PENERAPAN BAGI HASIL PADA TABUNGAN HAJI BRI SYARIAH JAKARTA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
DISUSUN OLEH : NAMA
: PANDU PANUNTUN
NIM
: 1110053000049
KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
ABSTRAK Pandu Panuntun, 1110053000049, “Penerapan Bagi Hasil Pada Tabungan Haji BRI Syariah Jakarta”, Skripsi Strata 1, Program Studi Manajemen Dakwah Konsentrasi Lembaga Keuangan Syariah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Konsep bagi hasil berlandaskan pada beberapa prinsip dasar. Selama prinsip–prinsip dasar ini dipenuhi, detail dari aplikasinya akan bervariasi dari waktu ke waktu. Ciri utama pola bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama baik oleh pemilik dana maupun pengusaha. Dalam aplikasinya perbankan syariah pada umumnya bank dapat menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing – masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Dari pengamatan yang dilakukan saat ini lembaga keuangan syariah, baik Bank Umum Syairah, Bank Konvensional yang mempunyai cabang syariah, bank perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan Baitul Mal Tamwil (BMT) di Indonesia, dalam melakukan distribusi hasil usaha antara shahibul mal (deposan) dengan lembaga keuangan syariah sebagai mudharib masih mempergunakan metode pembagian laba (profit sharing). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem bagi hasil tabungan haji beserta perhitungannya dan tingkat perkembangan tabungan haji yang telah berjalan menggunakan sistem tersebut di bank BRI Syariah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaif dengan metode deskriptif yaitu sebuah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian sesuatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek diteliti. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan sistem bagi hasil yang telah diterapkan oleh BRI Syariah Jakarta pada tabungan haji adalah mengacu pada prinsip revenue sharing artinya bank BRI Syariah memperoleh pendapatan dari derbitur (orang yang melakukan pembiayaan) dan BRI Syariah langsung mendistribusikan kepada shaibul maal bagi hasil yang telah disepakati bersama terus dipotong biaya–biaya operasional.
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena telah melimpahkan segala berkah dan rahmatNya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir dalam mencapai jenjang pendidikan Strata Satu (S-l) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam prosesnya, penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai hambatan, baik keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti maupun sulitnya mencari informasi yang tepat. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu peneliti. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Bapak Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan, Dr.Suparto, M.Ed,MA selaku Wakil Dekan I, Drs. Jumroni, M.SI selaku Wakil Dekan II, Dr.H Sunandar, MA selaku Wakil Dekan III Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Drs.Cecep Castrawijaya, MA dan Mulkanisir, BA,S.Pd,MM selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah membimbing penulis dalam administrasi perkuliahan dan skripsi.
3.
Bapak Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA, selaku Pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, memberi motivasi, semangat, arahan, serta kritik dan saran bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ii
4.
Kepada tim penguji sidang munaqasah Bapak Amirudin, M .SI selaku penguji 1 dan Drs. Sugiharto, MA selaku penguji terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan serta arahannya.
5.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya jurusan Manajemen Dakwah yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis di bangku kuliah.
6.
Kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam m penyusunan skripsi ini.
7.
Kakak-kakaku tersayang, yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8.
Sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan dan doa, serta semua teman-teman angkatan 2010 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dari awal pelaksanaan sampai dengan penyelesaian skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sebaik sebagaimana yang diharapkan, untuk itu kritik dan saran diharapkan mampu membangun motivasi penulis agar tetap bersemangat dalam mengembangkan kemampuan dalam rangka berkarya lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat menjadi panduan dan inspirasi bagi para pembaca. Jakarta, 18 Maret 2015 Penulis,
Pandu Panuntun iii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iv ABSTRAK ......................................................................................................... v KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 5 1.
Pembatasan Masalah ........................................................ 5
2.
Perumusan Masalah ......................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6 1.
Tujuan Penelitian ............................................................. 6
2.
Manfaat Penelitian ........................................................... 6
D. Kajian Studi (Review) Terdahulu ........................................... 7 E. Metode Penelitian ................................................................... 8 1.
Jenis Penelitian ................................................................ 8
2.
Pendekatan Penelitian ...................................................... 9
3.
Jenis Data dan Sumber Data ............................................ 9
iv
Halaman 4.
Teknik Pengumpulan Data ............................................ 10
5.
Teknik Analisa Data ...................................................... 11
F. Teknik Penulisan .................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan ........................................................... 11
BAB II
TENTANG BAGI HASIL DAN TABUNGAN HAJI ............. 14 A. Bagi Hasil ............................................................................. 14 1.
Pengertian Nisbah Bagi Basil (Profit loss sharing)....... 14
2.
Prinsip Bagi Hasil Menurut Syari’ah ............................. 17
3.
Sistem Bagi Hasil .......................................................... 22
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil .............. 25
5.
Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil .............................. 27
B. Tabungan Haji ...................................................................... 31
BAB III
1.
Pengertian ...................................................................... 31
2.
Manfaat .......................................................................... 31
3.
Karakteristik Tabungan Haji.......................................... 32
PROFIL UMUM BANK BRI SYARIAH ................................ 40 A. Sejarah Perkembangan BRI Syariah ..................................... 40 B. Visi dan Misi Bank BRI Syariah .......................................... 42 C. Struktur Organisasi ............................................................... 43 D. Produk BRI Syariah .............................................................. 43 E. Pembagian Pembayaran Jasa di BRI Syariah ....................... 50
v
BAB IV
PENERAPAN BAGI HASIL PADA BRI SYARIAH ............ 51 A. Penerapan Bagi Hasil Tabungan Haji ................................... 51 1.
Proses Perhitungan Bagi Hasil....................................... 52
2.
Pendistribusian Bagi Hasil ............................................. 53
3.
Contoh Perhitungan Bagi Hasil ..................................... 55
B. Perkembangan Produk Tabungan Haji BRI Syariah ............ 64
BAB V
PENUTUP................................................................................... 66 A. Kesimpulan ........................................................................... 66 B. Saran ..................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Jenis Kelamin Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Kebangsaan Alamat
Telephone
: : : : : : :
Pandu Panuntun Laki-laki Jakarta, 3 November 1991 Islam Belum Menikah Indonesia Jl. Dr. Krt. Radjiman Widyodiningrat RT.015/004 No.72 Jakarta Timur 13920 : (021) 4607110
Menerangkan dengan sesungguhnya : Pendidikan : 1. Tamatan SDN Rawaterate 01 Pagi Jakarta Timur Tahun 2004. 2. Tamatan SMP Manba’ul Ulum Asshidiqiyah Tahun 2007. 3. Tamatan M.A Manba’ul Ulum Asshidiqiyah Tahun 2010. 4. Program Strata (S1) Universitas Islam Negeri Hidayatullah Tahun 2015.
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta,
Pandu Panuntun
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan lembaga keuangan syariah tergolong cepat salah satu alasannya adalah keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat muslim di Indonesia bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang Islam. Masyarakat muslim di Indonesia telah lama mendambakan kehadiran sistem perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, tidak sebatas financial namun juga tuntutan moralitas. Bagi kaum muslimin, kehadiran bank syariah dapat memenuhi kebutuhan akan sebuah lembaga keuangan yang bukan hanya sebatas melayani secara ekonomi namun juga spiritual. Dan bagi masyarakat lainnya, bank syariah sebagai altematif lembaga jasa keuangan di samping perbankan konvensional. Ini terkait dengan tugas bank yang merupakan perantara jasa keuangan (financial intermediary), dengan tugas pokoknya menghimpun dana dan masyarakat, dan diharapkan dengan dana yang dimaksud dapat memenuhi kebutuhan dana kredit atau pembiayaan yang tidak disediakan oleh pihak swasta maupun negeri dalam upaya peningkatan taraf hidup orang banyak. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang harus dilakukan oleh seorang muslim yang mampu. Penduduk Indonesia sebagian besar beragama Islam, namun tidak semuanya merupakan masyarakat mampu. Bagi
1
2
sebagian masyarakat, untuk melakukan ibadah haji harus menabung terlebih dahulu agar terkumpul biaya untuk ibadah haji. Dengan adanya undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang telah memberikan peluang untuk berdirinya bank dengan sistem syariah, dan sekarang berganti dengan undang-undang perbankan syariah (UUPS) nomor 21 tahun 2008, maka sudah seharusnya bank syariah yang beroperasi mengeluarkan produk tabungan haji sebagai salah satu wujud pelayanan terhadap umat muslim salah satu bank syariah yang telah mengeluarkan produk tabungan haji adalah bank BRI Syariah. Prinsip syariah yang digunakan tabungan haji pada bank BRI Syariah adalah bagi hasil (mudharabah al mutlaqoh). Semua transaksi yang menggunakan skim bagi hasil, sekurangnya harus memenuhi tiga syarat: pertama, akad bagi hasil harus jelas didalamnya dinyatakan secara jelas, jenis usaha yang digarap, keuntungan maupun kerugian yang akan ditanggung bersama dalam hal ini tidak boleh menjanjikan keuntungan yang pasti dimuka, akan tetapi perkiraan besannya keuntungan dibolehkan menyangkut resiko yang harus ditanggung baik shohibul maal (pemilik dana) maupun pelaksanaan kegiatan yang harus jelas dalam hal ini, proposinya ditentukan sesuai keadaan kalau kerugian disebabkan karena kelalaian pelaksana, maka Ia yang menanggung tapi bila karena alam ditanggung bersama-sama. Kedua, objek usaha harus jelas, transparan tidak ada unsur gharar (tipuan) dan tidak boleh spekulasi. Ketiga,
3
harus ada pengawasan langkah ini yang memantau jalannya usaha agar bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sudah terdeteksi sejak dini. Bagi hasil dalam syariah tidak mengenal pemberlakuan keuntungan mutlak di muka kepada para investornya. Sebaliknya diperjanjikan pula bila usaha mengalami kerugian, maka baik investor maupun pengelola dana yang menjalankan proyek akan menanggung secara bersama-sama. Untuk produk pendanaan atau simpanan bank syariah, misalnya Tabungan dan Deposito, penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan iB dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil. Sementara itu untuk produk simpanan iB skema titipan (wadiah), return yang diberikan berupa bonus. Pertama-tama dihitung besarnya tingkat pendapatan investasi yang dapat dibagikan kepada nasabah. Ekspektasi pendapatan investasi ini dihitung oleh bank syariah dengan melihat performa kegiatan ekonomi disektor-sektor yang menjadi tujuan investasi, misalnya disektor properti, perdagangan, pertanian, telekomunikasi atau sektor transportasi. Setiap sektor ekonomi memiliki karakteristik dan performa yang berbeda-beda, sehingga akan memberikan return investasi yang berbeda-beda juga. Sebagaimana layaknya seorang investment manager, bank syariah akan menggunakan berbagai indikator ekonomi dan keuangan yang dapat mencerminkan kinerja dari sektoral tersebut untuk menghitung akspektasi
4
