PENENTUAN KUALITAS TEMPAT TUMBUH SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen ) PADA AREAL IUPHHKHTI TRANS PT BELANTARA SUBUR KALIMANTAN TIMUR
FIKRI KAFABIH
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penentuan Kualitas Tempat Tumbuh Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen ) pada Areal IUPHHK-HTI Trans PT. Belantara Subur Kalimantan Timur” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017
Fikri Kafabih NIM E14120018
ABSTRAK FIKRI KAFABIH. Penentuan Kualitas Tempat Tumbuh Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen ) pada Areal IUPHHK-HTI Trans PT. Belantara Subur Kalimantan Timur Dibimbing oleh I NENGAH SURATI JAYA. Kualitas tempat tumbuh adalah ukuran tingkat kesuburan tanah yang mempengaruhi riap pohon dan produktivitas kayu. Tulisan ini menjelaskan tentang pembangunan kelas kualitas tempat tumbuh pada tegakan sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) yang terletak di areal IUPHHK-HTI Trans PT Belantara Subur, Kalimantan Timur. Tujuan utama penelitian ini untuk membangun model diskriminan penentu kualitas tempat tumbuh sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dengan menggunakan pendekatan terestris, berdasarkan data peninggi dengan mempertimbangkan faktor biofisik. Faktor biofisik yang digunakan dalam membangun model diskriminan tempat tumbuh ini adalah pH, elevasi, tekstur tanah, slope dan leaf area index (LAI). Tulisan ini menemukan bahwa pengkelasan kualitas tempat tumbuh yang diturunkan dengan pendekatan tinggi pohon (Htot) memiliki akurasi lebih baik dibandingkan dengan pendekatan diameter pohon (DBH). Pada pendekatan tinggi pohon (Htot), faktor fisik yang menentukan adalah tekstur tanah dan slope dengan akurasi sebesar 62.2 %, sedangkan pendekatan diameter pohon (DBH) faktor fisik yang menentukan adalah pH dan slope dengan akurasi 56.7 %. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas tempat tumbuh dapat dinilai menggunakan faktor fisik. Kata kunci: analisis diskriminan, kualitas tempat tumbuh, sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen), leaf area index (LAI), riap FIKRI KAFABIH. Determining Site Quality on Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen ) in the area of IUPHHK-HTI Trans PT. Belantara Subur East Kalimantan Supervised by I NENGAH SURATI JAYA. Site quality is a measure of soil fertility that influence the increment of trees and wood productivity. This paper describes on the development of site quality class on sengon stand (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen), located IUPHHK-HTI Trans PT Subur Wilds, East Kalimantan. The main objective of this research is to establish discriminant models which determine site quality of sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) using terrestrial approach, by considering the biophysical variables. The biophysical factors used in constructing the discriminant model this growing site were pH, elevation, soil texture, slope and leaf area index (LAI). This paper found that classification of site quality derived using tree height approachment provided better accuracy than those derived from tree diameter. In tree height-based site quality, physical factors that affect the site quality were soil texture and slope with accuracy of about 62.2 %, whereas tree diameter-based site quality, physical factors that affect the site quality were pH and slope with accuracy of about 56.7%. This study concludes that the site quality could be assessed using physical factors. Key words: discriminant analysis, site quality, sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen, leaf area index (LAI), increment
PENENTUAN KUALITAS TEMPAT TUMBUH SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen ) PADA AREAL IUPHHKHTI TRANS PT BELANTARA SUBUR KALIMANTAN TIMUR
FIKRI KAFABIH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penentuan Kualitas Tempat Tumbuh Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) pada Areal IUPHHK-HTI Trans PT Belantara Subur Kalimantan Timur. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu prasyarat kelulusan sebagai Sarjana Kehutanan dari Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir I Nengah Surati Jaya, M Agr selaku pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, arahan, motivasi dan nasehat kepada penulis mulai dari persiapan penelitian hingga terselesaikan skripsi ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir Margono selaku direksi KORINDO dan Bapak Ir Asrul Anwar selaku direktur PT Belantara Subur serta seluruh staff PT Belantara Subur atas izin dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di areal kerja PT Belantara Subur. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak H. Wasrun, Mas Rahmadi, Mas Kipli, Mas Taufik, Mas Ervan Serta rekan-rekan tim penelitian, Muhammad Fadly Al Hadad, Sardianto, Khilma Sufiana atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam pengambilan data di lapangan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Uus Saeful Mukarom S Hut, abang Edwin Setia Purnama, dan kakak Sri Wahyuni atas segala bantuan dalam pengolahan data penelitian. Penghargaan terbesar penulis sampaikan kepada keluarga, Ibu Syabariyah Tanjung, Bapak (Alm) Bunyamin, Bapak Sugiyono, Adik Radiva Kulsum Syadea dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang serta dorongan moral, do’a dan material kepada penulis. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Muhamad Arief Indra Priyono, Muhammad Husen, Muhammad Hasan dan rekan Futsal Fakultas Kehutanan IPB atas doa, bantuan, dukungan, dan kebersamaannya selama ini serta menjadi penyemangat penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Ucapan terimakasih kepada seluruh teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB khususnya Departemen Manajemen Hutan angkatan 49 atas doa dan dukungannya kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk setiap pembacanya.
Bogor, Januari 2017
Fikri Kafabih
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat
3
Software dan Hardware
3
Prosedur Pengambilan Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kualitas Tempat Tumbuh SIMPULAN DAN SARAN
13 13 18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
33
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Data penelitian kualitas tempat tumbuh Jumlah plot pengukuran menurut umur dan slope Kelas interval tegakan sengon di setiap kualitas tempat tumbuh Pengkelasan DBH kualitas tempat tumbuh tegakan sengon Pengkelasan Htot kualitas tempat tumbuh tegakan sengon Peubah biofisik yang dimasukkan dalam analisis diskriminan Nilai akurasi DBH kualitas tempat tumbuh terhadap peubah biofisik X1 , X2 , X3 , X4 dan X5 Kombinasi peubah DBH dengan nilai akurasi tertinggi Nilai akurasi Htot kualitas tempat tumbuh terhadap peubah biofisik X1 , X2 , X3 , X4 dan X5 Kombinasi peubah Htot dengan nilai akurasi tertinggi Fungsi diskriminan untuk kelas Htot kualitas tempat tumbuh dengan peubah terpilih X3 dan X4 . Persentase nilai akurasi Htot tegakan sengon PT Belantara Subur
4 5 7 8 8 11 13 14 15 15 16 17
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peta lokasi penelitian Tata letak plot di dalam klaster setiap kondisi umur tegakan hutan Batas kelas DBH kualitas tempat tumbuh Batas kelas Htot kualitas tempat tumbuh Hasil analisis LAI menggunakan software Hemiview Diagram alir fungsi dikriminan Diagram alir tahapan penelitian Proporsi nilai analisis diskriminan DBH kualitas tempat tumbuh Proporsi nilai analisis diskriminan Htot kualitas tempat tumbuh
3 5 7 8 9 10 12 14 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Data koordinat dan rekap nilai per plot Data biofisik Skoring slope Skoring tekstur tanah Peninggi berdasarkan DBH tegakan sengon pada masing – masing kualitas tempat tumbuh Peninggi berdasarkan Htot tegakan sengon pada masing – masing kualitas tempat tumbuh Fungsi Diskriminan kelas DBH kualitas tempat tumbuh tegakan sengon. Fungsi Diskriminan kelas Htot kualitas tempat tumbuh tegakan sengon Rekapitulasi klasifikasi kelas Htot kualitas tempat tegakan sengon.
21 23 25 26 26 26 27 30 32
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Beberapa penelitian menunjukkan bahwa produktivitas hutan berkaitan erat dengan kualitas tempat tumbuh. Menurut Saleh (1981), kualitas tempat tumbuh memiliki hubungan terhadap pengelolaan hutan, khususnya terhadap perlakuanperlakuan silvikultur dalam pembinaan jenis tanaman yang akan berpengaruh terhadap produktivitas hutan. Tingkat kesuburan tanah dapat berpengaruh terhadap produktivitas kayu yang dihasilkan dari hutan (Wahyuni 2012). Salah satu indikator produktivitas hutan dapat dilihat dari nilai riap suatu tegakan. Riap yang tinggi memiliki kualitas tempat tumbuh yang baik, sebaliknya riap yang rendah memiliki kualitas tempat tumbuh yang buruk. Lebih lanjut riap tegakan dapat digunakan sebagai dasar dalam rangka penyusunan rencana penebangan, khususnya dalam penentuan jatah tebang tahunan / Annual Allowable Cut (AAC). Saat ini, umumnya penentuan kualitas tempat tumbuh dilakukan setelah tegakan terbangun atau tersedia, dimana kelas-kelas kualitas tempat tumbuh itu diduga menggunakan peubah-peubah tegakan yang sudah tersedia seperti diameter tajuk, biomassa, kerapatan tegakan dan lain sebagainya. Akan tetapi, pendekatan ini sulit dilakukan apabila tegakan belum terbangun misalnya masih berupa lahan kosong, semak, belukar dan lain sebagainya. Penentuan kualitas tempat tumbuh pada lahan-lahan hutan yang belum terbangun masih jarang ditemukan. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk membuat model penentuan kualitas tempat tumbuh berdasarkan peubah-peubah lingkungan seperti jenis tanah, pH, elevasi, slope, suhu, salinitas, kelembaban dan lain sebagainya. Beberapa penelitian terkait penentuan kualitas tempat tumbuh sebelum tegakan terbangun dapat ditemukan pada penelitian kualitas tempat tumbuh hutan tanaman jenis-jenis Eukaliptus oleh Darwo (2012), kualitas tempat tumbuh hutan tanaman jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) oleh Marulam (2015). Adapun penelitian kualitas tempat tumbuh menggunakan citra yakni, hutan mangrove oleh Hayat (2015) menggunakan citra resolusi sedang, hutan tanaman Jati (Tectona grandis) oleh Wahyuni (2012) menggunakan citra resolusi tinggi, hutan tanaman Jati (Tectona grandis) oleh Kusnadi (2016) menggunakan pesawat tak berawak menggunakan citra resolusi sangat tinggi. Masing-masing dari penelitian sebelumnya memiliki hasil kualitas tempat tumbuh yang berbeda-beda karena jenis tanaman menghendaki tempat tumbuh tersendiri karena tiap jenis tanaman mempunyai karakter tersendiri sehingga kualitas tempat tumbuh berbeda antara satu dengan yang lainnya berdasarkan peubah-peubah lingkungan (Riyanto dan Pahlana 2012, Simarmata 2015). Penelitian ini memfokuskan tegakan sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) karena jenis ini merupakan salah satu jenis pionir yang memiliki pertumbuhan sangat cepat dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri kayu lapis di Indonesia. Jenis ini mampu beradaptasi pada berbagai jenis tanah yakni tanah kering, tanah lembab maupun tanah asam garam dan kuat terhadap penyakit (hama). Sengon dapat tumbuh pada iklim basah sehingga pertumbuhan sengon optimalnya pada tingkat curah hujan 2000-3500 mm per tahunnya (Krisnawati et al. 2011).
