 5,45 5,23 6,52 6,15 4,42 4,25 5,45 5,15 5,86 5,15 4,95 6,82 5,85 6,14 5,72 Rata-rata Afektif 6,13 4,94 5,24 5,73 6,21 5,25 4,86 5,73 5,95 4,56 6,25 5,44 5,42 5,25 5,24 Rata-rata Psikomotorik
Rata-rata 6,27 5,21 5,73 4,94 5,48 5,64 5,90 5,59 5,43 5,73 5,51 5,41 5,30 5,48
Apabila di rata-rata antara nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik pada siklus II ini diperoleh angka (5,9 + 5,9 + 5,48) : 3 = 5,76. Sehingga jika dirujukkan dengan indikator kinerja, yaitu 6,0 belum tercapai juga. Dari hasil perolehan point dalam pertandingan diperoleh data seperti pada tabel 4.19 sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Siswa Jumlah 91-100 2 81-90 0 71-80 1 61-70 0 51-60 11 41-50 0 31-40 6 21-30 0 11-20 0 0-10 0 Jumlah 20 Tabel 4.19. Hasil nilai siswa Siklus II
Prosentase 10 % 0% 5% 0% 55 % 0% 35 % 0% 0% 0% 100 %
95
Nilai individual siswa secara umum meningkat dari Siklus I. Ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sebelumnya, pada Siklus II sebanyak 6 siswa yang belum tuntas atau sebesar 30 % dan sebanyak 14 siswa yang tuntas atau sebesar 70 % dengan nilai rata-rata 5,9. Salah satu siswa yang belum tuntas memang pada hasil observasi mempunyai skor baik. Tetapi tidak hanya pada faktor strategi saja yang mempengaruhi tingkat hasil belajar, akan tetapi juga faktor individual. Siswa tersebut memang mempunyai kelamahan dalam hal intelegensi. Indikatornya menurut guru, siswa tersebut pada semua mata pelajaran mendapat nilai rendah. Tetapi yang patut ditiru adalah semangat dalam berusaha melibatkan diri dalam semua mata pelajaran dan tidak pernah minder, meskipun dia sering ketinggalan dalam pembelajaran.
4. Deskripsi Siklus III Pada Siklus III kegiatan pembelajaran Matematika sangat maksimal sehingga hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar siswa dan prestasi belajar, ini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa dalam sebuah pembelajaran. Pelaksanaan Siklus III ini dimulai dengan guru membagi siswa beberapa kelompok kecil seperti sebelumnya, akan tetapi untuk soal-soal pertanyaannya nanti disiapkan sendiri oleh setiap kelompok untuk langsung ditanyakan kepada kelompok yang lain. Jadi kerja sama antar anggota kelompok harus benar-benar solid dan guru di dalam siklus III ini hanya sebagai fasilitator saja.
96
Dari hasil observasi tentang keaktifan siswa diperoleh data sebagai berikut. No 1 2 3 4
Kategori Kurang Cukup Baik Baik Sekali Jumlah
Jumlah Siswa 1 3 7 9 20
Prosentase 5% 15 % 35 % 45 % 100 %
Tabel 4.20 Keaktifan Siswa Siklus III Keaktifan siswa bertanya jawab lebih meningkat dari sebelumnya sebenyak 9 siwa atau sebesar 45 % yang baik sekali, 7 siswa atau sebesar 35 % baik, 3 siswa ataus sebesar 15 % dalam kategori cukup dan 1 siswa atau 5 % dalam kategori kurang. Secara garus besar pada siklus III ini terjadi peningkatan dalam hal keaktifan siswa dalam keikutsertaan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament), menurut peneliti dikarenakan: a. Pembelajaran dilaksanakan degan cara berkelompok b. Kerja sama yang baik antara anggota yang satu dengan yang lain c. Siswa menyiapkan pertanyaan sendiri, hal ini tanpa disadari mereka juga telah mempelajari dan menyiapkan jawabannya juga. Sehingga sebagian besar materi pembelajaran dapat mereka pahami dengan baik d. Siswa atau kelompok yang ditunjuk oleh kelompok lain untuk menjawab pertanyaan diberi kesempata waktu yang cukup untuk berpikir dalam menjawab pertanyaan, sehingga jawaban mereka benar-benar telah dipikirkan dengan serius
