PENERAPAN AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH DALAM KINERJA KEUANGAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) Oleh: DRS.H. ISMAIL PUHI, MA. ABSTRAK Bagi manajemen BMT sebagai internal user, penerapan akun-tansi keuangan disamping sebagai suatu alat pertanggung-jawaban kepada pemilik (anggota) dalam rapat anggota, lebih penting adalah sebagai alat evaluasi kinerja, alat pengawasan, sumber penyusunan program kerja dan perencanaan. Untuk eksternal user menggunakan akuntansi keuangan sebagai dasar menilai kinerja pengelola, pemberian kredit dari lembaga keuangan, pembayaran zakat, infaq dan sadaqah, serta ban-tuan-bantuan lainnya. Dengan kualitas penerapan akuntansi keuangan yang baik, pada akhirnya akan memberikan input yang penting bagi manajemen dan menumbuhkan kepercayaan yang besar kepada BMT, maka kondisi tersebut akan menentukan pencapaian kinerja keuangan yang diharapkan. Kata kunci: Akuntansi Keuangan Syariah I. Pendahuluan Munculnya berbagai lembaga perekonomian syariah dewasa ini, memerlukan informasi akuntansi yang berkarakter dan berdasar pada ketentuan syariah, baik secara konsep maupun praktik. Perlunya akuntansi syariah untuk merespon perkembangan ekonomi syariah, yang dalam beberapa hal berbeda dengan sistem ekonomi lainnya. Akuntansi konvensional sebagaimana dikemukakan oleh Max Weber dan Sombart tidak lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi kapitalis (Belkaoui; Terjemahan Merwata, 2000:12), sehingga tidak cocok un-tuk mengakomodasi berlakunya sistem ekonomi Islam. Hal senada dikemukakan oleh Karl Mark (Sofyan Syafri Harahap; 2001:38) dan Iwan Triyowono (1996:44) bahwa “akuntansi kapitalis adalah penopang ekonomi kapitalis”. Bagi masyarakat Islam yang menerap-kan sistem ekonomi Islam, maka akuntansi yang berlaku haruslah akuntansi Islam (Syariah). Akuntansi di BMT tidak lain adalah akuntansi yang diterapkan atas praktik bisnis dan transaksi yang berkembang pada BMT. Kebe-radaan BMT lahir dari penerapan sistem ekonomi Islam yang sudah berkembang sebelumnya. Sedangkan sistem ekonomi Islam merupa-kan bentuk sistem ekonomi yang mengacu kepada hukum Islam (syariah), sehingga dengan 163
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
menggunakan alur pemikiran di atas dan melihat praktik yang berlaku di semua BMT dan perbankan syariah, maka dalam tulisan ini digunakan istilah akuntansi syariah untuk menegaskan akuntansi yang diterapkan pada BMT. Dalam perkembangan akuntansi syariah sekarang ini, berpe-doman pada sumber utama yaitu al-Quran dan sunnah, yang dija-barkan dalam suatu standar akuntansi syariah, yaitu Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution (AASIFI) yang menjadi acuan resmi khususnya untuk lembaga keuangan syariah dan berlaku berskala internasional. Standar tersebut oleh para ahli akun-tansi syariah dianggap standar akuntansi keuangan syariah pertama yang menjadi bahan rujukan, baik untuk keperluan praktik maupun dasar pengembangan akuntansi syariah selanjutnya. Oleh sebab itu tu-lisan ini mengacu kepada standar tersebut dalam menjelaskan konsep yang berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi keuangan syariah. Di Indonesia standar akuntansi untuk bank syariah adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 59. Walaupun masih banyak persamaan standar-standar di atas dengan akuntansi perbankan konvensional, tidaklah menggugurkan berlakunya akuntan-si syariah, karena dalam rumusan hukum Islam khususnya dalam ma-salah fiqh berlaku rumusan bahwa “untuk hukum asal ibadah (seperti shalat, puasa, haji dan lainnya) segala sesuatunya dilarang dikerjakan, kecuali ada petunjuk pembolehannya dalam al-Quran dan sunnah. Sedangkan untuk muamalah (hubungan antar manusia, termasuk akuntansi) berlaku hukum segala sesuatunya diperbolehkan, kecuali ada larangan dalam al-Quran dan sunnah (Karim, 2003; 11-12). Se-hingga sampai batas tertentu akuntansi syariah menggunakan hasil perkembangan akuntansi konvensional, tidaklah bertentangan secara syariah (Sofyan Syafri Harahap; 2001:411). Saat ini beberapa standar dan pedoman akuntansi syariah yang digunakan oleh lembaga keuangan syariah adalah: Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution (AASIFI) yang dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIF) di Bahrain, Pernyataan Standar Akun-tansi Keuangan (PSAK) Nomor 59, tentang Akuntansi Perbankan Syariah, dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Pedo-man Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) dari Bank Indonesia. Saat ini umumnya BMT berbadan hukum koperasi, sehingga dari segi akuntansinya ada hal-hal tertentu yang berpedoman pada PSAK Nomor 27 mengenai “Akuntansi Perkoperasian”. II. Pengertian Sifat dan Tujuan Akuntansi Syariah Akuntansi syariah secara akademik merupakan kajian yang relatif baru. Perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari perkem-bangan akuntansi konvensional. Oleh sebab itu setidaknya ada dua sikap besar yang diambil 164
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah
