Penerapan “Caregiver Skill Program” untuk Mereduksi Inatensi pada Anak ADHD Alice Zellawati Fakultas Psikologi Universitas AKI
Abstract
Parents attempt to resolve inattention symptom problem in child with ADHD. This research involves a major redesigning of parenting techniques into a medication-free approach called the Caregiver Skill Program (CSP). This study focuses to reduce attention deficit in ADHD child with Caregiver Skill Program (CSP). CSP is a skill method where parents give child considerable attention and assistance by giving time out sanction. When CSP was done at home, parents always got feedback written in the daily report card everyday from the class teacher. The subject of the research is a boy, aged 9 years old. He is an ADHD child based on DSM IV. The method of the research was a single subject design (ABC with 1 month follow up). After the parents were trained and began implementing the CSP, inattention as a target behavior seemed decrease. After one month follow up, it indicated that the attention of the this child had improved and be stable. The result of the study showed that CSP may reduce the attention deficiency of ADHD child.
Key words: CSP; parent home-based management; inattention; the daily report card; time out seperti yang diharapkannya, misalnya :
Pendahuluan Setiap menginginkan
orangtua anaknya
tumbuh
sangat
anaknya tidak bisa duduk tenang, tidak bisa
dan
mengerjakan tugasnya dengan baik, prestasi
berkembang secara sempurna. Anak yang
akademik
tidak
memuaskan,
bahkan
berprestasi, kooperatif, dan secara fisik tidak
seringkali dianggap sebagai anak nakal.
ada kekurangan, itulah dambaan setiap
Jika gangguan itu sampai terjadi, maka perlu
orangtua, namun “Apa yang terjadi apabila
adanya upaya-upaya meminimalkan gejala-
sebaliknya?”. Orangtua seringkali bingung
gejala perilaku yang timbul. Gangguan
dan gelisah karena perilaku anaknya tidak
perkembangan itu dapat dikarenakan anak
-87-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011
mengalami gangguan Attention Deficit and
paling berat di sekolah karena ia gagal
Hyperactivity Disorder (ADHD).
menyelesaikan
ADHD adalah gangguan pada anak
pekerjaannya,
tidak
mempunyai motivasi untuk mengerjakan
yang timbul pada masa perkembangan dini
tugas-tugas
(sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama
petunjuk guru dan sulit mentaati aturan-
ketidakmampuan
aturan di kelas.
memusatkan
perhatian
inatensi, impulsif, dan hiperaktif (DSM-IV
kelas,
Menurut
tidak
Hartono
mendengarkan
(1998
:
13),
1994 : 78). Ciri utama ini mewarnai
kompleks sekali permasalahan pada anak
berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga
ADHD,
dewasa (Zaviera 2007 : 12).
penanganannya. Pendekatan bisa melalui
Gejala
inatensi
pada
anak-anak
maka
beberapa aspek.
kompleks
juga
Aspek pendidikan di
ADHD, dapat dilihat dari kegagalan anak
keluarga dan sekolah, program-program
dalam memberikan perhatian secara utuh
perbaikan hubungan anak dan orangtua,
terhadap sesuatu. Anak yang mengalami
latihan-latihan untuk memusatkan perhatian
kesulitan dalam pemusatan perhatian, juga
dengan suatu terapi kognitif, metode terapi
ditandai
perilaku dan obat-obatan.
dengan
kurang
mendengarkan
lawan bicara atau tidak mau menatap lawan bicaranya.
Hambatan
ini
membuatnya
cenderung
tidak bisa cermat dan gagal
Pemberian obat-obatan pada anak ADHD mungkin saja dianggap efektif untuk menurunkan
sikap
agresif
dan
menyelesaikan tugas seperti layaknya anak
hiperaktivitasnya, namun pengaruh negatif
lain. Kurangnya pemusatan perhatian juga
dari
membuat anak tidak mampu melakukan
pemantauan. Oleh karena itu, menurut
sesuatu secara teratur. Kesulitannya dalam
Widyorini (1998 : 19) pemberian medikasi
memusatkan
pada
oleh dokter saja belum cukup, karena itu
beberapa anak ADHD juga menunjukkan
perlu penanganan dengan terapi perilaku dan
sikap membantah atau membangkang pada
kognitif, yang melibatkan orangtua dan
petunjuk guru atau peraturan-peraturan.
guru. Perlakuan pada anak ADHD dapat
Gejala inatensi pada anak ADHD sangat
dilaksanakan secara individual
menjadikan masalah terutama dalam proses
kelompok. Ada beberapa langkah dalam
belajar di sekolah. Menurut Widyorini (1998
pengelolaan
:15), anak ADHD mengalami masalah
maupun
-88-
perhatian
di
kelas,
pemakaian
jangka
perilaku
kelompok.