97
Sedangkan dari hasil observasi perhatian siswa setelah diterapkan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament), diperoleh data
seperti pada tabel 4.21 sebagai berikut: No 1 2 3 4
Perhatian Kurang Cukup Baik Baik Sekali Jumlah
Jumlah Siswa 1 3 7 9 20
Prosentase 5% 15 % 35 % 45 % 100 %
Tabel 4.21. Perhatian siswa Siklus III Perhatian siswa pada siklus III mengalami peningkatan dari Siklus II terlihat pada tabel di atas hanya ada 2 siswa yang mendapatkan point 2, kebanyakan siswa mendapatkan point 4 dan 3. Perhatian siswa meningkat sebesar 45 % yang baik sekali atau 9 siswa, 35 % yang baik atau 7 siswa dan 15 % cukup atau 3 siswa serta 5 % kurang atau 1 siswa. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa telah maksimal dalam berpartisipasi dalam pembelajaran matematika. Hal ini dari analisis peneliti dikarenakan: a. Pada pelaksanaan siklus III setiap kelompok masing-masing berlomba untuk menjadi yang terbaik, sehingga siswa aktif semua tidak ada yang bermain sendiri b. Kerja sama yang solid antar anggota kelompok c. Pada pelaksanaan Siklus III disediakan hadiah oleh guru bagi kelompok yang bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar d. Posisi guru hanya sebagai fasilitator saja
98
Setelah diberi tindakan pada siklus III diperoleh data sebagaimana yang dipaparkan berikut ini. Tabel 4.22. Skor Individu dan Kelompok Siklus III Jumlah Kartu Tim Asal
Anggota Tim
Kelompok
Penghargaan
1
2
3
4
5
1
5
4
3
3
4
19
Tim Hebat
2
4
2
4
3
3
16
Tim Hebat
3
4
3
3
4
4
18
Tim Hebat
4
3
3
4
2
3
15
Tim Hebat
Jumlah
68
Rata-rata Perolehan Poin
3,4
Tabel 4.23. Nilai Prestasi Individu dan Nilai Prestasi Kelompok pada Siklus III Jumlah Kartu Tim Asal
Anggota Tim
Kelompok
Penghargaan
1
2
3
4
5
1
10
8
6
6
8
38
Tim Hebat
2
8
4
8
6
6
32
Tim Hebat
3
8
6
6
8
8
36
Tim Hebat
4
6
6
8
4
6
30
Tim Hebat
Jumlah
136
Rata-rata Nilai Prestasi
6,8
Pada tabel 4.22 dan 4.23 di atas disajikan perolehan poin dan nilai prestasi kita ambil dari jumlah poin kita kalikan 2 dan hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata nilai prestasi individu meningkat dari siklus II 5,9 menjadi 6,8. Kenaikan siklus II sebesar 9%. siklus III ini ternyata mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Perbandingan prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut ini.
99
Tabel 4.24. Perbandingan Nilai Prestasi Siswa Hasil Penjajakan dengan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No Urut
Nama Siswa
Kelompok
Nilai Penjajakan
Nilai Nilai Nilai Siklus Siklus Siklus I II III
1
M. ROSID
1
6
6
8
10
2
ARIS WINOTO
1
6
4
4
8
3
AGUS SEPTIANTO
1
5
4
6
6
4
M. KHOIR RIZQI
1
5
6
4
6
5
M.FITRIAN ARDIYANTO
1
4
6
6
8
6
M. MAEMUN KHALIM
2
7
6
6
8
7
M. FAHRUR ROZI
2
5
4
6
4
8
ZIDNI NAFIAH
2
6
6
6
8
9
M. MILADUN HIMAM
2
6
4
6
6
10
M. ULIN NUHA
2
4
4
4
6
11
M. ALI MUSTOFA
3
4
4
10
8
12
WAHYU MARYONO
3
8
8
4
6
13
MAHRUS BAIDHOWI
3
4
6
4
6
14
NASRUL FAHMI
3
6
6
6
8
15
DEPI PUSPITA SARI
3
4
4
6
8
16
MURNIYATI NINGSIH
4
7
6
10
6
17
RIKI SAPUTRA
4
4
8
6
6
18
FAHRUR ROZI
4
5
6
6
8
19
IRFAN RIAN DIKA
4
4
4
4
4
20
DIAN ANISA
4
4
4
6
6
Jumlah
104
104
118
136
Rata-rata
5,2
5,3
5,9
6,8
100
Hasil pengamatan yang dilakukan pengamat pada siklus III terhadap guru disajikan pada tabel 4.24 berikut. Tabel 4.25. Hasil Pengamatan Terhadap Guru pada Siklus III No
Aspek-aspek Yang Diamati
1.