ISSN: 1907-0985
para ahli akuntansi syariah dalam melihat perkembangan akuntansi syariah; pertama ingin melihat akuntansi syariah dikembangkan “terpisah” dari akuntansi konvensional. Panda-ngan ini ingin melihat akuntansi yang murni dikembangkan dari nilai-nilai Islam yang diturunkan dari al-Quran dan Sunnah. Kedua, pan-dangan yang melihat akuntansi syariah tidak harus dilepaskan dari perkembangan akuntansi konvensional. Akuntansi syariah dapat mengambil sisi-sisi positif dari akuntansi konvensional, dengan mengeliminasi nilai-nilai yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Bahkan menurut mereka, perkembangan akuntansi konvensional se-cara historis tidak bias dilepaskan dari perkembangan Islam yang mendahului akuntansi konvensional. Munculnya berbagai lembaga perekonomian syariah, memer-lukan informasi akuntansi yang juga berkarakter syariah, yang tunduk pada ketentuan syariah, baik secara konsep maupun praktik. Perlunya akuntansi syariah untuk merespon perkembangan ekonomi syariah, yang dalam beberapa hal berbeda dengan sistem ekonomi lainnya. Akuntansi konvensional sebagaimana dikemukakan oleh Max Weber dan Sombart tidak lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi kapitalis (Belkaoui; Terjemahan Merwata, 2000:12). Hal senada dikemukakan oleh Karl Mark (Sofyan Syafri Harahap; 2001:38) dan Iwan Triyo-wono (1996:44) bahwa “akuntansi kapitalis adalah penopang ekonomi kapitalis”. Bagi masyarakat Islam yang menerapkan sistem ekonomi Islam, maka akuntansi yang berlaku haruslah akuntansi Islam (Sya-riah). Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia, sehingga da-lam aktivitas memenuhi kebutuhan hidup individu dan masyarakat ditandai dengan kepatuhan kepada aturan syariah. Tidak ada aktivitas seorang muslim melainkan tunduk dan dipengaruhi oleh ketentuan ilahi yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah. Aktivitas ekonomi masyarakat muslim seperti ini melahirkan ekonomi Islam. Akuntansi adalah salah satu sub dari sistem ekonomi, karena itu dalam sistem ekonomi Islam, maka berlakua kuntansi syariah. Dalam konteks inilah, maka penelitian ini menggunakan istilah akuntansi syariah, untuk menjelaskan akuntansi yang diterapkan oleh BMT dan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. Sejak awal Islam, para ahli sepakat bahwa umat Islam telah menerapkan akuntansi syariah sesuaidengan konteks zamannya. Sha-hatah mencatat pada awal Islam telah ada undang-undang (nizam) akuntansi dalam konteks Islam. Hal tersebut sangat disadari, mengi-ngat ada perintah Allah dalam al-Quran surat Al-Baqaah, 282, yang menjadi sumber rujukan penting berlakunya akuntansi syariah. “Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan Ismail Puhi
165
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis dan hendak-lah orang yang berutang itu mengimlakkan (apa yang dituliskan itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari utangnya. ...” (Qs., 2: 282) Ayat tersebut diyakini menjadi pendorong timbulnya akuntansi syariah, karena bagi muslim ayat tersebut merupakan perintah yang wajib dilaksanakan dalam kegiatan bermuamalah. Hal yang menarik lainnya bahwa ayat tersebut merupakan ayat yang terpanjang dalam al-Quran. Shahata mendefinisikan akuntansi syariah sebagai berikut (Sofyan Syafri Harahap;1997:272): “postulat, standar, penjelasan dan prinsip akuntansi yang menggam-barkan semua hal … sehingga akuntansi Islam secara teoritis memiliki konsep, prinsip dan tujuan Islam juga. Semua ini secara serentak ber-jalan bersama bidang ekonomi, sosial, politik, idiologi, etika, kehidu-pan, keadilan dan hukum Islam. Akuntansi dan bidang lain itu adalah satu paket dan tidakbisa dipisahkan satu samalain”. Dari pengertian tersebut bahwa akuntansi syariah seperti bi-dangbidang lain menyatu dengan tujuan Islam secara keseluruhan. Akuntansi tidak boleh bertentangan dengan syariah Islam. Yang menjadi tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya suatu peradaban bisnis yang harmonis, imansipatoris, transsendental dan teologikal. Oleh karena itu akuntansi Islam harus tunduk dan wajib ikut serta memelihara berjalannya syariah Islam yang mementingkan kepen-tingan umum, kepentingan akhirat dan menjadi rahmat bagi sekalian alam (Sofyan Syafri Harahap, 2001:58). Mueller dan Belkaoui me-nyebut akuntansi Islam sebagai “emerging model” dengan basis “reli-gious relativism” yang didasarkan pada hukum syariah (Sofyan Syafri Harahap, 2001:106). Akuntansi syariah menurut Iwan Triyuwono dan Graffiti (Muhammad; 2002:7) merupakan salah satu upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai. Tujuannya adalah menciptakan peradaban bisnis dengan wawasan humanis, transendental dan teologikal. Dengan demikian akuntansi syariah tidak hanya berdimensi menyampaikan informasi ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, tetapi melalui informasi akuntansi ini bermakna ketundukan kepada Tuhan, dalam artian seba-gai salah satu bentuk ibadah kepada-Nya. Karena menurut Iwan Triyowono (1997:18) akuntansi syariah itu mempunyai dua arah keku-atan; yaitu tidak hanya dibentuk oleh lingkungan tetapi dapat juga mempunyai kekuatan mempengaruhi lingkungan agar berperilaku lebih baik. Muhammad Akram Khan (dalam Sofyan Syafri Hara-hap;1997:145146) merumuskan sifat akuntansi syariah (Islam) seba-gai berikut : 166