atau proyeksi return investasi. Termasuk juga indikator historis (track record) dan aktivitas mvestasi bank syariah yang telah dilakukan, yang tercermin dan nilai rata-rata dan seluruh jenis pembiayaan IB yang selama ini telah diberikan ke sektor riil. Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh besarnya pendapatan investasi dalam bentuk equivalent rate yang akan dibagikan kepada nasabah misalnya sebesar 11%. Selanjutnya dihitung besarnya pendapatan investasi yang merupakan bagian untuk bank syariah sendiri, guna menutup biaya-biaya operasional sekaligus memberikan pendapatan yang wajar. Besarnya biaya operasional tergantung dan tingkat efisiensi bank masing-masing. Sementara itu, besarnya pendapatan yang wajar antara lain mengacu kepada indikator-indikator keuangan bank syariah yang bersangkutan seperti ROA (Return On Assets) dan indikator lain yang relevan. Dari perhitungan, di peroleh bahwa bank syariah memerlukan pendapatan investasi yang juga di hitung dalam equivalent rate misalnya sebesar 6%. Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah bagi hasil dapat dihitung. Porsi bagi hasil untuk nasabah sebesar: [11% dibagi (11% + 6%)] = 0.65 atau sebesar 65%. Dan bagi hasil untuk bank syariah sebesar: [6% dibagi (1l% + 6%)] = 0.35 atau sebesar 35%. Maka nisbah bagi hasilnya kemudian dapat dituliskan sebagai 65 : 35. Tentu saja dalam prakteknya nasabah iB tidak perlu terlalu pusing dengan perhitungan njilemet bagi basil semacam ini. Masyarakat hanya
5
tinggal menanyakan berapa rate indikatif dan Tabungan iB atau deposito iB yang diminatinya. Rate indikatif ini adalah nilai equivalent rate dan pendapatan investasi yang akan dibagikan kepada nasabah, yang dinyatakan dalam persentase misalnya 11% atau 8% atau 12%. Jadi masyarakat dengan cepat dan mudah dapat menghitung berapa besar keuntungan yang akan diperolehnya dalam menabung sekaligus berinvestasi di bank syariah. Tabungan haji pada bank BRI Syariah merupakan tabungan investasi yang dilakukan dengan menggunakan prinsip bagi hasil, prinsip bagi hasil yang dimaksud disini adalah dalam bentuk mudharabah mutlaqoh yang mana merupakan transaksi peneriman dana dan pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati, dengan pengelolaan sepenuhnya diserahkan kepada mudharib. Tabungan haji iB dari bank BRI Syariah ini memiliki karakter yang berbeda dengan produk Tabungan BRI Syariah iB terutama dan segi akad yang digunakan. Yaitu akad mudharabah mudaqoh untuk tabungan haji dan akad wadiah yad adh dhamanah untuk tabungan dimana si penerima titipan (Bank) dapat memanfaatkan atau mengelola dana titipan dan bertanggung jawab alas kehilangan dan kerusakan dan dana titipan tersebut tanpa adanya pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak. Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa kriteria akad yang digunakan bank BRI Syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya pada
6
Tabungan maupun Tabungan Haji adalah dengan menggunakan atau memanfaatkan dana nasabah untuk dapat dikelola guna menjalankan kegiatan operasionalnya, sehingga akad yang digunakan adalah akad wadhiah yad adalah dhamanah untuk tabungan dan akad mudharabah mutlaqoh untuk tabungan haji. Dasar pembeda atas penggunaan akad dalam pelaksanaan Tabungan maupun Tabungan Haji pada bank BRI Syariah adalah pada tujuannya, yaitu Akad wadhiah id adh dhamanah pada Tabungan, dengan tujuan selain untuk menyimpan dana nasabah juga dapat digunakan untuk memperoleh kemudahan dalam transaksi keuangan. Sedangkan Akad mudhatabah mutlaqoh pada Tabungan Haji, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPHI) dan bukan untuk transaksi secara harian. Akan tetapi harus dicermati apakah prinsip bagi hasil yang diterapkan tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang secara jelas tidak boleh mengandung unsur riba. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Penerapan Bagi Hasil Pada Tabungan Haji BRI Syariah Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
7
a. Kriteria pembahasan skripsi ini penulis hanya mengkhususkan membahas tentang penerapan bagi basil pada tabungan haji di BRI Syariah. b. Bank yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bank Rakyat Indonesia Syariah yakni suatu lembaga keuangan syariah yang menghimpun dana masyarakat yang berpacu pada prinsip-prinsip syariah dengan mengedepankan bagi hasil dan bank tersebut biasa juga disebut dengan BRIS yang berkedudukan di BRI Syariah Pusat Jakarta. c. Data yang diteliti hanya pada tahun 2011-2012 yaitu data yang terbaru pada produk tersebut. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa pokok-pokok permasalahan yang dibahas sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan bagi hasil pada tabungan haji mudharabah di BRI Syariah ? b. Bagaimana perkembangan produk tabungan haji mudharabah pada BRI Syariah dari tahun ke tahun ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian mi adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem bagi basil tabungan haji mudharabah di BRI Syariah beserta perhitungannya.
8
b. Untuk mengetahui seberapa besar perkembangan produk tabungan haji mudharabah di BRI Syariah. 2.
Manfaat Penelitian a.
Secara Teoritis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan muamalah pada umumnya dan khususnya tentang analisis penerapan bagi hasil pada tabungan haji di BRI Syariah
b.
Secara Praktis, 1) Bagi Bank Syariah Sebagai kontribusi ilmiah untuk menambah ilmu dan wawasan pengetahuan. Selain itu diharapkan dapat menjadi sumber rujukan atau informasi bagi BRI Syariah dalam meningkatkan pengguna produk tabungan haji dan memberikan masukan terhadap bagi hasil yang sudah diterapkan di BRI Syariah apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah atau tidak terutama pada produk tabungan haji. 2) Bagi Masyarakat Agar masyarakat mengetahui tentang perkembangan Bank Syariah dalam mengembangkan Perbankan Syariah di Indonesia dan memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kepada para masyarakat yang akan atau dan sudah menggunakan produk tabungan haji yaitu bagaimana system penerapan bagi hasil yang diterapkan BRI Syariah untuk para nasabahnya apakah masih mengandung unsur riba atau tidak.
9
D. Kajian Studi (Review) Terdahulu 1.
Yulianti, 2010. Tinjauan Hukum Positif Terhadap Praktek Bagi Hasil pada Bank Syariah (Studi Pada Bank BRI Syariah Cabang Bendung Hilir Jakarta Pusat) Penelitian dalam skripsi ini berfokus pada bagaimana hukum positif tentang penerapan praktek bagi hasil pada BRI Syariah yang disesuaikan dengan UU No. 21 Tahun 2008, Sedangkan penulis memfokuskan penelitian skripsi ini tentang tinjauan penerapan bagi hasil pada tabungan haji di BRI Syariah Pusat Jakarta, jadi penulis hanya meneliti tentang penerapan bagi hasil pada produk tabungan haji di BRI Syariah saja.
2.
Suhaeti, 2010. Keunggulan Kompetitif Produk Tabungan Haji Bank Syariah (BMI, BSM dan Bank DKI Syariah). Penelitian dalam skripsi ini berfokus pada keunggulan kompetitif yang diberikan pada produk tabungan haji serta keuntungannya atau kekurangannya pada produk tersebut di bank-bank syariah yaitu BMI, BSM dan Bank DKI Syariah, sedangkan penulis memfokuskan penelitian skripsi ni tentang tinjauan penerapan bagi hasil pada tabungan haji di BRI Syariah Pusat Jakarta, jadi penulis hanya meneliti tentang penerapan bagi hasil pada produk tabungan haji di BRI Syariah saja.
3.
Ihdini Maulida Rahmah, 2011. Manajemen Pengelolaan Dana Tabungan Haji Pada BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan. Penelitian dalam skripsi ini berfokus pada mekanisme, pengelolaan tabungan haji di BNI Syariah dan pola kerjasama yang dilakukan BNI Syariah dengan Kementerian
10
Agama
RI
beserta
analisis
SWOT,
sedangkan
penulis
hanya
memfokuskan penelitian skripsi ini tentang tinjauan penerapan bagi hasil pada tabungan haji di BRI Syariah Pusat Jakarta jadi penulis hanya meneliti tentang penerapan bagi basil pada produk tabungan haji di BRI Syariah saja.
E. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian “Kualitatif“, yaitu metode penelitian yang data-datanya tidak berwujud angka-angka biasa berupa verbal yang diperoleh sebagai hasil penjumlahan. Metode penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang dianalisis itu berupa deskripsi. Deskriptif menurut pengertiannya adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Kualitatif adalah penelitian yang berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya sebagai penunjang. Jadi, penelitian ini adalah penelitian berdasarkan fakta-fakta atau kejadian yang tidak direkayasa dan penelitian ini menggunakan kata-kata, tulisan-tulisan ataupun gambar-gambar yang sesuai dengan fakta bukan penelitian yang menggunakan angka sebagai penjelasannya.
11
2.
Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa penelitian langsung pada Bank BRI Syariah dan pendekatan penelitian ini juga dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi agar data yang diterima oleh penulis benar adanya dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.
Jenis Data dan Sumber Data Dalam menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan dua sumber jenis data yaitu: a.
Sumber Data Primer Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dalam hal ini adalah penulis. Data yang diperoleh penulis berupa dari hasil wawancara dengan pihak yang terkait pada Bank BRI Syariah serta documenter-dokumenter perusahaan, berupa arsip atau dokumen yang relevan dengan pembahasan penelitian penulis.
b. Sumber Data Sekunder Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literature-literatur kepustakaan, seperti buku-buku, majalah, internet, artikel serta sumber-sumber data lainnya yang mempunyai relevansi dengan penulisan karya ilmiah ini.
12
4.
Tehnik Pengumpulan Data Sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis, maka dalam pengumpulan data karya ilmiah ini penulis menggunakan penelitian sebagai berikut: a.
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian yang dilakukan diperpustakaan ini mengambil setting perpustakaan sebagai tempat penelitian dengan objek penelitiannya adalah bahan-bahan kepustakaan, seperti buku-buku, sumber dokumen perusahaan, surat kabar, internet dan kepustakaan lainnya yang mendukung serta berkaitan dengan penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research) Adapun penelitian lapangan yang penulis lakukan adalah dengan melakukan observasi ketempat penelitian dan wawancara dengan nara sumber terkait, sehingga penulis dapat mengetahui secara langsung bagaimana mengelola dan memanajemen produk tabungan haji sampai dengan pembagian hasilnya.
5.
Tehnik Analisa Berdasarkan permasalahan yang akan diangkat oleh penulis maka, setelah data dikumpulkan kemudian diolah, dan dianalisa dengan analisa deskriptif. Maka analisis yang digunakan adalah analisis induktif dengan menarik hal-hal yang bersifat khusus ke dalam hal-hal yang bersifat umum, Setelah dilakukan analisis terhadap penerapan bagi hasil pada tabungan haji di BRI Syariah, kemudian ditafsirkan dengan kerangka
13
pemikiran berdasarkan studi pustaka, takhir adalah menarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan penelitian.
F. Tehnik Penulisan Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Dakwah dan fimu Komunikasi.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan menggambarkan secara garis besar tentang apa yang akan ditemukan dalam skripsi ini. Skripsi mi terdiri dari lima bab, berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap dan jelas. BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan,
BAB II
TENTANG BAGI HASIL DAN TABUNGAN HAJI Pada bab ini, terdapat tiga sub bab pertama membahas tentang konsep bagi hasil pada tabungan haji mudharabah yang terdiri dari: pengertian penerapan bagi hasi1, bagi hasil dalam perbankan syariah, dan perbedaan bagi hasil dengan bunga. Sub bab kedua membahas tentang teori nisbah bagi hasil yang terdiri dari:
pengertian
nisbah
bagi
hasil,
faktor-faktor
yang
14
mempengaruhi bagi hasil, dan mekanisme perhitungan bagi hasil. Sub bab ketiga membahas tutang iabungn haji mud? swubah mutksqah yg terdiri dari : pengertian tabungan haji, karakteristik tabungan haji, mekanisme dan operasional tabungan haji, dan akad mudharabah mutlaqah dalam tabungan haji. BAB III PROFIL UMUM BRI SYARIAH Bab ini Membahas tentang profil BRI Syariah serta mencakup Sejarah berdirinya BRI Syariah. Visi dan Misi BRI Syariah, Struktur Organisasi BRI Syariah, Dan produk tabungan haji di BRI Syariah beserta pembiayaan-pembiayaan yang di berikan dari BRI Syariah. BAB IV PENERAPAN BAGI HASIL PADA BRI SYARIAH Bab ini membahas mengenai tinjauan penerapan bagi hasil pada tabungan haji mudharabah di BRI Syariah dan prinsip mudhambah pada tabungan haji menguraikan mengenai analisis terhadap sistem bagi hasil pada tabungan haji BRI Syariah, penerapan bagi hasil di BRI Syariah, dan perkembangan produk tabungan haji dan talangan haji BRI Syariah dari tahun ke tahun. BAR V
PENUTUP Dalam bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan pembahasan beberapa pokok permasalahan dan saran-saran.