Perencanaan Pembelajaran a. Menyiapkan kelengkapan alat dan bahan untuk diskusi b. Mengajukan materi/permasalahan yang perlu didiskusikan siswa c. Menyiapkan lembar kerja untuk siswa Apersepsi a. Pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan b. Review atau melanjutkan pelajaran terdahulu yang belum lengkap c. Mengamati/membahas perencanaan teknis dalam perkalian
2.
3.
Pengamat I
II
III
B C
B B
A B
B
C
B
B
B
C
C
B
B
B
C
C
Kegiatan Utama a. Merumuskan pertanyaan atau permasalahan tentang topik pelajaran b. Membimbing diskusi kelompok siswa c. Melakukan pengamatan diskusi siswa d. Mengkomunikasikan pesan e. Menginterpretasi pendapat siswa f. Memberikan penjelasan kepada siswa g. Landasan pemikiran pemecahan masalah h. Perumusan kesimpulan i. Penarikan kesimpulan
B
B
B
B C A B C B B B
B C B A B B C B
B C C B B A B B
Kegiatan Pemantapan A Membuat ringkasan b. Menjawab pertanyaan c. Pemberian tugas
B B C
B B B
B A B
Berdasarkan data pada tabel 4.25 tersebut apabila dipresentasikan diperoleh hasil sebagaimana yang tersaji pada tabel 4.26 ini.
101
Tabel 4.26. Rekap Hasil Pengamatan Terhadap Guru pada Siklus III Pengamat No Kategori
I
II
Rata-rata %
II
F
%
F
%
F
%
1.
A
0
0
0
0
0
0
0
2.
B
3
16,67
1
5,55
2
11,11
11,11
3.
C
13
72,22
14
77,78
15
83,33
77,78
4.
D
2
11,11
3
16,67
1
5,56
11,11
5.
E
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
18
100
18
100
18
100
100
Keterangan : A = baik sekali, B = baik, C = cukup, D = kurang, E = kurang sekali, F = frekuensi
Berdasarkan tabel 4.26 tersebut di atas dapat dianalisis bahwa persentase tertinggi dari rata-rata hasil pengamatan 9,26% dalam kategori baik sekali, 66,67% aspek-aspek proses belajar mengajar yang dilaksanakan
guru berkategori baik, dan 24,07% dikategorikan cukup. Artinya pengamat I, II dan III memandang bahwa penampilan mengajar guru pada siklus III ini ada perubahan positif dan dapat dikategorikan baik berdasarkan aspek-aspek dalam perencanaan pembelajaran, kegiatan utama dan pemantapan. Data hasil pengamatan terhadap siswa yang memberikan nilai afektif dan psikomotorik pada siklus III yang perolehannya dari hasil pengamatan para pengamat, yaitu pengamat I, II dan III disajikan pada tabel 4.27 berikut ini.
102
Tabel 4.27. Data Nilai Afektif dan Psikomotorik Siswa pada Siklus III Aspek Aktivitas Siswa 1 2 3 Afektif 4 5 6 7
No
1.
2.
Psikomotorik
1 2 3 4 5
Pengamat I II III 7,60 5,60 5,25 6,92 6,10 6,85 5,85 7,10 6,75 4,68 5,85 6,65 5,45 5,65 5,88 5,50 6,22 7,25 5,78 7,25 6,68 Rata-rata Afektif 5,45 5,15 5,52 6,25 7,25 5,55 6,95 7,10 5,25 6,61 6,50 6,50 6,55 6,45 5,45 Rata-rata Psikomotorik
Rata-rata 6,15 6,62 6,56 5,72 5,99 6,32 6,57 6,28 5,37 6,35 6,43 6,53 5,15 6,17
Apabila di rata-rata antara nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik pada siklus III ini diperoleh angka (6,8 + 6,28 + 6,17) : 3 = 6,41. Sehingga jika dirujukkan dengan indikator kinerja, yaitu 6,0 sudah melampaui. Dari data di atas dapat diperoleh nilai siswa pada siklus III sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Siswa 91-100 81-90 71-80 61-70 51-60 41-50 31-40 21-30 11-20 0-10 Jumlah
Jumlah 1 0 8 0 9 0 2 0 0 0 20
Tabel 4.28 Hasil Nilai Siswa Siklus III
Prosentase 5% 0% 40 % 0% 45 % 0% 10 % 0% 0% 0% 100 %
103
Nilai yang diperoleh siswa pada siklus III mengalami peningkatan dibandingkan dari Siklus II siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60 sebanyak 2 siswa atau sebesar 10 %. Dan siswa yang mendapatkan nilai di atas 60 sebanyak 18 siswa atau sebesar 90 %. Artinya pada Siklus III ini siswa yang lulus dan tuntas bertambah 6 siswa lagi. Untuk siswa yang belum tuntas, harus mendapat metode atau strategi yang berbeda agar dapat menuntaskan pelajarannya supaya tidak tertinggal dengan siswa yang lain. Nilai rata-rata kelas pada siklus III mengalami peningkatan yaitu 6,8. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran pada siklus III ini menunjukkan keberhasilan yang sangat maksimal. B. Pembahasan
1. Siklus I-III a. Keaktifan bertanya jawab siswa Dari paparan hasil penelitian dari siklus I sampai pada siklus III, diperoleh data tentang keaktifan bertanya jawab siswa keseluruhan. No 1 2 3 4