panjang
secara Pertama
perlu
maupun
individual adalah
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)
mengenali
betul
mengenai
perkembangan Selanjutnya
gejala
gangguan pahami
dan
tersebut.
betul
untuk menurunkan gejala-gejala perilaku pada anak-anak ADHD.
mengenai
Pelham dan Fabiano (2008) me-
karakteristik anak (misalnya temperamen,
review penelitian-penelitian
sosiabilitas, kebiasaan anak dsb) situasi-
tentang Psychosocial treatments untuk anak
situasi apa yang memberikan kemungkinan
ADHD
ia bermasalah. Sebelum program teknik
memberikan pelatihan pada orangtua dan
pengelolaan
dilakukan
manajemen kelas oleh guru cukup efektif
ditentukan dulu target perilaku yang akan
dalam mereduksi gejala-gejala yang ada
dikelola (diatur). Kemudian dapat dilakukan
pada anak ADHD.
perilaku
ini
beberapa teknik antara lain : Home token, Time out, Response Cost.
dan
sebelumnya
menyimpulkan
bahwa
:
Menurut Ekowarni (1998 : 25), ada dua metode yang dapat dilakukan sebagai
Beberapa penelitian menunjukkan
intervensi untuk anak ADHD, yang pertama
bahwa keterlibatan keluarga dan sekolah
adalah metode pelatihan kognitif atau
dalam memberikan perlakuan pada anak
Cognitive Training, dengan tujuan untuk
ADHD atau disebut Psychosocial treatments
melatih kemampuan anak dalam berpikir
membawa hasil yang positif. Penelitian
mengenai segala sesuatu yang menyangkut
Barkley
bahwa
dirinya. Pada prinsipnya metode ini melatih
treatment dengan melibatkan orangtua dan
anak untuk melihat, mendengar, berpikir dan
guru kelas sangat efektif untuk menangani
baru melakukan sesuatu
anak
yang
kepada arah yang jelas. Dengan langkah
didalamnya meliputi : reinforcement (pujian,
tersebut maka anak akan belajar untuk
tokens
memusatkan perhatiannya.
(2002)
menyatakan
ADHD.
atau
Demikian
Teknik-teknik
time
juga
out)
Evans
dan et
hukuman. al
(2008);
yang menuju
Metode yang kedua adalah metode
McGuinness (2008) menyatakan meskipun
Modifikasi
terapi obat sangat umum dilakukan pada
metode ini bertujuan untuk membantu anak
anak-anak ADHD, namun tidak selalu
memahami bahwa suatu perilaku yang
efektif hasilnya. Pada saat ini, terapi dengan
dilakukan akan menimbulkan suatu akibat
melibatkan orangtua dan sekolah sangatlah
(konsekuensi)
menunjukkan kemajuan yang memuaskan
hasilnya. Cara yang digunakan adalah dengan
Perilaku,
yang
memberikan
secara
dapat
sederhana
diperkirakan
penguat
atau -89-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011
reinforcer. Menurut Martin & Pear (1992 :
emosi
169), dalam modifikasi perilaku, selain
1993).
penguat
mempengaruhi
dapat juga diberikan hukuman
Metode
perilaku
(Ronen,
pelatihan
kognitif
(punishment) yaitu : hukuman fisik, teguran
sangat mengharapkan peran dari lingkungan
keras, time out, dan response cost.
anak, baik lingkungan di rumah maupun
Menurut Kendal (1996) menyatakan
sekolah.
Perlakuan
atau
terapi
yang
bahwa indikasi dari ciri-ciri kunci kognitif
dilakukan oleh seorang terapis tidak akan
anak-anak ADHD adalah karena mereka
berhasil apabila orangtua dan guru di
“tidak dapat berpikir”, ditambahkan oleh
sekolah tidak mendukung dan terlibat
Braswell dan Bloomquist (1991) bahwa
didalamnya.
pelatihan kognitif – behavioral - based
Menurut Petersen (2005 :
parent management untuk anak-anak ADHD
126), salah satu cara penerapan praktis
memiliki kesuksesan yang meningkat dari
melatih kognitif anak untuk meningkatkan
ringan ke sedang (dikutip dalam Stein,
atensi atau memusatkan perhatian pada anak
1999).
ADHD adalah dengan metode STOP THINK Petersen
tentang
(1992)
pendekatan
mengemukakan
DO.
Langkah-langkah
pada
pelatihan
kognitif-behavioral
kognitif dengan metode STOP THINK DO
untuk memberikan saran juga penguatan
menggunakan analogi isyarat-isyarat rambu
pada perilaku-perilaku yang tidak diinginkan
lalu lintas yaitu :
karena hal itu berhubungan, sementara anak
a. Stop atau “berhenti” (lambang lalu lintas
memulai untuk berperilaku yang benar (dikutip dalam Stein, 1999).
