Penentuan Metode Angsuran Murabahah... Muhammad Noval 93
PENENTUAN METODE ANGSURAN MURABAHAH (Studi Kasus di BMT Al-Karomah Martapura)
Muhammad Noval Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari, Jl. Jenderal Ahmad Yani Km 4,5 Banjarmasin e-mail:
[email protected] Abstract: This study aims to describe the practice of murabaha, and determination murabaha installment payment that used by BMT Al-Karomah Martapura. The object of this research is the determination mechanism of murabaha installment payment method at BMT Al-Karomah in Martapura obtained through explanations of the managers of BMT Al-Karomah the Martapura. The method in this research is a field research, which is the author explore the data directly from the field in accordance with the problems studied. This research resulted several findings; First: Practice murabaha transactions at BMT Al-Karomah Martapura is based on order and is consumptive and in the settlement of payment by way of installments. Second: BMT Al-Karomah Martapura apply four methods for murabaha installment payments, namely: average profit margins, declining profit margins, flexible and voluntarily method. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik transaksi murabahah pada BMT Al-Karomah Martapura dan penentuan metode pembayaran angsuran murabahah pada BMT Al-Karomah Martapura. Objek dalam penelitian ini adalah mekanisme penentuan metode pembayaran angsuran murabahah pada BMT Al-Karomah di Martapura yang didapat melalui penjelasan-penjelasan para pengelola BMT Al-Karomah Martapura tersebut. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research method), yakni penulis langsung menggali data dari lapangan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan; Pertama: Praktik transaksi murabahah pada BMT Al-Karomah Martapura adalah transaksi murabahah yang berdasarkan pesanan dan bersifat konsumtif serta dalam pelunasan pembayarannya dengan cara diangsur. Kedua: BMT Al-Karomah Martapura menerapkan empat metode untuk pembayaran angsuran murabahah, yaitu: metode margin keuntungan rata-rata, metode margin keuntungan menurun, metode fleksibel dan metode suka rela. Kata Kunci: BMT, Murabahah, Metode pembayaran angsuran. Latar Belakang Masalah Lembaga sektor keuangan sangat dibutuhkan dalam mendukung permodalan dalam sektor riil, hal ini sudah dirasakan fungsinya sejak beberapa puluh tahun yang lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional (berdasarkan kapitalis maupun sosialis) dan berprinsip syariah. Akan tetapi perbankan itu sendiri belum menyentuh terhadap usaha mikro dan kecil (UMK) baik dari pedagang kaki lima sampai pedagang-pedagang yang berada di pasar tradisional yang biasanya disebut sebagai ekonomi rakyat kecil. Hal ini disebabkan karena keterbatasan jenis usaha dan aset yang dimiliki oleh usaha kelompok usaha tersebut. Padahal apabila diperhatikan secara seksama justru prosentase UMK jauh lebih besar dari usaha-usaha menengah dan besar di pasar Indonesia, sehingga kebutuhan permodalan pada
UMK tidak terpenuhi yang akhirnya apabila hal ini terus menerus berlanjut maka tidak dapat dielakkan lagi hilangnya secara simultan UMK itu sendiri di pasaran Indonesia, sehing ga akan terjadi ketimpangan pasar dalam ekonomi yang pasti akan menciptakan calon pengangguran-pengangguran baru di Indonesia. Pada sisi lain di sektor keuangan mikro, sebenarnya ada kegiatan individu dari masyarakat yang sudah memperhatikan hal tersebut sehingga kelompok individu tersebut memberikan permodalan yang dibutuhkan UMK tersebut, individu tersebut sering dikenal di masyarakat umum sebagai rentenir.1 1
93
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 97.
94 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.93-106
Pada kenyataannya, rentenir bukanlah sebuah solusi untuk menyelamatkan sektor usaha kecil rakyat. Bahkan dengan jasa rentenir, masyarakat menjadi terikat dan terbelenggu oleh pinjaman yang dibarengi dengan tingginya tingkat bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut. Berdirinya lembaga keuangan sejenis Baitul Mal wa Tamwil (BMT) di Indonesia merupakan jawaban terhadap tuntutan dan kebutuhan kalangan umat Muslim. Kehadiran BMT muncul disaat umat Islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah dan bersih dari unsure riba’ yang diasumsikan haram.2 Di Indonesia sendiri, belakangan ini Baitul Mal wat tamwil (BMT) mulai popular di perbincangkan oleh insan perekonomian terutama dalam perekonomian Islam. Sejak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997, BMT telah mulai tumbuh menjadi altrenatif pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia. Istilah-istilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau karyawannya. Kadang istilah tersebut dipakai pula untuk sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di berbagai lini kegiatan ekonomi umat, yakni dalam kegiatan sosial, keuangan (simpan-pinjam), dan usaha pada sektor riil.3 Baitul maal wattamwi (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baituu tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.4
2
3
4
Hendi Suhendi, et.al., BMT & Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 47. Abdianul Haikal, et.al., “BMT: Sejarah & Masa depannya”, http://zarchisme.wordpress.com /tag/sejarah-perkembanganbmt. Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, op.cit., h.96
Dari sekian banyak produk dan jasa yang ditawarkan oleh BMT, dikenal salah satu produk yang sangat diminati dan dipakai oleh masyarakat, yaitu produk murabahah. Yang merupakan sebuah jasa pembiayaan jual beli yang pembayarannya dapat dilakukan dengan cara diangsur atau satu kali lunas (jatuh tempo), dimana jumlah kewajiban yang harus dibayar oleh anggota sebesar jumlah harga barang beserta mark up nya (laba) yang telah disepakati bersama. Murabahah merupakan salah satu bentuk menghimpun dana yang dilakukan oleh perbankan syariah, baik untuk kegiatan usaha yang bersifat produktif, maupun yang bersifat konsumtif.5 Murabahah mempunyai empat metode dalam pembayarannya, yaitu:6 1. Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding), adalah perhitungan margin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun. 2. Metode Keuntungan Rata-rata, yaitu margin keuntungan menurun yang perhitungan nya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok margin keuntungan) dibayar nasabah setiap bulan. 3. Margin Keuntungan Flat, adalah perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok. 4. Margin Keuntungan Anuitas, adalah margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membasar dan margin keuntungan semakin menurun.