Keaktifan Siswa Kurang Cukup Baik Baik Sekali Jumlah
Siklus I 50 % 20 % 20 % 10 % 100 %
Siklus II 25 % 10 % 25 % 30 % 100 %
Siklus III 5% 15 % 35 % 45 % 100 %
Tabel 4.29 Keantifan Siswa Siklus I-III Berdasarkan data di atas, maka dapat dijelaskan bahwa keaktifan siswa dalam penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) mengalami peningkatan dari siklsu I sampai siklus III.
Menurut peneliti hal ini dikarenakan
104
1) Penggunaan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) yang maksimal dapat mengembangkan keberanian dan
keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat atau pokok-pokok pikiran. 2) Pembelajaran ini dapat mengetahui kemampuan berpikir siswa dan kesistematisannya dalam mengemukakan pokok-pokok pikiran dalam jawabannya 3) Cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) ini memungkinkan terjadinya hubungan timbal balik atau interaksi secara langsung antar siswa dengan guru, sehingga pembelajaran ini dapat berjalan lancar. b. Tingkat Perhatian Siswa Dari paparan hasil penelitian dari siklus I sampai pada siklus III, diperoleh data tentang perhatian siswa keseluruhan pada tabel 4.30 di bawah ini: No 1 2 3 4
Perhatian Siswa Kurang Cukup Baik Baik Sekali Jumlah
Siklus I 50 % 20 % 20 % 10 % 100 %
Siklus II 25 % 20 % 25 % 30 % 100 %
Siklus III 5% 15 % 35 % 45 % 100 %
Tabel 4.30. Perhatian Siswa Siklus I-III Dengan adanya peningkatan pembelajaran melalui cooperative learning model TGT (Team Game Tournament), hal ini mempengaruhi
motivasi siswa dalam belajar dan tentunya perhatian siswa juga mengalami peningkatan dari dara di atas dapat diketahui bahwa perhatian
105
siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya. Menurut peneliti hal ini semua dikarenakan: 1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, bahkan siswa yang sedang ribut sekalipun, apabila guru memberikan sebuah pertanyaan, maka biasaanya ksributan tadi berubah menjadi tenang kembali. Siswa yang bermain sendiri atau melamun juga perhatiannya kembali menuju ke pembelajaran 2) Proses pembelajaran yang menarik dan inovatif bisa menarik perhatian siswa, sehingga dalam pembelajaran ini tidak menjenuhkan dan akhirnya siswa menjadi bersemangat serta tidak mudah bosan di dalam pembelajara di kelas. 3) Siswa mendapat pengalaman baru yang kreatif bertanya yang banyak kesamaannya dengan pemecahan masalah c. Prestasi Belajar Siswa Dari Paparan hasil penelitian dari Siklus I sampai pada Siklus III, diperoleh data tentang prestasi belajar siswa keseluruhan pada tabel 4.31 di bawah ini: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Siswa 91-100 81-90 71-80 61-70 51-60 41-50 31-40 21-30 11-20 0-10 Jumlah
Siklus I 0% 0% 10 % 0% 45 % 0% 45 % 0% 0% 0% 100 %
Siklus II 10 % 0% 5% 0% 55 % 0% 30 % 0% 0% 0% 100 %
Tabel 4.31. Hasil Nilai Siswa Siklus I-III
Siklus III 5% 0% 40 % 0% 45 % 0% 10 % 0% 0% 0% 100 %
106
Di samping faktor dalam penyampaian materi oleh guru, keaktifan dan perhatian siswa juga sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan keaktifan adalah salah satu indikator adanya motivasi dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran Bila kedua hal tersebut baik, maka materi benar-benar
dipahami
sehingga
prestasi
belajar
siswa
semakin
meningkat. Oleh karena itu hal ini sangat memperngaruhi keberhasilan siswa. Dari data di atas dapat terlihat hasil nilai siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Menurut penelitian peneliti hal ini dikarenakan: 1) Metode ini dapat mengetahui sampai sejauh mana penguasaan siswa tentang apa yang sedang dan atau telah dipelajari. Dengan demikian dapat juga sebagai pedoman bagi guru untuk bahan introspeksi diri terhadap cara mengajar yang telah dilakukannya. 2) Metode ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan memicu siswa untuk belajar kepada berbagai sumber belajar 3) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir termasuk daya ingatnya 2. Pra Siklu dan Siklus III Berikut ini Perbandingan hasil nilai dari dokumentasi pra siklus dan setelah diterapkan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament.