Tahap Stop, menekankan pengontrolan
Alasan utama mengapa para terapis kognitif
meyakini
bahwa
berwarna merah)
anak
dapat
reaksi impulsif. Anak diarahkan untuk duduk tenang,
kemudian mengingat
mengambil manfaat dari terapi kognitif
kebiasaan atau perilakunya sehari-hari,
adalah bahwa anak memiliki kemampuan
dengan
untuk belajar (Safaria, 2004 : 69). Jika anak-
MENGHENTIKAN ( STOP ) perbuatan
anak mampu mempelajari tentang mengapa
atau kebiasaanya yang tidak baik.
air bisa mendidih, tentu saja mereka bisa memahami
bagaimana
pikiran
mampu
mengubah emosi seseorang dan bagaimana -90-
tujuan
agar
anak
b. Think atau “berpikir” (lambang lalu lintas berwarna kuning)
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)
Pada
tahap
berpikir
bertukar
solusi-solusi
dicoba
yang
untuk
perlu adanya pemberian pelatihan kognitif
pikiran
secara tepat. Ada beberapa perlakuan yang
yang
memberikan pelatihan kognitif menjadi
apa
untuk
permasalahan
mengatasi terjadi
bagian dari rangkaian suatu intervensi.
dan
Pada tahun 1999, Stein mengadakan
konsekuensi
apa
yang
mungkin
penelitian untuk menanggapi secara positif
ditimbulkan
dari
pilihan
tersebut,
keluhan orangtua-orangtua yang anaknya
MEMIKIRKAN (THINK)
mengalami ADHD tentang penghindaran
sesuatu seperti, “Apa yang seharusnya
terhadap obat sebagai terapi. Penelitian ini
kamu kerjakan saat ini?”
menggunakan
kemudian
c.
anak diajak
atau
mengenai bisa
ini
The
Caregivers
Skills
Do atau “melakukan” (lambang lalu
Program (CSP), yaitu orangtua diberi tugas
lintas berwarna hijau)
menyadarkan,
Pada
tahap
pilihan
ini
dan
anak menentukan keputusan
mengingatkan
dan
mendampingi anaknya di rumah. Sebelum
serta
masuk dalam CSP, tahap yang harus dilalui
kerja program
oleh anak adalah tahap pelatihan kognitif
solusi yang diambil untuk mencapai
dengan metode Stop Think Do atau disebut
tujuan. MELAKUKAN (DO)
misalnya
tahap pre-CSP dan juga orangtua diberikan
dan memandang muka
pelatihan pendampingan anak di rumah atau
melaksanakan rencana
duduk
tegak
guru, mendengarkan perintah guru,
dan
parent
home-based
management
untuk
berusaha bertanya bila belum mengerti.
menerapkan CSP di rumah, terutama tentang
(Petersen, 2005 : 126)
aturan-aturan yang berlaku dalam CSP. Pemikiran pokok CSP didasari pada teori
Pelatihan kognitif sangatlah penting diberikan pada anak, dengan asumsi bahwa kemampuan
anak
berpikir
dasar dari Cognitive-Behavioral. Stein (1999) melakukan penelitian
sangat
dengan jumlah subyek 12 anak ADHD
dipengaruhi oleh bagaimana anak dapat
dengan rentang usia 5 sampai 11 tahun.
menggunakan kognitif-nya secara optimal.
Target perilaku pada penelitian berjumlah
Anak-anak dengan gejala ADHD seringkali
13 perilaku yaitu tidak melakukan seperti
dianggap bodoh karena hasil akademisnya
yang dikatakan, melawan perintah, temper
selalu tidak memuaskan, padahal bukan
tantrum, pernyataan “ketidakmampuan diri”,
berarti kerusakan pada kognitif-nya, namun
pernyataan-pernyataan negatif, rengekan, -91-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011
menyela pembicaraan orang, keluhan fisik
dilakukan pengukuran kembali (follow-up)
bahwa orangtua telah menghukum, tidak
dan
dapat memusatkan perhatian, tidak sopan,
konsistensi dengan pengukuran pada tahap
perilaku agresi, hubungan yang tidak baik
CSP. Dua belas target perilaku yang saat
dengan
school
baseline mempunyai skor tinggi mengalami
performance yang buruk. Tujuan utama
penurunan pada saat pengukuran tahap CSP
dalam penelitiannya adalah anak mampu
dan skor-skor pada tahap CSP dalam
berpikir sendiri dan memonitor perilakunya,
kondisi tetap pada pengukuran follow-up,
mengontrol
kecuali perilaku agresi yang tidak ada
keadaan,
saudara
kandung,
perilakunya
meningkatkan
dan
dalam
segala
fungsi
otak
/
kognitif tanpa mengkonsumsi obat-obatan.
hasilnya
menunjukkan
adanya
respon atau tidak ada perubahan dari baseline, perlakuan sampai pada follow-up.
