Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
PENERAPAN ANALISIS FUNDAMENTAL DALAM MENILAI INVESTASI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Repi Putra Irawan
[email protected]
Wahidahwati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to appraise investment on stocks which are categorized in LQ-45. The research problem limitation is only at LQ-45 companies which are consistent over three year periods which are listed in Indonesia Stock Exchange. Analysis method is using fundamental analysis. Sample determination is done by using purposive sampling method with criteria the companies which are consistent in LQ-45 in 2009-2011 periods, therefore 29 companies are taken as samples. Based on the calculation of fundamental analysis it shows that 19 stocks are in overvalued condition and 10 stocks are in undervalued condition. The right decision is to sell overvalued stocks or to buy undervalued stocks since the market price is cheaper than the stock price. Keywords : LQ-45, Fundamental Analysis, Stock ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menilai investasi pada saham-saham yang tergolong LQ-45. Batasan masalah penelitian hanya pada perusahaan LQ-45 yang konsisten selama periode tiga tahun yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis fundamental. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria perusahaan yang konsisten di LQ-45 periode 2009-2011, maka diambil sampel sebanyak 29 perusahaan. Berdasarkan perhitungan analisis fundamental menunjukkan 19 saham dalam kondisi overvalued dan 10 saham undervalued. Keputusan yang tepat menjual saham overvalued atau membeli saham undervaluaed, karena harga pasar lebih murah dari harga saham. Kata Kunci :LQ-45, Analisis Fundamental, Saham.
PENDAHULUAN Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan tawar menawar harga. Pasar modal juga dapat diartikan sebagai wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Pasar modal diharapkan mampu menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan dalam memperoleh dana dari masyarakat (investor) dan juga dilihat sebagai alternatif berinvestasi. Mekanisme pasar modal yang teratur, teliti dan terbuka menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para investor untuk mengambil keputusan investasi yang realisitis. Keterbukaan pasar modal dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh para investor akan memperkecil ketidakpastian yang di hadapinya dalam mengambil keputusan investasi, sehingga kemudian terdistorsinya proses alokasi sumber daya berupa dana dari investor juga akan semakin kecil. Berinvestasi dalam bentuk efek merupakan hal yang masih belum relatif dikenal masyarakat Indonesia. Meskipun instrument keuangan seperti tabungan dan deposito telah dikenal luas, masyarakat cenderung menanamkan uangnya dalam bentuk financial investment seperti membeli efek misalnya Saham, Obligasi, Valuta asing dan sebagainya makin dikenal masyarakat Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
2
Salah satu instrumen yang diperjual-belikan dipasar modal adalah dalam bentuk surat berharga atau saham. Saham merupakan bukti penyertaan dan modal kepemilikan perusahaan sehingga apabila memiliki saham berarti ikut memiliki perusahaan. Apabila prospek saham semakin buruk maka harga sahamnya akan terus dibandingkan dengan harga pada saat membeli. Saham memilki tingkat resiko yang sensitif terhadap perubahan tingkat keuntungan pasar. Keputusan investasi adalah keputusan untuk memilih berbagai alternatif investasi yang tersedia, baik menyangkut jenis maupun besarnya investasi yang menguntungkan bagi perusahaan. Setiap investasi yang dilakukan dipasar modal selalu mengandung resiko akibat ketidakpasitan kondisi pasar modal yang mempengaruhi harga saham. Dalam memilih saham yang akan dibeli para investor baiknya teliti dalam memprediksi pendapatan (return) yang akan didapat diamasa yang akan dantang, yang tercemin dalam deviden dan capital gain (kenaikan harga saham). Untuk melakukan investasi dipasar modal disamping memerlukan dana juga diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup, sehingga diharapkan memperoleh pengembalian tinggi diamasa yang akan datang. Kurangnya pengetahuan investasi dipasar modal mengharuskan para calon investor untuk mengtahui bagaimana cara menilai harga saham yang seharusnya dimiliki oleh suatu saham. Oleh karena itu, investor digarapkan pandai dalam membaca situasi yang ada guna menyelamatkan dana yang telah atau yang akan ditanamkan. Secara umum ada dua analisis yang dapat digunakan untuk menilai suatu saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Dalam hal ini penulis menggunakan analisis fundamental dan dalam menghitung harga saham yang ditawarkan karena analisis fundamental menggunakan data yang obyektif dan riil serta dapat dihitung dengan angka yang tepat. Analisis fundamental dilakukan oleh investor dengan menggunakan data keuangan perusahaan untuk menghitung nilai intrinsik saham, oleh karena itu laporan keungan merupakan informasi yang sangat penting, karena laporan keuangan menggambarkan aspek fundamental perusahaaan yang bersifat kuantitatif. Dengan analisis fundamental dapat diketahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan dan tingkat pertumbuhan deviden (dividend growth). Dengan mengetahui dividend growth masing-masing saham, maka besarnya harga saham yang diharapkan atau nilai intrinsiknya dapat ditentukan. Kemudian nilai intrinsik saham tersebut dibandingkan dengan nilai pasar saham yang bersangkutan guna menentukan apakah nilai pasar saham tersebut telah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Sehingga dapat diharapkan diapakai sebagai dasar pertimbangan investor dalam melakukan investasi saham. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah penelitian. Perumusan masalah sangat penting artinya untuk memudahkan pemecahan masalah dan mempunyai pedoman kearah langkah pemecahan masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris bahwa analisis fundamental dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh investor dalam melakukan keputusan investasi saham dipasar modal. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pasar Modal Pengertian pasar modal menurut Husnan (2009:3) didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau skuritas) jangka panjang yang bisa diperjaul belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal pada dasarnya merupakan tempat untuk perdagangan saham-saham, obligasi-obligasi dan surat berharga lainnya yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
