PENENTUAN SEKTOR KUNCI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI KOTA BANDUNG
Oleh:
DADAN SIDQUL ANWAR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRACT DADAN SIDQUL ANWAR. Key Sectors Identification and Their Impact on Output, Income, and Employment in Bandung City (BONAR MARULITUA SINAGA as a Chairman and D.S. PRIYARSONO as a Member of The Advisory Committee).
The attractiveness of Bandung City as a Jakarta’s buffer and the Capital City of West Java has attracted many migrants and increased its population. This phenomenon has brought impact on an increase in unemployment. This study identifies key sectors and analyses their impact on output, income, employment of Bandung City. Analysis was performed by using inputoutput. The result of the research showed that hotels and communication sectors have significant role in Bandung economy. There fore the sectors could become key sectors of Bandung City. Their multiplier effect and linkage are high. Their impact on output and income is also high. However, their impact on employment is low. Combination in prioritizing between the key sectors and agriculture sectors could be more fruitful not only on output and income, but also on employment. Key Words: Key Sectors, Unemployment, Multiplier Effect
RINGKASAN DADAN SIDQUL ANWAR. Penentuan Sektor Kunci dan Dampaknya Terhadap Output, Pendapatan, Kesempatan Kerja dan Kelembagaan di Kota Bandung (BONAR MARULITUA SINAGA sebagai ketua dan D.S. PRIYARSONO sebagai anggota komisi pembimbing). Daya tarik kota Bandung sebagai penyangga Kota Jakarta dan Ibu Kota Jawa Barat telah menarik para pendatang dari wilayah sekitar dan meningkatkan populasi Kota tersebut. Fenomena ini menyebabkan semakin meningkatnya pengangguran di Kota ini. Untuk menginvestigasi peranan desentralisai fiskal dalam mengatasi persoalan tersebut, penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis struktur perekonomian Kota Bandung ditinjau dari struktur output sektoral, struktur permintaan dan penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi dan perubahan stok, struktur ekspor dan impor serta struktur nilai tambah bruto (pendapatan daerah), (2) menganalisis sektor-sektor jasa yang dapat menjadi sektor kunci dan perlu diprioritaskan dalam pembangunan ekonomi Kota Bandung, (3) menganalisis dampak investasi dan konsumsi terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja, dan (4) menganalisis dampak realokasi investasi pada sektorsektor kunci dan sektor-sektor lainnya terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk menjawab tujuan 1 digunakan metode analisis tabel input output; tujuan 2 dikaji dengan berdasarkan analisis keterkaitan dan analisis dampak (multiflier) dengan mengolah lebih lanjut tabel input output dengan bantuan Grimp 7.1 dan Excel; tujuan 3 dan 4 dikaji dengan menggunakan analisis simulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan sektor hotel dan sektor komunikasi memiliki peranan yang signifikan dalam perekonomian Kota Bandung. Dampak pengganda dan tingkat keterkaitan kedua sektor tersebut relatif tinggi. Oleh karena itu, kedua sektor tersebut dapat dijadikan sektor-sektor kunci Kota Bandung. Dampak kedua sektor tersebut terhadap output dan pendapatan cukup tinggi. Namun, dampaknya terhadap kesempatan kerja relatif kecil. Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan pembangunan ekonomi Kota Bandung perlu kombinasi prioritas antara kedua sektor kunci tersebut dengan sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Kata Kunci: Sektor Kunci, Pengangguran, Multiplier Effect
SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: PENENTUAN SEKTOR KUNCI DAN DAMPAKNYA TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN, KESEMPATAN KERJA DI KOTA BANDUNG merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Agustus 2008
Dadan Sidqul Anwar NRP. A151020261
PENENTUAN SEKTOR KUNCI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI KOTA BANDUNG
Oleh:
DADAN SIDQUL ANWAR
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Penelitian
: Penentuan Sektor Kunci dan Dampaknya terhadap Output, Pendapatan, Kesempatan dan Kesempatan Kerja di Kota Bandung
Nama Mahasiswa
: Dadan Sidqul Anwar
Nomor Register Pokok
: A151020261
Program Studi
: Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. D.S. Priyarsono, MS Anggota
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Ketua
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
3. Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS
Tanggal Ujian: 8 Agustus 2008
Tanggal Lulus: 26 januari 2009
PRAKATA
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT. Hanya dengan perkenanNya, kehidupan dalam berbagai manisfestasinya bergerak dinamis laksana pergerakan air dari satu tempat ke tempat lainnya. Pergerakan dinamika pengerjaan tesis ini dari proses penyiapan sampai selesai juga tidak terlepas dari perkenanNya. Bagi para aparatur negara, dalam mengemban amanah penyelenggaraan negara sesungguhnya terkandung makna pengabdian yang sangat suci. Pengabdian tersebut sejatinya terefleksikan dalam berbagai jurus kebijakan yang berpihak kepada masyarakat banyak yang dalam istilah ekonomi seringkali diasosiasikan dengan making most people better off. Kondisi tersebut dalam realitasnya masih jauh panggang dari api. Dinamika penyelenggaraan negara masih diwarnai dengan riuh rendahnya kegaduhan politik yang hanya menguntungkan para elit dan melupakan tugas suci
mensejahterakan rakyat.
Alhasil,
Di
terjadi
paradoks
penyelenggaraan
negara.
satu
sisi,
sistem
penyelenggaraan negara dianggap membaik ditinjau dari kelembagaan demokrasi dan sistem pasar yang menjadi global mainstream saat ini. Namun, di sisi lain, kondisi perekonomian masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah semakin memburuk. Bahkan, tanpa melakukan protes terhadap negara, banyak anggota masyarakat yang harus mengakhiri hidupnya dalam kenestapaan dan kelaparan di tengah banyak elit masyarakat yang kekenyangan. Kondisi ini telah menjadi kegundahan dan kegelisahan penulis yang sangat luar biasa. Di satu sisi, sebagai salah satu aparatur negara, penulis ingin sekali menjadi bagian dari solusi terhadap permasalahan kemasyarakatan saat ini. Di sisi lain, penulis hanyalah ”tangan kecil” di tengah hutan belantara persoalan negara. Kadang arus deras persoalan semakin sulit dibendung. Namun, kalaupun belum bisa menerangi semua maka paling tidak penulis saat ini berupaya untuk dapat menjadi lilin yang menerangi sekitarnya. Nyala lilin tersebut tentunya sangat mudah tertiup angin, tetapi karena tanggung jawab kemasyarakatan tentunya lilin harus terus bertahan dan semoga nanti menjadi alat penerang yang lebih besar.
Yang sedang diperjuangkan oleh penulis saat ini adalah ”pengembangan konsep dan praktek administrasi publik yang pro-publik” (Public Administration for The Poor). Hal ini merupakan respons penulis terhadap fenomena pengembangan konsep dan praktek administrasi publik yang masih cenderung self-interested, probirokrasi dan politik serta masih masih memarjinalkan masyarakat kecil. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan dari mulai diskusi, penulisan buku, pengembangan jaringan dan sebagainya. Pendidikan di IPB dan tesis ini merupakan salah satu bagian proses penulis untuk pengembangan konsep dan praktek administrasi publik yang pro-publik yang sangat bermakna (meaningful). Kebermaknaan dalam proses ini tidak terlepas dari bimbingan ”Guru sekaligus Orang Tua Kedua” saya yaitu Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA; dan Dr. Ir. D. S. Priyarsono. Keduanya tidak hanya memberikan bimbingan teknis substansi akademik tetapi juga memberikan perhatian dan bantuan layaknya orang tua sendiri. Bantuan tersebut sangat berarti dalam menunjang kelangsungan perjuangan idealisme kemasyarakatan, kelangsungan ekonomi keluarga dan kelangsungan proses akademik. Atas kebaikan yang tidak ternilai dari keduanya, saya ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Dukungan yang tidak ternilai juga telah diberikan oleh istri tercinta : Kania Anindhita, SP dan anak-anak tersayang: Mevlana Yasin Anwar (Meva) dan Nisriina Amani (Ica). Mereka telah merelakan saya untuk berjuang menimba ilmu serta mengabdi tidak hanya untuk keluarga tetapi juga masyarakat dan negara. Merekapun telah menjadi penyemangat hidup saya. Dukungan yang tiada henti dan tidak kenal ruang dan waktu juga diberikan oleh orang tua saya tercinta, ayahanda Drs. HM Nasihin Anwar, M.Pd (Almarhum) dan Ibunda Hj. Aat Sholihat, S.Ag. serta mertua Ibunda Dra. Siti Mariam. Do’a mereka telah menghantarkan perjalanan saya ke negeri yang jauh sekalipun (Inggris dan Rusia). Banyak juga pihak lain yang mendukung baik para guru/dosen, saudara, teman dan senior saya seperjuangan di Lembaga Administrasi Negara serta masyarakat yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya.
Dengan segala keterbatasannya, semoga tesis ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat di bidang desentralisasi fiskal dan kesejahteraan masyarakat.
Bogor,
Agustus 2008
Dadan Sidqul Anwar
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Kuningan pada tanggal 22 Maret 1973 sebagai anak pertama dari pasangan orang tua, Drs HM Nasihin Anwar, M.Pd (Alm) dan Hj. Aat Sholihat, S. Ag. Kedua orang tua penulis berprofesi Guru sehingga sangat menanamkan pendidikan anak sedari kecil. Penulis tamat SD Cigadung II pada tahun 1986. Kemudian melanjutan tingkat sekolah menengah di Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur dan ditamatkan di MAN Babakan Ciwaringin Cirebon pada Tahun 1992. Selanjutnya hijrah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Islam Indonesia dan tamat pada tahun 1997. Pada masa krisis ekonomi ini, penulis diterima di Puslitbang Oseonologi/Kelautan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Sehubungan dengan phobi terhadap laut maka penulis memutuskan untuk mengabdi di LAN. Di Lembaga ini, penulis berkiprah di Pusat Kajian Administrasi Internasional sebagai peneliti sejak tahun 1998. Selain kegiatan penelitian, penulis juga sempat dipercaya menjadi pembicara dalam beberapa kegiatan pendidikan dan pelatihan. Pada tahun 2002 penulis mendapatkan beasiswa dari LAN untuk kuliah di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), Sekolah Pascasarjana IPB. Dalam masa pendidikan di IPB, pada tahun 2004, penulis mendapatkan anugerah beasiswa British Chevening Award dari Kementerian Luar Negeri Kerajaan Inggris. Dengan dukungan dan kebijaksanaan Ketua Program Studi EPN, Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga penulis sejak tahun 2004 sampai 2006 dapat menyelesaikan studi di Inggris dan memperoleh gelar MBA di bidang Public Service Management (International Stream) dari School of Public Policy, The University of Birmingham. Semasa studi di Inggris, penulis juga mendapatkan sponsor untuk melakukan studi visit ke Rusia. Di Rusia ini penulis sempat belajar sistem pemerintahan transisional Rusia. Sesudah selesai studi di Inggris, penulis melanjutkan kembali studi yang tertunda di EPN. Sejak tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, penulis aktif dan dipercaya memimpin organisasi pelajar dan mahasiswa. Pada tingkat Sekolah Menengah, penulis pernah menjadi Ketua OSIS MAN Kuningan. Pada tingkat Perguruan Tinggi, penulis menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UII dari Tahun 1994-1996. Dari tahun 1996-1997 menjadi Ketua I Dewan Mahasiswa UII. Pada kedua periode tersebut, penulis aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan kemahsiswaan di Himpunan mahasiswa Islam Indonesia (HMI) Komisariat FE UII Yogyakarta. Saat menjelang kelulusan sarjana di Yogyakarta, penulis sempat ikut aktif dalam gerakan mahasiswa untuk Reformasi Indonesia yang berakhir pada tumbangnya rejim Orde Baru pada tahun 1997/1998. Di Inggris, dari tahun 2004-2005, penulis dipercaya menjadi Presiden PPI-MIB (Persatuan Pelajar dan Masyarakat Indonesia di Birmingham, Inggris). Pada periode yang sama, penulis dipercaya menjadi Wakil Ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) se-Inggris Raya. Ketika terjadi Tsunami di Aceh, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi ketua Task Force PPI di Inggris untuk penggalangan bantuan dari masyarakat Inggris. Di bidang keilmuan, penulis aktif dalam kegiatan penelitian dan pengembangan administrasi publik di dalam dan luar negeri, kegiatan seminar pengembangan administrasi buku, penulisan karya tulis di bidang pengembangan administrasi negara, penulisan modul pendidikan dan pelatihan, penulisan buku: 1) Sistem Administrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (2002); dan 2) Manajemen Perbatasan (2007), serta aktif dalam advokasi kebijakan melalui berbagai forum baik lisan maupun tulisan. Saat ini sedang menulis buku tentang Norma Keswadayaan Masyarakat yang Baik (Good Societal Governance) untuk memperkuat Good Governance dan memperkuat posisi masyarakat dalam pengelolaan negara. Penulis juga aktif dalam mengadvokasikan perubahan manajemen kepemerintahan ke arah yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat daripada terhadap kebutuhan birokrasi dan politik sebagaimana telah menjadi kecenderungan saat ini.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii I. PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2.
Perumusan Masalah .......................................................................
6
1.3.
Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
1.4.
Kegunaan Penelitian ......................................................................
7
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian ................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
9
2.1.
Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja .............................
9
2.2.
Keterkaitan Antar Sektor dalam Struktur Ekonomi .......................
11
III. KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................
19
3.1.
Kerangka Koseptual .......................................................................
19
3.2.
Kerangka Teori ..............................................................................
21
3.2.1. Model Input Output .............................................................
21
3.2.2. Analisis Input Output ..........................................................
25
IV. METODE PENELITIAN .......................................................................
31
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
31
4.2.
Jenis dan Sumber Data ...................................................................
31
4.3.
Metode Analisis .............................................................................
31
4.3.1. Analisis Tabulasi .................................................................
32
4.3.2. Analisis Keterkaitan dan Penyebaran .................................
32
4.3.3. Analisis Pengganda ............................................................
35
4.3.4. Analisis Simulasi ................................................................
37
4.4. Definisi Operasional ...........................................................................
38
PROFIL KOTA BANDUNG..................................................................
44
5.1.
Gambaran Umum ...........................................................................
44
5.2
Penduduk dan Ketenagakerjaan .....................................................
45
5.3
Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung ..........................................
47
5.4.
Cetak Biru Kebijakan Pengembangan Kota Bandung ...................
49
VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN KOTA BANDUNG ........................
55
V.
6.1
Struktur Output Sektoral ................................................................
55
6.2.
Struktur Permintaan dan Penawaran ..............................................
57
6.3
Struktur Konsumsi .........................................................................
60
6.4
Struktur Investasi dan Perubahan Stok ..........................................
62
6.5
Struktur Ekspor dan Impor.............................................................
65
6.6
Struktur Nilai Tambah Bruto .........................................................
69
VII. PENENTUAN SEKTOR KUNCI ..........................................................
73
7.1.
7.2.
7.3.
7.4.
Analisis Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi..................................
73
7.1.1. Keterkaitan Ke Depan .........................................................
73
7.1.2. Keterkaitan Ke Belakang.....................................................
76
Analisis Penyebaran .......................................................................
78
7.2.1. Penyebaran Ke Depan .........................................................
79
7.2.2. Penyebaran Ke Belakang.....................................................
82
Analisis Pengganda ........................................................................
84
7.3.1. Pengganda Output ...............................................................
84
7.3.2. Pengganda Pendapatan ........................................................
87
7.3.3. Pengganda Tenaga Kerja .....................................................
90
Sektor-Sektor Kunci.......................................................................
93
VIII. DAMPAK INVESTASI PADA SEKTOR-SEKTOR KUNCI DAN LAINNYA TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA .............................................................. 8.1. 8.2. 8.3.
X.
97
Kinerja Perekonomian Kota Bandung Sebelum dan Sesudah Penerapan Desentralisasi ................................................
97
Dampak Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi Terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja ...
98
Simulasi Dampak Investasi pada Sektor-Sektor Kunci dan lainnya Terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja .................. 101
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 106 9.1. Kesimpulan .................................................................................... 106 9.2. Saran Kebijakan ............................................................................. 108 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 109 LAMPIRAN........................................................................................... 112
DAFTAR TABEL
Halaman Nomor 1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2000-2005 ............................................
4
2. Tabel Transaksi Input-Output Sederhana ....................................
23
3. Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja .........
36
4. Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Kelompok Sektor Utama
46
5. Pertumbuhan PDRB Atas Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 1999-2004 ........................................................................
48
6. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Bandung, Tahun 2000-2004 ...............................................
49
7. Distribusi Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 ............
56
8. Total Permintaan Sektoral Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 ......................................................................................
59
9. Jumlah Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah, Tahun 2000 dan 2003 .....................................................................................
61
10. Besarnya Pembentukan Modal Tetap dan Perubahan Stok, Tahun 2000 dan 2003 .................................................................
64
11. Jumlah Ekspor dan Impor, Tahun 2000 dan 2003 ....................
67
12. Struktur Nilai Tambah Bruto, Tahun 2000 dan 2003..................
71
13. Keterkaitan Ke Depan .................................................................
75
14. Keterkaitan Ke Belakang ............................................................
77
15. Penyebaran Ke Depan .................................................................
80
16. Penyebaran Ke Belakang ............................................................
83
17. Peringkat 10 Besar Pengganda Output Tipe I dan Tipe II Tahun 2000 dan 2003 ...................................................................................... 85 18. Peringkat 10 Besar Pengganda Pendapatan Tipe I dan Tipe II Tahun 2000 dan 2003 ..................................................................
89
19. Peringkat 10 Besar Pengganda Tenaga Kerja Tipe I dan Tipe II Tahun 2000 dan 2003 ..................................................................
92
20. Sektor-sektor Unggulan Berdasarkan Indikator Keterkaitan dan Penyebaran Tahun 2000 dan 2003 .......................................
93
21. Sektor-sektor Unggulan Berdasarkan Multiplier Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja Tahun 2000 dan 2003 .........
95
22. Kinerja Perekonomian Kota Bandung.........................................
98
23. Dampak Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja ............................................. 99 24. Dampak Investasi terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja ................................................................ 100 25. Dampak Investasi terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja ................................................................ 102
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Halaman Kerangka Pemikiran Penelitian............................................................
20
1
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Nomor 1. Laju Klasifikasi Sektor Tabel I-O Kota Bandung Tahun 2000 dan 2003.............................................................................................. 113 2. Alokasi dan Realokasi Investasi ................................................ 116 3. Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2000 Atas Dasar Harga Produsen ........................................................................... 117 4. Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen ............................................................................ 121
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sejak sepuluh tahun paska krisis ekonomi, reformasi administrasi negara menuju terciptanya Good Governance (tata kelola pemerintahan yang baik) menjadi spirit perubahan para aparatur Negara baik di lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu reformasi mendasar adalah reformasi dari sistem pemerintahan yang sentralistis ke sistem pemerintahan yang desentralistis melalui diberlakukannya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi. Atas keberanian melakukan reformasi tersebut, para pakar dari banyak Negara menyebut fenomena desentralisasi di Indonesia sebagai “big bang” karena desentralisasi di Indonesia dianggap desentralisasi yang massif dan tidak setengah-setengah. Indonesia juga pernah dinobatkan menjadi Negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika dan India. Desentralisasi tentunya membawa implikasi tanggung jawab Pemerintah Daerah yang lebih besar tidak hanya dalam mereformasi sistem administrasi daerah tetapi juga dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Keberhasilan dan kegagalan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dapat dilihat dari keberhasilan dan kegagalan dari pemerintah daerah tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam membangun perekonomian daerah tersebut, pemerintah daerah bekerjasama dengan para pelaku ekonomi swasta (private). Kerjasama antara pemerintah dan swasta tersebut seringkali juga disebut local economic governance (tata kelola ekonomi daerah). Dalam hal ini, pemerintah daerah berkewajiban untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuhnya dunia usaha, sedangkan swasta menjadi aktor utama dalam perekonomian daerah.
2
Fakta menunjukkan bahwa beberapa daerah yang dianggap berhasil adalah daerah-daerah yang tidak hanya mereformasi sistem administrasinya namun juga dapat mensejahterakan masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat tersebut antara lain ditentukan oleh kejelasan arah pembangunan ekonomi daerah serta penciptaan iklim yang kondusif bagi tumbuhnya dunia usaha. Sebagai contoh, pada level kabupaten, Sragen dinobatkan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun media masa sebagai daerah yang berhasil karena daerah tersebut dapat mensejahterakan masyarakatnya. Demikian juga dengan daerah lainnya seperti Jembrana dan Gorontalo. Keberhasilan beberapa daerah tersebut antara lain ditentukan oleh keberhasilan daerah tersebut dalam menentukan ketepatan arah pembangunan ekonomi daerah, mengoptimalkan potensi ekonomi daerah tersebut serta menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuhnya dunia usaha khususnya sektor-sektor andalan. Sragen menolak mengeluarkan ijin mal-mal selama 20 tahun. Daerah ini menyadari bahwa potensi ekonomi justru pertanian sehingga sektor tersebut dijadikan andalan. Demikian juga dengan Gorontalo yang berhasil mengandalkan komoditas jagung sebagai pendongkrak perekonomian daerahnya. Seiring dengan diberlakukannya kebijakan desentrralisasi dan otonomi daerah, Pemerintah Kota Bandung telah berupaya merancang arah kebijakan ekonomi yang diharapkan dapat kesejahteraan masyarakat Kota Bandung dan daerah-daerah sekitarnya. Salah satu upaya tersebut adalah penetapan Bandung sebagai Kota metropolitan yang mengandalkan sektor jasa sebagai sektor unggulannya. Hal ini terefleksikan dalam struktur tata ruang provinsi Jawa Barat yang menetapkan Bandung sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Bandung. Dokumen kebijakan lainnya adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung yang menegaskan fungsi Kota
3
Bandung sebagai pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegitatan perdagangan, regional Jabar, pusat kegiatan pendidikan tinggi, pusat kegiatan kebudayaan dan pariwisata, serta pusat kegiatan industri. Atas dominannya keempat pertama fungsi pusat kegiatan tersebut maka strategi dan kebijakan dasar pembangunan kota Bandung diarahkan pada kedudukannya sebagai kota jasa (RTRW Kota Bandung 2001-2010, hal IV-1). Pilihan terhadap sektor jasa tersebut relatif tepat jika dikaitkan dengan beberapa kendala yang dimiliki Kota Bandung untuk mengembangkan sektor-sektor lainnya. Beberapa kendala tersebut adalah keterbatasan lahan dan ketersediaan air bersih untuk pengembangan sektor pertanian dan atau sektor industri. Dalam realitasnya, sampai saat ini, sebagai Kota Metropolitan serta penyangga perekonomian (economic buffer) Kota Jakarta, Kota Bandung memiliki daya tarik bagi masyarakat di daerah-daerah sekitarnya. Salah satu daya tarik Kota ini adalah daya tarik kesempatan kerja. Hal ini sangat beralasan karena ditinjau dari laju pertumbuhan ekonomi, Kota Bandung memiliki keunggulan dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya yang berada di sekitar Kota tersebut. Dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung, Bappeda Kota Bandung melaporkan tingkat laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mencapai 7 persen masih di atas laju pertumbuhan ekonomi daerah sekitarnya yang hanya mencapai kisaran 3-5 persen, serta masih di atas capaian laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat yang mencapai 5.3 persen untuk tahun 2005. Tabel 1 menunjukkan laju pertumbuhan PDRB Kota Bandung berdasarkan beberapa kelompok lapangan usaha. Berdasarkan tabel tersebut, laju pertumbuhan PDRB terbesar pengangkutan dan komunikasi dengan rerata tumbuh 9.20 persen; peringkat
4
kedua adalah listrik, gas dan air bersih dengan tingkat rerata tumbuh sebesar 8.73 persen; peringkat ketiga adalah industri pengolahan sebesar 8.48 persen; peringkat keempat adalah keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8.43 persen; dan peringkat kelima adalah perdagangan, hotel dan restoran sebesar 7.05 persen. Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2000-2005 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
2001
2002
2003
2004
-2.42 0.00
-2.02 0.00
1.89 0.00
-5.20 0.00
Rerata Tumbuh -1.93 0.00
11.25 3.13
9.65 11.28
6.88 10.29
6.17 10.25
8.48 8.73
2.44 6.27
5.32 5.52
7.92 7.13
7.55 9.26
5.80 7.05
11.28
10.47
6.97
8.26
9.20
5.71
4.86
14.87
8.29
8.43
3.24 7.54
3.83 7.13
4.63 7.34
4.67 7.49
4.09 7.37
Namun demikian, seiring dengan pencapaian pembangunan ekonomi tersebut, Kota Bandung masih dihadapkan pada beberapa persoalan yang cukup mendasar. Semakin banyaknya para pencari kerja (job-seekers) telah menyebabkan semakin padatnya Kota Bandung. Kota dengan wilayah 16 729 hektar tersebut kini telah mencapai angka 3 juta jiwa (siang hari) dan 2.5 juta di malam hari. Padahal Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Unesco memberi batas ideal pemukim sebuah kota 60 jiwa setiap hektar, tetapi Bandung jauh di atas itu. Dibanding luas wilayah dan jumlah pemukim, angka kepadatan mencapai 110 jiwa, sedangkan Jakarta yang menjadi pusat
5
pemerintahan, perdagangan dan segala macam daya tarik berkisar 90 jiwa/hektar. Akhimya, Kota Bandung terancam oleh semakin banyaknya pengangguran karena ketidakseimbangan antara penawaran dengan permintaan tenaga kerja. Kondisi ini semakin diperparah dengan memburuknya kondisi perekonomian Bandung sebagai akibat dari kebijakan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Akibat dari kenaikan harga tersebut, di Bandung, ada banyak perusahaan yang tutup pada tahun 2005 dan mengakibatkan menganggurnya ribuan tenaga kerja. Pemutusan hubungan kerja juga banyak terjadi karena perusahaan mengurangi waktu giliran kerja dan kapasitas produksi. Hal ini tentu akan menambah jumlah pengangguran di kota tersebut. Setiap tahun ada 31.500 penduduk Kota Bandung lulus dari sekolah lanjutan tingkat atas dan kuliah jenjang strata I serta strata II yang mencari pekerjaan di Kota Bandung. Namun, hanya 5000 orang yang terserap. Akibatnya, sekitar 27 500 orang Kota Bandung menganggur tiap tahunnya (Kompas 17/11/05). Untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut maka penciptaan kesempatan kerja telah dijadikan sebagai satu agenda utama kebijakan Pemerintah Kota Bandung. Aspek kesempatan kerja merupakan indikator yang paling relevan dalam usaha Pemerintah Kota Bandung meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu usaha ini pun akan secara tidak langsung menurunkan angka pengangguran. Sesuai dengan agenda kebijakan Kota bandung sebagaimana termaktub dalam RTRW Kota tersebut maka pengembangan sektor kunci yaitu sektor jasa diharapkan dapat meningkatkan output, pendapatan dan kesempatan kerja. Namun, perlu diperjelas sektor jasa apa yang perlu diprioritaskan dalam rancangan kebijakan perekonomian Kota Bandung.