Hipotesisnya adalah CSP dapat mereduksi
Penelitian ini mengacu pada
secara efektif masalah perilaku, problem-
penelitian Stein (1999) yaitu penerapan
problem
Caregiver Skill Program (CSP) namun
pemusatan
perhatian,
mengoptimalkan pola berpikir.
dan Metode
detail
CSP
sudah
dimodifikasi
yang digunakan A Single Case Study,
kebutuhan
dengan pola ABC with 1 year follow up,
penelitian ini adalah inatensi, dengan satu
yaitu baseline (A) selama 4 minggu,
subyek saja dan dalam waktu penelitian
kemudian
yang lebih pendek ( selama 3 bulan ).
duakali
perlakuan
yaitu
:
penelitian.
Target
sesuai perilaku
perlakuan pertama pelatihan kognitif (preCSP) selama 4 minggu dan pelatihan
Hipotesis
pendampingan anak di rumah oleh orangtua
Hipotesis
yang
diajukan
adalah
atau parent home-based management untuk
Penerapan Caregiver Skill Program (CSP)
penerapan CSP (B) kemudian dilanjutkan
dapat mereduksi inatensi pada anak ADHD.
perlakuan kedua pelaksanaan CSP di rumah selama 4 minggu (C), setelah perlakuan
Metodologi Penelitian
selesai atau dihentikan, satu tahun kemudian
Metode penelitian yang digunakan
dilakukan follow-up . Pengukuran yang
dalam
dilakukan pada tahap CSP
penelitian kuasi eksperimen dengan subyek
menunjukkan
adanya penurunan secara signifikan
pada
target-target perilaku, satu tahun kemudian -92-
penelitian
ini
adalah
tunggal (Single Subject Design).
metode
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)
untuk tugasnya
Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki yang di diagnosa ADHD , berusia 9 tahun, memiliki inteligensi
rata-rata
(skala
Coloured
Progressive Matrices, grade III+ dan II) dan
11. Tidak mendengarkan lawan bicara 12. Tidak menatap lawan bicara saat diajak bicara secara langsung 13. Tidak
dapat tenang pada keadaan
tertentu, misalnya : pada saat upacara.
kurang dapat memusatkan perhatian secara menyeluruh ( inatensi ).
Skala Rating Inatensi berisi target perilaku subyek yang diisi oleh 3 orang observer
Alat Ukur
yaitu
guru,
seorang
lulusan
Alat ukur yang digunakan dalam
psikologi strata satu, dan orangtua. Skor
penelitian ini adalah Skala Rating Inatensi
penilaian dengan 5 pilihan yaitu (0) tidak
tentang gejala inatensi pada anak ADHD
pernah, (1) pernah, (2) kadang-kadang, (3)
yang berisi 13 pernyataan yang diambil dari
sering, (4) selalu. Semakin besar skor yang
ADHD Rating Scale dan DSM IV yaitu :
diperoleh
1.
Tidak mengerjakan pekerjaan rumah
mengalami gejala inatensi yang tinggi,
(PR)
demikian sebaliknya, semakin rendah skor
2.
Mudah terganggu
yang diperoleh berarti gejala inatensi pada
3.
Tidak mengerjakan tugas sampai akhir
subyek rendah atau kecil.
menunjukkan
bahwa
subyek
atau selesai 4.
Mudah menyerah dalam mengerjakan tugas
5.
Sulit untuk memusatkan perhatian
6.
Tidak
bisa
menyimpan
barangnya
sendiri 7.
Kesulitan mengatur tugas-tugas dan kegiatan
8.
Sulit untuk mengikuti perintah
9.
Sering berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya tanpa menyelesaikan
10. Menghilangkan sesuatu yang penting -93-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011
Total skor hasil Skala Rating Inatensi dapat dikaregorikan menjadi lima (5) yaitu :
Sangat Rendah
0
Rendah
10
Sedang
20
32
Tinggi
Sangat Tinggi
42
52
Skala ini diisi pada saat baseline
reliabilitas seorang rater adalah 0,939 yang
(sebelum perlakuan), pada saat perlakuan
berarti sangat reliabel. Tabel dan grafik
diberikan dan pada saat follow up (sesudah
berdasarkan skor-skor dari guru kelas
perlakuan diberi jeda waktu) dengan tujuan
subyek, dikarenakan rata-rata reliabilitas
untuk melihat ada atau tidaknya perubahan
seorang rater mempunyai hasil yang tinggi,
inatensi setelah perlakuan dihentikan, yang
dan tujuan penelitian untuk melihat inatensi
diisi oleh guru kelas, seorang observer
subyek di sekolah.