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah
ISSN: 1907-0985
1) Penentuan laba rugi yang tepat Penentuan laba rugi harus dilakukan secara hati-hati agar tercapai hasil yang menjamin hasil yang bijaksana (sesuai syariah) dan konsis-ten, sehingga dapat menjamin bahwa kepentingan semua pihak terlin-dungi. 2) Mempromosikan dan menilai efisiensi kepemimpinan Sistem akuntansi harus mampu memberikan standar berdasarkan hu-kum syariah untuk menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijaksa-naankebijaksanaan yang baik. 3) Ketaatan kepada hukum syariah Setiap aktivitas yang dilakukan oleh unit ekonomi harus dinilai halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus menjadi alasan tunggal untuk menentukan berlanjut tidaknya suatua organisasi. 4) Keterekaitan kepada keadilan Sesuai dengan tujuan utama syariah untuk menerapkan keadilan ke-pada seluruh masyarakat, sehingga informasi harus mampu melapor-kan dan mencegah keputusan yang menambah ketidakadilan. 5) Melaporkan dengan baik Peranan perusahaan dianggap dari pandangan yang lebih luas, maka juga bertangung jawab kepada masyarakat secara keseluruhan. Nilai sosial ekonomi dari ekonomi Islam harus diikuti dan dianjurkan. In-formasi akuntansi harus berada pada posisi yang terbaik untuk me-laporkan hal ini. 6) Perubahan dalam praktek akuntansi Peranan akuntansi yang demikian luas dalam kerangka Islam me-merlukan perubahan yang sesuai dan cepat dalam praktik akuntansi sekarang. Akuntansi harus mampu bekerja sama untuk menyusun saran-saran yang tepat untuk mengikuti perubahan ini. Tujuan Akuntansi Syariah Secara konseptual, Shahatah (2001; 44-49) merumuskan tuju-an akuntansi syariah sebagai berikut: 1) Hifzul amwal (memelihara harta/uang) Istilah faktubuhu dalam al-Quran surat al-Baqarah (2): 282, berarti ‘tuliskanlah’, untuk menuliskan uang atas transaksi agar hilang keraguraguan. Jadi peranan akuntansi (pencatatan) tidak hanya me-melihara harta, tetapi juga meneliti dan merinci pendapatan, menutup kesalah pahaman, mengatur transaksi-transaksi, serta meredam konflik dan kezaliman. 2) Sebagai bukti pengadilan/ eksistensi al-kitabah ’pencatatan’ ketika ada perselisihan Pencatatan (faktubuhu) berguna untuk mengetahui sifat-sifat kalau terjadi ikhtilaf/keraguan pihak-pihak yang bertransaksi dan memperkenalkan barang yang bersangkutan di pengadilan. Jadi kesak-sian yang berupa kertas catatan atau pembukuan kontrak akan lebih kuat dan dipercaya. Ismail Puhi
167
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
3) Dapat membantu dalam mengambil keputusan Al-Quran surat al-Baqarah (2):282, menjelaskan fungsi pen-catatan untuk menghilangkan keraguan ketika mengambil keputusan, “... yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguan...”. Adanya akuntansi berupa catatan dan data-data yang be-nar dan sehat, maka keptusan akan lebih baik. 4) Menentukan hasil usaha yang akan dizakatkan Diantara tujuan akuntansi yang utama pada periode awal Islam ialah untuk mengetahui hasil-hasil perdagangan di akhir tahun, sehingga mudah bagi mereka untuk mengetahui modal pokok murni, keuntungan dan kerugian. Atas dasar perhitungan tersebut dapat ditentukan standar dan jumlah zakat harta. Pencatatan yang baik akan memberikan data yang benar pada saat membayar zakat. Sebab kesalahan pembayaran zakat bisa berisiko dosa. 5) Menentukan dan menghitung hak-hak kawan yang berserikat Dasar-dasar, kaidah-kaidah, dan aturan-aturan akuntansi dalam Islam diaplikasikan untuk membantu menentukan hak-hak mitra bisnis, seperti harta dan uang, keuntungan baik dalam keadaan berga-bung maupun berpisah. 6) Menentukan imbalan, balasan atau sanksi Arti muhasabah ( akuntansi ) adalah perhitungan, perdebatan, dan pembalasan / imbalan yang sesuai dengan data-data yang tercatat atau suratsurat yang yang berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan sebelumnya. Pertama sekali diterapkan pada lembaga baitulmal (semacam lembaga perbendaharaan negara) untuk mengeta-hui perputeran uang, barang, serta usaha pekerja. Disisi lain inti dari informasi akuntansi syariah menurut Sofyan Syafri Harahap (1992:40) adalah kebenaran, keadialan dan kejujuran. Prinsip-prinsip tersebut akan tercapai dengan sebenarnya kalau prinsipprinsip informasi tersebut bersumber kepada informasi dari pemilik kebenaran dan keadilan yaitu Allah SWT yang diinfor-masikan dalam AlQuran dan Sunnah Rasul SAW. Misi kebenaran, keadilan dan kejujuran merupakan misi Islam dalam bermu’amalah, termasuk di dalamnya bidang akuntansi. Senada dengan hal tersebut dengan merujuk kepada sumbersumber Al-Quran dan Sunnah, Muhammad (2002 ; 63:) merumuskan prinsip umum akuntansi syariah, yaitu: keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban.