3
didalamnya terdapat perdagangan-perdagangan efek. Pasar modal dapat menjadi tempat menghimpun dana selain perbankan. Tipe-tipe pasar modal Terdapat empat tipe pasar modal menurut Sunaryah (2003:13) yaitu: “pasar primer, pasar skunder, pasar ketiga, pasar keempat”, berikut keterangan lebih lanjut: (a) Pasar pertama (perdana) Merupakan tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi kemasyarakat umum. (b)Pasar kedua (sekunder) Tempat atau sarana transakasi jual-beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. (c) Pasar ketiga Adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. (d) Pasar keempat Adalah sarana transaksi jual-beli efek antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan oleh para investor besar dan juga dalam jumlah besar, untuk menghemat biaya transaksi daripada jika dilakukan dipasar skunder. Peranan, Fungsi dan Manfaat Pasar Modal (a) Peranan pasar modal Peranan pasar modal menurut Jogiyanto (2003:11) adalah sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. (b) Fungsi Pasar Modal, Fungsi pasar modal menurut Suhartono (2009:6) pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana (lender) kepihak-pihak yang membutuhkan dana (borrower). (c) Manfaat Pasar Modal Bagi perusahaan, Pasar modal berfungasi sebai tempat untuk menjual saham dan surat berharga guna mendapatkan tambahan modal jangka panjang. Bagi investor Pasar modal berfungsi sebai tempat untuk memperoleh dividen dan capital gain. (d) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal. Investasi Pengertian sederhana investasi menurut Suhartono dan Qudsi (2009:27) menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh dan tambahan atau keuntungan atas uang atau dana tersebut. Ada dua kategori investasi yang selama ini dikenal menurut Suhartono dan Qudsi (2009:28), yaitu: (a) Real Assets (asset riil), yakni: investasi yang dilakukan pada aktiva yang berwujud seperti gedung, kendaraan, mesin dan sebagainya. (b) Financial Assets (asset keuangan), yakni: investasi yang dilakukan pada dokumen (suratsurat) klaim tidak langsung pemiliknya terhadap aset riil pihak yang menerbitkan dukumen tersebut. Pada dasarnya tujuan melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya terlalu sederhana, sehingga tujuan investor yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2010:8). Proses investasi menunjukan bagaimana seharusnya dalam skuritas; yaitu skuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut dilakukan (Husnan, 2005:47). Untuk menetukan keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (Halim, 2005:2). (1) Menetukan Kebijakan Investasi Pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilaksanakan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pemodal harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
4
rugi. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. (2) Analisis Skuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual (atau sekelompok) skuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis skuritas yaitu (Husnan, 2003 : 454). Pertama adalah mereka yang berpendapat bahwa ada skuritas yang mispriced (harga salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah), dan analis dapat mendeteksi skuritas-skuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis yang dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Kedua adalah mereka yang berpendapat bahwa harga skuritas adalah wajar. Kalaupun ada skuritas yang mispriced, analisis tidak mampu mendeteksinya. Pada dasarnaya mereka yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal efisien. Keuntungan yang didapat oleh pemodal, sesuai dengan pendapat ini, adalah sesuai dengan resiko yang mereka tanggung. (3) Pembentukan Portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. (4) Melakukan Revisi Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tahap sebelumnya, dengan maksud, kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. Jika portofolio sekarang dianggap tidak lagi optimal, atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka dapat melakukan perubahan terhadap skuritas-skuritas yang membentuk portofolio tersebut. (5) Evaluasi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diharapkan maupun risiko yang ditanggung. Jenis Investasi Saham Jenis investasi saham menurut Jogiyanto (2003:7) dibedakan menjadi dua: (a) Investasi langsung (Direct Investing) Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat dipejualbelikan dipasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau dipasar turunan (derivative market) investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak diperjualbelikan. Aktiva yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya tidak dapat diperoleh melalui bank komersial yaitu berupa tabungan dibank atau sertifikat deposito. (b) Investasi tidak langsung (Undirect Investing) Investasi tidak langsung dapat dilakukan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan layanan keuangan dengan menjual sahamnya ke publik dengan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan kedalam portofolionya. Saham Pengertian saham menurut Suhartono dan Qudsi (2009:40) adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: (a) Saham biasa (common stock): saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir dalam terhadap claim (b) Saham preferen (preferred stock): saham yang memiliki karaktristik gabungan antara saham biasa dan obligasi. Penilaian Saham Menurut Jogiyanto (2003:80) beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu: (1) Nilai nominal Merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan kepada tiap-tiap lembar saham. Terkadang suatu saham tidak mempunyai nilai nominal. Untuk itu dewan direksi menetapkan sendiri nilai perlembarnya. (2)Agio saham Merupakan selisih yang dibayar pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal saham. (3) Nilai modal disetor
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