2
Penelitian ini mengkaji tentang peubah-peubah lingkungan yang signifikan mempengaruhi kualitas tempat tumbuh dengan pendekatan analisis peubah ganda, peubah-peubah yang dipilih mempertimbangkan dengan peubah yang mudah diukur, datanya mudah tersedia dan relevan. Tujuan utama penelitian ini untuk membangun model diskriminan penentu kualitas tempat tumbuh sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) berdasarkan peubah-peubah lingkungan (non tegakan hutan). Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait kualitas tempat tumbuh sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) secara cepat dan lengkap yang berguna sebagai bahan penyusunan penataan hutan dan landasan dalam pengelolaan hutan lestari. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan mulai bulan Maret 2016 sampai dengan Desember 2016 , terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) Persiapan, (2) Pengambilan data lapang, (3) Pengolahan dan analisis data dan (4) Penyusunan laporan (skripsi). Persiapan, pengambilan data lapang atau ground check dilakukan pada tanggal 28 Maret 2016 sampai dengan 30 April 2016 di areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan KayuHutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) Trans PT Belantara Subur. Pengolahan dan analisis data serta penyusunan laporan dilaksanakan mulai bulan Mei hingga bulan Desember 2016, dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. PT Belantara Subur terletak di Desa Sotek, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur dengan luas area 140845 Ha. Secara geografis terletak antara 116o25’06” – 116o37’55” Bujur Timur dan antara 01o04’08” – 01o16’54” Lintang Selatan (Gambar 1). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 784/Kpts-II/1996 tanggal 19 Desember 1996, luas areal kerja IUPHHK-HTI Trans PT. Belantara Subur ± 16475 Ha. Batas–batas areal kerja PT Belantara Subur terdiri atas: (1) Sungai Riko dan PT BFI pada sebelah utara, (2) Sungai Tunan dan PT ITCI pada sebelah timur, (3) PT BFI pada sebelah barat dan (4) PT BFI pada sebelah timur (PT Belantara Subur 1996). Areal ini memiliki ketinggian 30 – 171 mdpl serta tipe topografi 0 – 45 %, jenis tanah di wilayah penelitian yaitu Tropodults, Dystropepts dengan luas 15465 ha dan Tropodults, Tropaquepts dengan luas 1010 ha. Berdasarkan klasifikasi iklim di wilayah ini termasuk tipe iklim A (basah) dengan curah hujan bulan tertinggi pada bulan Juni sebesar 261 mm dan bulan terendah pada bulan Juli sebesar 188 mm Berdasarkan keadaan hutan areal ini dalam kegiatan penanaman pada PT Belantara Subur sudah dimulai sejak tahun 1994 hingga 2010 seluas 9819.250 ha dengan tujuan untuk menghasilkan kayu pertukangan yang terdiri dari jenis tanaman gmelina (Gmelina arborea), meranti (Shorea sp.), sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen), akasia (Acacia mangium), jati (Tectona grandis), eukaliptus (Eucalyptus sp), Waru (Hibiscus tiliaceus), Mahoni (Swietenia mahagoni), dan Sungkai (Peronema canescens). Areal yang telah ditanami tersebut telah dilakukan
3
pemanenan, sebagian areal tanamnya kurang baik dan terjadi perambahan maupun kebakaran. Oleh karena itu, perusahaan melakukan penanaman jenis sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dikembangkan sebagai tanaman pokok dan digunakan sebagai bahan baku karena PT Belantara subur merupakan perusahaan penghasil plywood jadi memenuhi syarat sebagai bahan baku industri plywood dengan kualitas baik, pertumbuhan cepat (fast growing) dan berdaur pendek sehingga panen dapat dilakukan dalam jangka waktu relatif pendek, kayunya multi guna (multi purposes), dan tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang rumit (Riyanto dan Pamungkas 2010).
Gambar 1 Peta lokasi penelitian. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari phi band untuk mengukur diameter pohon, Kompas dan clinometer untuk mengukur tinggi pohon serta kemiringan lapang dan menentukan arah plot contoh, GPS Garmin 60CSx untuk menentukan titik koordinat plot dilapangan dan mengukur ketinggian,alat tulis dan tallysheet untuk menyimpan data lapang, dan tali tambang untuk membuat plot ukur. Software dan Hardware Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel 2013, ArcGIS 10.1, Minitab 15, Hemiview 2.1 SR5, serta data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Data RKUPHHK PT Belantara Subur, data Digital Elevation Model (DEM) dengan resolusi spasial 90 meter dan peta tahun tanam
4
2006 hingga 2015 PT Belantara Subur untuk menentukan lokasi plot ukur pengambilan data. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data utama dan data sekunder. Data utama dan data sekunder untuk mendukung penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Data penelitian kualitas tempat tumbuh. No Data primer 1 Data diameter setinggi 1.3 meter diatas permukaan tanah per pohon menurut kelas umur (DBH) 2 Data tinggi total pohon per pohon menurut kelas umur (Htot) 3 Data slope dan elevasi per plot 4 5 6
Data sekunder Data Rencana Karya Umum Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) PT Belantara Subur Data peta tahun tanam 2006 hingga 2015 PT Belantara Subur Data Digital Elevation Model (DEM) resolusi spasial 90 meter
Data pH tanah dan tekstur tanah Data koordinat plot di lapangan Data foto Leaf Area Index (LAI) Prosedur Pengambilan Data
Persiapan Penelitian Penentuan plot ukur membutuhkan data DEM dengan resolusi spasial 90 meter dan data tahun penanaman sengon mulai tahun 2006 hingga 2015 di PT Belantara Subur. Umur tanaman pada lokasi penelitian mulai umur 1 hingga 10 tahun. Titik pusat plot ukur ditentukan berdasarkan kombinasi kelas slope atau kelerengan 0-8%, 8-15%, 15-25%, dan 25-40% pada masing-masing tahun tanam tegakan. Pengambilan Data Biofisik di Lapangan Pengambilan data lapang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi penutupan lahan yang sebenarnya di lapangan. Dalam setiap titik ground check (observasi) dibuat klaster berukuran 100 m x 100 m, yang di dalamnya dibuat tiga elemen klaster berbentuk plot lingkaran dengan tata letak sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Luas plot yang digunakan pada tegakan sengon disesuaikan dengan variasi umur tegakan, dari umur 1 hingga 10 tahun. Pada umur 1-2 tahun dilakukan pengukuran pada plot berukuran 0.02 ha, pada umur 3-4 tahun dilakukan pengukuran pada plot berukuran 0.04 ha, dan pada umur > 5 tahun dilakukan pengukuran pada plot berukuran 0.1 ha.
5
Sumber: Pengolahan bersama Tim Jaya, Kafabih, Alhadad, Sufiana dan Sardianto 2016
Gambar 2 Tata letak plot di dalam klaster setiap kondisi umur tegakan hutan. Data biofisik yang diambil dalam penelitian ini adalah slope, pH, tekstur tanah, elevasi, dan LAI serta data koordinat plot. Peubah tegakan yang diukur adalah diameter pohon dan tinggi total pohon. Data ketinggian lapang dan titik koordinat plot dilapangan menggunakan GPS Garmin 60CSx (Lampiran 1). Pengujian kadar pH pada tanah dilakukan menggunakan alat pH meter, elektroda pada alat tersebut ditancapkan ke dalam sampel tanah yang diambil di lapangan dan tekstur tanah tanah menggunakan metode rasa rabaan dan gejala konsistensi. Selanjutnya, pengambilan data kemiringan lapang/slope menggunakan clinometer, pengambilan data LAI menggunakan kamera SLR, fisheye lens atau hemispheric lens dan tripod untuk mengambil dokumentasi foto rekaman LAI tegakan (Lampiran 2). Berdasarkan kondisi tutupan hutan dan fisiografi lapangan, jumlah plot yang dapat diperoleh adalah 90 plot, dengan rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah plot pengukuran menurut umur dan slope. Slope 0-8% 8-15% 15-25% 25-40% Total
1 3 3 6
2 6 3 3 12
3 8 3 3 14
4 3 3 3 9
Umur 5 3 3 3 3 12
6 3 3 3 9
7 2 1 3
8 3 3 3 9
9 3 1 3 7
10 3 3 3 9
Total 37 26 21 6 90
Sumber Data: Pengolahan bersama Tim Jaya, Kafabih, Alhadad, Sufiana dan Sardianto 2016
6
Pengolahan dan Analisis Data Uji Normalitas Data yang diperoleh dari lapang harus melalui uji kenormalan data dengan cara mengeleminasikan outlier atau pencilan untuk menduga kualitas tempat tumbuh pada pendekatan DBH dan Htot. Data outlier merupakan titik data yang secara statistik berada jauh dari model yang dipilih atau tidak termasuk kedalam model yang benar (Ohyver dan Tanty 2012). Uji normalitas dilakukan dengan tujuan membuat data pada distribusi normal, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus nilai normal baku atau Z-score sebagai berikut (Walpole 1992): 𝑧=
𝑥−µ 𝜎
Keterangan : z = Nilai normal baku x = Nilai pengamatan µ = Nilai tengah σ = Simpangan baku Perhitungan data outlier menggunakan selang kepercayaan hingga 99.8 % yang menggunakan deviasi pada kurva sebaran normal diantara -2.5 hingga 2.5. Jika data tidak berada diantara nilai tersebut, maka data tersebut adalah outlier atau pencilan. Pengkelasan Kualitas Tempat Tumbuh Data yang sudah dieleminasi outlier atau pencilannya akan dibuat pengkelasan terlebih dahulu dengan tujuan untuk menduga kelas kualitas tempat tumbuh (KTT). Model indeks tempat tumbuh disusun berdasarkan hubungan matematis antara peninggi dan umur tegakan dalam bentuk model yang ditransformasikan ke bentuk logaritmik. Data yang digunakan untuk pengkelasan merupakan data peninggi. Indeks KTT merupakan peninggi tegakan pada umur indeks (Siahaan dan Sumadi 2015). Menurut Arief (2001), peninggi dihitung berdasarkan rata-rata 100 pohon tertinggi yang menyebar merata pada luasan 1 ha. Dalam hal ini data yang digunakan terbagi tiga untuk luas plot 0.02 ha dipilih 4 pohon, untuk luas plot 0.04 ha dipilih 6 pohon dan untuk plot 0.1 ha dipilih 10 pohon. Pada luasan 0,02 dan 0,04 dipilih 4 dan 6 pohon lebih dari 2 dan 4, hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah pohon dalam plot. Nilai-nilai indeks tempat tumbuh yang telah diperoleh, kemudian ditentukan nilai rata-rata indeks tempat tumbuh dan standar deviasi. Selanjutnya nilai-nilai tersebut digunakan sebagai indikator untuk menentukan kelas KTT dengan interval antar site quality berdasarkan hasil perhitungan nilai standar deviasi dan rata-rata dari nilai indeks tempat tumbuh di lokasi penelitian. Menurut Hasan (2002), dengan menggunakan distribusi normal, penyajian data dapat lebih bermakna, karena dengan adanya persyaratan normalitas data, dapat dilanjutkan penyajiannya dalam bentuk membedakan, mencari hubungannya dan meramalkannya. Penentuan interval KTT dapat dilihat pada Tabel 3.