5
6
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah. (Jakarta: Sinar Graha, 2008), h. 26. Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.281-282
Penentuan Metode Angsuran Murabahah... Muhammad Noval 95
Dari berbagai macam metode untuk pembayaran pembiayaan murabahah yang disebutkan diatas, ternyata BMT Al Karomah Martapura tidak menentukan secara jelas metode mana yang dipergunakan dalam pembayaran angsuran murabahah oleh nasabah, oleh karenanya penulis merasa tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang penentuan cara pembayaran angsuran murabahah oleh nasabah yang dituangkan dalam sebuah penelitian.
dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).11
Dasar Hukum Murabahah Keabsahan transaksi murabahah didasarkan pada beberapa nash al-Qur’an dan Sunnah. 1. Al-Quran Landasan umumnya dalam proses murabahah memerlukan sebuah proses tawar menawar dalam transaksinya, sehingga akan mencapai titik ridha diantara kedua belah KAJIAN TEORI DAN TELAAH PUSTAKA pihak, hal tersebut sesuai dengan ayat AlMurabahah Quran surah An-Nisa ayat 29 yang artinya: ˸Αήϟ ˷˶ Secara leksikal, kata murâbaha’ berasal dari kata “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ˵ Α˴ ήϟ ͉ ) yang memiliki arti al ribh ( ˸Αήϟ ˷ ˶ ) atau al-rabh ( saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang keuntungan, laba, faidah. Murabahah adalah masdar batil, ¨®ʮDŽdz¦ȂǿÂƶƥǂdz¦ǺǷ°ƾǐǷƨǤǴdz¦ľƨަ ǂŭ¦ kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku ˵ Α˴ ήϟ ͉ dari Rabaha – Yurabihu – Murabahatan yang berarti dengan suka sama-suka di antara kamu. dan ˸Αήϟ ˷˶ 7 ¨®ʮDŽdz¦ȂǿÂƶƥ ǂdz¦ǺǷ°ƾǐǷƨǤǴdz¦ľƨަ ǂ ŭ¦ memberi keuntungan. Abdurrahman Al-Jaziri kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Ê janganlah Ç ȈÌȀÈ Ǐ Êċ ¾Ȃ ɍ¦Ȅ É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ¾ƢÈ ÈǫǾȈÊ ÊƥÈ¢ǺÌ ǟ ċ ċǴǏ ÈƤ É ǺÊ ÌƥƶÊ dzƢǏ È ǺÌ ǟÈ È ɍ¦ dalam fiqih Ala Madzhahibil Ar Ba’ah menyebutkan Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”12 Ê Ê ˵ Α˴ ήϟ ÉƨǓ °ƢÈ ǬÈ ǸÌÉ dz¦Â È DzÇ ƳÈ ¢ ńÈ Ê¤ ǞÉ Ȉ̺ÈƦdz̦ ÉƨǯÈǂȺÈƦÌdz¦ Ǻċ ȀÊ Ȉǧ ª ȐÈÈƯ ǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ ǾȈÌÈǴǟÈ ͉ Æ È È Ê Ê Ê ÇȈÌȀÈ Ǐ bahwa murabahah ċ ¾Ȃ ɍ¦Ȅ LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ¾ƢÈ ÈǫǾȈÊƥÈ¢ǺÌ ǟ É adalah: ċ ċǴǏ È Ƥ É ǺÊ ÌƥƶÊ dzƢǏ È ǺÌ ǟÈ Ê Ê Ê Ê È ɍ¦
ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦Â° ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌ dzȏÈ ƪȈ̺ÈƦǴÌdzŚÊ ǠċnjdzʪÊ ŐÌ Ì ¢ÂÈ ËÊÉ dz¦¶É ȐÈ ƻÈ ÉƨǓ È DzÇ ƳÈ ¢ ńÈ Ê¤ ǞÉ Ȉ̺ÈƦdz̦ ÉƨǯÈǂȺÈƦÌdz¦ Ǻċ ȀÊ ȈÊǧ ª ȐÈÈƯ ǶÈ ċǴLJÈ Â ǾÊ ȈÌÈǴǟÈ Æ È °ƢÈ ǬÈ ǸÌÉ dz¦Â È È ¨®ʮDŽdz¦ȂǿÂƶƥ ǂdz¦ǺǷ°ƾǐǷƨǤǴdz¦ľƨަǂŭ¦ Pembayaran dalam transaksi murabahah Ê ȈºƦǴÌÊdzŚÊ ÊǠċnjdzʪÊ ŐÌ ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦Â° ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌÊdzȏÈ ƪ Ì ¢ÂÈ ÌÈ ËÊÉ dz¦¶É ȐÈ ƻÈ terjadi melalui dua cara, yaitu dengan Ê ƾÊË dz¦ƾȈ Ê ÊdzȂÌdz¦ Ǻƥ ²ƢċƦǠÌdz¦ ƢǼdapat Artinya: “Al Murabahah menurut ¦ÂÈǂÌ ǷƢ ºÈƯƾċ Ʒ ƾÇ Ǹċ ÈŰ ºÈƯƾċ ƷÈ É ǺÉ Ìƥ ÀÉ arti È ǼÈbahasa È ȆČ ǬnjÌ ǷÈialah È É Ì É È Ècara pelunasan langsung dan dengan cara Êɍ¦ Ç É Ǻƥ DŽÊ ȇDŽÊ ǠÌdz¦ƾÉ ƦǟƢǼºÈƯƾċ Ʒ ÊdzƢtambahan”. ÇǸÌÈ dz¦ȈÌȀÈƶÇǏ ċǴǏ masdar dari ɍ¦Ȅ ¾Ȃ ǾȈÊÊ ÊƥÈ¢ǺÌÊǟÈǺÌÊberarti ǟ ċ keuntungan ǺÊ ǺÊÌƥÌƥƶʮȦÉÊdzƢ®ÈǏ ǺÌ ǟ řȇ Ǐ ÊÊ ƾÊƤ É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ¾ƢÈÊ Èǫyang ċ Çkata ÈǺÌ ƾǟÈǸċ ÈŰ Ì È ÌÈ Ècicilan/angsuran. È È È É È É È Ë Kedua cara ini ƾǸċ ÈŰ ÀÉ ¦ÂÈǂÌ ǷƢ ƾċ Ʒ ƾȈdzȂÌÈ dz¦Ê ǺÉ Ìƥ ²Ƣ ƢǼºÈƯƾċ ƷÈ ċƦǠÌdz¦juga É ǺÉ Ìƥ dari È ǼȺÈƯdefinisi È ȆČ ǬnjÌ ǷÈ ƾË dz¦Ȅtersebut Ç ÊǠLJʪÈ¢ƪǠũ Ê ǾȈÊ ÊƥÈ¢ Berangkat ċǴǏ ÉǶċǴǬÉLJºÈȇÂ Ä °Ê ƾÌǾÊÉŬ¦ ɍ¦ LJÉ °È ÈȐ ¾ƢÈ ÈƯÈǫȾȂ Ì ÈǴǟƾȈ É Éª ċÊ ȈÊǧ¾Ȃ ċdapat Ê É Ì È ¾ƢÈ Èǫdiperbolehkan È È È ÉƨǓ °ƢÈǺǬÈ ǟǸÉ Ìdzřȇ ¦Ê ÈÊ ƾÊ DzǸÌÇdzƳÈ ¢ ń ¤ Ǟ Ȉ º Ʀ dz ¦ ƨ ǯ ǂ º Ʀ dz ¦ Ǻ Ȁ Ȉ Ì Ì È Ç Ê È È ċ É Æ dalam syariah, adapun dengan È Ê Ê È Ê Ì Ì ƦÌǟƢ ƷÈ È È dzƢǏ É ǺÉ Ìƥ DŽȇDŽǠÌÈ dz¦ƾÉmurabahah, È ǺÌ ǟ È ÈƾÈǸċ ÈŰ È ÈǼºÈƯÈƾċ È Ǻ ÌƥɮȦÉÈ® Ì È Ë È ¦È ƶÇsebenarnya dipahami bahwa dalam µ¦ǂȺÈƫǺÌ ǟ ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ƢÈŶċʤǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ ǾÊ ȈÌÈǴǟ ɍ¦ ċ È È É Ê Ê Ê Ê Êċ ¾Ȃ Ç ÊǠȈLJºƦǴÌʪÈdz¢Ś ÊÈ dzʪʾƢÈÈǫŐ Ê cara angsuran terdapat dalil Al-Quran yang ÊƪÉ ǠċǠÌnjũ ȄċǴƨǏ ¾Ȃ Ŭ¦ ƾȈ É ǬÉǞʺÈȇȈÌºÄ ɍ¦ Ìyang É LJÉ °È ¾Ƣ È ÂÈǫ° Èƪ ċÈƦǴÌ°ÊdzƾÌ Éȏ Ì ¢ÂÈ È ƳƢǷǺƥ¦ǽ¦ ÌÈ È È ditransaksikan ËÊÉǾȈdz̦ÊƥÈ¢¶É ȐÈ ƻÈ pola pembayaran barang mempertegas kebolehan pelunasan dengan Ê Ê ċ µ¦pembayaran ǂȺÈƫǺÌ ǟ ȈÌÈǴǟ ċ tidak È ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ƢÈŶ¤ǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ Ǿcash) È Éɍ¦ (diangsur, tangguh atau cara angsuran, yaitu dalam surah Al-Baqarah
menjadi pembahasan. Maka pembayaran seseorang Ê ÊdzȂÌdz¦ Ǻƥbisa ºÈƯƾċ Ʒ ǬÊ njÌ ǷÈ ƾÊË dz¦ ƾȈ ƾÇ Ǹċ ÈŰ Ìdz¦ ƢÈǼºÈƯƾċ ƷÈ yang menggunakan É ǺÉ Ìƥ ÀÉ ¦ÂÈǂÌ ǷƢ È ǼÈakad È ȆČ murabahah È É Ì ²Ƣ É ċƦǠÈdengan cara diangsur, atau tangguh. Ç ÉTidak ǺÌ ǟ ǺÉ Ìƥ DŽÊ ȇDŽÊ ǠÈ Ìdzselamanya ¦ƾÉ ƦÌǟƢ ÊÊ ƾÊ ǸÈ cash Ìdz¦ ƶÇ ÊdzƢǏ È řȇ È ÈǼºÈƯƾċ ƷÈ È ǺÌ ǟ È ƾǸċ ÈŰ È ǺÊ Ìƥ ®ÈÂ¦É ® murabahanË Êdibayar dengan caraÇ Êdiangsur ÊÈ seperti Ê ċǴǏ ɍ¦ ¾Ȃ LJ ° ¾Ƣ ǫ Ȅ ũ ¾ƢÈ Èǫ9ǾȈÊ ÊƥÈ¢ Ŭ¦ ƾȈ Ǡ LJ ʪÈ ¢ ƪ Ǡ ¾Ȃ Ǭ º ȇ Ä ° ƾ Ì É È É ċ È ċ Ì É É É Ì È É È È È È yang terjadi di bank-bank syari’ah dewasa ini. µ¦ ǂȺÈƫǺÌ ǟ ǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ ǾÊ ȈÌbank ċ ÈǴǟ Dengan sistem murabahah È ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ƢÈŶċʤini, È Éɍ¦ membelikan atau menyediakan barang-barang yang diperlukan oleh pengusaha untuk djual lagi dan bank minta tambah harga (cost plus) atas harga pembelian.10 Singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainly contracts, karena 7
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia, h. 498 Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ala Madzhahibil Juz II, (Beirut: Dar al-¡Kutub al Ilmiyah, 1990), h. 250 9 M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah Dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), Cet. I, h. 86 10 M. Abdul Mujieb Mabruri Tholhah & Syafiah Am, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 225. 8
ayat 280, yang artinya: “dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.13 2. Hadis Dalam literatur fikih klasik, murâbaha’ atau bay’ al-mu’ajjal mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya ditangguhkan. Justru elemen pokok yang membedakannya dengan penjualan normal lainnya adalah penangguhan pembayaran itu. Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu yang disepakati, baik secara tunai maupun secara 11
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), h.113. 12 Ibid, hal 122 13 Ibid, hal 11.