lulusan psikologi strata satu dan ibu subyek. Desain Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode
Validitas dan Reliabilitas Validitas alat ukur yang digunakan
kuasi eksperimen dengan Single Subject
dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu
Design dengan pola ABC with 1 month
validitas yang diestimasi lewat pengujian
Follow Up (Harbert, Barlow, Hersen, &
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau
Austin, h.150, 1984) yang merupakan
lewat professional judgment (Azwar, 2008 :
sebuah
45).
mengevaluasi efek suatu perlakuan dalam
desain
penelitian
untuk
Reliabilitas yang digunakan adalah
Subyek tunggal. Pada desain ini baseline
reliabilitas interrater yang merupakan suatu
(A) dilakukan pengukuran terhadap variabel
prosedur evaluasi melalui rating yang
tergantung yang telah dimiliki subyek.
dilakukan lebih dari seorang pemberi rating
Kemudian (B) pada saat perlakuan I
(rater)
pengaruh
(Pelatihan Kognitif) dilakukan pengukuran
subyektivitas dalam pemberian skor (Azwar,
dan (C) perlakuan II (parent home-based
2008, h.105). Hasil reliabilitas alat ukur
management) penerapan CSP
dengan tiga rater adalah
, yang
pengukuran, setelah perlakuan dihentikan,
berarti sangat reliabel. Estimasi rata-rata
dengan jeda waktu 1 bulan dilakukan
-94-
untuk
meminimalkan
0,979
dilakukan
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)
pengukuran kembali atau follow up terhadap
Analisis data dengan melihat grafik
variabel tergantung dengan alat ukur yang
perubahan inatensi subyek penelitian pada
sama.
saat baseline, selama perlakuan (Pelatihan Kognitif
dan
Management)
Analisis Data
Parent dan
satu
Home-Based bulan
setelah
perlakuan dihentikan yaitu follow up. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Pengukuran Inatensi Tabel Total skor yang diperoleh pada saat baseline, perlakuan, dan follow up
ITEM - ITEM
BAS ELINE
PERLAKUAN
PERLAKUAN
1 MONTH FOLLOW UP
B1 B2 B3 B4 B5 B6 T1.1 T1.2 T1.3 T1.4 T1.5 T1.6 T2.1 T2.2 T2.3 T2.4 T2.5 T2.6
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Tidak mengerjakan PR
4 3 4 3 4 3 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 0
Mudah terganggu Tidak mengerjakan tugas
4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 0 0 0 2
2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
Mudah menyerah
3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1
1 1 0 0 1 1
Sulit untuk memusatkan perhatian
3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 1
1 1 1 1 1 1
Tidak bisa menyimpan barangnya
4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1
2 1 0 0 2 0
Kesulitan mengatur tugas
3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2
2 2 1 1 2 1
Sulit untuk mengikuti perintah
4 3 2 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 1 1 1 1
Sering berpindah aktivitas
3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 0
Menghilangkan sesuatu yang penting
3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 0 1 2 1 1 0 1
2 1 0 0 1 1
Tidak mendengarkan lawan bicara
3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 1 1 1 1
Tidak menatap lawan bicara
3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
1 1 0 1 0 0
Tidak dapat tenang pada saat tertentu
3 3 3 2 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 43 37 38 35 37 36 43 40 30 22 21 18 22 23 19 21 17 18
2 1 0 1 1 1 18 17 7 8 14 9
TOTAL
Grafik total skor pada saat baseline, perlakuan dan follow up -95-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011
Penelitian dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan yaitu mulai tanggal 11 Mei
subyek tergolong tinggi ( berdasarkan kategori ).
– 27 Juli 2009 dengan 18 x pengisian Skala
Hasil dari perlakuan menunjukkan
Rating Inatensi. Berdasarkan grafik 1., bila
bahwa skor-skor yang diperoleh pada saat
dicermati dengan seksama, perolehan skor
perlakuan pertama dalam Pelatihan Kognitif
pada baseline menjadi naik pada perlakuan
(pre-CSP) menunjukkan skor menurun pada
pertama (T1.1 dan T1.2), hal ini dikarenakan
akhir pelatihan kognitif . Skor total yang
perilaku inatensi pada subyek masih sangat
diperoleh pada perlakuan pertama yaitu 43 –
terpengaruh
lingkungannya,
18, kemudian perlakuan kedua dalam parent
sedangkan pelatihan kognitif masih pada
home-based management (penerapan CSP)
tahap pemetakan di awal pelatihan STOP
menunjukkan
THINK DO, sehingga perubahan subyek
diperoleh total skor 17 – 23 yaitu inatensi
belum nampak. Namun apabila garis grafik
pada kategori sedang, kemudian pada saat
dilihat secara keseluruhan dan berakhir pada
follow up diperoleh total skor 7 – 18 yaitu
follow up maka dapat disimpulkan bahwa
inatensi pada kategori rendah, yang berarti
secara
adanya
dengan
umum
penerapan
CSP
dapat
adanya
kestabilan
penurunan
dan
tendensi
yaitu
atau
mereduksi inatensi pada subyek. Skor-skor
kecenderungan menurunnya sikap inatensi
pada Skala Rating Inatensi yang diperoleh
dibandingkan
dari baseline menjadi turun pada perlakuan
perlakuan (pre-CSP dan CSP).