107
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Siswa 91-100 81-90 71-80 61-70 51-60 41-50 31-40 21-30 11-20 0-10 Jumlah
Pra Siklus 0% 0% 5% 10 % 25 % 20 % 40 % 0% 0% 0% 100 %
Siklus III 5% 0% 40 % 0% 45 % 0% 10 % 0% 0% 0% 100 %
Tabel 4.32. Hasil Nilai Pra Siklus dan Siklus III Dari hasil yang telah digambarkan di atas menunjukkan bahwa penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament sangat mempengaruhi
prestasi
belajar
siswa,
hal
ini
dibuktikan
dengan
meningkatnya hasil nilai siswa dari pra siklus sampai siklus III. Penggunaan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) yang tepat
memiliki kedudukan yang penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Tanpa metode, suatu pesan pembelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengarah ke arah tujuan yang dicapai. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi dari faktor metode atau strategi saja akan tetapi dari beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah faktor bakat, minat, tingkat intelegensi karakteristik belajar anak dan juga strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran.
108
C. Faktor Penghambar dan Faktor Pendukung
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdapat faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat. Dalam bab analisis ini disampaikan faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament).
1. Faktor Pendukung a. Pembelajaran yang baru memberikan daya terik siswa untuk mengikuti pembelajaran b. Siswa lebih senang dalam pembelajaran karena adanya interaksi baik dengan guru maupun dengan teman-temannya c. Siswa yang belum aktif, tempatkan antar siswa yang aktif, sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran d. Guru memberikan hadiah untuk kelompok yang aktif dan yang mendapatkan nilai yang bagus dalam pembelajaran 2. Faktor Penghambat a. Penataan tempat duduk yang mototon membuat siswa yang duduk di belakang lebih memilih untuk diam dan cenderung pasif b. Siswa yang lebih aktif selalu menguasai kelas c. Kebanyakan siswa belum berani berpendapat karena takut salah dan ditertawakan teman-temannya d. Apabila tidak pintar mengorganisasikan, waktu pembelajaran tidak akan sesuai dengan yang direncanakan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilaksanakannya tindakan kelas ini sesuai dengan apa yang direncanakan dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan cooperative learning model TGT (Team Game Tournament) maka kemampuan siswa kelas III MI Karangasem Ketapang Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan keaktifan siswa mengikuti pembelajaran, perhatian siswa, dan prestasi belajar siswa. Adapun hasilnya adalah 1. Tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran a. Peningkatan keaktifan pra siklus prosentasenya 40 % dan siklus I prosentasenya menjadi 50 % jadi mengalami peningkatan prosentase keberhasilan 10% b. Peningkatan keaktifan siklus I prosentasenya 50 % dan siklus II prosentasenya menjadi 75 % jadi mengalami peningkatan prosentase keberhasilan 25% c. Peningkatan keaktifan siklus III prosentasenya 75 % dan siklus III prosentasenya menjadi 95 % jadi mengalami peningkatan prosentase keberhasilan 20% Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan per siklusnya.