7
Tabel 3 Kelas interval tegakan sengon di setiap kualitas tempat tumbuh. Kelas Tegakan 1 2 3 4 5
Selang Kelas Sampai dengan m-s Sampai dengan m-1/2s Sampai dengan m+1/2s Sampai dengan m+s Sampai dengan m+3s
m-2s m-s m-1/2s m+1/2s m+s
Keterangan: m = rata-rata, s = standar deviasi
Pengkelasan KTT dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel 2013 dengan menggunakan ketentuan Tabel 3 dan menentukan batas kelas serta nilai tengah pada batas kelas tersebut. Sehingga dapat memperoleh Tabel dan Gambar berikut. 45 40 V
Diameter (cm)
35 30
IV
25
III
20 II 15 10 I 5 0 0
1
2 plot
3
4
5 6 Umur (tahun) batas kelas
7
8
9
10
nilai tengah
Catatan: persamaan nilai tengah KTT I : y = 2.1857ln(x) + 1.9987 KTT II : y = 5.6549ln(x) + 4.9531 KTT III : y = 7.846ln(x) + 6.3826 KTT IV : y = 9.9644ln(x) + 7.4881 keterangan: y = diameter, x = umur(tahun)
Gambar 3 Batas kelas DBH kualitas tempat tumbuh.
11
8
Tabel 4 Pengkelasan DBH kualitas tempat tumbuh tegakan sengon. Kualitas Tempat Tumbuh Simbol Deskripsi I Tidak subur II Kurang subur III Cukup subur IV Subur V Sangat subur Total
Simbol Kelas (DBH) DBH 1 DBH 2 DBH 3 DBH 4 DBH 5
Selang DBH (m) <14 14 - 22 22 - 27 27 - 34 34 - 42
Jumlah data 0 49 38 3 0 90
45 40 IV
Tinggi pohon total (m)
35 30
III
25 20
II
15 10 I 5 0 0
1
2
3 plot
4
5 6 Umur (tahun) batas kelas
7
8
9
10
nilai tengah
Catatan: persamaan nilai tengah KTT I : y = 2.6876ln(x) + 1.8047 KTT II : y = 6.6439ln(x) + 4.6626 KTT III : y = 9.3365ln(x) + 7.4396 keterangan: y = tinggi total pohon, x = umur(tahun)
Gambar 4 Batas kelas Htot kualitas tempat tumbuh. Tabel 5 Pengkelasan Htot kualitas tempat tumbuh tegakan sengon. Kulaitas Tempat Tumbuh Notasi Deskripsi I Tidak subur II Kurang subur III Subur IV Sangat subur Total
Simbol Kelas (Htot) Htot 1 Htot 2 Htot 3 Htot 4
Selang Htot (m)
Jumlah data
<16 16 – 28 28–34 34–41
8 78 4 0 90
11
9
Leaf Area Index (LAI) LAI merupakan salah satu paremeter dalam analisis pertumbuhan tanaman yang melihat seberapa besar luas permukaan tanah yang tertutup oleh daun atau kanopi. Pengukuran LAI di lapangan dengan menggunakan alat pengukuran lapangan yang sesuai dengan jenis penutup lahan hutan yaitu kamera hemispheric (Suwarsono et al. 2011). Berikut adalah persamaan LAI (Risdiyanto dan Setiawan 2007): 𝐿𝐴𝐼 =
𝑠 𝐺
Keterangan : 𝐿𝐴𝐼 = Leaf area index atau Indeks luas daun 𝑠 = Luas daun pada kanopi (m2) 𝐺 = Luas permukaan tanah yang tertutupi kanopi (m2)
Data yang diperoleh untuk dijadikan peubah biofisik adalah nilai LAI yang sudah diolah menggunakan software Hemiview 2.1 SR5 berasal dari dokumentasi foto menggunakan kamera, hemispheric lens dan tripod. Contoh dokumentasi foto rekaman kamera fisheye disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Hasil analisis LAI menggunakan software Hemiview.
10
Analisis Fungsi Diskriminan Analisis diskriminan digunakan untuk mengevaluasi variable yang memberikan nilai ketepatan yang tinggi (Jaya 2015). Analisis diskriminan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah untuk menguji apakah pengkelasan KTT sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dapat ditentukan menggunakan peubah-peubah biofisik secara konsisten. Analisis diskriminan yang digunakan pada kasus ini, menggunakan peubah tegakan KTT yang didapatkan dari pengkelasan peningginya. Peubah tegakan berupa data kualitatif, sedangkan peubah biofisiknya berupa data kuantitatif (Andriani et al. 2011), fungsi diskriminan dari KTT sengon pada tulisan ini dapat ditulis sebagai berikut (Supranto 2004): Di = bi0 + bi1 Xi1 + bi2 Xi2 + bi3 X i3 … + bik Xik Keterangan: Di = Nilai skor diskriminan dari kelas kualitas tempat tumbuh sengon ke–i Xik = Peubah ke–k dari kelas kualitas tempat tumbuh sengon ke–i 𝑏𝑖0 … bik = Koefisien diskriminan kelas ke–i dari peubah ke–0 sampai ke–k Model matematik untuk analisis diskriminan adalah sebagai berikut: 1 X1 X2 D[bi0 , bi1 , bi2 , bi3 , … , bik ] X3 = bi0 + bi1 Xi1 + bi2 Xi2 + bi3 Xi3 +… + bik Xik . . [Xk] Proses klasifikasi dengan fungsi diskriminan kualitas tempat tumbuh, dapat menggunakan diagram alir sebagai berikut: D1 Faktor KTT
D2 Max
Kelas KTT
……. Dn Gambar 6. Diagram alir fungsi diskriminan.
X merupakan vektor lajur yang terdiri atas peubah biofisik kualitas tempat tumbuh yang dinyatakan sebagai berikut: X1 X= [X2 ] Xn
11
Suatu vektor X1 , X2 , … Xn yang merupakan nilai dari peubah biofisik akan dimasukkan dan dievaluasi oleh masing–masing fungsi diskriminan, kemudian nilai yang paling besar (maksimum) akan menyatakan kelas KTT sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dari fungsi yang menghasilkan nilai tersebut. Kualitas tempat tumbuh ini menggunakan 2 peubah tegakan yaitu DBH dan Htot sedangkan peubah biofisik yang digunakan yaitu pH, elevasi, tekstur tanah, slope dan LAI. Berikut merupakan uraian peubah biofisik pada Tabel 6. Tabel 6. Peubah biofisik yang dimasukkan dalam analisis diskriminan Peubah pH Elevasi Tekstur Tanah Slope LAI
Kode X1 X2 X3 X4 X5
Uraian Tingkat keasaman tanah Tingkat Ketinggian Lokasi Komposisi Pasir, Liat dan Debu Tanah Tingkat Kemiringan Lokasi Tingkat Tutupan Daun Lokasi
Untuk mengetahui tingkat keterwakilan data sebaran yang terklasifikasikan dengan benar, dilakukan penghitungan Jumlah benar : 𝑃𝐶 = (
𝑁𝑐 )𝑥 100% 𝑁𝑡
Keterangan : Pc = Proporsi benar Nt = Total sampel Nc = Jumlah benar
Uji Akurasi Klasifikasi Uji akurasi klasifikasi merupakan hal penting untuk melihat seberapa besar pengaruh dari peubah biofisik terhadap peubah tegakan serta kesalahannya. Uji akurasi klasifikasi digunakan untuk melihat besarnya kesalahan klasifikasi parameter penduga KTT yang dinyatakan dalam persen. Uji akurasi klasifikasi dapat dilakukan dengan matriks kesalahan (confusion matrix) atau matriks kontingensi. Secara matematis akurasi keseluruhan dapat dinyatakan pada formula (Jaya 2010) sebagai berikut: OA =
∑ri=1 Xii 100% N
Keterangan: OA = Nilai akurasi keseluruhan(overall accuracy) N = Jumlah plot verifikasi Xii = Kelas tingkat keberhasilan yang sama antara model dan peubah yang dijadikan acuan untuk verifikasi
12
Tahapan pelaksanaan penelitian terangkum dalam bagan penelitian pada Gambar 7.
Mulai
Persiapan dan Desain Plot Contoh
Pengambilan Data Lapang Uji Normalitas Data
pH
Elevasi
Tekstan
Slope
LAI
DBH
Htot
Analisis Diskriminan DBH dan Htot Tidak
Uji Akurasi Klasifikasi
Akurasi diterima
Ya
Selesai
Gambar 7 Diagram alir tahapan penelitian.