(Pelatihan
Kognitif
dan
saat follow up dapat dilihat skor-skor yang menunjukkan
saat
baseline
dan
Parent
Management), satu bulan kemudian pada
diperoleh
pada
penurunan
Pembahasan Hasil
penelitian
menunjukkan
dan
Penerapan Caregiver Skill Program (CSP)
cenderung stabil dibandingkan pada saat
dapat untuk mereduksi inatensi pada anak
CSP.
ADHD. Skor secara keseluruhan yang Hasil dari baseline relatif stabil (
diperoleh
dari
Skala
Inatensi
Tabel Total Skor ), hal ini menunjukkan
menunjukkan
bahwa sesi perlakuan dapat dilanjutkan.
menurunnya inatensi pada subyek, yang
Pada baseline skor subyek bergerak dari 35
berarti subyek lebih dapat memusatkan
– 43. Hal ini menunjukkan bahwa inatensi
perhatiannya selama di sekolah. Hasil
-96-
adanya
Rating
kecenderungan
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)
tersebut
sesuai
dengan
penelitian
mengkombinasikan dua perlakuan yaitu
mengatasi
gangguan
pelatihan kognitif dan pendampingan anak
perilaku pada anak ADHD dengan terapi
di rumah oleh orangtua atau parent home-
sebelumnya
yaitu
–
kognitif orangtua
behavioral serta
guru
pendampingan anak.
dan
melibatkan
sekolah
dalam
Barkley (1995),
based management
dengan bekerjasama
dengan guru di sekolah yang disebut metode Caregiver Skill Program (CSP),
yang
menggunakan pendekatan dengan pelatihan
kemudian menjadi acuan dalam penelitian
orangtua untuk mendampingi anak, dan
ini.
hasilnya cukup efektif untuk mengatasi gangguan anak ADHD. Anak
ADHD
Pada tahap pre-CSP yaitu pelatihan kognitif , hasil observasi pada minggu
bodoh,
pertama perlakuan adalah subyek tidak bisa
melakukan segala sesuatu secara spontan
duduk tenang, kakinya digoyang-goyang,
tanpa
matanya
dipikirkan
menjadi
sumber
dianggap
akibatnya
dan
masalah,
selalu
melihat
kemana-mana
dan
sehingga
bicaranya kadang-kadang tidak fokus, hal ini
kerusakan
terlihat dari jawaban yang diberikan subyek.
otaknya, padahal menurut Kendall (1996)
Subyek hanya mau duduk sekitar 15 menit,
hal tersebut karena mereka hanya
kemudian
seringkali didiagnosa karena
belum
lari
meninggalkan
tempat
dapat menggunakan fungsi otaknya secara
duduknya, keluar ruang terapi dan lari
benar, sehingga otak perlu dilatih secara
kesana-kemari tanpa tujuan jelas. Setelah
tepat dan benar.
seminggu
dalam
pelatihan
kognitif,
Menurut Hartono (1998), semakin
perilaku subyek mulai lebih tenang, lebih
kompleks permasalahan pada anak ADHD,
kooperatif dan mau berusaha mengerjakan
maka
tugas-tugasnya. Pada sesi pelatihan kognitif
semakin
kompleks
juga
penanganannya. Pendekatan bisa melalui
yang
terakhir,
inatensi
beberapa aspek, seperti : aspek pendidikan
tereduksi dengan skor-skor yang diperoleh
di keluarga dan sekolah, program-program
dari Skala Rating Inatensi semakin kecil
perbaikan hubungan anak dan orangtua,
secara
latihan-latihan untuk memusatkan perhatian
berdasarkan
dengan suatu terapi kognitif, metode terapi
dengan guru kelas.
keseluruhan, observasi
subyek
demikian dan
mulai
juga
wawancara
perilaku dan obat-obatan. Stein (1999)
Pada saat role play untuk time out
melakukan penelitian dengan metode yang
berdasarkan kartu laporan harian yang -97-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011
ditulis oleh guru kelasnya, antara lain :
penerapan CSP di rumah berdampak positif
ketika subyek tidak menyelesaikan tugas
dan terjadi peningkatan atensi pada subyek,
malahan
hal
jalan-jalan
di
dalam
kelas
ini
berdasarkan
observasi
dan
kemudian ditegur gurunya, subyek mau taat
wawancara dengan guru-guru di sekolah dan
kembali ke tempat duduk namun berjalan
orang tua di rumah.
sambil
memukul
temannya.