BAB II TENTANG BAGI HASIL DAN TABUNGAN HAJI
A. Bagi Hasil 1.
Pengertian Nisbah Bagi Basil (Profit loss sharing) Dengan melarang riba, Islam berusaha membangun sebuah masyarakat berdasarkan kejujuran dan keadilan. Model ekonomi kovensional di mana, seorang kreditur akan mendapatkan keuntungan dan debitur tanpa memperdulikan hasil usaha debitur. Akan lebih adil jika kedua belah pihak kredit maupun debitur sama-sama menanggung keuntungan maupun kerugian, dan inilah konsep mudharabah dalam ekonomi Islam dengan sistem bagi basil bukan dengan bunga (tiba). Jadi, yang dilarang dalam Islam adalah keuntungan yang ditetapkan sebelumnya. Pembagian keuntungan yang sah dan dapat diterima menjadi fondasi pengembangan dan implementasi perbankan Islam. Dalam Islam pemilik modal dapat secara sah mendapatkan bagian dari keuntungan yang diperoleh pelaksana usaha. Sistem bagi hasil dibolehkan dalam Islam karena yang ditetapkan sebelumnya adalah rasio bagi hasil, bukan tingkat keuntungan seperti yang berlaku dengan sistem bunga.1
1
Latifa M Algaond dan Mervyn K Lewis, Perbaikan Syariah Prinsip, Praktik dan Prospek (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 58.
15
16
Nisbah adalah rasio atau perbandingan pembagian keuntungan (bagi hasil) antara shahibul maal dan mudharib.1 Bagi hasil adalah bentuk retrun dari kontrak investasi, dan waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya peroleh kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah.2 Dalam bank syariah nisbah bagi basil merupakan kesepakatan porsi bagi basil yang akan diperoleh pemilik dana (shahibul mal) dan pengelola dana (mudharib) yang tertuang dalam akad perjanjian yang telah ditandatangani pada awal sebelumnya dilakukan akad kerja sama, a.
Landasan Syariah QS. Al-Baqarah [2] : 282
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu melakukan transaksi utang-piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tulislah......” QS. Al-Ma‟idah [5]: 1
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.” 1
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Cet. ifi (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), h. 180. 2 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Cet. III (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.191.
17
b.
Ketentuan Bagi Hasil 1) Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil (Net Revenue Sharing) maupun bagi untuk (Profil Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan kemitraan (nasabah)-nya. 2) Dilihat dan segi kemaslahatan (al-aslah), saat ini, pembagian hasil usaha sebailcnya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing). 3) Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad4.
c.
Konsep Bagi Hasil 1) Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan atau bank bertindak sebagai pengelola dana. 2)
Pengelola (bank) mengelola dana tersebut dalam sistem pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan dana tersebut kedalam proyek atau usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah.
3)
Kedua belah pihak menandatangani akad yang akan berisi ruang lingkup kerjasama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.5
4
Dewan Syariah Nasional No. : 15/DSN-MUI/ix/2000, Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syari‟ah, h. 83. 5 Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah: Konsep, Produk Dan Implementasi Operasional (Jakarta: Djambatan, 2001), h.265.
18
Prinsip Bagi Hasil Menurut Syari’ah
2.
Prinsip bagi hasil (profit sharing), secara umum dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama6, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, almuzara‟ah dan al-mushaqah. Walaupun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan almudharabah, sedangkan almuzara„ah dan al-mushaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam. Istilah mudharabah berasal dan kata dharb fi al-ardh orang yang bepergian di atas bumi (yadribuna fi al-ardh) mencari karunia Allah (almuzammil:20). Karena pekerjaan dan perjalanannya, mudharib berhak atas sebagian keuntungan usaha. Dalam sunnah, para fukaha bersandar pada praktik mudharabah antara Nabi SAW dan Khadijah sebelum pernikahannya, ketika Nabi SAW mengadakan perjalanan dagang ke Syria untuk Khadijah. Jadi, dalil hukum yang dipergunakan untuk mendukung model ini adalah al-Qur‟an dan Sunnah7. Secara teknis, Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha berdasarkan mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
6
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.98. 7 Latifa M Algaoud dan Mervyn K Lewis, Perbankan Syariah Prinsip. Praktik dan Prospek, h.38.
19
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kekurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Landasan syariah yang mendasari akad ini adalah Al-Qur‟an Surat Al-Muzzammil ayat 20, yang artinya: “...dan dari orang-orang yang benjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah...” Sedangkan Hadist Nabi menyatakan sebagai berikut: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana kemitra usahanya secara mudharabah Ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli
ternak.
Jika
menjalani
peraturan tersebut,
yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah membolehkannya.” Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis8, yaitu: mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudhanib yang cakubannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyadah, atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah / specified mudharabah adalah kebalikan 8
Wahbah Az-Zahai1y, A1-Fiqhu A1-Islaamiyu wa Adiliatuhu, h. 840. Baca juga Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h.97.
20
dan mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. Kerjasama mudharabah ini merupakan kerjasama kepercayaan penuh oleh karena itu, mudharib sebagai pihak yang diberi amanah dan dipercaya untuk mengelola usaha hendaknya dapat meneladani sifat Rasul yaitu STAF (Siddiq, Tabligh, Amanah, Fathanah). Sikap dan tingkah laku mudharib hendaknya Shiddiq (benar, jujur), tabligh (komunikatif, kredibilitas), dan fathanah (cerdik. bijaksana, intelektual). Tanpa dilandasi hal tersebut, tidak ada keadilan antara pemilik dana dan pengelola dana. Kejujuran, keterbukaan, amanah sangat diperlukan oleh para pengelola bank syariah, terutama yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha yang merupakan karakteristik utama bank syariah. Konsep bagi hasil berlandaskan pada beberapa prinsip dasar. Selama prinsip-prinsip dasar ini dipenuhi, detail dan aplikasinya akan bervariasi dan waktu ke waktu. Ciri utama pola bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama baik oleh pemhlik dana maupun pengusaha. Beberapa prinsip dasar yang dikemukakan oleh usmani9, adalah sebagai berikut:
9
M. Taqi Usmani, an introduction to Islamic Finance, idaratul ma‟arif (Karachi. 1999).
21
a.
Bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapi merupakan partisipasi dalam usaha.
b.
Investor atau pemilik dana harus ikut menanggung resiko kerugian usaha sebatas proposi pembiayaannya.
c.
Para mitra usaha bebas menentukan, dengan persetujuan bersama, rasio keuntungan untuk masing-masing pihak, yang dapat berbeda dan rasio pembiayaan yang diisyaratkan.
d.
Kerugian yang ditanggung oleh masing-masing pihak harus sama dengan proposi investasi mereka.
Prinsip bagi hasil menurut Antonio Syafi‟i10: a.
Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
b.
Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
c.
Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama.
d.
Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama.
e.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan pembagian keuntungan. Dapat disimpulkan bahwa bagi basil adalah suatu sistem yang
meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
10
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah : dari Teori ke Praktik.
22
pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini salah satu contohnya dapat terjadi diantara pihak bank dengan pihak nasabah. Kedua belah pihak sama-sama sepakat bahwa modal usaha yang diberikan pihak pertama akan dikelola pihak kedua secara professional dan bertanggung jawab.
3.
Sistem Bagi Hasil Dalam aplikasi perbankan syariah pada umumnya bank dalam sisitem bagi hasil dapat menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dan sistem yang ada11. Dari pengamatan yang dilakukan saat ini lembaga keuangan syariah, baik Bank Umum Syariah, Bank Konvensional yang mempunyai cabang syariah, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan Baitul Mal Tamwil (BMT) di Indonesia, dalam melakukan distribusi hasil usaha antara shahibul mal (deposan) dengan
lembaga
keuangan
syariah
sebagai
mudharib
masih
mempergunakan metode pembagian laba (profit sharing)12. Berikut ini adalah penjelasan dari sistem bagi hasil yang terdapat pada perbankan syariah: a.
Profit Sharing Profit Sharing adalah perhitungan bagi hasil berdasarkan kepada hasil hasil net dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
11
Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional,h. 264. 12 Wiroso, Pernghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah (Jakarta : PT. Grasindo, 2005), h. 120.
23
tersebut13. Pendapatan-pendapatan tersebut diatas, setelah dikurangi dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi antara bank dengan para penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung, dan para pemegang saham sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan14. Sistem profit sharing, dimana bagi hasil dihitung berdasarkan pendapatan netto setelah dikurangi biaya bank, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh para shahibul mal (pemilik dana) akan semakin kecil, tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya ke bank syariah, yang berdampak pada jumlah dan pihak ketiga secara keseluruhan15. Sistem
profit
sharing,
apabila
dipertahankan
dalam
memperhitungkan bagi hasil mereka, maka jalan satu-satunya untuk menghindari resiko tersebut diatas adalah dengan cara bank harus mengalokasikan sebagian dan porsi bagi hasil yang mereka terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah pemilik dana. Dengan kata lain bank mengurangi porsi bagi
13
Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional,h. 264. 14 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 57. 15 Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional, h. 264.
24
hasil yang mereka peroleh untuk menutupi kekurangan bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah (deposan)16. b.
Revenue Sharing Revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada total seluruh pendapatan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut17. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam perhitungan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) ini adalah pendapatan (revenue) dan pengelola dana (penyaluran) sebesar porsi dan mudharabah (investasi tidak terikat) yang dihimpun tanpa adanya pengurangan beban-beban yang dikeluarkan bank syariah18. Revenue sharing, dimana bagi hasil yang akan didistribusikan dihitung dan total pendapatan bank sebelum dikurang pendapatan bank
sebelum
dikurangi
dengan
biaya-biaya
bank,
maka
kemungkinan yang terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru mampu memberikan hasil yang
16
Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional, h. 265. 17 Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional, h. 264. 18 Wiroso, Pernghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, h. 121.
25
optimal, dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah19. Revenue sharing mengandung kelemahan, karena apabila tingkat pendapatan bank sedemikian rendah maka bagian bank, setelah pendapatan didistribusikan oleh bank, tidak mampu membiayai kebutuhan operasionalnya (yang lebih besar dari pendapatan fee) sehingga merupakan kerugian bank dan membebani para pemegang saham sebagai penanggung kerugian20.
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil a.
Faktor Langsung Diantara
faktor-faktor
langsung
(direct
factors)
yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio). 1) Investment rate, merupakan persentase actual dana yang diinvestasikan dan total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana yang dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. 2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Dana
tersebut
dapat
dihitung
dengan
menggunakan salah satu metode: 19
Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional,h. 265. 20 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 59.
26
a) Rata-rata saldo minimum bulanan b) Rata-rata total saldo harian Investment dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana yang aktual yang digunakan.
3) Nisbah (profit sharing ratio) a) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. b) Nisbah antara sam bank dengan bank lainnya dapat dibedakan. c) Nisbah juga dapat berbeda dari segi waktu ke waktu dalam satu bank misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. b.
Faktor tidak langsung 1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan pendapatan diterima dikurangi biaya-biaya. b) Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing.
27
2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting), bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya21.
5.
Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil Adapun mekanisme perhitungan bagi hasil (revenue sharing) sebagai berikut22: a.
Hitunglah saldo rata-rata harian sumber dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki.
b.
Hitunglah saldo rata-rata tertimbang sumber dana yang telah disalurkan kedalam investasi dan produk-produk asset lainnya.
c.
Bandingkan antara jumlah sumber dana dengan total dana yang telah tersalurkan.
d.