Model Kualitas Tempat Tumbuh
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kualitas Tempat Tumbuh Hasil akurasi tiga KTT berdasarkan peubah DBH dari 31 kombinasi peubah disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai akurasi DBH kualitas tempat tumbuh terhadap peubah biofisik X1 , X2 , X3 , X4 dan X5 . Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X1 X 2 X1 X 3 X1 X 4 X1 X 5 X2 X3 X2 X4 X2 X5 X3 X4 X3 X5 X4 X5
Akurasi (%) 42.2 50.0 26.7 42.2 30.0 46.7 42.2 56.7 50.0 43.3 53.3 50.0 46.7 32.2 38.9
Peubah X1 X 2 X 3 X1 X 2 X 4 X1 X 2 X 5 X1 X 3 X 4 X1 X 3 X 5 X1 X 4 X 5 X2 X3 X4 X2 X3 X5 X2 X4 X5 X3 X4 X5 X1 X 2 X 3 X 4 X1 X 2 X 3 X 5 X1 X 2 X 4 X 5 X1 X 3 X 4 X 5 X2 X3 X4 X5 X1 X 2 X 3 X 4 X 5
Akurasi (%) 52.2 53.3 46.7 54.4 46.7 52.2 51.1 43.3 52.2 46.7 52.2 52.2 54.4 51.1 51.1 55.6
Keterangan: X1 = pH, X2 =Elevasi, X3 = Tekstur Tanah, X4 = Slope, dan X 5 = LAI Dari Tabel 7 diketahui bahwa akurasi pendugaan kelas KTT berbasis kelas DBH dengan berbagai kombinasi peubah berbeda-beda. Dengan hanya satu peubah, nilai akurasi tertinggi diperoleh dari elevasi (X 2 ) dengan nilai akurasi sebesar 50 %, pada dua peubah nilai akurasi tertinggi diperoleh dari pH (X1 ,) dan slope (X4 ) dengan nilai akurasi sebesar 56.7 %, sedangkan pada tiga peubah terjadi penurunan dengan nilai akurasi tertinggi dari kombinasi pH (X1 ), tekstur tanah (X3 ) dan slope (X4 ) sebesar 54.4 %. Dengan empat peubah nilai akurasi tertinggi dihasilkan oleh kombinasi pH (X1 ), elevasi (X2 ), tekstur tanah (X4 ), dengan nilai akurasi sebesar 54.4%, dan LAI (X5 ), sedangkan dengan kombinasi seluruh peubah, ada penurunan memiliki nilai akurasi menjadi sebesar 52.2 %. Pada Tabel 8 disajikan secara ringkas, akurasi dari analisis diskriminan KTT dengan satu sampai dengan lima peubah. Secara grafis perbedaan akurasi ini disajikan juga pada Gambar 8.
14
Tabel 8 Kombinasi peubah DBH dengan nilai akurasi tertinggi. Peubah X2 X1 X 4 X1 X 3 X 4 X1 X 2 X 4 X 5 X1 X 2 X 3 X 4 X 5
Akurasi (%) 50.0 56.7 54.4 54.4 55.6
58 56.7
56
55.6 54
54.4
54.4
X1X3X4
X1X2X4X5
52
50 50.0 48
46 X2
X1X4
X1X2X3X4X5
Gambar 8 Proporsi nilai analisis diskriminan DBH kualitas tempat tumbuh. Dari nilai akurasi yang diperlihatkan dapat disimpulkan bahwa klasifikasi KTT menggunakan faktor fisik yang terbaik adalah menggunakan peubah pH (X1 ) dan slope (X2 ). Pada kombinasi tiga dan empat peubah mengalami penurunan akurasi, dengan digunakannya elevasi (X2 ) dan LAI (X5 ), akurasi naik kembali pada kombinasi lima peubah. Pada analisis KTT dengan respon tinggi pohon (Htot), rangkuman hasil analisis diskriminan disajikan pada Tabel 9, yang selanjutnya diringkas pada Tabel 10. Dari Tabel 9 diketahui bahwa tinggi pohon memberikan respon yang lebih baik dibandingkan dengan DBH.
15
Tabel 9 Nilai akurasi Htot kualitas tempat tumbuh terhadap peubah biofisik X1 , X2 , X3 , X4 dan X5 . Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X1 X 2 X1 X 3 X1 X 4 X1 X 5 X2 X3 X2 X4 X2 X5 X3 X4 X3 X5 X4 X5
Akurasi (%) 6.7 43.3 60.0 57.8 28.9 44.4 61.1 51.1 25.6 53.3 41.1 50.0 62.2 56.7 44.4
Peubah X1 X 2 X 3 X1 X 2 X 4 X1 X 2 X 5 X1 X 3 X 4 X1 X 3 X 5 X1 X 4 X 5 X2 X3 X4 X2 X3 X5 X2 X4 X5 X3 X4 X5 X1 X 2 X 3 X 4 X1 X 2 X 3 X 5 X1 X 2 X 4 X 5 X1 X 3 X 4 X 5 X2 X3 X4 X5 X1 X 2 X 3 X 4 X 5
Akurasi (%) 53.3 42.2 45.6 61.1 56.7 44.4 55.6 56.7 43.3 60.0 54.4 57.8 45.6 61.1 58.9 60.0
Keterangan: X1 = pH, X2 =Elevasi, X3 = Tekstur Tanah, X4 = Slope, dan X 5 = LAI Berdasarkan urutan peubah fisik yang menghasilkan klasifikasi KTT peubah tekstur tanah (X3 ) adalah terbaik, kemudian disusul slope (X4 ), elevasi (X2 ), dan pH (X1 ) (Tabel 9). Secara umum diketahui pula bahwa kombinasi peubah yang memberikan akurasi terbaik adalah tekstur tanah (X3 ) dan slope (X4 ) dengan akurasi sebesar 62.2 %. Analisis diskriminan dengan dua peubah menghasilkan hasil klasifikasi terbaik dengan akurasi sebesar 62.2 %. Penambahan peubah lainnya seperti pH (X1 ), elevasi (X2 ), dan LAI (X5 ) menjadi sumber kesalahan. Jika dilihat dari peubah penentunya, diketahui bahwa tekstur tanah (X3 ) memberikan kontribusi akurasi yang paling baik. Secara grafis, tingkat akurasi analisis diskriminan dengan satu sampai lima peubah disajikan pada Gambar 9. Tabel 10 Kombinasi peubah Htot dengan nilai akurasi tertinggi. Peubah X3 X3 X4 X1 X 3 X 4 X1 X 3 X 4 X 5 X1 X 2 X 3 X 4 X 5
Akurasi (%) 60.0 62.2 61.1 61.1 60.0
16
64 63 62
62.2
61
61.1
61.1
60 60
60
59 58 57
X3
X3X4
X1X3X4
X1X3X4X5
X1X2X3X4X5
Gambar 9 Proporsi nilai analisis diskriminan Htot kualitas tempat tumbuh. Dari Gambar 9 tersebut diketahui bahwa kombinasi dengan tiga, empat dan lima peubah akurasi cenderung menurun dengan adanya penambahan peubah pH (X1 ), elevasi (X2 ) dan LAI (X5 ). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai akurasi melalui pendekatan Htot lebih besar dibandingkan pendekatan DBH yang hanya memiliki nilai akurasi 56.7 %. Pada Tabel 11 disajikan fungsi diskriminan Htot yang terpilih. Tabel 11 Fungsi diskriminan untuk kelas Htot kualitas tempat tumbuh dengan peubah terpilih X3 dan X4 . Kelas Htot
Fungsi Diskriminan
Htot1 Htot2 Htot3
Y= -9.3774 + 2.3164 X3 + 0.9462 X4 Y= -7.9468 + 2.0661 X3 + 1.0141 X4 Y= -9.1780 + 2.3488 X3 + 0.7413 X4
Fungsi diskriminan pada Tabel 11 menjelaskan bahwa model terbaik untuk menduga Htot tegakan sengon adalah tekstur tanah (X3 ) dan slope (X4 ), untuk mengkelaskan KTT menjadi kategori tidak subur (Htot1), kurang subur (Htot2), dan subur (Htot3). Analisis akurasi 3 KTT berbasis Htot untuk studi ini disajikan pada Tabel 12.
17
Tabel 12 Persentase nilai akurasi Htot tegakan sengon PT Belantara Subur. Referensi Kelas Htot
Kelas KTT I II III Total sampel Jumlah sampel= 90
I 3 3 2 8
diklasifikasi ke kelas II 8 50 20 78
Jumlah benar= 56
III 0 1 3 4
Akurasi benar= 62.2 %
Tabel 12 menjelaskan bahwa dari jumlah 90 data sampel, pada kategori tidak subur hanya 3 data terklasifikasi dengan benar dari 11 data, 50 data terklasifikasi benar pada kategori kurang subur dari total 54 data dan 3 data terklasifikasi benar pada kategori subur dari 25 data (Lampiran 9). KTT melalui pendekatan Htot dipengaruhi oleh tekstur tanah (X3 ) dan slope (X4 ) memiliki akurasi yang tinggi sebesar 62.2 %. Hal ini disebabkan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap drainase. Jika tekstur tanah semakin halus/berdebu, maka tanah mudah mengalir sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur dari tanah bertekstur pasir (Kemas 2005). Perbedaan slope juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut (Hardjowigeno 1993). Jika kemiringan suatu lahan tinggi, maka air tidak akan mudah tergenang. Hasil penelitian tentang KTT terdapat keberagaman nilai antara satu lokasi dengan lokasi lainnya akan berbeda. Penelitian ini berdasarkan peninggi melalui pendekatan tiga kelas DBH dan tiga kelas Htot yang dipengaruhi oleh pH, elevasi, tekstur tanah, slope dan LAI. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hayat (2015) yang mengklasifikasikan KTT berdasarkan Luas Bidang Dasar pohon (LBDS) dibagi menjadi tiga kelas dan lima kelas dipengaruhi oleh Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), persentase tajuk, salinitas air, pH dan kerapatan tegakan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis diskriminan dan peubah biofisik. Model pendugaan KTT pada hutan mangrove yang dilakukan oleh Hayat (2015) menunjukan bahwa salinitas air merupakan faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya fungsi diskriminan tiga kelas dan lima kelas LBDS secara berurut dengan akurasi sebesar 81.3 % dan 66.7 %. Hal ini disebabkan pengkelasan data sebaran lebih normal dibandingkan penelitian ini.
18
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pendekatan yang paling baik untuk menentukan KTT adalah pendekatan Htot, dengan peubah-peubah fisik tekstur tanah (X3 ) dan slope (X4 ). 2. Akurasi klasifikasi kelas-kelas KTT menjadi tiga kelas diperoleh sebesar 62.2%. 3. Fungsi model diskriminan KTT berbasis Htot yang diperoleh adalah: KTT Htot 1: Y = -9.3774 + 2.3164 (tekstur tanah) + 0.9462 (slope) 2: Y = -7.9468 + 2.0661 (tekstur tanah) + 1.0141 (slope) 3: Y = -9.1780 + 2.3488 (tekstur tanah) + 0.7413 (slope)
Saran Pengujian-pengujian klasifikasi KTT berbasis biofisik masih perlu dilanjutkan, mengingat penelitian ini masih terbatas pada satu lokasi dengan jumlah sampel yang masih terbatas.