168
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah
ISSN: 1907-0985
Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional Syahatah (2001:58-60) mengelompokkan perbedaan prinsipil akuntansi syariah dan akuntansi konvensional dalam beberapa kategori. Perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1)
2)
Perbedaan dari segi pengertian Pengertian akuntansi syariah lebih mengarah pada pembukuan, pendataan, kerja dan usaha, juga perhitungan dan perdebatan (tanya jawab) berdasarkan syarat-syarat yang telah disepakati. Selanjutnya penentuan imbalan atau balasan yang meliputi semua tindak-tanduk dan pekerjaan, baik yang berkaitan dengan keduniaan maupun yang berkaitan dengan keakhiratan. Oleh karena itu muhasabah (akuntansi) dalam Islam mempunyai dua arti, yaitu perhitungan dan pembukuan keuangan. Sementara itu akuntansi konvensional ialah sekitar pe-ngumpulan dan pembukuan, penelitian tentang keterangan-keterangan dari berbagai macam aktivitas. Karenanya arti muhasabah (akuntansi) dalam Islam lebih umum dan lebih luas jangkauannya, yang meliputi perhitungan dari segi moral dan juga perhitungan akhirat. Perbedaan dari segi tujuan Diantara tujuan-tujuan terpenting akuntansi syariah adalah menjaga harta yang merupakan hujjah atau bukti ketika terjadi perselisihan, membantu mengarahkan kebijaksanaan, merinci hasil-hasil usaha untuk perhitungan zakat, penentuan hak-hak mitra bisnis, dan juga untuk membantu dalam menetapkan imbalan dan hukuman serta penilaian evaluasi kerja dan motivasi. Akuntansi konvensional diantaranya untuk menjelaskan utang piutang, untung rugi, sentral moneter, dan membantu dalam mengambil ketetapan-ketetapan mana-jemen. Terlihat bahwa banyakpersamaan antara akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional.hanya saja kauntansi syariah lebih difokuskan untuk membantu individu-individu dalam mengaudit transaksi-transaksinya. Juga membantu kelompok masyarakat untuk melakukan muhasabah yang bersifat kemasyarakatan, serta muhasabah yang ditangani seorang hakim. Bahkan lebih dari itu akuntansi syariah juga bisa membantu dalam lapangan dakwah kepada kebaikan, yang tidak terdapat dalam akuntansi konvensional.
3) Perbedaan dari segi karakteristik Akuntansi syariah berdasarkan pada nilai-nilai akidah dan akhlak. Nilai-nilai tersebut berdasar pada kaidah-kaidah yang perma-nen yang bersumber dari hukum Islam yaitu Al-Quran dan sunnah rasulullah. Dalam perkembangannya akuntansi syariah tidak akan lepas dari kontrol akidah dan akhlak, baik dalam konsep teoritis mau-pun dalam praktik. Akuntansi konvensional konsepnya berdasarkan pada ordonasi atau peratuan-peraturan Ismail Puhi
169
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
yang bersumber pada pengembangan akal budi manusia (para ahli) semata. Sehingga dalam akuntansi konvensional tidak ada kaidah yang bersifat permanen, dan cenderung berkembang sesuai dengan kebutuhan dan subjektivitas manusia semata. III. Kendala BMT Sebagai Lembaga Keuangan Syariah Baitulmal Wattamwil terdiri dua sisi kegiatan yaitu Baitulmal dan Baituttamwil. Baitulmal mengutamakan kegiatan-kegiatan kesejahteraan, bersifat nirlaba, yang bertugas menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana zakat, infaq dan sadaqoh yang pada gilirannya berfungsi mendukung kemungkinan resiko kegiatan usaha kecil. Baituttamwil menitik beratkan pada usaha-usaha komersial dalam bentuk pendanaan kepada pihak ketiga. Pendanaan itu dapat berupa pinjaman atau investasi (Azis; 1995 dalam Abdul Majid; 2000: 182). Baitulmal Wattamwil, sebagai lembaga keuangan syariah, mulai diperkenalkan di Indonesia tahun 1995. Pada tahun tersebut telah berdiri 600 unit BMT dan sebanyak 300 unit sudah mulai beroperasi (Chamsiah Jamal, 1996 dalam Abdul Majid ; 2000:276). Pada akhir tahun 1998 telah beroperasi 2.000 unit BMT dan sampai akhir tahun 2001 telah berdiri 2.938 unit BMT (Sudarsono; 2003:87). Dan menurut data pada Pinbuk sampai tahun ini diperkirakan sudah 4000 lebih di seluruh Indonesia. Pesatnya perkembangan BMT tersebut, terutama didorong oleh semakin tingginya kesadaran keislaman masyarakat, khususnya para aktivis muslim akan pentingnya pene-rapan syariat Islam dalam bidang ekonomi dan keuangan, dengan sistem tanpa bunga. Sistem bunga yang berlaku pada bank dan lembaga keuangan konvensional sejak lama telah menjadi perdebatan di kalangan umat Islam. Mayoritas ulama menganggap bahwa bunga bank tergolong riba yang diharamkan Islam, sebagaimana Al-Qur`an surat AlBaqarah: 275 menyebut orang yang memakan riba dengan mempersamakannya dengan jual-beli sebagai orang gila. Pada akhir ayat berikutnya dari surat yang sama Allah SWT menyebut bahwa orang yang tetap melaksanakan riba dalam ekonomi digolongksn sebagai “kekafiran lagi berbuat dosa”. Sayangnya tingkat kesadaran dan dukungan masyarakat tersebut tidak serta merta memuluskan perkembangan BMT. Data Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK) menunjukkan bahwa banyak BMT yang berdiri, tapi tidak sedikit juga yang menga-lami kendala, bahkan ada yang gulung tikar atau tidak beroperasi lagi. Kendala yang dihadapi BMT saat ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu kendala intern dan kendala ekstern. Kendala intern meliputi lemahnya sumber daya manusia dan permodalan. Sedangkan kendala ekstern meliputi BMT belum memiliki
170
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah
ISSN: 1907-0985