Alokasi total pendapatan kepada masing-masing klasifikasi dana yang telah tersalurkan.
e.
Perhatikan nisbah sesuai kesepakatan yang tercantum dalam akad.
f.
Distribusikan bagi hasil sesuai dengan nisbah kepada pemilik dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki.
Rumus Saldo Rata-Rata Harlan (SRRH) SSRH = N/D N = Total dana dalam periode berjalan D = Jumlah hari dalam periode berjalan 21
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik, h. 2347-238. Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional, h. 265-267. 22
28
Contoh simpanan mudharabah tuan R. Mulia dengan data-data transaksi sebagai berikut: Setoran awal
02-01-2001
Rp. 1.000.000
Setoran
05-01-2001
Rp. 4.000.000
Setoran
15-01-2001
Rp. 9.000.000
Penarikan
20-01-2001
Rp. 2.000.000
Untuk menghitung berapa besar saldo rata-rata harian adalah dengan cara menghitung total saldo rata-rata dan total hari masa simpanan, sebagai berikut: Tabel 2.1 Contoh Simpanan Mudharabah No
Tanggal
Hari
Saldo
1.
02 Jan - 04 Jan
3
1.000.000
3.000.000
2.
05 Jan - 14 Jan
10
5.000.000
50.000.000
3.
15 Jan - 19 Jan
5
14.000.000
70.000.000
4
20 Jan - 31 Jan
12
12.000.000
144.000.000 267.000.000
(Sumber: Tim Pengembeng Pcrb,ka Syariala Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan implementasi Openimtmal, h.266)
Rumus Distribusi Pendapatan (RDP)
DP = (R/T) X P R
= Saldo rata-rata harian tertimbang per klasifikasi dana
T
= Total rat-rata harian tertimbang per klafisikasi dana
P
= Total pendapatan yang diterima periode berjalan
29
Contoh: Saldo rata-rata harian: Simpanan mudharabah
= Rp
660.000.000,-
Investasi mudharahah
01
= Rp 1.000.000.000,-
Investasi mudharabah
02
= Rp
820.000.000,-
Investasi mudharabah
06
= Rp
320.000.000,-
Investasi mudharahah
12
= Rp
600.000.000,-
Total Saldo Rata-rata
= Rp 3.400.000.000,-
Misalkan Total Pendapatan
= Rp
102.000.000,-
(Sumber : Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, h.267)
Maka distribusi pendapatan untuk klasifikasi dana sebagai berikut: Simpanan Mudharabah = Rp. 660.000.000,- : Rp. 3.400.000.000 x Rp. 102.000.000,- = Rp. 19.800.000,-
Investasi Mudharabah 01 = Rp. 1.000.000.000,- : Rp. 3.400.000.000.- x Rp. 102.000.000,- = Rp. 30.000.000,-
Investasi Mudharabah 03 = Rp. 820.000.000,- : Rp. 3.400.000.000,- x Rp. 102.000.000,- = Rp. 24.600.000,-
Investasi Mudharabah 06 = Rp. 320.000.000,- : Rp. 3.400.000.000,- x 102.000.000,- = Rp. 9.600.000,-
Investasi Mudharabah 12 Rp. 600.000.000,-: Rp. 3.400.000.000,- x Rp. 102.000.000,- Rp. 18.000.000,-
Apabila dalam produk akan simpanan mudharabah nisbah yang diperjanjikan 40 : 60 dimana 40% bank dan nasabah 60% maka bagi
30
hasil yang didistribusikan kepada pihak deposan adalah 60% x 19.800.000 = Rp. 11.880.000,Sehingga perhitungan bagi hasil yang didapat Tuan R. Mulia adalah sebagai berikut: (Rp. 8.612.903,23 : Rp. 660.000.000,-) x Rp. 11.880000,- = Rp. 155.032,26
Keterangan: Rp. 8.612.903,23,- adalah saldo rata-rata Tuan R. Mulia. Rp. 660.000.000,- adalah total saldo rata-rata harian simpanan nasabah Rp. 11.880.000,- adalah total bagi hasil simpanan mudharabah yang akan dibagikan. (lihat tabel perhitungan dan distribusi bagi hasil). Rp. 155.032,26,- adalah bagi hasil yang didapatkan oleh Tuan R. Mulia. Jadi perhitungan bagi hasil yang didistribusikan kepada deposan dapat dihitung dengan mengetahui jumlah saldo rata-rata nasabah, yang akan dibagi dengan jumlah total dan seluruh dana deposan yang berada dalam satu pool fund yang disalurkan oleh bank syariah. Kemudian jumlah pendapatan yang dihasilkan dari dana deposan yang disalurkan bank tersebut, akan dibagi sesuai dengan nisbah kesepakatan antara pihak deposan dan bank syariah. Setelah jumlah pendapatan untuk pihak deposan telah ditentukan, selanjutnya akan dihitung bagi hasil yang didapatkan untuk satu orang deposan, yakni dengan melihat saldo rata-rata deposan individu dalam 1 bulan, yang kemudian akan dibagikan dengan jumlah total saldo rata-rata deposan
31
secara keseluruhan, yang akan dikalikan dengan jumlah pendapatan yang dibagikan kepada pihak deposan. Dari perhitungan itulah deposan mendapatkan bagi hasil sesuai kesepakatan antara deposan dan bank syariah.
B. Tabungan Haji 23 1.
Pengertian Tabungan haji BRI Syariah merupakan produk simpanan dan BRIS menggunakan akad bagi hasil sesuai dengan prinsip syariah khusus bagi calon haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH).
2.
Manfaatnya: a.
Dapat transaksi (setoran haji) di seluruh jaringan kantor cabang BRIS secara online.
b.
Bagi hasil yang kompetitif
c.
Pemotongan zakat secara otomatis dan bagi hasil yang anda dapatkan.
d.
Gratis biaya administrasi bulanan tabungan, asuransi jiwa dan kecelakaan.
e.
Tabungan BRI Syariah IB dijamin oleh lembaga penjamin simpanan (LPS).
f.
23
Persyaratan dan ketentuan mudah serta cepat.
Bank BRI Syariah ,“Produk Tabungan Haji” , diakses dari http://wwwbrisyariah.co.id/
32
3.
Karakteristik Tabungan Haji 1.
Fitur Tabungan Haji BRI Syariah IB a.
Dana tidak dapat ditarik sewaktu-waktu agar nasabah lebih fokus mencapai tujuannya.
b.
Tidak mendapat kartu ATM.
c.
Online dengan SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) sehingga memudahkan untuk mendapatkan porsi keberangkatan.
d.
2.
Tersedia pilihan kelompok bimbingan haji (KBIH).
Manfaat Tabungan Haji BRI Syariab IB a.
Aman karena ikut dalam program penjaminan simpanan.
b.
Dilengkapi dengan asuransi jiwa dan kecelakaan.
c.
Online langsung dengan SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Terpadu).
d.
Tersedia pilihan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH).
e.
Fasilitas dana talangan haji IB merupakan solusi terbaik dengan persyaratan dan ketentuan mudah.
3.
Akad Tabungan Haji Mudharabah Muthlaqah a.
Pengertian Mudharabah Dalam istilah fikih muamalah, mudharabah atau sebagian ahli menyebutnya qirad, adalah suatu bentuk perniagaan di mana si pemilik modal yang juga disebut dengan sahibul maal
33
menyetorkan modalnya kepada pengusaha, yang selanjutnya disebut mudharib, untuk diusahakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dan kedua belah pihak sedangkan kerugian, jika ada ditanggung oleh si pemilik modal24. Mudharabah
dapat
didefinisikan
sebagai
sebuah
perjanjian diantara paling sedikit dua pihak dimana satu pihak, pemilik
modal
(shahib
al-mal
atau
rabb
al-mal),
mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain, pengusaha (mudharib). Untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Jenis perjanjian ini
berlawanan dengan musyarakah25. Dalam
musyarakah juga ada bagi hasil, tapi semua pihak berhak untuk turut serta dalam pengambilan keputusan manajerial. Dalam mudharabah, pemilik modal tidak diberikan peran dalam manajemen
perusahaan.
Konsekuensinya
mudharabah
merupakan peajanjian PLS di mana yang diperoleh para pemberi pinjaman adalah suatu bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang mereka biayai. Mudharib menjadi pengawas (amin) untuk modal yang dipercayakan kepadanya dengan cara mudharabah. Mudharib harus menggunakan dana dengan cara yang telah disepakati dan
24
Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional, h. 61. 25 Latifa M. Algoud dan Marvyn K Lewis, Perbankan Syariah Prinsip, Produk, dan Prospek, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 66.
34
keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. Mudharib menerima untuk dirinya sendiri sisa dan keuntungan tersebut. Berikut ini adalah segi-segi penting dan mudharabah: 1) Pembagian keuntungan diantara dua pihak tertentu saja harus secara proposional dan tidak dapat memberikan keuntungan sekaligus atau yang pasti kepada rabb al-mal (pemilik modal). 2) Rabb al-mal tidak bertanggung jawab atas kerugiankerugian di luar modal yang telah diberikannya. 3) Mudharib (mitra kerja) tidak turut menanggung kerugian kecuali kerugian waktu dan tenaga. Model perjanjian ini bisa sederhana atau bisa juga rumit, dan terbatas atau tidak terbatas. Mudharabah sederhana bisa terdiri atas dua pihak yang mengadakan perjanjian, seorang investor dan seorang usahawan atau „pekerja‟, atau bisa juga terdiri atas lebih dan satu orang pada salah satu pihak yaitu, sejumlah investor, atau kalau tidak, sejumlah pekerjaan, dan modelnya bisa beragam. Mudharabah yang rumit bisa mengambil beberapa bentuk, misalnya, investornya bisa sebuah kemitraan dan pekerjaannya juga bisa sebuah kemitraan. Jenis yang tidak terbatas atau absolute adalah mudharabah di mana modalnya diserahkan dan tidak ditentukan jenis pekerjaannya, tidak juga ditentukan
35
lokasi, atau waktu, atau kualitas kerja, atau dengan siapa dia berdagang. Jenis yang terbatas adalah mudharabah di mana seabgai atau semua hal tersebut ditentukan. Mengenai asal mula dan validitas historisnya, kata mudharabah berasal dan dharb fi al-„ard. Yang artinya orangorang „yang berpergian di atas bumi (yadribunafi al-ard) mencari karunia Allah‟ (Q.S. al-Muzzammil: 20). Karena pekerjaan dan perjalanannya, mudharib menjadi berhak atas sebagian keuntungan usaha. Dari segi sunah, para fukaha bersandar pada preseden dari perjanjian mudharabah yang ditandatangani antara Nabi SAW. Dengan Khadijah sebelum pernikahannya, yang hasilnya adalah Nabi SAW, mengadakan perjalanan ke Syria. Jadi dalil hukum yang digunakan untuk mendukung model ini adalah Alquran dan Sunah. Ketika mendefinisikan suatu mudharabah, para fukaha memfokuskannya sebagai “partisipasi dalam keuntungan”26. Mereka yang ingin membedakan mudharabah dan jenis-jenis kemitraan lainnya, menurut definisi yang luas ini, menambahkan kata-kata: „dengan [modal] harta dan suatu pihak dan [modal] kerja dan pihak lain‟. Al-Quduri mengatakan: „Mudarabah adalah suatu perjanjian untuk berpartisipasi dalam keuntungan dengan [modal] harta dan suatu mitra dan [modal] kerja dan
26
Nyazee, 1999, h. 244.