19
DAFTAR PUSTAKA Andriani Y, Cahyawati D, Gusmaryanita V. 2011. Analisis diskriminan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pilihan Program Studi Matematika di FMIPA dan FKIP Universitas Sriwijaya. Jurnal Penelitian Sains.14 (4): 9–14. Arief A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Darwo, Suhendang E, Jaya INS, Purnomo H, Pratiwi. 2012. Kuantifikasi kualitas tempat tumbuh dan produktivitas tegakan untuk hutan tanaman eukaliptus di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 9 (2): 83–93. Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID): Akademika Pressindo Hasan MI. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta (ID): Bumi Aksara. Hayat SN. 2015. Pembangunan kelas kualitas tempat tumbuh mangrove menggunakan citra satelit resolusi sedang di IUPHHK-HA PT Kandelia Alam Kalimantan Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jaya INS. 2010. Analisis Citra Digital : Perspektif Penginderaan Jauh Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Jaya INS, Kleinn C, Melati D, Ferhmann L, Perez C, Septyawardani E, Dhani FA R, Wahchjuni S. 2015. Utilizing multi-source data for sustainable forest managent in Indonesia. Di dalam: Lutz Fehrmann, Christoph Kleinn, Alina Kleinn, editor. Briding the gap between information needs and forest inventory capacity. Proceeding of the 5th International Workshop on The role of forests for future global development. Addressing information needs for sustainable management of forest resources: 06-13 September 2015. Pietermaritzburg and Durban, South Africa. Kemas A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada Kusnadi, Jaya INS, Puspaningsih N, Basuki M, Hakim L. 2016. Model penduga kualitas tempat tumbuh jati (Tectona grandis) menggunakan citra resolusi sangat tinggi pesawat tidak berawak. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol. 5 (2): 185-194. Krisnawati H, Varis E, Kallio M, Kanninen M. 2011. Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen: Ekologi, Silvikultur, dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR. Ohyver M, Tanty H. 2012. Pendeteksian outlier pada model regresi ganda: studi kasus tingkat penghunian kamar hotel di Kendari. Jurnal Mat Stat. Vol. 12 (2): 114-122. [PT Belantara Subur] Perusahaan Belantara Subur. 2010. Buku Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala PT Belantara Subur Kalimantan Timur. Balikpapan (ID): Tidak dipublikasikan Risdiyanto I, Setiawan R. 2007. Metode neraca energi untuk perhitungan indeks luas daun menggunakan data citra satelit multi spectral. Jurnal Agromet Indonesia. 21 (2): 27 – 38. Riyanto HD, Pahlana UWH. 2012. Kajian evaluasi lahan hutan jati system bonita di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol 9 (1): 43-50
20
Riyanto HD, Pamungkas BP. 2010. Model pertumbuhan tegakan hutan tanaman sengon untuk pengelolaan hutan. Jurnal Tekno Hutan Tanaman. Vol. 3 (3): 113-120. Saleh MB. 1981. Aplikasi potret udara guna interpretasi kualita tempat tumbuh tegakan jati (Tektona grandis L.F) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Siahaan H, Sumadi A. 2015. Indeks kualitas tempat tumbuh dan pertumbuhan tegakan gelam (Melaleuca leucadendron L.) pada lahan rawa di Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 12(1): 29-40. Simartama MMT. 2015. Model Penyusunan Kualitas Tempat Tumbuh Eucalyptus urophylla Pada Hutan Tanaman. Jurnal Elektronik AKAR. 1(1): 2302-5999. Supranto J. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Suwarsono, Arief M, Hidayat, Sulma S, Suryo N H, Sulyantoro H, Setiawan TS. 2011. Pengembangan metode penentuan indeks luas daun pada penutup lahan hutan dari data satelit penginderaan jauh spot-2. Jurnal Penginderaan Jauh. 8: 50-59 Wahyuni S. 2012. Identifikasi kualitas tempat tumbuh (bonita) menggunakan citra dijital non metrik resolusi tinggi di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Data koordinat dan rekap nilai per plot. Koordinat UTM Zona 50S Longitudinal Lateral 116° 28' 55.46" E 1° 10' 46.93" S 116° 28' 57.34" E 1° 10' 45.59" S 116° 28' 58.76" E 1° 10' 43.83" S 116° 28' 59.41" E 1° 10' 31.42" S 116° 29' 00.97" E 1° 10' 29.60" S 116° 29' 02.58" E 1° 10' 27.87" S 116° 32' 04.12" E 1° 13' 08.37" S 116° 32' 03.11" E 1° 13' 11.08" S 116° 32' 01.56" E 1° 13' 13.06" S 116° 31' 57.61" E 1° 12' 57.10" S 116° 31' 59.98" E 1° 12' 56.45" S 116° 31' 56.87" E 1° 12' 59.22" S 116° 31' 08.19" E 1° 11' 15.74" S 116° 31' 10.32" E 1° 11' 13.85" S 116° 31' 12.04" E 1° 11' 12.29" S 116° 31' 00.59" E 1° 11' 07.56" S 116° 31' 02.24" E 1° 11' 05.94" S 116° 31' 03.92" E 1° 11' 04.34" S 116° 32' 13.54" E 1° 12' 44.96" S 116° 32' 16.00" E 1° 12' 43.66" S 116° 32' 02.24" E 1° 12' 45.51" S 116° 32' 04.15" E 1° 12' 44.04" S 116° 32' 06.22" E 1° 12' 42.91" S 116° 32' 18.81" E 1° 12' 49.88" S 116° 32' 20.78" E 1° 12' 48.61" S 116° 32' 22.47" E 1° 12' 47.08" S 116° 30' 14.29" E 1° 10' 36.58" S 116° 30' 12.57" E 1° 10' 38.28" S 116° 30' 11.31" E 1° 10' 39.81" S 116° 30' 16.52" E 1° 10' 33.13" S 116° 30' 14.93" E 1° 10' 34.99" S 116° 30' 13.51" E 1° 10' 36.58" S 116° 31' 52.07" E 1° 10' 51.91" S 116° 31' 53.59" E 1° 10' 50.31" S 116° 31' 54.95" E 1° 10' 48.85" S 116° 31' 43.56" E 1° 11' 02.82" S 116° 31' 45.21" E 1° 11' 01.32" S
ID plot
Rata DBH
Rata Htot
Slope
TeksTan
1001001 1001002 1001003 1002001 1002002 1002003 1003001 1003002 1003003 1004001 1004002 1004003 1005001 1005002 1005003 1006001 1006002 1006003 1007001 1007002 1008001 1008002 1008003 1009001 1009002 1009003 1010001 1010002 1010003 1011001 1011002 1011003 1012001 1012002 1012003 1013001 1013002
5.233 2.844 5.517 4.717 5.738 4.735 12.900 13.615 18.267 13.383 16.200 15.550 10.762 16.467 12.600 7.470 7.038 11.625 14.328 15.062 13.332 15.468 14.196 13.778 13.300 12.800 15.150 14.367 12.132 11.815 14.410 13.627 12.493 14.608 13.189 18.700 13.889
5.285 1.715 5.289 2.853 3.939 4.494 11.409 14.127 15.069 14.905 12.631 17.532 8.449 11.179 8.472 6.117 5.727 8.472 13.213 13.475 12.164 13.570 13.298 12.106 11.895 11.962 13.559 13.326 11.010 9.997 13.162 11.748 14.296 12.507 14.263 12.864 13.784
0-8% 0-8% 0-8% 8-15% 8-15% 8-15% 0-8% 0-8% 0-8% 0-8% 0-8% 0-8% 8-15% 8-15% 8-15% 15-25% 15-25% 15-25% 0-8% 0-8% 0-8% 0-8% 0-8% 0-8% 0-8% 0-8% 8-15% 8-15% 8-15% 15-25% 15-25% 15-25% 0-8% 0-8% 0-8% 8-15% 8-15%
liat berdebu liat berdebu liat berdebu lempung liat berdebu liat berdebu liat berdebu liat berdebu liat liat berdebu liat liat berdebu liat liat liat liat liat berdebu liat berdebu liat berdebu liat berpasir liat berdebu lempung liat berdebu lempung liat berdebu lempung liat berdebu liat berdebu liat berdebu liat berdebu lempung berliat lempung berliat lempung berliat liat liat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung liat berdebu lempung berliat