Terapis
Setelah CSP, subyek melakukan
memberikan sanksi time out, subyek mau
aktivitasnya tanpa perlakuan apapun selama
duduk diam dan berpikir, kemudian dia
satu bulan. Kemudian dilakukan follow up
berkata,” Sudah bu, aku tahu... aku tidak
dengan mengambil
boleh jalan-jalan kalau pelajaran, aku harus
Inatensi dalam proses belajar di sekolah
belajar baik ya... tidak boleh memukul
selama dua minggu. Hasil yang diperoleh
temanku.” Subyek dapat mengungkapkan
sangat menggembirakan, karena perilaku
dengan benar apa saja kesalahannya serta
inatensi subyek mengalami penurunan, yang
dapat mengatakan perilaku yang seharusnya
artinya Caregiver Skill Program (CSP)
dilakukan.
berdasarkan
dapat mereduksi inatensi pada anak ADHD.
wawancara dengan guru dan orangtua,
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengisian
subyek menjadi lebih baik perilakunya, mau
Skala Rating Inatensi, wawancara dengan
menurut dan kooperatif.
orangtua dan guru, serta observasi di
Demikian
juga
Setelah pelatihan kognitif, orangtua
sekolah,
dimana
skor Skala Rating
subyek
lebih
sering
yang sebelumnya juga sudah diberikan
mengerjakan pekerjaan rumahnya tanpa
pelatihan melakukan penerapan CSP di
disuruh orangtuanya, di kelas subyek lebih
rumah.
adalah
memperhatikan pelajaran dan bila mulai
pendampingan anak di rumah (parent home-
terganggu perhatiannya saat di kelas, subyek
based
mau taat ketika diingatkan oleh guru,
Tugas
utama
management)
orangtua
dan
mengingatkan
subyek untuk tetap dapat memusatkan
sehingga
perhatiannya di sekolah.
diberikan
Apabila subyek
hampir
semua
pada
tugas
subyek
yang dapat
melakukan perilaku inatensi, maka subyek
diselesaikannya. Subyek tidak lagi banyak
harus menjalani time out. Ibu berperan aktif
berkeluh kesah tentang sulitnya tugas yang
dalam time out sebagai supervisor, sehingga
harus
ketegasan dan konsistensi dibutuhkan dalam
mengerjakan dengan perhatian dan terus
perlakuan pada subyek. Selama dua minggu
menerus, bahkan jarang sekali terlihat
-98-
dikerjakannya,
tetapi
mau
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)
subyek berpindah aktivitas lainnya tanpa
cara berpikir subyek, sehingga subyek mulai
menyelesaikan. Subyek sudah mulai jarang
belajar berpikir dengan benar sebelum
kehilangan alat-alat tulisnya dan barangnya
berperilaku.
yang
selesai
memecahkan masalah yang sudah diperoleh
mau
subyek selama pelatihan kognitif menjadi
lain,
karena
setiapkali
menggunakannya,
subyek
Kemampuan
tetap
mulai dapat mengatur beberapa tugas dan
pendampingan orangtua di rumah (parent
kegiatannya,
home-based
kadang-kadang
pada
saat
dan
menyimpannya sendiri. Subyek juga sudah
meskipun
bertahan
berpikir
dilakukan
management)
masih harus diingatkan. Subyek cukup patuh
penerapan
kepada guru dan orangtuanya, hal ini
orangtua memberikan reinforcement positif
ditunjukkan dengan kepatuhannya dalam
berupa pujian dan reinforcement negatif
mengikuti perintah. Perilaku yang tampak
berupa time out kepada subyek. Berdasarkan
berubah juga dapat dilihat ketika mengikuti
penelitian ini, CSP yang menggunakan teori
upacara di sekolah, subyek lebih tenang dan
dasar dari Cognitive-Behavioral Therapy
mengikuti dengan baik.
menunjukkan bahwa inatensi pada subyek
Pada penelitian ini, perilaku yang
Mengacu
dengan
CSP,
Dari hasil ke-13 item pada Skala
penelitian
Rating Inatensi, ada 7 (tujuh) item yang
sebelumnya yang dilakukan oleh Stein
konsisten perubahan atau penurunannya,
(1999)
dapat
yaitu : item mudah terganggu, sulit untuk
penelitian
memusatkan perhatian terhadap tugas secara
bahwa
direduksi.
Maka
pada
Sesuai
dapat tereduksi.
hendak direduksi adalah inatensi pada anak ADHD.