5
Merupakan total nilai yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor juga merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham. (4)Laba ditahan Merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan ini diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai sumber dana internal perusahaan. (5)Nilai buku perlembar saham Merupakan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. (a) Nilai pasar Merupakan harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang dilakukan oleh pelaku pasar. (b) Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari suatu saham yang menunjukan nilai sekarang (present value) arus tunai dimasa depan. Proses Penilaian Harga Saham Menurut Husnan (2001:288) pedoman yang digunakan dalam proses penilaian harga saham adalah sebagai berikut: (a)Apabila nilai intrinsik > nilai pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai terlalu rendah (undervalued) dan karena seharusnya dibeli atau ditahan. (b) Apabiali nilai intrinsik < nilai pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai terlalu tinggi (over valued) dan karenanya seharusnya dijual. (c) Apabial nilai intrinsik = nilai pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar (fair valued) dan berada dalam kondisi keseimbangan. Posisi saham terlalu mahal atau tinggi dari nilai intrinsiknya (over valued). Hal ini berarti kondisi pada saham tersebut memilki potensi yang sangat besar untuk mengalami penurunan harga dimasa depan sehingga layak untuk dijual dengan pertimbangan jika perusahaan memutuskan untuk menaikkan deviden yang pada gilirannya menunjukan deviden masa depan lebih kecil karena agregat jumlah deviden harus dibagi diantara jumlah saham yang semakin besar. Akhirnya, pemegang saham kini tidak diuntungkan maupun dirugikan karena kenaikan deviden akan diimbangi dengan penurunan di masa depan. Sedangkan jika posisi saham terlalu murah atau rendah nilai intrinsik saham (undervalued). Hal ini berarti sahamsaham perusahaan tersebut memiliki potensi yang sangat besar untuk mengalami kenaikan harga dimasa depan sehingga layak untuk ditahan atau dibeli dengan pertimbangan jika perusahaan memutuskan menurunkan dividen yang pada gilirannya menunjukan deviden dimasa depan akan naik karena jumlah pemegang saham yang makin sedikit. Akhirnya, penurunan deviden akan diimbangi dengan penurunan deviden masa depan yang menyebabkan pemegang saham tidak mengalami kerugiaan maupun keuntungan. Teori Portofolio Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik berupa real asset maupun financial asset yang dimilki oleh investor. Portofolio menyangkut pemilihan skuritas-skuritas mana yang dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing skuritas tersebut, sehingga membentuk skumpulan investasi. (Husnan, 2001:47). Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk meminimalkan risiko tanpa mengurangi return yang diharapkan dengan cara diversifikasi. Diversifikasi saham yang baik merupakan portofolio saham yang optimal dan portofolio saham yang efisien. Menurut Halim (2005:39) dalam konteks portofolio, risiko dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Risiko sistematis (systematic risk) Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. (2) Risiko tidak sistematis (unsystematic risk)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
6
Merupakan risiko yang dapat dihilangakan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Analisis Fundamental Berinvestasi dipasar modal disamping memerlukan dan juga memerlukan pengetahuan yang cukup, sehingga diharapkan akan memperoleh pengembalian tinggi dimasa yang kan dating. Minimnya pengetahuan investasi dipasar modal mengharuskan para calon investor untuk mengetahui bagaimana cara menilai harga saham yang seharusnya dimiliki suatu saham. Oleh karena itu, investor diharapkan pandai dalam membaca situasi yang ada guna menyelamatkan dan yang telah atau akan diinvestasikan. Analisis fundamental merupakan cara yang baik untuk menghitung harga saham yang ditawarkan. Menurut Husnan (2009:88) Analisis fundamental adalah analsisis yang menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu. Analsisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasar guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrnsiknya atau belum. Adapun yang dimaksud dengan nilai intrinsik adalah nilai yang seharusnya dari suatu saham. Analisis fundamental menggunakan dua fundamental, yaitu data yang berasal dari keungan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayarkan, penjualan, dan sebagainya). Jika pendapatan perlembar saham adalah EPS, laba yang ditahan sebesar (b) maka deviden yang diterima (D) adalah sama dengan: D = EPS (1-b) Dimana: EPS = laba perlembar saham b = laba yang ditahan Dari persamaan diatas dapat digunakan untuk menentukan pay out rasio (POR), yaitu risiko dividen terhadap EPS maka persamaan dapat ditulis: D POR= -----------X 100% EPS Karena laba yang ditahan menyebabkan adanya perubahan dana sehingga kemampuan perusahaan untuk ekspansi semakin besar. Maka plow back ratio (PBR) yaitu yang ditanam kembali perusahaan dapat ditulis: PBR = D – POR Karena adanya tambahan dari laba yang ditahan perusahaan, maka menghasilkan laba atas equitynya, sehingga laba saham pada tahun berikutnya juga akan meningkat sebesar pertumbuhan dari kedua sumber dana perusahaan, maka persamaannya dapat ditulis: g = rata-rata PBR x rata-rata ROE Dimana: g = tingkat pertumbuhan deviden PBR = prosentase laba yang ditanam kembali ROE = tingkat keuntungan modal sendiri. Menghitung nilai intrinsik saham . Nilai Intrinsik = Estimasi EPS X PER
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
7