6
1.2. Perumusan Masalah Sementara ini, Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan pilihan sektor jasa sebagai sektor unggulan. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan sektor jasa apa yang dapat dijadikan sebagai sektor kunci. Penentuan yang lebih terperinci ini sangat diperlukan untuk merancang kebijakan dan pelayanan yang mendukung pengembangan sektor tersebut. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur perekonomian Kota Bandung ditinjau dari struktur output sektoral, struktur permintaan dan penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi dan perubahan stok, struktur ekspor dan impor serta struktur nilai tambah bruto (pendapatan daerah)? 2. Ditinjau dari analisis keterkaitan, penyebaran dan multiplier, sektor-sektor jasa apakah yang dapat menjadi sektor kunci dan perlu diprioritaskan dalam pembangunan ekonomi Kota Bandung? 3. Bagaimanakah dampak konsumsi dan investasi terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja sebelum dan sesudah era desentralisasi? 4. Bagaimanakah dampak realokasi investasi pada sektor-sektor kunci dan sektor-sektor lainnya terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja?
1.3. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor kunci yang perlu diprioritaskan dalam kebijakan ekonomi Kota Bandung. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah:
7
1. Menganalisis struktur perekonomian Kota Bandung ditinjau dari struktur output sektoral, struktur permintaan dan penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi dan perubahan stok, struktur ekspor dan impor serta struktur nilai tambah bruto (pendapatan daerah). 2. Menganalisis sektor-sektor jasa yang dapat menjadi sektor kunci dan perlu diprioritaskan dalam pembangunan ekonomi Kota Bandung. 3. Menganalisis dampak investasi dan konsumsi terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja. 4. Menganalisis dampak realokasi investasi pada sektor-sektor kunci dan sektor-sektor lainnya terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja.
1.4. Kegunaan Penelitian Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Bahan evaluasi kebijakan ekonomi Pemerintah Kota Bandung 2. Bahan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan ekonomi dalam kerangka desentralisasi fiskal di Kota Bandung. 3. Data dasar bagi penelitian berikutnya yang berkenaan dengan pengembangan sektorsektor-sektor kunci di Kota Bandung
8
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis sektor-sektor kunci yang perlu diprioritaskan dalam pembangunan ekonomi kota bandung. Penelitian ini juga mengevaluasi kinerja investasi dan konsumsi
pada periode sebelum dan sesudah
penerapan desentralisasi. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis input output. Oleh karena itu, secara teknis, metodologis, maupun asumsi yang digunakan, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1.
Analisis input output ini bersifat statis yaitu analisis tersebut terbatas pada kurun waktu tahun pembuatan, sehingga analisis kebijakan lebih menjelaskan sesuai dengan kurun waktu pembuatan tersebut.
2.
Dibatasi oleh beberapa asumsi seperti homogenitas, proporsionalitas dan additivitas.
3.
Diasumsikan terjadi pasar persaingan pasar sempurna padahal pasar persaingan sempurna mungkin mudah dalam tataran konseptual, akan tetapi sulit dilaksakan dalam dunia nyata.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Para pakar ekonomi dan perencanaan pembangunan cenderung sepakat dalam memandang pembangunan ekonomi sebagai suatu kebutuhan bagi suatu negara. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja yang luas sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dipandang sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Pengertian pertumbuhan ekonomi pada dasamya terkait dengan proses peningkataan produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian (Djojohadikusumo, 1994). Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan meningkatnya hasil produksi (output) dan pendapatan. Kuznet dalam Djojohadikusumo (1994) mencirikan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut: (1) laju pertumbuhan pendapatan perkapita dalam arti nyata, dan (2) distribusi angkatan kerja menurut sektor kegiatan produksi yang menjadi sumber nafkahnya dan pola penyebaran penduduk. Proses pembangunan ekonomi menurut beberapa pakar mengalami tahapantahapan sesuai dengan perkembangan masyarakat pada wilayah tersebut. Konsep sektor primer, sekunder, dan tersier diperkenalkan oleh Fisher (1935) dan dark (1949) dalam Sukimo (1976) untuk menjelaskan tahap-tahap pembangunan ekonomi suatu negara. Dalam proses pembangunan tersebut, akan terjadi pergeseran tenaga kerja dari sector primer ke sektor sekunder dan tersier. Seiring dengan transformasi tersebut, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatnya output per pekerja dalam setiap sektor dan pergeseran tenaga kerja dari sektor-sektor dengan produktivitas tenaga kerja rendah ke
10
sektor dengan produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi. Rostow (1960) melengkapi pandangan Fisher-dark. Menurut Rostow, peralihan suatu negara ke pembangunan industri secara sungguh-sungguh hanya akan terjadi apabila dalam negara tersebut terjadi modemisasi pertanian dan meningkatnya penyediaan modal sarana social. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara dikelompokkan oleh Rostow ke dalam lima tahapan. Pada tahap awal, kesempatan kerja paling tinggi terdapat pada sector pertanian dan selanjutnya terjadi pergeseran kesempatan kerja ke sector industri pengolahan (manufacturing) dan jasa. Fenomena adanya perubahan struktur tersebut ternyata terbukti dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara. Fenomena terebut terjadi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga terjadi di negara-negara berkembang. Kalau proses suatu negara dari negara berkembang menuju negara maju itu dianggap sebuah lintasan, maka negara tersebut akan mengalami fase dari pertanian ke industri. Dalam hal ini Todaro (1978) mengemukakan bahwa di negara berkembang, peranan sektor pertanian terhadap terhadap pendapatan nasional dan penyerapan tenaga kerja lebih besar dari pada sector industri dan jasa. Sedangkan fenomena di negara maju antara lain diungkapkan oleh Kuznets (1966) bahwa pada negara-negara maju peranan industri dan jasa terhadap pendapatan nasional maupun penyediaan kesempatan kerja lebih besar dari pada sektor pertanian. Setiap fase dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak terlepas dari perubahan-perubahan social ekonomi masyarakat wilayah tersebut. Chenery dan Syrquin (1975) dalam Todaro (1978) mengemukakan bahwa perubahan-perubahan tersebut meliputi: (1) perubahan proses akumulasi, mencakup pembentukan modal, pendapatan
11
pemerintah, dan pendidikan; (2) perubahan proses alokasi sumber daya, mencakup struktur permintaan domestik, struktur produksi, dan struktur perdagangan; (3) perubahan proses demografis, dan distribusi pendapatan. Uraian di atas telah memberikan gambaran bahwa kemajuan atau perkembangan perekonomian suatu negara atau daerah berkaitan dengan perkembangan sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut. Oleh karena itu, dalam konteks pembangunan ekonomi daerah diperlukan analisis peranan sektor terutama dalam rangka efesiensi kegiatan ekonomi dan pemilihan prioritas proyek-proyek pembangunan daerah yang akan memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.
2.2. Keterkaitan Antar Sektor dalam Struktur Ekonomi Perumusan strategi pembangunan baik nasional maupun daerah memerlukan gambaran mengenai keterkaitan antar sek tor dalam struktur ekonomi wilayah tersebut. Keterkaitan antar sektor dapat menunjukkan tingkat ketergantungan antar sektor dalam perekonomian dan besamya pengaruh suatu sektor terhadap pertumbuhan sektor lainnya sehingga pihak otoritas wilayah dapat menentukan sektor mana yang perlu didorong dan akan menguntungkan wilayah tersebut. Metode analisis ketergantungan (the analysis of linkages) telah lama berkembang dalam bidang analisis input-output. Beberapa penggagas metode ini adalah Chenery & Watanabe (1958), Rasmussen (1956) and Hirschman (1958). Berdasarkan konsep ini, strategi pembangunan wilayah perlu diprioritaskan pada sektor-sektor penentu (leading sectors) yang dapat mendorong perkembangan sektorsektor lainnya dalam perekonomian wilayah tersebut. Kekuatan sektor-sektor penentu
12
tersebut antara lain diindikasikan dengan banyaknya keterkaitan pada sektor atau kegiatan lainnya. Keterkaitan tersebut dapat berupa kaitan ke muka (forward linkages) maupun ke belakang (backward linkages). Kaitan ke depan berarti pengembangan sektor lain sebagai tempat membeli dan kaitan ke depan berarti pengembangan sektor lain sebagai tempat menjual (Suparmoko, 2001). Semakin banyak keterkaitannya, maka perkembangan perekonomian di daerah tersebut akan semakin cepat. Secara
umum,
dampak-dampak
yang
diharapkan
dari
suatu
aktivitas
perekonomian wilayah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu: 1) keterkaitan antar industri (inter-industry linkages); 2) keterkaitan kesempatan kerja (employment linkage); dan 3) keterkaitan pendapatan (income generation linkage). Apabila tingkat keterkaitannya besar maka hal tersebut menunjukkan tingkat ketergantungan antar sektor dalam struktur perekonomian dan menunjukkan pula sektor-sektor yang dapat medorong perkembangan sektor lainnya. Penelitian mengenai keterkaitan antar sektor telah berkembang luas baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang. Penelitian Chenery dan Watanabe (1958) di beberapa negara maju, yaitu USA, Norwegia, Italia dan Jepang menggunakan analisis direct backward dan forward linkage untuk mengtahui tingkat keterkaitan antar sektor di beberapa negara tersebut. Studi yang dilakukan oleh O’Callaghan dan Yue (2000) juga melakukan analisis keterkaitan antar sektor dalam perekonomian Cina dari tahun 1987 sampai 1997. Studi lainnya, Muflihati (1996) menganalisis keterkaitan sektor dalam struktur ekonomi dan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat. Penelitian Puspitawati (2000) dan Triwibowo (2000), menganalisis pengaruh suatu sektor terhadap sektor lainnya berdasarkan indeks penyebaran ke depan dan ke
13
belakang. Dalam konteks yang lebih luas, yakni peranan sektor kunci terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu wilayah, model input-output telah pula digunakan dalam beberapa studi. Beberapa studi tersebut antara lain dilakukan oleh VanderSchaff(1995), Hughes dan Holland (1994), Hefner dan Guimares (1994), Stull dan Madden (1990), Oksanen dan Williams (1984), Beyars (1974), O’Callaghan dan Yue (2000), Pratt dan Kay (2000), dan Sembiring (1995). Studi yang dilakukan oleh Beyars (1974) pada Wilayah Puget Sound di Washington state menemukan tingginya pengganda output (output multipliers) di sektor jasa yang meliputi jasa keuangan, bisnis, dan teknik/ riset/ manajemen. Sementara itu, studi yang dilakukan oleh Stull and Madden's (1990) pada wilayah metropolitan Philadelphia menunjukkan tingginya output pengganda pada jasa pendidikan, keuangan, kesehatan dan wisata (tourism). Oleh karena itu, bagi Philadelphia dan Puget Sound, kelompok sektor jasa dapat menjadi faktor pendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di kedua wilayah tersebut.
Berdasarkan
indikator-indikator keterkaitan total (total linkage indicators), O’Callaghan dan Yue (2000) menemukan sektor kimia dan logam dasar sebagai sector-sektor kunci di Cina pada periode tahun 1987 sampai 1997. Pratt dan Kay (2000) dalam studi menyimpulkan jasa pelayanan anak (a child care services) sebagai sektor kunci di New York. Khusus di bidang agroindustri, hasil studi sembiring (1995) memperlihatkan bahwa sektor pertanian merupakan leading sector di Sumatera Utara. Studi terdahulu tersebut menunjukkan bahwa analisis Input-Output tidak hanya dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu negara atau wilayah tertentu, namun juga dapat digunakan untuk menentukan sektor-sektor yang perlu diprioritaskan untuk meningkatkan perekonomian wilayah.
14
Meskipun model 1-0 yang digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar sektor tersebut hanya menggambarkan keadaan perekonomian wilayah secara statis, namun dalam jangka pendek analisis ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam memilih sektor-sektor yang perlu diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah tersebut. Di samping itu, penggunaan analisis Input-Output dapat ditujukan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah untuk mengetahui (Miemyk, (1969):
1. Struktur Perekonomian Tabel Input-Output secara simultan menggambarkan hubungan permintaan dan penawaran pada tingkat keseimbangan. Dalam kondisi struktur perekonomian yang seimbang, baik interaksi maupun interdependensi antar segenap struktur ekonomi bisa diketahui pola dan kecenderungan perkembangannya.
2. Peramalan Ekonomi Hubungan antara permintaan akhir dengan tingkat output terdapat hubungan yang bersifat linear. Atas dasar hubungan yang demikian ini, dengan melalui perlakuan (menentukan nilai permintaan akhir sedemikian rupa sesuai dengan nilai yang diprediksi akan terjadi di masa mendatang), maka akan dapat dilihat pengaruhnya terhadap tingkat output (prtumbuhan ekonomi) di masa yang akan datang. Sehubungan dengan peramalan ekonomi, Stone (1966) menyatakan bahwa dengan melalui metoded RAS terhadap tabel Input-Output maka informasi perekonomian di masa mendatang dapat diketahui. RAS tersebut diartikan sebagai suatu perkalian antara R sebagai pengali pengganti yang beroperasi di sepanjang baris, A sebagai matriks
15
koefesien input antara dan S sebagai pengali fabrikasi yang beroperasi di sepanjang kolom.
3. Akibat dari Permintaan Akhir Melalui proses pengolahan data maka dari tabel Input-Output dapat dihasilkan berbagai jenis nilai koefesien, yang masing-masing mempunyai fungsi analisis sesuai dengan aspek perekonomian yang dikaji. Atas dasar fungsi-fungsinya tersebut maka melalui tabel Input-Output dapat diketahui dampak dari suatu injeksi investasi, seperti halnya terhadap pendapatan, peyerapan tenaga kerja, keterkaitan antar sektor, kepekaan sektoral, multiplier dan sebagainya.
4. Kelayakan dan Kepekaan Sektoral Tabel Input-Output juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomi pengembangan sektoral sekaligus derajat kepekaan sektoral. Oleh karena itu maka dapat diketahui pula mengenai sektor yang secara nyata mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah.
5. Analisis Input-Output Melaui mekanisme perhitungan ruus-rumus yang berlaku di dalamnya maka tabel Input-Output dapat digunakan untuk mengetahui gambaran perekonomian suatu wilayah sesuai dengan aspek kepentingan analisis. Aspek-aspek yang mempunyai fungsi dan kedudukan penting di dalam analisis perekonomian satu wilayah diantaranya adalah:
16
6. Efek Pengganda Telah dinyatakan oleh Kadariah (1978) bahwa peningkatan aktivitas pemimpin sector (leading sector) ekonomi di suatu daerah pada masa berikutnya akan berpengaruh terhadap meningkatnya ams pendapatan ke daerah tersebut, meningkatkan konsumsi, meningkatkan permintaan barang dan jasa sektor-sektor lain yang pada akhimya akan meningkatkan pula aktivitas sektor-sektor lain yang belum sempat menjadi pemimpin sektor. Demikian pula bahwa apabila terjadi mekanisme yang sebaliknya maka akan terjadi pengaruh yang sebaliknya pula.
7. Efesiensi Teknis Mengingat bahwa sistem perekonomian makro suatu daerah pada dasamya juga merupakan suatu aktivitas produksi atau aktivitas ekonomi maka sehubungan dengan tersedianya faktor produksi yang terbatas, perlu dikaji mengenai kemampuan efesiensi ekonominya. Aktivitas perekonomian suatu daerah dikategorikan sebagai aktivitas produksi yang efisien apabila dalam dalam menghasilkan output daerahnya mampu menciptakan proporsi Nilai Tambah Bruto (NTB) yang lebih besar dari pada kebutuhan input antara. Sebaliknya bahwa apabila proporsi NTB yang diciptakannya lebih kecil dari pada proporsi input antara yang dibutuhkan, maka hal demikian berarti menunjukkan kemampuan produksi daerah yang bersangkutan tidak efisien. Hal demikian ini pada dasarya juga menujukkan bahwa aktivitas produksi daerah yang bersangkutan terlalu menggantungkan pada faktor sumber daya lingkungan setempat dari pada mementingkan pertumbuhan ekonomi.
17
8. Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Pada dasamya upaya pembangunan ekonomi setiap daerah merupakan upaya menghidupkan segenap sektor perekonomian sebagai satu kesatuan, tetapi menjadi persoalan adalah bagaimana tingkat keterkaitan antar sektomya masing-masing, karena tidak semua sektor dalam suatu daerah perekonomian mempunyai nilai keterkaitan antar sektor yang sama. Di dalam pembangunan ekonomi, suatu program dikategorikan efektif apabila injeksi investasi yang dilakukan lebih cenderung ditujukan kepada sektor-sektor yang mempunyai deerajat keterkaitan yang tinggi. Karena hal demikian pada dasamya menunjukkan bahwa nilai keterkaitan antara sektor suatu system perekonomian daerah yang tinggi, juga menunjukkan kemampuan di dalam menciptakan kekokohan ekonomi daerah. Mengingat kondisi yang demikian ini berarti mempunyai kedudukan interaksi antar sektor yang kondusif.
9. Derajat Penyebaran Antar Sektor Injeksi investasi akan menghasilkan nilai tambah (value added) yang tinggi apabila sasaran injeksi tersebut diarahkan pada sektor yang mampu menarik sektor-sektor lainnya untuk meningkatkan outputnya, yang dalam hubungan analisis Input-Output disebut sebagai sektor yang mempunyai nilai Backward Spread tinggi. Di samping mampu menarik, maka suatu sektor dalam perkembangannya mampu menciptakan kepekaan terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya. Suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian apabila sektor tersebut mampu mendorong perkembangan sektor-sektor
18
lainnya dalam meningkatkan outputnya, yang dalam analisis Input-Output disebut sektor yang mempunyai nilai Forward Spread tinggi.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan ekonomi daerah tersebut. Dengan memanfaatkan potensi ekonominya, Pemerintah Kota Bandung harus dapat memanfaatkan momentum otonomi dan desentralisasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu prasyarat keberhasilan Kota Bandung adalah adanya dukungan untuk mengembangkan sektorsektor yang dapat menggerakkan roda perekonomian Kota Bandung. Saat ini, salah satu permasalahan pembangunan Kota Bandung adalah masalah pengangguran. Permasalahan ini tentunya perlu segera diresolusi. Dalam konteks rancangan kebijakan ekonomi, alternatif solusi tersebut adalah melalui penentuan sektorsektor kunci yang diharapkan dapat memiliki dampak terhadap peningkatan output, pendapatan dan kesempatan kerja. Kesalahan dalam penentuan prioritas sektor hanya dapat menghasilkan kesia-sian dalam mengatasi permasalahan pembangunan kota tersebut. Dalam mengidentifikasi sektor-sektor kunci Kota Bandung dan dampaknya terhadap terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja penulis menggunakan model input output Kota Bandung. Selanjutnya, berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian tinjauan pustaka dan mengacu pada tujuan penelitian, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat disimplifikasi sebagaimana ditunjukkkan dalam Gambar 1.
20
Pemerintah Kota Bandung
Iklim Investasi yang Kondusif
Swasta
Realokasi Investasi
Investasi
Sektor-sektor kunci
Sektorsektor lainnya Analisis InputOutput
Dampak terhadap output, pendapatan dan kesempatan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
21
3.2. Kerangka Teori 3.2.1. Model Input Output Model Input-Output (I-O) yang untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930 pada umumnya digunakan dalam analisis perencanaan makro di bidang ekonomi pembangunan baik dalam lingkup nasional maupun regional. Model ini didasarkan pada pendekatan bahwa hubungan interdependensi antara suatu sektor dengan sector lainnya dalam perekonomian adalah sedemikian rupa sehingga dapat dinyatakan dalam rangkaian persamaan linear. Keadaan struktur perekonomian terlihat pada besamya nilai-nilai ketergantungan antar sektor tersebut (Luthan, 1975). Model Input-Output memiliki beberapa kunci sebagai variabel keputusan. Salah satu maupun kombinasi berbagai variabel keputusan (misalnya fiskal) dapat ditentukan nilai-nilainya (dikaitkan dengan keputusan-keputusan ekonomi, bisnis atau kebijakan). Berdasarkan hal tersebut, model input-output dapat mensimulasikan apa yang akan terjadi pada perekonomian suatu wilayah. Hasilnya dapat berupa sesuatu yang bermanfaat atau merugikan. Hal ini tergantung pada keputusan-keputusan yang diambil (kunci yang ditekan) dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Berdasarkan model ini, pemerintah kabupaten/kota, masyarakat dan swasta merupakan para pelaku utama dalam perekonomian wilayah tersebut. Kontribusi mereka berupa kontribusi langsung (direct contribution) ke permintaan akhir (final demand) yang terefleksikan dalam konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga dan investasi. Bahkan pemerintah juga memiliki kontribusi tidak langsung (indirect contribution) terhadap pembentukan keadaan final demand melalui bantuan dana (grant) yang dialokasikan ke wilayah kota tersebut, melalui struktur perpajakan (mempengaruhi perilaku industri dan
22
konsumen), melalui kebijakan-kebijakan ekonomi baik fiskal maupun moneter, dan melalui penciptaan uklim investasi yang kondusif. Khusus dalam penelitian ini, dengan menggunakan model I-O akan dianalisis sektor-sektor kunci serta dampaknya dalam perekonomian Kota Bandung. Sesuai dengan alat analisis yang digunakan, maka penelitian ini memiliki beberapa asumsi, yaitu (BPS, 2003): 1. Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antara input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan.
Oleh karena asumsi di atas, maka penggunaan model analisis ini memiliki keterbatasan, yaitu selama periode analisis atau proyeksi, koefisien input atau koefisien teknis disumsikan tetap. Dengan demikian, teknologi yang digunakan oleh sector-sektor ekonomi dalam proses produksi dianggap konstan, sehingga perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Selanjutnya, penggunaan model I-O dalam analisis ini memerlukan penyusunan tiga buah tabel dasar, yaitu: tabel transaksi (tabel I-O) pada kuadran pertama, tabel
23
koefesien input, dan koefesien saling ketergantungan antar sektor.
1. Tabel Transaksi Tabel transaksi (Tabel I-O) merupakan suatu gambaran arus komoditi barang dan jasa yang dinyatakan dalam nilai uang diantara sektor-sektor dalam satu satuan waktu sistem ekonomi tertentu. Penjualan dan pembelian antar sektor ekonomi diproyeksikan dalam satu matriks. Pada setiap baris didistribusikan penjualan output suatu sektor ke sektor lain dan konsumen (permintaan akhir). Sedangkan pembelian sektor tertentu terhadap output sektor lain dan pembelian faktor-faktor produksi primer didistribusikan menurut lajur. Sebagai gambaran bentuk tabel I-O sederhana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Tabel transaksi input-output sederhana Alokasi Output
Permintaan Antara Sektor-sektor
Permintaan Akhir
Jumlah Output
1
2
3
x11
x12
x13
F1
X1
2 3
x21 x31
x22 x32
x23 x33
F2 F3
X2 X3
Input Primer
V1
V2
V3
Total Input Sumber : Richardson, 1972
X1
X2
X3
Susunan Input Input Sektor 1 Antara
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa secara baris sektor 1 menghasilkan output sebesar X1 yang didistribusikan sebesar x11, x12, dan x13 sebagai permintaan antara serta sebesar F1 untuk memenuhi permintaan akhir. Persamaan aljabar alokasi output secara keseluruhan sektor adalah sebagai berikut:
24
X1
= x11 + x12 + x13 + F1
X2
= x21 + x22 + x23 + F2
X3
= x31 + x32 + x33 + F3
Atau dapat disederhanakan menjadi : n
xij + Fi = X j untuk i = 1,2,3, dst………………………...……..................(1) i =1
Dimana xij adalah banyaknya output yang dibeli sebagai input oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor I serta Xi adalah jumlah output sektor i. Demikian pula dengan persamaan aljabar secara kolom dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut: X1
= x11 + x21 + x13 + V1
X2
= x21 + x22 + x23 + V2
X3
= x31 + x32 + x33 + V3
Atau dapat disederhanakan menjadi: n
xij + V j + = X j untuk j = 1,2,3, dst ……………………………................ (2) j =1
Dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang dijual sebagai input sektor i, Vj adalah input primer dari sektor j dan mj impor sektor ke j. Aliran antar sektor dapat diformulasikan dalam koefisien-koefisien dengan mengasumsikan bahwa jumlah berbagai pembelianan tetap, koefisien itu antara lain : Aij = xij/Xj ………………………………………...………………….............. (3) Atau xij = aij Xj ……………………………...………………………............... (4) Dengan memasukkan persamaan (4) ke dalam persamaan (1) didapatkan
25 n
aij X j + Fi = X j untuk i = 1,2,3 dst ………………….................................(5) i =1
Dalam notasi matrik persamaan (5) dapat ditulis, sebagai berikut: AX + F = X …………………………………………………………...............(6) Atau dalam tabel input output biasa dinotasikan menjadi: (I – A)-1F = X …………………………………………………...…….............(7) Persamaan (7) di atas merupakan persamaan kunci dalam analisis input-output. Nilai F merupakan permintaan akhir yang bersifat eksogenus. Dengan memasukkan berbagai nilai tertentu pada F, maka dapat diperoleh besaran X (total output). Nilai F tersebut dapat diuraikan lagi sesuai dengan banyaknya permintaan akhir, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor pemerintah. Sedangkan matriks kebalikan Leontief (I - A)-1 dapat digunakan untuk menghitung kaitan antar sektor. Permintaan akhir juga dapat merefleksikan peran beberapa aktor dalam perekonomian suatu wilayah. Melalui permintaan akhir, masyarakat dapat mempengaruhi konsumsi rumah tangga, pemerintah dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi pemerintah, dan pihak swasta dapat mempengaruhi pembentukan modal tetap atau investasi.