22
Lampiran Data koordinat dan rekap nilai per plot. (Lanjutan). Koordinat UTM Zona 50S Longitudinal Lateral 116° 32' 00.38" E 1° 11' 00.41" S 116° 32' 01.94" E 1° 10' 58.94" S 116° 31' 58.54" E 1° 11' 01.68" S 116° 27' 48.35" E 1° 11' 19.48" S 116° 27' 50.09" E 1° 11' 17.69" S 116° 27' 51.58" E 1° 11' 16.49" S 116° 27' 51.84" E 1° 11' 19.71" S 116° 27' 50.16" E 1° 11' 21.27" S 116° 27' 48.83" E 1° 11' 23.03" S 116° 27' 39.74" E 1° 11' 20.75" S 116° 27' 37.70" E 1° 11' 23.06" S 116° 27' 35.79" E 1° 11' 24.23" S 116° 27' 41.81" E 1° 11' 15.93" S 116° 27' 40.06" E 1° 11' 17.20" S 116° 27' 38.44" E 1° 11' 18.99" S 116° 30' 00.81" E 1° 12' 20.51" S 116° 30' 02.39" E 1° 12' 18.68" S 116° 30' 04.08" E 1° 12' 16.96" S 116° 29' 58.67" E 1° 12' 21.26" S 116° 30' 00.32" E 1° 12' 19.69" S 116° 30' 02.23" E 1° 12' 17.80" S 116° 30' 28.45" E 1° 11' 11.96" S 116° 30' 26.54" E 1° 11' 13.22" S 116° 30' 25.22" E 1° 11' 15.05" S 116° 34' 29.14" E 1° 10' 12.46" S 116° 34' 27.56" E 1° 10' 13.92" S 116° 34' 33.06" E 1° 10' 13.96" S 116° 30' 37.71" E 1° 11' 09.64" S 116° 30' 39.49" E 1° 11' 08.15" S 116° 30' 41.14" E 1° 11' 06.65" S 116° 30' 36.87" E 1° 10' 52.58" S 116° 30' 35.90" E 1° 10' 53.52" S 116° 30' 34.25" E 1° 10' 55.09" S 116° 30' 34.41" E 1° 10' 56.32" S 116° 30' 35.90" E 1° 10' 55.61" S 116° 30' 37.61" E 1° 10' 54.11" S 116° 32' 10.30" E 1° 09' 15.96" S 116° 32' 11.53" E 1° 09' 14.17" S 116° 32' 13.35" E 1° 09' 12.54" S
ID plot
Rata DBH
Rata Htot
Slope
TeksTan
1014001 1014002 1014003 1015001 1015002 1015003 1016001 1016002 1016003 1017001 1017002 1017003 1018001 1018002 1018003 1019001 1019002 1019003 1020001 1020002 1020003 1021001 1021002 1021003 1022001 1022002 1023001 1024001 1024002 1024003 1025001 1025002 1025003 1026001 1026002 1026003 1027001 1027002 1027003
14.531 13.283 13.955 18.282 14.651 16.220 20.159 19.950 15.375 16.767 15.520 9.209 18.240 18.850 15.058 14.816 22.768 16.450 17.726 18.200 17.800 20.100 19.855 26.257 17.556 15.756 17.626 23.617 16.413 14.862 19.731 19.470 19.647 21.215 18.833 24.560 21.945 16.453 18.808
15.586 16.471 14.226 17.291 16.676 14.152 20.195 20.211 15.085 15.730 17.717 15.248 17.944 18.255 16.848 14.549 18.536 19.808 15.107 16.891 20.631 18.433 10.116 19.261 18.223 13.372 20.428 18.565 14.390 20.079 23.615 16.221 17.526 21.595 16.696 24.683 20.194 17.235 25.459
15-25% 15-25% 15-25% 0-8% 0-8% 0-8% 8-15% 8-15% 8-15% 15-25% 15-25% 15-25% 25-40% 25-40% 25-40% 0-8% 0-8% 0-8% 8-15% 8-15% 8-15% 15-25% 15-25% 15-25% 0-8% 0-8% 8-15% 0-8% 0-8% 0-8% 8-15% 8-15% 8-15% 15-25% 15-25% 15-25% 0-8% 0-8% 0-8%
lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung lempung liat berdebu liat lempung berliat lempung berliat liat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung liat berdebu lempung berliat lempung liat berdebu liat lempung berliat lempung berliat lempung liat berdebu lempung liat berdebu lempung berliat liat lempung berliat lempung liat berdebu lempung berliat lempung berliat lempung liat berdebu lempung liat berdebu lempung liat berdebu lempung liat berpasir lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung liat berpasir liat berpasir lempung berliat liat berdebu
23
Lampiran Data koordinat dan rekap nilai per plot. (Lanjutan). Koordinat UTM Zona 50S Longitudinal Lateral 116° 31' 48.62" E 1° 9' 09.22" S 116° 32' 03.96" E 1° 9' 22.64" S 116° 32' 05.58" E 1° 9' 21.07" S 116° 32' 07.16" E 1° 9' 19.09" S 116° 28' 31.36" E 1° 9' 57.68" S 116° 28' 32.79" E 1° 9' 56.08" S 116° 28' 34.41" E 1° 9' 54.06" S 116° 28' 38.48" E 1° 9' 46.57" S 116° 28' 40.26" E 1° 9' 45.01" S 116° 28' 41.95" E 1° 9' 43.09" S 116° 28' 35.35" E 1° 9' 40.71" S 116° 28' 37.06" E 1° 9' 39.11" S 116° 28' 38.68" E 1° 9' 37.45" S
ID plot 1028001 1029001 1029002 1029003 1030001 1030002 1030003 1031001 1031002
1031003 1032001 1032002 1032003
Rata DBH
Rata Htot
Slope
TeksTan
19.120 23.923 21.383 29.486 29.206 26.238 39.475 27.852 20.511 20.771 21.824 24.671 26.630
28.174 21.650 23.718 25.137 13.455 22.452 10.441 21.433 17.089 15.562 23.483 19.757 23.547
8-15% 25-40% 25-40% 25-40% 0-8% 0-8% 0-8% 8-15% 8-15% 8-15% 15-25% 15-25% 15-25%
lempung berliat lempung lempung berliat lempung berliat liat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung berliat lempung liat berdebu lempung berliat
Lampiran 2 Data biofisik. pH
Elevasi 6 5.5 6.5 6 6 6 6 6.5 5.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6 6.5 6.5 5.5 6 6.5 5.5 5.5 5.5 5.5
53 42 46 96 80 65 61 57 39 84 88 75 99 103 108 111 112 103 56 58 48 57 66
TeksTan Skoring
Slope Skoring 7 7 7 6 7 7 7 5 7 5 7 5 5 5 5 7 7 7 2 7 6 6 6
4 4 4 11.5 11.5 11.5 4 4 4 4 4 4 11.5 11.5 11.5 20 20 20 4 4 4 4 4
LAI 0.356 0.492 0.693 0.078 0.275 0.065 0.663 0.979 0.955 0.420 0.969 0.920 1.362 0.883 0.854 0.238 0.519 0.337 0.701 0.881 0.700 0.406 1.089
24
Lampiran Data biofisik (lanjutan). pH
Elevasi 5.5 6.5 6.5 6.5 6 6 6 6 6 6.5 5.5 6 6 6.5 6 5.5 5.5 5.5 6 5 6.5 6.5 5.5 6.5 6 6 5.5 5.5 5.5 6 5.5 5.5 6 6.5 5.5 6 6 6 6 6
66 54 44 43 83 78 94 82 70 81 50 55 59 98 84 80 78 93 74 89 92 83 80 80 96 75 66 69 92 98 96 86 79 70 84 98 77 116 127 128
TeksTan Skoring
Slope Skoring 6 7 7 7 4 4 4 5 5 4 4 4 4 6 4 6 4 4 4 4 3 6 5 4 4 5 4 4 4 6 4 6 5 4 4 6 6 4 5 4
4 4 4 4 11.5 11.5 11.5 20 20 20 4 4 4 11.5 11.5 11.5 20 20 20 4 4 4 11.5 11.5 11.5 20 20 20 32.5 32.5 32.5 4 4 4 11.5 11.5 11.5 20 20 20
LAI 1.089 0.620 0.548 0.357 0.623 0.462 0.731 0.893 0.593 0.899 0.367 0.838 0.617 0.564 1.766 0.860 0.677 0.975 0.677 0.711 0.948 0.725 0.415 0.963 0.848 0.412 0.535 0.816 0.887 0.855 0.994 0.531 0.540 0.748 1.617 0.629 0.589 0.638 1.281 0.597
25
Lampiran Data biofisik (lanjutan). pH
Elevasi 5.5 6 5.5 6 5 6.5 5.5 6 6.5 5 6 6 6 6 6 6 6.5 6 6 5.5 6.5 6 5.5 6 6 6 5.5 6
TeksTan Skoring
47 38 55 98 96 90 96 116 105 117 110 94 84 55 58 58 84 79 62 128 125 149 86 96 98 117 112 110
Slope Skoring 6 4 4 6 6 6 1 4 4 4 4 1 2 4 7 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 6 4
4 4 11.5 4 4 4 11.5 11.5 11.5 20 20 20 4 4 4 11.5 32.5 32.5 32.5 4 4 4 11.5 11.5 11.5 20 20 20
Lampiran 3 Skoring Slope. Slope
Nilai
0-8% 8-15% 15-25% 25-40%
4 11.5 20 32.5
LAI 0.895 1.225 0.912 0.858 0.611 1.974 0.740 0.860 0.707 2.129 0.572 3.022 1.419 1.028 1.100 2.069 1.266 1.780 1.178 1.253 0.697 1.342 0.803 1.164 0.683 1.144 0.831 0.840
26
Lampiran 4 Skoring Tekstur Tanah. Tekstur Tanah
Nilai
Lempung liat berpasir Liat berpasir Lempung Lempung berliat Liat Lempung liat berdebu Liat berdebu
1 2 3 4 5 6 7
Lampiran 5 Peninggi berdasarkan DBH tegakan sengon pada masing – masing kualitas tempat tumbuh. Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KTT I < 4.0 < 7.0 < 8.8 < 10.1 < 11.0 < 11.8 < 12.5 < 13.1 < 13.6 < 14.1
KTT II 4.0 - 5.9 7.0 - 10.7 8.8 - 13.5 10.1 - 15.5 11.0 - 17.1 11.8 - 18.3 12.5 - 19.4 13.1 -20.3 13.6 - 21.2 14.1 - 21.9