96 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.93-106
˸Αήϟ ˷˶ angsuran. Oleh karena itu, keberadaan murâbaha’ juga didasarkan pada hadis yang ˵ Α˴ ήϟ ͉ menegaskan bahwa murabâha’ termasuk dalam ketegori perbuatan dianjurkan ¨®ʮDŽdz¦ȂǿÂƶƥǂdz¦ǺǷ°ƾǐǷƨǤǴdz¦ľƨަǂŭ¦ (diberkati). Ê Ê ÊǾȈÈǴǟ ɍ¦Ȅ Ê Ç ȈÌȀÈ Ǐ É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ ¾Ƣ È Èǫ ǾȈÊƥÈ¢ ǺÌ ǟ ċ ¾Ȃ È Ƥ Ì È ċ ċǴǏ È ɍ¦ É ǺÊ Ìƥ ƶÊ dzƢǏ È ǺÌ ǟÈ Ê Æ ȐÈÈƯ ǶċǴLJÂ Ê ŐÌ Ì ¢ÂÈ ÉƨǓ È °ƢÈ ǬÈ ǸÌÉ dz¦Â È ¢ ńÈ Ê¤ ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ ÉƨǯÈǂȺÈƦÌdz¦ Ǻċ ȀÊ Ȉǧ ª ËÉ dz¦ ¶É ȐÈ ƻÈ È DzÇ ƳÈ È ÈÈ Ê Ê Ê Ê Ê ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦Â° ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌ dzȏÈ ƪȈ̺ÈƦǴÌ dzŚǠċnjdzʪÊ ˸Αήϟ ˷˶ ˵ Α˴ ήϟ ͉ Artinya: “Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, Ê ÊdzȂÌdz¦Ǻƥ²ƢċƦǠÌdz¦ƢǼºÈƯƾċ Ʒ ƾÇ Ǹċ ÈŰ ƾÉ ƦÌǟƢ ǬÊ njÌ ǷÈ ƾÊË dz¦ƾȈ É ǺÉ ÌƥÀÉ ¦ÂÈǂÌ ǷƢ ÈǼºÈƯƾċ Ʒ È ǼȺÈƯƾċ Ʒ È Èyang È“Rasulullah ÈSAW È ȆČ bersabda: È É Ì É hal È “Tiga ia berkata: ¨®ʮDŽdz¦ȂǿÂƶƥ ǂ dz¦ǺǷ°ƾǐǷƨǤǴdz¦ľƨަ ǂŭ¦ Ê Ê Ç Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê È ʪÈÈ ¢ƪ Ǡ ũ ¾Ƣ ǫ Ǿ řȇ ƾ ǸÌ dz ¦ ƶ dzƢ Ǐ Ǻ ƥ ® ¦ ® Ǻ ǟ ƾ Ǹ Ȉ ƥ ¢ Ǻ ǟ Ű Ǻ ƥ DŽ ȇ DŽ ǠÌ Ç Ê È di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, ċ È É ÌÈ È Ì È É È Ì È ÈÉ É Ì È dz¦ ÌÈ Ë È Êċ mencampur Ç ÊǠLJ muqâradha’ danɍ¦ ċǴLJÈ Â ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ƢÈŶċʤ ǶÈ(mudhâraba’) ¾Ȃ ɍ¦Ȅ ǾÊ ȈÌÈǴǟ É gandum ǬÉ Èºȇ Ä ƾȈ Ì dengan É LJÉ °È ¾Ƣ È Èǫ ¾Ȃ ċ ċǴǏ ċ °Ê ƾÌ ÉŬ¦ È È È É È Ê Ê Ê Ê Ê Ç ċǴǏ ȈÌÈǴǟ °È ¾ƢÈ Èǫ ¾ƢÈ bukan ƤȈÌȀÈ Ǐ ǺÊ ÌƥƶÊ dzƢǏ ǺÌ ǟÈ É LJÉrumah, ċ keperluan ċ ¾Ȃ tepungǾuntuk (HR. Èǫ ǾȈƥÈ¢ ǺÌ ǟ È ɍ¦Ȅ Èuntuk È ɍ¦ É dijual”. È µ¦ǂȺÈƫǺÌ ǟÈ ÊÉ dz¦ ¶É ȐÈ ƻÈ Ibn Mâja’). ŐÌ Ì ¢ÂÈ ÉƨǓ °ƢÈ ǬÈ ǸÌÉ dz¦Â DzÇ ƳÈ ¢ ńÈ Ê¤ ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ ÉƨǯÈǂȺÈƦÌdz¦ Ǻċ ȀÊ ȈǧÊ ª Æ ȐÈÈƯ ǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ È È Ë È Dalam hadits riwayat Abu Sa’id al Ê Ê Ê ȈºƦǴÌÊdzKhudri ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦Â° ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌ dzȏÈ ƪ Ì È ŚÊ ǠċnjdzʪÊ Rasulullah saw. menjelaskan bahwa jual beli itu didasari atas suka sama suka: Ê ÊdzȂÌdz¦Ǻƥ²ƢċƦǠÌdz¦ƢǼºÈƯƾċ Ʒ Ç É ǺƥÀÉ ¦ÂǂǷƢǼºÈƯƾċ ƷȆǬÊ njÌ ǷƾÊË dz¦ƾȈ ƾÉ ƦÌǟƢ È ǼȺÈƯƾċ Ʒ È ƾ Ǹċ ÈŰ É Ì ÈÌÈ È È Č È È ÉÌ É È È È Ç É Ǻƥ DŽÊ ȇDŽÊ ǠÌdz¦ Ê Ê Ê Ê Ê Ê ʪÈÈ ¢ƪ È ¾ƢÈ Èǫ ǾȈƥÈ¢ǺÌ ǟ È ǺÌ ǟ È ƾǸċ ÈŰ È řȇ É ǠÌ ũ È ǺÊ Ìƥ ®ÈÂ¦É ® ÉÌ È ËÊ ƾǸÌÈ dz¦ƶÇ dzƢǏ Êɍ¦ ÇÊ Ê ȈÈǴǟ ɍ¦Ȅ Ê ċ ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ƢÈŶċʤ ǶÈ ċǴLJÈ Â ¾Ȃ LJ ° ¾Ƣ ǫ Ǵ Ǐ Ǿ ¾Ȃ Ǭ º ȇ Ä ° ƾ Ŭ¦ Ì É È É ċ ċ È É È È É È ċ Ì É ƾȈǠLJÈ È ÌÈ É µ¦ǂȺÈƫǺÌ ǟÈ Artinya: “Menyampaikan hadits kepada kami oleh al Abbas ibn al Walid al Dimisyqy menyampaikan hadits kepada kami oleh Marwan ibn Muhammad Menyampaikan hadits kepada kami oleh Abdu al Aziz ibn Muhammad dari Daud ibn Shaleh al Madiny dari Bapaknya dia berkata: Aku mendengar Abu Sa’id AlKhudri berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW. “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”
Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSNMUI/IV/2000 tentang Murabahah:16 Menimbang, mengingat, memperhatikan: Memutuskan, menetapkan: Fatwa tentang Murabahah. Pertama : 14
Muhamamd bin Yazid Abu ‘Abdillah al-Qazwaniy (disebut Ibn Mâja’), Sunan Ibn Mâja’, (Beirut: Dar alMa’rifah, 1996), Juz III, h. 79-80. 15 Ibid. h. 29 16 MUI, “FATWA DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 http://mui.or.id/ Tentang MURABAHAH”, index.php?option=com_content&view=article&id=151:fatwadsn-mui-no-04dsn-muiiv2000-tentang murabahah&catid=57:fatwa-dsn-mui.
Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah: 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah: 1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
Penentuan Metode Angsuran Murabahah... Muhammad Noval 97
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. 6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka: a. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. b. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. Ketiga : Jaminan dalam Murabahah: 1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Keempat : Utang dalam Murabahah: 1. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank. 2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. 3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah: 1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya. 2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaian nya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Keenam : Bangkrut dalam Murabahah: Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan. Rukun dan Syarat Murabahah Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan syarat yang jual beli murâbaha’ juga sama dengan rukun dan syarat jual beli secara umum. Menurut ulama Hanafiyah rukunnya hanya satu, yaitu îjâb dan qabûl.17 Sedang menurut jumhur, rukun jual beli ada enam, yaitu: pelaku ‘aqad (penjual dan pembeli), shîgha’ (lafal îjâb dan qabûl), dan objek akad (barang dan nilai tukar pengganti barang).18 Walau demikian, karena memang ada perbedaan khusus dengan jual beli biasa, maka juga ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam jual beli murâbaha’ tersebut, sebagai berikut: 1. Harga awal harus dimengerti oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Dalam akad murabahah, penjual wajib menyampaikan secara transparan harga beli pertama dari barang yang akan ia jula kepada pembeli. Sedangkan pembeli mempunyai hak untuk mengetahui harga beli barang. 2. Besarnya keuntungan harus diketahui dan disepakati oleh kedua belah pihak; penjual wajib menyampaikan keuntungan yang diinginkan dan pembeli mempunyai hak untuk mengetahui bahkan menyepakati keuntungan yang akan diperoleh oleh penjual. Jika salah satu dari kedua belah pihak tidak sepakat terhadap keuntungan penjual, maka akad murabahah tidak terjadi. 3. Harga pokok dapat diketahui secara pasti satuannya. Seperti satu dirham, satu dinar, seratus ribu rupiah, satu kilogram gandum, satu kwintal beras dan lain-lain. Sebab dalam murabahah, dan juga dalam jual beli amanah lainnya, yang dikehendaki adanya transparansi antara harga pokok dan kemungkinan laba yang akan diperoleh. Jika barang yang akan ditransaksikan tidak diketahui satuannya, maka akan sulit 17
Dimyauddin Djuwaini , Pengantar Fiqh Mua’malah. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008.. h. 111 18 M. Yazid Afandi, Op cit, h. 90
98 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.93-106
ditentukan keuntungan yang akan diperoleh, sehingga murabahahpun tidak akan terjadi. 4. Murabahah tidak bisa dicampur dengan transaksi ribawi. Pada jual beli barter misalnya, sebuah barang yang dibeli dengan timbangan atau takaran tertentu kemudian dibeli oleh orang lain dengan jenis barang yang sama dengan pembelian pertama tetapi dengan takaran yang lebih banyak, maka hal demikian disebut sebagai riba. Dalam transaksi murabahah kelebihan bukan disebut sebagai keuntungan, tetapi tetap dikatakan sebagai riba. Lain halnya jika barang tersebut dibeli dengan mata uang kemudian dijual lagi dengan tambahan keuntungan. Atau dibeli dengan barang jenis tertentu, kemudian dibeli lagi oleh orang lain dengan barang yang tidak sejenis. Maka ia tidak disebut dengan riba. 5. Akad pertama dalam murabahah harus shahih. Jika pada pembelian pertama tidak dilakukan dengan cara yang shahih, maka transaksi murabahah dianggap batal19. Syafi’i Antonio memberikan persyaratan yang senada dengan persyaratan tersebut di atas, menurut beliau persyaratan murabahah sebagai berikut: 1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3. Kontrak harus bebas dari riba. 4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.20 Bank dapat memberikan keringanan kepada nasabah yang melakukan pembiayaan murabahah, apabila nasabah:21 1) Mempercepat pembayaran cicilan; atau 2) Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo.
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:22 1. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA (Unrestricted Investment Account = investasi tidak terikat) 2. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Investment Account = investasi terikat) 3. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank. Dalam setiap pendesainan sebuah pembiaya an, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:23 1) Kebutuhan nasabah, dan 2) Kemampuan finansial nasabah.
19
Adiwarman Karim, Ibid, h.117 Adiwarman Karim, Ibid, h.117 24 Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.281-282
Ibid. 20 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta:, Gema Insani Press, 2005), Cet. V h. 102 21 Adiwarman Karim, Op Cit, h. 116
Metode-Metode Pembayaran Angsuran Pembayaran aangsuran dapat dilakukan dengan empat metode, antara lain:24 1. Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding) Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding) adalah perhitungan margin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun. 2. Metode Keuntungan Rata-rata Metode Keuntungan Rata-rata adalah margin keuntungan menurun yang perhitungan nya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok margin keuntungan) dibayar nasabah setiap bulan. 3. Margin Keuntungan Flat Margin Keuntungan Flat adalah perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.