3.2.2. Analisis Input Output 1. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan dapat digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Konsep keterkaitan yang biasanya digunakan meliputi
26
keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Berdasarkan konsep ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat mendorong pertumbuhan sektor lainnya. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukan oleh koefisein langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukan dari matrik kebalikan leontief. Matrik kebalikan leontief ( ) disebut sebagai matrik koefisien keterkaitan, karena matrik ini mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian.
2. Analisis Pengganda Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam kerangka analisis input output adalah analisis Pengganda. Pada intinya, analisis Pengganda ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir di dalam perekonomian. Tiga variabel yang menjadi perhatian utama dalam analisis Pengganda ini adalah output sektor-sektor produksi, pendapatan rumah tangga (household income), dan lapangan pekerjaan (employment). Oleh karena itu dikenal adanya Pengganda output, Pengganda pendapatan, dan Pengganda tenaga kerja .
27
a. Pengganda Output Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa Pengganda output suatu sektor adalah nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi (atau akibat) adanya perubahan satu unit moneter permintaan akhir suatu sektor tersebut. Peningkatan permintaan akhir di suatu sektor tidak hanya akan meningkatkan output di suatu sektor tidak hanya meningkatkat output pada sektor tersebut, tetapi juga mengakibatkan peningkatan output pada sektor lain di perekonomian. Peningkatan output sektor-sektor lain ini tercipta akibat efek langsung dan efek tidak langsung dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor tersebut. Pengganda output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matrik kebalikan leontief (matrik invers) α menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter kepermintaan akhir. Matrik invers dirumuskan dengan persamaan α = (I – A)-1= (αij)……………………...…………………………………..(8) Dengan demikian matrik α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefosien dari matrik invers ini (αij) menunjukan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain.
28
b. Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan (income multiplier) juga sering disebut dengan efek pendapatan (income efek) dari model input output. Nilai Pengganda pendapatan suatu sektor menunjukan jumlah pendapatan total yang tercipta akibat adanya tambahan satu unit satuan moneter permintaan akhir di suatu sektor tersebut. Jadi kalau Pengganda output menghitung output total yang tercipta akibat adanya satu satuan moneter permintaan
akhir,
maka
Pengganda
pendapatan
rumah
tangga
ini
mencoba
menerjemahkan peningkatan permintaan akhir tersebut dalam bentuk pendapatan. Jika terdapat perubahan permintaan akhir dalam model input-output ini, terjadi pula perubahan output yang diproduksi oleh sektor-sektor produksi di perekonomian. Hal ini telah ditunjukkan oleh angka pengganda output. Perubahan jumlah output yang diproduksi tersebut tentunya akan pula mengubah permintaan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Tentunya peningkatan output yang diproduksi akan meningkatkan
permintaan tenaga kerja, dan penurunan output yang diproduksi akan menurunkan permintaan tenaga kerja. Karena balas jasa tenaga kerja tersebut merupakan sumber pendapatan rumah tangga, maka perubahan permintaan tenaga kerja tersebut akan mempengaruhi pendapatan rumah tangga.
c. Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Untuk Pengganda tenaga kerja maka pada tabel input output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau Negara. Koefisien tenaga
29
kerja (ei ) menunjukkan efek langsung ketenagakerjaan dari setiap sektor akibat adanya perubahan output sektor ke-i. Efek tidak langsung ditunjukkan dengan sektor, dan efek total ditunjukkan dari dari Respon
atau
efek
Pengganda
ijei
untuk setiap
* ij ei.
output,
pendapatan
dan
tenaga
kerja
diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Dampak awal (initial impact), merupakan stimulus
perekonomian diasumsikan
sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output memberikan efek peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.
Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien
pendapatan rumah tangga (hi) dan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei). 2. Efek putaran pertama (first round effect), menunjukkan efek langsung dari pembelian tiap sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, ditunjukkan oleh koefisien langsung , sedang dari sisi permintaan ( aij hi) menunjukkan peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya adanya efek putaran pertama dari sisi output, dari sisi tenaga kerja ( aij ei) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. 3. Efek dukungan industri (industrial support effect), dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran
kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus
ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, menunjukkan efek peningkatan
30
pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua akibat dukungan industri menghasilkan output. 4. Efek induksi komsumsi (consumption induced effect), dari sisi output menunjukkan suatu pengaruh induksi akibat pendapatan rumah tangga. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi komsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. 5. Efek lanjutan (flow-on effect), merupakan efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu Negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjumlahan dari suatu sektor. diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.
Efek lanjutan dapat
31
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandung, Jawa Barat. Pemilihan lokasi di Kota Bandung mengingat posisi kota tersebut yang sangat strategis dalam menopang pembangunan ekonomi khususnya di daerah sekitar kota tersebut dan umumnya daerahdaerah di wilayah propinsi Jawa Barat dan sekitamya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan May-Juli 2007 .
4.2. Jenis dan Sumber Data Untuk menganalisis penentuan sektor jasa yang perlu diprioritaskan di Kota Bandung maka data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder tersebut antara lain meliputi data kependudukan dan ketenagakerjaan Kota bandung, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung, Tabel Input-Output Kota Bandung tahun 2000 dan 2003, serta sumber lain yang terkait.
4.3. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk menjawab tujuan 1 digunakan metode analisis tabulasi berdasarkan tabel input output; tujuan 2 dikaji dengan berdasarkan analisis keterkaitan, analisis penyebaran dan analisis pengganda (multiplier) dengan mengolah lebih lanjut tabel input output dengan bantuan Grimp 7.1 dan Excel; tujuan 3 dan 4 dikaji dengan menggunakan analisis simulasi.
32
4.3.1. Analisis Tabulasi Dengan menggunakan analisis tabulasi berdasarkan tabel input output
dapat
diketahui struktur perekonomian Kota Bandung dengan melihat : struktur permintaan, struktur penawaran dan permintaan output, struktur nilai tambah bruto (pendapatan daerah), struktur permintaan akhir, dan struktur tenaga kerja secara langsung karena sudah disajikan di dalam tabel input output tersebut.
4.3.2. Analisis Keterkaitan dan Penyebaran Koefisien keterkaitan dan penyebaran sering digunakan untuk menyusun prioritas-prioritas sektor dalam perekonomian (pembangunan) dan menentukan sektor kunci dalam perekonomian. Keterkaitan antar sektor perekonomian mengukur derajat saling ketergantungan antar sektor. Keterkaitan antar sektor memberikan gambaran sejauh mana suatu sektor mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pertumbuhan sektorsektor lain. Sedangkan analisis penyebaran mengukur berapa besar efek penyebaran dan dampak pembangunan suatu sektor pada sektor lainnya. Beberapa koefisein keterkaitan antar sektor dalam analisis perekonomian wilayah antara lain: keterkaitan ke belakang dan Keterkaitan ke depan. 1. Analisis Keterkaitan Ke Belakang Keterkaitan ini menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektorsektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung dan tak langsung per unit kenaikan permintaan total.
33
Uj =
1 X.j n n
1 n2
; untuk j = 1,2…,n ………...…………..................................(1)
X.j j =1
dimana : Uj
= Keterkaitan ke belakang
X.j
= Jumlah dari elemen kolom
2. Analisis Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan ini merupakan pengaruh suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebahagian dari output sektor tersebut per unit kenaikan permintaan total keterkaitan ini dirumuskan sebagai berikut:
Ui =
1 X .i n 1 n2
n
untuk i = 1,2,..,n ……............…………………................(2)
X .i i =1
dimana: Ui
= Keterkaitan Ke Depan
X.i
= Jumlah dari elemen baris
Analisis efek penyebaran juga dibagi menjadi efek penyebaran ke belakang dan efek penyebaran ke depan. 1. Efek Penyebaran Ke Belakang Analisis efek penyebaran ke belakang menunjukan koefisien yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam perekonomian. Efek penyebaran kebelakang ini merupakan
34
kemampuan suatu sektor untuk menarik sektor hulu, atau dengan kata lain suatu dampak yang menunjukkan dampak relatif yang ditimbulkan karena keterkaitan kebelakang secara langsung dan tidak langsung antara satu sektor dengan semua sektor yang ada. Sj =
Vj n
untuk j = 1,2…,n ……………...………...................................(3)
Vj
j =1
n
dimana : Sj
: Efek Penyebaran Ke Belakang
Vj
: Koefisien Keragaman
2. Efek Penyebaran Ke Depan. Efek penyebaran ke depan memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit pennintaan akhir untuk semua sektor di dalam suatu perekonomian. Efek penyebaran kedepan merupakan efek relatif yang disebabkan oleh suatu ekonomi tertentu terhadap peningkatan output sektor-sektor lain yang menggunakan output yang berasal dari sektor tersebut baik langsung maupun tidak langsung karena peningkatan output dari sektor yang bersangkutan atau mampu mendorong sektor hilirnya. Si =
Vi n i =1
Vi
untuk i = 1,2,..,n ……………………………….......................(4) n
dimana: Si : Efek penyebaran ke belakang Vi : Koefisein Keragaman
35
4.3.3. Analisis Pengganda Analisis pengganda (multiplier) adalah pengukuran suatu respon atau merupakan dampak dari stimulus ekonomi. Analisis pengganda secara spesifik bertujuan melihat dampak perubahan (umumnya peningkatan) permintaan akhir suatu sektor ekonomi terhadap semua sektor yang ada tiap satuan perubahan jenis pengganda. Stimulus ekonomi yang dimaksud dapat berupa output, pendapatan dan kesempatan kerja. Koefisien pengganda merupakan total dari (1) efek awal (initial effect), (2) efek putaran pertama (first round effect), (3) efek dukungan industri (industrial support effect), dan (4) efek induksi konsumsi (consumption-induced effect).
1. Efek Awal Efek awal (Initial Effect) menggambarkan berapa besar perubahan disetiap sektor ekonomi, jika terjadi perubahan dalam permintaan akhir sebesar satu satuan. Dari sisi output, efek awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit (satuan moneter). Peningkatan output tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.
2. Efek putaran pertama Efek putaran pertama (First round effect) adalah besarnya pembelian input yang dibutuhkan sautu sektor dari sektor lain untuk meningkatkan produksinya sebesar satu unit.
3. Efek dukungan industri
36
Efek dukungan industri (industrial support effect) adalah efek-efek lanjutan dari suatu sektor ekonomi akibat pembelian input dari sektor lainnya pada tahap pertama. Dari sisi output menunjukkan efek peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya yang terjadi secara bergelombang yang disebabkan oleh adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek tersebut masing-masing menunjukkan efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya yang terjadi secara bergelombang.
3.
Efek induksi konsumsi Efek induksi konsumsi (comsumption-induced effect) adalah pengaruh
pengeluaran rumah tangga terhadap perekonomian wilayah, atau permintaan rumah tangga sebagai pembayaran upah tenaga kerja dalam memproduksi tambahan output suatu sektor.
Tabel 3. Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Multiplier Nilai No. Output Pendapatan (Rp) (Rp) 1. Efek awal 1 hj 2. Efek Putaran a i ij iaij hj pertama 3. Efek dukungan i ij-1- iaij i ijhj- hj- iaij hj industri 4. Efek induksi i *ij-1- iaij i *ijhj- hj- iaij hj konsumsi 5. Efek total i ij* i *ijhj 6. Efek lanjutan i ij*-1 i *ijhj- hj Sumber : Daryanto dan Morison, 1991
dimana:
Tenaga Kerja (orang) ej iaij ej i ijeij
i
i i
-
iaij ej
*ijeij – *ijeij *ijeij - ej
iaij ej
37
aij
= Koefisien Output
hj
= Koefisien Pendapatan Rumah Tangga
ej
= Koefisien Tenaga Kerja
ij
= Matrik Kebalikan Leontif model terbuka
ij*
= Matrik Kebalikan Leontif Model tertutup
Berdasarkan matrik kebalikan Loentief, baik model terbuka (I – A)-1 maupun tertutup (I – A*)-1) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja berdasarkan rumus pada Tabel 3.
4.3.4. Analisis Simulasi Sesuai dengan tujuan dari studi ini akan dilakukan simulasi dengan menggunakan variabel eksogen yaitu: alokasi dan realokasi investasi pada sektor-sektor kunci dan nonkunci. Ukuran optimalitas alokasi investasi dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu peningkatan output, pendapatan, dan kesempatan kerja. Adapun simulasi yang dilakukan berdasarkan skenario-skenario berikut: 1. Simulasi 1: Simulasi basis yaitu dampak investasi tahun 2003 terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja. 2. Simulasi 2: investasi pada sektor salah satu sektor non-kunci berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada satu sektor kunci A (hasil penentuan sektor kunci) bertambah sebesar 200 juta. 3. Simulasi 3: investasi pada sektor salah satu sektor non-kunci berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada satu sektor kunci B (hasil penentuan sektor kunci) bertambah sebesar 200 juta.
38
4. Simulasi 4: investasi pada sektor salah satu sektor non-kunci berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada satu sektor kunci A dan B (hasil penentuan sektor kunci) bertambah masing-masing naik sebesar 100 juta. 5. Simulasi 5: investasi pada sektor 9 (industri barang dari logam, mesin dan peralatannya) berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) naik sebesar 200 juta. 6. Simulasi 6:
investasi pada sektor 9 (industri barang dari logam, mesin dan
peralatannya) berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada sektor kunci A naik sebesar 100 juta, sektor kunci B naik sebesar 60 juta dan sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) naik sebesar 40 juta.
4.4. Definisi Operasional Data 1. Sektor Kunci Sektor kunci yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sektor-sektor terpilih yang masuk ke dalam peringkat 10 (sepuluh) besar dalam indikator keterkaitan, penyebaran dan penggandaan selama tahun 2000 dan 2003.
2. Kesempatan kerja Dalam perekonomian suatu wilayah, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dimana balas jasa terhadap faktor tersebut dikategorikan sebagai input primer. Sesuai dengan asumsi dasar I-O kesempatan kerja memiliki hubungan yang linier dengan output. Dengan kata, naik dan turunnnya output suatu sektor akan mempengaruhi naik turunnya kesempatan kerja .
39
3. Output Pengertian output dalam penelitian ini adalah nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dalam suatu daerah (domestic), tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelakunya dapat berupa perusahaan dan perseorangan dari dalam negeri atau perusahaan dan perseorangan dari luar negeri.
4. Pendapatan Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini bukanlah pendapatan regional dalam bentuk PDRB, namun pendapatan rumah tangga (household income) dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries) dan sebagainya. Misalnya, adanya kenaikan sebesar 1 rupiah pada sektor pertanian dapat menyebabkan kenaikan pendapatan rumah tangga pada sektor tersebut sebesar 2 rupiah.
5. Kelembagaan Kelembagaan di sini adalah organisasi dan manajemen pengeluaran publik yang dapat mendukung dan menghambat pengembangan sektoral, dan penciptaan lapangan kerja. Untuk mengkaji aspek kelembagaan tersebut maka digunakan teori cheks and balances dan teori Public Expenditure Management (PEM).
6. Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antar sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau sektor produksi merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor sebagai
40
konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Jadi, isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.
7. Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan komsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran komsumsi rumah tangga, pengeluaran komsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
a. Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran komsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal.
Pengeluaran komsumsi rumah tangga
mencakup komsumsi yang dilakukan didalam dan di luar negeri. Untuk menjaga konsistensi data, maka komsumsi penduduk suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya komsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara ebut diperlakukan sebagai ekspor.
41
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran komsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
c. Pembentukan Modal Tetap Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor termasuk barang modal bekas dari luar daerah.
d. Perubahan Stok Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (1) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah temak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, dan (3) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. e. Ekspor dan Impor Berbeda dengan pengertian ekspor dan impor pada umumnya, pada Tabel Input Output regional yang dimaksud dengan ekspor dan impor barang dan jasa adalah meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara/daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan,
42
jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor barang keluar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b) yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang barang sampai ke kapal yang akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah denga bea masuk dan pajak penjualan impor.
8. Input Primer Input primer adalah balas jasa atau pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input
a. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.
b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besamya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi
43
dengan upah/gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.
c. Penyusutan Penyusutan yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi.
Penyusutan merupakan nilai penggantian
terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi.
d. Pajak tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi pada dasamya adalah adalah tambahan pendapatan bagi produsen. Oleh karena itu subsidi disebutjuga sebagai pajak tak langsung negatif.
44
V. PROFIL KOTA BANDUNG
5.1.
Gambaran Umum Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat yang terletak di antara
107° 36 ' Bujur Timur dan 6° 35' Lintang Selatan. Ditinjau dari aspek komunikasi dan perekonomian, posisi geografis Kota Bandung cukup strategis. Hal ini dikarenakan posisinya yang berada pada pertemuan poros jalan utama, yaitu: a. Barat-Timur yang memudahkan hubungan dengan pusat perekonomian dan pemerintahan Indonesia yaitu ibukota Jakarta. b. Utara-Selatan yang memudahkan lalu lintas ke pusat wisata dan peristarahatan yaitu daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan).
Posisi topografis Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 Meter di atas pennukaan laut (dpl), titik tcrtinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1050 Meter dan terendah di sebelah Selatan 675 Meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan kereta api, pennukaan tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota bagian Utara berbukit-bukit. Dari wilayah perbukitan Bandung Utara inilah orang dapat menyaksikan bentuk dan panorama keseluruhan Kota Bandung. Keaadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya merupakan lapisan alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol.
45
Iklim asli Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitamya sehingga cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Namun beberapa waktu belakangan ini temperatur rata-rata Kota Bandung meningkat tajam, hingga pemah mencapai 31,4°C yaitu pada bulan Oktober 2004. Hal tersebut diduga terutama disebabkan oleh polusi udara akibat kendaraan bermotor. Walaupun demikian curah hujan di Kota Bandung masih sangat tinggi.
5.2. Penduduk dan Ketanagakerjaan Berdasarkan hasil Susenas 2004, penduduk Kota Bandung pada tahun 2004 berjumlah 2232624 jiwa. Dengan memperhitungkan luas Kota Bandung sebesar 167.29 Km2 maka Rata-rata kepadatan penduduk Kota tersebut adalah 13346 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk Kota ini tidak terlepas dari daya tariknya sebagai salah satu pusat perekonomian Jawa Barat sehingga banyak mendorong terjadinya urbanisasi. Untuk mengatasi
masalah
kepadatan
penduduk
tersebut
maka
pemerintah
telah
menyelenggarakan Program Transmigrasi ke beberapa daerah di luar Pulau Jawa, diantaranya ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Dinamika kependudukan tersebut selaras dengan dinamika ketenagakerjaan di Kota ini. Semakin padatnya Kota Bandung berimplikasi pada semakin banyaknya para pencari kerja. Namun, semakin banyaknya para pencari kerja tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan kesempatan kerja. Berdasarkan Laporan Dinas Tenaga Kerja, pada tahun 2004 terdapat 42275 penduduk Kota Bandung yang tercatat sebagai pencari kerja. Jumlah tersebut merupakan hasil dari peningkatan sebesar 267.71 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan lowongan kerja yang tersedia sebanyak 2218 orang dan jumlah
46
penempatan hanya untuk 2211 orang.
Tabel 4. Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Kelompok Sektor Utama Sektor
Tahun 2002
1. Pertanian 2. Pertambangan & Galian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air 5. Konstruksi 6. Perdagangan 7. Transpor dan Komunikasi 8. Keuangan 9. Jasa 10. Lain-lain Jumlah
9354 890 208016 2226 31637 277099 60576 39210 172878 2672 804558
Pertumbuhan 2004 11580 1158 193965 6948 54426 300501 48057 53268 177174 847077
23.80 130.11 -6.76 212.13 72.03 8.44 79.33 35.85 2.48 5.28
Sumber : Kota Bandung dalam Angka, 2002 dan 2004
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja kerja yang tercatat oleh BPS pada tahun 2004 adalah sebanyak 847077 jiwa atau naik sebesar 5.28 persen dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tahun 2002. Ditinjau dari jumlah masingmasing sektor, berdasarkan data BPS tahun 2002 dan 2004, sektor perdagangan memiliki jumlah tenaga kerja terbanyak baik pada tahun 2002 maupun tahun 2004 masing-masing sebesar 277099 dan 300501. Pertumbuhan sektor tersebut dari tahun 2002 ke 2004 adalah sebesar 8.44 persen. Peringkat kedua sektor yang memiliki tenaga kerja terbanyak adalah industri pengolahan. Pada tahun 2002 sektor tersebut memiliki tenaga kerja sebanyak 208016. Namun, pada tahun 2004. Sektor tersebut menurun sebesar -6.76 persen atau menjadi 193965. Peringkat ketiga adalah sektor jasa dengan nilai 172878 pada tahun 2002 dan 177174 pada tahun 2004 atau naik sebesar 2.48 persen.
47
Ditinjau dari pertumbuhannya dari tahun 2002 ke 2004, peringkat pertama listrik, gas dan air sebesar 212.13 persen. Peringkat kedua pertambangan dan galian sebesar 130.11 persen. Peringkat ketiga transportasi dan komunikasi sebesar 79.33 persen.
5.3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB tersebut dapat diketahui tingkat pencapaian ekonomi daerah tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan khususnya di bidang perekonomian. Dari semenjak tahun 1999 sampai tahun 2004, PDRB Kota Bandung terus meningkat. Dalam periode tersebut PDRB atas harga berlaku Kota Bandung meningkat di atas 10 persen pertahun. Tabel 5 mengindikasikan tingkat pertumbuhan PDRB tahun 2000 sebesar 10.74 persen, tahun 2001 sebesar 19.42 persen, tahun 2002 sebesar 18.66 persen, tahun 2003 sebesar 13.19 persen, tahun 2004 sebesar 17.08 persen. Sementara itu, pada periode yang sama, PDRB atas dasar harga konstan tumbuh di atas 5 persen. Tingkat pertumbuhan tersebut pada tahun 2000 sebesar 5.41 persen, tahun 2001 sebesar 7.33 persen, tahun 2002 sebesar 6.82 persen, tahun 2003 sebesar 7.16 persen, tahun 2004 sebesar 7.40 persen. Dengan demikian adalah tidak mengherankan apabila banyak pencari kerja yang berdatangan ke Kota ini. Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan, rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Bandung dari tahun 2000 sampai tahun 2004 adalah sebesar 7.20 persen. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan PDRB beberapa sektor. Tabel 6 menunjukkan penyumbang pertumbuhan tertinggi pada periode tersebut adalah sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu sebesar 13 persen, peringkat kedua pengangkutan dan
48
komunikasi sebesar 9.76 persen, ketiga industri pengolahan tanpa migas sebesar 8.50 persen, keempat keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, kelima perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6.23 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa selama periode tersebut peranan sektor-sektor yang terkait dengan bidang industri dan jasa semakin meningkat.
Tabel 5. Pertumbuhan PDRB Atas Harga Berlaku dan Harga Konstan, Tahun 1999-2004
No. Tahun 1.
2.
1999
2000
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Jumlah Pertumbuhan (Juta Rp) (%) 13.18
5.538
4.231
.555
14.60
5.838
0.269 3.
2001
2002
2003
6.
2004
19.42
18.66
.628
7.33
.331
6.82
7.173 13.19
27.42 2.417
5.41
6.694
23.42 0.126
.359 6.266
20.69 0.499
5.
10.74
17.43 5.720
4.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Jumlah Pertumbuhan (Juta Rp) (%)
.857
7.16
7.704 17.08
.646
7.40
Sumber : Kota Bandung dalam Angka, 2004
Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan justru sangat kecil. Bahkan tingkat pertumbuhan sektor tersebut merupakan
49
yang terkecil dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu hanya sebesar 0.48 persen. Nilai tersebut disumbang oleh pertumbuhan sub-sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 5.09 persen. Sedangkan sub-sektor tanaman bahan makanan mengalami penurunan yaitu sebesar -2.30 persen. Fenomena ini dapat mengindikasikan terjadinya pergeseran dari pertanian ke industri dan jasa. Sektor jasa mengalami peningkatan sebesar 3.32 persen. Peningkatan tersebut disumbang oleh peningkatan sub-sektor pemerintahan sebesar 3.31 persen dan sub-sektor swasta sebesar 6 persen.
Tabel 6. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Bandung, Tahun 2000-2004 No. 1.
2. 3. 4. 5. 6.
7.
8. 9.