payung hukum tersen-diri dan pemahaman masyarakat mengenai pemberlakuan ekonomi syariah yang belum memadai. BMT dalam aktivitasnya memerlukan berbagai jenis infor-masi. Dari berbagai jenis informasi yang dibutuhkan perusahaan, informasi akuntansi merupakan bahan yang paling sering diper-timbangkan dalam pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan dan dibutuhkan oleh perbankan syariah termasuk BMT secara lengkap menurut PSAK Nomor 59 meliputi: 1) Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan BMT pada tanggal tertentu, meliputi, aktiva, kewajiban, investasi pihak ketiga, dan ekuitas. Termuat juga di dalamnya saldo akhir dana zakat, infak dan sadaqah (ZIS) serta saldo investasi padasektor riil. 2) Laporan Laba Rugi/ Perhitungan Hasil Usaha Laporan laba rugi menggambarkan hasil kinerja BMT pada suatu periode tertentu, meliputi penghasilan dan beban yang timbul pada sektor jasa keuangan ditambah dengan penghasilan bersih sektor riil. 3) Laporan Arus Kas Laporan ini menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas, yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan BMT dalam meng-hasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan BMT untuk meng-gunakan arus kas tersebut. Laporan ini meliputi tiga aktivitas, yaitu: aktivitas operasi, investasi dan aktivitas pendanaan. 4) Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode tertentu berda-sarkan perinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkap-kan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas menggam-barkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang yang bersangkutan. 5) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat Laporan perubahan dana investasi terikat memisahkan dana investasi terikat berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya. Dalam investasi terikat, bank/BMT hanya ber-tindak sebagai manajer investasi berdasarkan mudharobah muqay-yadah atau sebagai agen investasi. 6) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, Sede-kah Laporan ini menggambarkan arus kas pengelolaan dana ZIS oleh BMT, meliputi sumber perolehan, penyaluran kepada yang ber-hak, dan perubahan saldonya. Zakat, infak dan sedekahdari segi pe-nggunaan memiliki ketentuan sesuai al-Quran, sehingga dalam lapo-ran ZIS dibedakan sesuai dengan karakteristik tersebut. Ismail Puhi
171
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
7)
Laporan Pengunaan Dana Qardul Hasan Laporan ini memuat sumber dana yang meliputi; infaq, sadaqah, denda dan pendapatan lain-lain, penggunaannya meliputi; pinjaman dan sumbangan, kenaikan atau penurunan dana, saldo awal dan saldo akhir. Pinjaman dalam bentuk qardul hasan biasanya berupa pinjaman non-laba demikian juga sumbangan-sumbangan kepada masyarakat sekitar. Jika dibandingkan dengan laporan keuangan perbankan konvensional (PSAK Nomor 31), laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dan penggunaan dana ZIS, laporan penggunaan dana qardul hasan, merupakan khas laporan keuangan BMT dan bank syariah. Mengingat BMT merupakan lembaga keua-ngan mikro dengan tingkat besaran aset dan kerumitan operasi yang lebih kecil dibandingkan dengan bank, maka jenis laporan keuangan di atas disesuaikan dengan keperluan BMT itu sendiri. Adanya informasi akuntansi yang baik merupakan alat yang efektif bagi manajemen BMT untuk mengarahkan dan mengendalikan jalannya perusahaan. Hines (1989: 11) dengan tepat dan padat me-ngungkapkan bahwa laporan keuangan sangat besar peranannya dalam menunjang eksistensi perusahaan. Dengan berbagai penggolongan dan kategori dalam laporan keuangan memungkinkan perusahaan menilai posisi, kinerja dan ukuran perusahaan. Hines ingin mendudukkan peran vital dari informasi akuntansi keuangan. Vitalitas peran infor-masi akuntansi itu akan tercapai kalau informasi akuntansi itu disa-jikan dengan kualitas yang baik. Informasi akuntansi yang baik dan efektif haruslah dihasilkan oleh suatu sistem informasi yang efektif juga. Dengan kualitas informasi akuntansi yang baik, akan berperan dan mempengaruhi keberhasilan operasi perusahaan, termasuk dalam pencapaian laba dan kinerja keuangan perusahaan. Memperkuat argumentasi tersebut Goodman (de-Alwis, 2001) menunjukkan bahwa penggunaan informasi akuntansi yang baik akan berhubungan dengan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan Norita (2003) mengindikasikan hal serupa. Begitu pentingnya informasi bagi ma-najemen dalam mencapai tujuannya, hasil penelitian Davis (Prakarsa;1986: 381) menunjukan bahwa 80% waktu para eksekutif dihabiskan dalam mengelola dan komunikasi informasi, yang salah satunya mencakup informasi akuntansi. Dari data dan kondisi BMT yang ada, tidak semua BMT telah menyediakan informasi akuntansi keuangan dengan memadai. Terdapat BMT belum dapat menyediakan informasi akuntansi keuangan yang memadai untuk keperluan sebuah lembaga keuangan. Secara umum informasi akuntansi yang penting diperlukan mana-jemen BMT untuk kepentingan keputusan meliputi laporan harian, laporan bulanan dan laporan tahunan. Dari sisi ini ditemukan bahwa segi aktivitas dan perkembangan 172
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah
ISSN: 1907-0985
usaha tercermin pada pengumpulan modal baik dari sumber masyarakat maupun akumulasi keuntungan. Rata-rata BMT yang perkembangan usahanya cukup baik diiringi dengan ketersediaan informasi akuntansi keuangan dalam bentuk laporan harian, laporan bulanan dan laporan tahunan. Sedangkan BMT yang kurang baik perkembangannya rata-rata belum menyediakan laporan harian dan laporan bulanan. Data dari PINBUK menunjukkan bahwa umumnya BMT yang kurang baik perkembangannya kurang aktif memberikan laporan, baik dalam bentuk laporan keuangan maupun laporan kegiatan operasionalnnya. Untuk menghasilkan keputusan yang baik, maka kualitas informasi akuntansi keuangan harus memenuhi standar yang baik. Kualitas tersebut menurut AAOIFI Statemen Nomor 2 meliputi karakteristik berikut: relevansi, keandalan, dapat diperbandingkan, konsistensi dan dapat dipahami. Karakteristik yang hampir sama juga dikemukakan dalam Statement of Financial accounting Concepts (SF-AC) Nomor 2 dari Financial Accounting Standard Board (FASB). Informasi akuntansi keuangan tersebut akan digunakan oleh pemakai internal (internal user) yaitu manajer dan pemakai ekternal (external user) yaitu pemilik, kalangan bisnis, investor dan badan pemerintah (Kieso dkk, 2004; Anthony dkk, 1999). Dari informasi tersebut manajemen dan pihak eksternal membuat perencanaan secara menye-luruh, pengukuran kinerja, keputusan strategis dan kemanfaatan lain-nya. Kinerja keuangan dalam tulisan ini diukur dengan meng-gunakan rasio-rasio dari laporan keuangan. Sebab dari laporan keuangan tersebut tercermin tingkat keberhasilan