Peninggi (cm) KTT III 5.9 - 6.9 10.7 - 12.9 13.5 - 16.5 15.5 - 19.0 17.1 - 20.9 18.3 - 22.5 19.4 - 23.9 20.3 - 25.1 21.2 - 26.1 21.9 - 27.0
KTT IV 6.9 - 8.1 12.9 - 15.9 16.5 - 20.4 19.0 - 23.6 20.9 - 26.1 22.5 - 28.1 23.9 - 29.9 25.1 - 31.4 26.1 - 32.7 27.0 - 33.9
KTT V 8.1 - 9.7 15.9 - 19.5 20.4 - 25.3 23.6 - 29.4 26.1 - 32.6 28.1 - 35.1 29.9 - 37.3 31.4 - 39.2 32.7 - 40.9 33.9 - 42.4
Lampiran 6 Peninggi berdasarkan Htot tegakan sengon pada masing – masing kualitas tempat tumbuh. Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KTT I < 3.6 < 7.3 < 9.5 < 11.1 < 12.3 < 13.2 < 14.1 < 14.8 < 15.4 < 16.0
Peninggi (m) KTT II KTT III 3.6 - 7.2 7.3 - 9.2 7.3 - 13.5 13.6 - 16.6 9.5 - 17.2 17.3 - 21.0 11.1 - 19.9 20.0 - 24.1 12.3 - 21.9 22.0 - 26.5 13.2 - 23.6 23.7 - 28.4 14.1 - 25.0 25.1 - 30.1 14.8 - 26.2 26.3 - 31.5 15.4 - 27.3 27.4 - 32.8 16.0 - 28.2 28.3 - 33.9
KTT IV 9.3 - 11.6 16.6 - 20.5 21.1 - 25.7 24.2 - 29.4 26.6 - 32.2 28.5 - 34.5 30.2 - 36.5 31.5 - 38.2 32.8 - 39.7 34.0 - 41.1
27
Lampiran 7 Fungsi Diskriminan kelas DBH kualitas tempat tumbuh tegakan sengon. Peubah
X1
X2
X3
X4
X5
X1 X2
X1 X3
X1 X4
X1 X5
X2 X3
X2 X4
X2 X5
Kelas DBH DBH2
Fungsi Diskriminan Y= -4.0452 + 1.3592 X1
DBH3
Y= -4.1826 + 1.3821 X1
DBH4
Y= -9.2479 + 2.0551 X1
DBH2
Y= -2.5956 + 1.3670 X2
DBH3
Y= -4.1221 + 1.7227 X2
DBH4
Y= -3.1676 + 1.5101 X2
DBH2
Y= -6.0806 + 1.8798 X3
DBH3
Y= -4.8402 + 1.6771 X3
DBH4
Y= -7.5781 + 2.0986 X3
DBH2
Y= -0.6763 + 0.5293 X4
DBH3
Y= -1.8096 + 0.8658 X4
DBH4
Y= -0.1036 + 0.2071 X4
DBH2
Y= -2.8074 + 1.9303 X5
DBH3
Y= -4.0015 + 2.3046 X5
DBH4
Y= -2.8020 + 1.9284 X5
DBH2
Y= -6.633 + 1.358 X1 + 1.365 X2
DBH3
Y= -8.295 + 1.380 X1 + 1.721 X2
DBH4
Y= -12.403 + 2.054 X1 + 1.507 X2
DBH2
Y= -10.019 + 1.341 X1 + 1.863 X3
DBH3
Y= -8.926 + 1.366 X1 + 1.660 X3
DBH4
Y= -16.646 + 2.035 X1 + 2.074 X3
DBH2
Y= -5.0586 + 1.4204 X1 + 0.6505 X4
DBH3
Y= -6.5379 + 1.4754 X1 + 0.9918 X4
DBH4
Y= -9.6040 + 2.0914 X1 + 0.3857 X4
DBH2
Y= -7.054 + 1.393 X1 + 1.999 X 5
DBH3
Y= -8.428 + 1.422 X1 + 2.375 X5
DBH4
Y= -12.355 + 2.090 X1 + 2.032 X 5
DBH2
Y= -10.782 + 1.881 X2 + 2.229 X3
DBH3
Y= -11.295 + 2.203 X2 + 2.087 X3
DBH4
Y= -13.345 + 2.083 X2 + 2.486 X3
DBH2
Y= -2.7270 + 1.2719 X2 + 0.2442 X4
DBH3
Y= -4.7306 + 1.5179 X2 + 0.5256 X4
DBH4
Y= -3.2133 + 1.5662 X2 - 0.1439 X4
DBH2
Y= -4.9414 + 1.2449 X2 + 1.7722 X5
DBH3
Y= -7.4290 + 1.5777 X2 + 2.1042 X5
DBH4
Y= -5.4602 + 1.3895 X2 + 1.7520 X5
Akurasi (%) 42.2
50.0
26.7
42.2
30.0
46.7
42.2
56.7
50.0
43.3
53.3
50.0
28
Lampiran Fungsi Diskriminan kelas DBH kualitas tempat tumbuh tegakan sengon (lanjutan). Peubah
X3 X4
X3 X5
X4 X5
X1 X2 X3
X1 X2 X4
X1 X2 X5
X1 X3 X4
X1 X3 X5
X1 X4 X5
X2 X3 X4
X2 X3 X5
X2 X4 X5
X3 X4 X5
Kelas DBH DBH2
Fungsi Diskriminan Y= -7.9715 + 2.1067 X3 + 0.9056 X4
DBH3
Y= -8.2722 + 1.9828 X3 + 1.2200 X4
DBH4
Y= -8.4339 + 2.2512 X3 + 0.6092 X4
DBH2
Y= -14.686 + 2.876 X3 + 3.700 X5
DBH3
Y= -14.893 + 2.754 X3 + 3.999 X5
DBH4
Y= -16.939 + 3.138 X3 + 3.859 X5
DBH2
Y= -3.2677 + 0.4383 X4 +1.8617 X5
DBH3
Y= -5.3816 + 0.7590 X4 + 2.1857 X5
DBH4
Y= -2.8330 + 0.1138 X4 + 1.9106 X5
DBH2
Y= -14.691 + 1.336 X1 + 1.875 X 2 + 2.212 X3
DBH3
Y= -15.345 + 1.360 X1 + 2.197 X 2 + 2.069 X3
DBH4
Y= -22.363 + 2.030 X1 + 2.074 X 2 + 2.459 X3
DBH2
Y= -6.940 + 1.393 X1 + 1.219 X2 + 0.375 X4
DBH3
Y= -9.249 + 1.443 X1 + 1.463 X2 + 0.661 X4
DBH4
Y= -12.408 + 2.058 X1 + 1.488 X 2 + 0.049 X4
DBH2
Y= -9.164 + 1.389 X1 + 1.238 X2 + 1.842 X5
DBH3
Y= -11.825 + 1.418 X1 + 1.571 X2 + 2.175 X5
DBH4
Y= -14.974 + 2.085 X1 + 1.379 X 2 + 1.856 X5
DBH2
Y= -12.449 + 1.436 X1 + 2.120 X 3 + 1.031 X4
DBH3
Y= -13.093 + 1.490 X1 + 1.997 X 3 + 1.350 X4
DBH4
Y= -18.084 + 2.108 X1 + 2.271 X 3 + 0.793 X4
DBH2
Y= -18.946 + 1.396 X1 + 2.878 X 3 + 3.770 X5
DBH3
Y= -19.334 + 1.425 X1 + 2.756 X 3 + 4.070 X5
DBH4
Y= -26.516 + 2.092 X1 + 3.141 X 3 + 3.964 X5
DBH2
Y= -7.797 + 1.444 X1 + 0.559 X4 + 1.914 X5
DBH3
Y= -10.289 + 1.503 X1 + 0.885 X 4 + 2.240 X5
DBH4
Y= -12.556 + 2.116 X1 + 0.291 X4 + 1.987 X5
DBH2
Y= -11.477 + 1.683 X2 + 2.335 X3 + 0.569 X4
DBH3
Y= -12.800 + 1.913 X2 + 2.243 X3 + 0.838 X4
DBH4
Y= -13.437 + 2.011 X2 + 2.524 X3 + 0.207 X4
DBH2
Y= -19.257 + 1.854 X2 + 3.214 X3 + 3.672 X5
DBH3
Y= -21.182 + 2.175 X2 + 3.150 X3 + 3.966 X5
DBH4
Y= -22.555 + 2.055 X2 + 3.512 X3 + 3.828 X5
DBH2
Y= -5.0125 + 1.1761 X2 + 0.1800 X4 + 1.7528 X5
DBH3
Y= -7.8740 + 1.4057 X2 + 0.4503 X4 + 2.0556 X5
DBH4
Y= -5.5559 + 1.4693 X2 - 0.2089 X4 + 1.7746 X5
DBH2
Y= -16.564 + 3.102 X3 + 0.903 X4 + 3.697 X5
DBH3
Y= -18.307 + 3.058 X3 + 1.217 X4 + 3.996 X5
DBH4
Y= -17.786 + 3.289 X3 + 0.606 X4 + 3.857 X5
Akurasi (%) 46.7
32.2
38.9
52.2
53.3
46.7
54.4
46.7
52.2
51.1
43.3
52.2
46.7
29
Lampiran Fungsi Diskriminan kelas DBH kualitas tempat tumbuh tegakan sengon (lanjutan). Peubah
X1 X2 X3 X4
X1 X2 X3 X5
X1 X2 X4 X5
X1 X3 X4 X5
X2 X3 X4 X5
X1 X2 X3 X4 X5
Kelas DBH DBH2
Fungsi Diskriminan Y= -15.738 + 1.401 X1 + 1.631 X 2 + 2.342 X3 +0.702 X4
DBH3
Y= -17.366 + 1.450 X1 + 1.859 X 2 + 2.249 X3 +0.975 X4
DBH4
Y= -22.708 + 2.067 X1 + 1.934 X 2 + 2.534 X3 +0.403 X4
DBH2
Y= -23.485 + 1.390 X1 + 1.848 X 2 + 3.214 X3 +3.742 X5
DBH3
Y= -25.583 + 1.418 X1 + 2.168 X 2 + 3.151 X3 +4.037 X5
DBH4
Y= -32.077 + 2.086 X1 + 2.045 X 2 + 3.513 X3 +3.933 X5
DBH2
Y= -9.375 + 1.418 X1 + 1.119 X2 + 0.311 X4 +1.810 X5
DBH3
Y= -12.573 + 1.472 X1 + 1.347 X 2 + 0.586 X4 +2.114 X5
DBH4
Y= -14.975 + 2.084 X1 + 1.386 X 2 - 0.016 X4 +1.858 X5
DBH2
Y= -21.384 + 1.490 X1 + 3.136 X 3 + 1.032 X4 + 3.772 X5
DBH3
Y= -23.513 + 1.549 X1 + 3.094 X 3 + 1.352 X4 +4.073 X5
DBH4
Y= -27.960 + 2.165 X1 + 3.339 X 3 + 0.795 X4 +3.965 X5
DBH2
Y= -19.958 + 1.656 X1 + 3.320 X 3 + 0.572 X4 +3.673 X5
DBH3
Y= -22.698 + 1.884 X1 + 3.307 X 3 + 0.840 X4 +3.968 X5
DBH4
Y= -22.650 + 1.983 X1 + 3.551 X 3 + 0.210 X4 +3.828 X5
DBH2
Y= -24.555 + 1.456 X1 + 1.601 X 2 + 3.347 X3 +0.709 X4 + 3.747 X5
DBH3
Y= -27.639 + 1.456 X1 + 1.601 X 2 + 3.347 X3 +0.709 X4 + 3.747 X5
DBH4
Y= -32.436 + 1.456 X1 + 1.601 X2 + 3.347 X3 +0.709 X4 + 3.747 X5
Akurasi (%) 52.2
52.2
54.4
51.1
51.1
55.6
30
Lampiran 8 Fungsi Diskriminan kelas Htot kualitas tempat tumbuh tegakan sengon. Peubah
X1
X2
X3
X4
X5
X1 X2
X1 X3
X1 X4
X1 X5
X2 X3
X2 X4
X2 X5
X3 X4
Kelas Htot Htot1
Fungsi Diskriminan Y= -3.8468 + 1.2823 X1
Htot2
Y= -3.9683 + 1.3024 X1
Htot3
Y= -4.2861 + 1.3535 X1
Htot1
Y= -5.8943 + 2.1105 X2
Htot2
Y= -3.3265 + 1.5855 X2
Htot3
Y= -0.8613 + 0.8068 X2
Htot1
Y= -7.0749 + 2.0214 X3
Htot2
Y= -5.3021 + 1.7499 X3
Htot3
Y= -7.7647 + 2.1177 X3
Htot1
Y= -0.6573 + 0.4898 X4
Htot2
Y= -1.0096 + 0.6070 X4
Htot3
Y= -0.2125 + 0.2785 X4
Htot1
Y= -2.9428 + 1.9467 X5
Htot2
Y= -3.1273 + 2.0068 X5
Htot3
Y= -5.0990 + 2.5625 X5
Htot1
Y= -9.5822 + 1.2557 X1 + 2.0822 X2
Htot2
Y= -7.1735 + 1.2825 X1 + 1.5566 X2