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan a. Tanaman Bahan makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan Pertambangan dan HasilHasilnya Industri Pengolahan Industri Tanpa Migas Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdangangan, Hotel dan Restoran a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran Pengangkutan dan Komunikasi a. Pengangkutam b. Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta Total
2000 23904
Nilai PDRB (Milyar Rp) 2001 2002 2003 24181 23748 23860
2004 24362
Pertumbuhan (%) 0.48
10706 0 10407
9587 0 11554
9317 0 11601
9591 0 11679
9700 0 12643
-2.30 0 5.09
0 2790 0
0 3040 0
0 2829 0
0 2591 0
0 2020 0
-7.11
1579032 1579032 179243 300789 1869446
1756275 1756275 199613 308693 1974736
1921987 1921987 221624 324758 2076129
2050570 2050570 253824 346449 2221455
2186545 2186545 292034 371787 2380741
13.00 5.46 6.23
1625262 60903 183280 688820
1717898 64393 192446 761053
1806062 67518 202548 833591
1934963 73027 213465 902441
2077366 78791 224584 999609
6.33 6.66 5.21 9.76
410478 278442 397438
411411 349642 419585
469766 363825 444372
512697 389744 495272
573589 426019 538501
8.86 11.51 7.91
799586 570622 228964 5838359
822493 590081 323412 6266628
848124 606575 241548 6694331
879986 627244 252742 7173854
911067 650046 261020 7704646
3.32 3.31 6.00 7.20
Sumber : Kota Bandung dalam Angka, 2004
8.50
50
5.4. Cetak Biru Kebijakan Pembangunan Kota Bandung Di bawah kepemimpinan Walikota Dada`Rosada, Kota Bandung memiliki visi ”Terwujudnya Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang bermartabat (bersih, makmur, taat dan bersahabat)”. Visi tersebut mengandung beberapa makna. Pertama Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus bersih dari sampah, dan bersih praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ), penyakit masyarakat ( judi, pelacuran, narkoba, premanisme dan lainnya), dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya yang bertentangan dengan moral dan agama dan budaya masyarakat atau bangsa; Kedua, Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang memberikan kemakmuran bagi warganya; Ketiga, Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang taat terhadap agama, hukum dan aturan – aturan yang ditetapkan untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban kota; Keempat, Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang bersahabat, santun, akrab dan dapat menyenangkan bagi orang yang berkunjung serta menjadikan kota yang bersahabat dalam pemahaman kota yang ramah lingkungan. Sementara itu, bermartabat diartikan sebagai harkat atau haraga diri, yang menunjukkan eksistensi masyarakat kota yang dapat dijadikan
teladan
karena
kebersihan,
kemakmuran,
ketaatan,
ketaqwaan
dan
kedisiplinannya. Jadi kota jasa yang bermartabat adalah kota yang menyediakan jasa pelayanan yang didukung dengan terwujudnya kebersihan, kemakmuran, ketaatan, ketaqwaan, dan kedisiplinan masyarakatnya. Untuk mencapai visi tersebut, Kota Bandung memiliki beberapa misi sebagai tugas yang diemban, yaitu: 1. Mengembangkan sumber daya manusia yang handal yang religius, yang mencakup pendidikan, kesehatan dan moral keagamaan.
51
2. Mengembangkan perekonomian kota yang adil, yang mencakup peningkatan perekonomian kota yang tangguh, sehat dan berkeadilan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. 3. Mengembangkan Sosial Budaya Kota yang ramah dan berkesadran tinggi, serta berhati nurani, yang mencakup peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan ketenagakerjaan, meningkatkan kesejahteraan sosial, keluarga, pemuda dan olah raga serta kesetaraan gender. 4. Meningkatkan penataan Kota, yang mencakup pemeliharaan serta peningkatan prasarana dan sarana kota agar sesuai dengan dinamika peningkatan kegiatan kota dengan tetap memperhatikan tata ruang kota dan daya dukung lingkungan kota. 5. Meningkatkan kinerja pemerintah kota secara professional, efektif, efisien akuntabel dan transparan, yang mencakuppemberdayaan aparatur pemerintah dan masyarakat. 6. Mengembangkan sistem keuangan kota, mencakup sistem pembiayaan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, swasta dan masyarakat.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Pemerintah Kota Bandung memiliki beberapa kebijakan dan program sebagai berikut: 1. Kebijakan mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan kesehatan serta pelayanan keagamaan bagi seluruh masyarakat melalui: a.
Program Pendidikan Dasar dan Pra Sekolah
b.
Program Pendidikan Menengah
c.
Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah
52
d.
Program Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
e.
Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat
f.
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan
g.
Program Pengawasan Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya
h.
Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
i.
Program Peningkatan kualitas Pendidikan Agama
2. Mengupayakan peningkatan kegiatan perekonomian kota yang berbasiskan potensi daerah
3.
a.
Program pembinaan dan pengembangan Usaha Industri
b.
Program Pembinaan dan pengembangan Usaha Perdagangan
c.
Program Pembinaan dan Pengembangan Usaha Koperasi
d.
Program Pembinaan Usaha Kecil
e.
Program Peningkatan Investasi Kota
f.
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
g.
Program Pengembangan Produk Kepariwisataan
h.
Program Pengembangan Agrobisnis
Mendorong peningkatan integrasi, ketahanan dan kepedulian sosial masyarakat melalui a.
Program peningkatan pemahaman, Penghayatan, Pengamalan, dan Kerukunan Hidup Umat Beragama
b.
Program Pembinaan, Pengembangan Produktivitas dan Perlindungan Tenaga Kerja
53
c.
Program Pelayanan, Rehabilitasi dan Partisipasi Sosial
d.
Program Pemberdayaan Perempuan
e.
Program Pelayanan Kependudukan
f.
Program Pembinaan Pemuda dan Olah Raga
g.
Program Pengembangan Seni Budaya Daerah
4. Mengupayakan perluasan dan pemerataan pelayan prasarana dan sarana kota serta pengembangan aktivitas kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui: a.
Program Pengembangan Kawasan Gedebage
b.
Program Penataan Prasarana dan Sarana Kota
c.
Program Penataan Transportasi Kota
d.
Program Pengembangan dan Pengendalian Lingkungan Hidup
e.
Program Penataan Lingkungan Pemukiman
f.
Program Tata Ruang dan Penatagunaan Tanah
g.
Program Pengamanan dan Pendayagunaan Aset Pemerintah Kota
5. Mengupayakan terjadinya peningkatan pelayanan pemerintah kota kepada masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian dan pengawasan pembangunan kota melalui: a.
Program Peningkatan Perencanaan Kota
b.
Program Peningkatan Hukum
c.
Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Aparatur Pemerintah Kota
54
d.
Program Pengembangan Aparatur Pemerintah Kota
e.
Program Pengembangan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
f.
Program Peningkatan Kwalitas Pengawasan
g.
Program Pelayanan Prima
h.
Program Peningkatan Partisipasi Politik
i.
Program Pengembangan Kerjasama Antar Daerah dan Kota
j.
Program Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban Lingkungan
6. Mendorong sistem keuangan kota yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel melalui: a.
Program Peningkatan Sistem Pembiayaan Pembangunan
b.
Program Peningkatan Kinerja BUMD
c.
Program Pengembangan Kemitraan
Rencana stratejik Kota Bandung tahun 2004-2008 memiliki arah kebijakan pembangunan sebagai berikut: 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh Pendidikan, Kesehatan serta pelayanan keagamaan bagi seluruh masyarakat. 2. Mengupayakan peningkatan kegiatan perekonomian kota berbasiskan potensi daerah. 3. Mendorong peningkatan integrasi dan ketahanan sosial masyarakat serta peningkatan rasa kepedulian sosial masyarakat. 4. Mengupayakan perluasan dan pemerataan pelayanan prasarana dan sarana kota serta pengembangan aktivitas kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
55
5. Mengupayakan terjadinya peningkatan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan serta pengendalian dan pengawasan pembangunan kota. 6. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan potensi pembiayaan pembangunan kota.
56
VI.
STRUKTUR PEREKONOMIAN KOTA BANDUNG
Dari Tabel Input–Output Kota Bandung dapat dihasilkan gambaran mengenai struktur perekonomian di Kota Bandung tahun 2000 (awal pemberlakuan UU Otonomi Daerah) dan tahun 2003. Penjelasan mengenai gambaran struktur perekonomian Kota Bandung tersebut meliputi struktur input-output sektoral, struktur permintaan dan penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi dan perubahan stok, struktur ekspor dan impor dan struktur nilai tambah bruto (value added).
6.1. Struktur Output Sektoral Output merupakan nilai produksi (baik barang maupun jasa) yang dihasilkan sektor-sektor ekonomi di Kota Bandung.
Dengan menelaah besarnya output yang
diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor-sektor mana yang besar dalam pembentukan output secara keseluruhan di kota tersebut. Tabel 7 menunjukkan sektor-sektor ekonomi yang memiliki output terbesar di Kota Bandung pada tahun 2000 yaitu, pada peringkat pertama, sektor Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sebesar Rp. 8971732 juta atau sebesar 30.76 persen dari keseluruhan ouput. Sektor Perdagangan Eceran memiliki output terbesar kedua dengan nilai Rp. 4268306 juta atau 14.63 persen, sektor Komunikasi dan Perdagangan besar memiliki output terbesar ketiga dan keempat dengan nilai masing-masing sebesar Rp. 2112749 juta atau 7.24 persen dan Rp. 1499714 atau 5.14 persen, sedangkan sektor Angkutan udara; dan Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara memiliki nilai output yang terkecil yaitu masing-masing sebesar Rp. 15896 juta atau
57
0.05 persen, dan Rp. 19555 juta atau 0.07 persen.
Sedangkan total output yang
diciptakan oleh seluruh sektor di Kota Bandung adalah sebesar Rp. 29165551 juta.
Tabel 7: Distribusi Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 No.
Sektor Nilai
2000 (%)
(Juta Rupiah) 2003
Rank
Nilai
(%)
Rank 24
1
Pertanian, peternakan dan perikanan
2 3
Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara Karet dan plastic Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
84211
0.29
1
122176
0.30
406922 8971732
1.39 30.76
4
506448 9593672
1.25 23.70
78253
0.27
2
183110
0.45
18
4
5 6 7
1 22 21
0 130668 1313884
0.45 4.50
194533 1174825
0.50 2.90
19555
0.07
7
28222
0.07
45763
0.16
4
413849
1.02
1388928
4.76
2038554
5.03
41460
0.14
5
103698
0.25
798521
2.74
1
1114032
2.75
86143 1952499 2444737 6363157
0.21 4.82 6.03 15.70
662516 997694 1242366
1.63 2.46 3.06
11 28 19
8 9
Industi logam dasar Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
6 25
10
Industri pengolahan lainnya
11
Listrik
12 13 14 15
Air bersih Konstruksi Perdagangan besar Perdagangan Eceran
66376 1186797 1499714 4268306
0.23 4.07 5.14 14.63
3
16 17 18
Penginapan (hotel bintang dan non bintang) Restoran Angkutan darat
437291 1334462 1639802
1.50 4.57 5.62
3
19
Angkutan udara
15896
0.05
8
852682
2.10
20 21
Jasa penunjang angkutan Komunikasi
144852 2112749
0.50 7.24 2.65
9
184386 2785686
0.45 6.88
22
Keuangan
774202
2
2003552
4.94
23
Sewa bangunan
370363
1.27
6
534315
1.32
24
Jasa perusahaan
226216
0.77
8
330681
0.82
25
Jasa pemerintahan dan pertahanan
1078167
3.70
0
2325847
5.74
26
Jasa sosial kemasyarakatan
318713
1.09
7
1721169
4.25
27
Jasa hiburan
32063
0.11
6
45199
0.11
28
Lainnya Total
379685 29165551
1.30 100
5
510929 40516677
1.26 100
12 26 8 4 2 15 13 10 14 23 3 7 16 20 5 9 27 17
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Pada tahun 2003, total output yang dapat diciptakan oleh seluruh sektor meningkat secara signifikan yaitu menjadi Rp. 40516677 juta. Relatif sama dengan tahun 2000, output terbesar pertama dan kedua dikontribusikan oleh Industri tekstil, pakaian
58
jadi dan kulit; dan perdagangan eceran. Output Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sebesar Rp. 9593672 juta atau 23.70 persen dari keseluruhan output, sedangkan output perdagangan eceran sebesar Rp. 6363157 juta atau 15.70 persen dari keseluruhan output.
6.2. Struktur Permintaan dan Penawaran Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa total permintaan Kota Bandung pada tahun 2000 mencapai Rp. 29165551 juta. Jumlah tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 12011099 juta dan permintaan akhir sebesar
Rp. 17154452 juta. Dengan
menggunakan prinsip keseimbangan antara permintaan dan penawaran, maka total penawaran sektor-sektor perekonomian di Kota Bandung
sama dengan nilai
permintaannya yaitu mencapai Rp. 29165551 juta. Berdasarkan Tabel Input Output Kota Bandung tahun 2000, total permintaan yang terbesar adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit yaitu sebesar Rp. 8971732 juta atau 30.76 persen, yang dibagi atas permintaan antara sebesar Rp. 3640553 juta dan permintaan akhir sebesar Rp. 5331179 juta. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan eceran, komunikasi dan sektor angkutan darat. Total permintaan perdagangan eceran sebesar Rp. 4268306 juta atau 14.63 persen yang terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 800224 juta dan permintaan akhir sebesar 3468082 juta. Sedangkan sektor komunikasi memiliki total permintaan sebesar 2112749 juta atau 7.24 persen yang terdiri dari permintaan antara sebesar 1839935 juta dan permintaan akhir sebesar 272814 juta; dan sektor angkutan darat memiliki total permintaan sebesar 1639802 juta atau 5.62 persen yang terdiri dari permintaan antara sebesar 593142 juta dan permintaan akhir sebesar 1046660 juta. Selanjutnya, total permintaan yang paling
59
sedikit jumlahnya yaitu pada sektor angkutan udara yaitu Rp. 15896 juta, dimana permintaan antaranya sebesar Rp. 4523 juta dan permintaan akhir sebesar Rp. 11373 juta. Pada tahun 2003, total permintaan meningkat menjadi 40516677 juta atau meningkat sebesar 38.92 persen. Peringkat tiga teratas masih ditempati oleh sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, perdagangan eceran, dan komunikasi. Sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit memiliki total permintaan sebesar 9593660 juta atau 23.7 persen yang terdiri dari
permintaan antara sebesar 2055351 juta dan
permintaan akhir sebesar 7538309 juta; sedangkan sektor pedagangan eceran memiliki total permintaan sebesar 6906272 juta atau 17 persen yang terdiri dari permintaan antara sebesar 537023 juta dan permintaan primer sebesar 6369249 juta; dan sektor komunikasi memiliki total permintaan sebesar 2785687 juta atau 6.9 persen yang terdiri dari permintaan antara sebesar 1463832 juta dan permintaan primer sebesar 1321855 juta. Sementara itu, total permintaan sektor jasa pemerintahan dan pertahanan meningkat menjadi sebesar 2325854 juta atau 5.75 persen, dimana total permintaan antaranya sebesar 68594 juta dan permintaan primer sebesar 2257260 juta. Selanjutnya, total permintaan yang paling sedikit jumlahnya yaitu pada sektor industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara yaitu 28222 juta atau 0.07 persen, dimana permintaan antaranya sebesar 23516 juta
dan permintaan akhir sebesar 4706 juta.
Angkutan udara tidak lagi berada pada posisi terendah karena peningkatan permintaannya yang signifikan bahkan memiliki tingkat kenaikan yang paling besar dibandingkan dengan tingkat kenaikan tahun 2000 yaitu sebesar 4364 persen. Semua sektor mengalami peningkatan kecuali sektor karet dan plastik; restoran dan angkutan darat.
60 Tabel 8. Total Permintaan Sektoral Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Juta Rupiah) 2000
2003
Permintaan No
Permintaan Akhir
Total Permintaan
Permintaan Antara
Permintaan Akhir
Total Permintaan
Antara Nilai 1
(%)
3132
Nilai
0.02
(%)
81079
0.47
Nilai
(%)
84211
0.29 1.4
2
294111
2.45
112811
0.66
406922
3
3640553
30.31
5331179
31.1
8971732
38250
0.32
40003
0.23
78253
0.27
130668
0.45 4.5
4
30.76
Nilai
(%)
Nilai
30405
0.28
91770
(%) 0.31
Nilai
(%)
122175
0.3
84756
0.79
419571
1.41
504327
1.24
2055351
19.1
7538309
25.34
9593660
23.7
60737
0.56
122378
0.41
183115
0.45
43709
0.4
159521
0.54
203230
0.5
73200
0.61
57468
0.33
6
587476
4.90
726408
4.23
1313884
673340
6.25
501485
1.7
1174825
2.9
7
11624
0.09
7931
0.04
19555
0.07
23516
0.22
4706
0.01
28222
0.07
8
25305
0.21
20458
0.12
45763
0.16
18928
0.17
394922
1.33
413850
1.02
9
680230
5.66
708698
4.13
1388928
4.76
126185
0.17
1912369
6.43
2038554
5.03
10
37399
0.31
4061
0.02
41460
0.14
32650
0.30
71043
0.24
103693
0.26
11
620518
5.17
178003
1.04
798521
2.74
429764
4
684271
2.3
1114035
2.75
12
60948
0.51
5428
0.03
66376
0.23
18858
0.17
67284
0.22
86142
0.21
13
410759
3.42
776038
4.52
1186797
4.07
444511
4.13
1507991
5.07
1952502
4.82
14
794804
6.62
704910
4.11
1499714
5.14
616059
5.72
1278986
4.3
1895045
4.68
3468082
20.21
4268306
14.63
537023
5
6369249
21.41
6906272
17
437291
1.5
5
15
800224
6.66
16
366349
3.05
70942
0.41
299191
2.78
363328
1.22
662519
1.64
17
582504
4.85
751958
4.38
1334462
4.57
192420
1.79
805275
2.7
997695
2.46
18
593142
4.94
1046660
6.1
1639802
5.62
282344
2.62
960025
3.22
1242369
3.07
19
4523
0.04
11373
0.06
15896
0.05
305591
2.84
547091
1.84
852682
2.1
20
23935
0.20
120917
0.70
144852
0.5
114670
1.06
69737
0.23
184407
0.46
21
1839935
15.32
272814
1.6
2112749
7.24
1463832
13.6
1321855
4.44
2785687
6.9
22
54421
0.45
719781
4.20
774202
2.65
1082986
10.06
920534
3.1
2003520
4.94
23
58747
0.49
311616
1.82
370363
1.27
376976
3.5
150419
0.5
527395
1.3
24
101126
0.84
125090
0.73
226216
0.78
303638
2.82
33954
0.11
337592
0.83
25
0
-
1078167
6.3
1078167
3.7
68594
0.64
2257260
7.6
2325854
5.75
120106
1
198607
1.16
318713
1.1
681110
6.33
1040067
3.5
1721177
4.25
15778
0.13
16285
0.09
32063
0.11
32276
0.3
12925
0.04
45201
0.11
172000
1.43
207685
1.21
366502
3.4
144430
0.48
510932
1.26
12011099
100
17154452
100
10765922
100
29750755
100
40516677
100
26 27 28
379685 29165551
13 100
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Data pada pada Tabel 8 juga mengindikasikan bahwa nilai secara umum permintaan akhir terhadap sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; demikian juga sektor perdagangan eceran, dan sektor angkutan darat lebih tinggi dibandingkan dengan nilai permintaan antaranya yang berarti bahwa output sektor-sektor tersebut secara umum cenderung digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung.
Hal ini mengakibatkan
61
tingginya nilai keterkaitan sektor-sektor tersebut khususnya keterkaitan ke belakang. Permintaan terhadap jasa pemerintahan dan pertahanan tahun 2000 sepenuhnya merupakan permintaan akhir. Artinya, output sektor tersebut cenderung dikonsumsi secara langsung oleh konsumen akhir. Namun, pada tahun 2003, permintaan terhadap sektor tersebut terdiri juga dari permintaan antara dalam jumlah yang lebih kecil dari permintaan akhirnya. Sedangkan untuk sektor komunikasi nilai permintaan antaranya lebih tinggi dibandingkan nilai permintaan akhirnya yang berarti bahwa output komunikasi cenderung digunakan untuk memenuhi konsumsi tidak langsung yang mengakibatkan tingginya nilai keterkaitan sektor tersebut khususnya keterkaitan ke depan.
6.3. Struktur Konsumsi Total konsumsi Kota Bandung tahun 2000 terhadap output
adalah sebesar Rp.
7264527 juta, yang terdiri dari konsumsi rumah tangga Rp. 6296272 juta dan konsumsi pemerintah sebesar Rp. 968255 juta. Dari total konsumsi tersebut, ditinjau dari output domestik, konsumsi untuk sektor angkutan darat menempati urutan pertama untuk konsumsi rumah tangga sedangkan untuk konsumsi pemerintah urutan pertama ditempati oleh sektor jasa pemerintahan dan pertahanan. Total pengeluaran sektor angkutan darat adalah sebesar Rp. 835545 juta atau 11.5 persen yang terdiri dari konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 824569 juta dan konsumsi pemerintah Rp. 10976 juta dari total output domestik dan merupakan yang terbesar. Sedangkan untuk total pengeluaran sektor jasa pemerintahan dan pertahanan adalah sebesar 1078167 juta atau 14.84 persen, dimana konsumsi rumah tangga terhadap sektor tersebut adalah sebesar 448121 juta dan
62
konsumsi pemerintah adalah sebesar 630046 juta. Keadaan ini mengindikasikan bahwa konsumsi dalam bentuk jasa masih mendapat porsi pengeluaran yang cukup tinggi, hal ini sesuai dengan visi pemerintah Kota Bandung untuk menjadikan kota tersebut sebagai kota jasa (service city).
Tabel 9. Jumlah Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah, Tahun 2000 dan 2003 (Juta Rupiah) 2000 No
Konsumsi Rumah Tangga Nilai (%)
2003
Konsumsi Pemerintah Nilai (%)
Konsumsi Rumah Tangga Nilai (%)
Total Konsumsi Nilai
(%)
Konsumsi Pemerintah Nilai
(%)
Total Konsumsi Nilai
(%)
0.89
86186
0.92
0
0
86186
0.75
557868
7.68
316363
3.39
0
0
316363
2.77
1
64440
1.02
5
0
64445
2
544342
8.64
13526
1.4
3
773339
12.28
21889
2.26
795228
10.95
924237
9.9
0
0
924237
8.08
4
275800
4.38
682
0.07
276482
3.8
57628
0.62
0
0
57628
0.5
5
325630
5.17
1873
0.19
327503
4.51
89777
0.96
0
0
89777
0.78
6
41324
0.66
18093
1.87
59417
0.82
87489
0.94
0
0
87489
0.76
7
21923
0.35
2164
0.22
24087
0.33
3457
0.04
0
0
3457
0.03
8
0
0
0
0
0
0
67832
0.73
0
0
67832
0.59
9
130032
2.06
4342
0.45
134374
1.85
255259
2.73
0
0
255259
2.23
10
17867
0.28
5865
0.61
23732
0.33
7441
0.08
0
0
7441
0.06
11
135875
2.16
42128
4.35
178003
2.45
210349
2.25
0
0
210349
1.84
12
5028
0.08
399
0.04
5427
0.07
63228
0.68
0
0
63228
0.55
13
0
0
55919
5.78
55919
0.77
696580
7.46
0
0
696580
6.09
14
0
0
0
0
0
0
454138
4.86
0
0
454138
3.97
15
0
0
0
0
0
0
1050760
11.25
0
0
1050760
9.2
16
61443
0.97
9499
0.98
70942
0.98
328946
3.52
0
0
328946
2.87
17
739117
11.73
12841
1.32
751958
10.35
533080
5.71
0
0
533080
4.66
18
824569
13.1
10976
1.13
835545
11.5
919610
9.85
0
0
919610
8.04
19
166235
2.64
4554
0.47
170789
2.35
449347
4.81
0
0
449347
3.93
20
140401
2.23
3650
0.39
144051
1.98
55349
0.59
0
0
55349
0.5
21
205986
3.3
53828
5.56
259814
3.58
642233
6.88
0
0
642233
5.62
22
683616
10.86
36167
3.74
719783
9.91
562856
6.03
0
0
562856
4.92
23
308181
4.89
3435
0.35
311616
4.29
104198
1.12
0
0
104198
0.91
24
121662
1.93
3433
0.35
125095
1.72
33404
0.36
0
0
33404
0.3
25
448121
7.12
630046
65.07
1078167
14.84
795091
8.52
1457027
69.42
2252118
19.7
26
57801
0.92
13451
1.39
71252
0.98
397453
4.26
641964
30.58
1039417
9.09
27
12078
0.19
3222
0.33
15300
0.21
6816
0.07
0
0
6816
0.06
28
191462
3.04
16268
1.68
207730
2.86
137040
1.47
0
0
137040
1.2
7264527
100
9336147
100
2098991
100
11435138
100
6296272
100
968255
100
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
63
Pada tahun 2003, walaupun total konsumsi beberapa sektor mengalami penurunan, namun total konsumsi seluruh sektor mengalami peningkatan yaitu menjadi 11435138 juta atau meningkat sebesar 57.41 persen dibandingkan total konsumsi tahun 2000. Peningkatan ini disumbang oleh peningkatan konsumsi pada beberapa sektor terutama sektor air bersih, konstruksi, dan jasa sosial kemasyarakatan. Berbeda dengan tahun 2000, ditinjau dari output domestik, konsumsi untuk sektor perdagangan eceran menempati urutan pertama untuk konsumsi rumah tangga sedangkan untuk konsumsi pemerintah urutan pertama masih tetap ditempati oleh sektor jasa pemerintahan dan pertahanan. Total pengeluaran sektor perdagangan eceran adalah sebesar Rp. 1050760 juta atau 9.2 persen yang semuanya merupakan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sedangkankan untuk total pengeluaran sektor jasa pemerintahan dan pertahanan adalah sebesar 2252118 juta atau 19.7 persen, dimana semuanya merupakan pengeluaran konsumsi pemerintah. Keadaan ini mengindikasikan bahwa konsumsi dalam bentuk jasa masih mendapat porsi pengeluaran yang cukup tinggi, hal ini sesuai dengan visi pemerintah Kota Bandung untuk menjadikan kota tersebut sebagai kota jasa (service
city).
6.4. Struktur Investasi dan Perubahan Stok Untuk mengetahui besar tingkat pembentukan modal tetap dan perubahan stok di Kota Bandung untuk tahun 2000 dapat dilihat pada Tabel 10. Pembentukan modal dan perubahan stok dimaksud disini adalah investasi. Dalam perekonomian Kota Bandung pada tahun 2000, pembentukan modal tertinggi adalah pada sektor konstruksi yaitu
64
sebesar 720119 juta atau 33.1 persen. Urutan selanjutnya adalah pembentukan modal pada sektor-sektor yang berbasis industri dan jasa sosial kemasyarakatan. Sektor-sektor tersebut meliputi sektor Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya sebesar 600984 juta atau 27.62 persen; disusul dengan sektor Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sebesar 231838 juta atau 10.66 persen; dan sektor jasa sosial kemasyarakatan sebesar 130488 juta atau 6 persen. Kondisi ini mengindikasikan besarnya daya tarik investasi pada sektor industri dan jasa di kota tersebut. Sementara itu, perubahan stok yang terbesar adalah pada sektor perdagangan. Perdagangan eceran berada pada peringkat pertama dalam perubahan stok yaitu sebesar 1038718 juta atau 39.4 persen. Peringkat kedua adalah perdagangan besar yaitu sebesar 616149 juta 23.36 persen. Keadaan ini menunjukkan sangat dinamisnya aktivitas perdagangan di kota tersebut baik yang bersifat eceran maupun besar. Pada Tabel 10 juga dapat diketahui bahwa total pembentukan modal tetap lebih besar dari pada total perubahan stok, dimana total pembentukan modal tetap sebesar Rp. 2175721 juta dan total perubahan stok sebesar Rp. -2637250 juta. Dalam perekonomian Kota Bandung pada tahun 2003, pembentukan modal tertinggi tidak lagi sektor konstruksi tetapi sektor industri barang dari logam, mesin dan peralatannya yaitu sebesar 987596 juta atau 32.95 persen. Urutan selanjutnya adalah pembentukan modal pada sektor-sektor yang berbasis industri dan perdagangan. Sektorsektor tersebut meliputi sektor konstruksi sebesar 811411 juta atau 27.07 persen; disusul dengan sektor perdagangan besar sebesar 581553 juta atau 19.4 persen; dan sektor perdagangan eceran sebesar 489728 atau 16.34 persen. Kondisi ini mengindikasikan besarnya daya tarik investasi pada sektor industri dan perdagangan di kota tersebut.