36
mitra lainnya‟. Menurut terminologi yang digunakan oleh para fukaha Madina, mudharabah juga disebut muqaradhah atau qirad. Keistimewaan dari sebuah mudharabah adalah pada peran ganda mudharib, yakni sebagai wakil (agen) sekaligus mitra. Mudharib adalah wakil dan rabb al-mal ketika ada keuntungan, karena
mudharabah
adalah
sebuah
kemitraan
dalam
keuntungan, dan seorang wakil tidak berhak mendapat keuntungan atas dasar kerja dia setelah munculnya keuntungan, tetapi ia menjadi seorang mitra dalam situasi ini disebabkan oleh perjanjian kemitraan. Harta mudharabah, menjadi milik bersama antara mudharib dan rabb al-mal, dan saham si mudharib sekarang berdasarkan pada sahamnya yang tidak dibagi dalam kepemilikan bersama.
b. Mudharabah Mutlaqah Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama salafus saleh sering kali dicontohkan dengan ungkapan
37
if‟al ma syi„ta (lakukan sesukamu) dan shohibul maal ke mudharib yang memberikan kekuasaan yang besar28. Misalnya dalam ijab si pemilik modal mengatakan saya berikan harta saya untuk modal mudharabah dan keuntungan nanti akan kita bagi 60% dan 40%. “kalimat ini tidak mengandung ikatan apa-apa seperti tidak menyebutkan usaha apa yang dikerjakan dengan modal mudharabah dan ketentuanketentuan lain29. Unsur-unsur yang menunjukkan mudharabah muthlaqah (general investment) adalah: 1) Shahibul
maal
tidak
memberikan
batasan-batasan
(restriction) atas dana yang diinvestasikannya. Mudharib diberikan wewenang penuh mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha dan jenis layanannya. 2) Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini adalah time deposit biasa. Gambar 2.1 Mudharabah Muthlaqah
Penabung / Deposan
28
1. Titipan Dana
2. Pemanfaatan Dana
BANK 4. Bagi Hasil
3. Pemanfaatan Dana
Dunia Usaha
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik, h. 97. Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Perbankan Syariah, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implentasi Operasional, (Jakarta : Djambatan, 2003), h. 63. 29
38
Dalam
skema
mudharabah
mutlaqah
terdapat
beberapa hal yang sangat berbeda secara frundamental dana dalam nature of relationthip between bank and customers pada bank konvensional30. 1) Penabung atau deposan di bank syariah adalah investor dengan
sepenuh-penuhnya
makna
investor.
Dia
bukanlah lender atau creditor bagi bank seperti halnya di bank umum. Dengan demikian secara prinsip, penabung dan bank deposan entitled untuk risk and return, dari hasil usaha bank. 2) Bank memiliki dua fungsi kepada deposan atau penabung, Ia bertindak sebagai pengelola (mudharib), sedangkan kepada dunia usaha, Ia berfungsi sebagai pemilik dana (shohihul maal). Dengan demikian, baik “ke kiri maupun ke kanan”, bank harus sharing risk dan return. 3) Dunia usaha berfungsi sebagai pengguna dan pengelola dana yang harus berbagi hasil dengan pemilik dana, yaitu
bank.
Dalam
pengembangannya,
nasabah
pengguna dana dapat juga menjalin hubungan dengan
30
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah : Bagi Bank dan Praktisi Keuangan (Jakarta : Bank Indonesia dan Tazkia Institute, 1999), h. 150.
39
baik dalam bentuk jual beli, sewa, dan fee based service31.
31
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik, h. 150.
BAB III PROFIL UMUM BRI SYARIAH
A. Sejarah Perkembangan BRI Syariah Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dan Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya No. 01/67/Kep.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam32. Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai barapan nasabah dengan prinsip syariah. Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di tengah-tengah industry perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu
32
Bank BRI Syariah “Sejarah BRI Syariah” diakses dari http://www.brisyariah.co.id.
40
41
melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dan warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk. Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah. Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset, PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumen berdasarkan prinsip Syariah33.
33
Bank BRI Syariah “BRI Syariah” diakses dari http:/wwwbrisyariah.co.id.
42
B. Visi dan Misi BRI Syariah 1.
Visi Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna34.
2.
Misi a.
Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan frnansial nasabah.
b.
Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
c.
Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun dan dimanapun.
d.
Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghadirkan ketentraman pikiran.
34
Bank BRI Syariah “Visi Dan Misi BRI Syariah” diakses dari http:/wwwbrisyariah.co.id.
43
C. Sruktur Organisasi Gambar 3.1 STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PUSAT PT BANK BRI SYARIAH
Sumber : diakses dari http/:www.brisyariah.co.id
D. Produk BRI Syariah Pendanaan35
1.
a.
Tabungan BRI Syariah IB Tabungan BRI Syariah IB merupakan produk simpanan dan BRI Syariah menggunkkan akad titipan sesuai prinsip syariah bagi
35
Bank BRI Syariah “Pendanaan” diakses dari http:/wwwbrisyariah.co.id.
44
nasabah perorangan untuk kemudahan transaksi perbankan seharihari. Manfaatnya: 1) Kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan di ATM BRI Syariah serta Atm BRI jaringan bersama maupun ATM Prima di seluruh Indonesia. 2) Dapat diberikan bonus sesuai kebijakan bank. 3) Dapat dilakukan pemotongan zakat secara otomatis dan bonus yang diterima. 4) Benefit yang lain adalah tabungan BRI Syariah IB dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
b.
Tabungan Haji BRI Syariah IB Tabungan haji BRI Syariah merupakan produk simpanan dari BRIS menggunakan akad bagi hasil sesuai dengan prinsip syariah khusus bagi calon haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Manfaatnya: 1) Dapat bertransaksi (setoran haji) di seluruh jaringan kantor cabang BRIS secara online. 2) Bagi hasil yang kompetitif. 3) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda dapatkan.
45
4) Gratis: biaya administrasi bulanan tabungan, asuransi jiwa dan kecelakaan. 5) Tabungan BRI Syariah IB dijamin oleh lembaga penjamin simpanan (LPS). 6) Persyaratan dan ketentuan mudah serta cepat. c.
Giro BRI Syariah IB Giro IB dari BRI Syariah adalah simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiah yad dhammah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek atau Bilyet Giro. 1. Kemudahan dalam transaksi bisnis. 2. Bank dapat memberikan bonus sesuai kebijakan yang berlaku. 3. Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah.
d.
Deposito BRI Syariah IB Deposito IB adalah salah satu jenis simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqah) yang dananya dapat ditarik pada saat jatuh tempo Manfaat: 1) Terjamin karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerimah. 2) Memberikan bagi hasil yang kompetitif 3) Dikelola dengan prinsip sesuai syariah.
46
Pembiayaan36
2.
a.
Talangan Haji BRI Syariah IB Dana Talangan Haji BRI Syariah IB merupakan layanan pinjaman (qardh) untuk perolehan nomor porsi pelaksanaan ibadah haji, dengan pengembalian yang ringan dan jangka waktu yang fleksibel beserta jasa pengurusannya, sehingga Anda leluasa dalam mewujudkan niat menuju Baitullah.
b.
Gadai BRI Syariah IB Gadai BRI Syariah IB hadir untuk memberikan solusi memperoleh dana tunai untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak ataupun untuk keperluan modal usaha dengan proses cepat, mudah, aman dan sesuai syariah untuk ketentraman Anda Fasilitas: 1) Persyaratan mudah dan proses cepat. 2) Jenis emas yang dapat digadaikan : perhiasan ataupun emas batangan (LM atau lokal). 3) Nilai pinjaman 90% dan nilai taksir barang. 4) Biaya administrasi ringan dan terjangkau berdasarkan berat emas. 5) Jangka waktu pinjaman maksimal 120 hari dan dapat diperpanjang 2 kali. 6) Fleksibilitas dalam pelunasan sesuai kemampuan.
36
Bank BRI Syariah “Pembiayaan” diakses dari http://wwwbrisyariah.co.id.
47
7) Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo tanpa biaya penalty. 8) Penyimpanan yang aman dan berasuransi syariah. 9) Mendapat Seitilikat (iadai Syariah (SOS) sebagai bukti gadai. c.
KKB BRI Syariah lB KKB BRI Syariah IB merupakan pembiayaan kepemilikan mobil yang diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merek yang akan diinginkan dan besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan nasabah. Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan kepemilikan mobil secara syariah dengan proses dan persyaratan yang mudah dan cepat. Sedangkan akad yang digunakan KKB adalah Mudharabah atau ijarah. Deskripsi Manfaat: 1) Skim pembiayaan adalah jual beli (MURABAHAH), adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh Bank dan Nasabah (fixed margin). 2) Jangka waktu maksimal 5 tahun. 3) Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu. 4) Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo.
d.
KPR BRI Syariah TB KPR BRI Syariah IB merupakan Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada perorangan untuk memenuhi sebagian atau
48
keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan menggunakan prinsip jual beli (Murabahah) dimana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan. Manfaat: 1) Skim pembayaran adalah jual beli (MURABAHAH), adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh Bank dan Nasabah (fixed margin). 2) Uang muka ringan. 3) Jangka waktu maksimal 15 tahun. 4) Cicilan tetap dan merigankan selama jangka waktu. 5) Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo. e.
KLM BRl Syariah lB Persaingan antar Bank Syariah menuntut bank selaku pelaku bisnis untuk lebih kreatif dan inovatif menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan trend nasabah Permintaan nasabah terbadap emas untuk kebutuhan lindung nilai cukup tinggi, motif ini disebabkan karena keinginan keuntungan dalam lindung nilai terhadap aset karena kontinuitas kenaikan harga emas untuk jangka panjang. BRIS menangkap peluang bisnis ini dengan meluncurkan produk KLM (Kepemilikan Logam Mulia, dengan memfasilitasi
49
kebutuhan nasabah akan Emas melalui skema pinjaman Qardh dengan pembayaran secara angsuran sekaligus jasa pemeliharaan emas akibat emas yang dijaminkan diharapkan pada saat pinjamannya lunas, maka harga emas secara jangka panjang akan naik. Akad Produk: Akad pembiayaan yang digunakan: 1) Akad Qardh : untuk pinjaman yang diberikan kepada Nasabah untuk tujuan pemilikan emas, tanpa adanya tambahan margin adapun pengembalian pinjamannya adalah dengan cara angsuran per bulan. 2) Akad Ijarah : merupakan pendapat Ujroh sebagai pendapatan pemeliharaan dan penyimpanan emas yang dijaminkan secara gadai karena adanya pinjaman Qardh yang diberikan. f.
KMG BRI Syariah IB Salah satu produk untuk memenuhi kebutuhan karyawan khususnya karyawan dan perusahaan yang bekerjasama dengan PT. Bank BRI Syariah dalam program kesejahteraan Karyawan (EmBP), dimana produk ini dipergunakan untuk berbagai keperluan karyawan dan bertujuan untuk meningkatkan loyalitas karyawan Program Kesejahteraan Karyawan (EmBP).
50
E. Pembagian Pembayaran Jasa di BRI Syariah Dalam
keunggulan
teknologi
perbankan,
bank
BRI
Syariah
menyediakan jasa-jasa perbankan guna memberikan kemudahan bagi nasabah dalam bentuk: 1.
Transfer (kiriman uang) Dengan teknologi online, nasabah mendapatkan kemudahan pengiriman uang seketika, baik antar sesama kantor cabang BRI Syariah maupun kantor cabang BRI lain.
2.
Inkaso Bagi nasabah yang membutuhkan penagihan warkat-warkat yang berasal dan kota-kota lain secara cepat dan aman dapat menggunakan jasa inkaso kepada BRI Syariah.
3.
SMS Banking Merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi selular yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan.
4.
Dana Talangan Haji Merupakan layanan pinjam (al-qardh) untuk memperoleh nomor porsi pelaksanaan ibadah haji dengan pengembalian yang ringan dan pilihan jangka waktu yang fleksibel beserta jasa penggunaannya sehingga memudahkan nasabah.
5.
Kartu ATM BRI Syariah IB Kartu ATM BRI Syariah IB merupakan kartu khusus yang diberikan oleh bank kepada pemilik rekening untuk transaksi elektronis.