109
110
2. Tingkat Perhatian Siswa a. Peningkatan perhatian pra siklus prosentasenya 30 % dan siklus I prosentasenya menjadi 50 % jadi mengalami peningkatan prosentase keberhasilan 20% b. Peningkatan perhatian siklus I prosentasenya 50 % dan siklus II prosentasenya menjadi 75 % jadi mengalami peningkatan prosentase keberhasilan 25% c. Peningkatan perhatian siklus III prosentasenya 75 % dan siklus III prosentasenya menjadi 95 % jadi mengalami peningkatan prosentase keberhasilan 20% Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan per siklusnya. 3. Prestasi Belajar Siswa a. Prosentase siswa lulus KKM pra siklus adalah 40 % b. Prosentase siswa lulus KKM siklus I adalah 55 % c. Prosentase siswa lulus KKM siklus II adalah 70 % d. Prosentase siswa lulus KKM siklus III adalah 90 % Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa 90 % siswa dapat tuntas dengan KKM 60, 2 siswa yang belum tuntas memang pada hasil observasi mempunya skor baik. Tetapi tidak hanya pada faktor strategi saja yang memperangaruhi tingkat prestasi belajar, akan tetapi juga faktor individual. Siswa tersebut memang mempunyai kelehaman dalam hal intelenjensi. Indikatornya menurut guru siswa tersebut pada semua mata pelajaran mendapat nilai rendah tetapi yang patut ditiru semangat dalam berusaha melibatkan diri dalam semua mata pelajaran dan tidak pernah minder, meskipun dia sering ketinggalan dalam pembelajaran.
111
B. Saran Berdasarkan kajian-kajian di dalam penelitian ini guna mendukung terselenggara pembelajaran yang tidak membosankan berikut ini diajukan beberapa saran. 1. Untuk Kepala Sekolah a. Kepala Sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan, termasuk di dalamnya menggunakan pendekatan pembelajaran cooperative model TGT agar hasil siswa menjadi lebih baik dan kreativitas guru meningkat. b. Kepala Sekolah dapat menganjurkan para guru agar selalu menggunakan cooperative learning yang di dalamnya banyak sekali modelnya agar proses pembelajaran tidak membosankan dan efektif. 2. Untuk Guru a. Sudah saatnya para guru untuk selalu berinovatif dalam pembelajaran agar paradigma lama yang memunculkan makna guru sebagai belajar beralih pada guru sebagai fasilitator. Untuk itu, penggunaan cooperative learning model TGT menjadi salah satu alternatif pilihan dalam pembelajaran di kelas. b. Semestinya guru mampu memberikan dan membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi kepada peserta didik agar hasil belajarnya menjadi lebih optimal dan cara yang paling tepat adalah dengan melakukan inovasi. c. Tanggap terhadap permasalahan dan segera melakukan analisis terhadap berbagai permasalahan yang terjadi sehingga dapat segera dicarikan pemecahannya.
112
3. Untuk Peserta Didik a. Siswa hendaknya lebih aktif dan berinisiatif dalam melaksanakan kegiatan belajar dengan pendekatan cooperative learning model TGT sehingga hasil belajar yang diharapkan menjadi lebih baik. b. Apabila mengalami kesulitan atau permasalahan terhadap materi pelajaran segera mencari tahu atau bertanya kepada guru. c. Berlatihlah untuk bergotong royong dalam memecahkan masalah atau untuk meraih prestasi kelompok agar dalam setiap kelompok kegiatan selalu memperoleh hasil kelompok yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ainita Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia. Aqib Zaenal, 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung : Yrama Widya. __________, Maftuh M, Sujak, Kawentar, 2008. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung. Yrama Widya. Barnadib Sutari Imam, 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta : FIP-IKIP. Dimyati, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Fajri Emzul, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ismawati Esti, 2009. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Cawanmas. Khafid M dan Suyati, 2002. Pelajaran Matematika Penekanan Pada Berhitung Untuk Sekolah Dasar Kelas 3. Jakarta : Erlangga. Mohammad Nur, 2005. Pembelajaran Cooperative. Surabaya : UNESA. Moh. Nasir, 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Moleong, L.J, 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nana. Sudjana, 1995. Penelitian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. N. Sudirman, Rusyan Tabrani, Arifin Zainal dan Fathoni Toto, 1989. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Karya CV. Ngalim Purwanto, 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik, 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sudjana, 1992. Metode Statistik. Bandung. Tarsito. Suharsimi Arikunto, 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. __________, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Cet 3. Jakarta : Bumi Aksara.
Suparno, Sahlan Sulaiman dan Efendy Ruslan, 1998. Asas-asas Praktik Mengajar. Jakarta : Bhratara Slavin Rovert. E, 2008. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media. Soetomo, 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. Soemanto. Wasty, Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Solihatin Etin, 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara. Turmudi, 2008. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika. (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Leuser Cita Pustaka. Whirterington, Psikologi Pendidikan. Aksara Baru. Winkel W.S, 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.