65 Tabel 10. Besarnya Pembentukan Modal Tetap dan Perubahan Stok, Tahun 2000 dan 2003 (Juta Rupiah) 2000
2003
Pembentukan Modal Sektor
Pembentukan Modal Perubahan Stok
Perubahan Stok
Tetap Nilai 1. 2.
Pertanian, peternakan dan perikanan Industri makanan, minuman dan tembakau
Tetap (%)
Nilai
(%)
Nilai
(%)
Nilai
(%)
14268
0.66
2366
-0.09
4717
0.16
867
0.07
46679
2.15
-894351
33.9
0
0
21382
1.83
3. 4. 5.
6. 7.
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara Karet dan plastic Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
8.
Industi logam dasar
9.
Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
10.
Industri pengolahan lainnya
11.
Listrik
231838
10.66
1428344
54.16
1618
0.05
318764
27.22
0
0
-239880
9.1
4052
0.14
12355
1.06
110934
5.1
-380969
14.45
0
0
4349
0.37
96124
4.42
18351
-0.7
0
0
125319
10.7
0
0
-32185
1.22
12
0
410
0.04
0
0
556
-0.02
62577
2.1
132300
11.3
600984
27.62
1075104
40.77
987596
32.95
17870
1.53
63722
2.93
-83749
3.18
50803
1.7
-612
-0.05
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
-3.8
0
0
0
0
720119
33.1
0
0
811411
27.07
0
0
66012
3.03
616149
-23.36
581553
19.4
200254
17.1
-
12.
Air bersih
13.
Konstruksi
14.
Perdagangan besar
103871 15. 16.
Perdagangan Eceran Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
17.
Restoran
18.
Angkutan darat
19.
Angkutan udara
20.
Jasa penunjang angkutan
21.
Komunikasi
22.
Keuangan
23.
Sewa bangunan
24. 25.
Jasa perusahaan Jasa pemerintahan dan pertahanan
26.
Jasa sosial kemasyarakatan
27.
Jasa hiburan
28. 29.
Lainnya Total
55589
2.55
8
-39.4
489728
16.34
337593
28.83
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
37693
1.73
0
0
0
0
0
0
287
0.01
-163226
6.2
0
0
0
0
0
0
-25399
0.96
0
0
0
0
0
0
13000
-0.5
0
0
0
0
0
0
-2
7.6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
130488
6
-3133
0.12
5
0
0
0
984
0.04
1
-3.79
130
0
0
0
0
0
-45
0
2894
0.09
0
0
100
2637250
100
2997096
100
1170851
100
217572 1
-
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
66
Sementara itu, perubahan stok yang terbesar adalah pada sektor perdagangan eceran yaitu sebesar 337593 juta atau 28.83 persen. Peringkat kedua adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit yaitu sebesar 318764 juta atau 27.22 persen. Peringkat ketiga adalah perdagangan besar yaitu sebesar 200254 juta atau 17.1 persen. Keadaan ini menunjukkan sangat dinamisnya aktivitas perdagangan di kota tersebut baik yang bersifat eceran maupun besar; begitu juga aktivitas industri khususnya tekstil, pakaian jadi dan kulit. Pada Tabel 10 juga dapat diketahui bahwa total pembentukan modal tetap pada tahun 2003 lebih besar dari pada total perubahan stok, dimana total pembentukan modal tetap sebesar Rp. 2997096 juta dan total perubahan stok sebesar Rp. 1170851 juta.
6.5. Struktur Ekspor dan Impor Sama halnya dengan daerah lain, daerah juga aktif melakukan perdagangan luar negeri yang terdiri dari kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor untuk memperoleh devisa yang selanjutnya dipergunakan untuk membeli barang-barang dari luar negeri yang belum dapat diproduksi di dalam negeri, khususnya barang-barang modal berupa mesin-mesin dan barang-barang tahan lama lainnya. Untuk melihat sektor-sektor mana yang mampu mengekspor banyak dan sektor mana yang sangat tergantung dari impor selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 11. Pada Tabel 11 terlihat bahwa total ekspor Kota Bandung pada tahun 2000 sebesar Rp. 10351454 juta. Dimana sektor yang paling banyak nilai ekspornya adalah sektor Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit yaitu Rp. 5732457 juta atau 55.4 persen, sedangkan peringkat kedua adalah perdagangan eceran sebesar Rp. 2373775 juta atau 22.93 persen
67
selanjutnya diikuti oleh Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya yaitu 1048444 juta atau 10.13 persen; sektor Karet dan plastik sebesar 552516 juta atau 5.34 persen; Industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 402615 juta atau 3.89 persen. Untuk melaksanakan usahanya, setiap sektor membutuhkan input antara untuk menghasilkan output yang diharapkan. Tidak setiap barang atau jasa yang digunakan sebagai input antara dapat diperoleh dari hasil produksi domestik. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa tersebut maka tidak ada cara lain kecuali menggunakan barang dan jasa yang didatangkan dari luar daerah atau dengan kata lain impor. Ditinjau dari sisi impor terhadap barang dan jasa ternyata sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp. 595561 juta atau 21.8 persen, kemudian sektor karet dan plastik sebesar Rp. 456864 juta atau 16.72 persen, dan diikuti angkutan darat sebesar Rp. 348662 juta atau 12.76 persen, industri barang dari logam, mesin dan peralatannya sebesar Rp. 388485 juta atau 14.22 persen, hampir semua sektor membutuhkan bahan baku impor. Sedangkan dengan memperhatikan selisih antara total ekspor dan impor, maka sektor-sektor yang mengalami surplus yaitu sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit yang merupakan peringkat utama yang diikuti oleh sektor perdagangan eceran; industri barang dari logam, mesin dan peralatannya; Industri makanan, minuman dan tembakau; Karet dan plastik; dan Industi logam dasar. Dimana selisih total ekspor-impor sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit mengalami surplus perdagangan terbesar yaitu Rp. 5136896 juta atau 67.41 persen, sektor perdagangan eceran sebesar Rp. 2272337 juta atau 29.82 persen dan sektor industri barang dari logam, mesin dan peralatannya sebesar Rp. 659959 juta atau 8.66 persen.
68
Tabel 11. Jumlah Ekspor dan Impor, Tahun 2000 dan 2003
(Juta Rupiah)
2000
2003 Selisih
No
Ekspor (X)
Selisih
Impor (M)
Ekspor (X)
Impor (M)
(X-M) Nilai
(%)
Nilai
(%)
Nilai
(X-M) (%)
Nilai
(%)
Nilai
(%)
Nilai
(%)
1
0
0
3840
0.14
-3840
-0.05
0
0
17981
0.3
-17981
2
402615
3.89
29527
1.1
373088
4.9
81826
0.6
156949
2.69
-75123
-0.21 -0.9
3
5732457
55.4
595561
21.8
5136896
67.41
6293690
44.5
1741566
29.74
4552124
54.89
4
3401
0.03
9133
0.33
-5732
-0.07
48343
0.34
48005
0.82
338
0
5
0
0
23270
0.85
-23270
-0.3
65395
0.46
47513
0.81
17882
0.21
6
552516
5.34
456864
2
95652
1.26
288677
2.04
262447
4.5
26230
0.32
7
16029
0.15
4563
0.17
11466
0.15
827
0
6484
0.11
-5657
-0.07
8
19902
0.19
15143
0.55
4759
0.06
132213
0.93
102327
1.75
29886
0.36
9
1048444
10.13
388485
2
659959
8.66
651644
4.6
430330
7.35
221314
2.67
10
356
0
5023
0.18
-4667
-0.06
13411
0.09
20868
0.35
-7457
-0.09
11
0
0
55558
2.03
-55558
-0.73
473922
3.35
300855
5.14
173067
2.08
12
0
0
9216
0.34
-9216
-0.12
4056
0.03
7885
0.13
-3829
-0.04
13
0
0
123049
4.5
-123049
-1.61
0
0
327714
5.6
-327714
-3.95
16.7
14.2
14
22749
0.22
105501
3.86
-82752
-1.1
43041
0.3
376253.5
6.42
-333213
-4.02
15
2373775
22.93
101438
3.71
2272337
29.82
4491168
31.74
361763.5
6.18
4129405
49.8
16
0
0
29798
1.1
-29798
-0.4
34382
0.24
140775
2.4
-106393
-1.3
17
0
0
115689
4.23
-115689
-1.52
272195
1.92
53236
0.91
218959
2.64
-1.71
12.7 18
173422
1.67
348662
6
-175240
-2.3
40415
0.29
182628
3.12
-142213
19
3523
0.03
4784
0.18
-1261
-0.02
97744
0.7
73923
1.26
23821
0.28
20
2265
0.02
17325
0.63
-15060
-0.2
14388
0.1
21268
0.36
-6880
-0.08
21
0
0
176473
6.46
-176473
-2.32
679622
4.8
291567
5
388055
4.7
22
0
0
81441
3
-81441
-1.06
357678
2.53
191775
3.27
165903
2
23
0
0
2633
0.1
-2633
-0.03
46221
0.33
1186
0.02
45035
0.54
24
0
0
12094
0.44
-12094
-0.16
550
0
50554
0.86
-50004
-0.6
25
0
0
0
0
0
0
5142
0.04
383301
6.54
-378159
-4.56
26
0
0
11060
0.4
-11060
-0.14
645
0
251505
4.3
-250860
-3.02
27
0
0
1044
0.04
-1044
-0.01
5979
0.04
3137
0.05
2842
0.03
28
0
0
4314
0.16
-4314
-0.06
4496
0.03
1530
0.02
2966
0.03
10351454
100
2731488
100
7619966
100
100
5855326
100
8292344
100
1414767 0
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Pada tahun 2003 total ekspor naik menjadi sebesar Rp. 14147670 juta. Pada tahun tersebut, sektor yang paling banyak nilai ekspornya adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit yaitu Rp. 6293690 juta atau 44.5 persen, sedangkan peringkat kedua adalah
69
perdagangan eceran sebesar Rp. 4491168 juta atau 31.74 persen selanjutnya diikuti oleh komunikasi yaitu Rp. 679622 juta atau 4.8 persen; industri barang dari logam, mesin dan peralatannya yaitu Rp. 651644 juta atau 4.6 persen; listrik sebesar Rp. 473922 juta atau 3.35 persen; keuangan Rp. 357678 juta atau 2.53 persen; dan restoran sebesar Rp. 272 195 juta atau 1.92 persen. Ditinjau dari sisi impor terhadap barang dan jasa ternyata sektor Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit masih memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp. 1741566 juta atau 29.74 persen, kemudian sektor industri barang dari logam, mesin dan peralatannya sebesar Rp. 430330 juta atau 7.34 persen, dan diikuti perdagangan besar sebesar Rp. 376253.5 juta atau 6.42 persen, perdagangan kecil sebesar Rp. 361763.5 juta atau 6.18 persen, dan hampir semua sektor membutuhkan bahan baku impor. Sedangkan dengan memperhatikan selisih antara total ekspor dan impor, maka sektor-sektor yang mengalami surplus yaitu sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit yang masih merupakan peringkat utama yang diikuti oleh sektor perdagangan eceran; komunikasi, industri barang dari logam, mesin dan peralatannya; komunikasi; restoran; dan listrik. Selisih total ekspor-impor sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit mengalami surplus perdagangan terbesar yaitu Rp. 4552124 juta atau 54.89 persen, sektor perdagangan eceran sebesar Rp. 4129405 juta atau 49.8 persen dan sektor komunikasi sebesar Rp. 388055 juta atau 4.7 persen. Tingginya input yang harus diimpor khususnya oleh sektor sektor Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit menunjukkan masih rendahnya pendalaman struktur industri pengolahan di wilayah Kota Bandung. Rendahnya pendalaman struktur ini disebabkan karena mahalnya investasi yang harus ditanamkan untuk membangun industri dasar,
70
lamanya jangka waktu pengembalian modal serta besarnya resiko usaha yang harus ditanggung oleh pengusaha. Padahal di satu sisi suatu sektor industri akan kuat apabila pendalaman struktur industrinya tinggi atau dengan kata lain ada kaitan yang kuat antara industri hulu yang bertindak sebagai penyedia bahan baku dengan industri hilir yang menggunakan bahan baku dari industri hulu tersebut. Karena sebagian besar barang modal dan komponen diimpor, pertumbuhan sektor industri yang tinggi akan selalu diikuti dengan kenaikan impor yang tinggi pula. Ada juga defisit yang terjadi di beberapa sektor sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 11, sedangkan cadangan devisa terbatas maka dapat ditempuh upaya untuk menghemat devisa ataupun meningkatkan penciptaan devisa. Penghematan devisa dapat dilakukan dengan mengurangi impor yaitu dengan berusaha memproduksi kebutuhan barang di dalam negeri untuk barang yang semula diimpor. Sedangkan upaya untuk meningkatkan penciptaan devisa dapat ditempuh strategi promosi ekspor yaitu berusaha untuk memperluas ekspor, baik dari segi luas pasar, volume maupun mengintroduksikan komoditi ekspor baru di pasar nasional dan internasional. Strategi ini mengharuskan sektor yang ada di wilayah ini untuk melakukan inovasi teknologi agar efisiensi produksi dapat tercapai sehingga dapat bersaing di pasar nasional dan internasional. Namun secara keseluruhan transaksi perdagangan Kota Bandung masih surplus sebear Rp. 7619966 juta pada tahun 2000, bahkan meningkat menjadi Rp. 8292344 juta pada tahun 2003.
6.6. Struktur Nilai Tambah Bruto (Value Added) Nilai tambah bruto atau disebut sebagai value added adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi.
Dalam Tabel Input
71
Output Kota Bandung nilai tambah ini dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung. Pajak tak langsung netto disini merupakan selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output atau nilai yang diproduksi atau yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Sektor-sektor penyumbang nilai tambah bruto tahun 2000 dan 2003 bagi Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui nilai tambah bruto Kota Bandung tahun 2000 adalah sebesar Rp. 14422964 juta, dengan perincian dari upah dan gaji sebesar Rp. 5929364 juta, surplus usaha sebesar Rp. 6770265 juta, penyusutan sebesar Rp. 1150687 juta dan pajak tak langsung sebesar Rp. 572648 juta. Pada tahun tersebut, sektor sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit yang merupakan penyumbang terbesar nilai tambah bruto yaitu sebesar Rp. 3394740 juta, dan diikuti oleh sektor perdagangan eceran, perdagangan besar, jasa pemerintahan dan pertahanan, sedangkan penyumbang nilai tambah bruto yang paling kecil yaitu terdapat pada sektor angkutan udara yaitu sebesar Rp. 5086 juta. Tabel tersebut juga menunjukkan nilai tambah bruto Kota Bandung tahun 2003 meningkat menjadi 23819786 juta, dengan perincian dari upah dan gaji sebesar Rp. 9520506 juta, surplus usaha sebesar Rp. 11559250 juta, penyusutan sebesar Rp. 1943998 juta dan pajak tak langsung sebesar Rp. 796032 juta. Pada tahun tersebut, sektor perdagangan eceran yang merupakan penyumbang terbesar nilai tambah bruto yaitu sebesar Rp. 4953990 juta, dan diikuti oleh sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sebesar 4734671 juta, perdagangan besar, jasa pemerintahan dan pertahanan, sedangkan penyumbang nilai tambah bruto yang paling kecil yaitu terdapat pada sektor industri
72
barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara yaitu sebesar Rp. 16901 juta.
Tabel 12. Struktur Nilai Tambah Bruto, Tahun 2000 dan 2003 Upah &
Surplus
Penyu-
Pajak Tak
Gaji
Usaha
Sutan
Langsung
No
2000
2003
2000
2003
2000
2003
2000
(Juta Rupiah) NTB
2003
2000
2003
1
13493
26938
53905
57258
786
2687
773
1328
68957
88211
2
39745
93278
69716
125606
6876
17515
5949
8638
122286
245037
3
1425853
1653928
1532262
2522502
255320
379130
181305
179111
3394740
4734671
4
11416
25629
20036
36312
2281
1638
1634
937
35367
64516
5
16944
35628
30052
58409
3812
4697
2731
3500
53539
102234
6
156631
194700
286071
276509
32047
38822
25988
15623
500737
525654
7
3412
6601
3915
7287
412
2645
307
368
8046
16901
8
3115
93891
6093
126078
334
14365
134
12888
9676
247222 1217598
9
110982
419765
209826
644408
22168
90290
7787
63135
350763
10
6000
22174
10779
45862
1118
3524
806
152
18703
71712
11
70960
173678
153884
192299
50474
66676
4164
38449
279482
471102
12
13611
26488
16161
27463
6243
5841
492
6022
36507
65814
13
394040
525805
263555
402245
67614
184359
46208
20041
771417
1132450
14
324461
629438.5
646679
932873.4
47425
48791.17
44544
72534.77
1063109
1683638
15
790632
1533787
2056793
2967048
207825
213811.8
146982
239343.2
3202232
4953990
16
34689
76913
53156
123009
13796
13853
6224
8372
107865
222147
17
154932
375065
206927
430776
75182
24747
42434
23470
479475
854058
18
167188
214041
316326
416805
114666
259632
7879
19107
606059
909585
19
1937
213569
951
242002
2146
74384
52
12282
5086
542237
20
29062
37341
27931
38109
12033
23226
505
4104
69531
102780
21
372848
373319
59409
495610
132350
261875
17186
39716
581793
1170520
22
297153
411447
217954
472781
13978
85899
5112
3284
534197
973411
23
92727
206966
208928
253372
25124
51706
12475
12702
339254
524746
24
45293
96726
83895
104776
6784
10656
5929
1162
141901
213320
25
1073373
1240588
0
929
4794
25427
0
0
1078167
1266944
26
154424
743413
27903
125167
21230
28230
1766
7100
205323
903910
27
9577
14015
9083
15488
3268
2995
1842
461
23770
32959
28
114866
55374
198075
418267
20601
6576
1440
2202
334982
482419
1150687
1943998
572648
796032
14422964
23819786
1155925 5929364
9520506
6770265
0
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Berdasar analisis struktur output, nilai tambah bruto dan struktur ekspor, maka sektor sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit memiliki peringkat pertama dan
73
perdagangan eceran memiliki peringkat kedua, baik di struktur output, dan struktur ekspor maupun struktur nilai tambah bruto. Sehingga dapat dikatakan bahwa output, nilai tambah dan ekspor sektor sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; dan perdagangan eceran lebih besar atau memegang peranan yang penting dalam pembangunan perekonomian Kota Bandung dapat diterima.
74
VII. PENENTUAN SEKTOR KUNCI
Penentuan sektor kunci merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses perumusan strategi pembangunan ekonomi Kota Bandung. Pembangunan ekonomi kota tersebut dapat ditentukan dengan aktivitas sektor kunci. Sektor kunci ini ditentukan berdasarkan analisis keterkaitan, penyebaran dan pengganda (multiflier). Berdasarkan hasil analisis tersebut, sektor-sektor terpilih adalah yang masuk ke dalam peringkat 10 (sepuluh) besar selama tahun 2000 dan 2003.
7.1. Analisis Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Analisis keterkaitan yang terjadi antar sektor ekonomi dibedakan menjadi dua yaitu : keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward
linkage). Keterkaitan kedepan terkait dengan tingkat penggunaan output suatu sektor dalam kegiatan-kegiatan sektor-sektor lainnya. Sedangkan keterkaitan ke belakang terkait dengan tingkat penggunaan input oleh suatu sektor dari sektor-sektor lainnya. Baik keterkaitan output ke depan maupun keterkaitan output ke belakang terdiri dari keterkaitan output langsung dan tidak langsung. Keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang diperoleh dari matriks koefisien input sedangkan keterkaitan tidak langsung kedepan dan kebelakang diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka.
7.1.1. Keterkaitan Kedepan Pada Tabel 13 disajikan nilai keterkaitan tidak langsung ke depan (indirect
forward linkage) antar sektor pada tahun 2000 dan 2003 di Kota Bandung. Tahun 2000,
75
nilai keterkaitan tidak langsung ke depan sektor-sektor berdasarkan urutan ranking 13 besar yaitu: pertama penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 1.6586, kedua air bersih bernilai 1.5355, ketiga industri pengolahan lainnya bernilai 1.4571, keempat listrik bernilai 1.4496, kelima komunikasi bernilai 1.3847, keenam industri makanan, minuman dan tembakau bernilai 1.3234, ketujuh industi logam dasar bernilai 1.1704, kedelapan industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, industri kimia, minyak bumi, bau bara bernilai 1.0867, kesembilan industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara bernilai 1.0521, kesepuluh jasa hiburan bernilai 1.0346.
Namun demikian, dibandingkan dengan tahun 2000, Pada tahun 2003, terjadi perubahan sektor-sektor yang berada pada peringkat 10 besar. Tampaknya, sektor-sektor jasa cukup dominan pada tahun tersebut. Peringkat pertama sektor yang memiliki keterkaitan tidak langsung ke depan tertinggi adalah jasa perusahaan bernilai 1.5163, kedua Jasa hiburan bernilai 1.4559, ketiga sewa bangunan sebesar 1.3599, keempat industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara bernilai 1.3463, kelima lainnya bernilai
1.2657, keenam jasa penunjang angkutan 1.2588, ketujuh
Komunikasi bernilai 1.2023, kedelapan keuangan sebesar 1.1997, kesembilan karet dan plastik bernilai 1.1576, kesepuluh Penginapan (hotel bintang dan non bintang) sebesar 1.1025.
76 Tabel 13. Keterkaitan Ke Depan 2000
2003
Rank Sektor 1
Penginapan bintang)
(hotel
bintang
Nilai dan
non
2
Jasa perusahaan 1.5355
3 Industri pengolahan lainnya
1.4496 Listrik
5 6
1.2588 Jasa penunjang angkutan
1.1704
10
Komunikasi
1.0867
1.1997
1.0521
1.1576 Karet dan plastic
1.0346
11
1.1025 Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
1.0330 Perdagangan besar
12
1.0214 Listrik
1.0079 Jasa perusahaan Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
15
1.2023
Keuangan
Jasa hiburan
14
1.2657
1.3234 Industi logam dasar Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
1.3463
Lainnya
Industri makanan, minuman dan tembakau 7
13
1.3599 Sewa bangunan Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
1.3847 Komunikasi
9
1.4559 Jasa hiburan
1.4571
4
Nilai 1.5163
1.6586
Air bersih
8
Sektor
0.9963 Jasa sosial kemasyarakatan
1.0035
Angkutan udara
0.9675
0.9852
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
0.9356
0.9712
Industri pengolahan lainnya
0.9292
0.9597
Perdagangan besar
0.9210
0.9536
Pertanian, peternakan dan perikanan
0.8539
0.9221
Konstruksi
0.8424
0.8928
Angkutan darat
0.8411
Konstruksi 0.8684
0.8344
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
0.8327
Air bersih
0.8319
0.7643
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
0.8191
0.7026
Restoran
0.7907
0.6427
Industri makanan, minuman dan tembakau
0.7869
0.6748
Perdagangan Eceran
0.7117
0.5816
Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
0.6948
0.5377
Jasa pemerintahan dan pertahanan
0.6791
0.5133
Industi logam dasar
0.6780
Jasa sosial kemasyarakatan 16 Lainnya 17 Restoran 18 Karet dan plastic 19 20 21 Angkutan darat 22 Angkutan udara 23 Perdagangan Eceran 24 Jasa perusahaan 25 Sewa bangunan 26 Keuangan 27 Pertanian, peternakan dan perikanan 28 Jasa pemerintahan dan pertahanan
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Dari peringkat sepuluh terbesar tersebut dapat menjadi perhatian bagi perencanaan daerah dalam rangka pengembangan sektor-sektor perekonomian yang memiliki kekuatan dan sisi keterkaitan output kedepan. Nilai keterkaitan tidak langsung ke depan beberapa sektor di bidang jasa seperti jasa perusahaan, jasa hiburan, sewa bangunan, jasa penunjang angkutan, komunikasi, keuangan dan penginapan cukup tinggi. Tingginya nilai keterkaitan tidak langsung kedepan beberapa sektor jasa tersebut
77
memberi makna bahwa perekonomian Kota Bandung didukung oleh sektor-sektor jasa yang menghasilkan output untuk bahan baku bagi sektor perekonomian lainnya di kota tersebut.
7.1.2. Keterkaitan Ke Belakang Tabel 14 menunjukkan tingkat keterkaitan ke belakang sektor-sektor yang memiliki peringkat sepuluh besar pada tahun 2000 adalah: pertama penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 1.4281, kedua komunikasi bernilai 1.3855, ketiga industri makanan, minuman dan tembakau bernilai 1.3332, keempat listrik sebesar 1.2703, kelima restoran bernilai 1.2830, keenam industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sebesar 1.2498, ketujuh industri barang dari logam, mesin dan peralatannya bernilai 1.0895, kedelapan industri pengolahan lainnya bernilai 1.0807, kesembilan industi logam dasar bernilai 1.0784, dan kesepuluh jasa penunjang angkutan sebesar 1.0715. Pada tahun 2003, terjadi perubahan peringkat. Peringkat sepuluh terbesar pada tahun tersebut adalah: pertama komunikasi bernilai
1.3410, kedua penginapan (hotel
bintang dan non bintang) bernilai 1.3112, ketiga keuangan sebesar 1.2359, keempat industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya sebesar 1.1736, kelima jasa penunjang angkutan sebesar 1.1139, keenam industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 1.1007, ketujuh karet dan plastik bernilai 1.0848, kedelapan listrik sebesar 1.0732, kesembilan jasa pemerintahan dan pertahanan bernilai 1.0563, kesepuluh angkutan udara sebesar 1.0494.