Dimana : E1 = E0 X (1+g) PER = Price earning ratio E0 = EPS periode 0 E1 = Estimasi EPS g = tingkat pertumbuhan dividen Dari alat analisis diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Meskipun demikian bukan untuk meniadakan tetapi untuk saling melengkapi. Rerangka Pemikiran Setiap investasi yang dilakukan dipasar modal selalu mengandung risiko akibat ketidakpastian pasar modal yang mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu investor diharapkan teliti dalam memprediksi pendapatan (return) yang akan didaptakan dimasa yang akan datang dari investasi yang dilakukan yang tercermin dalam dividen an capital gain (kenaikan harga saham). Sehingga diharapkan akan memperoleh pengembalian tinggi dimasa yang akan datang. Dengan melihat tujuan dari investasi yaitu mencari keuntungan yang diinginkan dan menimbulkan risiko yang ditanggung maka diperlukan suatu alat untuk menentukan pembelian terhadap suatu skuritas. Analisis fundamental dapat digunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham, kemudian nilai intrinsik saham tersebut dibandingkan dengan nilai pasar saham guna menentukan apakah nilai pasar saham tersebut telah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Hasil dari analisis yang dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor yang akan berinvestasi pada saham-saham perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia dalam melakukan pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dengan pengambilan keputusan investasi yang tepat akan mendapatkan return sesuai dengan yang diinginkan. Dalam menginvestasikan dana, hendaknya investor mempertimbangkan tingkat risiko, setiap saham yaitu dengan memiliki saham yang tingkat risikonya paling rendah tetapi tingkat pengembaliannya cukup tinggi. Saham-saham yang yang sedang dalam kondisi under value dapat dijadikan alternatif karna sedang dalam kondisi yang baik untuk dibeli. Bagi investor yang tidak suka mengambil risiko, maka sebaiknya menginvestasikan dananya dalam bentuk tabungan, deposito atau produk perbankan yang lain. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik sampling yang bersifat non random sampling yang berarti tidak semua elemen individu dalam populasi mendapat peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel. Lebih khususnya menggunakan purposive sampling. Yaitu teknik penentuan sampel dengan suatu pertimbangan tertentu diamana pemilihan elemen-elemen populasi yang akan dijadikan sampel didasarkan atas kebijakan peneliti sendiri. Adapun keriteria yang dikemukakan oleh peneliti (1)Perusahaan tersebut termasuk dalam perusahaan LQ-45, telah terdaftar dan diperdangangkan di Bursa Efek Indonesia. (2)Perusahaan yang selalu ada pada daftar LQ-45 selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2009-2011. Dari kriteria tersebut terdapat 29 perusahaan yang termasuk dalam kategori sebagai sampel penelititan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
8
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Analisis fundamental Pemakaian analisis fundamental untuk menentukan harga saham yang diharapkan dari masing-masing saham (nilai intrinsik saham) untuk dibandingkan dengan harga pasar. Teknik analisis data dalam penelitian terdapat beberapa tahapan-tahapan, yaitu: Analisis fundamental untuk menghitung harga saham yang diharpakan masing-masing saham (nilai intrinsik saham). Nilai Intrinsik = Estimasi EPS X PER Keterangan : E1 = E0 X (1+g) PER = Price earning ratio E0 = EPS periode 0 E1 = Estimasi EPS g = tingkat pertumbuhan dividen Tahap-tahap dalam menghitung harga saham yang diharapkan adalah sebagai berikut: a. Menghitung besarnya pay out ratio (POR) D POR= --------------- X 100% EPS Dimana: POR = Prosentase laba yang diharapkan dalam bentuk dividen D = Dividen yang diterima EPS = Laba perlembar saham b. Menghitung besarnya plow back ratio (PBR), dengan rumus: PBR = 1-POR Dimana: PBR = Prosentase laba yang ditanam kembali POR = Prosentase yang diharapkan dalam bentuk dividen c. Menghitung besarnya return on equity (ROE) EAT ROE = ----------------------Modal sendiri Dimana: ROE = Tingkat keuntungan modal sendiri EAT = Pendapatan setelah pajak d. Menghitung besarnya tingkat pertumbuhan deviden (g), dengan rumus : g = Rata-rata PBR x rata-rata ROE Dimana: g = Tingkat pertumbuhan deviden PBR = Prosentase laba yang ditanam kembali ROE = Tingkat keuntungan modal sendiri Tahap selanjutnya membandingkan besarnya harga saham yang diharapkan (yang merupakan nilai intrinsik saham) dengan harga pasar dari masing-masing saham. Apabila
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
9
harga pasar lebih besar daripada nilai hitung harga saham (yang merupakan nilai intrinsik), maka saham-saham perusahaan tersebut memungkinkan memberikan capital gain bagi calon investor yang ingin membeli saham-saham pada perusahaan tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Fundamental Analisis fundamental ini mengasumsikan adanya beberapa saham yang mempunyai nilai intrinsik atau nilai tetap (true value) seperti yang diperkirakan investor. Nilai intrinsik ini tergantung pada kemampuan menghasilkan laba (potensial earning). Kemampuan menghasilkan laba akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain mutu manajemen, suku bunga, rata-rata dan prospek industri sejenis, prospek ekonomi dan sebagainya. Jadi nilai teoritis ini dalam praktiknya sering berbeda dengan nilai aktual seperti halnya dengan harapan yang tidak selalu menjadi kenyataan. Implikasi yang dapat dijelaskan antara nilai intrinsik dengan harga saham pada saat ini (current market price) adalah: 1. Jika nilai intrinsik lebih besar daripada harga pasar saat ini, maka saham tersebut adalah undervalued dan sebaliknya dibeli atau tetap disimpan / ditahan jika dimiliki. 2. Jika nilai intrinsik lebih kecil daripada harga saham saat ini, maka saham tersebut overvalued dan sebaiknya dihindari, dijual bila dimiliki. 3. Jika nilai intrinsik sama dengan harga pasar saham saat ini berarti terjadi keseimbangan dimana saham tersebut mempunyai nilai yang wajar (correctly valued). Dengan analisis fundamental yang mendalam dan menyeluruh atas kondisi suatu perusahaan yang emiten, investor akan memilih mana saham yang dinilai rendah dan mana saham yang dinilai terlalu tinggi. Evaluasi nilai saham berdasarkan hasil perhitungan analisis fundamental menggunakan nilai harga saham wajar yang diharapkan. Harga saham wajar pada hakekatnya merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan terutama yang berkaitan dengan kinerja fundamentalnya. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian terhadap harga saham wajar perusahaan, ada beberapa faktor fundamental yang bisa mempengaruhi saham antara lain: Pay Out Ratio (POR) Tabel 1 Pay Out Ratio (%) Periode Tahun 2009-2011 No.