22
23
Penentuan Metode Angsuran Murabahah... Muhammad Noval 99
4. Margin Keuntungan Anuitas Margin Keuntungan Anuitas adalah margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan semakin menurun. Jadi, pembayaran angsuran berdasarkan metode flat dan anuitas adalah metode yang dalam perhitungannya menggunakan tingkat bunga sebagai acuannya dan sering diterapkan dalam bank konvensional. Akan tetapi, pembayaran angsuran dengan metode flat dan anuitas juga dapat diterapkan dalam bank maupun lembaga keuangan yang berbasis Islam, dengan syarat yang dapat diambil adalah karakteristik dari pembayarannya saja, sedangkan penentuan jumlah pembayaran menggunakan rumus yang sudah disesuaikan dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan syariah yang tentunya terlepas dari sistem bunga. Telaah Pustaka Berdasarkan penelaahan terhadap beberapa penelitian terdahulu yang penulis lakukan berkaitan dengan masalah murabahah, penulis menemukan berbagai penelitian yang juga mengkaji tentang murabahah, diantaranya adalah: Pertama, “Pembiayaan Murabahah pada FIF Syariah Cabang Martapura” oleh Heryadi (NIM 0301155799). Kesimpulan penelitian ini adalah menggambarkan aplikasi pembiayaan murabahah yang terjadi di FIF Syariah cabang Martapura serta kendala-kendala yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan murabahah. Kedua, “Minat Nasabah Terhadap Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Syariah BRI Cabang Banjarmasin” oleh Herlina (NIM 0501156837). Kesimpulan makalah ini adalah berkenaan dengan minat nasabah dalam memilih atau menggunakan produk murabahah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ketiga, “Penentuan Harga Jual Murabahah Pada PT BTN Syariah Cabang Banjarmasin” oleh Yusna Listiani (NIM 0501156842). Kesimpulan penelitian ini adalah menggambarkan secara umum praktik murabahah pada PT BTN Syariah cabang Banjarmasin, serta penentuan harga jual yang
ditetapkan, serta faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual murabahah tersebut. Berdasarkan penelitian yang dijelaskan diatas, permasalahan yang akan penulis angkat lebih menitikberatkan penentuan metode pembayaran angsuran murabahah yang berlangsung di BMT AlKaromah Martapura. Dengan demikian, penulis merasa penelitian yang berjudul “Penentuan Metode Pembayaran Angsuran Murabahah pada BMT Al-Karonmah Martapura” yang akan penulis lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah penulis kemukakan diatas. METODE PENELITIAN Jenis, Sifat dan Lokasi Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dan bersifat deskriptif kualitatif yang berusaha menggambarkan serta menjelaskan mengenai bentuk dan sifat pembiayaan murabahah, serta penentuan metode pembayaran angsuran murabahah pada BMT Al-Karomah di Martapura. Penelitian dilaksanakan dengan cara melakukan wawancara langsung kepada seluruh karyawan yang ada pada BMT Al-Karomah Martapura. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah penentuan metode pembayaran angsuran murabahah pada BMT AlKaromah di Martapura yang didapat melalui penjelasan-penjelasan para pengelola BMT AlKaromah Martapura tersebut. Data dan Sumber Data Data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari objek penelitian (karyawan BMT) antara lain: Identitas responden, mencakup nama, umur, pendidikan dan alamat, dan penjelasan-penjelasan pengelola BMT Al-Karomah di Martapura mengenai penentuan metode pembayaran angsuran murabahah pada BMT Al-Karomah di Martapura. Sedangkan data sekunder diperoleh penulis dari buku-buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penentuan metode angsuran murabahah. Sumber data penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh pengelola BMT Al-Karomah Martapura.
100 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.93-106
Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian maka penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu : 1. Dokumentasi, yaitu dengan mengkaji datadata terdahulu yang tersimpan di dokumen pada BMT Al-Karomah Martapura. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang berkompeten untuk memperoleh data-data yang ada di BMT Al Karomah Martapura baik kepada responden maupun informan yang berkenaan dengan masalah penentuan metode pembayaran angsuran murabahah pada BMT tersebut. Teknik Pengolahan dan Metode Penganalisaan Data Setelah data terkumpul, kemudian penulis mengolahnya dengan menggunakan teknik : a. Seleksi data, yaitu penulis meneliti kembali data yang sudah terkumpul agar diketahui kelengkapan dan kejelasannya. b. Editing, yaitu dengan melakukan penyeleksian secermat mungkin terhadap data yang diperoleh dan melakukan perbaikanperbaikan apabila kekurangan dan kesalahan, sehingga diperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan. c. Komparasi, yaitu dengan membandingkan kesesuaian antara teori murabahah dengan pengaplikasiannya. Data yang telah tekumpul kemudian diolah dan diuraikan sedemikian rupa sesuai dengan permasalahan yang ditetapkan. Kemudian data tersebut dianalisis secara kualitatif berdasarkan pada teori ekonomi Islam yang berkaitan dengan objek yang diteliti. HASIL Gambaran Umum BMT Àl-Karomah Menjamurnya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dewasa ini bukan merupakan gejala baru dalam dunia bisnis. Keadaan ini ditandai dengan semangat tinggi dari berbagai kalangan, baik itu para ulama, akademisi maupun praktisi yang mengembangkan lembaga keuangan tersebut dari sekitar pertengahan abad 20.
Hal yang tidak bisa dipungkiri, LKS menjadi pilihan bagi pelaku bisnis sampai dengan pertengahan tahun 2001. Di Indonesia bahkan telah berdiri ribuan lembaga keuangan syariah termasuk lembaga yang berbetuk balai usaha dan sosial yang familiar kita sebut dengan Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Tidak terkecuali Kabupaten Banjar terdapat beberapa BMT yang salah satunya adalah BMT AlKaromah Martapura, pemberian nama dengan nama Martapura karena BMT ini berada di kota Martapura yang merupakan salah satu kota kabupaten daerah tingkat II di Kalimantan selatan dan sekaligus menjadi ibu kota Kabupaten Banjar. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± 4.688 km² dan berpenduduk sebanyak 489.056 jiwa. Inisiatif pendirian BMT Àl-Karomah dengan sistem bagi hasil diawali dengan berbagai kegiatan; diantaranya didahului dengan penyuluhan îleh Direktur Pinbuk Propinsi Kalimantan Selatan beserta staf tentang ke BMT-an di Kalimantan Selatan bertempat di rumàh KH.M.Rosyad desa Tunggul Irang Martapura, dan setelah itu selang beberapa waktu dilaksanakan pembekalan terhadap para pengelola, antara lain berupa orientasi petugas yang diadakan oleh Pinbuk Propinsi Kalimantan Selatan di Wisma Banjar pada tanggal 10 - 16 Oktober 1998, yang waktu itu dihadiri oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Koperasi dan Perdagangan Propinsi Kalimantan Selatan, Direktur Pinbuk Propinsi Kalimantan Selatan, dan Para undangan lainnya. Data Penelitian Produk murabahah merupaka produk yang banyak diminati oleh nasabah. Adapun jumlah nasabah yang menggunakan produk murabahah pada tahun 2010 adalah 142 orang, dengan tabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Jumlah Nasabah Pengguna Produk Murabahah 1R
3HULRGH
3HUVHQWDVH
-XPODK 1DVDEDK
RUDQJ RUDQJ RUDQJ RUDQJ
1R
7DKXQ
0DUHW
-XPODK 1DVDEDK
Penentuan Metode Angsuran Murabahah... Muhammad Noval 101
Perkembangan BMT Al-Karomah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, hal itu 3HULRGH
7DKXQ
0DUHW
-XPODK 1DVDEDK