78 Tabel 14.
Keterkaitan Ke Belakang 2000
2003
Rangk 1
Sektor
Nilai
Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
1.4281
2 3
Komunikasi Industri makanan, minuman dan tembakau
1.3855
Listrik
1.3332
Sektor Komunikasi Penginapan bintang)
Nilai 1.3410
(hotel
bintang
dan
non 1.3112 1.2359
1.2703
Keuangan Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
Restoran
1.2830
Jasa penunjang angkutan
1.1139
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
1.2498
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
1.1007
1.0895
Karet dan plastic
1.0848
Industri pengolahan lainnya
1.0807
Listrik
1.0732
Industi logam dasar
1.0784
Jasa pemerintahan dan pertahanan
1.0563
Jasa penunjang angkutan Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
1.0715
Angkutan udara
1.0494
1.0613
Jasa sosial kemasyarakatan
1.0468
Angkutan darat Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
1.0483
Konstruksi
1.0111
Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
0.9771
Angkutan udara Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
0.9991
Perdagangan besar
0.9700
Jasa perusahaan
0.9552
Jasa perusahaan
0.9533
Industri makanan, minuman dan tembakau
0.9548
Jasa sosial kemasyarakatan
0.9436
Jasa hiburan
0.9504
4
1.1736
5 6 7 8 9 10 11 12 13
1.0475
14 15
0.9678
16 17 Air bersih
0.9147
Perdagangan Eceran
0.8936
Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
Karet dan plastic
0.8679
Perdagangan Eceran
0.9180
Konstruksi
0.8591
Industi logam dasar
0.9038
Jasa hiburan
0.8263
Air bersih
0.8979
Perdagangan besar
0.8258
Pertanian, peternakan dan perikanan
0.8774
Keuangan
0.8150
Angkutan darat
0.8744
Pertanian, peternakan dan perikanan
0.7373
Industri pengolahan lainnya
0.8561
Lainnya
0.6940
Restoran
0.8316
Sewa bangunan
0.6724
Lainnya
0.7969
Jasa pemerintahan dan pertahanan
0.6033
Sewa bangunan
0.7695
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
0.9488 0.9201
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Nilai pada sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu unit pada sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang), maka sektor tersebut akan membutuhkan input tambahan
79
untuk proses produksi dari sektor lainnya sebesar 1.4281 secara langsung dan tidak langsung. Keterkaitan tidak langsung kebelakang sektor jasa pemerintahan dan pertahanan juga mempunyai peranan yang cukup besar dalam menarik perkembangan sektor ekonomi lainnya. Besarnya nilai keterkaitan ke belakang sektor komunikasi dan penginapan (hotel bintang dan non bintang) mengindikasikan bahwa kedua sektor tersebut relatif tinggi memanfaatkan produk ekonomi lainnya dalam pembangunan ekonomi sektor-sektor tersebut. Demikian juga dengan masuknya sektor jasa pemerintahan dan pertahanan, dan jasa sosial kemasyarakatan dalam sepuluh besar peringkat utama menunjukkan semakin besarnya peran kedua sektor tersebut dalam memanfaatkan bahan baku atau pasokan dari produk ekonomi lainnya secara langsung.
7.2. Analisis Penyebaran Analisis penyebaran menghasilkan nilai penyebaran ke depan dan nilai penyebaran ke belakang. Nilai penyebaran ke depan merupakan suatu nilai yang menunjukkan efek relatif perubahan suatu sektor ekonomi terhadap perubahan output sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut baik langsung maupun tidak langsung atau kemampuan suatu sektor untuk mendorong kemampuan industri hilirnya. Sedangkan nilai penyebaran ke belakang merupakan nilai dari keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang dibobot dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung dari semua sektor perekonomian. Nilai penyebaran ini diperoleh dari hasil pengolahan matriks kebalikan Leontief terbuka dimana rumah tangga sebagai variabel exogenus.
80
Berdasarkan nilai penyebaran tersebut, sektor-sektor yang mempunyai nilai indeks penyebaran lebih dari satu menunjukkan tingginya daya penyebaran kebelakang sektor tersebut. Dengan kata lain mampu menarik pertumbuhan output sebesar nilai-nilai tersebut.
7.2.1. Penyebaran Ke Depan Pada Tabel 15 ditampilkan nilai-nilai penyebaran ke depan masing-masing sektor perekonomian baik langsung maupun tidak langsung di Kota Bandung. Nilai penyebaran tersebut merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan yang dibobot dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Berdasarkan nilai penyebaran tersebut, sektor-sektor yang mempunyai nilai lebih dari satu menunjukkan tingginya daya penyebaran kedepan sektor tersebut atau menunjukkan tingginya kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor lain yang memakai input dari sektor tersebut. Pada Tabel 15 kategori sepuluh sektor utama yang termasuk peringkat sepuluh besar pada tahun 2000 adalah: pertama jasa pemerintahan dan pertahanan bernilai 1.4849, kedua industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 1.4561, ketiga pertanian, peternakan dan perikanan bernilai 1.4553, keempat keuangan bernilai 1.3462, kelima jasa penunjang angkutan bernilai 1.3088, keenam angkutan darat bernilai 1.2569, ketujuh industri barang dari logam, mesin dan peralatannya bernilai 1.1839, kedelapan sewa bangunan bernilai 1.1678, kesembilan restoran bernilai 1.1373, kesepuluh perdagangan eceran sebesar 1.1133.
81 Tabel 15.
Penyebaran Ke Depan 2000
2003
Rank Sektor
Nilai
Sektor
Nilai
1 Jasa pemerintahan dan pertahanan
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Industi logam dasar
Pertanian, peternakan dan perikanan Keuangan
Jasa pemerintahan dan pertahanan Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
Jasa penunjang angkutan
Perdagangan Eceran
Angkutan darat Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
Konstruksi
Sewa bangunan
Restoran
Restoran Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
Perdagangan Eceran
Listrik
Angkutan udara
Air bersih
Karet dan plastic
Angkutan darat
Konstruksi Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya ndustri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
Angkutan darat
16
Jasa sosial kemasyarakatan
17
Industi logam dasar
Jasa sosial kemasyarakatan Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
18
Perdagangan besar
Pertanian, peternakan dan perikanan
19
Lainnya
Keuangan
20
Jasa perusahaan
Perdagangan besar
21
Komunikasi
ndustri pengolahan lainnya
22
ndustri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
23
Jasa hiburan
24
Industri makanan, tembakau
25
Listrik
Lainnya
26
Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
Jasa hiburan
27
Industri pengolahan lainnya
Sewa bangunan
28
Air bersih
Jasa perusahaan
2 3 4 5 6 7
Industri makanan, minuman dan tembakau
8 9 10 11 12 13 14 15
minuman
Komunikasi
Angkutan udara
Karet dan plastic Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
dan Jasa penunjang angkutan
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Pada tahun 2003 beberapa sektor masih berada pada ranking sepuluh besar seperti industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, jasa pemerintahan dan pertahanan, dan restoran juga ditempati oleh sektor-sektor yang sama
82
hanya terjadi pertukaran tempat antara kedua sektor tersebut. Kesepuluh besar sektorsektor tersebut adalah: pertama industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 1.2540, kedua industi logam dasar bernilai 1.2485, ketiga jasa pemerintahan dan pertahanan sebesar 1.2328, keempat industri barang dari logam, mesin dan peralatannya sebesar 1.2237, kelima perdagangan eceran bernilai 1.1773, keenam konstruksi sebesar 1.1537, ketujuh industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 1.1472, kedelapan restoran sebesar 1.1463, kesembilan industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, industri kimia, minyak bumi, batu bara sebesar 1.1184, dan kesepuluh listrik sebesar 1.0559. Kesepuluh sektor teratas tersebut menunjukkan bahwa output yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut merupakan bahan baku bagi industri atau sektor perekonomian lainnya. Nilai ini juga menunjukkan besarnya peranan sektor-sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di Kota Bandung. Dari kesepuluh sektor tersebut, Sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, dan jasa pemerintahan dan pertahanan termasuk mempunyai derajat kepekaan tinggi. Walaupun terjadi penurunan nilai dibandingkan dengan tahun 2000, pada tahun 2003, jika terjadi Kenaikan satu unit output sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit dapat berkontribusi terhadap kenaikan output sektor-sektor lainnya secara keseluruhan sebesar 1.2540. Sedangkan kenaikan satu unit output jasa pemerintahan dan pertahanan dapat menyebabkan kenaikan output sektorsektor lainnya secara keseluruhan sebesar 1.2328.
83
7.2.2. Penyebaran Ke Belakang Berdasarkan indikator penyebaran ke belakang, Tabel 16 menunjukkan sektor yang termasuk peringkat pertama pada tahun 2000 yaitu jasa pemerintahan dan pertahanan sebesar 1.3468, ini berarti jika terjadi kenaikan satu unit permintaan akhir sektor jasa pemerintahan dan pertahanan akan menyebabkan kenaikan output seluruh sektor sebesar 1.3468. Dengan kata lain jasa pemerintahan dan pertahanan merupakan sektor yang paling sensitif terhadap pengaruh pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung. Namun, pada tahun 2003, sektor jasa pemerintahan dan pertahanan tidak lagi termasuk peringkat pertama. Pada tahun ini sektor lainnya justru menjadi peringkat pertama adalah sektor lainnya. Sedangkan sektor yang relatif stabil pada peringkat utama baik pada tahun 2000 maupun 2003 yaitu sektor sewa bangunan. Adapun sektor jasa yang naik peringkat adalah sektor jasa sosial kemasyarakatan. Sektor-sektor yang masuk dalam peringkat sepuluh terbesar pada tahun 2000 adalah: pertama jasa pemerintahan dan pertahanan bernilai 1.3468, kedua Sewa bangunan bernilai 1.2525, ketiga Lainnya bernilai 1.2462, keempat Karet dan plastik bernilai 1.1336, kelima Pertanian, peternakan dan perikanan bernilai 1.1263, keenam Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya bernilai 1.1262, ketujuh Konstruksi bernilai 1.0898, kedelapan Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 1.0730, kesembilan Perdagangan besar bernilai 1.0627, kesepuluh angkutan darat bernilai 1.0608. Sedangkan sektor-sektor yang masuk dalam peringkat sepuluh terbesar pada tahun 2003 adalah: pertama lainnya bernilai 1.1677, kedua sewa bangunan sebesar 1.1516, ketiga restoran bernilai 1.1487, keempat listrik bernilai 1.0625, kelima angkutan darat bernilai 1.0624, keenam
industri pengolahan lainnya bernilai 1.0498, ketujuh
jasa
84
hiburan bernilai 1.0380, kedelapan air bersih bernilai 1.0329, kesembilan pertanian, peternakan dan perikanan sebesar 1.0242, kesepuluh konstruksi bernilai 1.0128, kesebelas jasa sosial kemasyarakatan bernilai 1.0118.
Tabel 16. Penyebaran Ke Belakang 2000
2003
Rank Sektor
Nilai
Sektor
1
Jasa pemerintahan dan pertahanan
Lainnya
2
Sewa bangunan
Sewa bangunan
3
Lainnya
Restoran
4
Karet dan plastic
Listrik
5
Pertanian, peternakan dan perikanan Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
Angkutan darat
7
Konstruksi
Jasa hiburan
8
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Air bersih
9
Perdagangan besar
Pertanian, peternakan dan perikanan
Angkutan darat Jasa hiburan
Konstruksi Jasa sosial kemasyarakatan Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
6
10 11 12
13
14
Keuangan Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
Industri pengolahan lainnya
Angkutan udara Industri makanan, minuman dan tembakau
15
Industi logam dasar
Industi logam dasar
16
Jasa perusahaan
Komunikasi
17
Perdagangan Eceran Jasa sosial kemasyarakatan
Keuangan Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
19
Listrik
Jasa perusahaan
20
Restoran Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Komunikasi
Perdagangan Eceran Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
18
21 22 23 24 25 26 27 28
Angkutan udara
Nilai
Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
Jasa penunjang angkutan Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
Jasa penunjang angkutan
Industri pengolahan lainnya Industri makanan, minuman dan tembakau
Karet dan plastic Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
Air bersih
Jasa pemerintahan dan pertahanan
Perdagangan besar
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Nilai indeks daya penyebaran beberapa sektor termasuk sektor lainnya, sewa bangunan, pertanian, peternakan dan perikanan, dan konstruksi menunjukkan bahwa
85
output yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut merupakan bahan baku bagi sektor perekonomian lainnya dan menunjukkan besarnya peranan sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung baik pada tahun 2000 maupun tahun 2003.
7.3. Analisis Pengganda Analisis pengganda (multiplier) bertujuan untuk melihat dampak perubahan permintaan akhir suatu sektor ekonomi terhadap semua sektor yang ada tiap satu satuan perubahan jenis pengganda. Pengganda yang dianalisis merupakan total dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industri (industrial support effect) dan efek induksi konsumsi. Dari analisis penganda ini akan diketahui peranan dari masing-masing sektor dalam perekonomian.
7.3.1. Pengganda Output Pengganda output dibagi menjadi multiflier output tipe I dan tipe II. Pengganda output tipe I merupakan total dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first
round effect), dan efek dukungan industri (industrial support effect). Sedangkan nilai pengganda tipe II diperoleh dengan memperhitungkan efek konsumsi rumah tangga yang masuk dalam model. Pengganda tipe II nilainya selalu lebih besar dibandingkan dari pengganda tipe I karena dalam pengganda output tipe II ini efek konsumsi rumah tangga ikut di perhitungkan. Pada Tabel 17 pengganda tipe I tahun 2000 sektor-sektor yang masuk dalam sepuluh besar adalah: pertama penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 2.367,
86
kedua komunikasi bernilai 2.297, ketiga industri makanan, minuman dan tembakau bernilai 2.210, keempat restoran bernilai 2.127, kelima listrik bernilai 2.106, keenam industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 2.072, ketujuh industri barang dari logam, mesin dan peralatannya bernilai 1.806, kedelapan industri pengolahan lainnya bernilai 1.791, kesembilan industi logam dasar bernilai 1.788, kesepuluh jasa penunjang angkutan bernilai 1.776.
Tabel 17. Peringkat 10 Besar Pengganda Output Tipe I dan Tipe II Tahun 2000 dan 2003 Peringkat
Pengganda Tipe I Tahun 2000
Pengganda Tipe II
Tahun 2003
Tahun 2000
Sektor
Nilai
Sektor
Nilai
Penginapan (hotel bintang dan non bintang) Komunikasi
2.367
Komunikasi
1.778
Industi dasar
logam
2.921
Penginapan bintang dan bintang)
(hotel non
2.329
2.297
1.738
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
2.132
2.210
2.746
Komunikasi
2.094
4.
1.550
2.709
Listrik
2.030
5.
Listrik
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya Penginapan (hotel bintang dan non bintang) Komunikasi
2.767
Industri makanan, minuman tembakau Restoran
Penginapan (hotel bintang dan non bintang) Keuangan
2.603
Karet dan plastik
1.919
1.
2.
3.
6.
7.
8.
9.
10.
1.638
dan 2.127
2.106
1.550
Sektor
Tahun 2003
Industri makanan, minuman tembakau
Nilai
Sektor
Nilai
dan
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya Industri pengolahan lainnya Industi logam dasar
2.072
Jasa penunjang angkutan
1.477
Restoran
2.537
Keuangan
1.906
1.806
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
1.458
Angkutan udara
2.466
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
1.888
1.791
Karet dan plastik
1.434
Angkutan darat
2.451
Industri makanan, minuman dan tembakau
1.869
1.788
Listrik
1.423
Listrik
2.421
Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
1.813
Jasa penunjang angkutan
1.776
Jasa pemerintahan dan pertahanan
1.400
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
2.413
Jasa angkutan
1.757
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
penunjang
87
Pengganda output tipe 1 tahun 2000 peringkat pertama adalah penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 2.367. Nilai tersebut menunjukkan bahwa akibat adanya tambahan satu unit uang permintaan akhir di sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang), maka output sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) meningkat sebesar 2.367. Adapun pengganda tipe I tahun 2003 sektor-sektor yang masuk dalam sepuluh besar adalah: pertama komunikasi bernilai 1.778, kedua penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 1.738, ketiga keuangan bernilai 1.638, keempat industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya bernilai 1.550, kelima industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya bernilai 1.550, keenam jasa penunjang angkutan bernilai 1.477, ketujuh industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 1.458, kedelapan karet dan plastik bernilai 1.434, kesembilan listrik bernilai 1.423, kesepuluh jasa pemerintahan dan pertahanan bernilai 1.400. Dengan demikian, pada dari tahun 2000 sampai 2003, sektor-sektor yang cenderung tetap memiliki peringkat multiplier tertinggi adalah sektor yang termasuk bidang jasa yaitu sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi. Keduanya sangat berperan dalam pertumbuhan output Kota Bandung. Adapun nilai pengganda tipe II diperoleh dengan memperhitungkan efek konsumsi rumah tangga yang masuk dalam model. Pengganda tipe II nilainya selalu lebih besar dibandingkan dari pengganda tipe I karena dalam pengganda output tipe II ini efek konsumsi rumah tangga ikut di perhitungkan. Dengan menambahkan nilai konsumsi, maka pengganda tipe II tahun 2000 sektorsektor yang masuk dalam sepuluh besar adalah: pertama industi logam dasar bernilai
88
2.921, kedua industri barang dari logam, mesin dan peralatannya bernilai 2.767, ketiga penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 2.746, keempat komunikasi bernilai 2.709, kelima industri makanan, minuman dan tembakau bernilai 2.603, keenam restoran bernilai 2.537, ketujuh angkutan udara bernilai 2.466, kedelapan angkutan darat bernilai 2.451, kesembilan listrik bernilai 2.421, kesepuluh industri tekstil, pakaian jadi dan kuli bernilai 2.413. Pengganda tipe II tahun 2003 sektor-sektor yang masuk dalam sepuluh besar adalah: pertama penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 2.329, industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya bernilai 2.132 , ketiga komunikasi 2.094, keempat listrik bernilai 2.030 , kelima karet dan plastik 1.919, keenam keuangan bernilai 1.906, ketujuh industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 1.888, kedelapan industri makanan, minuman dan tembakau 1.869 , kesembilan industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, industri kimia, minyak bumi, batu bara
bernilai 1.813,
kesepuluh jasa penunjang angkutan bernilai 1.757. Pada pengganda output tipe II ini tampak bahwa penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi masih sangat berperan dalam perekonomian Kota Bandung. Di samping kedua sektor tersebut, sektor-sektor yang berbasis industri seperti industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya juga memiliki tingkat pengganda yang tinggi.
7.3.2. Pengganda Pendapatan Dari hasil perhitungan nilai pengganda pendapatan tipe I tahun 2000, yang masuk ke dalam sepuluh terbesar adalah : pertama perdagangan eceran bernilai 2.794, kedua penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 2.605, ketiga industri makanan,
89
minuman dan tembakau bernilai 2.538, keempat industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 2.408, kelima jasa sosial kemasyarakatan bernilai 2.359, keenam komunikasi bernilai 2.312, ketujuh restoran 2.213, kedelapan listrik bernilai 2.122, kesembilan sewa bangunan bernilai 2.013, dan kesepuluh jasa hiburan bernilai 1.937. Nilai pengganda pendapatan tipe I tahun 2003 yang masuk ke dalam sepuluh terbesar adalah : pertama sewa bangunan 2.169, kedua komunikasi 1.800, ketiga keuangan bernilai 1.663 , keempat penginapan (hotel bintang dan non bintang) 1.658, kelima perdagangan eceran 1.483, keenam jasa penunjang angkutan 1.448, ketujuh angkutan udara 1.420 , kedelapan industri tekstil, pakaian jadi dan kulit 1.412, kesembilan jasa sosial kemasyarakatan 1.366, dan kesepuluh jasa hiburan 1.366. Sektor perdagangan eceran merupakan sektor yang memberi pengganda pendapatan tipe I tahun 2000 terbesar bernilai 2.796, sedangkan sewa bangunan merupakan sektor yang memiliki pengganda pendapatan tipe I tahun 2003 yaitu sebesar 2.169. Hal ini menunjukkan akibat tambahan satu unit uang permintaan akhir sektor perdagangan eceran pada tahun 2000, maka akan meningkatkan pendapatan sektor industri perdagangan eceran sebesar Rp. 2.796; sedangkan tambahan satu unit permintaan akhir sektor sewa bangunan pada tahun 2003 dapat meningkatkan pendapatan sektor sewa bangunan sebesar 2.169. Di samping kedua sektor tersebut tampak bahwa bahwa penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi juga sangat berperan dalam menciptakan pengganda pendapatan tipe I.
90
Tabel 18. Peringkat 10 Besar Pengganda Pendapatan Tipe I dan Tipe II Tahun 2000 dan 2003 Rank
Penggandar Tipe I Tahun 2000 Sektor
Pengganda Tipe II Tahun 2003
Nilai
Sektor
Tahun 2000 Nilai
Sektor
Tahun 2003 Nilai
Sektor
Nilai
1.
Perdagangan Eceran
2.794
Sewa bangunan
2.169
Perdagangan Eceran
3.425
Sewa bangun an
2.675
2.
Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
2.605
Komunikasi
1.800
Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
3.193
Komuni kasi
2.219
3.
Industri makanan, minuman tembakau
2.538
Keuangan
1.663
Industri makanan, minuman dan tembakau
3.111
Keuang an
2.051
dan
4.
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
2.408
Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
1.658
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
2.952
Pengin apan (hotel bintang dan non bintang )
2.044
5.
Jasa sosial kemasyarakatan
2.359
Perdagangan Eceran
1.483
Jasa kemasyarakatan
2.891
Perdag angan Eceran
1.828
6.
Komunikasi
2.312
Jasa penunjang angkutan
1.448
Komunikasi
2.834
Jasa penunja ng angkuta n
1.785
7.
Restoran
2.213
Angkutan udara
1.420
Restoran
2.713
Angkut an udara
1.751
8.
Listrik
2.122
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
1.412
Listrik
2.601
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
1.741
9.
Sewa bangunan
2.013
Jasa sosial kemasyarakata n
1.366
Sewa bangunan
2.467
Jasa sosial kemasy arakata n
1.684
10.
Jasa hiburan
1.937
Jasa hiburan
1.366
Jasa hiburan
2.374
Jasa hiburan
1.684
sosial
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Nilai pengganda tipe II dengan memasukkan rumah tangga kedalam model (rumah tangga sebagai endogenus), nilai multiplier pendapatan akan menjadi lebih besar dari penganda tipe 1. Sektor yang masuk kedalam sepuluh terbesar pada pengganda tipe II tahun 2000 adalah : pertama perdagangan eceran bernilai 3.425. kedua penginapan
91
(hotel bintang dan non bintang) bernilai 3.193, ketiga industri makanan, minuman dan tembakau bernilai 3.111, keempat industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 2.952, kelima jasa sosial kemasyarakatan bernilai 2.891, keenam komunikasi bernilai 2.834, ketujuh restoran bernilai 2.713, kedelapan listrik bernilai 2.601, kesembilan sewa bangunan bernilai 2.467, dan kesepuluh jasa hiburan 2.374. Sektor yang masuk kedalam sepuluh terbesar pada pengganda tipe II tahun 2003 adalah : pertama sewa bangunan bernilai 2.675. kedua komunikasi bernilai 2.219, ketiga keuangan bernilai 2.051, keempat penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 2.044, kelima perdagangan eceran 1.828, keenam jasa penunjang angkutan 1.785, ketujuh angkutan udara bernilai 1.751, kedelapan industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 1.741, kesembilan jasa sosial kemasyarakatan bernilai 1.684, dan kesepuluh jasa hiburan 1.684. Dari hasil analisis pengganda tipe II tersebut tampak bahwa peringkat sektoral baik pada tahun 2000 maupun 2003 sama dengan pola peringkat sektoral multiplier tipe I dimana perdagangan eceran, sewa bangunan, penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi memiliki peranan yang sangat berperan dalam perekonomian Kota Bandung.
7.3.3. Pengganda Tenaga Kerja Berdasarkan Tabel 19 pengganda tenaga kerja yang masuk dalam peringkat sepuluh terbesar pada tipe I tahun 2000 adalah : pertama listrik bernilai 9.701, kedua komunikasi bernilai 3.916, ketiga air bersih bernilai 3.200, keempat angkutan udara bernilai 2.855, kelima jasa penunjang angkutan bernilai 2.774, keenam industri makanan,
92
minuman dan tembakau bernilai 2.750, ketujuh industri pengolahan lainnya bernilai 2.488, kedelapan industri tekstil, pakaian jadi dan kulit bernilai 2.360, kesembilan angkutan darat bernilai 2.287, dan kesepuluh penginapan (hotel bintang dan non bintang) bernilai 2.095. Adapun pengganda tenaga kerja yang masuk dalam peringkat sepuluh terbesar pada tipe I tahun 2003 adalah : pertama jasa sosial kemasyarakatan bernilai 59.984, kedua keuangan 4.244, ketiga industi logam dasar 3.240, keempat jasa perusahaan 2.444, kelima industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya 2.163, keenam penginapan (hotel bintang dan non bintang) 1.897, ketujuh listrik 1.782, kedelapan komunikasi 1.699, kesembilan industri makanan, minuman dan tembakau 1.538, dan kesepuluh industri tekstil, pakaian jadi dan kulit 1.505. Sektor-sektor yang termasuk dalam urutan sepuluh terbesar untuk nilai pengganda tenaga kerja tipe II tahun 2000 adalah : pertama listrik bernilai 11.939, kedua air bersih bernilai 6.437, ketiga komunikasi bernilai 4.891, keempat angkutan udara bernilai 4.770, kelima angkutan darat bernilai 3.974, keenam jasa penunjang bernilai 3.831, ketujuh industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya bernilai 3.818, kedelapan industri barang dari logam, mesin dan peralatannya bernilai 3.674, kesembilan industri makanan, minuman dan tembakau bernilai 3.403, dan kesepuluh industri pengolahan lainnya 3.220. Sedangkan sektor-sektor yang termasuk dalam urutan sepuluh terbesar untuk nilai pengganda tenaga kerja tipe II tahun 2003 adalah : pertama jasa sosial kemasyarakatan 193.359 , kedua keuangan 8.796, ketiga industi logam dasar 7.929, keempat jasa perusahaan bernilai 5.803, kelima listrik 5.257, keenam industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya 3.698, ketujuh penginapan (hotel bintang dan non bintang) 2.827,
93
kedelapan industri pengolahan lainnya 2.410, kesembilan industri makanan, minuman dan tembakau 2.393, dan kesepuluh industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, industri kimia, minyak bumi, bau bara 2.267.