Htot3
Y= -5.0836 + 1.6474 X1 + 0.7764 X2
Htot1
Y= -10.607 + 1.229 X1 + 1.977 X 3
Htot2
Y= -8.994 + 1.257 X1 + 1.704 X3
Htot3
Y= -11.703 + 1.298 X1 + 2.071 X 3
Htot1
Y= -4.9373 + 1.3617 X1 + 0.6351 X4
Htot2
Y= -5.5138 + 1.3969 X1 + 0.7560 X4
Htot3
Y= -4.7829 + 1.4071 X1 + 0.4287 X4
Htot1
Y= -7.0373 + 1.3237 X1 + 2.0282 X5
Htot2
Y= -7.3549 + 1.3451 X1 + 2.0896 X5
Htot3
Y= -9.7291 + 1.4077 X1 + 2.6492 X5
Htot1
Y= -17.655 + 2.933 X2 + 2.704 X3
Htot2
Y= -11.691 + 2.279 X2 + 2.280 X3
Htot3
Y= -10.764 + 1.562 X2 + 2.481 X3
Htot1
Y= -5.9005 + 2.1372 X2 - 0.0510 X4
Htot2
Y= -3.4603 + 1.4612 X2 + 0.2373 X4
Htot3
Y= -0.8788 + 0.7618 X2 + 0.0857 X4
Htot1
Y= -7.4213 + 1.8811 X2 + 1.4339 X5
Htot2
Y= -5.3396 + 1.3221 X2 + 1.6464 X5
Htot3
Y= -5.3169 + 0.4149 X2 + 2.4494 X5
Htot1
Y= -9.3774 + 2.3164 X3 + 0.9462 X4
Htot2
Y= -7.9468 + 2.0661 X3 + 1.0141 X4
Htot3
Y= -9.1780 + 2.3488 X3 + 0.7413 X4
Akurasi (%) 6.7
43.3
60.0
57.8
28.9
44.4
61.1
51.1
25.6
53.3
41.1
50.0
62.2
31
Lampiran Fungsi Diskriminan kelas Htot kualitas tempat tumbuh tegakan sengon (lanjutan). Peubah
X3 X5
X4 X5
X1 X 2 X 3
X1 X2 X4
X1 X2 X5
X1 X3 X4
X1 X3 X5
X1 X4 X5
X2 X3 X4
X2 X3 X5
X2 X4 X5
X3 X4 X5
X1 X2 X3 X4
Kelas Htot Htot1
Fungsi Diskriminan Y= -18.086 + 3.334 X3 + 4.245 X5
Htot2
Y= -15.491 + 3.012 X3 + 4.084 X5
Htot3
Y= -23.732 + 3.698 X3 + 5.112 X5
Htot1
Y= -3.1937 + 0.3080 X4 + 1.8393 X5
Htot2
Y= -3.6012 + 0.4232 X4 + 1.8592 X5
Htot3
Y= -5.1008 + 0.0261 X4 + 2.5534 X5
Htot1
Y= -20.877 + 1.174 X1 + 2.891 X 2 + 2.651 X3
Htot2
Y= -15.135 + 1.214 X1 + 2.236 X 2 + 2.226 X3
Htot3
Y= -14.527 + 1.269 X1 + 1.516 X 2 + 2.424 X3
Htot1
Y= -9.6124 + 1.2707 X1 + 2.0223 X2 + 0.1137 X4
Htot2
Y= -7.5673 + 1.3366 X1 + 1.3403 X2 + 0.4105 X4
Htot3
Y= -5.2470 + 1.3784 X1 + 0.6371 X2 + 0.2644 X4
Htot1
Y= -11.307 + 1.290 X1 + 1.837 X 2 + 1.525 X5
Htot2
Y= -9.418 + 1.322 X1 + 1.277 X2 + 1.740 X5
Htot3
Y= -9.900 + 1.401 X1 + 0.367 X2 + 2.549 X5
Htot1
Y= -13.626 + 1.357 X1 + 2.312 X 3 + 1.090 X4
Htot2
Y= -12.422 + 1.392 X1 + 2.062 X 3 + 1.162 X4
Htot3
Y= -13.715 + 1.402 X1 + 2.344 X 3 + 0.890 X4
Htot1
Y= -21.924 + 1.282 X1 + 3.306 X 3 + 4.305 X5
Htot2
Y= -19.483 + 1.307 X1 + 2.984 X 3 + 4.144 X5
Htot3
Y= -28.060 + 1.361 X1 + 3.669 X 3 + 5.175 X5
Htot1
Y= -7.5699 + 1.3770 X1 + 0.4515 X 4 + 1.8740 X5
Htot2
Y= -8.2051 + 1.4124 X1 + 0.5704 X 4 + 1.8948 X5
Htot3
Y= -9.8091 + 1.4283 X1 + 0.1750 X4 + 2.5894 X5
Htot1
Y= -17.911 + 2.780 X2 + 2.772 X3 + 0.333 X4
Htot2
Y= -12.438 + 2.017 X2 + 2.396 X3 + 0.569 X4
Htot3
Y= -11.214 + 1.358 X2 + 2.571 X3 + 0.442 X4
Htot1
Y= -26.694 + 2.659 X2 + 3.835 X3 + 3.866 X5
Htot2
Y= -20.410 + 2.010 X2 + 3.391 X3 + 3.797 X5
Htot3
Y= -25.519 + 1.212 X2 + 3.927 X3 + 4.939 X5
Htot1
Y= -7.4737 + 1.9544 X2 - 0.1496 X4 + 1.4661 X5
Htot2
Y= -5.3781 + 1.2593 X2 + 0.1283 X4 + 1.6187 X5
Htot3
Y= -5.3319 + 0.4542 X2 - 0.0802 X4 + 2.4666 X5
Htot1
Y= -19.640 + 3.536 X2 + 0.780 X3 + 4.112 X5
Htot2
Y= -17.358 + 3.234 X2 + 0.855 X3 + 3.938 X5
Htot3
Y= -24.473 + 3.838 X2 + 0.538 X3 + 5.020 X5
Htot1
Y= -21.421 + 1.236 X1 + 2.663 X 2 + 2.707 X3 + 0.522 X4
Htot2
Y= -16.362 + 1.307 X1 + 1.893 X 2 + 2.372 X3 + 0.735 X4
Htot3
Y= -15.380 + 1.346 X1 + 1.230 X 2 + 2.546 X3 + 0.613 X4
Akurasi (%)
56.7
44.4
53.3
42.2
45.6
61.1
56.7
44.4
55.6
56.7
43.3
60.0
54.4
32
Lampiran Fungsi Diskriminan kelas Htot kualitas tempat tumbuh tegakan sengon (lanjutan). Peubah
X1 X2 X3 X5
X1 X2 X4 X5
X1 X3 X4 X5
X2 X3 X4 X5
X1 X2 X3 X4 X5
Kelas Htot Htot1
Fungsi Diskriminan
Akurasi (%)
Y= -30.211 + 1.228 X1 + 2.610 X 2 + 3.799 X3 + 3.930 X5
Htot2
Y= -24.154 + 1.267 X1 + 1.960 X2 + 3.354 X3 + 3.863 X5
Htot3
Y= -29.692 + 1.337 X1 + 1.158 X 2 + 3.887 X3 + 5.009 X5
Htot1
Y= -11.308 + 1.292 X1 + 1.830 X 2 + 0.014 X4 + 1.522 X5
Htot2
Y= -9.627 + 1.360 X1 + 1.129 X 2 + 0.301 X4 + 1.678 X5
Htot3
Y= -9.922 + 1.413 X1 + 0.319 X2 + 0.099 X4 + 2.528 X5
Htot1
Y= -24.086 + 1.388 X1 1 + 3.544 X3 + 0.926 X4 + 4.152 X5
Htot2
Y= -22.028 + 1.422 X1 + 3.242 X 3 + 1.004 X4 + 3.979 X5
Htot3
Y= -29.260 + 1.440 X1 + 3.846 X 3 + 0.690 X4 + 5.062 X5
Htot1
Y= -26.812 + 2.556 X2 + 3.874 X3 + 0.227 X4 + 3.842 X5
Htot2
Y= -20.909 + 1.799 X2 + 3.472 X3 + 0.466 X4 + 3.748 X5
Htot3
Y= -25.735 + 1.073 X2 + 3.980 X3 + 0.306 X4 + 4.907 X5
Htot1
Y= -30.551 + 1.276 X1 + 2.433 X 2 + 3.865 X3 + 0.387 X4 + 3.892 X5
Htot2
Y= -25.068 + 1.345 X1 + 1.668 X 2 + 3.462 X3 + 0.635 X4 + 3.800 X5
Htot3
Y= -30.219 + 1.397 X1 + 0.937 X 2 + 3.969 X3 + 0.482 X4 + 4.961 X5
57.8
45.6
61.1
58.9
Lampiran 9 Rekapitulasi klasifikasi kelas Htot kualitas tempat tegakan sengon. Klasifikasi yang benar Klasifikasi awal
1
2
3
1 2 3
3 3 2
8 50 20
0 1 3
Total sampel
8
78
4
Jumlah benar
3
50
3
Akurasi
0.375
0.641
0.750
Jumlah sampel= 90
Jumlah benar= 56
Akurasi benar= 62.2 %
60.0
33
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 16 Maret 1994 dari pasangan alm. Bunyamin (Ayah) dan Syabariyah Tanjung (Ibu). Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Pondok Kacang Timur II lulus pada tahun 2006, lalu penulis melanjutkan pendidikan dari SMP Dahlia Jombang lulus pada tahun 2009 dan penulis melanjutkan pendidikan di SMA YADIKA 5 joglo lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan, di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan, penulis ikut berpartisipasi dalam Himpunan profesi, kepanitian dan unit kegiatan mahasiswa, antara lain Anggota Divisi Musik UKM MAX (Music Agricultural Xpression) IPB periode 2012-2013, Anggota Organisasi Mahasiswa Jakarta Community periode 2012-2013, Ketua Malam Kreativitas Rimbawan (MKR) Fakultas Kehutanan IPB, Anggota Kepanitiaan Bina Corps Rimbawan (BCR) periode 2013-2014 dan 2014-2015, Anggota Kepanitian Temu manajer Forest Manajement Student’s Club (FMSC) periode 2013-2014, Tim peneliti Kelompok Studi Pemanfaatan dalam Ecological Social Mapping Forest Management Student’s Club (FMSC) tahun 2014, Ketua Divisi Konsumsi Aksi Lingkungan Forest Management Student’s Club (FMSC) tahun 2014, Anggota Divisi Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Forest Management Student’s Club (FMSC) periode 2014-2015, Tim Peneliti Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu Forest Management Student’s Club (FMSC) tahun 2015. Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2014 di Gunung Syawal-Pangandaran, Praktik Pengelolaan Hutan pada tahun 2015 di Hutan Pendidikan Gunung Walat-Sukabumi-Bandung, dan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2016 di IUPHHK-HA PT Balikpapan Wana Lestari di Kalimantan Timur. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Penentuan Kualitas Tempat Tumbuh Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) Pada Areal IUPHHK-HTI Trans PT Belantara Subur Kalimantan Timur dibimbing oleh Prof Dr Ir I Nengah Surati Jaya, M Agr.