Dari data di atas dapat dilihat perkembangan BMT Al-Karomah yang sangat signifikan ditinjau dari segi jumlah nasabah. Pada tahun 2006 tercatat jumlah nasabah sebanyak 950 orang kemudian meningkat sangat pesat pada tahun 2007 sebanyak 3.270 orang, hingga maret tahun 2010 sudah tercatat sebanyak 4.268 orang yang menjadi nasabah BMT Al-Karomah Martapura. Praktik transaksi murabahah pada BMT AlKaromah Martapura BMT Al-Karomah Martapura menetapkan prosedur dan kelengkapan yang harus dijalani dan dipenuhi nasabah yang mengajukan pembiayaan. Hal tersebut dilakukan bukan untuk memberatkan nasabah, namun itu dilakukan agar memudahkan pihak BMT Al-Karomah untuk mengenali nasabah dan bisa digunakan untuk mengukur kelayakan dan kemampuan nasabah untuk melakukan transaksi. Selain itu, penandatanganan dokumen kontrak dilakukan agar kedua belah pihak menjadi jelas apa yang ditransaksikan, seperti jatuh tempo pembayaran, jatuh tempo masa kontrak, dan lain sebagainya. Hal ini untuk menghindari terjadinya penipuan dan saling merugikan antara pihak BMT dan nasabah. Demikian halnya dengan pembiayaan murabahah yang pelunasan pembayarannya dengan metode angsuran. Tentunya ada persyaratanpersyaratan yang harus dilengkapi nasabah sebelum pihak BMT memberikan pembiayaan. Hal itu dimaksudkan untuk memudahkan kedua belah pihak dalam bertransaksi serta menghindari resikoresiko yang bisa terjadi akibat tidak lengkapnya pencatatan transaksi ataupun administrasinya.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi nasabah sebelum melakukan pembiayaan murabahah adalah berupa fotocopy KTP suami istri masing-masing sebanyak 3 lembar kemudian juga menyertakan fotocopy jaminan, yang bisa berupa SK bagi PNS, Sertifikat, BPKB dan Surat berharga lainnya. Jenis pembiayaan murabahah pada BMT AlKaromah adalah konsumtif, yang memberikan pembiayaan pada barang-barang seperti mobil, sepeda motor, furniture, bahan bangunan, sampai dengan barang elektronik. Jaminan dalam setiap pembiayaan murabahah adalah sertifikat atau surat berharga dari barang itu sendiri. Begitu halnya pada BMT Al-Karomah, menggunakan jaminan yang ditujukan untuk mengurangi resiko macet oleh nasabah. Kemudian berkenaan dengan sanksi yang diterapkan. Pada BMT Al-Karomah tidak mengenakan sanksi kepada nasabah apabila nasabah terlambat membayar ataupun menunda-nunda pembayaran. Akan tetapi apabila pembayaran nasabah macet selama 3 bulan, maka tindakan tegas yang diambil oleh pihak BMT adalah penarikan jaminan yang telah diberikan nasabah. Penentuan Metode Pembayaran Angsuran Murabahah Pada BMT Al-Karomah Martapura BMT Al-Karomah Martapura tidak menetapkan metode tertentu dari empat metode pembayaran angsuran yang biasa dipergunakan dalam pembayaran angsuran seperti tersebut di atas kepada nasabah, tetapi BMT Al-Karomah melakukan survei terlebih dahulu mengenai bagaimana keadaan usaha dan kemampuan nasabah, sehingga dengan demikian tidak ada metode khusus yang ditetapkan dalam pembayaran angsuran pada BMT Al-Karomah ini, artinya bisa dengan Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding), dengan Metode Keuntungan Rata-rata, dengan Margin Keuntungan Flat, atau dengan Margin Keuntungan Anuitas, tergantung dengan hasil survei dan kemampuan nasabah itu sendiri. Dalam hal ini, nasabah sama sekali tidak pernah dilibatkan dalam menentukan metode pembayaran angsuran yang akan mereka lakukan dan berapa besarnya angsuran yang akan mereka bayar, nasabah hanya diberikan kesempatan untuk membicarakan jangka waktu atau lama angsuran pembayaran dan keuntungan yang akan mereka
102 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.93-106
berikan kepada BMT dan itupun dengan batas waktu dan keuntungan yang terlebih dahulu telah ditentukan oleh BMT. Penentuan metode dan besarnya angsuran dilakukan secara sepihak oleh pihak BMT. Adapun metode pembayaran angsuran pada BMT Al-Karomah Martapura yang berhasil penulis dapatkan selama penelitian yang penulis lakukan, metode yang paling sering ditetapkan oleh pihak BMT Al-Karomah Martapura terhadap nasabahnya adalah Metode Keuntungan Rata-rata, kemudian diikuti dengan Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding), metode kedua ini tidak sering dilakukan, karena hanya nasabah tertentu saja yang menggunakan metode ini. Sementara Metode Margin Keuntungan Flat dan Metode Margin Keuntungan Anuitas tidak penulis temukan, dan bahkan yang menarik adanya metode lain atau dapat dikatakan sebagai metode fleksibel dan metode suka rela. Metode fleksibel yaitu campuran antara Metode Keuntungan Rata-rata dengan Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding), sedang metode pembayaran angsuran murabahah suka rela adalah metode pembayaran yang tidak tetap jumlah dan batas pembayarannya. Metode suka rela diambil oleh BMT AlKaromah Martapura terhadap nasabah yang tidak mempunyai kemampuan untuk melunasi pembayaran angsuran murabahahnya baik melalui Metode Keuntungan Rata-rata ataupun Metode Margin Keuntungan Menurun dan angsuran pembayarannya dapat dikatakan sebagai kredit macet, untuk menghindari kerugian dan kemacetan pihak BMT Al-Karomah Martapura mengadakan negosiasi terhadap nasabah dan hasilnya disepakati dengan dengan bentuk pembayaran suka rela (tidak terikat dengan jumlah dan tanggal pembayaran) sampai lunasnya angsuran dalam batas waktu yang disepakati. Berdasarkan dari kenyataan tersebut dan untuk menghindari kerugian akibat terjadinya kredit macet, BMT Al-Karomah Martapura memunculkan metode lain yang disebut dengan metode fleksibel dan suka rela, metode ini untuk lebih mendekatkan BMT Al-Karomah kepada prinsip ta’awun. Faktor lain yang menjadi kendala dalam pembiayaan murabahah adalah tentang jaminan. Dalam syariah memang tidak mewajibkan adanya jaminan pada transaksi murabahah, tetapi pada praktiknya hampir setiap transaksi di perbankan
harus menggunakan jaminan, hal ini dimaksudkan agar menghindari adanya penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan pihak perbankan kepada nasabah. Dan dalam praktik murabahah, terkadang nasabah juga meminta pembiayaan untuk barang elektronik, hal ini menjadi kendala yang lumayan berarti untuk pihak BMT, karena untuk barang elektronik tidak terdapat dokumen yang menyatakan kepemilikan barang sebagaimana adanya BPKB di setiap kendaraan bermotor yang bisa dijadikan jaminan dalam pembiayaan. Analisis Data Setiap lembaga keuangan yang menyediakan produk penyaluran dana kepada masyarakat tentunya tidak sembarang dalam memilih nasabah, ada beberapa ketentuan yang terlebih dahulu harus dijalani, seperti prosedur 5C yang kerap dilakukan oleh perbankan. Prosedur 5C tersebut adalah: character, capacity, capital, collateral dan condition. Character adalah penilaian terhadap aspek kejujuran dari nasabah. Capacity adalah penilaian terhadap aspek kemampuan nasabah dalam pembayaran. Capital adalah penilaian terhadap aspek modal yang dimiliki oleh nasabah. Collateral adalah penilaian terhadap aspek jaminan yang diberikan nasabah. Dan condition adalah penilaian terhadap kondisi nasabah. Demikian halnya dengan BMT Al-Karomah Martapura, mereka menetapkan prosedur dan kelengkapan yang harus dijalani dan dipenuhi nasabah yang mengajukan pembiayaan. Hal tersebut dilakukan bukan untuk memberatkan nasabah, namun itu dilakukan agar memudahkan pihak BMT Al-Karomah untuk mengenali nasabah dan bisa digunakan untuk mengukur kelayakan dan kemampuan nasabah untuk melakukan transaksi. Praktik murabahah yang terdapat pada BMT Al-Karomah adalah murabahah berdasarkan pesanan, yang mana nasabah datang untuk meminta barang yang diinginkannya kemudian pihak BMT membelikan barang yang diminta setelah harga barang dan harga perolehan disepakati terlebih dahulu oleh pihak BMT dan nasabah. Pembiayaan murabahah ini bersifat konsumtif, yang mana menyentuh aspek-aspek konsumsi dalam masyarakat dan memerlukan jaminan dalam setiap transaksinya, yang ditujukan untuk mendisiplinkan nasabah dan menghindari resiko kredit macet oleh nasabah.
Penentuan Metode Angsuran Murabahah... Muhammad Noval 103
Pembiayaan murabahah pada BMT AlKaromah memakai metode angsuran dalam pelunasannya, dan dalam pelunasannya tidak terpengaruh oleh perubahan harga di pasar, sehingga akumulasi pembayaran yang harus dipenuhi oleh nasabah adalah tetap sesuai dengan kesepakatan awal. Keadaan demikian sesuai dengan prinsip Islam tidak memberatkan dan memberikan kemudahan kepada nasabah yang tidak memiliki kemampuan, atau dengan kata lain memberikan kemudahan kepada nasabah yang memiliki ekonomi lemah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 280 yang artinya: “dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tang guh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.25 Dan bahkan dalam sebuah hadits Nabi SAW menyatakan bahwa perilaku jual beli seperti ini termasuk prilaku jual beli yang diberkahi: Ê Ǻǟ Êċ ¾Ȃ Ç ȈÌȀÈ Ǐ ǾÊ ȈÌÈǴǟÈ ɍ¦Ȅ ċ ċǴǏ É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ ¾ƢÈ Èǫ ǾȈÊ ÊƥÈ¢ ǺÌ ǟ È Ƥ É ǺÊ Ìƥ ƶÊ dzƢǏ È ÌÈ È ɍ¦ Ê Ê ÊÉdz¦¶É ȐÈ ƻÈ ŚÊ ǠċnjdzʪÊ ËŐÌ Æ ȐÈÈƯǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ È °ƢÈ ǬÈ ǸÌÉ dz¦ÂÈ DzÇ ƳÈ Ì ¢ÂÈ ÉƨǓ È ¢ńÈ Ê¤ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ÉƨǯÈǂȺÈƦÌdz¦Ǻċ ȀÊ Ȉǧª Ê ȈºƦǴÌÊdz ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦Â° ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌÊdzȏÈ ƪ ÌÈ
“Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tiga hal yang di dalamnya ¾¦DŽȇ°¦ ǂǔdz¦ terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqâradha’ (mudhâraba’) dan mencampur gandum dengan tepung untuk °¦ǂIbn Ǔȏ°ǂǓȏ keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Mâja’).