CSP.
dengan
perilaku hasil
inatensi pada
sebelumnya sama dengan penelitian yang
terus
dilakukan pada saat ini, keadaan subyek
perintah, sering berpindah dari satu aktivitas
sebelum
mendapat
memiliki
ke aktivitas lainnya tanpa menyelesaikan,
inatensi
tinggi,
mendapatkan
tidak mendengarkan lawan bicara, tidak
perlakuan dengan CSP, maka hasilnya
menatap lawan bicara saat diajak bicara
inatensi pada subyek dapat tereduksi, yang
secara langsung, tidak dapat tenang pada
artinya
dapat
keadaan tertentu Disamping itu, ada 6
memusatkan perhatiannya terutama dalam
(enam) item yang penurunannya tidak
proses belajar di sekolah. Pelatihan kognitif
konsisten,
dengan STOP THINK DO dapat mengubah
perubahannya belum dapat diprediksi secara
subyek
perlakuan setelah
menjadi
lebih
menerus,
sulit
sehingga
untuk
mengikuti
kecenderungan
-99-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011
pasti, yaitu : item tidak mengerjakan
Demikian juga sikap orangtua menjadi lebih
pekerjaan rumah, tidak mengerjakan tugas
positif
sampai akhir atau selesai, mudah menyerah
perhatian pada anaknya.
dalam
mengerjakan
tugas,
tidak
yaitu
orangtua
menjadi
lebih
bisa
menyimpan barangnya sendiri, kesulitan
Daftar Pustaka
mengatur
American Psychiatric Ass. (1994). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (fourth ed). Washington : DC / APA
tugas-tugas
dan
kegiatan,
menghilangkan sesuatu yang penting untuk tugasnya. Item yang penurunannya tidak konsisten merupakan item-item yang lebih berkaitan dengan tanggungjawab terhadap tugas
atau benda, sehingga keterlibatan
Azwar, S. (2008). Reliabilitas dan Validitas. cetakan pertama, edisi kelima. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
lingkungan subyek secara aktif masih diperlukan dalam pendampingan. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tentu saja tidak terlepas dari kelemahan-
Barkley, R. A. (2002). Psychosocial Treatments for Attention Deficit / Hyperactivity Disorder in Children. Journal Clinical Psychiatry, 63, 36 – 43.
kelemahan. Kelemahan dalam penelitian ini terjadi karena peneliti hanya menggunakan satu
subyek
sehingga
skor-skor
yang
diperoleh tidak dapat dibandingkan dengan
Ekowarni, E. (1998). Beberapa Teknik Melatih Anak Hiperaktif dalam Semiloka Mengenal dan Membimbing Anak Hiperaktif. Semarang: P2GPA.
yang lain.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan diskusi, dapat disimpulkan
bahwa
inatensi
dapat
diturunkan dengan Caregiver Skill Program (CSP). Penelitian terbukti efektif meskipun dilakukan dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan, hal ini dikarenakan keterlibatan orangtua secara intensif pada waktu yang relatif singkat
sehingga
dalam
menerapkan
program ini di rumah menjadi konsisten. -100-
Evans, S. W., Schultz, B. K., Sadler, J. M. (2008). Psychosocial Interventions Used to Treat Children with ADHD : Safety and Efficacy. Journal of Psychosocial Nursing & Mental Services, 46, 49-57. Harbert, Barlow, Hersen, & Austin. (1984). Single Case Experimental Designs dalam Strategies for Studying Behavior Change. Pergamon Press. Hartono, B. (1998). Pokok-pokok Dalam Mengenal Anak Hiperaktif dalam Semiloka Mengenal dan
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)
Membimbing Anak Semarang: P2GPA.
Hiperaktif.
Kendall, P.C. ( 2006 ). Child and Adolescent Therapy. New York : The Guilford Press. Martin, G. & Pear, J. (1992). Behavior Modification. New Jersey : A Simon & Schuster Company. Mc Guinness, T. M. (2008). Helping Parents Decide on ADHD Treatment for Their Children. Journal of Psychosocial Nursing, 46, 23-26. Pelham, W. E., Fabiano, G. A. (2008). Evidence-Based Psychosocial Treatments for Attention-Deficit/ Hyperactivity Disorder. Journal of Clinical Child & Adolescent Psychology, 37, 184-214. Petersen, L. (2005). Bagaimana Memotivasi Anak Belajar dalam STOPand Think Learning. Jakarta : PT Gramedia.
Ronen, T. (1993). Adapting Treatment Techniques to Children's Needs. British Journal of Social Work, 23, 281-296. Safaria, T. (2004). Terapi Kognitif – Perilaku Untuk Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu. Stein, D. B. (1999) A Medication-Free Parent Management Program for Children Diagnosed as ADHD.Journal Ethical Human Sciences and Services, 61-79. Widyorini, E. (1998). Mengasuh Dan Membimbing Anak Hiperaktif dalam Semiloka Mengenal dan Membimbing Anak Hiperaktif. Semarang: P2GPA Zaviera, F. 2007. Anak Hiperaktif : Cara Cerdas Menghadapi Anak Hiperaktif dan Gangguan Konsentrasi. Jogjakarta : Katahati.
-101-