perusahaan (D. Hartanto, 1981: 16). Informasi dari laporan keuangan biasa dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio. Rasio-rasio tersebut kemudian diinterpretasikan dan kemudian dijadikan dasar pengambilan kepu-tusan. Berkenaan dengan itu Bambang Riyanto (2001: 329) menge-mukakan bahwa “untuk mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan diperlukan adanya ukuran-ukuran (yard stick) tertentu dalam bentuk rasio. Untuk mengukur kinerja keuangan BMT tulisan ini menggunakan rasio-rasio yang ditetapkan Pinbuk, yang khusus menilai kinerja keuangan BMT. Bagi manajemen BMT sebagai internal user, informasi akun-tansi keuangan disamping sebagai suatu alat pertanggungjawaban kepada pemilik (anggota) dalam rapat anggota, lebih penting adalah sebagai alat evaluasi kinerja, alat pengawasan, sumber penyusunan program kerja dan perencanaan. Eksternal user menggunakan infor-masi akuntansi keuangan ini sebagai dasar menilai kinerja pengelola, pemberian kredit dari lembaga keuangan, pembayaran zakat, infaq dan sadaqah, serta bantuan-bantuan lainnya. Dengan kualitas informasi akuntansi keuangan yang baik, pada akhirnya akan memberikan input yang penting bagi manajemen dan Ismail Puhi
173
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
menumbuhkan kepercayaan yang besar kepada BMT, maka kondisi tersebut akan menentukan penca-paian kinerja keuangan yang diharapkan. Dari bahasan mengenai laporan keuangan BMT pada bagian sebelumnya, bahwa laporan keuangan, bagi BMT tidak sekedar seba-gai pertanggungjawaban kepada pihak ekstern. Secara sfesifik mana-jemen BMT sangat memerlukan informasi dari laporan keuangan seti-daknya untuk beberapa keperluan berikut: 1) Untuk keperluan pemenuhan akad musyarakah dan mudharabah, mengenai nisbah hasil yang menjadi hak masing-masing pihak sesuai dengan akad awal, khususnya berkenaan dengan pembagian keuntungan, maka manajemen dan nasabah memerlukan informasi laporan rugi-laba sebagai data. 2) Untuk nisbah bagi nasabah pemegang deposito dan tabungan masyarakat, maka diperlukan informasi mengenai keuntungan dan dana pihak ketiga. 3) Untuk keperluan pembagian deviden atau keuntungan kepada para pemilik dan pemegang saham, maka informasi mengenai modal penyertaan dan keuntungan. 4) Untuk menentukan hak-hak ‘ashnaf delapan’ berkaitan dengan pembagian ZIS kepada yang berhak, maka informasi laporan ZIS menjadi sangat diperlukan. Demikian juga dana-dana sosial yang bersumber dari intern dan ekstern, memerlukan informasi dana qardul hasan. 5) Untuk keperluan persiapan dana haji, dana investasi terikat dan dana terikat lainnya agar dapat dijaga fleksibilitasnya, informasi dana terikat dan dana pihak ketiga diperlukan. 6) Untuk kebijakan umum lainnya seperti perluasan usaha, investasi, kesejahteraan karyawan, penjadwalan utang dan lain-lain. Agar informasi akuntansi keuangan BMT tersebut efektif dalam pengambilan keputusan manajemen, maka informasi akuntansi keuangan harus memenuhi kriteria kualitas tertentu. Perhatian terha-dap kualitas informasi ini menjadi penting, mengingat informasi akuntansi ini merupakan basis pengambilan keputusan. Dapat diba-yangkan kalau kualitas informasi tersebut tidak mempunyai kualitas tinggi, keputusan yang diambil berpotensi besar menjadi keliru dan akan merugikan perusahaan. Kualitas informasi akuntansi keuangan BMT dalam hal ini merujuk pada AASIFI Statemen Nomor 2. Informasi akuntansi yang efektif harus memiliki kualitas dan terbebas dari kesalahan, bias dan disajikan dengan benar. Dengan kualitas informasi akuntansi yang baik, maka akan menghasilkan la-poran akuntansi yang baik, yang digunakan manajemen BMT sebagai dasar pengambilan
174
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah
ISSN: 1907-0985
keputusan. Keputusan yang didasarkan pada informasi yang berkualitas diharapkan mampu membantu manajemen BMT mencapai tujuan. Manajemen menggunakan informasi akuntansi keuangan un-tuk berbagai keperluan, misalnya untuk membuat perencanaan, peni-laian kinerja, pembuatan keputusan strategis, melakukan prediksi, konfirmasi dan keperluan lainnya (Horngren, 1993). Oleh karena itu semakin berkualitas informasi diperoleh manajemen, kemudian informasi tersebut dijadikan dasar pengelolaan usaha, maka akan me-ningkatkan kemampuan manajemen tersebut untuk meraih kesuksesan usaha. Hal tersebut menjelaskan adanya hubungan kualitas informasi akuntansi keuangan dengan kinerja keuangan BMT. Pernyataan terse-but diperkuat oleh Goodman ( de Alwis, 2001) yang menyatakan bahwa keputusan yang didasarkan pada informasi yang berkualitas, akan berdampak kepada peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Berkenaan dengan kualitas informasi akuntansi, Wolk dkk (1992:168-172) menjelaskan bahwa kriteria utama informasi akun-tansi, yaitu berguna untuk pengambilan keputusan. Agar berguna, informasi akuntansi harus mempunyai dua sifat kualitas utama dan dua sifat kualitas sekunder. Dua sifat kualitas utama adalah relevan dan reliability. Informasi dikatakan relevan kalau memenuhi tiga sifat, yaitu ; predictive value, feedback value dan time lines. Sedangkan informasi dikatakan reliability kalau memenuhi tiga sifat, yaitu; veriviability, neutrality dan representational faithfullnes. Sedangkan dua sifat kualitas sekunder adalah: comparability dan consistency. Tidak berbeda dengan kriteria SFAC Nomor 2, AASIFI Sta-tement Nomor 2, sebagai acuan akuntansi syariah, menjelaskan karak-teristik khusus agar informasi berguna untuk pengambilan keputusan, yaitu : 1) Relevansi (relevance) Relevansi mengacu kepada adanya hubungan yang kuat an-tara informasi akuntansi dan tujuan dibuatnya informasi ini. Releva-nsi informasi akuntansi mengharuskan bahwa informasi tersebut mempunyai tiga kualitas berikut : (1) Nilai prediktif (predictive value) (2) Nilai umpan balik (feedback value) (3) Tepat waktu (timelines) 2) Keandalan (reliability) Keandalan berarti bahwa berdasarkan semua keadaan khusus sekitar transaksi tertentu atau kejadian, metode yang dipilih untuk mengukur atau mengungkapkan efektifnya menghasilkan informasi yang mencerminkan substansi dari kejadian atau transaksi. Informasi akuntansi yang handal harus mempunyai kualitas berikut : Menyajikan yang sebenarnya (representational faithfullnes) Ismail Puhi