Kode efek
Tahun 2009
2010
2011
Rata-rata
1
AALI
85,82%
64,81%
62,71%
71,11%
2
ADRO
21,24%
43,98%
0,00%
21,74%
3
ANTM
40,06%
40,06%
45,09%
41,74%
4
ASII
33,47%
13,24%
37,55%
28,09%
5
BBCA
39,84%
32,71%
35,94%
36,16%
6
BBNI
35,00%
30,00%
19,45%
28,15%
7
BBRI
22,28%
12,47%
19,72%
18,16%
8
BDMN
49,81%
34,99%
29,02%
37,94%
9
BMRI
5,64%
31,94%
19,63%
19,07%
10
INCO
64,63%
45,22%
0,00%
36,62%
11
INDF
39,34%
39,55%
30,62%
36,50%
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
10 12
INDY
50,00%
49,88%
26,10%
41,99%
13
INTP
30,16%
30,02%
29,95%
30,04%
14
ISAT
0,00%
50,00%
44,75%
31,58%
15
ITMG
70,11%
74,10%
52,80%
65,67%
16
JSMR
60,22%
60,22%
40,59%
53,68%
17
KLBF
27,33%
55,27%
62,66%
48,42%
18
LPKR
0,00%
47,51%
62,00%
36,50%
19
LSIP
40,31%
8,06%
32,64%
27,00%
20
MEDC
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
21
PGAS
60,01%
60,00%
52,95%
57,65%
22
PTBA
45,06%
61,03%
60,03%
55,37%
23
SMCP
0,00%
21,27%
62,47%
27,91%
24
SMGR
55,00%
50,00%
49,56%
51,52%
25
TINS
0,00%
50,03%
49,98%
33,34%
26
TLKM
51,25%
56,37%
48,32%
51,98%
27
UNSP
5,69%
0,00%
0,00%
1,90%
28
UNTR
28,76%
50,68%
52,17%
43,87%
29
UNVR
100,01%
100,02%
100,04%
100,02%
30
Rata-rata
39,09%
Sumber : Diolah Oleh Penulis
Secara umum saham-saham pada perusahaan LQ-45 dalam memberikan tingkat kesejahteraan kepada pemegang sahamnya ternyata tidak terlalu tinggi. Hal ini tercermin dari rata-rata Pay Out Ratio (POR) untuk perusahaan LQ-45 yang besarnya adalah 39,09% artinya adalah bahwa dividen yang dibayar oleh perusahaan LQ-45 rata-rata sebesar 39,09% dari total laba yang diperoleh perusahaan. Dari semua perusahaan LQ-45 tersebut, yang memiliki Pay Out Ratio (POR) terbesar adalah UNVR dengan nilai Pay Out Ratio (POR) ratarata pertahun sebesar 100,02% kemudian disusul oleh AALI sebesar 71,11% kemudian ITMG sebesar 65,67%, PGAS dengan Pay Out Ratio (POR) sebesar 65,65% disusul PTBA sebesar 55,57% , JSMR sebesar 53,68%, TLKM sebesar 51,98%, SMGR sebesar 51,52%, KLBF sebesar 48,42%, UNTR sebesar 43,87% disusul INDY sebesar 41,99% dan ANTM sebesar 41,74% . Hal ini menunjukkan bahwa UNVR merupakan perusahaan yang paling royal dalam memberikan deviden tunai dari total laba yang diperoleh kepada para pemegang sahamnya. Plow Back Ratio (PBR) Tabel 2 Plow Back Ratio (%) Periode Tahun 2009-2011 No.
Kode efek
Tahun 2009
2010
2011
Rata-rata
1
AALI
14,18%
35,19%
37,29%
28,89%
2
ADRO
78,76%
56,02%
100,00%
78,26%
3
ANTM
59,94%
59,94%
54,91%
58,26%
4
ASII
66,53%
86,76%
62,45%
71,91%
5
BBCA
60,16%
67,29%
64,06%
63,84%
6
BBNI
65,00%
70,00%
80,55%
71,85%
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
11 7
BBRI
77,72%
87,53%
80,28%
81,84%
8
BDMN
50,19%
65,01%
70,98%
62,06%
9
BMRI
94,36%
68,06%
80,37%
80,93%
10
INCO
35,37%
54,78%
100,00%
63,38%
11
INDF
60,66%
60,45%
69,38%
63,50%
12
INDY
50,00%
50,12%
73,90%
58,01%
13
INTP
69,84%
69,98%
70,05%
69,96%
14
ISAT
100,00%
50,00%
55,25%
68,42%
15
ITMG
29,89%
25,90%
47,20%
34,33%
16
JSMR
39,78%
39,78%
59,41%
46,32%
17
KLBF
72,67%
44,73%
37,34%
51,58%
18
LPKR
100,00%
52,49%
38,00%
63,50%
19
LSIP
59,69%
91,94%
67,36%
73,00%
20
MEDC
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
21
PGAS
39,99%
40,00%
47,05%
42,35%
22
PTBA
54,94%
38,97%
39,97%
44,63%
23
SMCP
100,00%
78,73%
37,53%
72,09%
24
SMGR
45,00%
50,00%
50,44%
48,48%
25
TINS
100,00%
49,97%
50,02%
66,66%
26
TLKM
48,75%
43,63%
51,68%
48,02%
27
UNSP
94,31%
100,00%
100,00%
98,10%
28
UNTR
71,24%
49,32%
47,83%
56,13%
29
UNVR
-0,01%
-0,02%
-0,04%
-0,02%
30
Rata-rata
60,91%
Sumber : Diolah Oleh Penulis
Perusahaan LQ-45 lebih tertarik untuk menanamkan kembali persentase laba yang diperolehnya ke dalam perusahaan guna memperkuat struktur modal untuk mendukung kegiatan usaha perusahaan dalam periode 2009-2011. Plow Back Ratio (PBR) sebesar 60,91% disimpulkan perusahaan LQ-45 lebih tertarik menanamkan kembali persentase labanya sebesar rata-rata 60,91% per tahun dan persentase laba yang dibagikan untuk dividen tunai sebesar 39,09% dari total laba yang diperolehnya. Dari semua perusahaan LQ-45, yang memiliki Plow Back Ratio terbesar adalah MEDC sebesar 100,00%, kemudian disusul oleh UNSP dengan nilai Plow Back Ratio (PBR) sebesar 98,10%, BBRI sebesar 81,84%, BMRI sebesar 80,93%, ADRO sebesar 78,26%, LSIP sebesar 73,00%, SMCP sebesar 72,09%, ASSI sebesar 71,91%, BBNI sebesar 71,85%, INTP sebesar 69,96%, ISAT sebesar 68,45%, TINS sebesar 66,66%, BBCA sebesar 63,84%, LPKR sebesar 63,50%, INDF sebesar 63,50% disusul INCO sebesar 63,38% dan BDMN sebesar 62,06%. Perusahaan LQ-45 diatas yang memiliki Plow Back Ratio (PBR) diatas rata-rata nilai Plow Back Ratio (PBR) per tahun pada perusahaan LQ45. MEDC merupakan perusahaan yang paling banyak menanamkan kembali persentase laba yang diperolehnya ke dalam perusahaan (100,00%) dan paling sedikit memberikan persentase labanya dalam bentuk deviden tunai kepada para pemegang sahamnya (0,00%) disusul UNSP (98,10%) dan memberikan deviden tunai kepada para pemegang sahamnya sebesar (1,90%) disusul BBRI dengan penanaman kembali persentase laba sebesar (81,84%) dengan memberiakn deviden sebesar (18,16%).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
12
Return On Equity (ROE) Tabel 3 Return On Equity (ROE) Periode 2009-2011 No.