Sementara metode pembayaran angsuran yang Ê Ê Ê Ê ƥ²ƢċƦǠÌdz¦ƢǼºÈƯƾċ Ʒ ƾÉ ƦÌǟƢ ƾċ ƷÈ ƾÇ Ǹċ ÈŰ ǺÉ ÌƥÀÉ ¦ÂÈǂÌ ǷƢ É BMT ÈǼºÈƯƾċ Ʒ È ÈǼºÈƯpada ÌÉ È È È diterapkan È Al-Karomah È ȆČ ǬnjÌ ǷÈ ƾË dz¦ƾȈdzȂÌÈ dz¦ǺÉ Martapura Ê ǸÌdz¦ ƶÇ penulis ÊdzƢǏ ǺÊ ƥ ®Â¦®lakukan Ç É Ǻƥdapat ÊÈ ¾ƢÈ Èǫ ǾȈÊ ÊƥÈ¢ Ǻǟ řȇ Ê ʪÈÈ ¢ ƪ Ǡ ƾ Ǻ ǟ ũ Ê berdasarkan penelitian yang É Ì È Ì È É È Ì È ƾǸċ ÈŰ ÌÈ Ë È É Ì DŽÊ ȇDŽÊ ǠÌÈ dz¦ Ê Ç ÊǠLJ Ê disimpulkan diantaranya ǺÌ ǟ Ǐ ÂÈ ǾȈÌÈǴǟ ƾȈ É ǬÉ ÈºȇÄċ °Ê ƾÌ ÉŬ¦ Ìadalah É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ¾Ȃ ċ ċǴdua ċ ¾Ȃ ÈŶċʤǶÈ ċǴLJÈ empat, È ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦Ƣada È Éɍ¦Ȅ È ɍ¦ È metode yang digunakan pada dunia perbankan ǂȺÈƫ µ¦dan lembaga keuangan lainnya yaitu Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding) dan Metode Keuntungan Rata-rata. Sementara metode ÊÊ ƾÊ Ȉ̺ÈƦǟ ưǟÉ ÂÈ ǂÇ ǰÌ ÈƥȂ È ĺÈÊ¢ƢǼȺÌƥ¦ÀÉ ƢǸÈ Ìdua É ǺÌ ǟÈ džȇ È ȏƢÈ ÈǫÈƨƦȺȈÌNj ÉƥÈ¢ƢÈǼºÈƯƾċ ƷÈ È °®Ì ¤ǺÉ Ìƥ¦ƢÈǼºÈƯƾċ Ʒ lainnya merupakan metode yang dikembang oleh Êɍ¦ ÊË ĺÈÊ¢ ǺÌ ǟ ÊǼdz¦ Àċ È¢ ȨǂȺÌȇǂÈǿ ɍ¦Ȅ ǾÊ ȈÌÈǴǟ œċ ĺÈÊ¢ ǺÌ ǟ «ÊǂÈǟÈÌ ȋ¦ ®Ê ʭÈDŽdz¦ Ì ǺÌ ǟ ċ ċǴǏ ċ ċ È È È È É È É BMT Al-Karomah Martapura, yaitu Metode Ê fleksibel dan Matode suka rela. °ǂÈÈǤÌdz¦ǞÊ Ȉ̺ÈƥǺÌ ǟȄ È ȀÈ ºÈǻǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ Metode angsuran pembayaran pembiayaan murabahah dengan Margin Keuntungan Menurun
Op cit, Pusat Pendidikan dan Pengembangan Bahasa. h. 11. 26 Muhamamd bin Yazid Abu ‘Abdillah al-Qazwaniy (disebut Ibn Mâja’), Sunan Ibn Mâja’, (Beirut: Dar alMa’rifah, 1996), Juz III, h. 79-80
25
(sliding) yang umumnya diterapkan oleh pihak BMT Al-Karomah Martapura terhadap nasabah yang berpenghasilan tidak tetap adalah merupakan pilihan yang sudah tepat, karena dengan demikian dapat memberikan keringanan atas beban ekonomi nasabah dimana barang yang mereka beli selalu mengalami penyusutan dan mungkin pada saatnya memerlukan biaya perbaikan disamping biaya perawatan. Sementara metode angsuran pembayaran pembiayaan murabahah dengan Metode Keuntungan Rata-rata yang dipilih BMT AlKaromah Martapura terhadap nasabah yang mempunyai penghasilan tetap, menurut penulis adalah suatu pilihan yang sesuai dengan keadaan ekonomi nasabah, karena dengan demikian beban ekonomi nasabah tidak terbebani, sebab nasabah sudah memperhitungkan sebelumnya dari penghasilan yang mereka dapatkan setiap bulan. Metode fleksibel yaitu perpaduan antara Metode Keuntungan Rata-rata dengan Margin Keuntungan Menurun (sliding) terhadap satu pembiayaan, prosesnya terjadi ketika pada akad awal ditetapkan Metode Keuntungan Rata-Rata, tetapi pada saat pembayaran angsuran berlangsung beberapa bulan nasabah mengalami masalah dan pembayaran angsuran terjadi kemacetan dan bahkan nasabah mengalami kesusahan dalam pembayaran. Saat itulah terjadi negosiasi antara nasabah dengan pihak BMT Al-Karomah Martapura untuk mengatasi keadaan tersebut dan pada saat itulah dicapai suatu kesepakatan untuk melakukan akad baru dengan Margin Keuntungan Menurun (sliding) terhadap sisa angsuran yang belum dibayar. Metode kedua yang dikembangkan oleh pihak BMT Al-Karomah adalah Matode suka rela, Metode ini merupakan metode yang sangat tepat diterapkan dalam rangka membantu kesulitan nasabah dalam pelunasan angsuran. Dengan penerapan metode ini BMT Al-Karomah dapat terhindar dari kerugian akibat kredit macet, sementara pihak nasabah terlepas dari beban tagihan angsuran pembiyaan. Kedua metode yang dikembangkan pada BMT Al-Karomah Martapura tersebut, yaitu metode fleksibel dan sukarela sangat sesuai dengan prinsip ta’awun, firman Allah dala surah al Ma’idah ayat 2 yang artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa”.
Êċ ¾Ȃ Ê Ǻǟ Ç ȈÌȀÈ Ǐ ċ ċǴǏ ǾÊ ȈÌÈǴǟÈ ɍ¦Ȅ É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ ¾ƢÈ Èǫ ǾȈÊ ÊƥÈ¢ ǺÌ ǟ È Ƥ È ɍ¦ É ǺÊ Ìƥ ƶÊ dzƢǏ È ÌÈ Ê Ǻǟ Êċ ¾Ȃ Ç ȈÌȀÈ Ǐ ǾÊ ȈÌÈǴǟÈ ɍ¦Ȅ ċ ċǴǏ É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ ¾ƢÈ Èǫ ǾȈÊ ÊƥÈ¢ ǺÌ ǟ È Ƥ Ê Ê É ǺÊ Ìƥ ƶÊ dzƢǏ È ÌÈ È ɍ¦ Ê Ê Ê Ê Ê ċ Ç Ś Ǡċ nj dz ʪ Ȑ ƻÈ ¢  ƨ Ǔ °Ƣ Ǭ ǸÌ dz ¦  Dz ƳÈ ¢ ń ¤ Ǟ Ȉ º Ʀ dz ¦ ƨ ǯ ǂ º Ʀ dz ¦ Ǻ Ȁ Ȉ ǧ ª Ȑ Ư Ƕ Ǵ LJ  ŐÌ dz ¦ ¶ Ì Ì È È É È È 104 AT TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.93-106 È ċ É È É Æ È Ì Ì É È È É È È É È ÈÈ È ÈÈ ÊdzƢǏ Ǻǟ Ë Ç ȈÌȀÈ Ǐ Ê ¾Ȃ Ǻ ƥ ƶ Ê É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ ¾Ƣ È Èǫ ǾȈÊ ÊƥÈ¢ ǺÌ ǟ Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê È Ƥ È Ç ŚǠċnjdzʪËŐÌÉdz¦¶É Ȑ È ƻÈ É Ì È Ì Æ ȐÈÈƯǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ È °ƢÈ ǬÈ ǸÌÉ dz¦ÂÈ DzƳÈ Ì ¢ÂÈ ÉƨǓ È ¢ńÈ ¤ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ÉƨǯÈǂȺÈƦÌdz¦Ǻċ ȀȈǧª Ê ȈºƦǴÌÊdz ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦Â° ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌÊdzȏÈ ƪ Ì È Êª Ê ȈºƦǴÌÊdz ÉƨǓ Ǻċ ȀÊ Ȉǧ ǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ kaidah ushul yang bertujuan ° ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌÊdzȏ ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦ Èƪ Æ ȐÈÈƯdengan È °ƢÈ ǬÈ ǸÉ Ìdz¦Â “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu È ¢ńÈ Ê¤ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ÉƨǯÈǂȺÈƦÌdz¦Senada ÌÈ È DzÇ ƳÈ
untuk kesusahan, kaidah tersebut saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, Ê ȈºƦǴÌÊdz ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦ ° menghilangkan ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌÊdzȏÈ ƪ ÌÈ kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka berbunyi ¾¦DŽȇ°¦ǂǔdz¦yang artinya: “Kesulitan harus 29 ¾¦ DŽ ȇ°¦ ǂ ǔdz¦ dihilangkan.27 Dalam sebuah hadits nabi SAW. sama-suka di antara kamu.” °¦ǂǓȏ°ǂǓȏ melarang umat Islam untuk mempersulit orang lain °¦ǂǓȏ°ǂǓȏ Demikian juga dalam hadits riawayat Abu dan mempersulit dirinya sendiri: Khudri: Sa’id Al Ê ÊdzȂÌdz¦Ǻƥ²ƢċƦǠÌdz¦ƢǼºÈƯƾċ Ʒ Ç É ǺƥÀÉ ¦ÂǂǷƢǼºÈƯƾċ ƷȆǬÊ njÌ ǷƾÊË dz¦ƾȈ °¦ǂǓȏ°ǂǓȏ ƾÉ ƦǟƢ È Č È È ÈǼºÈƯƾċ Ʒƾ Ǹċ ÈŰ Ê