Tabel 19. Peringkat 10 Besar Pengganda Tenaga Kerja Tipe I dan Tipe II Tahun 2000 dan 2003 Pengganda Tipe I Rank
Tahun 2000 Sektor
1.
Listrik
2.
Komunikasi
3.
Air bersih
4.
Angkutan udara Jasa penunjang angkutan
5.
Penggandar Tipe II
Tahun 2003
Tahun 2000 Nilai
Nilai
Sektor
9.70 1 3.91 6 3.20 0 2.85 5 2.77 4
Jasa sosial kemasyarakatan Keuangan
59.984
Listrik
11.939
4.244
Air bersih
6.437
Industi logam dasar Jasa perusahaan
3.240
Komunikasi
4.891
2.444
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
2.163
Angkutan udara Angkutan darat
1.897
Industri makanan, minuman dan tembakau Industri pengolahan lainnya
2.75 0
2.48 8
Listrik
1.782
8.
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
2.36 0
Komunikasi
1.699
9.
Angkutan darat
2.28 7
Industri makanan, minuman tembakau
1.538
6.
7.
10.
Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
2.09 5
dan
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
1.505
Sektor
Tahun 2003 Nilai
Sektor
Nilai
Jasa sosial kemasyarakatan Keuangan
193.359 8.796
4.770
Industi logam dasar Jasa perusahaan
5.803
3.974
Listrik
5.257
Jasa penunjang angkutan
3.831
3.698
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya Industri makanan, minuman dan tembakau
3.818
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
3.674
Industri pengolahan lainnya
2.410
3.403
Industri makanan, minuman tembakau
2.393
Industri pengolahan lainnya
3.220
7.929
2.827
dan
Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
2.267
Sumber: Tabel Input-Output Kota Bandung, Tahun 2000 dan 2003 (Diolah)
Nilai pengganda sektor yang mempunyai pengganda terbesar baik tipe I dan tipe II pada tahun 2000 adalah sektor listrik, masing-masing sebesar 9.701 dan 11.939. Namun demikian, pada tahun 2003, pengganda terbesar tergantikan oleh jasa sosial kemasyarakatan. Kenaikan permintaan sebesar 1 rupiah pada sektor jasa sosial
94
kemasyarakatan dapat memberikan kontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja berdasarkan multiplier tipe I sebesar 59.984 dan tipe II sebesar 193.359.
7.4. Sektor-Sektor Kunci Berdasarkan hasil analisis keterkaitan, penyebaran dan pengganda, sektor-sektor yang masuk kategori prioritas adalah sektor-sektor yang masuk ke dalam peringkat 10 (sepuluh) besar secara konsisten selama tahun 2000, sebelum diberlakukan desentralisasi fiskal, dan tahun 2003, setelah diterapkannya desentralisasi fiskal.
Tabel 20. Sektor-sektor Unggulan Berdasarkan Indikator Keterkaitan dan Penyebaran Tahun 2000 dan 2003 Indikator* Keterkaitan Ke Belakang
Sektor-sektor Unggulan Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; listrik; penginapan (hotel bintang dan non bintang); dan komunikasi
Keterkaitan Ke Depan
Penginapan (hotel bintang dan non bintang); dan komunikasi
Keterkaitan Ke Belakang Penginapan (hotel bintang dan non bintang); dan komunikasi dan Ke Depan Penyebaran Ke Belakang
Pertanian, peternakan dan perikanan; konstruksi, angkutan darat; sewa bangunan; dan lainnya
Penyebaran Ke Depan
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran; restoran; dan jasa pemerintahan dan pertahanan
Keterkaitan dan Penyebaran
Penginapan (hotel bintang dan non bintang); dan komunikasi
Sumber : Tabel Input Output Kota Bandung Tahun 2000 dan 2003 (diolah)
Tabel 20 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis keterkaitan ke belakang sektor-sektor yang masuk kategori unggulan adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; listrik; penginapan (hotel bintang dan non bintang), dan komunikasi. Adapun berdasarkan
keterkaitan ke depan sektor-sektor yang perlu diunggulkan adalah
95
penginapan (hotel bintang dan non bintang), dan komunikasi. Jika dilihat berdasarkan baik keterkaitan ke belakang maupun keterkaitan ke depan maka penginapan (hotel bintang dan non bintang), dan komunikasi perlu diprioritaskan. Jika dilihat berdasarkan hasil analisis penyebaran, maka sektor-sektor yang diunggulkan pada indikator penyebaran ke belakang adalah pertanian, peternakan dan perikanan; konstruksi; angkutan darat; sewa bangunan; dan lainnya. Sedangkan sektorsektor unggulan pada indikator penyebaran ke depan adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran, restoran, dan jasa pemerintahan dan pertahanan. Secara umum, berdasarkan indikator gabungan antara hasil analisis keterkaitan dan penyebaran, sektor-sektor yang perlu diunggulkan adalah penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi. Hal ini mengimplikasikan bahwa kedua sektor tersebut dapat menjadi penggerak perekonomian Kota Bandung. Tabel 21 menunjukkan bahwa sektor-sektor unggulan berdasarkan masing-masing kategori dalam analisis penggandaaan adalah sebagai berikut: kategori multiplier output tipe I yaitu sektor-sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; penginapan (hotel bintang dan non bintang), komunikasi dan jasa penunjang angkutan. Sedangkan sektor-sektor unggulan berdasarkan multiplier output tipe II adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; penginapan (hotel bintang dan non bintang), komunikasi dan listrik. Jika dilihat dari indikator gabungan antara multiplier output tipe I dan II sektor-sektor unggulan terdiri dari industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; penginapan (hotel bintang dan non bintang), komunikasi.
96
Tabel 21.
Sektor-sektor Unggulan Berdasarkan Multiplier Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja Tahun 2000 dan 2003 Indikator*
Sektor-sektor Unggulan
Multiplier Output Multiplier Output Tipe I
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; penginapan (hotel bintang dan non bintang); komunikasi; dan jasa penunjang angkutan
Multiplier Output Tipe II
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; penginapan (hotel bintang dan non bintang); komunikasi; dan listrik
Multiplier Output Tipe I dan Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; penginapan (hotel II
bintang dan non bintang); dan komunikasi
Multiplier Pendapatan Multiplier Pendapatan
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran;
Tipe I
penginapan (hotel bintang dan non bintang); komunikasi; sewa bangunan; jasa sosial kemasyarakatan; dan jasa hiburan
Multiplier Pendapatan
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran;
Tipe II
penginapan (hotel bintang dan non bintang); komunikasi; sewa bangunan; jasa sosial kemasyarakatan; dan jasa hiburan
Multiplier Pendapatan Tipe I Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran; dan II
penginapan (hotel bintang dan non bintang);
komunikasi;
sewa bangunan; jasa sosial kemasyarakatan; dan jasa hiburan Multiplier Tenaga Kerja Multiplier Tenaga Kerja
Industri makanan, minuman dan tembakau; penginapan (hotel
Tipe I
bintang dan non bintang); dan komunikasi
Multiplier Tenaga Kerja
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya; industri
Tipe II
pengolahan lainnya; dan listrik
Data diolah dari IO Kota Bandung Tahun 2000 dan 2003
97
Beberapa sektor unggulan pada indikator multiplier output juga termasuk dalam sektor unggulan pada multiplier pendapatan sehingga dapat dikatakan bahwa pola sektorsektor uanggulan pada multiplier output dan pendepatan relatif sama. Dilihat dari multiplier pendapatan tipe I sektor-sektor unggulan terdiri dari industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran; penginapan (hotel bintang dan non bintang); komunikasi; sewa bangunan, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa hiburan. Pada multiplier pendapatan tipe II yang termasuk sektor-sektor unggulan adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran; penginapan (hotel bintang dan non bintang), komunikasi; sewa bangunan; jasa sosial kemasyarakatan dan jasa hiburan. Dengan demikian sektor-sektor unggulan baik pada multiplier tipe I maupun tipe II sama. Berbeda dengan multiplier output dan pendapatan, multiplier tenaga kerja memiliki pola sektor-sektor unggulan yang berbeda dimana sektor-sektor unggulan pada multiplier tenaga kerja tipe I berbeda dengan sektor-sektor unggulan pada multiplier tenaga kerja tipe II. Sektor-sektor unggulan pada multiplier tenaga kerja tipe I terdiri dari industri makanan, minuman dan tembakau, penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi. Sedangkan sektor-sektor unggulan pada multiplier tenaga kerja tipe II terdiri dari : industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya; industri pengolahan lainnya dan listrik.
98
VIII. DAMPAK INVESTASI PADA SEKTOR-SEKTOR KUNCI DAN LAINNYA TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA
Tahun 2000 merupakan tahun awal diberlakukan kebijakan otonomi atau desentralisasi. Setelah penerapan desentralisasi berjalan sampai tahun 2003 atau selama 3 tahun tentunya diharapkan telah ada perkembangan yang memuaskan dalam kinerja pembangunan ekonomi Kota Bandung. Kinerja ekonomi tersebut dapat dilihat dari output, pendapatan dan kesempatan kerja.
Oleh karena itu, pada bagian ini akan
diperbandingkan kinerja perekonomian Kota Bandung berdasarkan indikator output, pendapatan dan kesempatan kerja antara tahun 2000 dengan tahun 2003, tiga tahun sesudah diberlakukannya desentralisasi. Selanjutnya, pada bagian ini juga dianalisis dampak konsumsi dan investasi 2000
dan 2003 terhadap output, pendapatan dan
kesempatan kerja. Terakhir, untuk melihat kemungkinan komposisi investasi yang lebih baik dampaknya terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja maka dilakukan analisis simulasi berdasarkan pada beberapa alternatif skenario simulasi.
8.1. Kinerja Perekonomian Kota Bandung Sebelum dan Sesudah Penerapan Desentralisasi Sebagai bahan evaluasi perkembangan kinerja perekonomian Kota Bandung sebelum dan sesudah penerapan desentralisasi, Tabel 22 mengindikasikan kinerja perekonomian Kota tersebut tahun 2000, sebelum penerapan desentralisasi dan tahun 2003, tiga tahun sesudah penerapan desentralisasi ditinjau dari pencapaian output, pendapatan dan
kesempatan kerja. Berdasarkan indikator tersebut dapat diketahui
bahwa dari tahun 2000 sampai tahun 2003 output dan pendapatan mengalami
99
peningkatan yang sangat pesat. Dalam periode tersebut, output meningkat dari 9250978 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 40516677 juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 337.97 persen. Walaupun tidak sepesat peningkatan output, pendapatan juga meningkat dari 5929364 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 9520506 juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 60.56 persen.
Tabel 22. Kinerja Perekonomian Kota Bandung Uraian Sebelum desentralisasi (tahun 2000) Setelah desentralisasi (tahun 2003) Peningkatan atau penurunan dari tahun 2000 ke tahun 2003 (dalam persen)
Output (juta rupiah)
Pendapatan (juta rupiah)
Kesempatan Kerja (orang)
9250978
5929364
777.191
40516677
9520506
513174
337.97
60.56
-33.97
Namun demikian, kesempatan kerja yang justru menjadi hajat hidup masyarakat Bandung dan sekitarnya mengalami penurunan pada periode tersebut. Pada tahun 2000, sebelum penerapan kebijakan desentralisasi penciptaan kesempatan kerja adalah sebesar 777191 orang, sedangkan pada tahun 2003, setelah tiga tahun penerapan desentralisasi, kesempatan kerja mengalami penurunan sehingga menjadi 513174 orang, atau menurun sebesar 33.97 persen.
8.2.Dampak Konsumsi dan Investasi Tahun 2000 dan 2003 terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja Dari sisi permintaan, di luar konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga dan
100
investasi dapat menjadi penggerak perekonomian Kota Bandung. Tabel 23 menunjukkan hasil perhitungan dampak konsumsi rumah tangga Kota Bandung tahun 2000 dan 2003 terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja.
Tabel 23. Dampak Konsumsi Rumah Tangga terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja Uraian Sebelum desentralisasi fiskal (tahun 2000) Setelah desentralisasi fiskal (tahun 2003) Peningkatan atau penurunan dari tahun 2000 ke tahun 2003 (dalam persen)
Output (juta rupiah)
Pendapatan (juta rupiah)
Kesempatan Kerja (orang)
13467634
1421495
348830
15697412
2191365
195887
16.5
54.16
-43
Tabel 23 menunjukkan bahwa dari tahun 2000 sampai tahun 2003 output dan pendapatan mengalami peningkatan. Dalam periode tersebut, output meningkat dari 13467634 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 15697412 juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 16.5 persen. Begitupun juga dengan pendapatan yang meningkat dari 1421495 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 2191365 juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 54.16 persen. Namun demikian, kesempatan kerja yang justru menjadi hajat hidup masyarakat Bandung dan sekitarnya justru mengalami penurunan pada periode tersebut. Pada tahun 2000, dampak konsumsi terhadap penciptaan kesempatan kerja adalah sebesar 348830 orang, sedangkan pada tahun 2003, kesempatan kerja yang dihasilkan konsumsi mengalami penurunan sehingga 195887 orang, atau menurun sebesar 43 persen.
101
Pola yang relatif serupa terjadi pada dampak investasi terhadap output, pendapatan dan kesempatan sebagaimana tergambarkan dalam Tabel 24. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari tahun 2000 sampai tahun 2003 output dan pendapatan mengalami peningkatan. Output meningkat dari 4760381 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 4811734 juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 1.07 persen. Adapun pendapatan meningkat dari 663614 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 749866 juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 13 persen.
Tabel 24. Dampak Investasi terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja Uraian Sebelum desentralisasi fiskal (tahun 2000) Setelah desentralisasi fiskal (tahun 2003) Peningkatan atau penurunan dari tahun 2000 ke tahun 2003 (dalam persen)
Output (juta rupiah)
Pendapatan (juta rupiah)
Kesempatan Kerja (orang)
4760381
663614
123403
4811734
749866
71405
1.07
13
-42.14
Namun demikian, pada periode tersebut, kesempatan kerja mengalami penurunan yang sangat tajam. Pada tahun 2000, dampak investasi terhadap penciptaan kesempatan kerja adalah sebesar 123403 orang, sedangkan pada tahun 2003, kesempatan kerja yang dihasilkan investasi mengalami penurunan sehingga menjadi 71405
orang, atau
menurun sebesar 42.14 persen. Jika dibandingkan antara kontribusi konsumsi rumah tangga dan investasi terhadap dalam menciptakan output, pendapatan dan kesempatan kerja maka tampak bahwa nilai kontribusi konsumsi rumah tangga lebih besar dibandingkan dengan nilai
102
kontribusi investasi.
8.3. Simulasi Dampak Investasi pada Sektor-Sektor Kunci dan lainnya terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja Ke depan, untuk mendapatkan komposisi alokasi investasi yang dapat lebih mensejahterakan masyarakat maka dilakukan beberapa simulasi alokasi dan realokasi investasi ke beberapa sektor. Simulasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil perhitungan sebelumnya yang terkait dengan identifikasi beberapa sektor kunci. Hasil identifikasi tersebut menunjukkan bahwa penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi dapat dijadikan sebagai sektor-sektor kunci. Beberapa sektor tersebut dijadikan objek simulasi ini untuk mengetahui dampak investasi pada sektor-sektor tersebut terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja. Simulasi dilakukan dengan beberapa skenario (selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 2) berikut: 1. Simulasi 1: Simulasi basis yaitu dampak investasi tahun 2003 terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja. 2. Simulasi 2: investasi pada sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) berkurang sebesar 200 juta sedangkan sektor 16 (penginapan atau hotel bintang dan non bintang), sebagai salah satu sector kunci, bertambah sebesar 200 juta. 3. Simulasi 3: investasi pada sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) berkurang sebesar 200 juta sedangkan sektor 21 (komunikasi), sebagai salah satu sector kunci, bertambah sebesar 200 juta. 4. Simulasi 4: investasi pada sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) berkurang sebesar 200 juta sedangkan sektor 16 (penginapan atau hotel bintang dan non bintang) dan sektor 21 (komunikasi) masing-masing naik sebesar 100 juta.
103
5. Simulasi 5: investasi pada sektor 9 (industri barang dari logam, mesin dan peralatannya) berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) naik sebesar 200 juta. 6. Simulasi 6:
investasi pada sektor 9 (industri barang dari logam, mesin dan
peralatannya) berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada sektor 16 (penginapan atau hotel bintang dan non bintang) naik sebesar 100 juta, sektor 21 (komunikasi) naik sebesar 60 juta dan sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) naik sebesar 40 juta.
Dari hasil simulasi sebagaimana pada Tabel 25 diketahui bahwa realokasi investasi pada dua sektor prioritas yang dapat dikategorikan sebagai kelompok sektor jasa yaitu penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi serta sektor pertanian, peternakan dan perikanan memiliki dampak yang bervariasi. Secara umum, investasi pada sektor-sektor prioritas dapat meningkatkan kinerja ekonomi Kota Bandung. Tabel 25. Simulasi Dampak Investasi pada Sektor-Sektor Kunci dan Lainnya terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja Skenario Simulasi I Data dasar (2003) Simulasi II Simulasi III Simulasi IV Simulasi V Simulasi VI
Output (juta rupiah)
Pendapatan (juta rupiah)
Kesempatan Kerja (orang)
4805069 4805245 4805197 4805221 4805027 4805152
744356 744358 744358 744379 744338 744360
71347 71339 71337 71338 71358 71350
Simulasi I yaitu simulasi basis dengan menggunakan data dasar investasi sebagaimana terlaporkan dalam tabel Input Output Kota Bandung tahun 2003. Hasil
104
simulasi ini menunjukkan jumlah output yang dihasilkan sebesar 4805069 juta rupiah, pendapatan sebesar 744356 juta rupiah, dan kesempatan kerja sebesar 71347 orang. Simulasi II yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor pertanian, peternakan dan perikanan ke sektor penginapan atau hotel bintang dan non bintang), sebagai salah satu sektor kunci, mengakibatkan kenaikan output dan pendapatan dan mengurangi kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan dan kesempatan kerja pada simulasi basis, hasil simulasi II meningkatkan output dari 4805069 juta menjadi sebesar 4805245 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi sebesar 744358 juta sedangkan kesempatan kerja turun dari 71347
orang menjadi
sebanyak 71339 orang. Simulasi III yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor pertanian, peternakan dan perikanan ke sektor komunikasi, sebagai salah satu sektor kunci, mengakibatkan pola yang relatif sama dengan hasil simulasi II yaitu kenaikan output dan pendapatan dan mengurangi kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan dan kesempatan kerja pada simulasi basis, hasil simulasi III meningkatkan output dari 4805069 juta menjadi sebesar 4805197 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi sebesar 744358 juta sedangkan kesempatan kerja turun dari 71347
orang
menjadi sebanyak 71337 orang. Dengan demikian, kenaikan output hasil simulasi III lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan output pada hasil simulasi II dan penurunan kesempatan kerja hasil simulasi III lebih banyak dibandingkan dengan penurunan kesempatan kerja hasil simulasi II. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor penginapan lebih perlu diprioritaskan dibandingkan dengan sektor komunikasi. Simulasi IV yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor
105
pertanian, peternakan dan perikanan ke sektor penginapan dan komunikasi, masingmasing sebesar 100 juta.
Simulasi ini juga mengakibatkan kenaikan output dan
pendapatan dan mengurangi kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan dan kesempatan kerja pada simulasi basis, hasil simulasi IV meningkatkan output dari 4805069 juta menjadi sebesar 4805221 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi sebesar 744379 juta sedangkan kesempatan kerja turun dari 71347
orang menjadi
sebanyak 71338 orang. Simulasi V yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor industri barang dari logam, mesin dan peralatannya ke sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Simulasi ini mengakibatkan penurunan output dan pendapatan dan kenaikan kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan dan kesempatan kerja pada simulasi basis, hasil simulasi V menurunkan output dari 4805069 juta menjadi sebesar 4805027 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi sebesar 744338 juta sedangkan kesempatan kerja naik dari 71347 orang menjadi sebanyak 71358 orang. Simulasi VI yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor industri barang dari logam, mesin dan peralatannya ke sektor penginapan sebesar 100 juta, sektor komunikasi sebesar 60 juta, dan sektor pertanian, peternakan dan perikanan sebesar 40 juta. Simulasi ini mengakibatkan kenaikan baik pada output, pendapatan dan kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan dan kesempatan kerja pada simulasi basis, hasil simulasi VI meningkatkan output dari 4805069 juta menjadi sebesar 4805152 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi sebesar 744360 juta sedangkan kesempatan kerja naik dari 71347 orang menjadi sebanyak 71350 orang. Dalam konteks Kota Bandung, keenam simulasi tersebut secara umum
106
mengindikasikan dua hal penting. Pertama, investasi pada sektor kunci yaitu sektor penginapan dan komunikasi dapat meningkatkan output dan pendapatan, namun belum tentu dapat meningkatkan kesempatan kerja. Kedua, kombinasi prioritas investasi pada sektor penginapan, komunikasi dan pertanian cenderung tidak hanya meningkatkan output dan pendapatan tetapi juga kesempatan kerja.
107
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai sektor kunci dan dampaknya terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja, dan kelembagaan Kota Bandung dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam struktur perekonomian Kota Bandung, pada tahun 2000 dan 2003, sektorsektor yang memiliki distribusi atau pangsa (share) yang sangat besar dalam output, nilai tambah bruto, ekspor, permintaan dan penawaran Kota Bandung adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran; dan komunikasi. Dilihat dari struktur konsumsi, pada tahun 2000, konsumsi sektor angkutan darat merupakan konsumsi rumah tangga terbesar, sedangkan konsumsi sektor jasa pemerintahan dan pertahanan merupakan konsumsi pemerintah terbesar. Pada tahun 2003, konsumsi rumah tangga terbesar mengalami perubahan yaitu menjadi sektor perdagangan eceran, sedangkan konsumsi pemerintah tertinggi masih sektor jasa pemerintahan dan pertahanan. Pada pembentukan modal, tahun 2000-2003, sektor yang konsisten memiliki pangsa yang besar adalah sektor konstruksi, dan industri barang barang dari logam, mesin dan peralatannya. Adapun perubahan stok terbesar adalah sektor perdagangan, dan industri tekstil, pakaian jadi dan kulit. Sektor-sektor yang sangat beperan dalam ekspor adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, perdagangan eceran, dan industri barang dari logam, mesin dan peralatannya, dan komunikasi. Dari sisi impor, sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit. Dari segi Nilai Tambah Bruto, sektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, perdagangan, jasa pemerintahan dan pertahanan
108
merupakan penyumbang Nilai Tambah Bruto baik pada Tahun 2000 maupun Tahun 2003. 2. Dilihat dari keterkaitan kedepan dan keterkaitan kebelakang dan nilai efek penyebaran kedepan dan kebelakang baik pada periode sebelum otonomi daerah (tahun 2000) maupun sesudahnya (2003) maka beberapa sektor yang perlu diprioritaskan adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, listrik, konstruksi, penginapan (hotel bintang dan non bintang), restoran, komunikasi, keuangan, dan jasa pemerintahan dan pertahanan. Di samping itu, terdapat juga kecenderungan semakin menguatnya peran sektor-sektor jasa pada tahun 2003. 3. Sementara itu, dilihat dari multiplier output, pendapatan dan kesempatan kerja, sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan sektor komunikasi perlu mendapat prioritas. Keduanya seringkali masuk dalam peringkat 10 besar. Bahkan, keduanya beberapa kali menempati posisi tiga besar baik pada tahun 2000 maupun 2003. 4. Investasi dan konsumsi rumah tangga pada tahun 2000 dan 2003 menyebabkan kenaikan output dan pendapatan dan penurunan kesempatan kerja. 5. Dari simulasi yang dilakukan dengan merealokasi investasi terhadap beberapa sektor kunci yaitu penginapan (hotel bintang dan non bintang), dan komunikasi; dan sektor non-kunci yaitu pertanian dapat disimpulkan bahwa output dan pendapatan dapat ditingkatkan dengan mengalokasikan anggaran ke sektor prioritas seperti penginapan (hotel bintang dan non bintang), dan komunikasi. Sementara itu, alokasi anggaran untuk sektor pertanian, peternakan dan perikanan dapat meningkatkan kesempatan kerja.
109
9.2. Saran Kebijakan Agar memiliki dampak terhadap peningkatan output, pendapatan dan kesempatan kerja maka Pemerintah Kota Bandung perlu memprioritaskan sektor penginapan dan sektor komunikasi serta sektor pertanian, peternakan dan perikanan untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja. Hal ini perlu dilakukan dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan melakukan promosi, pelayanan perijinan yang mudah serta pemberian insentif terhadap ketiga sektor tersebut.