BAB IV PENERAPAN BAGI HASIL PADA BRI SYARIAH
A. Penerapan Bagi Hasil Tabungan Haji Sistem bagi hasil tabungan haji mudharabah yang diterapkan oleh BRI Syariah Pusat Jakarta adalah menggunakan sistem revenue sharing. Sistem ini mempunyai pengertian bahwa adanya pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan antara shahibul maal (nasabah) dengan mudharib (BRI Syariah). Bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh sering kali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan sesukamu) dan shahibul maal ke mudharib yang memberikan kekuasaan yang besar37. Dalam pembagian hasil, BRI Syariah mempunyai standar nominal tabungan untuk setiap nasabah, yaitu minimal mempunyai tabungan sebesar Rp.50.000 dan untuk dibawah standar tersebut nasabah tidak mendapatkan bagi hasil setiap bulannya. Pembagian hasil yang diberikan oleh bank BRI Syariah Pusat Jakarta sebagai mudharib (pengelola modal) dilakukan dengan melalui proses perhitungan bagi hasil. Hal ini juga tidak lepas dengan posisi BRI Syariah yang juga sebagai shahibul maal (pemilik modal) dalam menyalurkan dana dan melalui produk pembiayaan. 37
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah : dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 97.
51
52
1.
Proses Perhitungan Bagi Hasil Dalam perhitungan bagi hasil, langkah-langkah awal dalam penentuan bagi hasil adalah: a.
Penetapan nisbah bagi hasil untuk tabungan haji mudharabah sebesar 15% : 85%, jadi 15% untuk shahibul maal (nasabah) dan 85% untuk mudharib (BRI Syariah).
b.
Menghitung saldo rata-rata tabungan masing-masing nasabah. Adapun contoh perhitungannya adalah seperti dibawah ini: Bapak Abdullah mempunyai rekening di BRI Syariah cabang BSD tabungannya di kartu menunjukkan transaksi sebagai berikut: Tabel 4.1 ContohBentuk Buku Tabungan Haji Bapak Abdullah No/tgl
Snd
Debet Rp
Kredit
Saldo
1/01/12
1.000.000
1.000.000
5/01/12
1.000.000
2.000.000
11/01/12
1.000.000
3.000.000
21/01/12
1.000.000
4.000.000
Val
Sumber: data diolah dan laporan keuangan BRI Syariah Jakarta Dalam mencari saldo rata-rata tabungan harian adalah sebagai berikut: 1/03/12-4/03/12 = 4 hari x 1.000.000
= 4.000.000
5/03/12-10/03/12 = 6 hari x 2.000.000
= 12.000.000
11/03/12-20/03/12 = l0 hari x 3.000.000
= 30.000.000
21/03/12-31/03/12 = 11 hari x 4.000.000 = 44.000.000 Jumlah
= 31 hari
= 90.000.000
Sehingga saldo rata-rata harian 90.000.000 : 31 hari = 2.903.225,8
53
c.
Menghitung total saldo rata-rata harian tabungan haji nasabah.
d.
Menghitung jumlah pendapatan BRI Syariah. Pendapatan BRI Syariah diperoleh dari keuntungan produk pembiayaan, wakalah, dan
pendapatan
lain-lainnya.
Dan
perhitungan
pendapatan
menggunakan pendekatan revenue sharing yaitu pendapatan yang dibagikan kepada nasabah adalah pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales). Dengan mengetahui hasil akhir dan empat langkah-langkah diatas, maka proses perhitungan bagi hasil di BRI Syariah Pusat Jakarta adalah rumus perhitungan bagi hasil: Bagi Hasil Keuntungan x nisbah x saldo, rata-rata tabungan haji anggota =
____________________________________________________________________________
Total saldo rata-rata haji harian Cara perhitungan untuk nasabah adalah:
2.
Bagi hasil kotor
= bagi hasil nasabah
= Rp AA
Zakat 2.5% (bila ada)
= Rp. AA - 2,5%
= Rp.BB
Bagi hasil setelah zakat = Rp. AA - Rp. BB
= Rp. CC
Pajak, (20%)
= Rp. CC x 20%
= Rp. DD
Bagi hasil netto
= Rp. CC - Rp. DD
= Rp. EE
Pendistribusian Bagi Hasil Berdasarkan hasil wawancara dengan teller dan pengamatan, pendistribusian bagi hasil tabungan haji mudharabah dilakukan oleh BRI Syariah Pusat Jakarta path akhir bulan dapat dipotong zakat dan apabila
54
saldo pendapatan bagi hasil yang di dapatkan nasabah mencapai Rp 7.500.000 maka akan dipotong pajak jika kurang tidak di potong pajak. Distribusi bagi hasil tabungan haji mudharabah dibagi kepada nasabah dengan rnenambahkan path saldo tabungan milik nasabah. Dalam penentuan perolehan bagi hasil tabungan haji mudharabah, BRI Syariah Pusat Jakarta tidak membatasi jumlah hari dalam penginvestasian dana dari nasabah. Namun BRI Syariah memberi standar minimal jumlah setoran nasabah selanjutnya yaitu sebesar Rp. 10.000. dengan demikian, meskipun anggota / nasabah bertransaksi pada akhir bulan dengan minimal Rp.10.000, mereka akan langsung mendapatkan bagi hasil pada akhir bulan pendisribusian pendapatan. Namun perolehan besarnya bagi hasil disesuaikan dengan jangka waktu transaksi (saldo rata-rata tabungan). Dengan penerapan bagi hasil di atas, maka dalam hal ini nasabah lebih diuntungkan, keuntungan yang dirasakan oleh nasabah adalah tidak adanya batasan jumlah hari dalam penentuan dapat atau tidaknya bagi hasil. Sedangkan bagi BRI syariah, meskipun uang yang ditabungkan nasabah pada akhir bulan masih belum tersalurkan ke produk pembiayaan, namun nasabah tetap mendapatkan bagi hasil. Oleh karena itu secara otomatis karyawan BRI syariah harus lebih ekstra untuk menyalurkan dana pihak ketiga dalam memperoleh keuntungan.
55
3.
Contoh Perhitungan Bagi Basil a.
Tabungan Baji Mudharabah Contoh: Dimisalkan pada bulan Mei ada dua penabung yaitu A dan B, yang sama-sama mempunyai rekening di BRI Syariah cabang BSD Tanggerang dengan saldo Rp. 5.000.000,- dengan pendapatan bank sebesar Rp. 765.000,- penabung A menyetorkan uangnya pada awal bulan yaitu tanggal 1, sedangkan penabung B menyetorkan uangnya pada akhir bulan yaitu tanggal 26, bagi hasil sebesar 85% : 15%. Perbedaan waktu transaksi tersebut dapat mempengaruhi terhadap besarnya bagi hasil penabung A dan B. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam tabel perbandingan transaksi tabungan di bawah ini: Tabel 4.2 Perbandingan Rata-rata tabungan haji nasabah A
B
1/05/12-3 1/05/12 = 5.000.000
26/05/12-31/05/12
= 31 hari x 5.000.000 = 155.000.000
= 6 hari x 5.000.000 = 30.000.000
Saldo rata-rata tabungan
Saldo rata-rata tabungan
= 155.000.000 : 31 = 5.000.000
= 30.000.000 : 31 = 961.742
Cara perhitungan bagi hasil untuk nasabah antara lain: Penabung A: Bagi hasil BRI syariah: Bagi hasil =
762.000 x82% x5.000.000 = Rp. 20.975 155.000.000
56
Bagi hasil nasabah Bagi hasil =
765.000 x15% x5.000.000 = Rp. 3.701 155.000.000
Penabung B: Bagi hasil BRI syariah: Bagi hasil =
765.000 x82% x5.000.000 = Rp. 20.845 30.000.000
Bagi hasil nasabah Bagi hasil =
765.000 x15% x5.000.000 = Rp. 3.678 30.000.000
Contoh 2: Pada bulan Mei Bapak Abdullah mempunyai rekening tabungan Haji di BRI Syariah Cabang BSD Tanggerang dengan saldo rata-rata tabungan hajinya Rp. 10.000.000. Saldo rata-rata dan total tabungan mudharabah sebesar Rp. 8.671.000.000 dan memperoleh pendapatan sebesar Rp.32.625.000. Nisbah yang ditetapkan adalah 85% : 15%. Dengan data ini dapat menghitung berapa presentase bagi hasil BRI Syariah dalam tabungan haji mudharabah selama bulan Mei, serta jumlah bagi hasil yang diperoleh bapak Abdullah. Jawab: Presentase bagi hasil BRI syariah cabang BSD tanggerang adalah sebagai berikut:
57
Bagi hasil BRI syariah: Bagi hasil =
32.625.000 x85% x10.000.000 = Rp. 31.981 8.671.000.000
Bagi hasil nasabah Bagi hasil =
32.625.000 x15% x10.000.000 = Rp. 5.643 8.671.000.000
Penabung B: Bagi hasil BRI syariah: Bagi hasil =
765.000 x82% x5.000.000 = Rp. 20.845 30.000.000
Cara perhitungan bagi hasil untuk nasabah Bagi hasil =
765.000 x15% x5.000.000 = Rp. 3.678 30.000.000
-
Bagi hasil kotor
-
Zakat 2,5% (bila ada) = Rp 5.643 x 0.025
-
Bagi hasil setelah pajak = Rp 5.643 - Rp 141 = Rp 5.02
-
Pajak (20%)
= Rp 5.02 x 0,2
= Rp 1.004
-
Bagi hasilnetto
= Rp 5.02 - Rp 1.004
= Rp4.016
Faktor
yang
= Rp 5.643
mempengaruhi
= Rp 5.643
bagi
= Rp 141
hasil
tabungan
haji
Mudharabah adalah jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan/ didepositokan, dimana dengan menggunakan metode rata-rata harian (investment rate), selain itu pendapatan bank, nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank, nominal tabungan nasabah, jangka waktu tabungan karena berpengaruh pada lamanya investasi dan tingkat
58
suku bunga yang berlaku. Dengan demikian, di BRI Syariah pusat Jakarta dalam perhitungan presentase bagi hasil juga mempertimbangkan jangka waktu transakasi tabungan. Nisbah pada tabungan
haji
mudharabah
kurang
mempengaruhi
terhadap
presentase bagi hasil, karena nisbah anatara BRI Syariah dengan anggota adalah sebesar 85 : 15, akan tetapi keuntungan dalam tabungan mudharabah disini adalah pembebasan dalam segi administrasi dalam perhitungan bagi hasil. Penentuan nisbah bagi dan perhitungan bagi hasil pada tabungan mudharabah di BRI Syariah didasarkan pada: 1) Besamya nisbah didasarkan atas kesepakatan bersama. 2) Perhitungan bagi hasil akan dilakukan atas dasar saldo rata-rata 3) Bagi hasil akan dibayarkan setiap bulannya. 4) Pajak atas tabungan akan dipotong dan bagi hasil sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Faktor pendapatan prinsip bagi hasil yang dipakai oleh BRI Syariah pusat Jakarta adalah revenue sharing, dimana pendapatan atau keuntungan yang dibagikan kepada anggota adalah pendapatan yang belum dikurangi dengan biaya-biaya operasional. Pendapatan BRI Syariah Pusat Jakarta adalah keuntungan dan produk pembiayaan, wakalah dan pendapatan lain-lain. Penentuan besar kecilnya bagi hasil di BRI Syariah pusat Jakarta, secara tidak
59
langsung juga dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas
yang
diterapkan BRI Syariah secara keseluruhan. Dan hasil wawacara dengan staf manager, BRI Syariah tidak memberikan standar maksimal terhadap presentase bagi hasil tabungan haji hanya dalam bagi basil yang telah disepakati dalam akad tabungan haji mudharabah yaitu sebesar 85% untuk BRI Syariah 15% untuk nasabah. Bank BRI Syariah memberikan keuntungan kepada nasabah dengan pendekatan LDR (loan to deposit ratio), yaitu mempertimbangkan rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan dalam perbankan syariah, LDR bukan saja mencerminkan keseimbangan tetapi juga keadilan karena bank benar-benar membagi hasil riil dari dunia usaha (loan) kepada penabung (deposit), sehingga dalam hal ini BRI Syariah menghindari pembebanan resiko macet terhadap nasabah. BRI Syariah dalam kebijakan selanjutnya adalah saldo nasabah di atas standar maksimal BRI syariah, dibebankan (pajak) apabila saldo di bawah standar maka terbebas dan bagi hasil yang telah dipotong (pajak), dan dana dialokasikan pada dana zakat yang diolah kantor pusat itupun kesepakatan antara nasabah dengan pihak bank BRI Syariah. Dari
keseluruhan
aspek-aspek
dalam
tabungan
haji
mudharabah di BRI Syariah cabang BSD Tanggerang, dapat terlihat dalam tabel di bawah ini.