Kode efek AALI
Tahun
Rata-rata
2009
2010
2011
41,10% 27,18%
39,55% 41,05%
40,27% 38,13%
1 2
ADRO
40,16% 46,17%
3
ANTM
9,62%
23,72%
23,85%
19,06%
4
ASII
41,11%
42,65%
33,98%
39,25%
5
BBCA
32,11%
31,23%
32,40%
31,91%
6
BBNI
17,99%
16,56%
19,72%
18,09%
7
BBRI
36,29%
40,65%
37,65%
38,20%
8
BDMN
15,00%
21,69%
17,85%
18,18%
9
BMRI
30,83%
33,63%
26,35%
30,27%
10
INCO
14,97%
34,61%
25,57%
25,05%
11
INDF
40,02%
32,37%
20,10%
30,83%
12
INDY
16,82%
16,70%
17,36%
16,96%
13
INTP
34,54%
32,49%
29,92%
32,32%
14
ISAT
12,43%
6,08%
6,28%
8,26%
15
ITMG
57,97%
38,47%
67,54%
54,66%
16
JSMR
15,23%
19,07%
18,68%
17,66%
17
KLBF
34,13%
32,92%
30,50%
32,52%
18
LPKR
10,78%
9,33%
10,47%
10,19%
19
LSIP
26,44%
30,34%
35,38%
30,72%
20
MEDC
7,13%
27,46%
42,49%
25,69%
21
PGAS
70,30%
58,14%
44,54%
57,66%
22
PTBA
65,98%
40,83%
49,71%
52,17%
23
SMCP
39,13%
16,83%
20,37%
25,44%
24
SMGR
45,65%
39,33%
34,83%
39,94%
25
TINS
16,01%
26,82%
27,58%
23,47%
26
TLKM
57,32%
48,21%
34,20%
46,58%
27
UNSP
13,78%
11,89%
12,34%
12,67%
28
UNTR
39,33%
31,37%
28,30%
33,00%
29
UNVR
114,74%
112,19%
151,45%
126,13%
30
Rata-rata
33,63%
Sumber : Diolah Oleh Penulis
UNVR memiliki nilai rata-rata Return On Equity (ROE) per tahun lebih besar daripada nilai rata-rata per tahun dari perusahaan LQ-45 (126,13% > 33,63%) disusul PGAS (57,66 > 33,63), ITMG dengan nilai rata-rata Return On Equity (ROE) sebesar (54,66 > 33,63) disusul PTBA sebesar (52,17 > 33,63%), TLKM dengan nilai rata-rata Return On Equity (ROE) sebesar (46,58% > 33,63) disusul AALI dengan nilai rata-rata Return On Equity (ROE) sebesar (40,27% > 33,63%), SMGR sebesar (39,94% > 33,63%), ASSI sebesar (39,25% > 33,63%) disusul BBRI dengan rata-rata Return On Equity (ROE) sebesar (38,20% > 33,63%) dan ADRO dengan ratarata Return On Equity (ROE) sebesar (38,13%) . Hal ini menunjukkan kemampuan UNVR dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
13
perusahaan lainnya yang memiliki nilai rata-rata Return On Equity (ROE) per tahun lebih besar daripada nilai rata-rata per tahun dari perusahaan LQ-45 dalam memberikan laba bagi para pemegang sahamnya cukup tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan lain yang ada di LQ-45. Tingkat Pertumbuhan Deviden Tabel 4 Tingkat Pertumbuhan Deviden (%) Periode 2009-2011 No.