110
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2000. Tabel Input-Output Indonesia. Badan Pusat Statistik Kota, Jakarta. Badan Pusat Statistik Kota Bandung dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung. 2000. Tabel Input-Output Kota Bandung. Badan Pusat Statistik Kota Bandung dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, Bandung. ____________________. 2003. Tabel Input-Output Kota Bandung. Badan Pusat Statistik Kota Bandung dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, Bandung. Beyars, W. 1974. On Geographical Properties of Growth Center Linkage System. Economic Geography, Washington. Chenery, H.B. and Watanabe, T. 195 8. International Comparisons of the Structure of Production. Econometrica, 26 (4), October, pp.487-521. Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan. LP3S, Jakarta. Hirschman, A.O. 1958. The Strategy of Economic Development. Yale University Press, New York. Hefner, F. and P. Guimaraes. 1994. Backward and Forward Linkages in Manufacturing Locations Decisions Reconsidered. Review of Regional Studies. 24: 229-44 Hughes, D. and D. Holland. 1994. Core-periphery Economic Linkage: A Measure of Spread and Possible Backwash Effects for the Washington Economy. Land Economics 70 (3): 364-77 Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional (Terjemahan). Kerjasama Program Perencanaan Nasional, Fakultas Ekonomi, Universitas IndonesiaBadan Perencanaan Pembangunan Nasional . Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Jamli, A. 1995. Kebijaksanaan Fiskal dan Moneter. Penerbit Gunadarma, Jakarta Kadariah. 1978. Ekonomi Perencanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Pratt, J.E. and D. L. Kay. 2000. Beyond Looking Backward: Is Child Care a Key
Economic Sector? International Conference on Input-Output Techniques. University of Macerata, Italy, August 21-25th, 2000.
111
Leontief, W. 1966. Input-Output Economics. Oxford University Press, NewYork. Luthan, J. 1975. Analisa Input Output: Penerapannya Terhadap Struktur Ekonomi dan Keuangan Inndonesia. 13(1):47-54. Muflihati, I. 2000. Keterkaitan Sektor dalam Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja di Provinsi Jawa Barat. Thesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. O’Callaghan, B.A. and G. Yue. 2000. Intersectoral Linkages and Key Sectors in China
1987-1997--An Application of Input-output Linkage Analysis. XIII International Conference on Input-Output Techniques. University of Macerata, Italy, August 21-25th, 2000. Miernyk, W.H. 1969. The Elements of Input-OutputAnalysis. Random House, New York. Miller, R. and P. Blair. 1985. Input-Output Analysis : Foundations and Extentions. Prentice Hall, Englewood Clifts, New Jersey Puspitawati, E. 2000. Analisis Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur (Berdasarkan Analisis I-O). Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rasmussen, P.N. 1958. Studies in Intersectorial Relations. North-Holland P.C, Amsterdam. Rachman, B. 1993. Analisis Keterkaitan Antar Sektor dalam Perekonomian Wilayah Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi, 12 (2), Bogor. Richardson, H. 1972. Input-Output and Regional Economics. A Halsted Press Book John Wiley, New York. Rostow, W.W. 1960. The Stages of Economic Growth: A non Comunist Manifesto. Cambridge University Press, London Saragih, W. S. 2003. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara: Pendekatan Input Output. Thesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sembiring, S.A. 1995. Peranan Agroindustri terhadap Pembangunan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Thesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sukirno, S. 1976. Beberapa Aspek dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Lembaga Fenerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
______.1985. Ekonomi Pembangunan; Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan.
112
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Stull, W. and J. Maden. 1990. Post-Industrial Philadelphia: Structural Changes in the Metropolitan Economy. University of Pennsylvania, Philadelphia. Todaro, M.P. 1978. Development Planning; Models and Methods. Oxford University Press, Nairobi. Triwibowo, E. 2000. Analisis Potensi Sektor-sektor Perekonomian dan Perencanaan Pembangunan Wilayah Kabupaten Sidoarjo Dalam Rangka Otonomi Daera. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Vander Schaff, M. 1995. Regional Report: Twin Cities Industry Cluster. St. Paul, MN: Metropolitan Council. West, G. R. 1993. Input-Output Analysis for Practitioners: User’s Guide. G.R West 1992-1993, Queensland.
113
LAMPIRAN
114
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor Tabel I-O Kota Bandung Tahun 2000 dan 2003 KODE
SEKTOR
1
Pertanian, peternakan dan perikanan
2
Industri makanan, minuman dan tembakau
3
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
4
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
5
Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
6
Karet dan plastik
7
Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
8
Industi logam dasar
9
Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
10
Industri pengolahan lainnya
11
Listrik
12
Air bersih
13
Konstruksi
14
Perdagangan besar
15
Perdagangan Eceran
16
Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
17
Restoran
18
Angkutan darat
19
Angkutan udara
20
Jasa penunjang angkutan
21
Komunikasi
22
Keuangan
23
Sewa bangunan
115
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor Tabel I-O Kota Bandung Tahun 2000 dan 2003 KODE
SEKTOR
24
Jasa perusahaan
25
Jasa pemerintahan dan pertahanan
26
Jasa sosial kemasyarakatan
27
Jasa hiburan
28
Lainnya
180
Jumlah Permintaan Antara
190
Jumlah Input Antara
200
Impor
201
Upah dan Gaji
202
Surplus Usaha
203
Penyusutan
204
Pajak Tak Langsung
205
Subsidi
209
Nilai Tambah Bruto
210
Jumlah Input
301
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
302
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
303
Pembentukan Modal Tetap
304
Perubahan Stok
305
Ekspor Barang dan Jasa
309
Jumlah Permintaan Akhir
310
Jumlah Permintaan
409
Jumlah Impor Barang dan Jasa
116
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor Tabel I-O Kota Bandung Tahun 2000 dan 2003 KODE
SEKTOR
509
Margin Perdagangan dan Biaya Angkutan
600
Jumlah Output
700
Jumlah Penyediaan
117 Lampiran 2. Tabel Alokasi dan Realokasi Investasi Kode 1 2 3 4
5
Sektor Pertanian, peternakan dan perikanan Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, Industri kimia, minyak bumi, bau bara
6 7
Karet dan plastik Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
8 9
10
Industi logam dasar Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya Industri pengolahan lainnya
11
S1
S2
S3
S4
S3
S4
417
217
217
217
617
457
0
0
0
0
0
0
1618
1618
1618
1618
1618
1618
4052
4052
4052
4052
4052
4052
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
62577
62577
62577
62577
62577
62577
987596
987596
987596
987596
987396
987396
50803
50803
50803
50803
50803
50803
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
811411
811411
811411
811411
811411
811411
581553
581553
581553
581553
581553
581553
489728
489728
489728
489728
489728
489728
0
200
0
100
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
200
100
0
60
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
5
5
5
5
5
130
130
130
130
130
130
2894
2894
2894
2894
2894
2894
Listrik 12 Air bersih 13 Konstruksi 14 Perdagangan besar 15 16
Perdagangan Eceran Penginapan (hotel bintang dan non bintang)
17 Restoran 18 Angkutan darat 19 20
Angkutan udara Jasa penunjang angkutan
21 Komunikasi 22 Keuangan 23 Sewa bangunan 24 25 26
Jasa perusahaan Jasa pemerintahan dan pertahanan Jasa sosial kemasyarakatan
27 Jasa hiburan 28 Lainnya
118 Lampiran 3. Tabel Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2000 Atas Dasar Harga Produsen (Jt Rupiah) (28 x 28 Sektor) Sekto r
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2
2240 2
0 93289
0 187
0 6
0 5767
0 7
0 55
0 27
0 5
3
202
35113
0 17059 355584 1
37
5967
5
469
2082
217
4 5 6 7
0 1 634 0
3495 312 2420 380
895 11636 193812 4986
330 1796 0 11 233 1
45 29387 215 0
3769 2039 232303 30
0 8 12 1072
4774 3706 4876 58
7 14 463 8
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
0 27 3 944 1349 4 593 904 0 0 3166 0 0 1168 0 14 0 0 0 0 163 1141 4
5018 7392 313 491 2241 330 60543 1108 10 57 286 33 32 35289 187 243 1250 0 51 0 5226 25510 9
33 162395 2429 119191 3315 9394 354078 483195 3 438 3534 12 185 50850 92 549 2753 0 96 0 4660 498143 1
0 9 9 1184 508 317 4187 2316 30 79 1463 10 27 4388 78 169 221 0 8 0 28 3375 3
0 2536 3 411 533 0 5357 4209 32 41 870 0 0 10024 107 25 0 0 0 0 21
0 4034 9400 3172 318 10295 7266 6123 1987 1876 7411 189 186 49910 200 391 360 0 25 0 3265
0 1 11 381 882 35 619 468 484 479 320 0 119 814 132 500 3 0 153 0 441
3803 471508 838 6663 758 2 109486 27395 129 304 293 307 157 9173 428 680 882 0 282 0 1069
53859
356283
6946
649680
752 307 3411 231 1166 702 821 953 2674 2879 334 104 76 869 212 117 954 0 117 0 341 1773 4
3840 1349 3 5390 5 786 773 0 6895 7 8421 1
29527
595561 142585 3 153226 2 255320 181305 0 339474 0 897173 2
9133 1141 6 2003 6 2281 1634 0 3536 7 7825 3
23270
456864
4563
23 724 5370 1 1089 1 88 0 157 20 10 394 184 476 573 675 13 70 469 139 37 6 0 31 0 69 2094 4 1514 3
388485
5023
16944
156631
3412
3115
110982
30052 3812 2731 0
286071 32047 25988 0
3915 412 307 0
6093 334 134 0
209826 22168 7787 0
53539 13066 8
500737 131388 4
8046 1955 5
9676 4576 3
350763 138892 8
6000 1077 9 1118 806 0 1870 3 4146 0
190 200 201 202 203 204 205 209 210
39745 69716 6876 5949 0 12228 6 40692 2
119 Lampiran 3. Tabel Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2000 Atas Dasar Harga Produsen (Jt Rupiah) (28 x 28 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 190 200 201 202 203 204 205 209 210
10 0 5 217 7 14 463 8 752 307 3411 231 1166 702 821 953 2674 2879 334 104 76 869 212 117 954 0 117 0 341 17734 5023 6000 10779 1118 806 0 18703 41460
11 0 0 221 17 324 112 15 2585 6076 1909 229281 1430 660 614 80179 26730 6671 4223 61 101 20145 769 1890 13623 0 61297 0 4548 463481 55558 70960 153884 50474 4164 0 279482 798521
12 0 0 2750 0 422 4206 0 0 229 165 2446 8156 152 495 337 93 108 208 0 99 208 157 41 5 0 5 0 371 20653 9216 13611 16161 6243 492 0 36507 66376
13 404 0 1456 6272 2140 1054 4683 237 991 1 3614 1079 148468 8341 4722 62 662 3482 56 50 93331 1158 752 377 0 2327 0 6612 292331 123049 394040 263555 67614 46208 0 771417 1186797
14 439 78615 7968 11 1172 56896 1 0 2 51 7217 291 3823 99316 57355 3571 1793 442 24 4133 5868 77 1033 382 0 146 34 444 331104 105501 324461 646679 47425 44544 0 1063109 1499714
15 48 7748 8273 7 1707 40053 389 0 313 1423 5744 5498 4896 31376 16655 3408 39332 946 100 259 739644 913 3014 4113 0 645 629 47503 964636 101438 790632 2056793 207825 146982 0 3202232 4268306
16 0 9797 6607 122 3466 5078 0 0 813 672 23416 7201 31716 11296 24294 131747 409 654 131 312 20057 709 5682 3227 0 4196 2757 5269 299628 29798 34689 53156 13796 6224 0 107865 437291
17 1 58144 3540 0 1663 3839 0 0 159 3120 38435 6026 22640 5522 12737 21201 389727 56099 732 392 75975 2693 5407 8356 0 5424 1930 15536 739298 115689 154932 206927 75182 42434 0 479475 1334462
18 0 1528 1951 0 2490 28708 0 0 14491 8187 16929 4288 9378 33178 4312 9560 23253 446157 667 2198 51313 2623 1057 9956 0 6403 1335 5119 685081 348662 167188 316326 114666 7879 0 606059 1639802
19 0 568 100 0 7 77 0 0 288 23 105 552 318 245 62 108 185 35 903 682 348 45 46 823 0 305 35 166 6026 4784 1937 951 2146 52 0 5086 15896
120 Lampiran 3. Tabel Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2000 Atas Dasar Harga Produsen (Jt Rupiah) (28 x 28 Sektor) Sektor
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
180
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3132
2
568
444
13045
672
0
0
0
6241
218
687
294111
3
100
565
171
1498
697
1460
0
1477
1140
416
3640553
4
0
7
0
0
0
0
0
33
104
709
38250
5
7
464
2665
3307
437
363
0
3764
460
511
73200
6
77
389
4465
579
30
557
0
593
336
166
587476
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11624
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1986
25305
9
288
324
2670
6
163
3834
0
1331
81
162
680230
10
23
62
163
24
240
0
169
6
109
37399
11
105
149
4658 11291 2
28834
3972
9803
0
1410
182
3244
620518
12
552
125
4402
2097
742
0
1268
56
477
60948
13
318
869
18019
977
735
0
19405
22
1129
410759
14
245
441
48305
214
548
3760
0
7454
101
254
794804
15
62
229
308
468
1889
0
5567
289
313
800224
16
108
9930
63653 12016 4
9369
1618
10137
0
12495
283
48
366349
17
185
4926
96352
1895
484
1437
0
7835
396
313
582504
18
35
13379
40702
6169
640
690
0
691
91
182
593142
19
903
769
66
46
61
71
0
42
1
125
4523
20
682
14037
70
126
59
0
191
53
143
23935
21
348
7252
178 61356 0
33384
498
6221
0
7012
134
2031
1839935
22
45
10
20039
21825
78
1057
0
483
2
208
54421
23
46
10
16138
4350
13877
918
0
1361
169
277
58747
24
823
1529
21168
4751
509
23758
0
1004
54
1062
101126
25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
305
1050
7388
8230
499
1246
0
19169
72
941
120106
27
35
710
1450
1056
498
1081
0
1226
1862
1175
15778
28
166
326
2163
0
2109
1137
23721
172000
6026
57996
9417 15856 4
175
190
28476
72221
0
102330
7249
40389
12011099
200
4784
17325
2633
12094
11060
1044
4314
2731488
201
1937
29062
32101 13544 83 17647 3 37284 8
154424
9577
114866
5929364
202
951
27931
203
2146
12033
59409 13235 0
204
52
505
17186
205
0
0
209
5086
69531
210
15896
144852
0 58179 3 21127 49
6170 12646 3
81441 29715 3 21795 4
92727
45293
0 107337 3
208928
83895
0
27903
9083
198075
6770265
13978
25124
6784
4794
21230
3268
20601
1150687
5112
12475
5929
0
1766
1842
1440
572648
0 53419 7 77420 2
0
0
0
0
141901
334982
14422964
370363
226216
0 2377 0 3206 3
0
339254
0 107816 7 107816 7
379685
29165551
205323 318713
121 Lampiran 3. Tabel Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2000 Atas Dasar Harga Produsen (Jt Rupiah) (28 x 28 Sektor) Sektor
301
302
303
304
305
309
310
409
509
600
700
1
64440
5
14268
2366
0
81079
84211
0
0
84211
84211
2
544342
13526
46679
-894351
402615
112811
406922
0
0
406922
406922
3
773339
21889
231838
-1428344
5732457
5331179
8971732
0
0
8971732
8971732
4
275800
682
0
-239880
3401
40003
78253
0
0
78253
78253
5
325630
1873
110934
-380969
0
57468
130668
0
0
130668
130668
6
41324
18093
96124
18351
552516
726408
1313884
0
0
1313884
1313884
7
21923
2164
0
-32185
16029
7931
19555
0
0
19555
19555
8
0
0
0
556
19902
20458
45763
0
0
45763
45763
9
130032
4342
600984
-1075104
1048444
708698
1388928
0
0
1388928
1388928
10
17867
5865
63722
-83749
356
4061
41460
0
0
41460
41460
11
135875
42128
0
0
0
178003
798521
0
0
798521
798521
12
5028
399
0
1
0
5428
66376
0
0
66376
66376
13
0
55919
720119
0
0
776038
1186797
0
0
1186797
1186797
14
0
0
66012
616149
22749
704910
1499714
0
0
1499714
1499714
15
0
0
55589
1038718
2373775
3468082
4268306
0
0
4268306
4268306
16
61443
9499
0
0
0
70942
437291
0
0
437291
437291
17
739117
12841
0
0
0
751958
1334462
0
0
1334462
1334462
18
824569
10976
37693
0
173422
1046660
1639802
0
0
1639802
1639802
19
166235
4554
287
-163226
3523
11373
15896
0
0
15896
15896
20
140401
3650
0
-25399
2265
120917
144852
0
0
144852
144852
21
205986
53828
0
13000
0
272814
2112749
0
0
2112749
2112749
22
683616
36167
0
-2
0
719781
774202
0
0
774202
774202
23
308181
3435
0
0
0
311616
370363
0
0
370363
370363
24
121662
3433
0
-5
0
125090
226216
0
0
226216
226216
25
448121
630046
0
0
0
1078167
1078167
0
0
1078167
1078167
26
57801
13451
130488
-3133
0
198607
318713
0
0
318713
318713
27
12078
3222
984
1
0
16285
32063
0
0
32063
32063
28
191462
16268
0
-45
0
207685
379685
0
0
379685
379685
6296272
968255
2175721
-2637250
10351454
17154452
29165551
0
0
29165551
29165551
3003563
274842
757926
2483159
0
6519490
9250978
0
0
9250978
9250978
122 Lampiran 4. Tabel Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen (Jt Rupiah) (28 x 28 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 190 200 201 202 203 204 205 209 210
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2330
15632
256
11
6
229
0
1
1
42
5244
37250
1219
4
99
459
0
25
10
26
5
599
1749680
786
121
631
0
131
1501
193
45
6
8068
20655
42
58
3
75
578
55
11
175
3065
24
21553
501
31
79
647
45
455
9034
459182
423
6431
135867
104
118
6362
216
3
22
18
146
6
14
786
4
89
1
0
51
2376
56
23
136
0
4872
6307
8
122
437
14475
1065
226
4273
8
1238
33775
187
30
185
5964
1
116
651
0
6
1576
2102
17
159
38774
493
142
13531
29
1180
39374
392
23
2177
3089
4
415
439
35
152
897
11
351
1141
14986
79
64
1890
42
180
18232
25
2340
33135
245275
18061
5632
96998
1685
36181
104492
3079
3568
606
334716
9991
4425
81739
1274
16897
26145
3574
2
53
5621
29
34
250
5
52
1137
3
48
115
4951
156
135
533
20
30
945
61
233
151
22749
2557
764
11439
206
188
20843
324
1
1
21848
62
9
3373
1
56
19725
6
47
137
10190
158
27
497
4
150
5471
21
27
1397
53056
11602
2418
7588
194
885
21171
25
285
1123
55720
2157
1414
5635
197
849
33419
505
10
114
26457
579
45
2416
65
104
11934
22
33
320
16921
911
66
1834
54
630
34414
87
0
0
0
0
0
0
0
13
0
0
27
303
7329
78
354
473
12
65
1013
51
0
0
75
28
0
0
0
0
0
0
727
139
11375
473
219
15270
82
139
568
57
15984
104462
3117435
70589
44786
386724
4837
64300
390626
11118
17981
156949
1741566
48005
47513
262447
6484
102327
430330
20868
26938
93278
1653928
25629
35628
194700
6601
93891
419765
22174
57258
125606
2522502
36312
58409
276509
7287
126078
644408
45862
2687
17515
379130
1638
4697
38822
2645
14365
90290
3524
1328
8638
179111
937
3500
15623
368
12888
63135
152
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
88211
245037
4734671
64516
102234
525654
16901
247222
1217598
71712
122176
506448
9593672
183110
194533
1174825
28222
413849
2038554
103698
123 Lampiran 4. Tabel Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen (Jt Rupiah) (28 x 28 Sektor) Sektor 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2 0 0 5 7555 826 1179 1460 2 0 0 3 0 0 122 16190 1596 6439 8946 272 104 189 4 0 60 1105 137264 142518 5846 157 328 173 145 5 0 0 9788 11027 7017 129 18 28 17 47 6 14 99 195 1277 1859 841 26 200 99 118 7 28 2781 627 3849 2710 2936 64 50 26 72 8 0 2 19363 8 2987 19 2 5 1 0 9 0 2 4257 700 71 8 0 3 0 0 10 2378 333 5183 113 17693 384 4 8135 1932 573 11 5225 2 1129 236 6579 495 10 18 3 8 12 253621 741 670 8659 6891 8273 170 2153 626 454 13 14 4435 754 143 2694 1369 108 158 36 142 14 0 565 275206 23597 30220 21410 97 2699 235 1080 15 117 284 11854 24300 7677 1141 717 7806 1546 190 16 15260 193 6710 14311 4156 2454 1654 1014 391 99 17 83 96 839 41731 39827 207329 17 133 52 53 18 0 26 63 4470 98046 2780 75796 193 36 81 19 16551 338 19783 21823 46706 766 11 64335 200 959 20 10168 291 8436 8123 33847 8400 25 13680 137297 1491 21 0 27 0 11903 746 7371 8 15925 16669 29200 22 9999 115 26215 1561 196788 8390 312 11908 20828 6220 23 0 771 40553 14836 175912 3196 319 9914 16697 8646 24 16656 78 29677 19023 55505 812 58 5485 12146 5072 25 6628 922 8115 6971 75060 2240 322 2809 5423 4739 26 0 0 0 0 0 1824 35 1537 8119 0 27 188 51 9537 4527 19998 2481 13 957 3470 170 28 0 0 0 0 0 0 8 58 50 72 190 5145 232 12149 649 69474 1082 43 348 10346 518 200 342075 12444 492335 384846 1047403 299594 90400 150153 236522 60338 201 300855 7885 327714 376253,5 361763,5 140775 53236 182628 73923 21268 202 173678 26488 525805 629438,5 1533787 76913 375065 214041 213569 37341 203 192299 27463 402245 932873,4 2967048 123009 430776 416805 242002 38109 204 66676 5841 184359 48791,17 213811,8 13853 24747 259632 74384 23226 205 38449 6022 20041 72534,77 239343,2 8372 23470 19107 12282 4104 209 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 210 471102 65814 1132450 1683638 4953990 222147 854058 909585 542237 102780
124 Lampiran 4. Tabel Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen (Jt Rupiah) (28 x 28 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
22 0 216 224 115 459 68 3 2 693 21 17247 177 13564 96 138 126 176 10583 8781 957 40591 552740 75176 8287 31722 45959 10184 20061
23 0 11 10 1 8 10 0 0 33 1 114 6 5525 18 15 5 5 29 17 11 6 38 1910 401 100 13 9 87
24 0 132 72 41 91 32 1 1 546 8 599 120 197 123 62 72 48 255 237 240 5340 5530 10106 20488 10031 12164 0 271
25 0 3128 8443 54 1414 4221 9 11 13081 1213 9208 181 13397 5100 158 753 1614 14978 16370 8903 89089 64620 20341 8652 0 259206 0 131458
26 846 1695 3867 2166 9296 37133 8 29 9279 2347 3703 456 1247 5939 4436 405 1023 12059 10846 2232 19230 3649 3418 10333 366 291831 15687 36585
27 24 71 38 1 57 199 3 0 100 46 435 90 30 28 82 16 115 29 15 144 341 509 644 696 18 102 4895 375
28 0 26 23 22 7 14 0 0 121 2 218 11 23 28 34 27 8 24 29 8 24 11 11 237 64 14 0 25994
190 200
21 0 1283 1431 681 1518 328 16 15 9798 4676 21891 722 18429 2217 2921 441 946 13461 2456 3624 928512 83741 79112 86045 14765 20724 1210 22636 132359 9 291567
838366 191775
8383 1186
66807 50554
490111 251505
9103 3137
26980 1530
201
373319
411447
206966
743413
14015
202 203 204 205
495610 261875 39716 0 117052 0 278568 6
472781 85899 3284 0
253372 51706 12702 0
15488 2995 461 0
524746
929 25427 0 0 126694 4 232584 7
125167 28230 7100 75643
973411 200355 2
96726 10477 6 10656 1162 0 21332 0 33068 1
675602 383301 124058 8
180 30405 84756 2055351 60737 43709 673340 23516 18928 126185 32650 429764 18858 444511 616059 537023 299191 192420 282344 305591 114670 1463832 1082986 376976 303638 68594 681110 32276 366502 1076592 2 5855326
979553
32959
1721169
45199
55374 41826 7 6576 2202 0 48241 9 51092 9
9520506 1155925 0 1943998 796032 75643 2389542 9 4051667 7
209 210
534315
125 Lampiran 4. Tabel Transaksi Domestik Kota Bandung Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen (Jt Rupiah) (28 x 28 Sektor) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 190
301
302
303
304
305
309
310
86186
0
4717
867
0
91770
122175
0
409 0
509
600
316363
0
0
21382
81826
419571
504327
0
0
504327
924237
0
1618
318764
6293690
7538309
9593660
0
0
9593660
57628
0
4052
12355
48343
122378
183115
0
0
183115
89777
0
0
4349
65395
159521
203230
0
0
203230
87489
0
0
125319
288677
501485
1174825
0
0
1174825
3457
0
12
410
827
4706
28222
0
0
28222
122175
67832
0
62577
132300
132213
394922
413850
0
0
413850
255259
0
987596
17870
651644
1912369
2038554
0
0
2038554
7441
0
50803
-612
13411
71043
103693
0
0
103693
210349
0
0
0
473922
684271
1114035
0
0
1114035
63228
0
0
0
4056
67284
86142
0
0
86142
696580
0
811411
0
0
1507991
1952502
0
0
1952502
454138
0
581553
200254
43041
1278986
1895045
0
0
1895045
1050760
0
489728
337593
4491168
6369249
6906272
0
0
6906272
328946
0
0
0
34382
363328
662519
0
0
662519
533080
0
0
0
272195
805275
997695
0
0
997695
919610
0
0
0
40415
960025
1242369
0
0
1242369
449347
0
0
0
97744
547091
852682
0
0
852682
55349
0
0
0
14388
69737
184407
0
0
184407
642233
0
0
0
679622
1321855
2785687
0
0
2785687
562856
0
0
0
357678
920534
2003520
0
0
2003520
104198
0
0
0
46221
150419
527395
0
0
527395
33404
0
0
0
550
33954
337592
0
0
337592
795091
1457027
0
0
5142
2257260
2325854
0
0
2325854
397453
641964
5
0
645
1040067
1721177
0
0
1721177
6816
0
130
0
5979
12925
45201
0
0
45201
137040
0
2894
0
4496
144430
510932
0
0
510932
9336147
2098991
2997096
1170851
14147670
29750755
40516677
0
0
40516677