60
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Deskripsi Data Produk Tabungan Haji Mudharabah BRI Syariah ASPEK
TABUNGAN HAJI
1. Transaksi -
Prinsip atau akad
Mudharabah Muthlaqah
-
Fasilitas
Buku Tabungan
-
Setoran
Ada penambahan
-
Penutupan
Ketika saldonya menjadi nol
2. Bagi Hasil -
Sistem
Revenue Sharing
-
Nisbah
85%:15%
-
Perhitungan
Menggunakan Rata-rata harian
-
Syarat perolehan
Minimal saldo Rp. 50.000
3. Distribusi -
Waktu
Tiap akhir bulan
-
Pembagian
Penambahan di saldo tabungan nasbah
4. Faktor yang
Jumlah dana yang tersedia untuk
mempengaruhi Bagi
ditabung, pendapatan bank, nisbah
hasil
bagi basil anatara nasabah dan bank, jangka
waktu
tabungan
karena
berpengaruh path lamanya investasi dan tingkat suku bunga yang berlaku. Sumber: olahan data 2012 Hasil penelitian di BRI Syariah Pusat Jakarta menunjukkan mekanisme
perhitungan
sistem
bagi
hasil
yang
digunakan
menggunakan sistem revenue sharing. Menggemukakan mekanisme sistem revenue sharing adalah pembagian keuntungan pengelolaan
61
dana yang dilakukan oleh bank BRI Syariah Cabang BSD Tanggerang sebelum dipotong biaya operasional atau bagi hasil dihitung dari keuntungan kotor atau total pendapatan dan menggunakan akad mudharabah mutlaqah dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang di intervensi dan pihak ketiga untuk proyek yang bersifat produktif, mengguntungkan, halal dan memenuhi prinsip-pnnsip Syariah, hasil wawancara keuntungannya akan dibagikan kepada pemilik dana (shahibul maal) sesuai akad nisbah bagi hasil yang telah disepakati. Agustianto (2009) menjelaskan bahwa sistem bagi hasil revenue sharing pembagian keuntungan dilakukan sebelum dipotong biaya operasional dan bagi hasil dihitung dan keuntungan kotor atau pendapatan. Selama ini BRI Syariah dalam menggunakan mekanisme sistem revenue sharing dipercaya oleh nasabah buktinya dalam tiga tahun terakhir jumlah tabungan haji (nominal yang ditabung atau dana pihak ketiga) dan jumlah nasabah BRI Syariah mengalami peningkatan yang sangat pesat. Saat in BRI Syariah telah memiliki produk Tabungan Haji. Perkembangan produk layanan Haji tersebut cukup pesat. Posisi Tabungan Haji Desember 2011 sebesar Rp 102,790 Miliar atau meningkat 90% dan posisi Desember 2010 yang sebesar Rp.54,005 Miliar. Pada posisi Juni 2012, Tabungan Haji BRIS telah mencapai Rp. 135 Miliar.
62
Dengan demikian mekanisme revenue sharing merupakan cara pembagian hasil yang menguntungkan bagi masyarakat dan juga sekaligus memudahkan bagi pihak bank dalam mendistribusikan hasil investasi yang didanai oleh puhak ketiga. Jadi sistem revenue sharing di BRI Syariah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 15/DSN-MUI/1X/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah. 1. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing) maupun bagi untung (profit sharing) dalam pembagian hasil usaha. Dilihat dan segi kemaslahatan (al-ashlah) saat ini pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing).
b. Penetapan prinsip bagi hasil usaha yang dipilih barus disepakati dalam akad. Berdasarkan asumsi bahwa para nasabah belum terbiasa menerima kondisi berbagi hasil dan resiko, maka sebagian bank syariah di Indonesia saat ini menempuh pola pendistribusian pendapatan (revenue sharing), disamping untuk menerapkan profit sharing bank harus secara terinci memaparkan biaya-biaya operasional yang dibebankan kepada para pemilik dana. Proses distribusi pendapatan seperti itu dilakukan sebelum memperhitungkan biaya operasional yang ditanggung oleh bank. Biasanya pendapatan yang didistribusikan hanyalah pendapatan atas
63
investasi dana, dan tidak termasuk pendapatan fee atau komisi atau jasa-jasa yang diberikan oleh bank, karena pendapatan tersebut pertama-tama
harus
dialokasikan
untuk
mendukung
biaya
operasional. Revenue sharing mengandung kelemahan, karena apabila tingkat pendapatan bank sedemikian rendah maka bagian bank, setelah pendapatan didistribuusikan oleh bank, tidak mampu membiayai kebutuhan operasional (yang lebih besar dan pada pendapatan fee) sehingga merupakan kerugian bank dan membebani para pemegang saham sebagai penanggung kerugian sementara para penyandang dana atau investor lain tidak pernah menanggung kerugian akibat biaya operasional tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung bank menjamin nilai nominal investasi nasabah, karena pendapatan paling rendah yang akan dialami oleh bank adalah nol dan tidak mungkin terjadi pendapatan negative, selain belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip syariah, pola revenue sharing tidak berbeda statusnya dengan wadi’ah. Oleh karena itu tidak dapat dikatagorikan sebagai ekuiditas. Berbeda dengan distribusi pendapatan dalam revenue sharing adalah seluruh pendapatan, baik hasil investasi dana maupun pendapatan fee atas jasa-jasa yang diberikan oleh bank setelah dikurangi biaya-biaya operasional bank.
64
B. Perkembangan Produk Tabungan Haji BRI Syariah Dalam rangka mewujudkan visi BRIS untuk menjadi bank dengan ragam layanan financial sesuai kebutuhan nasabah, maka BRIS selalu berupaya mengembangkan produk dan layanan yang dimiliki. Salah satu layanan yang lekat dengan bank syariah termasuk BRIS adalah layanan Haji. Saat ini BRIS telah memiliki produk Tabungan Haji dan Dana Talangan Haji. Perkembangan kedua produk layanan Haji tersebut cukup pesat dan perkembangan itu bisa di lihat seperti pada tabel di bawah ini: Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Tabungan Haji dan Talangan Haji di Bank BRI Syariah 500,000,000,000 450,000,000,000 400,000,000,000 350,000,000,000 300,000,000,000
Tabungan Haji
250,000,000,000
Talangan Haji
200,000,000,000 150,000,000,000 100,000,000,000 50,000,000,000 2010
2011
2012
Sumber : Bank BRI Syariah Pusat Jakarta Dilihat dan tabel di alas Posisi Tabungan Haji Desember 2011 sebesar Rp.102,790 Miliar atau meningkat 90% dan posisi Desember 2010 yang sebesar Rp.54,005 Miliar. Pada posisi Juni 2012, Tabungan Haji BRIS telah mencapai Rp. 135 Miliar. Sedangkan Dana Talangan Haji BRIS sampai dengan akhir Desember 2011 mencapai angka Rp.286,4 Miliar atau
65
meningkat 258% dari posisi Desember 2010 yang sebesar Rp.79,9 Miliar Pada posisi Juni 2012 Dana Talangan Haji BRIS telah mencapai Rp. 473 Miliar. Di atas menunjukkan peningkatan minat masyarakat terhadap layanan Haji
BRIS
(BRI
Syariah).
Dengan
demikian
BRIS
harus
dapat
mempertahankan dan mengembangkan layanan Haji yang dimiliki. Salah satu kebutuhan Haji yang belum dapat terakomodasi oleh BRIS selama ini adalah penyediaan bank note Saudi Arabian Riyal (SAR). Hal tersebut sehubungan BR1S masih berstatus Bank Non Devisa serta belum memiliki ijin Pedagang Valuta Asing (PVA).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil yang diperoleh seperti yang telah didiskripsikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.
Penerapan sistem bagi hasil yang telah diterapkan oleh BRI Syariah Pusat Jakarta pada tabungan haji mudharabah adalah mengacu pada prinsip revenue sharing, artinya bank BRI Syariah memperoleh pendapatan dari debitur (orang yang melakukan pembiayaan) dan BRI Syariah langsung mendistnibusikan kepada shahibul maal melalui bagi hasil yang telah disepakati bersama terus dipotong biaya-biaya operasional.
2.
Perkembangan tabungan haji di BRI Syariah berkembang sangat pesat dikarenakan bisa di lihat dan semakin banyaknya masyarakat Indonesia khususnya yang ingin menunaikan ibadah haji dari tahun ke tahun semakin meningkat pesat dan itu juga tidak lepas dan peranan bank BRI Syariah dalam mengembangkan produk tabungan hajinya agar semua kalangan ataupun golongan dapat menunaikan ibadah haji.
B. Saran Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan, maka penulis memberikan saran-saran dalam upaya memajukan BRI Syariah yaitu:
66
67
1.
Sistem tabungan mudharabah menurut saya belum sesuai dengan kaidah pnnsip syariah, namun BRI Syariah harus ada upaya untuk menggunakan sistem sesuai syariah pada salah satu produk BRI Syariah yaitu dengan menggunakan Profit and loss sharing, karena keunggulan perbankan syariah terletak pada sistem yang mendasarkan atas prinsip bagi hasil (Profit and loss sharing) dan berbagi resiko (Risk sharing) sistem ini diyakini oleh para ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari penerimaan dan pembayaraan bunga (riba).
2.
Hendaknya perlu adanya sistem operasional di BRI Syariah berdasarkan pada sistem equity dimana setiap modal adalah beresiko. Oleh karena itu hubungan kerjasama antara BRI Syariah dengan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip bagi hasil dan berbagi resiko (profit and loss sharing).