Ê dzȂÌdz¦Ǻƥ²ƢċƦǠÌdz¦ƢǼºÈƯƾċ Ʒ Ç É ǺƥÀÉ ¦ÂǂǷƢǼºÈƯƾċ ƷȆǬÊ njÌ ǷƾÊË dz¦ƾȈ Ì È È È É Ì ÈÌ È È È ÉÌ É È ƾÉ ƦÌǟƢ È ÈǼºÈƯƾċ ƷÈ ƾ Ǹċ ÈŰ É Ì ÈÌ È È È Č È È ÉÌ É È È È Ê ǸÌdz¦ ƶÇ ÊdzƢlain Ç Ǹċ Ű ÊÈ ¾ƢÈ Èǫ ǾȈÊ ÊƥÈ¢ Ǻǟ řȇ Ê Ê Ê Ê ũ ʪÈÈ ¢ ƪ Ǡ Ǻ ƥ DŽ ȇ DŽ ǠÌ dz ¦ ƾ Ǐ Ǻ ƥ ® ¦ ® Ǻ ǟ ƾ “Tidak (boleh) menyulitkan orang dan dipersulit Ê Ê Ê Ç É Ǻƥ DŽÊ ȇDŽÊ ǠÌdz¦ Ê Ê É Ì È Ì È É È Ì È ÈÉ É Ì È Ê ÌÈ Ë È Ê Ê ʪÈÈ ¢ ƪ È ¾ƢÈ Èǫ ǾȈƥÈ¢ ǺÌ ǟ È řȇ È ǺÌ ǟ È ƾǸċ ÈŰ É ǠÌ ũ È ǺÌƥ ®ÈÂ¦É ® ÉÌ È 28 ËÊ ƾǸÌÈ dz¦ ƶÇ dzƢǏ Ê Ç Ê Ê (oleh orang lain)” Ê Ê ċ ċ ċ ¾Ȃ Ǭ º ȇ Ä ° ƾ Ŭ¦ ƾȈ Ǡ LJ ¤ Ƕ Ǵ LJ  Ǿ Ȉ Ǵ ǟ ɍ¦ ¾Ȃ LJ ° ¾Ƣ ǫ Ǻ ǟ Ǟ Ȉ º Ʀ dz ¦Ƣ ɍ¦Ȅ Ǵ Ǐ Ŷ Ì Ì É É È ċ ċ È È Ê Ç ÊǠLJ ċ È Ì Ê É É È È Ê Ì Ì Ê ċ È ċ ċ È È È É Ì É È É È È È ǺÌ ǟ É ǬÉ ÈºȇÄ Ê Ê ÊÊ Ì ƾȈ É LJÉ °È ¾ƢÈ Èǫ¾Ȃ ċ ǴǏ ċ ¾Ȃ ċ °ƾÌ ÉŬ¦ È ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦ƢÈŶ¤ǶÈ ǴLJÈ ÂÈ ǾȈÌÈǴǟ È Éɍ¦Ȅ È ɍ¦ È ÀÉ ¦ÂÈǂÌ ǷƢ È ÈǼºÈƯƾċ Ʒ È ȆČ ǬnjÌ ǷÈ ƾË dz¦ƾȈdzȂÌÈ dz¦ǺÉ Ìƥ²Ƣ É ċƦǠÌÈ dz¦ƢÈǼºÈƯƾċ ƷÈ µ¦ǂȺÈƫ µ¦ ǂ Ê ǺÊ ƥ ®Â¦® ǺǟKedua Ç É Ǻƥmetode ȺÈƫ ÊÊ angsuran dengan fleksibel dan ÊÊ ǺÌ ǟ È řȇ È Ì È É È Ì È ƾǸċ ÈŰ É Ì DŽȇDŽǠÈ Ìdz¦ ËÊ ƾǸÈ Ìdz¦ ƶÇ dzƢǏ metode sukarela Êɍ¦ Ç ÊǠLJtersebut diatas juga sangat relevan Ê “Menyampaikan hadits kepada kami oleh al Abbas ȈÌÈǴǟ ¾Ȃ LJ ° ¾Ƣ ǫ ¾Ȃ Ǭ º ȇ Ä ° ƾ Ŭ¦ ƾȈ Ì É È É ċ ċǴǏ ċ È ċ Ì É É È Éɍ¦Ȅ È É È denganÈ salah satu È prinsip dari pembentukan hukum Ê Ê Ê Ç Ê Ê ƾȈ̺ÈƦǟ ƷÈ al Walid menyampaikan ÊÊ È ĺÈ¢ƢǼȺÌƥ¦ÀÉ ƢǸÈ ÌưǟÉ ÂÈ ǂǰÌ ÈƥȂÉƥÈ¢ƢÈǼºÈƯƾċibn ƾȈ̺ÈƦǟ džȇ È ȏƢÈ ÈǫÈƨƦȺȈÌNj ÌưǟÉ ÂÈ ǂÇ ǰÌ ÈƥȂkepada È ĺÈÊ¢ƢǼȺÌƥ¦ÀÉ ƢǸÈhadits È °®Ì ¤ǺÉ Ìƥ¦ƢÈǼºÈƯƾċ Ʒ É alǺÌ ǟÈ Dimisyqy µ¦ ǂÈÉ ºÈƫǺÌ ǟÈ džȇ menghilangkan È ȏƢÈ ÈǫÈƨƦȺȈÌNj ÉƥÈ¢ƢÈǼºÈƯƾċ ƷÈ È °®Ì ¤ǺÉ Ìƥ¦ƢÈǼºÈƯƾċ Ʒ Islam yaitu kesusahan (‘adamul kami oleh Marwan ibn Muhammad Menyampaikan Ê Ê Ê ȈÈǴǟ ɍ¦Ȅ Êɍ¦ ÊË ĺÈÊ¢ ǺÌ ǟ ÊǼdz¦ Àċ È¢ ¨ÈǂȺÌȇǂÈǿ ĺÈÊ¢ ǺÌ ǟ ȋ¦ ʭÈDŽdz¦ ÊË ĺÈÊ¢hadits Ì ǺÌ ǟ ċ ċ ċǴǏ ÊǼdz¦ Àċ È¢ ȨǂȺÌȇǂÈǿ ǾÊ ȈÌÈǴǟ œċ ɍ¦Ȅ ĺÈÊ¢ ǺÌ ǟ «ÊǂÈǟÈÌ ȋ¦ ®Ê ʭÈDŽdz¦ ǺÌ ǟ Ì ǺÌ ǟ ċ ċǴǏ ċ È «ÊǂÈǟÈÌAllah È ®SWT È ɍ¦ ċdengan É firman Ì È Ésesuai È œċ ċ È È È Èdari É È haraj) dan halǾini É kepada kami oleh Abdu al Aziz ibn Muhammad Ê dalam surah Al-Baqarah ayat 280 seperi °ǂÈÈǤÌtersebut dz¦ǞÊ Ȉ̺ÈƥǺÌ ǟȄ ºÈƥǺÌ ǟȄ ȀÈ ºÈǻǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ °ÊǂÈÈǤÌdz¦ǞÊ ȈÌdia È ȀÈ ºÈǻǶÈ ċǴLJDaud È berkata: È ÂÈ ibn Shaleh al Madiny dari Bapaknya Ç Ê ċ ƢÈǼºÈƯƾċ Ʒ ȏƢ ǫ ƨ Ʀ º Ȉ Nj ĺÈ ¢ Ƣ Ǽ º ƥ ¦ À Ƣ Ǹ ư ǟ  ǂ ǰ ƥȂ ƥÈ ¢ Ƣ Ǽ º Ư ƾ Ʒ Ì È diatas, Allah memerintahkan bahwa jika ada orang È ÈÌ É È Ì É È È É È È È È È ÈÌÈ Aku mendengar Abu Sa’id Al-Khudri berkata: Telah yang Êberhutang itu dalam kesukaran, maka berilah bersabda Rasulullah SAW. “Sesungguhnya jual beli itu Êɍ¦ Ê Ê Ê Àċ È¢ ¨ÈǂȺÌȇǂÈǿ ĺÈ ¢ Ǻ ǟ « ǂ ǟÈ ȋ¦ Ǻ ǟ ® ʭ DŽdz¦ ĺÈ ¢ Ǻ ǟ Ê Ì É Ì È È Ì tangguh Ì È È Ë sampai Ì È ċ dia berkelapangan. harus dilakukan suka sama suka” Ê °ǂÈÈǤÌdz¦ǞÊ ȈÌDalam ºÈƥǺÌ ǟȄ ǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ satu fatwa DSN MUI No. 04/ È ȀÈ ºÈǻsalah Êċ ¾Ȃ Ê Ǐ Ǻǟ Ç ȈÌȀÈ Ǐ DSN-MUI/IV/2000 bagian Keenam menjelasċ ċǴǏ ǾÊ ȈÌÈǴǟÈ karenanya ɍ¦Ȅ °È ¾ƢÈ Èǫ ¾ƢÈ masing-masing É LJÉmaka Èǫ ǾȈÊ ÊƥÈ¢ ǺÌ ǟ È Ƥ È ɍ¦ É ǺÊ Ìƥ ƶÊ dzƢpihak È ÌÈ Oleh kan bahwa: “Jika nasabah telah dinyatakan pailit harus mempunyai Ê Ê Ê Ê Ê Ê È ƻÈ (complete ŚÊ ǠċnjdzʪŐÌ ÂÈ ÉƨǓ ǯÈǂȺÈƦÌdz¦Ǻċ ȀȈǧª È ¤ǞÉ Ȉ̺ÈƦÌdz¦Éƨsama Æ ȐÈÈƯǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ È °ƢÈ ǬÈ ǸÌÉ dz¦ÂÈ DzÇ ƳÈ Ì ¢informasi È ¢ńyang ËÉdz¦¶É Ȑ dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus information) sehingga tidak ada pihak yang Ê ȈºƦǴÌÊdz ƨƳƢǷǺƥ¦ǽ¦Â° ǞÊ Ȉ̺ÈƦǴÌÊdzmerasa ȏÈ ƪ ÌÈ menunda tagihan hutang sampai ia menjadi dicurangi karena ada sesuatu yang unknow to one party sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.” dalam bahasa fiqihnya disebut tadlis, yang dapat Selanjutnya pada saat berlangsungnya akad, terjadi pada empat hal yakni: kuantitas, kualitas, DŽȇ°¦ǂǔdz¦ pihak BMT tidak memberikan keleluasaan kepada harga ¾¦dan waktu penyerahan.31 Dan dalam kontek nasabah untuk memilih metode mana yang murabahah harus lebih mengedepankan prinsip ǂǓȏ°ǂǓȏ digunakan. Pihak BMT langsung menjelaskan transparansi dan jujur dalam transaksi,°¦yang mana jangka waktu dan berapa jumlah angsuran yang secara jelas disebutkan biaya serta margin yang harus dipenuhi nasabah setiap bulan. Nasabah harus dibayar Çnasabah. Selain Ê Ê itu Ê Ê pembiayaan ƾÉ ƦÌǟƢ É ǺÉ ÌƥÀÉ ¦ÂÈǂÌ ǷƢ È ÈǼºÈƯƾċ ƷÈ ƾ Ǹċ ÈŰ È ÈǼºÈƯƾċ Ʒ È ȆČ ǬnjÌ ǷÈ ƾË dz¦ƾȈdzȂÌÈ dz¦ǺÉ Ìƥ²Ƣ É ċƦǠÌÈ dz¦ƢÈǼºÈƯƾċ ƷÈ hanya diberikan kesempatan untuk membicarakan murabahah juga terlepas dari unsur gharar Ê Ê Ç Ê Ê Ê ʪÈÈ ¢ ƪ řȇ ǺÊ Ìƥ ®ÈÂ¦É ® ǺÌ ǟ ƾǸċ ÈŰ ũ È ¾ƢÈ Èǫ ǾȈƥÈ¢ ǺÌ ǟ Ê Ê ƾǸÌÈ dz¦ ƶÇ dzƢǏ É ǺÉ Ìƥ DŽÊ ȇDŽÊ ǠÌÈ dz¦ È È È jangka waktu pembayaran dan besarnya (penipuan) É ǠÌdan È Ë tadlis (ketidakjelasan) sehingga Ç ÊǠLJ É ǬÉ ÈºȇÄ Êɍ¦ ÂÈ ǾÊ ȈÌÈǴǟ ǺÌ ǟ ºÈƦÌdz¦ƢÈŶċʤǶÈ ċǴLJÈada Ì ƾȈ É LJÉ °È ¾ƢÈditutup-tutupi. keuntungan yang harus diberikan kepada pihak masyarakat ċ ¾Ȃ ċ ċǴǏ ċ °Ê ƾÌ ÉŬ¦ Èǫ¾Ȃ Èyang È ǞÉ ȈÌtidak È merasa È Éɍ¦Ȅ BMT dan itupun dalam batas-batas yang telah Keadaan seperti ini dekat kepada Jual beli gharar µ¦ǂȺÈƫ ditetapkan sebelumnya oleh pihak BMT. yang termasuk salah jual beli yang terlarang: Dengan kata lain transaksi hanya dilakukan ÊÊ ƾÊ Ȉ̺ÈƦǟ secara sepihak, di mana pihak nasabah tidak pernah È ĺÈÊ¢ƢǼȺÌƥ¦ÀÉ ƢǸÈ ÌưǟÉ ÂÈ ǂÇ ǰÌ ÈƥȂÉƥÈ¢ƢÈǼºÈƯƾċ ƷÈ É ǺÌ ǟÈ džȇ È ȏƢÈ ÈǫÈƨƦȺȈÌNj È °®Ì ¤ǺÉ Ìƥ¦ƢÈǼºÈƯƾċ Ʒ diikutsertakan dalam menentukan metode dan Ê Ê ĺÈÊ¢ Ǻǟ ɍ¦ Ê ǾÊ ȈÌÈǴǟ Ì ǺÌ ǟ ċ ċǴǏ È «ÊǂÈǟÈÌ ȋ¦ È ®ʭÈDŽdz¦ È Éɍ¦Ȅ ċ ÊǼdz¦ Àċ È¢ ¨ÈǂȺÌȇǂÈǿ É ĺÈÊ¢ ǺÌ ǟ Ë È œċ ÌÈ ċ besarnya angsuran yang harus dibayar, keadaan °ÊǂÈÈǤÌdz¦ǞÊ Ȉ̺ÈƥǺÌ ǟȄ È ȀÈ ºÈǻǶÈ ċǴLJÈ ÂÈ demikian tidak sejalan dengan prinsip kerelaan atau prinsip suka sama suka, padahal setiap transaksi “Hadits bersumber dari Abu Bakar dan Utsman dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan keduanya anak Abu Syaibah keduanya mengatakah bahwa antara kedua belah pihak, sebagaimana dijelaskan baik dalam al Qur’an maupun dalam Hadits; dalam 29 Ibid, hal 122 30 surah An-Nisa ayat 29 artinya: Ibid. 31
27
Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh Sejaran Dan Kaidah Asasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 147 28 Ibid
Adiwarman A. Karim, Bank slam Analisa Fiqh dan keuangan, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.31 32 Abu Daud, Sunan Abu Daud, (Mekah: al maktabah al makiyah, t.th) h. 133
Penentuan Metode Angsuran Murabahah... Muhammad Noval 105
haditsnya bersumber dari Ibnu Idris dari Ubaidillah dari Ubu Zionad dari al A’raj dari Abu Hurairah Bahwa Nabi SAW. Melarang jual beli yang mengandung gharar. (Abu Daud)” Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSNMUI/IV/2000 menetapkan poin-poin tentang aturan yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah yang diterapkan BMT Al-Karomah Martapura antara lain: Pada poin I tentang ketentuan umum murabahah, penulis menyimpulkan bahwa transaksi murabahah yang terjadi pada BMT Al-Karomah Martapura sudah sesuai dengan ketentuan umum murabahah, namun hanya terdapat ketidakpastian dalam metode palunasan pembayarannya. Pada Poin II Ketentuan Murabahah kepada Nasabah, prosedur yang diberlakukan BMT AlKaromah kepada nasabah sudah sesuai dengan prosedur berdasarkan syariah. Pada poin III ketentuan jaminan murabahah, pengadaan adanya jaminan yang diminta pihak BMT Al-Karomah Martapura diperbolehkan dalam syariah. Pada poin IV ketentuan utang dalam murabahah, berdasarkan ketentuan poin IV penulis menyimpulkan bahwa BMT Al-Karomah Martapura memang tidak bertanggung jawab atas kepemilikan barang yang sudah menjadi hak milik nasabah, namun pelunasan pembayaran murabahah masih menjadi kewajiban dari nasabah itu sendiri. Pada poin V, berkenaan dengan penundaan pembayaran dalam murabahah, penulis menyimpulkan bahwa penarikan barang jaminan oleh pihak BMT apabila pembayaran nasabah mengalami kemacetan selama 3 bulan berturut-turut dibolehkan, karena disamping untuk mendisiplinkan nasabah hal itu juga sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada poin VI, bangkrut dalam murabahah, pihak BMT sangat memperhatikan kondisi keuangan nasabah dan memberikan toleransi yang tinggi apabila terdapat kesusahan yang dialami oleh nasabah. Sementara faktor yang mempengaruhi dalam penentuan metode pembayaran angsuran murabahah yang harus dibayar oleh nasabah ada dua: yaitu: a. Jangka waktu Jangka waktu yang dimaksud di atas adalah, jangka waktu yang dimungkinkan nasabah untuk melunasi pembiayaan murabahah.