175
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
Objektivitas (objektivity) Netralitas (neutrality) 3) Dapat diperbandingkan (comparability) Informasi akuntansi yang dapat dibandingkan memungkinkan para pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan kinerja pe-rusahaan dalam hubungannya dengan kinerja selama ini. Oleh sebab itu penyajian laporan keuangan perusahan setidaknya menyajikan dua periode laporan keuanga. 1) Konsistensi (consistency) Perusahaan harus konsisten dalam penerapan metode pengukuran dan pengungkapannya, dari satu periode ke periode lain-nya. Jika ada perubahan dan berdampak pada pengambilan keputusan, maka perubahan tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 2) Dapat dipahami (understandability) Informasi yang dihasilkan harus dapat dipahami oleh pemakai. Sehingga bentuk dan bahasa laporan keuangan harus Informasi yang dihasilkan harus menggunakan bahasa yang dipahami pemakai. Kon-disi ini untuk menjamin bahwa semua pemakai informasi akuntansi memahami format dan istilah yang digunakan akuntan. Standar akuntansi yang digunakan BMT dalam menyusun la-poran keuangan diharapkan menghasilkan informasi akuntansi yang efektif pada saat manajemen mengambil keputusan. Informasi dari laporan keuangan tidak hanya memberi informasi mengenai posisi keuangan, tetapi laporan keuangan oleh manajemen digunakan untuk menyusun rencana, perbaikan sistem, pengendalian dan untuk me-nentukan kebijaksanaan yang lebih tepat dimasa datang (Amin Wijaya Tunggal,1995:8, Munawir,1995:2). Hasil analisis dan interpretasi dari laporan keuangan dapat digunakan untuk membuat keputusan mengenai rencana perluasan, investasi, pencarian sumber dana dan lain-lain (Amin Wijaya Tunggal,1995: 22). Menurut Mulyono (1994:113-114) dengan diketahuinya rasio keuangan dari hasil analisis laporan keuangan akan diketahui dengan jelas indikator-indikator keuangan yang dapat mengungkapkan posisi dan kondisi keuangan perusahaan. Dari indikator keuangan tersebut manajemen dapat segera mengambil kebijakan yang penting untuk memperbaiki posisi, kondisi dan performance perusahaan yang dikelolanya. Jelaslah bahwa informasi yang dihasilkan laporan keuangan tidak hanya sekedar informasi historis yang menggambar-kan fakta keuangan masa lalu, tetapi lebih dari itu dari informasi la-poran keuangantersebut manajemen memperoleh bahanbahan untuk melakukan tindakan-tindakan kedepan. Pada perusahan atau BMT yang bergerak dalam usaha mencari keuntungan, keputusan yang diambil manajemen akhirnya akan menghasilkan keuntungan baik jangka pendek maupun jangka pan-jang. 176
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah
ISSN: 1907-0985
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Wahyudi B. Prakarsa (1989:60) yang mengungkapkan bahwa ikhtisar keuangan sebagai basis pengambilan keputusan manajemen, dimaksudkan untuk mempengaruhi perilaku pengambil keputusan sehingga laporan keuangan dapat mempengaruhi perilaku ekonomi manusia. Kalau informasi akuntansi dimaksudkan dalam keputusan pengelolaan perusahaan, maka informasi akuntansi tadi tentu akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Malah lebih jauh dalam kaitan tersebut Prakarsa menilai bahwa informasi akuntansi tidak hanya berpengaruh dalam kaitan ekonomi saja, juga pada pada kondisi sosial-politik. Hasil penelitian yang berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi dilakukan oleh Goodman (1993) dalam de Alwis dan Hig-gins (2001), menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara sukses menggunakan informasi untuk membuat keputusan dengan efektifitas dalam menilai informasi yang dibutuhkan, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Norita (2003) menyimpulkan bawa kualitas informasi akuntansi dan kualitas manajer secara bersama-sama dan secara parsial berpengaruh dalam pencapaian laba. Dalam perspektif informasi akuntansi keuangan dan non keuangan sebagai tanggungjawab keuangan dan social, Ulman (1985) dalam Memed Sueb (2001:17-18) menjelaskan bahwa ada pengaruhnya pengungkapan informasi tersebut dengan laba dan kinerja ekonomi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kualitas informasi akuntansi akan menghasilkan keputusan yang efektif. Informasi tersebut tidak sekedar bermanfaat untuk dasar pengambilan keputusan, tetapi pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan BMT (Norita, 2003). Dalam lembaga keuangan syariah, pengukuran tingkat kinerja keuangan sangat penting untuk menentukan nisbah (bagi) hasil kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan BMT, seperti nasabah penyimpan dana, investor, dan lain-lain. Dari segi prinsip dan operasinya lembaga keuangan syariah berbeda dengan lembaga keuangan konvensional. Terlebih BMT yang merupakan lembaga keuangan syariah berskala mikro, maka akan mengalami hambatan jika mengacu secara mentah kepada lembaga keuangan seperti perbankan. Oleh karena itu untuk mengukur kinerja keuangan BMT dalam penelitian ini akan digunakan kriteria yang digunakan oleh seluruh BMT yang dibuat oleh PINBUK. Selanjutnya PINBUK mengelompokkan penilaian kinerja kauangan BMT kedalam lima kriteria, yaitu: 1) Struktur permodalan, yang menunjukkan jumlah modal yang secara aman dan seimbang yang harus dimiliki BMT dibandingkan dengan dana yang harus disiapkan untuk dikeluarkan sewaktu-waktu 2) Aktiva Produktif, menunjukkan kua-litas kekayaan BMT yang dapat menghasilkan pendapatan/ bagi hasil dihubungkan dengan pembiayaan bermasalah 3) Likuiditas, meru-pakan Ismail Puhi
177
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
kemampuan BMT dalam menyediakan dana lancar saat diperlukan untuk mengantisipasi penarikan utang jangka pendek, 4) Efisiensi, merupakan kemampuan BMT dalam mengendalikan pengeluaran biaya operasional, 5) Rentabilitas menunjukkan kemam-puan BMT dalam menghasilkan keuntungan/ pendapatan (PIN-BUK,2000:6). IV. 1.