Kode efek
Tahun 2009
2010
2011
Rata-rata
1
AALI
5,70%
14,46%
14,75%
11,64%
2
ADRO
36,36%
15,23%
41,05%
30,88%
3
ANTM
5,77%
14,22%
13,10%
11,03%
4
ASII
27,35%
37,00%
21,22%
28,52%
5
BBCA
19,32%
21,01%
20,76%
20,36%
6
BBNI
11,69%
11,59%
15,88%
13,06%
7
BBRI
28,20%
35,58%
30,23%
31,34%
8
BDMN
7,53%
14,10%
12,67%
11,43%
9
BMRI
29,09%
22,89%
21,18%
24,39%
10
INCO
5,29%
18,96%
25,57%
16,61%
11
INDF
24,28%
19,57%
13,94%
19,26%
12
INDY
8,41%
8,37%
12,83%
9,87%
13
INTP
24,12%
22,74%
20,96%
22,61%
14
ISAT
12,43%
3,04%
3,47%
6,31%
15
ITMG
17,33%
9,96%
31,88%
19,72%
16
JSMR
6,06%
7,59%
11,10%
8,25%
17
KLBF
24,80%
14,73%
11,39%
16,97%
18
LPKR
10,78%
4,90%
3,98%
6,55%
19
LSIP
15,78%
27,90%
23,83%
22,50%
20
MEDC
7,13%
27,46%
42,49%
25,69%
21
PGAS
28,11%
23,25%
20,96%
24,11%
22
PTBA
36,25%
15,91%
19,87%
24,01%
23
SMCP
39,13%
13,25%
7,65%
20,01%
24
SMGR
20,54%
19,67%
17,57%
19,26%
25
TINS
16,01%
13,40%
13,80%
14,40%
26
TLKM
27,95%
21,03%
17,67%
22,22%
27
UNSP
13,00%
11,89%
12,34%
12,41%
28
UNTR
28,02%
15,47%
13,54%
19,01%
29
UNVR
-0,01%
-0,03%
-0,06%
-0,03%
30
Rata-rata
17,67%
Sumber : Diolah Oleh Penulis
Tingkat pertumbuhan deviden untuk perusahaan di LQ-45 relatif cukup tinggi dengan nilai rata-rata pertumbuhan deviden per tahun sebesar 7,67%. Disimpulkan untuk jangka panjang, investasi atas saham-saham perusahaan jasa LQ-45 sangat menguntungkan apabila
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
14
dilihat dari sudut pandang tingkat pertumbuhan dividen. BBRI memiliki tingkat pertumbuhan deviden yang cukup tinggi sebesar 31,34% disusul ADRO dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 30,38%, ASSI dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 28,52%, MEDC dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 25,69%, BMRI dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 24,39%, PGAS dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 24,11%, PTBA dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 24,01%, INTP dengan pertumbuhan deviden dengan ratarata sebesar 22,61, LSIP dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 22,50%, TLKM dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 22,22%, BBCA dengan pertumbuhan dividen dengan rata-rata sebesar 20,36%, SMCP dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 20,21%, ITMG dengan pertumbuhan deviden dengan ratarata sebesar 19,72%, INDF dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 19,26%, SMGR dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 19,26% dan UNTR dengan pertumbuhan deviden dengan rata-rata sebesar 19,01%. Menentukan Nilai Intrinsik Saham Setelah pertumbuhan deviden diketahui selanjutnya menentukan estimasi EPS dan PER dari masing masing saham untuk mengetahui nilai intrinsik saham. Adapaun EPS dan PER masing-masing saham dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 5 Tabel Estimasi EPS Dan PER Masing-Masing Saham No.
Kode efek
1
AALI
2
ADRO
3
ANTM
4
ASII
5
E0
pertumbuhan deviden (g)
Estimasi EPS (E1)
1670,76
11,64%
1865,16
13,68
27,74
30,88%
36,31
11,16
PER
143,43
11,03%
159,24
8,03
2270,30
28,52%
2917,89
14,03
BBCA
234,28
20,36%
281,98
18,31
6
BBNI
80,04
13,06%
90,49
11,83
7
BBRI
483,43
31,34%
634,92
10,89
8
BDMN
303,31
11,43%
337,99
11,65
9
BMRI
234,13
24,39%
291,22
12,62
10
INCO
305,97
16,61%
356,78
10,52
11
INDF
117,81
19,26%
140,50
8,05
12
INDY
208,32
9,87%
228,88
9,46
13
INTP
474,16
22,61%
581,35
17,43
14
ISAT
345,70
6,31%
367,52
32,91
15
ITMG
2276,64
19,72%
2725,67
8,74
16
JSMR
104,09
8,25%
112,68
21,61
17
KLBF
69,60
16,97%
81,41
22,43
18
LPKR
21,44
6,55%
22,84
26,26
19
LSIP
679,74
22,50%
832,71
7,34
20
MEDC
920,71
25,69%
1157,27
1,83
21
PGAS
27,60
24,11%
34,25
12,49
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
15 22
PTBA
741,18
24,01%
919,15
12,95
23
SMCP
36,83
20,01%
44,20
15,80
24
SMGR
425,45
19,26%
507,39
17,15
25
TINS
2667,10
14,40%
3051,24
9,37
26
TLKM
526,76
22,22%
643,80
9,18
27
UNSP
45,82
12,41%
51,51
5,84
28
UNTR
799,77
19,01%
951,80
16,79
29
UNVR
315,50
-0,03%
315,40
34,45
Sumber : Diolah Oleh Penulis
Hasil dari perhitungan nilai intrinsik perusahaan yang dijadikan sebagai sampel selanjutnya dibandingkan dengan harga pasar saham saat ini yang diambil dari harga penutupan (closing price) akhir tahun 2012 yaitu bulan Desember 2012. Hasil perbandingan akan menentukan kondisi suatu saham apakah saham tersebut undervalued (harga terlalu murah) , overvalued (harga terlalu mahal), correctly valued (harga saham dinilai wajar). Perbandingan antara nilai intrinsik dengan harga pasar saham dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 6 Perbandingan Nilai Intrinsik Dengan Harga Pasar No.