b. Penghasilan Penghasilan yaitu jumlah pendapatan nasabah setiap bulan yang akan mempengaruhi besar kecilnya angsuran yang ditetapkan pihak BMT. Faktor-faktor tersebut berkaitan erat dengan keadaan nasabah yang disesuaikan dengan penghasilan nasabah perbulan. Apabila penghasilan nasabah besar, maka jangka waktu yang diberikan pihak BMT untuk pelunasan pembayaran bisa lebih pendek, dengan angsuran yang relatif lebih besar, apabila penghasilan nasabah kecil, maka jangka waktu yang diberikan pihak BMT untuk pelunasan pembayaran bisa lebih panjang, dengan angsuran yang relatif lebih kecil. Dalam hal ini pihak BMT Al-Karomah Martapura sudah mengambil langkah yang tepat, dimana penentuan metode pembayaran ansuran murabahahnya tidak semuanya diserahkan kepada nasabah tetapi ditentukan memperhatikan hasil sur vei tentang bagaimana kemampuan dan penghasilan yang didapat oleh nasabah setiap bulan, sehingga demikian pembiyaan yang diambil oleh nasabah tidak menjadi beban dan bahkan justru memberikan manfaat bagi mereka. PENUTUP Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab terdahulu tentang Penentuan Metode Pembayaran Angsuran Murabahah Pada BMT AlKaromah Martapura, maka pada bab ini penulis dapat menyimpulkan bahwa pembiayaan murabahah pada BMT Al-Karomah adalah pembiayaan berdasarkan pesanan dan dalam pembayarannya dilakukan dengan cara diangsur. Persyaratan yang harus dipenuhi nasabah sebelum melakukan pembiayaan murabahah adalah berupa fotocopy KTP suami istri masing-masing sebanyak 3 lembar kemudian juga menyertakan fotocopy jaminan, yang bisa berupa SK bagi PNS, Sertifikat, BPKB dan Surat berharga lainnya. Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang bersifat konsumtif, yang membiayai barang-barang seperti mobil, sepeda motor, furniture, bahan bangunan, sampai dengan barang elektronik. Jaminan dalam setiap pembiayaan murabahah adalah sertifikat atau surat berharga dari barang itu sendiri. Begitu halnya pada BMT AlKaromah, menggunakan jaminan yang ditujukan untuk mengurangi resiko macet oleh nasabah. Pada
106 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.93-106
BMT Al-Karomah tidak mengenakan sanksi kepada nasabah apabila nasabah terlambat membayar ataupun menunda-nunda pembayaran. Akan tetapi apabila pembayaran nasabah macet selama 3 bulan, maka tindakan tegas yang diambil oleh pihak BMT adalah penarikan jaminan yang telah diberikan nasabah. Pembiayaan murabahah pada BMT AlKaromah Martapura memakai metode angsuran dalam pelunasannya, dan dalam pelunasannya tidak terpengaruh oleh perubahan harga di pasar, sehingga akumulasi pembayaran yang harus dipenuhi oleh nasabah adalah tetap sesuai dengan kesepakatan awal. Metode pembayaran angsuran yang diterapkan pada BMT Al-Karomah Martapura ada empat, dua diantaranya adalah metode yang digunakan pada dunia perbankan dan lembaga keuangan lainnya yaitu Metode Margin Keuntungan Menurun (sliding) dan Metode Keuntungan Ratarata. Sementara metode lainnya merupakan metode yang dikembang oleh BMT Al-Karomah Martapura, yaitu Metode fleksibel dan Matode suka rela. Penerapan metode-metode ini sesuai dengan kebutuhan nasabah dan petunjuk yang berdasar al Qur’an dan Hadits yang menghendaki adanya pelayanan kepada nasabah yang mengalami kesusahan. Demikian juga telah sesuai dengan Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tahun 2000 tentang Murabahah dan Fatwa Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tahun 2000 Tentang Uang Muka Dalam Murabahah Demikian juga Peraturan dan Perundangan lainnya. DAFTAR PUSTAKA Afandi, M. Yazid, Fiqh Muamalah Dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta, Logung Pustaka, 2009. Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah. Jakarta, Sinar Graha, 2008. Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ala Madzhahibil Juz II, Beirut, Dar al-¡Kutub al Ilmiyah, 1990. Al-Qazwaniy, Muhamamd bin Yazid Abu ‘Abdillah (disebut Ibn Mâja’), Sunan Ibn Mâja’. Beirut, Dar al-Ma’rifah, 1996. Al-Qazwaniy, Muhamamd bin Yazid Abu ‘Abdillah (disebut Ibn Mâja’), Sunan Ibn Mâja’. Beirut, Dar al-Ma’rifah, 1996. Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Cet. V. Jakarta,, Gema Insani Press, 2005.
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Cet. I. Jakarta, Gema Insani, 2001. Daud, Abu, Sunan Abu Daud. Mekah, al maktabah al makiyah, t.th. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta, Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah Al-Quran, 1993. Djuwaini, Dimyauddin, Pengantar Fiqh Mua’malah. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008. Haikal, Abdianul et.al., “BMT: Sejarah & Masa depannya”, http://zarchisme.wordpress.com / tag/sejarah-perkembangan-bmt. diakses tanggal 21 Desember 2010 Karim, Adiwarman A., Bank Islam Analisa Fiqh dan keuangan, Jakarta, Gema Insani, 2001. Karim, Adiwarman A., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2006. Mubarok, Jaih, Kaidah Fiqh Sejaran Dan Kaidah Asasi. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002. MUI, “FATWA DSN MUI No. 04/DSN-MUI/ IV/2000 Tentang MURABAHAH”, http:/ /mui.or.id/index.php?option=com content &view=article&id=151:fatwa-dsn-mui-no04dsn-muiiv2000-tentang-murabahah &catid=57:fatwa-dsn-mui. diakses tanggal 21 Desember 2010 Munawir, Ahmad Warson, Kamus Arab-Indonesia Pusat Pendidikan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, 1994. Sudarsono, Heri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, Ekonisia, 2004. Suhendi, Hendi et.al., BMT & Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah. Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004. Tholhah, M. Abdul Mujieb Mabruri & Syafiah Am, Kamus Istilah Fiqih. Jakarta, PT. Pustaka Firdaus, 1994. Tim Penterjemah Departemen Agama RI, AlQur’an dan Terjemahnya. Jakarta, Yayasan Penterjemah Al-Qur’an, 1998.