2.
178
Kesimpulan BMT sebagi lembaga keuangan syariah berskala mikro, akan mengalami hambatan jika mengacu secara mentah kepada lembaga keuangan seperti perbankan. Oleh karena itu untuk mengukur kinerja keuangan BMT digunakan kriteria yang digunakan oleh seluruh BMT yang dibuat oleh PINBUK. Standar akuntansi yang digunakan BMT dalam menyusun laporan keuangan diharapkan menghasilkan informasi akuntansi yang efektif pada saat manajemen mengambil keputusan. Inf-ormasi dari laporan keuangan tidak hanya memberi informasi mengenai posisi keuangan, tetapi laporan keuangan oleh ma-najemen digunakan untuk menyusun rencana, perbaikan sistem, pengendalian dan untuk menentukan kebijaksanaan yang lebih tepat dimasa datang. Hasil analisis dan interpretasi dari laporan keuangan dapat digunakan untuk membuat keputusan mengenai rencana perluasan, investasi, pencarian sumber dana dan lain-lain.
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah
ISSN: 1907-0985
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid, Baihaqi dkk, 2000, Tanpa tahun, Pedoman Cara Membentuk BMT, Jakarta. .............., Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah : Perjalanan gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, Cetakan I ; Penerbit PINBUK, Jakarta. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution, 1998, Accounting and Auditing Standar for Islamic Financial Institution, Statement of Financial Accounting No. 2, Bahrain. Adiwarman Karim, , 2003, Bank Islam : Analisa Fiqih dan Keuangan, Penerbit The International Institute of Islamis Thought Indonesia, Jakarta. Anthony, Robert N., David F. Hawkens dan Keneth A. Marchant, 1999, Accounting, Text and Cases, Tenth. Ed., Irwin-Mc.Graw-Hill, Singapore. Bambang Riyanto, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, Cet. Ke 7, BPFE UGM, Yogyakarta. Belkaoui, Ahmad Riahi, Terjemahan Merwata.dkk, 2000, Teori Akuntansi, Edisi keempat, jilid I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. D. Hartanto, 1981, Akuntansi Untuk Usahawan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. De Alwis, Shrianjani Marie (Gina) and Susan Ellen Higgins, 2001, Information as a tool for management decision making: a case study of Singapore, Information Research, Vol. 7 No. 1, October. Heri Sudarsono, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Diskripsi dan Ilustrasi, Penerbit Ekonesia, Yogyakarta. Hines, Ruth D., 1989, The Sociopolitical Paradigm in Financial Accounting Research, Accounting, Auditing and Accountability Journal 2 (1). Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield, 2004, Intermediate Accounting, Eleventh Edition, John Wiley & Sons, Inc.,USA. Memed Sueb, 2001, Pengaruh Akuntansi Sosial Terhadap Kinerja Sosial dan Keuangan Perusahaan Terbuka di Indonesia: Survey Mengenai Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan oleh Dua Puluh
Ismail Puhi
179
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
Perusahaan Terbuka yang Melaksanakan Program Kali Bersih, Disertasi, UNPAD, Bandung. Muhammad, 2002, Pengantar Akuntansi Syariah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Norita, 2003, Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Dan Kualitas Manajer Terhadap Pencapaian Laba Pada Perusahaan Garmen Di Kawasan Industri Pulogadung Dan Kawasan Berikat Nusantara Jakarta , Disertasi, UNPAD, Bandung. Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil, 2000, Penilaian Tingkat Kesehatan BMT, Jakarta. Syahatah, Husein, 2001, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, Terjemahan oleh Khusnul Fatarib, Penerbit Akbar, Jakarta. Van Horne, James C., 2000, Financial Management and Policy, Twelfth Edition, Printice-Hall, Inc., New Jersey. Wahyudi B Prakarsa, 1986, Informasi dan Manfaatnya, Majalah Akuntansi No. 24, Tahun V. Wilkinson, Joseph W., 1991, Accounting and Information System, 3rd Edition, John Wiley & Sons, Inc.,USA. Wolk, Herry I, Jere R. Francis and Michael G. Tearney, 1992, Accounting Theory : A Conceptual and Institutional Approach, 3nd Edition, South-Western Publushing Co., Cincinnati Ohio.
180
Penerapan Akuntansi Keuangan Syariah