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, cet. III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004). Algaoud, LM. dan M.k. Lewis, Perbankan Syariah Prinsip, Praktik, dan Prospek. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2001. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Cet. I Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Insitute, 1999. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta:Prenada Media,2005. Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatig, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002. El-Diwani, Tarek. Sistem Bunga Dan Permasalahan (The problem whit interest). Diterjemahkan oleh Amdiar Amir, S.E. Cet I Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003 Husain Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, ed. Baru. Cet. Ke:6. Hamidi, M. Luthfi Jejak-jejak Ekonomi Islam (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003) Cet. Pertama Hermana, Budi. Sistem Aplikasi Tabungan, Jakarta: Gunadarma press, 1993. M. Taqi Usmani, an introduction to Islamic finance, idaratul ma‘arif. Karachi. 1999. Maslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan Dalam Islam (Banking and Islamic Law). Diterjemahkan oleh aswin Simora. Jakarta: Rineka Cipta, 1994. Mudrajad, Kuncoro dan Suhardjono, Manajamen Perbankan : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002), Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: upp amp, 2005) Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia,1998. Perwataatmadja, Kamaen Dan Muhammad Syafi’l Antonio, Prinsip Operasional Bank Syariah (Jakarta: Risalah Masa, 1999)
Siamat, Dalilan. Manajamen Bank Umum. Cet. I Jakarta: Intermedia 1993 Sunarto Zukifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Cet. III, (Jakarta: ZikruI Hakim, 2007). Suyanto, Bagong Dan Sutinah Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatf Pendekatan, Jakarta: Kencana 2010. Tim Pengembang Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hash Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005). Zainul Arifin, Dasar Dasar Manajemen Bank Syariah, Fatwa-fatwa DSN dan MUI Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 02/DSN/IV/2000 Tentang Tabungan Mudharabah Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah Internet Bank BRI Syariah “Pembiayaan” diakses pada tanggal 01 Oktober 2014 dan http://www.brisyariah.co.id/ Uwindz “Bagaimana Menghitung Bagi Hasil Nisbah” blog diakses pada 01 Oktober 2014 dari http://uwindz.wordpress.com/2010/03/27/bagaimanamenghitung- bagi-hasil-nisbah/
Lampiran
DRAF WAWANCARA “Kajian Penerapan Bagi Hasil Pada Tabungan Haji di BRI Syariah Jakarta”
Nara Sumber
: Bapak Eka Setia Sukma
Jabatan
: Financial Institution, Treasury desk BRI Syariali
Tempat
: Wawancara Kantor Treasury BRI Syariah Abdul Muiz
Tanggal
: 19 September 2012
1. Bagaimana porsi bagi hasil tabungan haji ini? Jawaban: nasabah: 15% dan BRI Syariah: 85% 2. Bagaimana Perkembangan jumlah nasabah produk tabungan haji iB ini dari tahun ketahun? Jawaban: Saat ini BRIS telah memiliki produk Tabungan Haji dan Dana Talangan Haji. Perkembangan kedua produk layanan Haji tersebut cukup pesat. Posisi Tabungan Haji Desember 2011 sebesar Rp.102,790 Miliar atau meningkat 90% dari posisi Desember 2010 yang sebesar Rp.54,005 Miliar. Pada posisi Juni 2012, Tabungan Haji BRIS telah mencapai Rp. 135 Miliar. Sedangkan Dana Talangan Haji BRIS sampai dengan akhir Desember 2011 mencapai angka Rp.286,4 Miliar atau meningkat 258% dri posisi Desember 2010 yang sebesar Rp.79,9 Miliar. Pada posisi Juni 2012 Dana Talangan Haji BRIS telah mencapai Rp. 473 Miliar. 3. Sistem bagi basil apa yang diterapkan pada tabungan Haji mudharabah bank BRI Syariah?
Jawaban: Revenue sharing 4. Bagaimana konsep bagi hasil tabungan haji iB ini apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah? Jawaban: sudah, karena Bank BRI Syariah mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 15IDSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah. 5. Bagaimana penerapan bagi hasil tabungan haji ini (akad dan perhitungan bagi hasilnya)? Jawaban: akadnya mudharabah muthlaqah dan penerapan perhitungan bagi hasil ada di lampiran belakang. 6. Bagaimana mekanisme perhitungan bagi hasil dalam BRi Syariah? keuntungan x nisbah x saldo, rata-rata tabungan haji anggota
Jawaban: Bagi hasil = _________________________________________________________________________________ total saldo rata-rata tabungan haji harian
7. Perhitungan akutansi path tabungan haji iB ini mengacu pada PSAK berapa? Jawaban: PSAK NO: 105 Akutansi Mudharabah Nara sumber
( Bpk. Eka Setia Sukma )
DRAF WAWANCARA “Kajian Penerapan Bagi Hasil Pada Tabungan Haji di BRI Syariah Jakarta”
Nara Sumber
: Erwindo Aryo Pamadi
Jabatan
: Funding Product Development Officer
Tempat Wawancara
: Kantor Pusat BRIS Menara Jamsostek
tanggal
: 13 Juli 2012
1. Kapan diluncurkannya produk tabungan haji iB ini? Jawaban: Tahun 2009, 2. Bagaimana latar belakang diluncurkannya produk tabungan haji iB mi? Jawaban: melihat semakin tingginya animo masyarakat dan tahun ketahun untuk menjalankan rukun iman yang ke-5 yaitu menunaikan ibadah haji dimana masyarakat membutuhkan sarana untuk memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Tabungan haji BRI Syariah iB merupakan salah satu solusi yang tepat diberikan kepada masyarakat dalam merencanakan dan mempersiapkan dana keberangkatan haji produk perbankan ini membantu nasabah untuk mencapai target dana yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka memperoleh porsi keberangkatan (booking seat), disamping itu dengan adanya layanan dan siskohat di bank akan memberikan suatu layanan one stop service kepada nasabah sejak dipersiapkan dana sampai dengan jasa kepengurusan (pendaftaran porsi dan pelunasan setoran
biaya penyelanggara ibadah haji - BPIH) kebutuhan untuk menunaikan ibadah haji. 3. Akad yang digunakan dalam tabungan haji iB? Jawaban : akad yang digunakan : mudharabah muthlaqah yaitu akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak, dimana pihak pemilik dana atau nasabah menyediakan seluruh modal, dana keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. 4. Apa yang menjadi dasar hukum produk tabungan haji iB ini ? Jawaban: Fatwa DSN No 2/DSN/IV/2000 tentang tabungan haji. 5. Bagaimana pengelolaan dana tabungan haji iB di BRI Syariah ini? Jawaban: pengelolaannya cukup baik karena dana yang di salurkan lebih kepada sektor riil seperti pembiayaan-pembiayaan murabahah atau lainnya. 6. Dalam pengeloaan dana tabungan haji iB tersebut dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana menggunakan metode apa? (Pool approarch atau asset allocation approarch)? Jawaban: pool approach 7. Berapa lama masa pengendapan dana tabungan haji iB di BRI Syariah? Jawaban: sampai dengan sang nasabah pulang dan ibadah haji itu sendiri. 8. Apakah BRI Syariah menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam hal pengelolaan dana tabungan haji ini? Jawaban: tidak, kami hanya menjalin kerjasama sistem informasi yang di sebut SISKOHAT 9. Adakah peluang bagi bank syariah dalam pengelolaan dana tabungan haji?
Jawaban: Ada 10. Bagaimana ketentuan umum produk tabungan haji iB BRIS ini (apa dan bagaimana syarat-syarat tabungan haji itu)? Jawaban: 1) Ditunjuk khusus untuk nasabah perorangan dengan domisili di satu wilayah dengan cabang tempat pembukaan rekening tabungan: 2) Hanya dapat dibuka dalam mata uang rupiah saja 3) Usia penabung minimal 17 tahun atau telah memiliki status menikah 4) Nasabah mendapatkan buku tabungan yang berfungsi sebagai tanda kepemilikan rekening dan sebagai media pelaporan saldo 5) Tidak terkait jangka waktu menabung 6) Mengisi aplikasi pembukaan rekening tabungan dan memenuhi syaratsyarat yang ditentukan dalam syarat dan ketentuan umum pembukaan rekening 7) Tidak memperoleh fasilitas kartu ATM 8) Terdapat nominal dana minimal untuk setoran awal yang besamya ditentukan 9) Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewaktu-waktu (merupakan tabungan yang terblokir). 10) Dikenakan biaya adminitrasi bulanan yang besarnya bank dan waktu kewaktu 11) Dapat memperoleh fasilitas pembiayaan dana talangan haji BRI Syariah iB sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
12) Rekening dapat ditutup kapan saja atas permintaan nasabah atau atas kebijakan bank yang telah disepakati oleh nasabah pada perjanjian pembukaan rekening. 13) Nasabah boleh membatalkan pendaftaran hajinya dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku dan pihak bank dan departemen agama RI. 11. Apa yang melatarbelakangi penerapan bagi hasil path tabungan haji iB? Jawaban: yang melatarbelakangi dikarenakan fatwa DSN yang telah menerbitkan bahwa tabungan haji menggunakan prinsip bagi hasil.
Nara sumber
( Erwindo Aryo Pamadi )
PENERAPAN BAGI HASIL PADA TABUNGAN HAJI BRI SYARIAH JAKARTA
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh : Pandu Panuntun NIM : 1110053000049
KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan dan Perumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penulisan D. Review Studi Terdahulu E. Metode Penelitian F. Teknik Penulisan G. Sistematika Penulisan
BAB II
TENTANG BAGI HASIL DAN TABUNGAN HAJI A. Bagi Hasil 1. Pengertian Nisbah Bagi Hasil 2. Prinsip Bagi Hasil Menurut Syariah 3. Sistem Bagi Hasil 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil
5. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil B. Tabungan Haji 1. Pengertian Tabungan Haji 2. Karakteristik Tabungan Haji 3. Akad Tabungan Haji Mudharabah Muthlaqah
BAB III
PROFIL UMUM BRI SYARIAH A. Profil BRI Syariah B. Visi dan Misi BRI Syariah C. Struktur Organisasi D. Produk Tabungan Haji E. Pembagian Pembayaran Jasa di BRI Syariah
BAB IV
PENERAPAN BAGI HASIL PADA BRI SYARIAH
A. 1.Penerapan Bagi Hasil Tabungan Haji 2.Prinsip Mudharabah Tabungan Haji 3.Sistem Bagi Hasil Pada Tabungan Haji BRI Syariah B. Perkembangan Produk Tabungan Haji BRI Syariah BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran - saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN – LAMPIRAN
PENERAPAN BAGI HASIL PADA TABUNGAN HAJI DI BRI SYARIAH JAKARTA Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom I) pada fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Manajemen Dakwah .Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarig Hidayatullah Jakarta
Oleh : PANDU PANUNTUN NIM : 1110053000049
Menyetujui , Pebimbing ,
Drs.H.Hasanuddin Ibnu Hibban , MA NIP :
KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H /2014 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “ PENERAPAN BAGI HASIL PADA TABUNGAN HAJI BRI SYARIAH JAKARTA “ telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal ............. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom I ) pada Program Studi Manajemen Dakwah .
Jakarta , Mengesahkan Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya , yang diajukan untuk memnuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu ( S1) di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta . 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta .
Jakarta ,
Pandu Panuntun Nim : 1110053000049
ABSTRAK
Pandu Panuntun ,1110053000049,” Penerapan Bagi Hasil Pada Tabungan Haji BRI Syariah Jakarta “Skripsi Strata 1, Program Studi Manajemen Dakwah Konsentrasi Lembaga Keuangan Syariah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi . Konsep bagi hasil berlandaskan pada beberapa prinsip dasar .Selama prinsip – prinsip dasar ini dipenuhi , detail dari aplikasinya akan bervariasi dari waktu ke waktu .Ciri utama pola bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama baik oleh pemilik dana maupun pengusaha . Dalam aplikasinya perbankan syariah pada umumnya bank dapat menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing – masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada .Dari pengamatan yang dilakukan saat ini lembaga keuangan syariah , baik Bank Umum Syairah , Bank Konvensional yang mempunyai cabang syariah , bank perkreditan Rakyat Syariah ( BPRS ) , dan Baitul Mal Tamwil ( BMT ) di Indonesia , dalam melakukan distribusi hasil usaha antara shahibul mal (deposan) dengan lembaga keuangan syariah sebagai mudharib masih mempergunakan metode pembagian laba (profit sharing ) . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem bagi hasil tabungan haji beserta perhitungannya dan tingkat perkembangan tabungan haji yang telah berjalan menggunakan sistem tersebut di bank BRI Syariah Jakarta .
Penelitian ini bersifat kualitaif dengan menggunakan deskriptif kualitatif .Penelitian jenis ini memberikan gambaran atau uraian sesuatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek diteliti . Dari penelitian ini bersifat bahwa Penerapan sistem bagi hasil yang telah diterapkan oleh BRI Syariah Jakarta pada tabungan haji adalah mengacu pada prinsip revenue sharing artinya bank BRI Syariah memperoleh pendapatan dari derbitur ( orang yang melakukan pembiayaan ) dan BRI Syariah langsung mendistribusikan kepada shaibul maal bagi hasil yang telah disepakati bersama terus dipotong biaya – biaya operasional.