Kode efek
Nilai intrinsik
Harga pasar
Kondisi saham
1
AALI
Rp 25.515
Rp
19.700
undervalued
2
ADRO
Rp
405
Rp
1.590
overvalued
3
ANTM
Rp
1.279
Rp
1.280
overvalued
4
ASII
Rp 40.938
Rp
7.600
undervalued
5
BBCA
Rp
5.163
Rp
9.100
overvalued
6
BBNI
Rp
1.071
Rp
3.700
overvalued
7
BBRI
Rp
6.914
Rp
6.950
overvalued
8
BDMN
Rp
3.938
Rp
5.650
overvalued
9
BMRI
Rp
3.675
Rp
8.100
overvalued
10
INCO
Rp
3.753
Rp
2.350
undervalued
11
INDF
Rp
1.131
Rp
5.850
overvalued
12
INDY
Rp
2.165
Rp
1.420
undervalued
13
INTP
Rp 10.133
Rp
22.450
overvalued
14
ISAT
Rp 12.095
Rp
6.450
undervalued
15
ITMG
Rp 23.822
Rp
41.550
overvalued
16
JSMR
Rp
Rp
5.450
overvalued
2.435
17
KLBF
Rp
1.826
Rp
1.060
undervalued
18
LPKR
Rp
600
Rp
1.000
overvalued
19
LSIP
Rp
6.112
Rp
2.300
undervalued
20
MEDC
Rp
2.118
Rp
1.630
undervalued
21
PGAS
Rp
428
Rp
4.600
overvalued
22
PTBA
Rp 11.903
Rp
15.100
overvalued
23
SMCP
Rp
698
Rp
2.900
overvalued
24
SMGR
Rp
8.702
Rp
15.850
overvalued
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
16 25
TINS
Rp 28.590
Rp
1.540
undervalued
26
TLKM
Rp
5.910
Rp
9.050
overvalued
27
UNSP
Rp
301
Rp
93
28
UNTR
Rp 15.981
Rp
19.700
overvalued
29
UNVR
Rp 10.866
Rp
20.850
overvalued
undervalued
Sumber : Bursa Efek Indonesia, Data Diolah
a.
b.
c.
Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued, sehingga keputusan investasi yang baik dilakukan adalah membeli saham atau menahan apabila saham tersebut telah dimiliki. Seperti pada tabel diatas ada sepuluh saham yang nilai intrinsiknya lebih besar dari harga pasar saat ini antara lain saham AALI, ASII, INCO, INDY, ISAT, KLBF, LSIP, MEDC, TINS dan UNSP. Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued, sehingga keputusan investasi yang baik dilakukan adalah menjual saham apabila telah memiliki atau menghindari membeli saham, saham overvalued antara lain ADRO, ANTM, BBCA, BBNI, BDMN, BMRI, INDF, INTP, ITMG, JSMR, LPKR, PGAS, PTBA, SMCP, SMGR, TLKM, UNTR dan UNVR Apabila nilai intrinsik sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada pada kondisi keseimbangan atau dikenal dengan istilah correctly valued, sehingga keputusan investasi yang tepat adalah menahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
Dengan perhitungan analisis fundamental di atas, maka investor dapat mengidentifikasi investasi yang aman dan menguntungkan. Invstor yang rasional menginginkan tingkat return yang tingkat resiko yang rendah. Namun jika hasil nilai expected return suatu saham tinggi biasanya investor khususnya investor yang menyukai resiko maka akan memilih menginvestasikan modalnya dengan harapan return yang besar pula. Sebaliknya jika nilai beta dan return harapan suatu saham biasanya investor yang tidak menyukai risiko dan menginvestasikan modalnya pada saham tersebut. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Penelitian ini dilakukan guna mengevaluasi saham untuk pemilihan investasi dengan menggunakan Anailsis Fundamental pada saham LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis fundamental dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar saham perusahaan yang dijadikan sampel berada dalam kondisi over value namun disamping itu ada sebagian saham perusahaan yang sedang dalam kondisi under value, saham tersebut antara lain Astra Agro Lestari Tbk, Astra International Tbk, Vale Indonesia Tbk, Indika Energy Tbk, Indosat Tbk, Kalbe Farma Tbk, Pp London Sumatra Indonesia Tbk, Medco Energi Internasional Tbk, Timah (Persero) Tbk dan Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil analisis adalah sebagai berikut: (1) Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya memperluas populasi penelitian dan memperpanjang periode penelitian agar dapat mencerminkan hasil yang lebih akurat dan signifikan secara keseluruhan. Selain itu, sebaiknya para peneliti juga mempertimbangkan variabel-variabel lain yang menpunyai pengaruh terhadap harga saham. (2) Bagi investor, sebaiknya lebih meningkatkan kemampuan dalam menganalisa suatu laporan keuangan perusahaan dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
17
lebih berhati-hati dalam melakukan pengambilan keputusan yang terkait dengan tindakan investasi. Sehingga akan mendapatkan return sesuai dengan yang diinginkan. Saham-saham yang yang sedang dalam kondisi under value dapat dijadikan alternatif karna sedang dalam kondisi yang baik untuk dibeli. Bagi investor yang tidak suka mengambil risiko, maka sebaiknya menginvestasikan dananya dalam bentuk tabungan, deposito atau produk perbankan yang lain. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa data ringkasan laporan keuangan menggunakan data pada tahun 3 tahun, sehingga mungkin tingkat keakuratan hasil penelitian masih kurang. Untuk penelitian selanjutnya, periode analisis sebaiknya menggunakan periode yang lebih lama dan data terbaru. DAFTAR PUSTAKA Halim, A. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua : Salemba Empat, Jakarta. Husnan, S. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga : UPP AMP YKPN. Yogyakarta. . 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Skuritas : Edisi Keempat. Cetakan Kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. BPFI. Yogyakarta. . 2010. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta. Suhartono Dan F. Qudsi. 2009. Portofolio Investasi Dan Bursa Efek. Edisi pertama. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Sulistyowati, E. 2011. Pemilihan Investasi Melalui Evaluasi Harga Saham Dengan Menggunakan Capital Asset Pricing Models (CAPM) Dan Analisis Fundamental Pada Perusahaan Telekomunikasi. Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik Vol.7. No.2 : 212 –228. Februari. Sunariyah, 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga : UPP STIM YKPN. Yogyakarta. , 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima : UPP STIM YKPN. Yogyakarta Susanto, D. Dan A. Sabardi. 2002. Analisis teknikal di bursa efek : UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama : KANISIUS. Yogyakarta.
●●●